Tujuan Utama :
Mendapatkan alat pemadam, dan sistem pengaman
kebakaran terbaik untuk mengidentifikasi api kebakaran
dengan cepat dan tepat sehingga dapat mengatasi api
kebakaran dengan cepat.
Penggunaan Komputer sebagai sistem alarm
Dengan menggunakan komputer sebagai master control api
kebakaran dan sistem fire alarm kita langsung dapat
mengetahui lokasi titik api kebakaran berada tanpa harus
berlari-lari mencari zone yang ada ( seperti jika
menggunakan type sebelumnya ). Sistem alarm ini banyak
diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan monitoring alarm
pada unit-unit mesin ataupun sistem berikut :
Air - Conditioning
Water Coller
Chemical Tank
Pumping Control
beberapa ruangan yang berdekatan pada satu lantai di sebuah bangunan / gedung
Pada display MCFA akan terbaca alamat zona yang terjadi gejala kebakaran, sehingga
dengan demikian tindakan yang harus diambil dapat dilokalisir hanya pada zona tersebut.
3. Full addressable system :
Merupakan pengembangan dari sistem semi addressable. Pada sistem ini semua detector
dan module transponder mempunyai alamat yang spesifik, sehingga proses identifikasi
sinyal api kebakaran, atau asap kebakaran atau kebocoran gas dapat diketahui secera
addressable dengan alamat ID tertentu. Proses pemadaman dan evakuasi dapat dilakukan
langsung pada titik yang diperkirakan mengalami gejaka kebakara atau kebocoran gas. .
Panel kontrol alarm kebakaran type addressable menerima satu atau lebih signal, tergantung dari
jenis protocol yang dipergunakan, dan dapat dipergunakan untuk mengontrol dan memonitor lebih
dari seratus peralatan. Beberapa protocol dapat menerima setiap tipe detektor dan module input
output, sementara protocol jenis lain mempunyai hanya 50% kapasitas channel dari berbagai
detektor dan sensor, dan 50% dari module input dan output.
Beberapa teknologi smartphone ( iPhone ) mendukung sistem informasi secara cepat dan mampu
dikombinasikan dengan sistem jaringan komputer sehingga menciptakan perbaikan performance
sistem fire alarm dan sistem hydrant yang cenderung mengalami kegagalam karena lemahnya sistem
monitoring. Model sistem monitoring fire alarm dan hydrant dapat dibuat secara terinterkoneksi
melalui internet.
Smoke detectors
Transponders
Switches
Photoelectric Sensor
Flow control
Pressure
Isolate
Standard switches
Heat Detector
event secara harian, jam atau detik dan secara real time termonitor dan
tercatat dalam database sistem komputer sehingga akan memudahkan
pelacakan / tracing kesalahan atau gangguan.
Titik deteksi hanya berdasarkan zona atau loop bukan titik detektor
yang aktif.
Windows 98/NT/2000/XP
Analog_addressable_IDNet
Harga: By Phone
Harga: By Phone
Photoelectric Smoke Detector
Type : HC - 206 A
Supply Voltage : 24 VDC
Indicating Lamp
Type : HC - 300 L
Supply Voltage : 24 VDC
Push Button 1
Harga: By Phone
Harga: By Phone
Push Button 2
Harga: By Phone
Harga: By Phone
Ionization_Smoke _Detector
Alarm Bell
Harga: By Phone
Harga: By Phone
Harga: By Phone
Harga: By Phone
Fire Alarm Panel Konvensional produk Hong Chang memiliki beberapa varian untuk Zone sesuai dengan
kebutuhan di lapangan. Zone yang tersedia : 1, 2, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 40, dan....
PEMROGRAMAN PLC
Analog Input 4-20 mA PLC Module
Monitoring dan Kontrol Mesin Industri
Salah satu keunggulan penggunaan PLC dalam pengontrolan proses dibanding dengan
panel kontrol tanpa PLC adalah dalam hal kemampuan menerima dan mengolah data
analog seperti temperatur, tekanan, flow alira, kecepatan, kelembaban udara, level
cairan dan banyak lain lagi seperti kebocoran gas dll. PLC juga mempunyai sistem
komunikasi protocol sehingga bisa dikoneksikan ke jalur LAN atau ke jalur komunikasi
data melalui ethernet dengan banyak kontrol module lain dengan sistem komunikasi
protocol yang berbeda. Sistem konfigurasi PLC juga telah dibuat untuk membantu dan
menjaga kestabilan sistem unit kerja mesin secara terpadu dengan unit kontrol proses pusat
melalui workstation yang terhubung melalui jaringan LAN.
Fungsi PLC ;
sensor humidity
sensor pH
Sistem pemrograman PLC telah banyak dipakai sebagai solusi pengolahan data analog dan
sebagai bagian dari sistem pengendalian proses yang lebih kompleks yang tidak bisa dilakukan
oleh manusia.
Osmosis Automation System merupakan solusi total bagi pemenuhan kebutuhan akan
air bersih dan higienis baik untuk komsumsi air minum maupun penjernihan air. Dengan
modul data akuisisi yang menerima input arus, tegangan ataupun tekanan dan
temperatur maka sistem otomatisasi dalam fungsi-fungsi pengendalian valve, kecepatan
motor tekanan, tekanan filtrasi serta kadar osmosis dapat dimonitor dan dikendalikan
secara langsung dari komputer atau PLC secara terintegrasi. Dengan beberapa teknis
pemrograman komputer maka unit-unit modul control temperatur, tekanan, valve
positioner, dan kadar osmosis serta kecepatan motor dapat dikonfigurasi sesuai dengan
sistem yang diinginkan.
