Anda di halaman 1dari 12

2.1.

3 Perundangan dan standar kebakaran


A. Perundangan
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik Dan Sarana Kesehatan Direktorat Bina
Upaya kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2012, menyatakan dalam BAB I :

Ketentuan Umum

1.1 Pendahuluan.
Sistem proteksi kebakaran aktif, adalah salah satu faktor keandalan bangunan gedung
terhadap bahaya kebakaran. Sistem proteksi kebakaran aktif wajib diadakan untuk bangunan
rumah sakit dimana sebagian besar penghuninya adalah pasien dalam kondisi lemah sehingga
tidak dapat menyelamatkan dirinya dari bahaya kebakaran

1.1.1 Pencegahan bahaya kebakaran.


Asap sebagai akibat kebakaran paling fatal di area rumah sakit. Saat ini, banyak area di
rumah sakit yang melarang merokok, namun demikian apabila merokok dimungkinkan di
area tertentu, peraturan larangan merokok harus ditegakkan. Batasi merokok di semua area
yang ditunjuk atau setelah merokok mereka yang merokok secara langsung dipantau oleh
para profesional perawatan kesehatan. Tempelkan aturan dilarang merokok secara
mencolok di tempat-tempat strategis dan terapkan aturan ini pada semua orang, pasien,
petugas, pengunjung dan ibu-ibu yang melahirkan. Sediakan wadah putung rokok yang
besar di tempat merokok yang ditunjuk, dan kosongkan sesering mungkin serta jangan
membuang sampah apapun pada wadah putung rokok ini. Jangan biarkan pasien merokok di
tempat tidur. Jangan pernah mentolerir merokok di mana oksigen disimpan atau digunakan.
Dalam kamar pasien banyak menggunakan tangki oksigen. Ini termasuk unit perawatan
intensif, kamar terapi pernapasan, laboratorium, kamar operasi, ruang pemulihan, dan ruang
gawat darurat. Pasang area ini dengan tanda DILARANG MEROKOK.
2. Peralatan yang rusak dan tidak layak digunakan juga merupakan penyebab kebakaran di
area perawatan kesehatan.
3. Bersihkan serat dan lemak dari peralatan memasak dan peralatan cuci pakaian, tudung
ventilator (ventilator hood), filter, dan saluran.
4. Hindari penggunaan sambungan (ekstensi) kabel. Jika Anda harus menggunakannya,
jangan dibebani dengan beban lebih.
Pemasangan sambungan kabel dilarang melalui pintu atau di mana kabel ini dapat terinjak.
Dilarang memasang sambungan kabel lebih dari satu sambungan dari satu outlet.
5. Bagian pemeliharaan dan perbaikan memeriksa dan memelihara semua peralatan pada
jadwal rutin. Berhati-hatilah menggunakan peralatan yang dibawa pasien dari rumah dan ikuti
kebijakan mengenai penggunaannya.

B. Standard kebakaran
 Alat pemadam api ringan harus dipasang sesuai dengan :
1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor 26/PRT/M/2008, tentang Persyaratan
teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan.
2) SNI 03-3987-1995 atau edisi terakhir; Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan Alat
Pemadam Api Ringan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah
Dan Gedung.

 Sistem pipa tegak dan slang kebakaran harus dipasang sesuai dengan :
1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor 26/PRT/M/2008, tentang Persyaratan
teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan.
2) SNI 03-1745-2000 atau edisi terakhir; Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan
Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan
Gedung.
3) SNI 03-1735-2000 atau edisi terakhir, Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan Dan
Akses Lingkungan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung.

 Jumlah Pipa Tegak.


1) Pada bangunan rumah sakit, setiap tangga eksit yang disyaratkan, harus dilengkapi
dengan pipa tegak tersendiri.
2) Pada bangunan rumah sakit bertingkat tinggi, minimal mempunyai 2 tangga eksit,
untuk itu diperlukan 2 (dua) buah pipa tegak yang dipasang pada setiap tangga eksit..
5.Pemadam Kebakaran

 Konsep Pemadaman
Konsep proteksi kebakaran merupakan kelengkapan penting di rumah sakit
yang berhubungan dengan keselamatan bangunan. Disamping kebutuhannya untuk
pencegahan dan penanggulangan kebakaran, sistem proteksi kebakaran mempunyai
peranan penting dalam mencegah jatuhnya korban dan kerugian materiel akibat
kebakaran. Untuk itu diperlukannya pengetahuan yang cukup khususnya bagi para
petugas di rumah sakit untuk memahami tentang “sistem proteksi kebakaran”, dan
juga bagi para perancang, pelaksana pemasangan, pemeriksa dan pengelola sistem
proteksi kebakaran.
Dari pengalaman, banyak rumah sakit yang kurang tepat dalam pengelolaan,
dan pemeliharaan peralatan ini, sehingga sangat merugikan apabila terjadi kebakaran.
Untuk mencegah adanya instalasi sistem proteksi kebakaran yang kurang memenuhi
syarat, misalnya pemilihan pompa kebakaran, perletakan detektor alarm kebakaran,
kepala springkler, dan sistem pemipaannya akan berarti pembuangan biaya yang tidak
ada manfaatnya. Dengan adanya konsep teknis ini diharapkan dapat menjadi acuan
bagi para petugas rumah sakit dalam menangani pencegahan dan penanggulangan
kebakaran di Rumah sakit.

