Anda di halaman 1dari 28

1.

Rangkaian DOL Pengendali Motor Langsung


2. Rangkaian DOL Pengendali Motor Forward-Reverse
3. Rangkaian DOL Pengendali Motor STAR-DELTA
Permasalahan Power Quality (Kualitas Daya)
1 Power Surges
Power surge merupakan pemaksaan kenaikan pasokan daya yang tiba-tiba kepada suatu
beban. Peristiwa ini dirasakan sebagai suatu kenaikan tegangan pada beban. Peristiwa ini bisa
terjadi jika peralatan listrik yang menggunakan daya besar tiba-tiba lepas / dilepas dari
jaringan. Kejadian ini dirasakan oleh beban yang lain sebagai kenaikan tegangan (pada
frekuensi normal) kenaikan tegangan ini dapat mencapai 110% atau lebih dari tegangan
normal.
Power Surge dapat mengakibatkan kedip (flicker), matinya peralatan, errors pada komputer,
dan kehilangan memori pada computer.
2. Voltage Sag
Kebalikan dari Power Surge, peristiwa Power Sag berupa penurunan tegangan. Peristiwa ini
bisa disebabkan oleh kesalahan jaringan ataupun masuknya peralatan yang membutuhkan
arus awal besar kejaringan.

Gambar 1-4. Voltage sag

Voltage sag dapat mengakibatkan kegagalan peralatan, computer errors, computer memory
loss. Fenomena Voltage sag dikenal sebagai fenomena fliker. Flicker adalah fenomena
distorsi pada amplitudo gelombang tegangan secara berulang.
Kejadian Voltage sag bisa bersumber pada instalasisendiri, yaitu instalasi di pelanggan.
Misalnya:
1. Masuknya beban besar ke jaringan
2. Cacat pada sambungan penghantar
3. Terjadinya hubung singkat di tempat lain pada instalasi sendiri.
Voltage sag juga bisa bersumber pada jaringan pemasok energy (PLN), misalnya:
1. Beroperasinya recloser
2. Beroperasinya Voltage Regulator
2.1 Masuknya beab besar ke jaringan
Salah satu beban besar yang dapat menyebabkan penurunan tegangan (voltage sag) pada
jaringan distribusi adalah motor, karena arus asut (I ) motor bisa mencapai nilai yang sangat
start

tinggi
Tabel 1-1. Karakteristik motor

Pemanas resistif: Resistivitas logam meningkat dengan meningkatnya temperatur. Pemanas


resistif pada waktu start (masih dingin) bisa menarik arus 1,5 kali arus setelah pemanas
menjadi panas.
2.2 Cacat pada sambungan penghantar
Sambungan-sambungan penghantar yang longgar dapat mempertinggi impedansi saluran.
Peningkatan impedansi ini memperbesar tegangan jatuh pada saluran yang berarti
memperbesar terjadinya voltage sag.

2.3.Terjadinya hubung singkat di tempat lain pada instalasi sendiri


Untuk melokalisasi kejadian hubung-singkat digunakan fuse. Arus besar pada waktu terjadi
hubung singkat akan melelehkan kawat fuse yang kemudian memutuskan beban. Namun ada
selang waktu antara saat hubung singkat terjadi dan saat terputusnya kawat fuse. Dalam
selang waktu tersebut terjadi penurunan tegangan.
2.4. Beroperasinya recloser
Beroperasinya recloser menyebabkan adanya selang waktu saat terbuka dan tertutupnya
saklar otomatis untuk melokasir gangguang distribusi. Dalam selang waktu tersebut terjadi
penurunan tegangan (selama 1 s.d 5 detik).