Osmosis System adalah program dan perangkat PLC yang mengatur dan memonitor seluruh
mesin dan perangkat listrik seperti motor pompa, valve positioner, sensor osmosis, level tangki,
serta beberapa perangkat panel kontrol dll. Pengontrolan dilakukan secara otomatis dalam
beberapa kontrol fungsi antara lain :
Feed Pump
Ozonizer
Drain Valve
O3 Valve
Level Control
Motor Valve
Flow Transmitter
Diffrerential Pressure
Ozone Density
Inverter (dalam hal ini, yang dimaksud adalah pengendali motor AC)
bisa dikendalikan dengan menggunakan PLC. Pengendaliannya
bisa menggunakan hubungan serial atau perintah digital dan
analog. Cara mengendalikan inverter bisa dilakukan sederhana
dengan menggunakan PLC melalui I/O digital dan analog PLC.
Tahapan proses dilakukan secara otomatis dalam beberapa kontrol fungsi antara lain :
Flokulasi / Pengendapan
Penyaringan / Filtrasi
Ozonisasi
a. Netralisasi. Proses netralisasi merupakan proses pengaturan keasaman air agar menjadi netral
(pH 7-8). Untuk air yang bersifat asam diberi kapur. Fungsi kapur disamping untuk menetralkan
air baku yang bersifat asam juga untuk membantu efektifitas proses selanjutnya.
b. Aerasi. proses dilakukan dengan mengontakkan udara dengan air baku agar kandungan zat
besi dan mangan yang ada dalam air baku bereaksi dengan oksigen yang ada dalam udara
membentuk senyawa besi dan senyawa mangan yang dapat diendapkan. Proses aerasi juga
Program PLC akan bekerja sesuai perintah yang diberikan padanya. berfungsi untuk menghilangkan gas beracun yang tak diinginkan. Misalnya gas H2S, CH4, CO2
dan gas-gas racun lainnya.
Kecepatan conveyor bisa dibuat dengan kecepatan motor yang
sebanding dengan jumlah material di conveyor. Dan kecepatan
pompa pengisian tangki bisa dibuat disesuaikan dengan pencapaian c. Koagulasi (Coagulation)
volume dalam tangki. Sedangkan kecepatan motor blending tank
Proses koagulasi, proses ini bisa dilakukan dengan menggunakan bahan kimia seperti bahan
akan disesuaikan dengan jumlah material atau kekentalan material koagulan ( Hipoklorite / PAC dengan rumus kimia Al2O3), juga proses ini bisa dilakukan dengan
dalam tangki.
menggunakan teknik lamela plate. Pada tahap ini, air yang berasal dari penampungan awal
diproses dengan menambahkan zat kimiaTawas (alum) atau zat sejenis seperti zat garam besi
(Salts Iron) atau dengan menggunakan sistem pengadukan cepat (Rapid Mixing).
Pada proses ozonisasi, kecepatan booster pump disesuaikan
dengan tekanan pada media filter saat proses filterisasi dilakukan.
Saat kondisi filter sedikit kotoran, maka kecepatan booster pump
d. Flokulasi (Flocculation)
oleh inverter sedikit pelan, sedangkan saat filter kotor, maka
Proses Flokulasi adalah proses penyisihan kekeruhan air dengan cara penggumpalan partikel
dibutuhkan kecepatan yang lebih untuk menekan air pada filter.
untuk dijadikan partikel yang lebih besar (partikel Flok). Pada tahap ini, partikel-partikel kecil yang
Sensor tekanan saat filtrasi ini akan memberitahukan pengaturan
terkandung dalam air digumpalkan menjadi partikel-partikel yang berukuran lebih besar (Flok)
otomatis pada kecepatan booster pump.
sehingga dapat mengendap dengan sendirinya (karena gravitasi) pada proses berikutnya. Di
proses Flokulasi ini dilakukan dengan cara pengadukan lambat (Slow Mixing).
e. Filtrasi. Tahap ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran air yang masih terkandung
dalam air. Yaitu dengan melakukan filtrasi berdasarkan tekanan booster pump. Biasanya proses ini
menggunakan bahan sand filter yang disesuaikan dengan kebutuhan baik debit maupun kualitas
air dengan media filter (silica sand/quarsa, zeolite, dll) Proses filtrasi (carbon actived), proses ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas air agar air yang dihasilkan tidak mengandung bakteri
(sterile)dan rasa serta aroma air
Proses ini merupakan proses utama ( Untuk technologi baru dalam proses water treatment
system) dengan hasil qualitas jauh lebih baik dari air mineral. Proses ini melalui alat yang disebut
Holo Membrane semipermiable, membrane ini mempunyai lubang air 0,01 0,001 micron dimana
air yang melewati lubang tersebut sudah merupakan air bebas polutan meniral terlarut bactery,
Satuan kekuatan dalam Ozone adalah nm, Untuk dapat membunuh virus dan logam-logam berat lainnya.
Kuman serta sejenisnya dengan sempurna, adalah Minimal pada
ukuran 185 nm Ozone Radiation.
f. Ozonisasi. Proses sterilisasi harus dilakukan secara baik dan benar, agar kualitas air yang
dihasilkan benarbenar steril dan dijamin tidak merugikan kesehatan.
Adapun proses ini dilakukan setelah proses perlakuan water treatment dengan menggunakan
proses OZONISASI. Yaitu proses pencampuran gas ozone kedalam air umpan yang telah
diproses melalui water treatment system, yang mana ozone ini berfungsi sebagai / membunuh
kuman, bactery serta virusvirus yang kemungkinan masih ada dalam air, serta sebagai pengawet
yang food grade yang tidak ada efek samping terhadap tubuh manusia.
Proses ozonisasi dilakukan diawal proses bertujuan untuk mengurangi bacteri , virus, amuba,
serta patogen yang merugikan, serta proses ini juga dapat menghilangkan kadar-kadar isektisida
dalam air yang mana apabila air terkontaminasi dengan insekisida dan proses ozonisasi berguna
juga sebagai remove iron, manganese.
