Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN PRAKTEK KERJA

DI PT PLN (PERSERO) UP2D JATENG & DIY


DCC YOGYAKARTA

PEMASANGAN SMOKE DETECTOR PADA PANEL RTU 20 KV


YANG TERINTEGRASI SCADA DI GARDU INDUK KENTUNGAN

Laporan Kerja Praktek


Disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program Studi Teknik
Elektro Departemen Teknologi Industri Sekolah Vokasi
Universitas Diponegoro

Oleh :
Abbi Dwi Pamungkas
21060116083002

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK ELEKTRO


DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI SEKOLAH
VOKASI UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil‘alamin puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat


Allah Subhanahuwata’ala karena atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat melaksanakan Praktik Kerja pada PT PLN (PERSERO) Unit
Pelaksana Pengatur Distribusi (UP2D) Jawa Tengah dan DIY DCC Yogyakarta
serta dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktek dengan judul “Pemasangan
Smoke Detector pada Panel RTU 20 KV yang Terintegrasi SCADA di Gardu
Induk Kentungan” yang telah dilaksanakan dengan baik. Laporan Kerja Praktek
ini ditulis berdasarkan hasil Kerja Praktek yang penulis laksanakan selama 3 (tiga)
bulan yaitu tanggal 7 Januari 2018 sampai dengan tanggal 29 Maret 2018 di PT
PLN (Persero) Unit Pelaksana Pengatur Distribusi (UP2D) Jawa Tengah dan DIY
DCC Yogyakarta.
Dalam melaksanakan kerja praktek sampai dengan penulisan laporan ini,
penulis mengalami berbagai hambatan dan kesulitan, diantaranya adalah
keterbatasan sumber data yang penulis peroleh, demikian juga dengan hal-hal baru
tentang ilmu kelistrikan ketenagaan yang penulis temui. Namun berkat rahmat
Tuhan Yang Maha Esa dan bantuan dari berbagai pihak maka penulis dapat
menyelesaikan laporan ini. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan ridho dan kekuatan serta menuntun Penulis
untuk menyelesaikan laporan Kerja Praktekini.
2. Orang tua serta keluarga penulis yang telah memberikan semangat dan doa serta
bantuan materil.
3. Bapak Arkhan Subari ST. M.Kom selaku Ketua Jurusan PSD III Teknik Elektro
Departemen Teknologi Industri Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro
Semarang.
4. Bapak Drs. Iman Setyono, M. selaku dosen pembimbing laporan Praktik Kerja.
5. Bapak Mosses Allo, selaku Manager PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana
Pengatur Distribusi (UP2D) Jawa Tengah dan DIY yang mengijinkan penulis
meakukan kerja praktik di UP2D Jateng & DIY DCC Yogyakarta.

iv
6. Bapak Angga Rajasa selaku Asisten Manajer bidang SCADATEL yang telah
memberikan kesempatan bagi Penulis untuk melaksanakan Kerja Praktek di
bidang SCADATEL.
7. Pak Fitri Suparlan selaku Supervisor RTU DCC Yogyakarta dan Peripheral
yang telah mengijinkan penulis mengikuti serangkaian pemeliharaan.
8. Pak Anton, Pak Soli, Mas Wahyu selaku pegawai di SCADA DCC Yogyakarta
yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan bagi Penulis selama
melaksanakan Kerja Praktek.
9. Mas Diki, Mas Fajar, Mas Rudi, Mas Fandi, Mas Wahyu dan semua crew dari
Prima Data yang sudah memberikan banyak pengalaman dilapangan maupun di
ruangan selama kerja praktek
10. Seluruh karyawan dan karyawati DCC Yogyakarta yang telah membantu
pengumpulan data dan membantu mempermudah pembuatan laporan kerja
praktek.
11. Mohamad Rizky Samputro, Agustian Bayu Prihardana, Ratna Azizah Putri,
selaku teman-teman seperjuangan dalam melaksanakan Kerja Praktek di UP2D
Jateng dan DIY, terimakasih untuk semangat dan bantuan yang telah diberikan.
12. Teman-teman DIII Teknik Elektro Kerjasama Undip – PT. PLN (Persero) dan
semua teman satu angkatan 2016 yang telah menempuh kuliah dan
melaksanakan Kerja Praktek bersama.
13. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Laporan
Praktek Kerja ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu per satu.

v
Dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja ini, penulis menyadari masih
banyak kekurangan dan perlu penyempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca.
Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Semarang, Maret 2019


Mahasiswa,

Abbi Dwi Pamungkas

vi
ABSTRAK

Salah satu indikator dari keandalan sistem distribusi tenaga listrik adalah
stabilnya pasokan listrik kepada konsumen. Oleh karena itu, diperlukan suatu
sistem yang mampu dalam melakukan tugas pengawasan dan pengendalian kinerja
sistem distribusi tenaga listrik secara real-time. Solusinya adalah dengan
mengaplikasikan sistem SCADA (Supervisory Control and Data Acuitition).
Dengan di gunakannya sistem SCADA pada Gardu Induk, maka pasokan listrik di
tiap-tiap wilayah dapat diatur secara remote melalui HMI yang terhubung dengan
RTU yang terintegrasi dengan komponen SCADA lainnya didalam Panel RTU.
RTU atau Remote Terminal Unit adalah perangkat yang memiliki tugas untuk
telecontrolling, telesignaling, dan telemetering pada peralatan yang sudah
diintegrasikan dengan sistem SCADA. RTU dipasang didalam panel yang
dihubungkan dengan peralatan Digital Input/Output Board dalam menjalankan
kegunaannya sebagai kontrol dan pembacaan status. Namun, dalam kinerjanya
sering terjadi gangguan internal panel, seperti terjadinya kabel terbakar hingga
menyebabkan terjadi kebakaran di dalam panel RTU SCADA sehingga sering
dilakukan troubleshooting dan perbaikan.
Untuk meningkatkan keandalan RTU dan kemanan Panel Outgoing dan
mengantisipasi terjadinya kebakaran di dalam panel RTU SCADA dan Panel
Outgoing 20 KV, maka perlu dilakukan pencegahan. Oleh karena itu perlu adanya
pemasangan smoke detector di dalam panel RTU dan Panel Outgoing 20 KV yang
terintegrasi SCADA, agar dapat mengetahui adanya asap di dalam panel RTU dan
Panel Outgoing 20 KV dan mampu di monitor selama 24 jam. Sehingga dapat
mencegah terjadinya kebakaran panel RTU SCADA dan Panel Outgoing 20 KV.

Kata kunci: Smoke Detector, Panel RTU, SCADA.

vii
ABSTRACT

Reliability of electrical power distribution system is the stability of electricity


supply to consumers. Therefore, supervision and control of power distribution
systems in real time system is required. The solution is by appllying SCADA
(Supervisory Control and Data Acuitition). With using SCADA systems on the
Substation, the supply of electricity in each region can be remotely managed
through an RTU-connected monitor that is integrated with other SCADA
components in the RTU Panel.
RTU is a device for telecontrolling, telesignaling, and telemetering on equipment
that is already integrated with SCADA systems.The RTU is installed inside a panel
that connected with the Digital Input Output Board equipment in performing its
usability as a control and status. However, in its performance often occurs internal
panel disorder so troubleshooting process often executed.
In order to improve reliability, the RTU panel will be re-updated in terms of
assembly and status readings that will be supplemented into 6 readout statuses: local
remote, open, close, ESW, RNR, Rin-Rout.

Keyword: SCADA, Panel RTU.

viii
DAFTAR ISI

Halaman Cover ..........................................................................................................


Halaman Pengesahan ................................................................................................
Kata Pengantar...........................................................................................................
Abstrak ......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 14


1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................ 14
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................... 15
1.3 BATASAN MASALAH..................................................................... 15
1.4 TUJUAN DAN MANFAAT .............................................................. 15
1.5 TEMPAT DAN WAKTU................................................................... 17
1.6 METODE PENGUMPULAN DATA ................................................ 17
1.7 SISTEM PENULISAN LAPORAN ................................................... 17

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN ....................................................... 6


2.1 Sejarah PT. PLN (Persero) ............................................................... 19
2.2 Dasar Hukum Berdirinya Perusahaan PT PLN (Persero) ................ 25
2.3 PT.PLN (Persero) APD Jateng-DIY SemarangError! Bookmark not
defined.
2.4 Visi dan Misi PT.PLN (Persero) APD Jateng-DIYError! Bookmark not
defined.
2.5 Peran dan Tugas Perusahaan PT. PLN (Persero)Error! Bookmark not
defined.
2.6 Profil PT.PLN (Persero) APD Jateng-DIY ..... Error! Bookmark not
defined.
2.7 Wilayah Kerja dan Wewenang Kerja Error! Bookmark not defined.
2.8 Struktur Organisasi PT.PLN (Persero) APD Jateng-DIY SemarangError!
Bookmark not defined.
2.9 Batasan Pengelolaan Operasional .....Error! Bookmark not defined.
Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi .......Error! Bookmark not defined.

BAB III LANDASAN TEORI .............................................................................. 31


3.1 Overview SCADA ........................................................................... 31
3.2 Remote Station ................................................................................. 29
3.2.1 IED (Intellegent Electronic Device) ....................................... 30
3.2.1.1 RTU (Remote Terminal Unit) .................................... 35
3.2.1.2 Remote Terminal Unit pada Gardu Induk .................. 31
3.2.1.3 Relay Proteksi ............................................................. 37
3.2.1.4 Digital Meter............................................................... 38
3.3 Protokol Komunikasi RTU ............................................................. 39
3.3.1 Tampilan HMI pada Gardu Induk ........................................... 41
3.4 Arduino uno ................................................................................... 36
3.4.1 Spesifikasi Arduino Uno ........................................................ 37

ix
3.4.2 Daya ....................................................................................... 38
3.5 Sensor Asap (MQ2) ......................................................................... 39
3.5.1 Konfigurasi Asap (MQ2) ....................................................... 40
3.5.2 Prinsip Kerja .......................................................................... 40
3.6 Relay 5 Volt ..................................................................................... 41
3.6.1 Prinsip Kerja Relay 5 V ......................................................... 42
3.6.2 Spesifikasi Relay 5 V ............................................................. 42