 Media Pemadaman
Keadaan yang terjadi di Lokasi, tepatnya di ruang panel asap mengepul dari
lantai 6. Kebakaran tersebut terjadi sekitar pukul 19.20 WIB. Tak lama setelah terjadi
kebakaran, kemudian petugas pemadam kebakaran sudah berada di lokasi untuk
memadamkan api. Akibat kebakaran ini, pasien dievakuasi keluar gedung.
Masyarakat yang tengah menjenguk pun seluruhnya dikerahkan keluar gedung untuk
mengantisipasi kejadian yang mungkin akan semakin parah. Belum diketahui
penyebab yang lain yang mungkin menimbulkan kebakaran tersebut sehingga Mobil
pemadam kebakaran pun terus berdatangan untuk memadamkan api.
Selain pemadam kebakaran, tim yang turun untuk memadamkan si jago merah
yakni dari PLN, PMI, AGD, Dishub, Satpol PP, Tagana, Polsek, Koramil.
6. Sistem Proteksi Kebakaran
 Konsep sistem proteksi kebakaran di Ruang Panel
Salah satu alat yang akan membantu dalam proteksi kebakaran yang terjadi
pada panel listrik adalah guardAll gas suppression system. peralatan ini memiliki
media gas yang ramah lingkungan, yakni media gas liquid (HFC227). Lebih
utamanya lagi sistem proteksi kebakaran ini bersifat otomatis jika terdeteksi percikan,
asap, atau panas. sehingga dengan cepat mampu memadamkan api yang ditimbulkan
oleh panel listrik. Detektor panas yang terhubung dengan fire system terhubung
dengan kabel yang sangat sensitive dengan panas. Selain itu kabel-kabel penghubung
ini juga menjadi penghubung media pemadam (HFC227) untuk memadamkan obyek
secara langsung.
Peggunaan guardAll gas suppression system pun memiliki dua cara, yakni
secara langsung (direct) dimana pemakaian dapat terpusat pada sumber api atau titik
terpanas yang dihasilkan oleh suatu obyek kebakaran dengan mengeluarkan media
pemadam HFC227. sedangkan secara tidak langsung (indirect) dengan mengeluarkan
media pemadam HFC227 pada seluruh bagian yang diproteksi oleh nozzle khusus
pada rangkaian instalasi system guardAll gas suppression.
Panel listrik merupakan suatu perangkat yang berperan penting
mendistribusikan, menyalurkan  dan membagi tenaga listrik dari sumber listrik ke
pemakai. Panel listrik sangat dibutuhkan pada kehidupan sehari-hari, dikarenakan
keunggulannya sebagai penghantar yang baik dapat membantu berbagai aktifitas
manusia. panel listrik digunakan pada bangunan dengan skala besar seperti
perkantoran, rumah sakit, mall, dan sebagainya. Seturut dengan kejadian kebakaran
pada panel listrik Rumah sakit tersebut melalui standard konsep sistem proteksi
kebakaran yang sudah ada dengan cara kerja yang sangat efisien yaitu, detektor panas
yang terhubung dengan fire system terhubung dengan kabel yang sangat sensitive
dengan panas dapat memungkinkan menetralisir kebakaran dan mencegah api
tersebar ke ke seluruh ruangan, namun dapat dianalisis bahwa kemungkinan di dalam
Panel listrik yang ada dirumah sakit tersebut belum menggunakan guardAll gas
suppression system sehingga mengakibatkan percikan hingga penjalaran api yang
lambat diketahui oleh pihak rumah sakit, karena jika saja ruang panel tersebut sudah
menggunakan sistem pemadam guardAll gas suppression system tidak akan mungkin
terjadi kasus kebakaran dengan jumlah besar tersebut.