Pemrograman PLC
Agar proses pengolahan berjalan dengan benar maka dibuatkan alur proses kerja sistem yang
Prinsip pengontrolan dengan program PLC secara otomatis
disusun dalam bentuk program PLC. Pemrograman Osmosis dibagi untuk beberapa bagian
terintegrasi dengan unit komputer akan menjaga performa kerja dari proses yang meliputi :
awal proses filtrasi sampai ozonisasi sesuai setting yang
diharapkan. Untuk itu diperlukan panel kontrol yang terdiri atas
Automatic RO Process
sensor tekanan
Hour meter
Gas Sampler
Thermostat
PLC
Monitor Touchscreen
Inverter bekerja dengan cara mengatur tekanan pada proses filter isasi yaitu dengan cara
mengatur kecepatan putaran booster pump.
Actuator motorized electric merupakan motor penggerak valve yang digerakkan oleh suplai listrik
melalui perintah digital maupun analog. Valve digerakkan melalui tegangan fixed AC / DC sebesar
24 Vdc, 220 Vac. Dan beberapa diantaranya digerakkan melalui tegangan referensi 0-10 Vdc.
Kontrol valve proses osmosis terdiri beberapa bagian dan penerapan yaitu Unit Washing dan Back
Dengan sistem pemrograman komputer pekerjaan telah digantikan Washing yang terdiri dari 3 way control valve dan electric linier actuator, dan 2 way control ball
secara otomatis. Beberapa pemrograman otomatis dilakukan untuk valve dan electric rotary actuator. Control Valve ini digerakkan melalui perintah program PLC.
menurangi kesalahan yang muncul dari unit unit dalam beberapa
hal tentang :
3. Layar Monitor Touchscreen
Layar monitor touchscreen dan program PLC dipergunakan untuk melakukan beberapa fungsi
yaitu :
Supervisory Control : yaitu fungsi pengendalian dan monitoring sistem back washing
dan Filtering, Kecepatan Booster Pump, dan Frekwensi Inverter dari Booster Pump,
ataupun dalam rangka untuk pemeliharaan, atau monitoring.
Fungsi Tagging : yaitu fungsi peletakan informasi (penandaan) pada peralatan tertentu,
misalnya circuit breaker, contactor, circuit breaker, push button yang tidak boleh
dioperasikan karena adanya pekerjaan pemeliharaan.
Pemrosesan Alarm / Event : yaitu pemberian informasi pada operator, jika ada
kejadian atau perubahan pada sistem diantaranya beda tekanan filter tidak
normal, batterai PLC tidak normal, tekanan tinggi tidak normal, kadar ozon tidak
normal, dan level tangki tidak normal, dan sebagainya. .
Salah satu performance genset yang penting dalam pengoperasian genset adalah ketersediaan starting dan stoping yang baik
dengan tersedianya sistem wiring panel yang memadai untuk beropereasinya genset secara maksimal tanpa gangguan. Dengan
wiring panel sederhana dengan menggunakan timer, perangkat sensor dan relay, maka sistem starting genset sudah bisa
dilakukan meski ada beberapa kekurangan. Sistem wiring sederhana tersebut belum mampu menyediakan informasi gangguan
ataupun kondisi terkini mengenai catatan gangguan dan gejala abnormal generator secara lengkap. Tentunya sistem wiring
sederhana kurang berguna karena banyak kendala diesel engine dan generator yang akan muncul seperti :
batterai lemah
tegangan un-balance
tegangan drop
Remote Management. Salah satu metoda monitoring kerusakan generator tersebut adalah dengan membuat sistem
monitoring yang mempunyai fungsi monitoring sekaligus sebagai data logging. Dimana setiap gejala dan kerusakan yang
terjadi secara periodik didata dan dilaporkan secara automatic ke sistem data logger untuk ditindaklanjuti. Sistem yang dibuat
bisa dikonfigurasi secara local dengan PC melalui RS 232 maupun jarak jauh atau telemetry dengan menggunakan internet.
Dengan sistem yang dibuat, maka akan mengurangi kerusakan yang berdampak fatal sehingga dapat meningkatkan performa
mesin. Hal penting dari pembuatan sistem ini adalah :
Monitoring performance dan kesiapan mesin. Diantaranya meliputi ; tekanan oil pressure, engine temperature, battery
voltage, power output, diesel levels, engine run time dan engine RPM.
Remote operation dan control. Yaitu kontrol start stop jarak jauh dari setiap lokasi. Kendali otomatis akan menghaslkan
alarm dan akan mengurangi biaya kunjungan ke lokasi.
Alarm management. Sistem akan mengirimkan sinyal alarm ke kantor pusat saat level bahan bakar mencapai level
tertentu dengan mengirimkan SMS, atau email.
Management persewaan genset. Sistem remote akan secara otomatis memberitahukan posisi genset , melacak posisi
terakhir secara real time.
Konfigurasi genset dari jarak jauh. Merupakan gabungan tampilan layar dan kontrol jarak jauh dengan perangkat
software. Atau sebagai analisa dan management lapangan.
Alfa Perkasa Engineering mensupport anda dengan berbagai produk yang dipakai dalam pekerjaan desain, konstruksi, dan
otomatisasi genset. Beberapa diantaranya meliputi bidang bidang :
Software Pemrograman
Telemetry
Gensys Modul
Features:
Large Image
I/O flexibility
Large Image
Large Image
No IT expertise required
No firewall issues
No VPN required
No static IP needed
No programming
No hassles
Metoda Autostarting Genset untuk aplikasi sungai, waduk, bendungan, pompa pengendalian banjir, dan aplikasi listrik
cadangan untuk gedung atau pabrik dengan menggunakan sistem monitoring sudah menjadi keharusan. Ketika lokasi
menjadi kendali operasional dan biaya tinggi, maka penggunakan gelombang radio atau internet telah mendesak
pengguna untuk memanfaatkan sistem monitoring telemetry dengan produk GSM GPRS Modem.