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 49


4.1 Pengertian Panel RTU ..................................................................... 44
4.2 Gambaran Panel RTU ..................................................................... 44
4.3 Tujuan Pemasangan Smoke Detector pada Panel RTU 20 KV di
Gardu Induk Kentungan yang Terintegrasi SCADA. ...................... 50
4.4 Diagram Blok Smoke Detector dalam Panel RTU .......................... 50
4.4.1 Digital Inpur Board Survalent ................................................ 46
4.4.2 Aux Relay 220 VAC .............................................................. 46
4.4.3 Smoke Detector ...................................................................... 47
4.4.4 Asap ........................................................................................ 52
4.5 Langkah Kerja Pemasangan Smoke Detector di dalam Panel RTU di
Gardu Induk Kentungan UP2D JTY ................................................ 53
4.5.1 Perakitan Smoke Detector ............................................................ 48
4.5.1.1 Wiring Diagram ................................................................ 48
4.5.1.2 Peralaran Kerja ................................................................. 48
4.5.1.3 Material ............................................................................. 49
4.5.1.4 Langkah Kerja ................................................................... 49
4.5.1.5 Perancangan Program Smoke Detector ............................ 50
4.5.2 Perakitan Smoke Detector pada Panel RTU ................................. 51
4.5.2.1 Peralatan Kerja ................................................................. 51
4.5.2.2 Material ............................................................................ 51
4.5.2.3 Konsep Panel RTU ........................................................... 51
4.5.2.4 Langkah Kerja Perakitan Smoke Detector pada Panel RTU
di Gardu Induk Kentungan .................................................... 52
4.5.3 Pengujian Smoke Detector pada Panel RTU yang ter-Integrasi
SCADA ............................................................................................ 56

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 58


5.1 Simpulan ......................................................................................... 58
5.2 Saran ................................................................................................. 58
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 64

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) APD Jateng & DIY ................. 14
Gambar 2.2 Wewenang kerja APD Jateng & DIY............................................. 15
Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) APD Jateng & DIY.......... 16
Gambar 3.1 Skema Telemetering SCADA.......................................................... 27
Gambar 3.2 Skema Telesignaling Single ........................................................... 27
Gambar 3.3 Skema Telesignaling Double ......................................................... 28
Gambar 3.4 Skema Telecontroling .................................................................... 28
Gambar 3.5 Konfigurasi SCADA ...................................................................... 29
Gambar 3.6 Konfigurasi Remote Station ........................................................... 29
Gambar 3.7 Remote Terminal Unit .................................................................... 30
Gambar 3.8 Integrasi RTU di gardu Induk ........................................................ 31
Gambar 3.9 Relay Proteksi ................................................................................ 32
Gambar 3.10 Power Meter ION 6200 ................................................................ 33
Gambar 3.11 Protokol Komunikasi RTU........................................................... 34
Gambar 3.12 Media Komunikasi Fiber Optic ................................................... 35
Gambar 3.13 Tampilan World View Untuk Gardu Induk ................................. 36
Gambar 4.1 Kondisi Panel RTU Centralized lama ............................................ 38
Gambar 4.2 Diagram Block Panel RTU............................................................. 39
Gambar 4.3 Letak RTU di Panel RTU Gardu Induk.......................................... 40
Gambar 4.4 Aux Relay 110VDC ....................................................................... 42
Gambar 4.5 Terminal XT SCADA .................................................................... 42
Gambar 4.6 Converter Data ............................................................................... 43
Gambar 4.7 Power Supply Unit ......................................................................... 44
Gambar 4.8 MCB 1 phase dan 2 phase .............................................................. 44
Gambar 4.9 Sensor Suhu dan Fan...................................................................... 45
Gambar 4.10 Duct Cable dan Din Rel................................................................ 45
Gambar 4.11 Cable Glen .................................................................................... 46
Gambar 4.12 Kabel dan skun ............................................................................. 48
Gambar 4.13 Menyiapkan panel ........................................................................ 49
Gambar 4.14 Pemasangan kabel glen, lampu, fan dan switch ........................... 50
Gambar 4.15 Pemasangan duct cable dan din rel sesuai ukuran yang
dibutuhkan .......................................................................................................... 51
Gambar 4.16 Pemasangan PSU, Terminal XT Power dan MCB ....................... 51
Gambar 4.17 Pemasangan Terinal XT SCADA dan Aux Relay 110VDC ........ 52
Gambar 4.18 Urutan Pemasangan RTU dan DI/DO Board ............................... 53
Gambar 4.19 Urutan Pemasangan RTU Moxa dan Converter Data ................. 53
Gambar 4.20 Pemasangan Sensor suhu ............................................................. 54
Gambar 4.21 kabel NYA.................................................................................... 54
Gambar 4.22 labeling dan skun kabel ................................................................ 55
Gambar 4.23 wiring panel RTU ......................................................................... 56

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Batasan Pengelolaan Operasional di APD Jateng & DIY ..................... 17
Tabel 4.1 Kelebihan dan kekurangan konsep panel RTU ..................................... 58

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengantar Kerja Praktik


Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Kerja Praktik
Lampiran 3 Absensi Kehadiran
Lampiran 4 Laporan Kegiatan Harian
Lampiran 5 Lembar Penilaian Kerja Praktik
Lampiran 6 Wiring Panel RTU
Lampiran 7 SOP Perakitan Panel RTU
Lampiran 8 IK perakitan Panel RTU

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kebutuhan akan listrik oleh masyarakat setiap tahun terus meningkat. Disisi
lain kestabilan dan keandalan pasokan tenaga listrik harus terus dijaga. Hal ini
disebabkan segala aktivitas masyarakat aktivitas tak terlepas dari penggunaan
listrik. Sehingga apabila terdapat gangguan distribusi listrik akan berakibat
terhambatnya aktivitas. Maka dari itu, PT. PLN (persero) sebagai satu – satunya
pendistribusi listrik ke masyarakat dituntut untuk bisa memberikan distribusi listrik
yang stabil dan handal.
Untuk dapat memberikan pelayanan distribusi yang maksimal, salah satu
solusinya adalah dengan mengaplikasikan SCADA (Supervisory Conrol and Data
Acuitition) yang memiliki tugas untuk telecontrolling, telesignaling, dan
telemetering peralatan yang sudah diintegrasikan dengan sistem SCADA. Aplikasi
SCADA dalam distribusi lebih memudahkan PT. PLN (Persero) dalam menjaga
pasokan tenaga listrik ke masyarakat.
Salah satu bagian SCADA pada system distribusi listrik PT. PLN (persero)
adalah Panel RTU. Panel RTU terbagi menjadi dua jenis yaitu Panel RTU DI/DO
Centralized dan DI/DO Penyulang. Panel RTU DI/DO Centralized berfungsi
sebagai pusat control dan metering yang di integrasikan dengan kubikel 20 kV. Di
dalam Panel RTU DI/DO Centralized terdapat komponen-komponen penting yaitu
Remote Terminal Unit, DI/DO Board, relay, consentrator, converter data dan
beberapa perangkat pendukung lainnya seperti power supply. Selain Panel RTU
bagian lain dari sistem SCADA adalah Panel Outgoing yang terdapat di Kubikel 20
KV. Panel Outgoing berfungsi sebagai jembatan antara SCADA dengan PMT
didalam kubikel.
SCADA pada PT. PLN (Persero) UP2D Jateng dan DIY masih memiliki
banyak kekurangan dan masih banyak pula terjadi gangguan. Salah satu gangguan
yang fatal terjadi adalah terjadinya kebakaran di dalam panel RTU, kebakaran
tersebut dapat disebabkan oleh kabel yang terbakar di dalam panel RTU, terjadinya
konsleting di dalam panel RTU maupun keadaan – keadaan yang lain yang dapat
menyebabkan terjadinya kebakaran di dalam panel RTU. Oleh karena itu perlu
14
diadakan pencegahan dan usaha preventif untuk mengantisipasi hal itu agar tidak
merugikan PLN sendiri dan pelanggan terutama.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat diambil
adalah :
1) Bagaimana konsep smoke detector yang terpasang di dalam panel RTU
outgoing 20 kv?
2) Apa saja tujuan pemasangan smoke detector di dalam panel 20 kv?
3) Bagaimana tahapan wiring smoke detector dengan Panel RTU 20 kv yang
baik dan benar?

1.3 BATASAN MASALAH


Agar pembahasan dalam penulisan ini tidak meluas dan menyimpang dari
pokok permasalahan yang dirumuskan, permasalahan dibatasi oleh beberapan poin
yaitu:
1) Konsep smoke detector yang terpasang di dalam panel RTU dan panel
outgoing 20 kv.
2) Komponen smoke detector di dalam panel RTU dan panel outgoing 20 kv
yang terintegrasi SCADA..
3) Tahapan pemasangan smoke detector dengan panel RTU dan panel outgoing
20 kv.

1.4 TUJUAN DAN MANFAAT


1.4.1 TUJUAN
Kerja Praktek (KP) merupakan salah satu mata kuliah wajib Program
Studi Teknik DIII Teknik Elektro Universitas Diponegoro yang bertujuan untuk
memperkenalkan mahasiswa dengan dunia kerja dan merupakan tempat
implementasi terhadap teori-teori yang telah diajarkan dalam dunia perkuliahan.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam Praktek Kerja Lapangan yang
dilaksanakan di PT. PLN (Persero) UP2D Jateng dan DIY ini adalah :

1) Meningkatkan pengetahuan dibidang SCADA dan Distribusi daya listrik.


2) Mengetahui prinsip kerja dari RTU sebagai control utama sistem SCADA.
3) Mengetahui gambaran umum proses SCADA pada PLN.
4) Sebagai salah satu syarat untuk untuk memperoleh gelar Ahli Madya dan
menyelesaikan studi pada jurusan PSD III Teknik Elektro Universitas
15
Diponegoro.
5) Membantu melaksanakan pekerjaan serta mencoba mencari solusi dari
masala h yang ada di PT. PLN (Persero) UP2D Jateng dan DIY.
6) Memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru didunia kerja yang tidak
kita dapatkan di bangku kuliah.
7) Mempraktikan dan mengembangkan ilmu yang telah kita dapat saat
kuliah.
1.4.2 MANFAAT
1.2.2.1 Bagi Mahasiswa
1) Memperoleh pengalaman nyata tentang dunia kerja dan cara kerja di
PT. PLN (Persero) UP2D Jateng dan DIY.
2) Memperoleh gambaran nyata dan lebih mengetahui bagaimana
dunia kerja yang sesungguhnya.
3) Mengetahui bagaimana prinsip kerja SCADA dan komponen -
komponennya.

1.2.2.2 Bagi Perguruan Tinggi Universitas Diponegoro


1) Menjalin kerjasama yang baik antara perguruan tinggi dengan PT.
PLN (Persero) UP2D Jateng dan DIY.
2) Memperoleh gambaran tentang perusahaan sebagai bahan informasi
untuk mengembangkan pendidikan.
3) Mengetahui tingkat keberhasilan dalam penerapan ilmu dengan
aplikasi yang nyata didunia kelistrikan.
4) Merupakan salah satu wujud dari Sekolah Vokasi Universitas
Diponegoro guna membantu mahasiswa agar lebih mengenal
kelistrikan yang sesungguhnya.

