Voltage sag dapat mengakibatkan kegagalan peralatan, computer errors, computer memory
loss. Fenomena Voltage sag dikenal sebagai fenomena fliker. Flicker adalah fenomena
distorsi pada amplitudo gelombang tegangan secara berulang.
Kejadian Voltage sag bisa bersumber pada instalasisendiri, yaitu instalasi di pelanggan.
Misalnya:
1. Masuknya beban besar ke jaringan
2. Cacat pada sambungan penghantar
3. Terjadinya hubung singkat di tempat lain pada instalasi sendiri.
Voltage sag juga bisa bersumber pada jaringan pemasok energy (PLN), misalnya:
1. Beroperasinya recloser
2. Beroperasinya Voltage Regulator
2.1 Masuknya beab besar ke jaringan
Salah satu beban besar yang dapat menyebabkan penurunan tegangan (voltage sag) pada
jaringan distribusi adalah motor, karena arus asut (I ) motor bisa mencapai nilai yang sangat
start
tinggi
Tabel 1-1. Karakteristik motor
Terputusnya pasokan ini bisa berlangsung hanya sesaat bisa pula berkepanjangan:
7. High-voltage Spikes
Voltage spikes merupakan kenaikan tegangan tiba-tiba dalam durasi yang sangat
pendek. Spikes sering terjadi karena adanya sambaran petir, dan berakibat buruk pada beban
sensitif. Durasi terjadinya spike bisa kurang dari 10 mikrodetik. Sedangkan besar spike di
jaringan bisa mencapai 10 kV dan di sisi tegangan rendah bisa mencapai 1000 V. Akibat yang
ditimbulkan bis loss of data, kerusakan komponen elektronik. Fenomena dari high-voltage
spikes dikenal sebagai Voltage Swell
8. Frequency Variation
Dalam kejadian ini frekuensi menyimpang dari standar 50 Hz. Hal ini bisa disebabkan
oleh emergency genset, generator tak stabil. Akibat yang timbul adalah data lost, kegagalan
program, kegagalan peralatan sensitif
9. Electrical line Noise
Peristiwa ini mencakup Radio Frequency Interference (RFI) dan Electromagnetic Interference
(EMI). Kejadian ini mempengaruhi jaringan system komputer. Sumber penyebabnya antara
lain rele, piranti kendali motor, radiasi gelombang mikro, badai petir. Akibat yang timbul
berupa data error, data loss.
10. Voltage Imbalance
Fenomena ketidakseimbangan tegangan terjadi sebagai akibat ketaksamaan magnitude
dan/atau sudut fasa pada setiap tegangan. Penyebab ketidakseimbangan tegangan antara lain
:
Pembangkitan tenaga listrik pada suatu sitem tenaga seringkali mendapat gangguan yang
tidak dapat dihindari, misalnya dengan terjadinya pembebanan secara tiba-tiba karena ada
beban melebihi kapasitas dibebankan ke sistem atau dapat juga dengan terjadinya Trip satu
unit pembangkit (Generator). ketidakmampuan suatu pembangkit dalam mensuply energi
listrik biasanya ditandai dengan penurunan nilai frekuensi listrik.
Apabila terjadi keadaan dimana berkurangnya daya pembangkit hanya berkisar 10% s.d 15%
maka penurunan frekuensi akan terjadi secara perlahan karena Governor pembangkit-
pembangkit masih sempat bekerja dan daya cadangan panas yang ada (Spinning Reserve)
sebesar 10% s.d 15 % dapat digunakan dengan merubahnya menjadi daya listrik. Tetapi
apabila berkurang nya jumlah pembangkitan terlampau besar, maka turun nya frekuensi akan
semakin cepat dan mencapai harga yang relatif rendah, hanya dalam waktu yang singkat.
Governor dan cadangan daya panas yang ada tidak banyak membantu, untuk menjaga suatu
sistem dari kegagalan atau kerusakan dan mengganggu operasi produksi karena turunnya
frekuensi, maka solusi yang diambil adalah melepaskan sebagian beban,sehingga beban yang
dipikul oleh sistem berkurang sehingga diharapkan frekuensi dapat kembali normal sesegera
mungkin.
