Oleh :
Abbi Dwi Pamungkas
21060116083002
iv
6. Bapak Angga Rajasa selaku Asisten Manajer bidang SCADATEL yang telah
memberikan kesempatan bagi Penulis untuk melaksanakan Kerja Praktek di
bidang SCADATEL.
7. Pak Fitri Suparlan selaku Supervisor RTU DCC Yogyakarta dan Peripheral
yang telah mengijinkan penulis mengikuti serangkaian pemeliharaan.
8. Pak Anton, Pak Soli, Mas Wahyu selaku pegawai di SCADA DCC Yogyakarta
yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan bagi Penulis selama
melaksanakan Kerja Praktek.
9. Mas Diki, Mas Fajar, Mas Rudi, Mas Fandi, Mas Wahyu dan semua crew dari
Prima Data yang sudah memberikan banyak pengalaman dilapangan maupun di
ruangan selama kerja praktek
10. Seluruh karyawan dan karyawati DCC Yogyakarta yang telah membantu
pengumpulan data dan membantu mempermudah pembuatan laporan kerja
praktek.
11. Mohamad Rizky Samputro, Agustian Bayu Prihardana, Ratna Azizah Putri,
selaku teman-teman seperjuangan dalam melaksanakan Kerja Praktek di UP2D
Jateng dan DIY, terimakasih untuk semangat dan bantuan yang telah diberikan.
12. Teman-teman DIII Teknik Elektro Kerjasama Undip – PT. PLN (Persero) dan
semua teman satu angkatan 2016 yang telah menempuh kuliah dan
melaksanakan Kerja Praktek bersama.
13. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Laporan
Praktek Kerja ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu per satu.
v
Dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja ini, penulis menyadari masih
banyak kekurangan dan perlu penyempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca.
Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.
vi
ABSTRAK
Salah satu indikator dari keandalan sistem distribusi tenaga listrik adalah
stabilnya pasokan listrik kepada konsumen. Oleh karena itu, diperlukan suatu
sistem yang mampu dalam melakukan tugas pengawasan dan pengendalian kinerja
sistem distribusi tenaga listrik secara real-time. Solusinya adalah dengan
mengaplikasikan sistem SCADA (Supervisory Control and Data Acuitition).
Dengan di gunakannya sistem SCADA pada Gardu Induk, maka pasokan listrik di
tiap-tiap wilayah dapat diatur secara remote melalui HMI yang terhubung dengan
RTU yang terintegrasi dengan komponen SCADA lainnya didalam Panel RTU.
RTU atau Remote Terminal Unit adalah perangkat yang memiliki tugas untuk
telecontrolling, telesignaling, dan telemetering pada peralatan yang sudah
diintegrasikan dengan sistem SCADA. RTU dipasang didalam panel yang
dihubungkan dengan peralatan Digital Input/Output Board dalam menjalankan
kegunaannya sebagai kontrol dan pembacaan status. Namun, dalam kinerjanya
sering terjadi gangguan internal panel, seperti terjadinya kabel terbakar hingga
menyebabkan terjadi kebakaran di dalam panel RTU SCADA sehingga sering
dilakukan troubleshooting dan perbaikan.
Untuk meningkatkan keandalan RTU dan kemanan Panel Outgoing dan
mengantisipasi terjadinya kebakaran di dalam panel RTU SCADA dan Panel
Outgoing 20 KV, maka perlu dilakukan pencegahan. Oleh karena itu perlu adanya
pemasangan smoke detector di dalam panel RTU dan Panel Outgoing 20 KV yang
terintegrasi SCADA, agar dapat mengetahui adanya asap di dalam panel RTU dan
Panel Outgoing 20 KV dan mampu di monitor selama 24 jam. Sehingga dapat
mencegah terjadinya kebakaran panel RTU SCADA dan Panel Outgoing 20 KV.