2.5. Beroperasinya Voltage Regulator


Jaringan pemasok energi dilengkapi dengan peralatan yang secara otomatis melakukan
penyesuaian tegangan. Peralatan otomatis ini mungkin berupa power factor correction
capacitors, mungkin juga tap switching transformers. Apabila terjadi kegagalan operasi
peralatan ini, voltage sag akan terjadi.
Voltage sag dapat menyebabkan kegagalan peralatan. Satu hal yang pasti adalah bahwa
voltage sag akan mengakibatkan menurunnya pasokan daya karena daya berbanding lurus
dengan kuadrat tegangan. Apabila tegangan turun 10%, maka aliran daya hanya tinggal sekitar
80% dari semula. Penurunan daya pada waktu terjadi voltage sag juga dialami oleh beban-
beban sensitif. Catu daya beban sensitif (komputer dll) diberikan melalui tegangan searah
yang dihasilkan oleh penyearahan tegangan bolak-balik.
3. Undervoltage
Undervoltage adalah peristiwa penurunan tegangan yang terjadi secara
berkepanjangan Undervoltage akan mengakibatkan terjadinya pemanasan yang berlebihan
pada motor, bahkan sampai pada kegagalan operasi peralatan.
Penyebab gangguan ini bisa terjadi akibat ada perangkat dengan motor yang sudah terlalu
panas (overheating).
4. Brownouts
Brownout adalah terjadinya pasokan daya pada tegangan yang lebih rendah dari tegangan
normal. Hal ini terjadi misalnya pada waktu pemasok tidak dapat memenuhi permintaan
beban dan terpaksa beroperasi pada tegangan yang lebih rendah untuk membatasi daya
maksimum. Brownout dapat mengakibatkan data error, data loss, kegagalan peralatan.
5 Blackouts
Blackouts adalah peristiwa terjadinya tegangan nol (hilang tegangan) yang berlangsung lebih
dari dua menit. Sumber kejadian kebanyakan berasal dari sisi jaringan seperti circuit breaker
yang trip. Akibat yang dapat ditimbulkan adalah data loss, data corrupt, kerusakan peralatan
6. Transient / Interuptions
Interupsi pasokan daya merupakan kondisi di mana catu tegangan ataupun arus hilang
samasekali untuk sementara waktu. Hal ini biasa terjadi di jaringan sebagai akibat sambaran
petir, binatang, cuaca buruk, dan kegagalan operasi peralatan.

Terputusnya pasokan ini bisa berlangsung hanya sesaat bisa pula berkepanjangan:

Tabel 1-2. Lama waktu interupsi pasokan daya

7. High-voltage Spikes
Voltage spikes merupakan kenaikan tegangan tiba-tiba dalam durasi yang sangat
pendek. Spikes sering terjadi karena adanya sambaran petir, dan berakibat buruk pada beban
sensitif. Durasi terjadinya spike bisa kurang dari 10 mikrodetik. Sedangkan besar spike di
jaringan bisa mencapai 10 kV dan di sisi tegangan rendah bisa mencapai 1000 V. Akibat yang
ditimbulkan bis loss of data, kerusakan komponen elektronik. Fenomena dari high-voltage
spikes dikenal sebagai Voltage Swell
8. Frequency Variation
Dalam kejadian ini frekuensi menyimpang dari standar 50 Hz. Hal ini bisa disebabkan
oleh emergency genset, generator tak stabil. Akibat yang timbul adalah data lost, kegagalan
program, kegagalan peralatan sensitif
9. Electrical line Noise
Peristiwa ini mencakup Radio Frequency Interference (RFI) dan Electromagnetic Interference
(EMI). Kejadian ini mempengaruhi jaringan system komputer. Sumber penyebabnya antara
lain rele, piranti kendali motor, radiasi gelombang mikro, badai petir. Akibat yang timbul
berupa data error, data loss.
10. Voltage Imbalance
Fenomena ketidakseimbangan tegangan terjadi sebagai akibat ketaksamaan magnitude
dan/atau sudut fasa pada setiap tegangan. Penyebab ketidakseimbangan tegangan antara lain
:

1). Beban satu fasa dipasok antar fasa

2). Trafo fasa tunggal pada JTM sistem 3 fasa,4 kawat

3). Impedansi trafo tidak sama

Ketidakseimbangan tegangan dapat memberikan dampak,antara lain terjadi panas berlebih


yang dapat merusak isolasi dan malfungsi kerja peralatan tenaga dan pengukuran.
11. Harmonik
Harmonisa adalah gelombang sinusoidal yang memiliki frekuensi kelipatan dari frekuensi
dasar,50 Hz. Gelombang tegangan atau arus yang cacat dapat diuraikan dengan bantuan Deret
Fourier menjadi gelombang sinusoidal periodik yang terdiri dari : gelombang searah
(DC),gelombang frekuensi dasar 50 Hz, dan gelombang dengan frekuensi kelipatan bulat dari
50 Hz. Distorsi ini terjadi karena adanya beban nonlinier, dimana bentuk gelombang arus
beban tidak mengikuti bentuk gelombang tegangan pasokan. Beban semacam ini misalnya
penyearah.

Pengertian Load Shedding


Load Sheeding merupakan suatu bentuk tindakan pelepasan beban yang terjadi secara
otomatis ataupun manual untuk pengamanan operasi dari Unit-unit pembangkit dari
kemungkinan terjadinya padam total (Black out). Pelepasan beban secara otomatis dilakukan
karena jumlah pasokan daya berkurang, Pelepasan beban secara otomatis dilakukan dengan
cara mendeteksi frekuensi atau dengan melihat kondisi sumber daya pembangkit yang
beroperasi tidak mencukupi kebutuhannya (kemampuan pembangkitan lebih kecil daripada
jumlah beban).

Pembangkitan tenaga listrik pada suatu sitem tenaga seringkali mendapat gangguan yang
tidak dapat dihindari, misalnya dengan terjadinya pembebanan secara tiba-tiba karena ada
beban melebihi kapasitas dibebankan ke sistem atau dapat juga dengan terjadinya Trip satu
unit pembangkit (Generator). ketidakmampuan suatu pembangkit dalam mensuply energi
listrik biasanya ditandai dengan penurunan nilai frekuensi listrik.
Apabila terjadi keadaan dimana berkurangnya daya pembangkit hanya berkisar 10% s.d 15%
maka penurunan frekuensi akan terjadi secara perlahan karena Governor pembangkit-
pembangkit masih sempat bekerja dan daya cadangan panas yang ada (Spinning Reserve)
sebesar 10% s.d 15 % dapat digunakan dengan merubahnya menjadi daya listrik. Tetapi
apabila berkurang nya jumlah pembangkitan terlampau besar, maka turun nya frekuensi akan
semakin cepat dan mencapai harga yang relatif rendah, hanya dalam waktu yang singkat.
Governor dan cadangan daya panas yang ada tidak banyak membantu, untuk menjaga suatu
sistem dari kegagalan atau kerusakan dan mengganggu operasi produksi karena turunnya
frekuensi, maka solusi yang diambil adalah melepaskan sebagian beban,sehingga beban yang
dipikul oleh sistem berkurang sehingga diharapkan frekuensi dapat kembali normal sesegera
mungkin.

Beban- beban penting ( Essential Load )


Yang dimaksud dengan beban-beban yang penting ialah beban-beban yang memegang
peranan dalam proses suatu produksi dimana bila terjadi suatu gangguan dapat menyebabkan
berhentinya Operasional pabrik atau merusak /mengurangi mutu dan hasil produksi tersebut.
Pada perencanaan pelepasan beban dapat ditentukan terlebih dahulu beban-beban yang akan
dilepaskan, dimana dibagi dalam dua kategori yaitu :

a. Manual Load Shedding


Pelepasan beban secara manual hanya di gunakan dalam keadaan yang tidak begitu penting
atau pada saat control Load Shedding tidak bekerja sebagaimana mestinya (tidak dalam
keaadaan normal) . Bila ditinjau dari kekurangan cara ini yaitu harus mempekerjakan tenaga
operator yng banyak , dilepaskannya beban yang kadang-kadang melebihi beban yang
seharusnya dilepaskan, dan adanya faktor keterlambatan dalam tindakan operator (Human
Error).

b.Automatic Load Shedding


Sistem pelepasan beban otomatis seringkali merupakan perpanjangan relay pengaman
generator seperti Under frequency Relay ( UFR ). Relay ini digunakan untuk mendeteksi
adanya perubahan frekuensi generator dan system sampai kepada batas-batas tertentu.
Beban-beban yang akan dilepaskan harus ditentukan dahulu dan akan secara bertahap pada
tiap-tiap frekuensi yang telah ditentukan.