Kombinasi sistem kontrol Deepsea sebagai kontrol autostart dan modul GPS GPRS bisa menjadi solusi tepat bagi
pengguna bisnis rental genset, stasiun telekomunikasi, stasiun kontrol pengendali banjir, pengontrol level dan debit
sungai / waduk. Dengan modifikasi wiring dan program serta konfigurasi TCP/IP untuk komunikasi data, maka sistem
monitoring jarak jauh ini bisa diaplikasikan juga pada modul deepsea sebagai pengontrol start dan stop diesel pump
atau motor induksi water treatment hotel, rumah sakit, mall, apartemen, gedung tinggi, dan lainnya. Pengembangan
sistem kontrol jarak jauh / telemetry telah dipakai untuk monitoring tangki, sungai atau waduk di daerah yang sangat
sulit dijangkau. Pemakaian sistem telemetry menjadi kebutuhan sehari-hari lainnya termasuk sistem pompa,
monitoring lingkungan ( suhu, kelembaman, pencemaran udara, dan kondisi lingkungan ).
Specification
GSM/GPRS Modul
Features:
Features:
Communication
port type : RS485, half duplex isolated
Baud Rate : 9600, 19200, 38400
Protocol : Modbus-RTU
Wireless Communication
IEEE standart : IEEE 802.15.4
Modbus protocol.
Environment
Operating Temp : -10 - 65 C
Harga: By Phone
Harga: By Phone
Start and stop the genset automatically,High
power relay output, energize to stop control,
reliable and simple, monitor falut condition and
shutdown, EMC and Low voltage test passed.
Harga: By Phone
Harga: By Phone
Battery Charger
Harga: By Phone
Harga: By Phone
Harga: By Phone
Harga: By Phone
Harga: By Phone
Harga: By Phone
Single voltage 12 V/24 Volt Up to 250Ahx2 5Amp, Dual Voltage 12V/24V Up to 150
Ahx2 , 10Amp 1 phase, Preoteksi Reverse
Polarity, Short circuit, Overcharge, For
Engine Starter and Engine running,
Apakah Anda tahu bagaimana merancang dan membuat sistem fire alarm ? Baiklah... mari kita bahas kembali masalah fire alarm. Silahkan memberi
komentar ( melalui telephone atau SMS ) jika pembahasan ini masih tidak sempurna ...
Untuk merencanakan dan membuat sistem fire alarm, maka pertimbangan lokasi, sifat dengan luas dan besar area yang harus
dideteksi / dipasang detector maka system pendeteksian kebakaran harus dibagi dalam beberapa zona atau loop. Dengan masingmasing loop terdiri atas 5 atau 10 bahkan lebih 50 detektor yang dipasang secara parallel. Sistem instalasi zona detektor haruslah
mampu mempertahankan kepekaan detektor terhadap lonjakan listrik ( current transient ) yang terjadi. Sebab banyak permasalahan
akan timbul jika instalasi tidak dilengkapi dengan sistem proteksi yang baik terhadap arus transient. Arus transient / lonjakan listrik
sering merusak smoke detektor dan MCFA. Sistem instalasi harus dipastikan bebas dari arus transient. langkah mudah untuk itu
adalah dengan memberikan sebuah relay pengaman yang berfungsi membatasi arus transient akibat lonjakan listrik PLN atau Genset.
Dampak luas akan mengancam announciator dan MCFA sebagai akibat tidak adanya sistem proteksi arus lebih bahkan saat
terjadi short circuit akibat lonjakan listrik atau terbakarnya tahanan pada end off line( EOL ) zona detektor. Sistem instalasi
juga harus terlindungi dari arus ground akibat kesalahan sistem looping yang bersentuhan dengan besi atau bahan konduktor
lain. Kesalahan atau munculnya ground short circuit dapat merusak ke tingkat MCFA. Sistem instalasi juga harus mampu
melindungi modul dari short circuit dan overcurrent baik pada terminal power supplay module ataupun terminal input looping.
Jika tidak modul anda akan rusak dan berdampak besar pada kerusakan sistem MCFA.
3. Sulit bagi saya untuk menguasai evakuasi dan memahami kerja alarm dan saya juga mengalami kesulitan menangani
permasalahan kebakaran. Panel Alarm tidak melibatkan saya untuk cepat menguasai permasalahan fire alarm.
Perangkat sistem fire alarm terdiri atas perangkat hardware dan software. Namun faktor keamanan dan kemudahan dan kemudahan
operasional serta monitoring dan controlling tetap akan menjadi pilihan utama dalam pembuatan sistem fire alarm. Sistem fire alarm
tidak saja hanya memberikan sinyal dini kebakaran berupa bell alarm kepada petugas, namun hendaknya juga kemudahan monitoring
kondisi sebenarnya kejadian kebakaran di lapangan .
Penggunaan modul analog dan digital telah menjadikan sistem yang lebih sederhana dan mudah dalam
sistem monitoring baik pengkabelan maupun pemrograman telah menjadi pilihan banyak industri dan
komersial untuk mendapatkan fleksibilitas dan kemampuan sistem kontrol dan monitoring. Beberapa
produk controller terakhir didesain dan dibuat untuk beberapa channel input dan atau output dalam satu
modulnya. Maka dalam hal sistem instalasi akan lebih effisien baik biaya dan pengkabelannya.