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
ix
3.4.2 Daya ....................................................................................... 38
3.5 Sensor Asap (MQ2) ......................................................................... 39
3.5.1 Konfigurasi Asap (MQ2) ....................................................... 40
3.5.2 Prinsip Kerja .......................................................................... 40
3.6 Relay 5 Volt ..................................................................................... 41
3.6.1 Prinsip Kerja Relay 5 V ......................................................... 42
3.6.2 Spesifikasi Relay 5 V ............................................................. 42
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) APD Jateng & DIY ................. 14
Gambar 2.2 Wewenang kerja APD Jateng & DIY............................................. 15
Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) APD Jateng & DIY.......... 16
Gambar 3.1 Skema Telemetering SCADA.......................................................... 27
Gambar 3.2 Skema Telesignaling Single ........................................................... 27
Gambar 3.3 Skema Telesignaling Double ......................................................... 28
Gambar 3.4 Skema Telecontroling .................................................................... 28
Gambar 3.5 Konfigurasi SCADA ...................................................................... 29
Gambar 3.6 Konfigurasi Remote Station ........................................................... 29
Gambar 3.7 Remote Terminal Unit .................................................................... 30
Gambar 3.8 Integrasi RTU di gardu Induk ........................................................ 31
Gambar 3.9 Relay Proteksi ................................................................................ 32
Gambar 3.10 Power Meter ION 6200 ................................................................ 33
Gambar 3.11 Protokol Komunikasi RTU........................................................... 34
Gambar 3.12 Media Komunikasi Fiber Optic ................................................... 35
Gambar 3.13 Tampilan World View Untuk Gardu Induk ................................. 36
Gambar 4.1 Kondisi Panel RTU Centralized lama ............................................ 38
Gambar 4.2 Diagram Block Panel RTU............................................................. 39
Gambar 4.3 Letak RTU di Panel RTU Gardu Induk.......................................... 40
Gambar 4.4 Aux Relay 110VDC ....................................................................... 42
Gambar 4.5 Terminal XT SCADA .................................................................... 42
Gambar 4.6 Converter Data ............................................................................... 43
Gambar 4.7 Power Supply Unit ......................................................................... 44
Gambar 4.8 MCB 1 phase dan 2 phase .............................................................. 44
Gambar 4.9 Sensor Suhu dan Fan...................................................................... 45
Gambar 4.10 Duct Cable dan Din Rel................................................................ 45
Gambar 4.11 Cable Glen .................................................................................... 46
Gambar 4.12 Kabel dan skun ............................................................................. 48
Gambar 4.13 Menyiapkan panel ........................................................................ 49
Gambar 4.14 Pemasangan kabel glen, lampu, fan dan switch ........................... 50
Gambar 4.15 Pemasangan duct cable dan din rel sesuai ukuran yang
dibutuhkan .......................................................................................................... 51
Gambar 4.16 Pemasangan PSU, Terminal XT Power dan MCB ....................... 51
Gambar 4.17 Pemasangan Terinal XT SCADA dan Aux Relay 110VDC ........ 52
Gambar 4.18 Urutan Pemasangan RTU dan DI/DO Board ............................... 53
Gambar 4.19 Urutan Pemasangan RTU Moxa dan Converter Data ................. 53
Gambar 4.20 Pemasangan Sensor suhu ............................................................. 54
Gambar 4.21 kabel NYA.................................................................................... 54
Gambar 4.22 labeling dan skun kabel ................................................................ 55
Gambar 4.23 wiring panel RTU ......................................................................... 56
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Batasan Pengelolaan Operasional di APD Jateng & DIY ..................... 17
Tabel 4.1 Kelebihan dan kekurangan konsep panel RTU ..................................... 58
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
18
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
19
No.1/S.D/1945, dibentuk Jawatan Listrik dan Gas yang berkedudukan di
Yogyakarta. Untuk pertama kalinya di dalam sejarah Indonesia terdapat satu
kesatuan Perusahaan Listrik Seluruh Indonesia sehingga pada tanggal 27
Oktober 1945 dijadikan sebagai Hari Listrik. Pada masa agresi Militer
Belanda I pada tanggal 19 Desember 1948, perusahaan-perusahaan listrik
yang dibentuk dengan ketetapan Presiden tersebut, dikuasai kembali oleh
pemiliknya semula. Pada Agresi Militer Belanda II, sebagian besar kantor-
kantor Jawatan Listrik dan Gas direbut oleh Pemerintah Koloni Belanda
kecuali daerah Aceh. Tahun 1950, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi
Jawatan Listrik milik Pemerintah Koloni Belanda. Sedangkan milik swasta
diserahkan kepada pemiliknya semula sesuai hasil Konferensi Meja Bundar
(KMB).
20
1959 setelah Dewan Direktur Perusahaan Listrik Negara (DD PLN)
tersebut.
Berdasarkan Undang-Undang No. 19 tahun 1960 tentang
Perusahaan Negara dan melalui Peraturan Pemerintah No. 67 tahun 1961
dibentuklah Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU
PLN), yang mengelola semua Perusahaan Listrik Negara dan Gas berada
dalam satu wadah Organisasi. Untuk mewujudkan Undang-Undang dan
Peraturan Pemerintah tersebut Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga pada
saat itu menerbitkan Surat Keputusan Menteri PUT No.Ment.16/20 tanggal
20 Mei 1961 yang memuat arahan sebagai berikut : BPU adalah suatu
Perusahaan Negara yang diserahi tugas mengurus perusahaan- perusahaan
Listrik dan Gas yang berbentuk Badan hukum. Di daerah dibentuk daerah
eksploitasi yang terdiri atas :
1. Sepuluh daerah eksploitasi listrik umum (Pembangkitan dan
Distribusi).