1.2.2.3 Bagi PT. PLN (Persero) APD Jateng & DIY


1) Merupakan perwujudan nyata perusahaan dalam mendukung dunia
pendidikan.
2) Dapat memperoleh bibit baru yang berkualitas untuk nantinya dapat
bekerja di PT. PLN (Persero) UP2D Jateng dan DIY.
3) Mengenalkan perusahaan kepada masyarakat melalui kerjasama
antara pihak perusahaan dengan perguruan tinggi.
16
4) Membantu program pemerintah dalam menyiapkan Sumber Daya
Manusia yang lebih berkualitas dan berkompeten.

1.5 TEMPAT DAN WAKTU


Tempat : PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pengatur Distribusi (UP2D)
JATENG & DIY, DCC YOGYAKARTA, Jalan Gedong Kuning
NO.3, Priggolayan, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Waktu : 7 Januari 2018 – 29 Maret 2018

1.6 METODE PENGUMPULAN DATA


Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penyusunan
laporan kerja praktek ini ada 2 :
1.6.1 Cara Langsung
1) Observasi
Metode ini mencakup tentang pengamatan secara langsung kegiatan
pemasangan smoke detector pada panel RTU 20 kv di UP2D Jateng & DIY
untuk mendapatkan data dan pengalaman di lapangan secara langsung.
2) Diskusi
Metode ini meliputi kegiatan diskusi Tanya jawab secara langsung
dengan pengawai yang sudah berpengalaman dalam pekerjaan yang
berhubungan dengan bidangnya.
1.6.2 Cara Tidak Langsung
Metode ini dilakukan dengan cara pengumpulan data dengan merangkum
dan memilih data yang ada di UP2D Jateng & DIY DCC Yogyakarta dan buku-
buku referensi yang berkaitan dengan judul yang saya ambil serta browsing dari
internet untuk memperkuat data yang telah didapatkan.

1.7 SISTEM PENULISAN LAPORAN


Dalam penulisan laporan kerja praktik menggunakan sistematika untuk
memperjelas pemahaman terhadap materi yang diajakin objek pelaksanaan kerja
praktik. Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, tujuan dan manfaat kerja praktik, tempat dan
daktu pelaksanaan kerja praktik, batasan permasalahan, metode
17
pengumpulan data, serta sistematika penulisan laporan.
BAB II : GAMBARAN SINGKAT PT.PLN (Persero) UP2D JATENG
DAN DIY
Berisi uraian tentang profil perusahaan (seperti profil, Visi, Misi,
dan Nilai Perusahaan, makna lambang, sejarah PT.PLN (Persero)
UP2D Jateng dan DIY, kebijakan dan pengembangan perusahaan,
wilayah kerja, struktur organisasi perusahaan, tugas dan tanggung
jawab PT.PLN (Persero) UP2D Jateng dan DIY.
BAB III : LANDASAN TEORI
Berisi penjelasan mengenai SCADA dan komponen-komponen
yang ada didalamnya.
BAB IV : PEMBAHASAN
Berisi tentang penjelasan mengenai konsep smoke detector yang
terpasang pada panel RTU 20 kv di PT.PLN (Persero) UP2D Jateng
dan DIY.
BAB V : PENUTUP
Berisi tentang simpulan dan saran sehingga pembahasan mengenai
Pemasangan Smoke Detector pada Panel RTU 20KV 20 kv yang
terintegrasi SCADA PT PLN Persero UP2D JATENG dan DIY
ini dapat dikembangkan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

18
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah PT. PLN (Persero)


PLN telah mengalami banyak perkembangan dari awal berdirinya hingga
saat ini. Perkembangan PLN tersebut akan dijelaskan dalam beberapa periode.

2.1.1 Periode Sebelum Tahun 1943


Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai ketika beberapa
perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluan
sendiri pada akhir abad ke-19. Pada tahun 1927 Pemerintah Belanda
membentuk s’Landss Waterkracht badrijvan (LBW), perusahaan tersebut
bergerak di bidang ketenagalistrikan namun dimanfaatkan untuk umum
dengan perluasan usaha yang semula hanya bergerak di bidang gas, kini
diperluas dalam bidang listrik yang mengelola PLTA Plengan, PLTA
Lamajan, PLTA Bangkok Dago, PLTA Ubrug dan Kracak di Jawa Barat,
PLTA Giringan di Madiun, PLTA Tes di Bengkulu, PLTA Tonasa Lama di
Sulawesi Utara, dan PLTU di Jakarta. Selain itu di beberapa kota praja
dibentuk perusahaan-perusahaan listrik Kotapraja, sehingga bermunculan
perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda, seperti : a. NV. ANIEM b.
NV. GEBEO c. NV. OGEM Dan beberapa perusahaan listrik yang bersifat
lokal di tingkat Kotapraja.

2.1.2 Periode Tahun 1943 – 1945


Perusahaan swasta tersebut kemudian dikuasai secara keseluruhan
oleh Jepang pada waktu pendudukan Jepang. Perusahaan tersebut dikelola
menurut situasi dan kondisi daerah-daerah tertentu seperti Perusahaan
Listrik Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, dan lain-lain.

2.1.3 Periode Tahun 1945 – 1950


Pada tanggal 27 Oktober 1945, Perusahaan Listrik dan Gas diambil
alih oleh Pemerintah RI. Kemudian melalui ketetapan Presiden RI

19
No.1/S.D/1945, dibentuk Jawatan Listrik dan Gas yang berkedudukan di
Yogyakarta. Untuk pertama kalinya di dalam sejarah Indonesia terdapat satu
kesatuan Perusahaan Listrik Seluruh Indonesia sehingga pada tanggal 27
Oktober 1945 dijadikan sebagai Hari Listrik. Pada masa agresi Militer
Belanda I pada tanggal 19 Desember 1948, perusahaan-perusahaan listrik
yang dibentuk dengan ketetapan Presiden tersebut, dikuasai kembali oleh
pemiliknya semula. Pada Agresi Militer Belanda II, sebagian besar kantor-
kantor Jawatan Listrik dan Gas direbut oleh Pemerintah Koloni Belanda
kecuali daerah Aceh. Tahun 1950, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi
Jawatan Listrik milik Pemerintah Koloni Belanda. Sedangkan milik swasta
diserahkan kepada pemiliknya semula sesuai hasil Konferensi Meja Bundar
(KMB).

2.1.4 Periode Tahun 1951 – 1966


Jawatan Tenaga membawahi Perusahaan Negara untuk
Pembangkitan Tenaga Listrik (PENUPETEL) dan diperluas dengan
membawahi juga Perusahaan Negara untuk Distribusi Tenaga Listrik
(PENUDITEL) pada tahun 1952. Berdasarkan Keputusan Presiden No.163
tanggal 3 Oktober 1953 tentang “Nasionalisme Perusahaan Listrik milik
Bangsa Belanda” dan berlaku sejak 3 Desember 1957, yaitu konsensi
pengusahaannya telah berakhir, maka beberapa perusahaan listrik milik
swasta tersebut diambil alih dan digabungkan ke Jawatan Tenaga. Kemudian
pada tahun 1958, Dewan perwakilan rakyat (DPR) dan Pemerintah Republik
Indonesia menerbitkan :
a. Undang-Undang tentang Nasionalisasi semua perusahaan Belanda.
b. Peraturan Pemerintah RI (PP RI) No. 18 tentang Nasionalisasi
Perusahaan Listrik dan Gas milik Belanda. Berdasarkan peraturan
pemerintah tersebut, semua perusahaan milik Belanda diambil alih
termasuk Perusahaan Listrik dan Gas seluruh Indonesia. Jawatan
Tenaga diubah menjadi Perusahaan Listrik Negara melalui Surat
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga No. P/25/45/17
tanggal 23 september 1958, sedangkan P3LG dibubarkan pada tahun

20
1959 setelah Dewan Direktur Perusahaan Listrik Negara (DD PLN)
tersebut.
Berdasarkan Undang-Undang No. 19 tahun 1960 tentang
Perusahaan Negara dan melalui Peraturan Pemerintah No. 67 tahun 1961
dibentuklah Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU
PLN), yang mengelola semua Perusahaan Listrik Negara dan Gas berada
dalam satu wadah Organisasi. Untuk mewujudkan Undang-Undang dan
Peraturan Pemerintah tersebut Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga pada
saat itu menerbitkan Surat Keputusan Menteri PUT No.Ment.16/20 tanggal
20 Mei 1961 yang memuat arahan sebagai berikut : BPU adalah suatu
Perusahaan Negara yang diserahi tugas mengurus perusahaan- perusahaan
Listrik dan Gas yang berbentuk Badan hukum. Di daerah dibentuk daerah
eksploitasi yang terdiri atas :
1. Sepuluh daerah eksploitasi listrik umum (Pembangkitan dan
Distribusi).
2. Organisasi BPU-PLN dipimpin oleh Direksi.
3. Satu daerah eksploitasi khusus Pembangkit Listrik.
4. Tiga belass PLN eksploitasi proyek-proyek kelistrikan.
5. Daerah eksploitasi khusus Distribusi dibagi lebih lanjut menjadi
Cabang.
6. Daerah eksploitasi khusus pembangkit dibagi lebih lanjut menjadi
Sektor.