Masalah pokok dalam pelepasan beban di sebuah sistem adalah :


1. Besar beban yang akan dilepas pertingkat
2. Menentukan jumlah tingkat pelepasan beban
3. Kelambatan waktu yang direncanakan pada setiap waktu pelepasan
4. Frekuensi dimana setiap tingkat dilepas.

Kriteria yang diinginkan dari setiap program Load Shedding adalah:


Program harus menahan Frekuensi system agar tidak melewati batas minimum tertentu untuk
kehilangan pembangkitan terberat yng diperkirakan ( Beban yang dilepas harus cukup).

Program harus sedemikian rupa sehingga tidak ada suatu kondisi kehilangan pembangkitan
tertentu yang hanya diikuti pelepasan beban yang tidak terlalu kecil, sehingga memungkinkan
frekuensi system terlalu lama pada daerah berbahaya.
Frekuensi pelepasan beban bukan untuk mengatur frekuensi. Maka pelepasan beban
sebaiknya hanya dilakukan pada saat dibutuhkan, jadi jika tingkat penurunan frekuensi
system masih dalam batas yang diizinkan sebaiknya pengaturan dilakukan melalui AVR
(Atomatic Voltage Regulator) yang mempunyai fungsi untuk mengatur output tegangan dari
generator atau Governor (alat Bantu turbin yang berfungsi mengontrol putaran turbin agar
selalu tetap stabil).
Wiring Diagram Rangkaian Auto Trafo (Auto Transformer) dengan sistem 4 Steps

Wiring Diagram Rangkaian Auto Trafo (Auto Transformer) sistem 4 Steps untuk Starting Motor 3phase.
Terdapat berbagai sistem rangkaian yang digunakan untuk mengoperasikan (starting) elektro motor 3ph, diantaranya adalah:

Starter Motor Listrik 3Ph


Starting Motor dengan sistem DOL (Direct On Line)
Starting Motor dengan sistem Star-Delta
Starting Motor dengan menggunakan Auto Transformer (Auto Trafo).
Starting Motor dengan sistem Soft Starter
Starting Motor dengan sistem Rotor Resistance
Starting Motor dengan menggunakan Inverter

Selain Rangkaian DOL (Direct On Line), berbagai sistem starting Motor listrik 3ph diatas bertujuan untuk meminimalkan Lonjakan
Arus yang dapat mencapai 4 s/d 6 kali Arus Nominal pada saat pertama kali Elektro motor dioperasikan (Start).
Berbagai sistem starting motor 3ph

Rangkaian Auto Trafo Motor Starter


Salah satu sistem rangkaian Starting Motor listrik 3ph yang banyak digunakan adalah dengan menggunakan sistem Auto
Transformer (Auto Trafo).
Umumnya Auto Trafo digunakan untuk Elektro motor dengan besaran daya sekitar 22Kw s/d 150Kw.

ElektroMotor 22kw s/d 150kw = Auto Trafo


Auto Transformer yang digunakan bersifat VT (Voltage Transformator), Terdapat 3 gulungan untuk Phase R-S-T yang
masing-masing Gulungan didalamnya terbagi dalam beberapa Steps persentase penurunan tegangan.

Pada Auto Transformer yang banyak digunakan terdapat beberapa pilihan Steps untuk starting Motor, persentase
penurunan tegangan setiap Step berkisar 40%, 60%, 80%.
Rangkaian Auto trafo Motor Starter dibuat sedemikian rupa, agar dapat beroperasi secara otomatis mengalirkan tegangan
Sumber melalui Auto transformer yang terpasang mulai dari gulungan auto trafo yang memiliki tahanan tertinggi (Arus
terendah), sampai akhirnya Elektro motor mendapatkan suplai tegangan 100% langsung dari sumber (380V).