2. Organisasi BPU-PLN dipimpin oleh Direksi.
3. Satu daerah eksploitasi khusus Pembangkit Listrik.
4. Tiga belass PLN eksploitasi proyek-proyek kelistrikan.
5. Daerah eksploitasi khusus Distribusi dibagi lebih lanjut menjadi
Cabang.
6. Daerah eksploitasi khusus pembangkit dibagi lebih lanjut menjadi
Sektor.
21
samping tugas-tugas sebagai perusahaan.
Mengingat kebijakan energi dipandang perlu untuk ditetapkan
secara nasional, maka pada Kabinet Pembangunan III dibentuk Departemen
Pertambangan dan Energi, dan Perusahaan Listrik Negara (PLN) serta
Perusahaan Gas Negara (PGN) berpindah lingkungan dari Departemen
PUTL ke Departemen di bidang ketenagaan selanjutnya ditangani oleh
Direktorat Jenderal Ketenagaan (1981). Dalam Kabinet Pembangunan IV,
Dirjen Ketenagaan diubah menjadi Dirjen Listrik dan Energi Baru (LEB),
perubahan nama ini bertujuan untuk memperjelas tugas dan fungsinya, yaitu
:
a. Pembinaan program kelistrikan
b. Pembinaan pengusahaan
c. Pengembangan energi baru
22
bahwa PLN merupakan Pemegang kuasa Usaha Ketenagalistrikan.
23
(APBN). Sehingga ketergantungan sektor tenaga listrik pada APBN dan
danadana lunak dari pinjaman Bank Dunia dan sebagainya sangat besar.
Maksud dan tujuan perubahan bentuk PERUM menjadi PERSERO
antara lain sebagai berikut :
a. Agar perusahaan dapat meningkatkan pelayanannya kepada
masyarakat.
b. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha menyediakan
tenaga listrik.
c. Agar perusahaan dapat bergerak lebih lincah dan luwes agar dapat
memobilisasi dana-dana dari masyarakat (swasta) selain dana-dana
tradisional yang selama ini diperoleh.
Sejalan dengan perkembangan pembangunann di segala bidang dan
semakin banyaknya kebutuhan pemakaian listrik di negara kita, maka untuk
dapat melayani masyarakat dan industri dalam pengadaan dan penyediaan
tenaga listrik kemudian PLN dibagi menjadi 11 PLN wilayah, 4 PLN
Distribusi, 2 PLN Pembangkitan dan Penyaluran.
Adapun dari ke-11 PLN yang berstatus wilayah antara lain :
1. PLN Wilayah I di Banda Aceh
2. PLN Wilayah II di Medan
3. PLN Wilayah III di Padang
4. PLN Wilayah IV di Palembang
5. PLN Wilayah V di Pontianak
6. PLN Wilayah VI di Banjar Baru
7. PLN Wilayah VII di Manado
8. PLN Wilayah VIII di Ujung Pandang
9. PLN Wilayah IX di Ambon
10. PLN Wilayah X di Jaya Pura
11. PLN Wilayah XI di Denpasar
PLN Pembangkitan dan Penyaluran adalah meliputi :
1. PLN Pembangkitan dan Penyaluran Jawa bagian Barat
2. PLN Pembangkitan dan Penyaluran Jawa bagian Timur
24
Sedangkan PLN yang berstatus Distribusi meliputi :
1. PLN Distribusi Jawa Timur di Surabaya
2. PLN Distribusi Jawa Tengah dan D.I.Y di Semarang
3. PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten di Bandung
4. PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang di Jakarta
PLN Distribusi Jawa Tengah dan D.I.Y dibagi menjadi beberapa Area
Pelayanan Pelanggan, yaitu :
1. Area Semarang
2. Area Surakarta
3. Area Yogyakarta
4. Area Tegal
5. Area Purwokerto
6. Area Magelang
7. Area Kudus
8. Unit Layanan Salatiga
9. Area Klaten
10. Area Pekalongan
11. Area Cilacap
Dan mulai bulan Juni 2008 PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan
D.I.Y membuka cabang baru yaitu PT PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi
Jateng-DIY sesuai dengan SK Direksi PLN Nomor 260.K/DIR/2007 tentang
Organisasi PT PLN (Persero) APD Jateng-DIY pada PT PLN Dist Jateng & DIY.
25
4. Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan
(Persero).
5. Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1998 tentang pengalihan Pembinaan
terhadap Perusahaan Perseroan (Persero) dan Perseroan Terbatas yang
sebagian sahamnya dimiliki Negara Republik Indonesia kepada Menteri
Negara Pendayagunaan BUMN.