Dengan menggunakan beberapa module digital dan komputer sebagai pengganti dari master control fire
alarm yang sudah ada sebelumnya, dan dengan tambahan software berbasis komputer maka didapatkan
sistem dengan kelebihan yang tidak didapat pada sistem control panel fire alarm sebelumnya. Kelebihan
pembuatan sistem tersebut adalah sebagai berikut :
1. penggunaan sistem komputer relatif lebih mudah dan menjadi lebih fleksibel untuk berbagai
aplikasi pengontrolan.
2. Memungkinkan dilakukannya integrasi berbagai macam aplikasi dalam satu komputer. Bahkan
memungkinkannya dilakukan komunikasi antar komputer atau controler yang lain.
3. Mempermudah kemungkinan pengolahan, penambahan dan pengaturan data informasi sehingga
diperoleh sistem monitoring dan kontrol fire alarm yang aplikatif dan informatif dalam bentuk
gambar visual animasi, grafic, dan berbagai menu kontrol visual sesuai dengan kondisi nyata di
lapangan.
Sedangkan penggunaan modul controller untuk sistem ini mempunyai kelebihan dalam beberapa hal
berikut :
1. Dapat diaplikasikan untuk sistem lain dengan protocol komunikasi modbus / RTU Protocol.
2. Mampu menerima sinyal input detektor lebih dari 8 channel. Dimana untuk 1 channel mewakili
satu input detektor atau satu zona detektor. Sehingga lebih effisien dalam sistem pengkabelan dan
harga.
3.
4. Memiliki kemampuan menerima data digital maupun analog yang bisa dikontrol lewat komputer.
5. Dapat dihubungkan lewat jaringan Ethernet sehingga memungkinkan dilakukan integrasi
komunikasi data dengan unit lain melalui modem, hub, atau controller lain.
Instalasi dengan sistem semi-addressable pada awalnya merupakan pilihan yang mendekati untuk mencari dimana sebenarnya zona
kebakaran terjadi. Namun perkembangan teknologi sistem semi-addressable telah digantikan oleh tuntutan sistem fire alarm yang
transparan, real time, dan kemudahan lain dalam hal monitoring data kejadian serta kemudahan kontrol dalam tampilan layar
komputer.
Beberapa kelemahan yang dijumpai saat akan menggunakan sistem Addressable telah diantisipasi dengan sistem dan produk yang
lebih baik yaitu bahwa :
Jumlah modul dan instalasi kabel yang lebih banyak karena satu detektor alan memiliki satu address tersendiri. Sehingga biaya
akan lebih besar.
Kesulitan dalam menentukan secara pasti dimana lokasi ruangan dan posisi di lapangan yang sebenarnya. Indikasi lampu
alarm pada panel announciator tidak sepenuhnya bisa mewakili posisi sebenarnya tentang titik kejadian kebakaran di
lapangan.
Pada sistem addressable setiap detector memiliki alamat sendiri-sendiri untuk menyatakan identitas ID dirinya. Jadi titik
kebakaran sudah diketahui dengan pasti dengan melihat lampu flash pada panel annunciator, karena panel bisa menginformasikan
deteksi berasal dari detector yang mana. Sedangkan sistem konvensional hanya menginformasikan deteksi berasal dari Zone atau
Loop, tanpa bisa memastikan detector mana yang mendeteksi, sebab 1 Loop atau Zone bisa terdiri dari 5 bahkan 10 detector,
bahkan terkadang lebih.
-----------------------------------------------------------Agar bisa menginformasikan alamat ID, maka diperlukan sebuah module yang disebut dengan Monitor Module. Ketentuannya
adalah bagaimana menentukan modul yang tepat dan murah. Sebab beberapa tahun yang lalu modul dengan kemampuan
addressable agak sulit ditemukan. Namun sekarang ini tidak lagi seiring dengan perkembangan teknologi elektronika.
Artinya sekarang dengan satu Monitor Module benar-benar bisa dipakai untuk beberapa alamat addressable. Tidak seperti produk
lama dimana satu monitor modul hanya bisa menampung satu alamat addressable. Sehingga sekarang dengan Monitor Modul
addressable diperoleh sistem yang benar-benar addressable (istilahnya fully addressable).
Sistem komputer merupakan sistem baru kontrol monitoring fire alarm dimana Main Control Fire Alarm ( MCFA ) digantikan oleh sebuah
perangkat komputer. Dalam hal ini komputer bertindak sebagai pusat pengolahan data kejadian kebakaran dan mengolah serta
memerintahkan unit anounciator atau modul controller untuk mengaktifkan lampu flash dan alarm bell atau sekedar menghidupkan
pompa kebakaran.