2.1.5 Periode Tahun 1967 – 1985


Dalam Kabinet Pembangunan I, Dirjen Tenaga Listrik (Dirjen
Gatrik) PLN dan Lembaga Masalah Kelistrikan (LMK) dialihkan ke
Departemen Pekerjaan Umum Tenaga Listrik (PUTL). LMK ditetapkan
dalam pengolahan PLN melalui Peraturan Menteri PUTL No.6/PRT/1970.
Tahun 1972, PLN ditetapkan sebagai Perusahaan Umum melalui Peraturan
Pemerintah No.18, pemerintah juga memberikan tugas-tugas pemerintah di
bidang kelistrikan kepada PLN untuk mengatur, membina, mengawasi dan
melaksanakan perencanaan umum di bidang Kelistrikan Nasional di

21
samping tugas-tugas sebagai perusahaan.
Mengingat kebijakan energi dipandang perlu untuk ditetapkan
secara nasional, maka pada Kabinet Pembangunan III dibentuk Departemen
Pertambangan dan Energi, dan Perusahaan Listrik Negara (PLN) serta
Perusahaan Gas Negara (PGN) berpindah lingkungan dari Departemen
PUTL ke Departemen di bidang ketenagaan selanjutnya ditangani oleh
Direktorat Jenderal Ketenagaan (1981). Dalam Kabinet Pembangunan IV,
Dirjen Ketenagaan diubah menjadi Dirjen Listrik dan Energi Baru (LEB),
perubahan nama ini bertujuan untuk memperjelas tugas dan fungsinya, yaitu
:
a. Pembinaan program kelistrikan
b. Pembinaan pengusahaan
c. Pengembangan energi baru

2.1.6 Periode Tahun 1985 – 1990


Mengingat tenaga kerja sangat penting bagi peningkatan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara umum serta untuk mendorong
peningkatan kegiatan ekonomi, oleh karena itu usaha penyediaan tenaga
lsitrik, pemanfaatannya dan pengelolaannya perlu ditingkatkan agar tersedia
tenaga listrik dalam jumlah yang cukup merata dengan mutu pelayanan yang
baik. Kemudian dalam rangka peningkatan pembangunan yang
berkesinambungan di bidang ketenagalistrikan diperlukan upaya secara
optimal sehingga penyediaan tenaga listrik terjamin. Untuk mencapai
maksud tersebut, Pemerintah Republik Indonesia menganggap bahwa
ketentuan dan Perundang-Undangan yang ada sudah tidak sesuai lagi
dengan perkembangan keadaan dan kebutuhan pembangunan di bidang
kelistrikan, maka bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Indonesia menetapkan Undang-Undang No.15 tahun 1985 tentang
kelistrkan. Kemudian sebagai pengejawantahan undang-undang tersebut
Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1989 membuat peraturan
tentang penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik. Berdasarkan undang-
undang dan peraturan pemerintah tersebut ditetapkan

22
bahwa PLN merupakan Pemegang kuasa Usaha Ketenagalistrikan.

2.1.7 Periode Tahun 1990 - Sekarang


Tahun 1990 pemerintah mengubah status pendirian PLN dengan PP No.
18 tahun 1990. Periode Juli 1994 sampai sekarang sesuai dengan PP No. 23
tahun 1994, maka PLN dialihkan bentuknya menjadi Perusahaan perseroan
(Persero). Seperti disebutkan dalam PP No. 23 tahun 1994 sebagai PP yang
terbaru dalam Bab III dijelaskan bahwa maksud dan tujuan Persero adalah
sebagai berikut:
a. Menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum dan sekaligus
memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
b. Mengusahakan penyediaan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang
memadai dengan tujuan untuk :
1. Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil
dna merata serta mendorong peningkatan kegiatan ekonomi.
2. Mengusahakan keuntungan agar dapat membiayai pengembangan
penyediaan tenaga listrik untuk melayani kebutuhan masyarakat.
3. Merintis kegiatan-kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik.
4. Menyelenggarakan usaha-usaha lain yang menunjang usaha
penyediaan tenaga listrik sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Dengan dialihkan bentuk umum PLN menjadi PT PLN (Persero),
sehingga Perusahaan Umum Listrik Negara dinyatakan bubar pada saat
pendirian perseroan dengan ketentuan bahwa hak dan kewajiban beralih pada
perusahaan persero yang bersangkutan. Berhubungan dengan itu, maka agar
di dalam pelaksanaan operasional sebagai pemegang kuasa usaha
ketenagalistrikan sesuai dengan makna yang terkandung dalam undang-
undang dan peraturan pemerintah tersebut di atas. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 17 tahun 1990 tentang Perusahaan Umum (PERUM)
Listrik Negara dinyatakan tidak berlaku. Latar belakang perubahan PERUM
menjadi PERSERO adalah bahwa selama lima pelita (25 tahun) PLN hidup
dan beroperasi atas bantuan anggaran pemerintah

23
(APBN). Sehingga ketergantungan sektor tenaga listrik pada APBN dan
danadana lunak dari pinjaman Bank Dunia dan sebagainya sangat besar.
Maksud dan tujuan perubahan bentuk PERUM menjadi PERSERO
antara lain sebagai berikut :
a. Agar perusahaan dapat meningkatkan pelayanannya kepada
masyarakat.
b. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha menyediakan
tenaga listrik.
c. Agar perusahaan dapat bergerak lebih lincah dan luwes agar dapat
memobilisasi dana-dana dari masyarakat (swasta) selain dana-dana
tradisional yang selama ini diperoleh.
Sejalan dengan perkembangan pembangunann di segala bidang dan
semakin banyaknya kebutuhan pemakaian listrik di negara kita, maka untuk
dapat melayani masyarakat dan industri dalam pengadaan dan penyediaan
tenaga listrik kemudian PLN dibagi menjadi 11 PLN wilayah, 4 PLN
Distribusi, 2 PLN Pembangkitan dan Penyaluran.
Adapun dari ke-11 PLN yang berstatus wilayah antara lain :
1. PLN Wilayah I di Banda Aceh
2. PLN Wilayah II di Medan
3. PLN Wilayah III di Padang
4. PLN Wilayah IV di Palembang
5. PLN Wilayah V di Pontianak
6. PLN Wilayah VI di Banjar Baru
7. PLN Wilayah VII di Manado
8. PLN Wilayah VIII di Ujung Pandang
9. PLN Wilayah IX di Ambon
10. PLN Wilayah X di Jaya Pura
11. PLN Wilayah XI di Denpasar
PLN Pembangkitan dan Penyaluran adalah meliputi :
1. PLN Pembangkitan dan Penyaluran Jawa bagian Barat
2. PLN Pembangkitan dan Penyaluran Jawa bagian Timur

24
Sedangkan PLN yang berstatus Distribusi meliputi :
1. PLN Distribusi Jawa Timur di Surabaya
2. PLN Distribusi Jawa Tengah dan D.I.Y di Semarang
3. PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten di Bandung
4. PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang di Jakarta
PLN Distribusi Jawa Tengah dan D.I.Y dibagi menjadi beberapa Area
Pelayanan Pelanggan, yaitu :
1. Area Semarang
2. Area Surakarta
3. Area Yogyakarta
4. Area Tegal
5. Area Purwokerto
6. Area Magelang
7. Area Kudus
8. Unit Layanan Salatiga
9. Area Klaten
10. Area Pekalongan
11. Area Cilacap
Dan mulai bulan Juni 2008 PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan
D.I.Y membuka cabang baru yaitu PT PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi
Jateng-DIY sesuai dengan SK Direksi PLN Nomor 260.K/DIR/2007 tentang
Organisasi PT PLN (Persero) APD Jateng-DIY pada PT PLN Dist Jateng & DIY.

2.2 Dasar Hukum Berdirinya Perusahaan PT PLN (Persero)

Dasar hukum berdirinya PT PLN (Persero) adalah sebagai berikut :


1. Anggaran Dasar PLN tahun 1998.
2. Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk
Perusahaan Umum (Perum) menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).
3. Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 1998 tentang Pengalihan Kedudukan,
Tugas.

25
4. Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan
(Persero).
5. Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1998 tentang pengalihan Pembinaan
terhadap Perusahaan Perseroan (Persero) dan Perseroan Terbatas yang
sebagian sahamnya dimiliki Negara Republik Indonesia kepada Menteri
Negara Pendayagunaan BUMN.

2.3 Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) UP2D JTY DCC 2 Yogyakarta
UP2D JTY DCC 2 Yogyakarta merupakan salah satu unit pembagian wilayah
jaringan distribusi dari APD Jateng dan DIY yang berlokasi di Semarang. APD
Semarang didirikan sesuai Surat Keputusan General Manager PT PLN (Persero)
Distribusi Jawa Tengah & DI Yogyakarta Nomor 119.K/GM DJTY/2007. Bahwa
untuk meningkatkan kemampuan manajemen operasi dan keandalan sistem serta
perbaikan kualitas jaringan distribusi wilayah kerja PT PLN (Persero) Jateng &
DIY serta berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor
260.K/DIR/2007 tentang organisasi PT PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi
(APD) pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah & DIY tanggal 2 Agustus
2007, maka dipandang perlu menetapkan Organisasi PT PLN (Persero) Area
Pengatur Distribusi (APD) Semarang.
PT PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi (APD) Semarang dibentuk
berdasarkan Keputusan General Manager PT PLN (Persero) Distribusi Jawa
Tengah & DI Yogyakarta No. 177.K/GM.DJTY/2008 tanggal 24 Juli 2008 tentang
Organisasi Area Pengatur Distribusi pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa
Tengah & DI Yogyakarta. APD ini mulai beroperasi pada tanggal 6 Mei 2008. Pada
tahun 2018 ada perubahan nama APD Semarang menjadi APD Jateng dan DIY
yang dibagi menjadi beberapa region bernama DCC 1, DCC 2, dan DCC 3.
Pembagian region yaitu :
 DCC 1 membawahi wilayah area Semarang, Kudus, Salatiga, dan Pekalongan.
 DCC 2 membawahi wilayah area Yogyakarta, Solo, Sukoharjo, Magelang, dan
Klaten.
 DCC 3 membawahi wilayah area Purwokerto, Cilacap, dan Tegal.

Pada tahun 2018 APD diubah menjadi UP2D (Unit Pelayanan Pengatur Distribusi).
26
APD DCC 2 berubah menjadi UP2D JTY DCC 2 Yogyakarta didasari oleh SK
no.0220.P/DIR/2018 tentang susunan organisasi dan formasi jabatan PT.PLN
(Persero) Unit Pengatur Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta.
2.4 Logo dan Makna PLN
Bentuk, warna dan makna lambang perusahaan resmi yang digunakan adalah
sesuai yang tercantum pada Lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum
Listrik Negara No.: 031/DIR/76 Tanggal : 1 Juni 1976, mengenai Pembakuan
Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara. Bentuk logo terdapat pada Gambar
2.2.Bidang persegi panjang vertikal menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen
lambang lainnya, melambangkan bahwa PT PLN (Persero) merupakan wadah atau
organisasi yang terorganisir dengan sempurna. Berwarna kuning untuk
menggambarkan pencerahan, seperti yang diharapkan PLN bahwa listrik mampu
menciptakan pencerahan bagi kehidupan masyarakat. Kuning juga melambangkan
semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap insan yang berkarya di perusahaan
ini.