2.3 Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) UP2D JTY DCC 2 Yogyakarta
UP2D JTY DCC 2 Yogyakarta merupakan salah satu unit pembagian wilayah
jaringan distribusi dari APD Jateng dan DIY yang berlokasi di Semarang. APD
Semarang didirikan sesuai Surat Keputusan General Manager PT PLN (Persero)
Distribusi Jawa Tengah & DI Yogyakarta Nomor 119.K/GM DJTY/2007. Bahwa
untuk meningkatkan kemampuan manajemen operasi dan keandalan sistem serta
perbaikan kualitas jaringan distribusi wilayah kerja PT PLN (Persero) Jateng &
DIY serta berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor
260.K/DIR/2007 tentang organisasi PT PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi
(APD) pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah & DIY tanggal 2 Agustus
2007, maka dipandang perlu menetapkan Organisasi PT PLN (Persero) Area
Pengatur Distribusi (APD) Semarang.
PT PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi (APD) Semarang dibentuk
berdasarkan Keputusan General Manager PT PLN (Persero) Distribusi Jawa
Tengah & DI Yogyakarta No. 177.K/GM.DJTY/2008 tanggal 24 Juli 2008 tentang
Organisasi Area Pengatur Distribusi pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa
Tengah & DI Yogyakarta. APD ini mulai beroperasi pada tanggal 6 Mei 2008. Pada
tahun 2018 ada perubahan nama APD Semarang menjadi APD Jateng dan DIY
yang dibagi menjadi beberapa region bernama DCC 1, DCC 2, dan DCC 3.
Pembagian region yaitu :
DCC 1 membawahi wilayah area Semarang, Kudus, Salatiga, dan Pekalongan.
DCC 2 membawahi wilayah area Yogyakarta, Solo, Sukoharjo, Magelang, dan
Klaten.
DCC 3 membawahi wilayah area Purwokerto, Cilacap, dan Tegal.
Pada tahun 2018 APD diubah menjadi UP2D (Unit Pelayanan Pengatur Distribusi).
26
APD DCC 2 berubah menjadi UP2D JTY DCC 2 Yogyakarta didasari oleh SK
no.0220.P/DIR/2018 tentang susunan organisasi dan formasi jabatan PT.PLN
(Persero) Unit Pengatur Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta.
2.4 Logo dan Makna PLN
Bentuk, warna dan makna lambang perusahaan resmi yang digunakan adalah
sesuai yang tercantum pada Lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum
Listrik Negara No.: 031/DIR/76 Tanggal : 1 Juni 1976, mengenai Pembakuan
Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara. Bentuk logo terdapat pada Gambar
2.2.Bidang persegi panjang vertikal menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen
lambang lainnya, melambangkan bahwa PT PLN (Persero) merupakan wadah atau
organisasi yang terorganisir dengan sempurna. Berwarna kuning untuk
menggambarkan pencerahan, seperti yang diharapkan PLN bahwa listrik mampu
menciptakan pencerahan bagi kehidupan masyarakat. Kuning juga melambangkan
semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap insan yang berkarya di perusahaan
ini.
27
guna memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna biru untuk
menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik yang tetap
diperlukan dalam kehidupan manusia. Di samping itu biru juga melambangkan
keandalan yang dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan layanan terbaik
bagi para pelanggannya.
29
UP2D DCC 2 Yogyakarta
30
BAB III
LANDASAN TEORI
31
Gambar 3.1. Skema Telemetering SCADA.
B. Telesignaling
Status dari peralatan tenaga listrik, sinyal alarm dan sinyal lainnya yang
ditampilkan disebut status indikasi. Status indikasi terhubung ke modul digital input
dari RTU. Semua status harus diproses untuk mendeteksi setiap perubahan status
lebih lanjut untuk event yang terjadi secara spontan atau setelah permintaan remote
kontrol dikirim oleh dispacther.
• Telesignaling Single (TSS)
Terdiri dari alarm-alarm suatu proteksi dengan output ON atau OFF.
Misalnya alarm Over Current (OCR), Ground Fault (GFR), Breaker Fault, dll.
32
• Telesignaling Double (TDS)
Terdisi dari indikasi-indikasi posisi suatu peralatan dengan output masuk
atau keluar misalnya indikasi : Circuit Breaker (CB), Load Break Switch (LBS),
dll.
C. Telecontroling
Telecontrolling adalah pengendalian atau pengoperasian peralatan
switching pada Gardu Induk yang jauh dari control center. Telekontrol yang dapat
dilakukan adalah open-close PMT/PMS dan sebagainya.
33
Gambar 3.5 Konfigurasi SCADA.
34
3.2.1 IED (Intelligent Electronic Device)
IED berfungsi untuk melakukan telecontrol, telemetering,
telesignal, proteksi, dan meter energi yang terpasang pada bay controller dan
dapat berkomunikasi dengan RTU atau Gateway menggunakan protokol.
3
.