 Sistem deteksi alarm kebakaran di Ruang Panel


Dalam perencanaan sistem alarm ini berhubungan langsung dengan sistem deteksi dan
Indoor Hydrant Box (IHB). Penggunaan sistem alarm sangat membantu karena sebagai
pemberi peringatan dini terhadap bahaya kebakaran. Selain itu penggunaan panel kontrol
deteksi dan alarm sangatlah penting untuk mendukung sistem deteksi dan alarm bekerja
dengan baik. Berdasarkan SNI 03-3985-2000, bahwa:

1. Panel kontrol deteksi dan alarm kebakaran dapat terdiri dari suatu panel kontrol atau
suatu panel kontrol dengan satu atau beberapa panel bantu,
2. Panel kontrol harus bisa menunjukkan asal lokasi kebakaran,
3. Panel kontrol harus mampu membantu kerja detektor dan alarm kebakaran serta
komponennya secara keseluruhan, dan
4. Panel kontrol harus dilengkapi dengan peralatan-peralatan, sehingga operator dapat
mengetahui kondisi instalasi pada saat normal maupun pada saat terdapat gangguan.

Untuk sistem deteksi dan alarm terdapat tiga sistem yaitu non addressable system,
semi addreseble system, dan full addreseble system

Non addressable system:


Sistem ini disebut juga dengan conventional sistem. Pada sistem ini MCFA
menerima sinyal masukan langsung dari semua detektor (biasanya jumlahnya sangat
terbatas) tanpa pengalamatan dan langsung memerintahkan’ komponen keluaran
untuk merespon masukan tersebut. Sistem ini umumnya digunakan pada
bangunan/area supervisi berskala kecil, seperti perumahan, pertokoan atau pada
ruangan-ruang
tertentu pada suatu bangunan yang diamankan.
Semi addressable system:
Pada sistem ini dilakukan pengelompokan/zoning pada detektor & alat
penerima masukan berdasarkan area pengawasan (supervisory area). Masing-masing
zona ini dikendalikan (baik input maupun output) oleh zone controller yang
mempunyai alamat/address yg spesifik. Pada saat detektor atau alat penerima
masukan lainnya memberikan sinyal, maka MCFA akan meresponnya (I/O)
berdasarkan zone controller yg mengumpankannya. Dalam konstruksinya tiap zona
dapat terdiri dari:
1. satu lantai dalam sebuah bangunan/gedung
2. beberapa ruangan yang berdekatan pada satu lantai di sebuah bangunan/gedung
3. beberapa ruangan yang mempunyai karakteristik di sebuah bangunan/gedung

Pada display MCFA akan terbaca alamat zona yang terjadi gejala kebakaran,
sehingga dengan demikian tindakan yang harus diambil dapat dilokalisir hanya pada
zona tersebut.

Full addressable system:

Merupakan pengembangan dari sistem semi addressable. Pada sistem ini


semua detector dan alat pemberi masukan mempunyai alamat yang spesifik, sehingga
proses pemadaman dan evakuasi dapat dilakukan langsung pada titik yang
diperkirakan mengalami kebakaran.

Alarm Kebakaran dan Manual Station serta Lampu Indikator


Titik panggil manual (manual station) merupakan bagian dari sistem deteksi dan
alarm kebakaran dimana jika terjadi kebakaran penghuni ataupun petugas keamanan dapat
memberitahukan kondisi bahaya kepada penghuni yang ada di dalam gedung tersebut dengan
menekan tombol yang ada pada panel. Dengan adanya pertanda bahaya kebakaran maka
lampu indikator dan alarm dapat menyala sehingga penghuni dapat melakukan tindakan.
Berdasarkan SNI 03-3985-2000 butir 11.2.3, penentuan manual station dan alarm kebakaran
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Dekat panel kontrol harus selalu dipasang bel dan TPM (Titik Panggil Manual) yang
mudah dicapai serta terlihat jelas,
2. Semua TPM sebagaimana harus dipasang pada lintasan menuju ke luar dan dipasang
pada ketinggian 1,4 meter dari lantai,
3. TPM harus terpasang pada setiap lantai, dimana untuk setiap lantai TPM harus
melayani luas maksimum 900 m2,
4. Alarm harus mempunyai bunyi serta irama yang khas sehingga mudah dikenal
sebagai alarm kebakaran, dan 
5. Bunyi alarm tersebut mempunyai frekwensi kerja antara antara 500 – 1000 Hz dengan
tingkat kekerasan suara minimal 65 dB (A).
Berdasarkan SNI 03-3985-2000 butir 12.2.4.6, menjelaskan bahwa alarm kebakaran
harus dipasang pada ruang khusus dimana suara-suara dari luar tidak dapat terdengar.