Program harus sedemikian rupa sehingga tidak ada suatu kondisi kehilangan pembangkitan
tertentu yang hanya diikuti pelepasan beban yang tidak terlalu kecil, sehingga memungkinkan
frekuensi system terlalu lama pada daerah berbahaya.
Frekuensi pelepasan beban bukan untuk mengatur frekuensi. Maka pelepasan beban
sebaiknya hanya dilakukan pada saat dibutuhkan, jadi jika tingkat penurunan frekuensi
system masih dalam batas yang diizinkan sebaiknya pengaturan dilakukan melalui AVR
(Atomatic Voltage Regulator) yang mempunyai fungsi untuk mengatur output tegangan dari
generator atau Governor (alat Bantu turbin yang berfungsi mengontrol putaran turbin agar
selalu tetap stabil).
Wiring Diagram Rangkaian Auto Trafo (Auto Transformer) dengan sistem 4 Steps
Wiring Diagram Rangkaian Auto Trafo (Auto Transformer) sistem 4 Steps untuk Starting Motor 3phase.
Terdapat berbagai sistem rangkaian yang digunakan untuk mengoperasikan (starting) elektro motor 3ph, diantaranya adalah:
Selain Rangkaian DOL (Direct On Line), berbagai sistem starting Motor listrik 3ph diatas bertujuan untuk meminimalkan Lonjakan
Arus yang dapat mencapai 4 s/d 6 kali Arus Nominal pada saat pertama kali Elektro motor dioperasikan (Start).
Berbagai sistem starting motor 3ph
Pada Auto Transformer yang banyak digunakan terdapat beberapa pilihan Steps untuk starting Motor, persentase
penurunan tegangan setiap Step berkisar 40%, 60%, 80%.
Rangkaian Auto trafo Motor Starter dibuat sedemikian rupa, agar dapat beroperasi secara otomatis mengalirkan tegangan
Sumber melalui Auto transformer yang terpasang mulai dari gulungan auto trafo yang memiliki tahanan tertinggi (Arus
terendah), sampai akhirnya Elektro motor mendapatkan suplai tegangan 100% langsung dari sumber (380V).
Saat tegangan sumber mengalir melewati gulungan dengan nilai tahanan tertinggi pada Auto trafo, maka Tegangan yang
masuk pada elektromotor menjadi rendah, semakin rendah tahanan yang dilewati, semakin besar tegangan yang masuk
ke elektro motor.
Berikut ini contoh Gambar Wiring diagram untuk rangkaian motor starting dengan Auto trafo 4 steps.
Rangkaian Auto trafo dengan 4 step sistem starting motor, yaitu 40%, 60%, 80% sampai terakhir 100% (Tegangan
sumber 380V).
Cara kerja Auto trafo:
Saat Push Button"On" ditekan, Tegangan dari MCB mengalir menuju Coil K2, dan Coil K5. sehingga Magnetic Contactor K2 dan K5
terhubung.
Magnetic Contactor K2 terhubung dan mengalirkan tegangan 3phase menuju Auto trafo, kemudian tegangan tersebut melewati auto trafo.
STEP-1. Magnetic Contactor K5 terhubung untuk mengalirkan tegangan dengan nilai 40% menuju Elektro motor, sehingga Elektro motor
mulai beroperasi dengan 40% tegangan dari Auto trafo.
Selanjutnya sesuai dengan Waktu yang sudah diatur pada Timer T1, setelah waktu tercapai kemudian Timer T1 bekerja, memutuskan
tegangan ke Coil K5, dan menghubungkan tegangan menuju Coil K4.
Magnetic Contactor K2 tetap terhubung.
STEP-2. Tegangan dari Auto trafo mengalir Ke Elektro motor melalui Magnetic contactor K4, dengan nilai tegangan sebesar 60%. Disini
Elektro motor mulai mengalami peningkatan tegangan dari 40% menjadi 60%.