35
3.2.1.2 Remote Terminal Unit pada Gardu Induk
RTU mengumpulkan data pada kubikel dan mengirimkan
data tersebut ke master station menggunakan komunikasi data DNP
3.0 Serial melalui Cloud Icon+. Cloud Icon+ adalah jaringan yang
digunakan pada sistem SCADA di PT PLN (Persero) sebagai jalur
komunikasi antara RTU dengan master station. RTU juga mengolah
kontrol dari master station kepada peralatan di kubikel seperti control
open/close PMT, reset relay, reset panel/annunciator, dll. Protokol
yang digunakan untuk komunikasi RTU ke IED biasanya adalah
Modbus. Pada system survalent setiap GI ditangani oleh 1 unit RTU
Concentrator. IED per kubikel diintegrasikan dengan media 2 wire RS-
485 dengan rangkaian multidrop.
36
3.2.1.3 Relay Proteksi
Relay merupakan processor atau otaknya suatu sistem
proteksi, yang akan menerima besaran-besaran arus dan atau tegangan
masukan dari CT/PT, kemudian mengolah dan membandingkannya
dengan nilai setting yang telah ditetapkan, untuk selanjutnya
mengeluarkan perintah membuka (trip) kepada PMT apabila nilai besaran
yang terdeteksi mencapai nilai setting. Untuk proteksi arus hubung singkat
pada penyulang tegangan menengah umumnya digunakan relay arus lebih
(OCR/GFR).
Fungsi dasar relay proteksi dalam sistem tenaga listrik adalah untuk
mengamankan peralatan/sistem sehingga kerugian akibat gangguan dapat
dihindari atau dikurangi menjadi sekecil mungkin, dengan cara:
1. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang
dapat membahayakan peralatan atau sistem.
2. Melepaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang
mengalami keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga
kerusakan instalasi yang terganggu dan yang dilalui arus gangguan
37
dapat dihindari atau dibatasi seminimum mungkin dan bagian system
lainnya tetap dapat beroperasi.
Relay proteksi merupakan sebuah perangkat yang digunakan untuk
mendeteksi adanya gangguan pada jaringan distribusi listrik. Relay
proteksi akan memberikan indikasi jika ada gangguan. Ada beberapa
macam relay proteksi yang terpasang di area Semarang adalah :
1. SEL 551 4. VAMP-40
2. MicomP123 (Modbus) 5. SIPROTEC 7SJ62
3. GE SR 350 6. Micom P14
38
3.3 Protokol Komunikasi RTU
Sebuah protokol komunikasi adalah sistem format pesan digital dan
aturan untuk bertukar pesan-pesan di dalam atau antar sistem komputer dan
telekomunikasi Gambar di bawah ini menunjukkan sebuah protokol komunikasi
antar dua perangkat.
39
bisa dikirimkan ke Master station. Sarana ini cocok sekali untuk Substation
automation. Mempunyai lebar bidang frekuensi yang sangat tinggi
hinggamencapai 2,5 GBps. Fiber optic sangat cocok digunakan di Gardu Induk,
denganmelihat kelebihannya berupa segi keamanannya, noise yang kecil, dan
kecepatannya yang bisa dihandalkan. Walaupun dalam pengaplikasiannya
Fiber Optic juga dimanfaatkan untuk media komunikasi Keypoint, tapi
jumlahnya tidak banyak.
40
3.3.1 Tampilan HMI pada Gardu Induk
Hasil dari telemetering, telesignaling dan telecontrol dari RTU di
tampilkan pada HMI seperti pada gambar 3.9 dibawah ini:
Pada gambar 3.9 terlihat status pembacaan yang dilakukan oleh RTU terhadap
panel outgoing berupa Status Local/Remote, status close, status open serta
berntuk control berupa control close dan open PMT.
3.4 Arduino UNO
Arduino Uno adalah board mikrokontroler berbasis ATmega328
(datasheet). Memiliki 14 pin input dari output digital dimana 6 pin input
tersebut dapat digunakan sebagai output PWM dan 6 pin input analog, 16 MHz
osilator kristal, koneksi USB, jack power, ICSP header, dan tombol reset.
Untuk mendukung mikrokontroler agar dapat digunakan, cukup hanya
menghubungkan Board Arduino Uno ke komputer dengan menggunakan kabel
USB atau listrik dengan AC yang-ke adaptor-DC atau baterai untuk
menjalankannya.
41
Uno berbeda dengan semua board sebelumnya dalam hal koneksi USB-to-
serial yaitu menggunakan fitur Atmega8U2 yang diprogram sebagai konverter
USB-to-serial berbeda dengan board sebelumnya yang menggunakan chip
FTDI driver USB-to-serial. Nama “Uno” berarti satu dalam bahasa Italia,
untuk menandai peluncuran Arduino 1.0. Uno dan versi 1.0 akan menjadi versi
referensi dari Arduino. Uno adalah yang terbaru dalam serangkaian board USB
Arduino, dan sebagai model referensi untuk platform Arduino.