Saat tegangan sumber mengalir melewati gulungan dengan nilai tahanan tertinggi pada Auto trafo, maka Tegangan yang
masuk pada elektromotor menjadi rendah, semakin rendah tahanan yang dilewati, semakin besar tegangan yang masuk
ke elektro motor.

Berikut ini contoh Gambar Wiring diagram untuk rangkaian motor starting dengan Auto trafo 4 steps.

Rangkaian Auto trafo dengan 4 step sistem starting motor, yaitu 40%, 60%, 80% sampai terakhir 100% (Tegangan
sumber 380V).
Cara kerja Auto trafo:
Saat Push Button"On" ditekan, Tegangan dari MCB mengalir menuju Coil K2, dan Coil K5. sehingga Magnetic Contactor K2 dan K5
terhubung.
Magnetic Contactor K2 terhubung dan mengalirkan tegangan 3phase menuju Auto trafo, kemudian tegangan tersebut melewati auto trafo.
STEP-1. Magnetic Contactor K5 terhubung untuk mengalirkan tegangan dengan nilai 40% menuju Elektro motor, sehingga Elektro motor
mulai beroperasi dengan 40% tegangan dari Auto trafo.
Selanjutnya sesuai dengan Waktu yang sudah diatur pada Timer T1, setelah waktu tercapai kemudian Timer T1 bekerja, memutuskan
tegangan ke Coil K5, dan menghubungkan tegangan menuju Coil K4.
Magnetic Contactor K2 tetap terhubung.
STEP-2. Tegangan dari Auto trafo mengalir Ke Elektro motor melalui Magnetic contactor K4, dengan nilai tegangan sebesar 60%. Disini
Elektro motor mulai mengalami peningkatan tegangan dari 40% menjadi 60%.
Selanjutnya sesuai dengan Waktu yang sudah diatur pada Timer T2, setelah waktu tercapai kemudian Timer T2 bekerja, memutuskan
tegangan ke Coil K4, dan menghubungkan tegangan menuju Coil K3.
Magnetic Contactor K2 tetap terhubung.
STEP-3. Tegangan dari Auto trafo mengalir Ke Elektro motor melalui Magnetic contactor K3, dengan nilai tegangan sebesar 80%. Disini
Elektro motor mulai mengalami peningkatan tegangan dari 40% menjadi 60%, meningkat menjadi 80%.
Selanjutnya sesuai dengan Waktu yang sudah diatur pada Timer T3, setelah waktu tercapai kemudian Timer T3 bekerja, memutuskan
tegangan ke Coil K3, dan menghubungkan tegangan menuju Coil K1.
Saat Magnetic Contactor K1 terhubung, Menyebabkan Magnetic Contactor K2 Terputus, dan seluruh Timer juga berhenti bekerja karena
tegangan ke coil diputuskan melalui terminal NC pada Magnetic contactor K1.
STEP-4. Tegangan dari Sumber mengalir Ke Elektro motor melalui Magnetic contactor K1, dengan nilai tegangan sebesar 100%.
sehingga Elektro motor sudah beroperasi normal dengan tegangan penuh.
Pada Step-4 ini, hanya Magnetic contactor K1 yang terhubung, sedangkan Magnetic Contactor lainnya terputus, sehingga kondisi Auto
trafo tidak ada tegangan sama sekali.
Rangkaian ini dilengkapi dengan sistem pengaman, dengan sistem kerja saat tegangan menuju ke Coil salah satu Magnetic Contactor,
terlebih dahulu melewati terminal NC Magnetic Contactor sebelumnya untuk menghindari terjadinya tabrakan tegangan masuk dari dua Magnetic
Contactor yang berbeda tegangan.
Wiring Diagram Rangkaian STAR-DELTA untuk Starting Motor 3Ph

Rangkaian STAR-DELTA sistem Starter Motor 3 Ph, Wiring diagram dan penjelasannya.
Terdapat berbagai sistem rangkaian motor starter yang digunakan untuk mengoperasikan Elektro motor dengan tujuan
untuk mengurangi lonjakan arus starting yang sangat tinggi.