Gambar 2.1 Logo PLN

Petir atau kilat melambangkan tenaga listrik yang terkandung di dalamnya


sebagai produk jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu petir pun
mengartikan kerja cepat dan tepat para insan PT PLN (Persero) dalam memberikan
solusi terbaik bagi para pelanggannya. Warnanya yang merah melambangkan
kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik pertama di Indonesia dan kedinamisan
gerak laju perusahaan beserta tiap insan perusahaan serta keberanian dalam
menghadapi tantangan perkembangan jaman.
Tiga gelombang memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oleh
tiga bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran
dan distribusi yang seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT PLN (Persero)

27
guna memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna biru untuk
menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik yang tetap
diperlukan dalam kehidupan manusia. Di samping itu biru juga melambangkan
keandalan yang dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan layanan terbaik
bagi para pelanggannya.

2.5 Filosofi Perusahaan


1. Komitmen yang tinggi terhadap pencapaian visi, misi, sasaran dan target
kontrak menejemen.
2. Mengandalkan potensi insani perusahaan dalam membangun kredibilitas
unit di mata Stake Holders.
3. Menyediakan pelayanan sesuai ekspetasi pelanggan dengan kualitas setara
kelas dunia dan sikap pelayanan prima.
4. Memiliki tanggung jawab sosial dalam menjalankan usaha
2.6 Struktur Organisasi

Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) UP2D DCC 2 Yogyakarta

2.7 Kegiatan Usaha


Bidang Usaha PT. PLN (Persero) UP2D DCC 2 Yogyakarta adalah
“Pengoperasian dan Pemeliharaan Kubikel Outgoing 20 KV yang berada di
Gardu Induk”.
Pengelolaan UP2D DCC 2 Yogyakarta dilaksanakan oleh tenaga ahli yang
profesional dengan tingkat kompetensi yang sesuai secara mandiri. Pengelolan
distribusi ini meliputi Pengoperasian dan Pemeliharaan.
28
Dengan kemampuan dan pengalaman dari berbagai bidang disiplin ilmu, PT
PLN (Persero) UP2D DCC 2 Yogyakarta mampu menjaga keandalan pasokan
tenaga listrik dengan mutu yang terjamin kepada pengguna tenaga listrik.
Bidang : Pemeliharaan Elektromekanik
Bidang : Operasional Dispatcher
Bidang : Scada / Fasop

2.8 Wilayah Kerja


Wilayah kerja UP2D DCC 2 Yogyakarta secara geografis meliputi lima Kota
yaitu Yogyakarta, Solo, Sukoharjo, Magelang, dan Klaten. Luas daerah masing-
masing kota ditampilkan dalam tabel 2.1 dan peta wilayah UP2D DCC 2
Yogyakarta dalam Gambar 2.3.
Tabel 2.1 Luas wilayah kerja
Kota LuasDaerah
(Km2)
Yogyakarta 3.186
Solo 46.01
Magelang 18.12
Klaten 655.6
Sukoharjo 466.7
Total 1189.616

29
UP2D DCC 2 Yogyakarta

Gambar 2.3 Peta Wilayah UP2D DCC 2 Yogyakarta

30
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Overview SCADA

SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) adalah sistem yang


dapat memonitor dan mengontrol suatu peralatan atau sistem dari jarak jauh secara
real time. SCADA berfungsi mulai dari pengambilan data pada Gardu Induk atau
Gardu Distribusi, pengolahan informasi yang diterima, sampai reaksi yang
ditimbulkan dari hasil pengolahan informasi. Tujuan digunakannya sistem SCADA
adalah :
 Mempercepat proses pemulihan suplai tenaga listrik bagi konsumen yang
mengalami gangguan.
 Memperkecil kWh padam akibat gangguan atau pemadaman
 Memantau performa jaringan untuk menyusun perbaikan atau pengembangan
sistem jaringan 20 kV.
 Mengusahakan optimasi pembebanan jaringan 20 kV.

Didalam pengoperasian secara sistem, diharapkan tidak terjadi pemutusan


pelayanan selama 24 jam selama sehari dan tujuh hari dalam seminggu. Untuk
tujuan tersebut SCADA dan Telekomunikasi menjadi hal yang sangat diperlukan
keberadaannya sebagai sarana pengendali.
Petugas pelaksana pengaturan biasa disebut sebagai Dispatcher dan ditempatkan
pada gedung kontrol RCC/APD. Kegiatan tersebut meliputi keadaan sistem pada
saat kondisi normal, menghadapi gangguan, serta recovery terhadap terjadinya
suatu gangguan.
Seluruh fungsi sistem SCADA yang telah dijelaskan di atas, dapat
dikelompokkan menjadi tiga :
A. Telemetering
Adalah proses pengambilan besaran ukur tenaga listrik yang ada di Gardu Induk
atau Gardu Distribusi yang dapat dimonitor di Control Center. Besaran-besaran
yang diukur antara lain tegangan dan arus, daya aktif reaktif, frekuensi sistem, dan
power factor.

31
Gambar 3.1. Skema Telemetering SCADA.

B. Telesignaling
Status dari peralatan tenaga listrik, sinyal alarm dan sinyal lainnya yang
ditampilkan disebut status indikasi. Status indikasi terhubung ke modul digital input
dari RTU. Semua status harus diproses untuk mendeteksi setiap perubahan status
lebih lanjut untuk event yang terjadi secara spontan atau setelah permintaan remote
kontrol dikirim oleh dispacther.
• Telesignaling Single (TSS)
Terdiri dari alarm-alarm suatu proteksi dengan output ON atau OFF.
Misalnya alarm Over Current (OCR), Ground Fault (GFR), Breaker Fault, dll.

Gambar 3.2 Skema Telesignaling Single.

32
• Telesignaling Double (TDS)
Terdisi dari indikasi-indikasi posisi suatu peralatan dengan output masuk
atau keluar misalnya indikasi : Circuit Breaker (CB), Load Break Switch (LBS),
dll.

Gambar 3.3 Skema Telesignaling Double.

C. Telecontroling
Telecontrolling adalah pengendalian atau pengoperasian peralatan
switching pada Gardu Induk yang jauh dari control center. Telekontrol yang dapat
dilakukan adalah open-close PMT/PMS dan sebagainya.

Gambar 3.4 Skema Telecontroling.

33
Gambar 3.5 Konfigurasi SCADA.

3.2 Remote Station


Remote Station adalah stasiun yang dipantau, atau diperintah dan dipantau
oleh master station, yang terdiri dari gateway, IED, local HMI, RTU, dan meter.

Gambar 3.6 Konfigurasi Remote Station.

34
3.2.1 IED (Intelligent Electronic Device)
IED berfungsi untuk melakukan telecontrol, telemetering,
telesignal, proteksi, dan meter energi yang terpasang pada bay controller dan
dapat berkomunikasi dengan RTU atau Gateway menggunakan protokol.

3.2.1.1 RTU (Remote Terminal Unit)


RTU (Remote Terminal Unit) adalah salah satu komponen
dari suatu system pengendali tenaga listrik yang merupakan perangkat
elektronik yang dapat diklasifikasikan sebagai perangkat pintar. RTU
biasanya ditempatkan di gardu induk, pusat – pusat pembangkit, begitu
juga dengan titik – titik distribusi untuk LBS dan Recloser sebagai
perangkat yang diperlukan oleh Control Centre untuk mengakuisisi data-
data rangkaian proses dalam melakukan telecontrol, telesignal dan
telemetering.
Pada prinsipnya RTU mempunyai fungsi dasar sebagai berikut :
 Mengakuisisi data analog maupun sinyal digital.
 Melakukan kontrol buka/tutup kontak, naik/turun start/stop setting
atau fungsi-fungsi set point lainnya.
 Sebagai data logging untuk merekam semua kejadian, termasuk
apabila terdapat kelainan dari sistem maupun sinyal yang sedang
dipantau.
 Sebagai Event recording merekam setiap kejadian sesuai dengan
prosedur yang ada atau sesuai dengan yang diperintahkan/diprogram
dari pusat pengendali, misalnya perintah buka/tutup pemutus
hubungan beserta .

3
.

Gambar 3.7 Remote Terminal Unit.

35
3.2.1.2 Remote Terminal Unit pada Gardu Induk
RTU mengumpulkan data pada kubikel dan mengirimkan
data tersebut ke master station menggunakan komunikasi data DNP
3.0 Serial melalui Cloud Icon+. Cloud Icon+ adalah jaringan yang
digunakan pada sistem SCADA di PT PLN (Persero) sebagai jalur
komunikasi antara RTU dengan master station. RTU juga mengolah
kontrol dari master station kepada peralatan di kubikel seperti control
open/close PMT, reset relay, reset panel/annunciator, dll. Protokol
yang digunakan untuk komunikasi RTU ke IED biasanya adalah
Modbus. Pada system survalent setiap GI ditangani oleh 1 unit RTU
Concentrator. IED per kubikel diintegrasikan dengan media 2 wire RS-
485 dengan rangkaian multidrop.

Gambar 3.8 Integrasi RTU di gardu Induk.

36
3.2.1.3 Relay Proteksi
Relay merupakan processor atau otaknya suatu sistem
proteksi, yang akan menerima besaran-besaran arus dan atau tegangan
masukan dari CT/PT, kemudian mengolah dan membandingkannya
dengan nilai setting yang telah ditetapkan, untuk selanjutnya
mengeluarkan perintah membuka (trip) kepada PMT apabila nilai besaran
yang terdeteksi mencapai nilai setting. Untuk proteksi arus hubung singkat
pada penyulang tegangan menengah umumnya digunakan relay arus lebih
(OCR/GFR).

Gambar 3.9 Relay Proteksi.

Fungsi dasar relay proteksi dalam sistem tenaga listrik adalah untuk
mengamankan peralatan/sistem sehingga kerugian akibat gangguan dapat
dihindari atau dikurangi menjadi sekecil mungkin, dengan cara:
1. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang
dapat membahayakan peralatan atau sistem.
2. Melepaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang
mengalami keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga
kerusakan instalasi yang terganggu dan yang dilalui arus gangguan

37
dapat dihindari atau dibatasi seminimum mungkin dan bagian system
lainnya tetap dapat beroperasi.
Relay proteksi merupakan sebuah perangkat yang digunakan untuk
mendeteksi adanya gangguan pada jaringan distribusi listrik. Relay
proteksi akan memberikan indikasi jika ada gangguan. Ada beberapa
macam relay proteksi yang terpasang di area Semarang adalah :
1. SEL 551 4. VAMP-40
2. MicomP123 (Modbus) 5. SIPROTEC 7SJ62
3. GE SR 350 6. Micom P14

3.2.1.4 Digital Meter


Digital Meter adalah meter energi yang dipasang di panel, dan
digunakan sebagai pengganti meter konvensional. Digital Meter dapat
menampilkan meter tegangan line to line, tegangan line to netral,
arus,daya nyata (KW), daya reaktif (VAR), frekuensi, serta faktor daya.
Protokol yang digunakan adalah protocol IEC 60870-5-104, DNP3, atau
Modbus.