- Mikrokontroler ATmega32
- Catu Daya 5V
- Teganan Input (rekomendasi) 7-12V
- Teganan Input (batasan) 6-20V
- Pin I/O Digital 14 (dengan 6 PWM output)
- Pin Input Analog 6
- Arus DC per Pin I/O 40 Ma
- Arus DC per Pin I/O untuk PIN 3.3V 50 mA
- Flash Memory 32 KB (ATmega328) dimana 0.5 KB digunakan oleh
bootloader
- SRAM 2 KB (ATmega328)
- EEPROM 1 KB (ATmega328)
- Clock Speed 16 MHz
42
Gambar 3.14 Arduino Uno
3.4.2 Daya
Uno Arduino dapat diaktifkan melalui koneksi USB atau dengan
catu daya eksternal (otomatis). Eksternal (non-USB) daya dapat berasal
baik dari AC-ke adaptor-DC atau baterai. Adaptor ini dapat dihubungkan
dengan menancapkan plug jack pusat-positif ukuran 2.1mm konektor
POWER. Ujung kepala dari baterai dapat dimasukkan kedalam Gnd dan
Vin pin header dari konektor POWER.
Kisaran kebutuhan daya yang disarankan untuk board Uno adalah7
sampai dengan 12 volt, jika diberi daya kurang dari 7 volt kemungkinan
pin 5v Uno dapat beroperasi tetapi tidak stabil kemudian jikadiberi daya
lebih dari 12V, regulator tegangan bisa panas dan dapat merusak board
Uno.
Pin listrik adalah sebagai berikut:
VIN. Tegangan masukan kepada board Arduino ketika itu menggunakan
sumber daya eksternal (sebagai pengganti dari 5 volt koneksi USB atau
sumber daya lainnya).
5V. Catu daya digunakan untuk daya mikrokontroler dan komponen
lainnya.
3v3. Sebuah pasokan 3,3 volt dihasilkan oleh regulator on-board.
GND. Ground pin.
43
3.5 Sensor Asap MQ 2
Sensor MQ-2 adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi konsentrasi
gas yang mudah terbakar di udara serta asap dan output membaca sebagai
tegangan analog. Sensor gas asap MQ-2 dapat langsung diatur sensitifitasnya
dengan memutar trimpotnya. Sensor ini biasa digunakan untuk mendeteksi
kebocoran gas baik di rumah maupun di industri. Gas yang dapat dideteksi
diantaranya : LPG, i-butane, propane, methane , alcohol, Hydrogen, smoke.
Sensor ini sangat cocok di gunakan untuk alat emergensi sebagai deteksi gas-
gas, seperti deteksi kebocoran gas, deteksi asap untuk pencegahan kebakaran
dan lain lain.
Namun seperti apakah karateristik sensor Asap MQ2 ini? Sensor gas ini
tersusun oleh senyawa SnO2, dengan sifat conductivity rendah pada udara
yang bersih, atau sifat penghantar yang tidak baik. Sifat conductivity semakin
naik jika konsentrasi gas asap semakin tinggi di sekitar sensor gas. Lebih jelas
nya bisa dilihat di datasheet sensor ini. Spesifikasi sensor pada sensor gas
MQ-2 adalah sebagai berikut:
1. Catu daya pemanas : 5V AC/DC
2. Catu daya rangkaian : 5VDC
3. Range pengukuran : 200 – 5000 ppm untuk LPG, propane 300 – 5000
ppm untuk butane 5000 – 20000 ppm untuk methane 300 – 5000 ppm
untuk Hidrogen
44
4. Keluaran : analog (perubahan tegangan)
Sensor ini dapat mendeteksi konsentrasi gas yang mudah terbakar di udara
serta asap dan keluarannya berupa tegangan analog. Sensor dapat mengukur
konsentrasi gas mudah terbakar dari 300 sampai 10.000 sensor ppm. Dapat
beroperasi pada suhu dari -20°C sampai 50°C dan mengkonsumsi arus kurang
dari 150 mA pada 5V .
3.5.1 Konfigurasi Sensor MQ-2
46
dengan induksi listrik. Relay terdiri atas bagian-bagian utama sebagai berikut.
1. Coil atau Kumparan, merupakan gulungan kawat yang mendapat arus
listrik. adalah sejenis saklar yang pergerakannya tergantung dari ada
tidaknya arus listrik di coil.
2. Contact atau Penghubung, adalah sejenis saklar yang pergerakannya
tergantung dari ada tidaknya arus listrik di coil. Contactada 2 jenis:
Normally Open (kondisi awal sebelum diaktifkan open),
dan Normally Closed (kondisi awal sebelum diaktifkan close).