NO
I
A
1
1
PEKERJAAN ELEKTRONIKA
PEKERJAAN FIRE ALARM
PEKERJAAN UTAMA
Desk Komputer/pc Merk DELL Optiplex 390nMT
- Intel Core i3- 2120, 2GB DDR3
- Widescreen Flat Panel Monitor 19
2. Software HMI - SCADA
- Microsoft Operating System ( 32 / 64 bit )
- Wndows Xp, Vista, windows 7
3 Module Controller
- Digital Input/ Output for status
- Control Relay Module for output
- Converter RS232/482
4. Power Supply 24 Vdc dan UPS
2 KABEL DISTRIBUSI
1 Kabel dari MCFP ke :
- TBFA - Zone A
Twisted Shielded 2 x AWG 18 dalam PVC Conduit 20 mm
FRC 3 x 2,5 mm dalam PVC Conduit 20 mm
- TBFA - Zone B
Twisted Shielded 2 x AWG 18 dalam PVC Conduit 20 mm
FRC 3 x 2,5 mm dalam PVC Conduit 20 mm
- TBFA - Zone C
Twisted Shielded 2 x AWG 18 dalam PVC Conduit 20 mm
FRC 3 x 2,5 mm dalam PVC Conduit 20 mm
Instalasi FRC 2 x 1,5 mm dalam PVC Conduit 20 mm :
Smoke Extract Fan
Pressure Fan
Automatic Door
Sound System
PDTR
Genset Monitoring
Hydrant Pump Monitoring
DPK dan PABX
3 INSTALASI FIRE ALARM
ZONE A
- Rate of Rise Detector
- Jack Fireman Intercom
- Indicator Flashing Lamp
- Alarm Bell
- Break Glass
- Instalasi Detector FRC 2 x 1,5 mm dalam Conduit
- Instalasi Bell + Indicator Lamp : NYA 2 x 1,5 mm
- Instalasi Jack Fireman Intercom : FRC 2 x 1,5 mm
- Instalasi Break Glass : Twisted Shielded AWG 18
- Instalasi Flow Switch : NYA 2 x 1.5 mm
ZONE B
- Rate of Rise Detector
- Jack Fireman Intercom
- Indicator Flashing Lamp
- Alarm Bell
- Break Glass
- Instalasi Detector FRC 2 x 1,5 mm dalam Conduit
- Instalasi Bell + Indicator Lamp : NYA 2 x 1,5 mm
- Instalasi Jack Fireman Intercom : FRC 2 x 1,5 mm
- Instalasi Break Glass : Twisted Shielded AWG 18
- Instalasi Flow Switch : NYA 2 x 1.5 mm
ZONE C
- Rate of Rise Detector
- Jack Fireman Intercom
- Indicator Flashing Lamp
- Alarm Bell
2. Langkah kerja berikutnya adalah penentuan lokasi Hydrant Box dan Panel Announciator / Junction Box. Penentuan lokasi Hidrant
Box ini didasarkan atas tingkat kepadatan pengunjung atau luasnya bangunan yang akan dipasang. Hal ini penting mengingat faktor
kekerasan bunyi alarm bell dan tingkat cahaya yang ditimbulkan oleh nyala flashing dari lampu flash. Pilih flash lamp dengan cahaya
berkedip ( bukan sekedar menyala ) agar pada saat lampu ruangan dimatikan nyala lampu flash begitu jelas. Panel announciator
berfungsi sebagai panel penerima sinyal lapangan dari detektor. Hendaknya panel announciator terletak dalam ruang yang
bertemperatur cukup dingin (seperti diruang AHU) untuk ketahanan modul elektronik. Juga dibutuhkan sistem wiring yang rapi dan
simple untuk memudahkan troubleshooting dan perbaikan. Panel announciator berisi modul kontrol yang menerima sinyal kebakaran
dari detektor, push button dan flow switch atau tamper switch yang aktif saat sprinkler pecah.
3. Langkah selanjutnya adalah penentuan lokasi pemasangan detektor dan pembagian zona detektor.Pertanyaan yang sering diajukan
adalah di area mana kita menempatkan Smoke Detector dan di area mana kita menempatkan Heat Detector. Secara umum
patokannya adalah:
Jika diperkirakan di area tersebut saat awal terjadi kebakaran lebih didominasi hembusan hawa panas ketimbang kepulan asap, maka
tempatkanlah Heat Detector. Contoh: ruang trafo, power room atau ruang genset. Namun kombinasi smoke detector dan heat
detector juga dimungkinkan mengingat ruang trafo atau power room terdapat kabel-kabel yang sewaktu-waktu bisa terbakar,
sehingga penempatan smoke detektor bersamaan dengan heat detector bisa juga dilakukan. Untuk ruangan Trafo dengan Blower
Fan yang baik, maka pemasangan smoke detektor tidak akan effektif, sehingga bisa dikombinasikan antara fixed heat detector dan
sensor temperatur ( temperatur transmitter ). Temperatur transmiter dipergunakan sebagai kontrol temperatur ruangan trafo yang
akan mengatur kerja on/off fan secara terpadu untuk effisiensi energi listrik.
Sebaliknya jika didominasi asap, sebaiknya memasang Smoke. Contoh: ruangan no smoking area yang beralas karpet (kecuali kamar
hotel), gudang kertas, gudang kapas, gudang ban, gudang makanan-minuman (mamin) dan sejenisnya.
4. Penarikan Kabel FRC ( Fire Resistance Cable ) atau kabel khusus untuk instalasi kebakaran. Penarikan kabel haruslah dilakukan
secara baik yaitu dengan memberikan code jalur penarikan. Hal ini untuk memudahkan pengecekan dan perbaikan kabel di suatu hari
saat kesalahan input detektor ke alamat modul controller. Lakukan penarikan kabel data ( kabel komunikasi mondul controller dengan
sistem komputer ) bersamaan dengan penarikan kabel FRC berdasar route penarikan yang sudah ditentukan.
5. Pengetesan jalur kabel dan alamat program detektor. Pada saat melakukan penarikan kabel FRC, secara bersamaan hendaknnya
dilakukan pengetesan sinyal input detektor yang ada pada modul controller. Hal ini harus dilakukan bersamaan dengan penarikan
kabel FRC agar dapat dilakukan perbaikan secepatnya apabila ditemukan kesalahan jalur penarikan atau penyambungan kabel FRC ke
semua detektor. Hidupkan power 24 Vdc dan setting alamat input detektor akan segera diketahui benar tidaknya ke terminal modul
controller lewat program komputer.
6. Pembuatan Sistem Monitoring dan Control di Komputer.
Pembuatan sistem monitoring dilakukan dengan menggunakan sistem animasi gambar dimana pada layar komputer akan tampak
gambar asli bangunan, ruang atau bagian gedung yang akan dimonitor. Dengan menggunakan software aplikasi maka setiap kejadian
/ event dapat dibuat animasi gambar seperti gambar animasi api, fan, atau pompa atau junction box atau detektor yang
menggambarkan kondisi sebenarnya.