Gambar 3.10 Power Meter ION 6200.

38
3.3 Protokol Komunikasi RTU
Sebuah protokol komunikasi adalah sistem format pesan digital dan
aturan untuk bertukar pesan-pesan di dalam atau antar sistem komputer dan
telekomunikasi Gambar di bawah ini menunjukkan sebuah protokol komunikasi
antar dua perangkat.

Gambar 3.11 Protokol Komunikasi RTU.

Contoh protocol yang digunakan untuk komunikasi Master station dengan


RTU dan sebaliknya adalah:
• IEC 60870-5-101
• IEC 60870-5-104
• Modbus (ASCII, RTU) slave
• IEC 61850

Agar Master station dapat berhubungan dengan RTU, maka


diperlukan sarana telekomunikasi data yang dipergunakan pada umumnya
terdiri dari:
a. Fiber Optic
Sarana komunikasi yang paling handal adalah fiber optic. Dengan fiber
optic kecepatan transmisi data bisa sangat tinggi sehingga banyak data

39
bisa dikirimkan ke Master station. Sarana ini cocok sekali untuk Substation
automation. Mempunyai lebar bidang frekuensi yang sangat tinggi
hinggamencapai 2,5 GBps. Fiber optic sangat cocok digunakan di Gardu Induk,
denganmelihat kelebihannya berupa segi keamanannya, noise yang kecil, dan
kecepatannya yang bisa dihandalkan. Walaupun dalam pengaplikasiannya
Fiber Optic juga dimanfaatkan untuk media komunikasi Keypoint, tapi
jumlahnya tidak banyak.

Gambar 3.12 Media Komunikasi Fiber Optic.

40
3.3.1 Tampilan HMI pada Gardu Induk
Hasil dari telemetering, telesignaling dan telecontrol dari RTU di
tampilkan pada HMI seperti pada gambar 3.9 dibawah ini:

Gambar 3.13 Tampilan World View untuk Gardu Induk

Pada gambar 3.9 terlihat status pembacaan yang dilakukan oleh RTU terhadap
panel outgoing berupa Status Local/Remote, status close, status open serta
berntuk control berupa control close dan open PMT.
3.4 Arduino UNO
Arduino Uno adalah board mikrokontroler berbasis ATmega328
(datasheet). Memiliki 14 pin input dari output digital dimana 6 pin input
tersebut dapat digunakan sebagai output PWM dan 6 pin input analog, 16 MHz
osilator kristal, koneksi USB, jack power, ICSP header, dan tombol reset.
Untuk mendukung mikrokontroler agar dapat digunakan, cukup hanya
menghubungkan Board Arduino Uno ke komputer dengan menggunakan kabel
USB atau listrik dengan AC yang-ke adaptor-DC atau baterai untuk
menjalankannya.
41
Uno berbeda dengan semua board sebelumnya dalam hal koneksi USB-to-
serial yaitu menggunakan fitur Atmega8U2 yang diprogram sebagai konverter
USB-to-serial berbeda dengan board sebelumnya yang menggunakan chip
FTDI driver USB-to-serial. Nama “Uno” berarti satu dalam bahasa Italia,
untuk menandai peluncuran Arduino 1.0. Uno dan versi 1.0 akan menjadi versi
referensi dari Arduino. Uno adalah yang terbaru dalam serangkaian board USB
Arduino, dan sebagai model referensi untuk platform Arduino.

3.4.1 Spesifikasi Arduino Uno

- Mikrokontroler ATmega32
- Catu Daya 5V
- Teganan Input (rekomendasi) 7-12V
- Teganan Input (batasan) 6-20V
- Pin I/O Digital 14 (dengan 6 PWM output)
- Pin Input Analog 6
- Arus DC per Pin I/O 40 Ma
- Arus DC per Pin I/O untuk PIN 3.3V 50 mA
- Flash Memory 32 KB (ATmega328) dimana 0.5 KB digunakan oleh
bootloader
- SRAM 2 KB (ATmega328)
- EEPROM 1 KB (ATmega328)
- Clock Speed 16 MHz

42
Gambar 3.14 Arduino Uno

3.4.2 Daya
Uno Arduino dapat diaktifkan melalui koneksi USB atau dengan
catu daya eksternal (otomatis). Eksternal (non-USB) daya dapat berasal
baik dari AC-ke adaptor-DC atau baterai. Adaptor ini dapat dihubungkan
dengan menancapkan plug jack pusat-positif ukuran 2.1mm konektor
POWER. Ujung kepala dari baterai dapat dimasukkan kedalam Gnd dan
Vin pin header dari konektor POWER.
Kisaran kebutuhan daya yang disarankan untuk board Uno adalah7
sampai dengan 12 volt, jika diberi daya kurang dari 7 volt kemungkinan
pin 5v Uno dapat beroperasi tetapi tidak stabil kemudian jikadiberi daya
lebih dari 12V, regulator tegangan bisa panas dan dapat merusak board
Uno.
Pin listrik adalah sebagai berikut:
VIN. Tegangan masukan kepada board Arduino ketika itu menggunakan
sumber daya eksternal (sebagai pengganti dari 5 volt koneksi USB atau
sumber daya lainnya).
5V. Catu daya digunakan untuk daya mikrokontroler dan komponen
lainnya.
3v3. Sebuah pasokan 3,3 volt dihasilkan oleh regulator on-board.
GND. Ground pin.

43
3.5 Sensor Asap MQ 2
Sensor MQ-2 adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi konsentrasi
gas yang mudah terbakar di udara serta asap dan output membaca sebagai
tegangan analog. Sensor gas asap MQ-2 dapat langsung diatur sensitifitasnya
dengan memutar trimpotnya. Sensor ini biasa digunakan untuk mendeteksi
kebocoran gas baik di rumah maupun di industri. Gas yang dapat dideteksi
diantaranya : LPG, i-butane, propane, methane , alcohol, Hydrogen, smoke.
Sensor ini sangat cocok di gunakan untuk alat emergensi sebagai deteksi gas-
gas, seperti deteksi kebocoran gas, deteksi asap untuk pencegahan kebakaran
dan lain lain.

Gambar 3.15 Sensor Asap MQ2

Namun seperti apakah karateristik sensor Asap MQ2 ini? Sensor gas ini
tersusun oleh senyawa SnO2, dengan sifat conductivity rendah pada udara
yang bersih, atau sifat penghantar yang tidak baik. Sifat conductivity semakin
naik jika konsentrasi gas asap semakin tinggi di sekitar sensor gas. Lebih jelas
nya bisa dilihat di datasheet sensor ini. Spesifikasi sensor pada sensor gas
MQ-2 adalah sebagai berikut:
1. Catu daya pemanas : 5V AC/DC
2. Catu daya rangkaian : 5VDC
3. Range pengukuran : 200 – 5000 ppm untuk LPG, propane 300 – 5000
ppm untuk butane 5000 – 20000 ppm untuk methane 300 – 5000 ppm
untuk Hidrogen
44
4. Keluaran : analog (perubahan tegangan)
Sensor ini dapat mendeteksi konsentrasi gas yang mudah terbakar di udara
serta asap dan keluarannya berupa tegangan analog. Sensor dapat mengukur
konsentrasi gas mudah terbakar dari 300 sampai 10.000 sensor ppm. Dapat
beroperasi pada suhu dari -20°C sampai 50°C dan mengkonsumsi arus kurang
dari 150 mA pada 5V .
3.5.1 Konfigurasi Sensor MQ-2

Gambar 3.16 MQ 2 Pin Out

Sensor MQ-2 terdapat 2 masukan tegangan yakni VH dan VC. VH digunakan


untuk tegangan pada pemanas (Heater) internal dan Vc merupakan tegangan
sumber serta memiliki keluaran yang menghasilkan tegangan berupa
tegangan analog. Berikut konfigurasi dari sensor MQ-S :
1. Pin 1 merupakan heater internal yang terhubung dengan ground.
2. Pin 2 merupakan tegangan sumber (VC) dimana Vc < 24 VDC.
3. Pin 3 (VH) digunakan untuk tegangan pada pemanas (heater internal)
dimana VH = 5VDC.
4. Pin 4 merupakan output yang akan menghasilkan tegangan analog.
3.5.2 Prinsip Kerja

Sensor Asap MQ-2 berfungsi untuk mendeteksi keberadaan asap yang


berasal dari gas mudah terbakar di udara. Pada dasarnya sensor ini terdiri dari
tabung aluminium yang dikelilingi oleh silikon dan di pusatnya ada elektroda
yang terbuat dari aurum di mana ada element pemanasnya. Ketika terjadi
proses pemanasan, kumparan akan dipanaskan sehingga SnO2 keramik
menjadi semikonduktor atau sebagai penghantar sehingga melepaskan
45
elektron dan ketika asap dideteksi oleh sensor dan mencapai aurum elektroda
maka output sensor MQ-2 akan menghasilkan tegangan analog. Sensor MQ-
2 ini memiliki 6 buah masukan yang terdiri dari tiga buah power supply (Vcc)
sebasar +5 volt untuk mengaktifkan heater dan sensor, Vss (Ground), dan pin
keluaran dari sensor tersebut.
3.6 Relay 5 volt
Relay adalah suatu peranti yang bekerja berdasarkan elektromagnetik
untuk menggerakan sejumlah kontaktor yang tersusun atau sebuah saklar
elektronis yang dapat dikendalikan dari rangkaian elektronik lainnya dengan
memanfaatkan tenaga listrik sebagai sumber energinya. Kontaktor akan
tertutup (menyala) atau terbuka (mati) karena efek induksi magnet yang
dihasilkan kumparan (induktor) ketika dialiri arus listrik. Berbeda dengan
saklar, pergerakan kontaktor (on atau off) dilakukan manual tanpa perlu arus
listrik.
Relay yang paling sederhana ialah relay elektromekanis yang
memberikan pergerakan mekanis saat mendapatkan energi listrik. Secara
sederhana relay elektromekanis ini didefinisikan sebagai berikut.
1. Alat yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk menutup atau
membuka kontak saklar.
2. Saklar yang digerakkan secara mekanis oleh daya atau energi listrik.
Sebagai komponen elektronika, relay mempunyai peran penting dalam
sebuah sistem rangkaian elektronika dan rangkaian listrik untuk
menggerakan sebuah perangkat yang memerlukan arus besar tanpa
terhubung langsung dengan perangakat pengendali yang mempunyai
arus kecil. Dengan demikian relay dapat berfungsi sebagai pengaman.
Relay terdiri dari 3 bagian utama, yaitu:
1. Common, merupakan bagian yang tersambung dengan Normally Close
(dalam keadaan normal).
2. Koil (kumparan), merupakan komponen utama relay yang digunakan
untuk menciptakan medan magnet.
3. Kontak, yang terdiri dari Normally Close dan Normally Open.
3.6.1 Prinsip kerja
Relay merupakan komponen listrik yang memiliki prinsip kerja magnet

46
dengan induksi listrik. Relay terdiri atas bagian-bagian utama sebagai berikut.
1. Coil atau Kumparan, merupakan gulungan kawat yang mendapat arus
listrik. adalah sejenis saklar yang pergerakannya tergantung dari ada
tidaknya arus listrik di coil.
2. Contact atau Penghubung, adalah sejenis saklar yang pergerakannya
tergantung dari ada tidaknya arus listrik di coil. Contactada 2 jenis:
Normally Open (kondisi awal sebelum diaktifkan open),
dan Normally Closed (kondisi awal sebelum diaktifkan close).