1. Modul ini menggunakan relay asli berkualitas tipe Normally Open (NO)
dengan maximum load AC 250V/10A, DC 30V/10A
2. Memakai SMD Optocoupler isolation, yang berkinerja stabil dengan arus
pemicu (trigger current) hanya sebesar 5mA
3. Tegangan sinyal pemicu sebesar 5V DC
4. Dapat disetting untuk mendeteksi high atau low dengan mengubah jumper
5. Dirancang dengan toleransi keamanan, bahkan jika arus pemicu putus,
relay tidak akan bekerja
6. Dilengkapi lampu indikator Power (hijau) dan Status Relay (merah)
47
7. Mudah dipasang, menggunakan terminal untuk pemasangan kabel.
8. Ukuran: 50x26x18mm
9. Dilengkapi 4 lobang baut berdiameter 3.1mm berjarak 44.5mm x 20.5mm
48
BAB IV
PEMBAHASAN
PEMASANGAN SMOKE DETECTOR PADA PANEL RTU 20 KV DAN
PANEL OUTGOING 20 KV YANG TERINTEGRASI SCADA DI PT PLN
(PERSERO) UP2D JAWA TENGAH & DIY DCC 2 YOGYAKARTA
49
4.1 Tujuan Pemasangan Smoke Detector pada Panel RTU 20 KV di Gardu
Induk Kentungan yang Terintegrasi SCADA.
Pemasangan Smoke Detector pada panel RTU di Gardu Induk Kentungan
perlu dilakukan karena bertujuan untuk :
1. Mendeteksi adanya asap di dalam Panel RTU.
2. Mencegah terjadinya kebakaran di dalam panel RTU.
3. Mampu di monitor selama 24 jam karena terhubung dengan SCADA.
4. Mampu di tampilkan ke HMI SCADA Dispatcher.
5. Mengatasi kerusakan – kerusakan peralatan yang sering terjadi karena terjadi
kebakaran panel RTU.
6. Memberikan status adanya asap ke HMI dispatcher, sehingga dispatcher dapat
memberikan petunjuk untuk mengecek panel RTU agar tidak terjadi hal yang
tidak di inginkan.
4.2 Diagram Blok Smoke Detector dalam Panel RTU
DIGITIAL AUX
RTU
INPUT (DI) RELAY ASAP
SCOUT SMOKE
BOARD 220 VAC
DETECTOR
STATUS
50
4.4.1 Digital Input Board Survalent
Digital Input Board berbeda dengan Digital Output Board, Digital Input
Board terdiri dari rangkaian optocoupler photodiode. Karena tegangan kerja
Outgoing adalah 110VDC maka Digital Input Board yang bertegangan 24VDC
dibantu oleh rangkain eksternal aux Relay 110VDC.
RTU
Di dalam panel RTU Smoke detector ini di pasang di bagian atas panel, agar
dapat dengan mudah dan mampu mendeteksi asap lebih cepat karena posisi sensor
yang mengahadap ke bawah dan arah asap yang selalu menuju ke atas sehingga
memungkinkan sensor mampu mendeteksi keberadaan asap lebih mudah dan
cepat.
4.4.4 Asap
Asap yang akan di deteksi oleh sensor ini adalah jenis asap yang berasal dari
kabel. Sering terjadi kebakaran di dalam panel yang di sebabkan oleh kabel yang
terbakar akibat dari isolasi yang kurang bagus maupun adanya korsleting di dalam
panel. Asap akan muncul sebelum terbakar atau keluar nya api, oleh karena itu
perlu untuk melakukan antisipasi muncul nya asap. Sehingga kejadian terbakarnya
52
panel RTU dapat di hindari.
4.5 Langkah Kerja Pemasangan Smoke Detector di dalam Panel RTU di PT.
PLN (Persero) UP2D JTY Area Kerja DCC Yogyakarta
Proses perakitan smoke detector di dalam panel RTU ini dibedakan
menjadi 2 yaitu proses perakitan smoke detecor dan pemasangan smoke
detector ke panel RTU.
54
i. Setelah semua tersambung, melakukan proses pengecekan dengan
cara mengecek dengan aplikasi arduino ide. Untuk mengetahui
sensor asap dapat mendeteksi dengan baik.
4.5.1.5 Perancangan Program Smoke Detector
Selain melakukan proses perakitan hardware smoke detector, perlu
juga dilakan proses perancangan program smoke detector agar program
yang dibuat sesuai dengan tujuan. Proses perancangan program smoke
detector menggunakan aplikasi arduino ide berikut program smoke
detector di arduino ide :
#define RELAY_ON 0
#define RELAY_OFF 1
#define RELAY_1 12 // pin yang digunakan yaitu pin 12
int sensorValue = 0;
void setup() {
pinMode(RELAY_1, OUTPUT);
digitalWrite(RELAY_1, RELAY_OFF);
Serial.begin(9600);
}
void loop() {
sensorValue = analogRead(A0);
Serial.println(sensorValue, DEC);
if (sensorValue < 80) {
digitalWrite(RELAY_1, RELAY_OFF);
}
else{
delay(100);
55
digitalWrite(RELAY_1, RELAY_ON);
delay(5000);//lampu menyala selama 5 detik
digitalWrite(RELAY_1, RELAY_OFF);
delay(2000);//lampu mati selama 2 detik
digitalWrite(merah,LOW);
delay(100);
}
}
4.5.2.2 Material
a. RTU SCOUT.
b. DI/DO Board.
c. Aux Relay 220VAC.
d. Din rel.
e. Kabel NYA 1 x 0.75 mm2& 1 x 1.5
f. Skun.
g. Kabel Ties.
h. Labeling cable.