Selanjutnya sesuai dengan Waktu yang sudah diatur pada Timer T2, setelah waktu tercapai kemudian Timer T2 bekerja, memutuskan
tegangan ke Coil K4, dan menghubungkan tegangan menuju Coil K3.
Magnetic Contactor K2 tetap terhubung.
STEP-3. Tegangan dari Auto trafo mengalir Ke Elektro motor melalui Magnetic contactor K3, dengan nilai tegangan sebesar 80%. Disini
Elektro motor mulai mengalami peningkatan tegangan dari 40% menjadi 60%, meningkat menjadi 80%.
Selanjutnya sesuai dengan Waktu yang sudah diatur pada Timer T3, setelah waktu tercapai kemudian Timer T3 bekerja, memutuskan
tegangan ke Coil K3, dan menghubungkan tegangan menuju Coil K1.
Saat Magnetic Contactor K1 terhubung, Menyebabkan Magnetic Contactor K2 Terputus, dan seluruh Timer juga berhenti bekerja karena
tegangan ke coil diputuskan melalui terminal NC pada Magnetic contactor K1.
STEP-4. Tegangan dari Sumber mengalir Ke Elektro motor melalui Magnetic contactor K1, dengan nilai tegangan sebesar 100%.
sehingga Elektro motor sudah beroperasi normal dengan tegangan penuh.
Pada Step-4 ini, hanya Magnetic contactor K1 yang terhubung, sedangkan Magnetic Contactor lainnya terputus, sehingga kondisi Auto
trafo tidak ada tegangan sama sekali.
Rangkaian ini dilengkapi dengan sistem pengaman, dengan sistem kerja saat tegangan menuju ke Coil salah satu Magnetic Contactor,
terlebih dahulu melewati terminal NC Magnetic Contactor sebelumnya untuk menghindari terjadinya tabrakan tegangan masuk dari dua Magnetic
Contactor yang berbeda tegangan.
Wiring Diagram Rangkaian STAR-DELTA untuk Starting Motor 3Ph
Rangkaian STAR-DELTA sistem Starter Motor 3 Ph, Wiring diagram dan penjelasannya.
Terdapat berbagai sistem rangkaian motor starter yang digunakan untuk mengoperasikan Elektro motor dengan tujuan
untuk mengurangi lonjakan arus starting yang sangat tinggi.
Rangkaian STAR-DELTA atau (Bintang-Segitiga) adalah Salah satu sistem starter elektro motor 3 ph yang bertujuan
untuk meminimalkan lonjakan arus yang terjadi saat elektro motor dioperasikan (Starting).
Berbagai Wiring diagram rangkaian Starting Motor 3 fase
Baca juga: Rangkaian DOL (Direct On Line)
Star (Bintang)
Delta (Segitiga)
Sistem Starter Motor 3ph dengan rangkaian STAR-DELTA menggunakan kedua jenis rangkaian pada Gulungan Elektro
motor secara bergantian.
Melalui pengontrolan seperti pada gambar 1, motor seperti pada gambar 2 dapat diatur putarannya pada 1440 rpm atau 2800 rpm yaitu dengan
menekan tombol ON1 atau ON2. Tipe lain dari motor induksi 3 fasa yang kecepatan putarnya dapat diatur adalah motor Separate Winding yang
pengendalian dan pengoperasiannya sama seperti pada motor dahlander atau dengan cara lain seperti ditunjukan pada gambar 3 dan 4 berikut
ini.
Gambar 3. Diagram kontrol pengoperasian motor separate winding
Seperti yang ditunjukan pada gambar 3 di atas, dua buah kontaktor disertakan untuk kecepatan rendah dan tinggi. Kedua kontaktor
tersebut secara kelistrikan tidak boleh bekerja bersamaan. Untuk memproteksinya dipisahkan oleh masing-masing proteksi beban lebih dan
diamankan dengan menyilangkan kontak NC masing-masing kontaktor.
Gambar 4. Diagram utama pengoperasian motor separate winding