Gambar 3.17 Prinsip Kerja Relay

3.6.2 Spesifikasi relay 5 V

Gambar 3.18 Relay 5 V 1 Chanel

1. Modul ini menggunakan relay asli berkualitas tipe Normally Open (NO)
dengan maximum load AC 250V/10A, DC 30V/10A
2. Memakai SMD Optocoupler isolation, yang berkinerja stabil dengan arus
pemicu (trigger current) hanya sebesar 5mA
3. Tegangan sinyal pemicu sebesar 5V DC
4. Dapat disetting untuk mendeteksi high atau low dengan mengubah jumper
5. Dirancang dengan toleransi keamanan, bahkan jika arus pemicu putus,
relay tidak akan bekerja
6. Dilengkapi lampu indikator Power (hijau) dan Status Relay (merah)
47
7. Mudah dipasang, menggunakan terminal untuk pemasangan kabel.
8. Ukuran: 50x26x18mm
9. Dilengkapi 4 lobang baut berdiameter 3.1mm berjarak 44.5mm x 20.5mm

48
BAB IV
PEMBAHASAN
PEMASANGAN SMOKE DETECTOR PADA PANEL RTU 20 KV DAN
PANEL OUTGOING 20 KV YANG TERINTEGRASI SCADA DI PT PLN
(PERSERO) UP2D JAWA TENGAH & DIY DCC 2 YOGYAKARTA

4.1 Pengertian Panel RTU


Panel RTU adalah tempat untuk merakit RTU dengan peralatan integrasi
RTU seperti Digital Input/Output Board, Relay, Terminal XT dan lain-lain. Semua
Input dan Output berada di panel RTU, DI/DO dan Aux Relay ditempatkan di panel
RTU bukan di panel outgoing. Dalam perakitan Panel RTU memiliki standar yang
sudah di tentukan untuk mengatur sebagaimana RTU dan komponen-komponen
lain di letakkan di dalam panel dan di integrasikan dengan baik. DI/DO Board
dipasang di panel RTU bukan di kubikel 20kV sehingga menjadi terpusat (central).

4.2 Gambaran Panel RTU

Gambar 4.1 Panel RTU di Gardu Induk 150 kV Kentungan.

49
4.1 Tujuan Pemasangan Smoke Detector pada Panel RTU 20 KV di Gardu
Induk Kentungan yang Terintegrasi SCADA.
Pemasangan Smoke Detector pada panel RTU di Gardu Induk Kentungan
perlu dilakukan karena bertujuan untuk :
1. Mendeteksi adanya asap di dalam Panel RTU.
2. Mencegah terjadinya kebakaran di dalam panel RTU.
3. Mampu di monitor selama 24 jam karena terhubung dengan SCADA.
4. Mampu di tampilkan ke HMI SCADA Dispatcher.
5. Mengatasi kerusakan – kerusakan peralatan yang sering terjadi karena terjadi
kebakaran panel RTU.
6. Memberikan status adanya asap ke HMI dispatcher, sehingga dispatcher dapat
memberikan petunjuk untuk mengecek panel RTU agar tidak terjadi hal yang
tidak di inginkan.
4.2 Diagram Blok Smoke Detector dalam Panel RTU

DIGITIAL AUX
RTU
INPUT (DI) RELAY ASAP
SCOUT SMOKE
BOARD 220 VAC
DETECTOR

STATUS

Gambar 4.3 Diagram Blok

50
4.4.1 Digital Input Board Survalent
Digital Input Board berbeda dengan Digital Output Board, Digital Input
Board terdiri dari rangkaian optocoupler photodiode. Karena tegangan kerja
Outgoing adalah 110VDC maka Digital Input Board yang bertegangan 24VDC
dibantu oleh rangkain eksternal aux Relay 110VDC.

RTU

Gambar 4.3 RTU dan DI/DO di Panel RTU Gardu

4.4.2 Aux Relay 220 VAC


Aux Relay 220 VAC membantu dalam pembacaan status pada Digital Input
Board. Aux relay ini memiliki fungsi untuk membantu pembacaan status RTU
sehingga mampu untuk di kirimkan ke HMI dispatcher. Aux relay akan bekerja
apabila mendapatkan input tegangan 220 VAC, dan menggunakan kontak relay
normally open. Apabila sensor mendeteksi asap akan mengontak aux relay
untuk membantu pembacaan status RTU. Status yang akan di kirimkan berupa
status smoke detector on dan off dan di tampilkan ke HMI dispatcher.

Gambar 4.4 Aux Relay 220VAC.


51
4.4.3 Smoke Detector
Smoke detector atau sensor asap merupakan piranti atau alat yang mampu
digunakan untuk mendeteksi adanya asap, apabila asap mengenai bagian sensor.
Asap biasanya muncul sebelum adanya kebakaran, asap yang akan dideteksi oleh
smoke detector ini adalah asap dari kebakaran kabel yang sering menjadi
penyebab terjadinya kebakaran yang terjadi di panel RTU. Smoke detector ini
menggunakan jenis sensor asap mq2 yang menggunakan tegangan input 5 v, dan
menggunakan mikrokontroller Arduino Uno sebagai otak atau yang memproses
input maupun output dari smoke detector, Arduino Uno membutuhkan tegangan
input antara 7 sampai 12 volt. Serta menggunakan Relay 5 V 1 channel yang
digunakan untuk mengontak relay yang memilikan tegangan kerja 220 VAC.
Relay 5 V ini memilik tegangan output 250 VAC sehingga mampu untuk
mengoperasikan atau mengontak Relay yang memiliki tegangan kerja maksimal
250 VAC.

Gambar 4.2 Smoke Detector

Di dalam panel RTU Smoke detector ini di pasang di bagian atas panel, agar
dapat dengan mudah dan mampu mendeteksi asap lebih cepat karena posisi sensor
yang mengahadap ke bawah dan arah asap yang selalu menuju ke atas sehingga
memungkinkan sensor mampu mendeteksi keberadaan asap lebih mudah dan
cepat.
4.4.4 Asap
Asap yang akan di deteksi oleh sensor ini adalah jenis asap yang berasal dari
kabel. Sering terjadi kebakaran di dalam panel yang di sebabkan oleh kabel yang
terbakar akibat dari isolasi yang kurang bagus maupun adanya korsleting di dalam
panel. Asap akan muncul sebelum terbakar atau keluar nya api, oleh karena itu
perlu untuk melakukan antisipasi muncul nya asap. Sehingga kejadian terbakarnya
52
panel RTU dapat di hindari.

4.5 Langkah Kerja Pemasangan Smoke Detector di dalam Panel RTU di PT.
PLN (Persero) UP2D JTY Area Kerja DCC Yogyakarta
Proses perakitan smoke detector di dalam panel RTU ini dibedakan
menjadi 2 yaitu proses perakitan smoke detecor dan pemasangan smoke
detector ke panel RTU.

4.5.1 Perakitan Smoke Detector

Sebelum melakukan perakitan smoke detector perlua di perhatikan hal –


hal yang perlu di persiapkan yaitu :
4.5.1.1 Wiring Diagram
Wiring diagram diperlukan agar dapat dengan mudah dalam
perakitan smoke detector. Sehingga pemasangan pin setiap mateterial
tidak terjadi kesalahan dan meningkatkan keberhasilan.

Gambar 4.13 Wiring Diagram Smoke Detector

4.5.1.2 Peralatan kerja

a. Ampere Volt Ohm Meter (AVO Meter).


b. Tool set
c. Solder
d. Timah (T0)
e. Spacer
f. Cutter
g. PC yang sudah terinstall aplikasi arduino ide
53
4.5.1.3 Material
a. Arduino uno
b. Relay 5 volt
c. Sensor asap MQ2
d. Box (wadah)
e. Kabel male to female berjumlah 3
f. Kabel male to male berjumlah 3
4.5.1.4 Langkah kerja
Langkah kerja untuk merakit smoke detector adalah :
a. Mempersiapkan material yang di butuhkan untuk melakukan
perakitan smoke detector.
b. Melakukan pemasangan arduino ke dalam box, di pasang sesuia
dengan fungsi dan proposional.
c. Melakukan pemasangan sensor asap ke dalam box, pemasangan
sensor suhu harus memperhatikan posisi dan fungsi dari sensor
suhu di dalam box. Bagian sensor harus diletakkan di luar box agar
dapat mendeteksi asap yang berada di luar box.
d. Melakukan pemasagan relay 5 volt ke dalam box, jarak relay dan
arduino harus di perhatikan agar dapat melakukan wriring antara
arduino dan relay dapat di lakukan dengan mudah.
e. Proses pemasangan menggunakan spacer untuk mengatur dan
meletakkan material dengan lebih mudah.
f. Melakukan wiring atau penyambungan arduino, sensor dan relay
menggunakan kabel jumper untuk sensor asap menggunakan kabel
jumper male to female sedangkan arduino dengan relay
menggunakan kabel jumper male to male.
g. Memperhatikan pin arduino, untuk sensor asap dengan arduno
menggunakan pin 5V, analog 0 dan pin ground di bagian arduino
sedangkan di bagian sensor menggunakan pin output, vcc, dan
ground.
h. Memperhatikan pin arduino dengan relay 5V, untuk bagian relay
menggunaka pin signal, vcc dan gnd sedangkan di bagian arduino
menggunakan pin digital 12, 5v dan pin ground.