Rangkaian STAR-DELTA atau (Bintang-Segitiga) adalah Salah satu sistem starter elektro motor 3 ph yang bertujuan
untuk meminimalkan lonjakan arus yang terjadi saat elektro motor dioperasikan (Starting).
Berbagai Wiring diagram rangkaian Starting Motor 3 fase
Baca juga: Rangkaian DOL (Direct On Line)

Sistem Rangkaian/Hubungan Gulungan (Winding) pada elektro motor:

Star (Bintang)
Delta (Segitiga)

Sistem Starter Motor 3ph dengan rangkaian STAR-DELTA menggunakan kedua jenis rangkaian pada Gulungan Elektro
motor secara bergantian.

Elektro motor 5,5KW s/d 22KW = STAR-DELTA

Pengaturan Kecepatan Putar Motor Induksi 3 Fasa


Kadang-kadang untuk menjalankan peralatan listrik dibutuhkan dua kecepatan yang berbeda. Ini biasanya diperlukan pada aplikasi tertentu di
industri, seperti kecepatan motor pengaduk, ventilasi pompa, proses kontrol terpadu. Khususnya pada pengontrolan terpadu, dimana komponen
yang digunakan pada pengontrolan terpadu digabungkan, komponen yang digunakan tersebut digabung dengan komponen yang digunakan
secara cepat dan lambat dengan sangat akurat. Untuk merealisasikan ini, dipergunakan motor dua kecepatan.
Mengatur kecepatan putar motor induksi berbasis pada rumus : n = 60.f / p, dimana n = kecepatan putar motor (rpm), f = frekuensi sumber
listrik (50 Hz) dan p = jumlah pasang kutub. Dengan demikian untuk mengatur kecepatan putar motor induksi dapat dilakukan dengan mengatur
jumlah kutub atau besaran frekuensi sumber listrik, motor yang dapat diatur jumlah kutubnya salah satunya adalah motor dahlander. Secara
kelistrikan kumparan motor dibagi dua. Rangkaian kontrol menghubungkan kumparan motor pada konvigurasi yang berbeda yang menyebabkan
perubahan kecepatan dari suatu kecepatan tertentu ke yang lainnya. Masing-masing kumparan dapat menyalurkan daya motor pada kecepatan
tertentu. Pengoperasian dan pengendalian kecepatan putar motor induksi 3 fasa dengan mengatur jumlah kutub-kutubnya pada motor dahlander
diperlihatkan seperti pada gambar 1 dan 2 berikut ini.

Gambar 1. Diagram kontrol pengoperasian motor dahlander


Gambar 2. Diagram utama pengoperasian motor dahlander

Melalui pengontrolan seperti pada gambar 1, motor seperti pada gambar 2 dapat diatur putarannya pada 1440 rpm atau 2800 rpm yaitu dengan
menekan tombol ON1 atau ON2. Tipe lain dari motor induksi 3 fasa yang kecepatan putarnya dapat diatur adalah motor Separate Winding yang
pengendalian dan pengoperasiannya sama seperti pada motor dahlander atau dengan cara lain seperti ditunjukan pada gambar 3 dan 4 berikut
ini.
Gambar 3. Diagram kontrol pengoperasian motor separate winding

Seperti yang ditunjukan pada gambar 3 di atas, dua buah kontaktor disertakan untuk kecepatan rendah dan tinggi. Kedua kontaktor
tersebut secara kelistrikan tidak boleh bekerja bersamaan. Untuk memproteksinya dipisahkan oleh masing-masing proteksi beban lebih dan
diamankan dengan menyilangkan kontak NC masing-masing kontaktor.
Gambar 4. Diagram utama pengoperasian motor separate winding

Anda mungkin juga menyukai