6. Membuat sistem integrasi dimana sistem fire alarm akan menjadi bagian dari
building management yang terintegrasi dengan sistem monitoring dan controlling
lainnya secara otomatis.
Sedangkan sistem konfigurasi yang dipilih sebagai desain pembuatan fire alarm adalah
seperti digambarkan berikut :
Dengan pemilihan beberapa module controller yang ada di pasaran maka setiap detektor akan berfungsi sebagai sinyal digital yang mengaktifkan input
module yang kemudian akan ditampilkan pada layar komputer. Beberapa informasi penting dan urgent yang bisa ditampilkan di layar komputer
dipilih sebagai indikasi alarm tentang status, kejadian dari semua aktifitas kejadian atau aktivitas gedung, mall, pabrik atau apartemen
dapat dibuat sesuai dengan keinginan. Yang dapat dibuat seperti beberapa model berikut :
OverTemperatur
98 Celcius
Apabila pada zona tertentu terindikasi ada sinyal detector aktif maka system otomatis akan memberitahukan adanya sinyal tersebut
dengan informasi berupa perubahan status non-aktif menjadi aktif dengan ditandai oleh bunyi bell alarm serta perubahan warna
status bar dari warna hijau menjadi merah pada layar komputer. seperti gambar berikut.
Fire Alarm Building management merupakan tindakan integrasi sistem informasi yang dipilih untuk mendapatkan sistem
penataan keamanan gedung yang berdampak dalam peningkatan efektifivitas operasional, transparansi informasi, dan
kemudahan maintenance. Operator bisa dengan mudah mengoperasikan dan mengendalikan sistem fire alarm dalam bentuk
dan kondisi sebenarnya ( real time ) dalam bentuk gambar kejadian alarm di layar komputer. Operator dengan cepat
memahami secara visual tentang lokasi kebakaran yang sesungguhnya.
Oleh karena kemudahan visual dalam melihat kejadian dan lokasi kebakaran dengan layar komputer tersebut, maka pemakaian Fire
Alarm secara visual sekarang telah menjadi pilihan dengan pertimbangan kecepatan dan kemudahan pencarian titik kebakaran.
Kelebihan lain dari system visual ini adalah kemampuan untuk menggabungkan sistem fire alarm dengan banyak utility lain dalam
gedung secara terkoordinasi dan terintegrasi.
Salah satu bentuk integrasi tersebut adalah termasuk monitoring dan controlling seluruh aset gedung baik perangkat lunak
berupa data maupun perangkat keras berupa komponen bangunan gedung seperti kontrol jockey pump, electric pump, diesel
pump, dan sistem lainnya seperti power room, genset room, dan trafo room. Seperti digambarkan sebagai berikut
Atau dikenal dengan sistem integrasi. Perancangan fire alarm terintegrasi meliputi tahapan berikut :
1. Perencanaan perangkat lapangan seperti detektor, kabel data, kabel instalasi detektor, dan lain-lain
2. Perancangan tampilan visualisasi pada layar komputer dipilih untuk program IBIS (Integrated Building Information
System) yang dirancang dengan pemrograman Visual Basic.
3. Pemilihan perangkat Komputer dan Modul Controller sebagai perangkat komunikasi data lapangan dengan unit komputer
sehingga membentuk sistem monitoring dan kontrol yang terintegrasi.
4. Pembuatan sistem monitoring dan kontrol fire pump room
Implementasi dari Integrated Building System yang dirancang antara lain dapat digunakan untuk memonitor kegiatan
operasional fire alarm dan pemeliharaan sejumlah perangkat alarm, maintenance, serta perbaikan sistem secara menyeluruh.
Sistem Fire Alarm dengan komputer dikembangkan dengan beberapa tampilan sesuai dengan hak akses yang diberikan kepada
masing masing pengguna yakni user, admin, eksekutor dan engineer, yang didalamnya terdapat database hak akses untuk
editing program, operasi, atau setting parameter. Integrated Building System telah mampu mengurangi terjadinya human error
pada proses manajemen kebakaran secara real time, transparansi kejadian, aktivitas secara fleksibel.
Kemampuan menginventarisir data dan gambar yang terintegrasi, didukung oleh teknologi pengelolaan database yang
berbasiskan web, bermanfaat untuk user dalam mengetahui informasi melalui hasil cetak kejadian, letak detektor dan zona
yang aktif. Bagi staff dan engineering sistem ini digunakan dalam memonitoring dan mengontrol sistem secara fleksibel,
mudah dalam monitor lokasi kebakaran dan mendeteksi secara visual posisi zona detektor yang aktif. Pihak-pihak terkait
seperti security, staff maintenance dan engineer dapat bertindak dalam menanggulangi kerusakan yang terjadi untuk
memberikan layanan terbaik dalam pengelolaan bangunan gedung.
Unit Fire Pump merupakan unit vital yang berperanan dalam proses pemadaman kebakaran yang terjadi. Unit Fire Pump yang adalah
gabungan dari jockey pump, main electric pump dan Fire Diesel bekerja secara terintegrasi setelah menerima perintah aktif dari fire
alarm MCFA sebagai pusat pengendali penanganan kebakaran. Fungsi dari tiap-tiap unit tersebut dapat dijelaskan berikut :
Pipa Hydrant
Instalasi pipa hydrant berfungsi untuk mengatasi dan menaggulangi kebakaran secara manual dengan menggunakan hydrant box ,
hydrant box ini tersedia pada setiap lantai dengan beberapa zone /tempat.
Pada hydrant box terdapat fire hose[ selang ] ,nozzle, valve, juga terpasang alat bantu control manual call point, alarm bell serta
indicating lamp dan untuk diluar gedung [ area taman / parkir ] terpasang hydrant pillar serta hose reel cabinet.