57
Gambar 4.14 Wiring Digram Smoke Detector pada Panel RTU
59
Gambar 4.15 Pemasangan aux relay 220vac pada panel RTU.
10. Menyambungkan aux relay 220 vac dengan DI Board, RTU Scout.
Pemasangannya perlu diperhatikan pin pin yang akan disambungkan
untuk bagian aux relay menggunakan pin normally open kemudian
disambungkan ke DI Board dibagian chanel 13.
60
Gambar 4.16 Merapikan kabel yang telah tersambung
12. Pastikan wiring terhubung dengan baik dan tidak terdapat kabel yang
short.
13. Pastikan kembali semua wiring dan posisi sudah sesuai dengan
konsep wiring dan panel dalam keadaan rapi dan bersih.
14. Pembuatan buku wiring sesuai hasil dari rancangan konsep wiring.
15. Perakitan selesai, tutup panel RTU.
4.5.3 Pengujian Smoke detector pada Panel RTU yang ter-Integrasi SCADA
Dalam pengujian smoke detector memerlukan suatu subject untuk
menjadi pengganti asap yang sesungguhnya. Dalam hal ini menggunakan
asap rokok sebagai penguji nya, karena karakter asap rokok yang hampir
mirip dengan asap yang sebagai tujuan dari alat ini.
Apabila smoke detector mendeteksi asap dan aux relay telah aktif
maka di dalam HMI/Monitor akan menampilkan “GI Kentungan Smoke
Detector – RTU GI Kentungan ON” sesuai dengan program yang telah
dibuat. Status tersebut menunjukan bahwa smoke detector telah bekerja
dan berhasil di Integrasi dengan SCADA.
62
BAB V
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari kerja praktek yang di laksanakan
di PT PLN (Persero) UP2D JATENG & DIY khususnya dalam topik laporan ini
adalah :
1. Pemasangan Smoke Detector pada panel RTU yang terintegrasi SCADA
berguna untuk mengatasi terjadinya kebakaran yang terjadi di dalam panel
RTU.
2. Dengan terintegrasi SCADA dispatcher mampu mengetahui status dari
panel RTU dari jarak jauh.
3. Kejadian yang dapat merugikan dapat dengan signifikan dihindari dan
diatasi.
4. Koordinasi antara operator dengan pelaksana di Gardu Induk akan lebih
mudah karena apabila terjadi keadaan yang tidak diinginkan dapat
dikomunukasikan dengan lebih cepat dan mudah.
5.2 SARAN
Selama mengikuti kerja praktik di PT. PLN (Persero) APD Jateng DIY, maka
saya dapat memberikan sedikit saran sebagai berikut :
1. Memasangan smoke detector lebih dari satu, agar dapat mendeteksi
asap dengan lebih efektif.
2. Menggunakan sensor yang lebih peka atau sensitive.
3. Memasangan smoke detector di panel outgoing, agar dapat mencegah
terjadinya kerusakan panel yang disebabkan kebakaran dan mampu
melakukan manuver proteksi.
Akhir kata saya hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada PT.PLN
(Persero) UP2D Jateng DIY DCC Yogyakarta khususnya bagian RTU, Master dan
Telekomunikasi yang telah bersedia membimbing.
63
Daftar Pustaka
PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan. 2007. Sistem SCADA di
Distribution Control Center (DCC). Bogor: PT. PLN (Persero) Pusat
Pendidikan dan Pelatihan.
PT PLN (Persero)APD Semarang. 2012. Uraian Jabatan Karyawan. Semarang:
PT PLN (Persero) APD Semarang.
PT PLN (Persero) Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan, 2008. SPLN
S3.001: 2008 Peralatan SCADA Sistem Tenaga Listrik, Jakarta.
PT PLN (Persero) Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan, 2008. SPLN
S6.001: 2008 Perencanaan dan Pembangunan Sistem SCADA, Jakarta.
Wicaksana, Pandu. 2017. Konfigurasi Sumber Dc untuk Supply Panel RTU pada
Keypoint Di Jaringan 20 kV Di PT PLN (Persero) APD Jawa Tengah dan
DIY. Laporan Kerja Praktik D3 Elektro (Tidak Diterbitkan) Program Studi