54
i. Setelah semua tersambung, melakukan proses pengecekan dengan
cara mengecek dengan aplikasi arduino ide. Untuk mengetahui
sensor asap dapat mendeteksi dengan baik.
4.5.1.5 Perancangan Program Smoke Detector
Selain melakukan proses perakitan hardware smoke detector, perlu
juga dilakan proses perancangan program smoke detector agar program
yang dibuat sesuai dengan tujuan. Proses perancangan program smoke
detector menggunakan aplikasi arduino ide berikut program smoke
detector di arduino ide :
#define RELAY_ON 0
#define RELAY_OFF 1
#define RELAY_1 12 // pin yang digunakan yaitu pin 12

int sensorValue = 0;

const int gasPin = A0; //Pin yang digunakan di pin analog A0

void setup() {

pinMode(RELAY_1, OUTPUT);
digitalWrite(RELAY_1, RELAY_OFF);

Serial.begin(9600);
}
void loop() {
sensorValue = analogRead(A0);
Serial.println(sensorValue, DEC);
if (sensorValue < 80) {
digitalWrite(RELAY_1, RELAY_OFF);
}
else{
delay(100);

55
digitalWrite(RELAY_1, RELAY_ON);
delay(5000);//lampu menyala selama 5 detik
digitalWrite(RELAY_1, RELAY_OFF);
delay(2000);//lampu mati selama 2 detik
digitalWrite(merah,LOW);
delay(100);
}
}

4.5.2 Perakitan Smoke Detector pada Panel RTU


Sebelum melakukan perakitan smoke detector pada panel RTU perlu
di perhatikan hal – hal apa yang perlu di siapkan terlebih dahulu.

4.5.2.1 Peralatan Kerja

a. Ampere Volt Ohm Meter (AVO Meter).


b. Tool Set.
c. Bor Listrik.
d. Konsep wiring.
e. Tangga.
f. Roll Kabel.
g. Lakban.

4.5.2.2 Material
a. RTU SCOUT.
b. DI/DO Board.
c. Aux Relay 220VAC.
d. Din rel.
e. Kabel NYA 1 x 0.75 mm2& 1 x 1.5
f. Skun.
g. Kabel Ties.
h. Labeling cable.

4.5.2.3 Konsep Panel RTU


1. Panel RTU menggunakan DI/DO Board survalent.
2. Smoke detector akan di pasang di atas panel RTU bagian dalam,
56
sehingga dapat dengan mudah mendeteksi asap.
3. Status dari smoke detector akan ditampilkan ke HMI dispatcher.
4. Jalur kabel dibuat serapi mungkin dengan kabel ties.

4.5.2.4 Langkah Kerja Perakitan Smoke Detector pada Panel RTU di


Gardu Induk Kentungan
Pekerjaan perakitan meliputi yaitu sebagai berikut :

1. Membuka panel RTU.

2. Mempersiapkan Smoke detector yang akan dipasang.

Gambar 4.13 Smoke Detector

Smoke detector sudah dalam keadaan siap di gunakan, sudah selesai


dalam perakitan dan sudah di lakukan uji coba. Serta sudah di
hubungkan dengan kabel ouput dan input untuk daya arduino yaitu
sebesar 12 VDC.

3. Mempersiapkan peralatan, material serta konsep wiring smoke


detector pada panel RTU

57
Gambar 4.14 Wiring Digram Smoke Detector pada Panel RTU

Segala kebutuhan untuk memasang dan material yang akan


dipasang disiapkan, kemudian menyiapkan buku konsep untuk
mengetahui panduan pemasangan.
4. Persiapkan kabel NYA untuk keperluan wiring.

Gambar 4.21 Kabel NYA.

5. Ukur dan potong kabel NYA sesuai dengan kebutuhan.


Pengukuran panjang kabel dan penentuan warna kabel sesuai
dengan kebutuhan dan jarak antar kedua atau lebih material yang
akan di sambungkan.
6. Beri label dan skun masing-masing ujung kabel NYA yang akan
dipergunakan.
Pemberian label agar jelas arah dan letak ujung kabel sisi lain
mengarah kemana. Dan pemberian skun sesuai socket material yang
akan di disambungkan.

7. Pemasangan smoke detector pada panel RTU


58
Pemasangan smoke detector ditempatkan dibagian atap panel
agar dapat mendeteksi asap lebih efektif, karena kondisi asap yang
selalu bergerak ke atas. Sehingga pemasangan smoke detector
dibagian atap panel sangatlah dianjurkan. Dan juga memperhatikan
letak dan posisi dari smoke detector apakah posisinya sesuai estetika
atau tidak dengan artian tidak terlalu berdekatan dengan peralatan
yang lain. Hal ini perlu diperhatikan agar dalam perawatan maupun
perbaikan nantinya dapat dilakukan dengan lebih mudah dan tidak
mengganggu kinerja peralatan yang lain.

Gambar 4.14 Pemasangan smoke detector pada panel RTU.

8. Pemasangan Aux Relay 220VAC pada panel RTU.


Pemasangan aux relay 220 vac dapat ditempatkan dibagian
aux relay 110 vdc karena fungsi nya hampir sama yaitu untuk
memabantu pengiriman status ke RTU Scout. Pemasangan juga
harus memperhatikan posisi dan letak dari aux relay agar apabila
dilakukan penyambungan kabel dengan RTU Scout dan smoke
detector tidak mengalami kendala yang berarti.

59
Gambar 4.15 Pemasangan aux relay 220vac pada panel RTU.

9. Menyambungkan smoke detector ke aux relay 220 vac


Untuk bagian smoke detector menggunkan pin NC dan COM karena
agar aux relay 220 vac tidak langsung on apabila disambungkan
dengan sumber listrik. Sementara untuk bagian aux relay 220 vac
kabel yang berasal dari smoke detector tadi di sambungkan ke bagian
input aux relay namun salah satunya disambungkan ke sumber listrik
yang berfungsi sebagai saklar dan sumber tegangan.

10. Menyambungkan aux relay 220 vac dengan DI Board, RTU Scout.
Pemasangannya perlu diperhatikan pin pin yang akan disambungkan
untuk bagian aux relay menggunakan pin normally open kemudian
disambungkan ke DI Board dibagian chanel 13.

11. Merapikan kabel yang telah tersambung.


Merapikan kabel sangat penting dilakukan karena tidak hanya
mementingkan estetika namun agar dapat lebih mudah nantinya
apabila akan dikukan perbaikan maupun pemasangan kembali.

60
Gambar 4.16 Merapikan kabel yang telah tersambung

12. Pastikan wiring terhubung dengan baik dan tidak terdapat kabel yang

short.

13. Pastikan kembali semua wiring dan posisi sudah sesuai dengan
konsep wiring dan panel dalam keadaan rapi dan bersih.
14. Pembuatan buku wiring sesuai hasil dari rancangan konsep wiring.
15. Perakitan selesai, tutup panel RTU.
4.5.3 Pengujian Smoke detector pada Panel RTU yang ter-Integrasi SCADA
Dalam pengujian smoke detector memerlukan suatu subject untuk
menjadi pengganti asap yang sesungguhnya. Dalam hal ini menggunakan
asap rokok sebagai penguji nya, karena karakter asap rokok yang hampir
mirip dengan asap yang sebagai tujuan dari alat ini.

Gambar 4.17 Pengujian dengan Asap Smoke Detector


61
Pengujian dilakukan dengan cara memberikan asap di dekat
smoke detector dengan tujuan melihat apakah smoke detector berfungsi
apa tidak. Apabila smoke detector mendapat asap atau mendeteksi
adanya asap maka smoke detector akan memberikan sinyal ke aux relay
dan dapat mengaktifkan aux relay sehingga mampu memberikan sinyal
RTU Scout sesuai dengan program yang telah di setting disoftware
SCADA.

Gambar 4.18 Tampilan di HMI Status Smoke Detector

Apabila smoke detector mendeteksi asap dan aux relay telah aktif
maka di dalam HMI/Monitor akan menampilkan “GI Kentungan Smoke
Detector – RTU GI Kentungan ON” sesuai dengan program yang telah
dibuat. Status tersebut menunjukan bahwa smoke detector telah bekerja
dan berhasil di Integrasi dengan SCADA.

62
BAB V
PENUTUP

5.1 SIMPULAN
Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari kerja praktek yang di laksanakan
di PT PLN (Persero) UP2D JATENG & DIY khususnya dalam topik laporan ini
adalah :
1. Pemasangan Smoke Detector pada panel RTU yang terintegrasi SCADA
berguna untuk mengatasi terjadinya kebakaran yang terjadi di dalam panel
RTU.
2. Dengan terintegrasi SCADA dispatcher mampu mengetahui status dari
panel RTU dari jarak jauh.
3. Kejadian yang dapat merugikan dapat dengan signifikan dihindari dan
diatasi.
4. Koordinasi antara operator dengan pelaksana di Gardu Induk akan lebih
mudah karena apabila terjadi keadaan yang tidak diinginkan dapat
dikomunukasikan dengan lebih cepat dan mudah.

5.2 SARAN
Selama mengikuti kerja praktik di PT. PLN (Persero) APD Jateng DIY, maka
saya dapat memberikan sedikit saran sebagai berikut :
1. Memasangan smoke detector lebih dari satu, agar dapat mendeteksi
asap dengan lebih efektif.
2. Menggunakan sensor yang lebih peka atau sensitive.
3. Memasangan smoke detector di panel outgoing, agar dapat mencegah
terjadinya kerusakan panel yang disebabkan kebakaran dan mampu
melakukan manuver proteksi.

Akhir kata saya hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada PT.PLN
(Persero) UP2D Jateng DIY DCC Yogyakarta khususnya bagian RTU, Master dan
Telekomunikasi yang telah bersedia membimbing.

63
Daftar Pustaka
PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan. 2007. Sistem SCADA di
Distribution Control Center (DCC). Bogor: PT. PLN (Persero) Pusat
Pendidikan dan Pelatihan.
PT PLN (Persero)APD Semarang. 2012. Uraian Jabatan Karyawan. Semarang:
PT PLN (Persero) APD Semarang.
PT PLN (Persero) Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan, 2008. SPLN
S3.001: 2008 Peralatan SCADA Sistem Tenaga Listrik, Jakarta.
PT PLN (Persero) Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan, 2008. SPLN
S6.001: 2008 Perencanaan dan Pembangunan Sistem SCADA, Jakarta.
Wicaksana, Pandu. 2017. Konfigurasi Sumber Dc untuk Supply Panel RTU pada
Keypoint Di Jaringan 20 kV Di PT PLN (Persero) APD Jawa Tengah dan
DIY. Laporan Kerja Praktik D3 Elektro (Tidak Diterbitkan) Program Studi

Anda mungkin juga menyukai