Digunakan untuk menstabilkan tekanan air pada pipa dan pressure tank. Pada saat splinker pecah, maka secara otomatis sinyal
flow switch akan diterima sebagai input dan sekaligus diolah sebagai sinyal output modul controller untuk mengaktifkan jockey pump.
Pada saat air terdistribusi ke area kebakaran maka secara otomatis tekanan pipa header akan turun dan memaksa jockey pump
menaikkan tekanan. Jika tekanan tidak bisa dipertahankan pada jockey pump 1, maka secara otomatis keadaan ini akan memaksa jockey
pump 2 dan seterusnya untuk mentransfer air ke lokasi pecahnya splinker. Jika pada tekanan header jockey pump masih tidak mampu
mempertahankan tekanannya maka kerja pompa akan dibantu oleh fire pump.
Digunakan sebagai pompa utama , bila tekanan / pressure tank turun setelah jocky pump tidak sanggup lagi mengatasi [ jocky
pump akan mati sesuai dengan setting pressure tank ] maka main fire pump akan bekerja. Dan pada saat tekanan header tidak bisa
dipertahankan oleh main fire pump maka secara otomatis kerja pemompaan akan dibantu oleh diesel pump.
Siemense Conection
Digunakan bila terjadi kebakaran dan pompa [diesel fire pump, fire main pump dan jocky pump] tidak bisa di operasional / gagal
bekerja maka dilakukan pengisian air kedalam jaringan pipa dari mobil pemadam kebakaran/ pompa cadangan lain untuk menggantikan
fungsi peralatan yang ada dalam keadaan emergency , siemese conection dipasang pada instalasi pipa sprinkler dan hydrant.
1. Inspection : merupakan langkah pengecekan secara visual sehingga diperoleh kondisi operasi yang baik, serta terhindarnya
kerusakan phisik.
2. Testing : merupakan tindakan pengetesan sistem, dan bagiannya, untuk meyakinkan dan membuktikan sistem atau bagian
bekerja secara baik dan sesuai dengan standart operasi.
3. Maintenance : pekerjaan yang terorganisasi untuk menjaga dan memperbaiki peralatan pada kondisi operasi yang
direncanakan.
Berpedoman pada 3 hal tersebut maka dibuatlah beberapa prosedure inspeksi berikut testing terhadap sistem dengan
melakukan pengukuran dan pengetesan dalam hal :
1. Melakukan pengetesan dan pengukuran tekanan pada jockey pump, electric pump dan diesel pump pada saat start dan stop
dalam rentang waktu pengetesan secara manual. Hal ini dilakukan melalui panel lokal maupun dari kontrol komputer. Pada test ini
diharapkan diketahui setting atau kalibrasi tekanan tiap pompa pada saat nanti beroperasi.
contoh :
Tes mingguan terdiri dari kondisi churn (tanpa aliran air) dan observasi visual yang bersangkutan. Tes harus dilakukan dengan
menjalankan pompa secara otomatik selama minimum 10 menit untuk pompa berpenggerak motor listrik dan minimum 30 menit untuk
pompa berpenggerak mesin diesel. Tes tahunan harus dilakukan dengan aliran minimum, nominal (rated) dan maksimum.
2. Melakukan pengetesan kerja valve dari sistem secara keseluruhan bekerja dengan baik saat kondisi normal, ataupun saat
kondisi beroperasi.
3. Memastikan semua sistem kelistrikan bekerja optimal seluruh pompa untuk mengetahui kondisi overload dan overcurrent serta
kepastian sistem bekerja baik saat peak load.
contoh :
3.1. Prosedure tekanan sistem untuk menjalankan pompa joki secara otomatik,
3.2. Prosedure operasi valve saat kebakaran terjadi saat start, pengaturan tekanan saat terjadinya kebakaran, sampai proses mematikan pompa
secara manual.
Berikut adalah beberapa kontrol yang dibuat untuk mendapatkan sistem kontrol dan monitoring yang mewakili kerja sistem yang
sesungguhnya sehingga nantinya didapatkan kinerja sistem fire pump yang optimal. Kontrol dan monitoring tersebut adalah :
Sedangkan sistem monitoring terintegrasi untuk Fire Pum dan Fire Alarm terbagi atas beberapa kontrol yang menggabungkan
fungsi-fungsi berikut :
1. Fungsi Signalling. Yaitu peralatan detektor maupun sensor yang akan berfungsi sebagai sinyal input yang memicu perangkat bell
/ alarm dan fire pump. Sinyal ini digerakkan dari modul controller berupa sinyal digital dari detektor, flow switch, tekanan pompa
yang terintegrasi dalam layar monitor.
2. Fungsi Monitoring. Yaitu perangkat software yang menampilkan sinyal input dalam bentuk animasi gambar, graphic, atau tabel
data kejadian setiap waktu.
3. Fungsi Controlling. Yaitu peralatan yang berguna sebagai kontrol beberapa fungsi otomatis yang mengendalikan kerja sistem
secara keseluruhan. Control ini menggunakan beberapa modul Controller Analog yang mengukur parameter-parameter tekanan,
suhu yang sering berubah yang mempengaruhi sistem.
Saya ingin membuat kontrol dan monitoring sistem pompa kebakaran yang terintegrasi dengan fire alarm. Dimana saya bisa
mendapatkannya . Sistem Pompa kebakaran saya kadang mengalami gangguan operasi. Adakah cara untuk melakukan
memperbaiki performance pompa kebakaran saya.
Apakah benar, ada sistem lain yang lebih mudah. Cepat dalam menemukan letak ruang, lantai dan posisi dalam gedung melalui
gambar visual atau animasi dalam layar komputer, saya rasa sangat menarik.
Apapun yang Anda lakukan dan sedang Anda alami, Anda bisa menentukan sendiri bagaimana bentuk management monitoring dan
kontrol yang Anda inginkan.