Berdasarkan Standar Sistem deteksi alarm kebakaran yang disebutkan diatas


bahwa alarm kebakaran sangatlah penting digunakan sebagai pemberi peringatan dini
terhadap bahaya kebakaran. Selain itu penggunaan panel kontrol deteksi dan alarm
sangatlah penting untuk mendukung sistem deteksi dan alarm bekerja dengan baik.
Melalui kasus kebakaran pada panel listrik di Rumah sakit tersebut dapat dianalisis
kemungkinan bahwa penggunaan panel kontrol deteksi dan alarm tidak bekerja
dengan baik, karena jika saja penggunaannya dengan baik tidak akan mungkin terjadi
kasus tersebut mengingat bahwa sistem kerja alarm ini memberi peringatan sangat
dini terhadap titik titik panas ataupun titik percikan api yang mungkin muncul.
 Sistem Deteksi air pemadam di Ruang Panel
 Sistem pemadam terspasang tetap di Ruang Panel
Sistem sprinkler otomatik adalah adalah kombinasi dari deteksi panas
dan pemadaman, ia bekerja secara otomatik penuh tanpa bantuan orang atau
sistem lain. Sehingga system ini merupakan sistem penanggulangan/
pemadaman kebakaran yang paling efektif dibandingkan dengan sistem hidran
dan lainnya. Sebuah studi di Australia & New Zealand memberikan angka
keberhasilan mencapai 99% (Marryat, 1988). Studi lain di USA (NFPA,
2001) menyimpulkan bahwa sprinkler mampu membatasi kebakaran pada area
of origin pada tingkat 90% dibanding tanpa sprinkler yang hanya 70%. Semua
building code di dunia mempersyaratkan proteksi sprinkler di bangunan tinggi,
bahkan sekarang di USA sudah mulai digalakkan sprinkler untuk residensial
tunggal dengan ketinggian satu sampai dua tingkat.
Fenomena kebakaran adalah sedemikian sehingga bila dalam waktu 5
menit kebakaran tidak dapat dikendalikan atau dipadamkan pada area of
origin, maka kemungkinan besar kebakaran akan menyebar ke seluruh lantai
dan bangunan. Sementara itu waktu tanggap sprinkler adalah waktu yang
diperlukan untuk mengendalikan atau memadamkan kebakaran secara
otomatik. Banyak kejadian dilaporkan bahwa ketika petugas pemadam tiba di
tempat, api telah padam oleh sprinkler (NFPA Journal). Sistem deteksi dan
alarm tidak berfungsi sebagai alat pengendali/ pemadam, namun lebih
berfungsi sebagai pemberi peringatan pada penghuni bangunan agar segera
menyelamatkan diri. Sedangkan regu pemadam yang menggunakan APAR
(fire extinguisher) dan hidran belum dapat menggantikan sprinkler karena
masih dipengaruhi oleh faktor manusia (terutama waktu tanggap dan human
error).

Komponen biaya paling besar dari sistem sprinkler adalah pompa


kebakaran dan panelnya, pemipaan berikut katupnya, serta sering
digunakannya katup kontrol tekanan (PRV) dalam rancangan secara
indiskriminatif. Penggunaan PRV ini dapat dihindari dengan sistem zona, di
mana tekanan kerja setiap zona adalah maksimum 175 psi (12 bar), yaitu sama
dengan tekanan kerja maksimum kepala sprinkler. Justru PRV dipersyaratkan
digunakan di sistem hidran bila tekanan pada kotak hidran bangunan melebihi
6,9 bar (SNI 03-1745-2000). Selain itu, sistem sprinkler otomatik boleh
dikombinasikan dengan sistem pipa tegak atau slang (hidran) dengan
menggunakan hanya satu set pompa kebakaran untuk keduanya sprinkler dan
hidran (SNI 03-1745-2000). Bila bangunan telah diproteksi oleh sprinkler,
maka persyaratan lain seperti ketahanan api, kompartemen, dan sistem deteksi
serta alarm menjadi lebih ringan (NFPA 101). Misalnya untuk kelas hunian
apartemen, ketahanan api dinding apartemen boleh 1 jam atau bahkan 4 jam.
Serta deteksi boleh hanya memakai detektor asap (kecuali untuk ruang tertentu
yang karena fungsinya harus menggunakan detektor panas). Dengan demikian
sesungguhnya sistem sprinkler tidak memakan biaya besar dari total nilai
proyek keseluruhan.
Konsep fire safety di bangunan menurut pendekatan sistemik (NFPA
550) terbagi menjadi 2 bagian utama yaitu (a) Pencegahan penyalaan, dan (b)
Pengelolaan pengaruh kuat (impact) kebakaran. Pencegahan termasuk
pengendalian sumber panas-energi, pengendalian interaksi sumber-bahan
bakar, dan pengendalian bahan bakar. Atau dengan kata lain berarti fire safety
housekeeping, dan sistem proteksi pasif atau kompartemenisasi. Kota-kota
besar di USA seperti Los Angeles dan New York, yang sebelumnya hanya
mengandalkan sistem proteksi pasif atau kompartemenisasi dan sistem deteksi
dan alarm serta sistem hidran, sekarang mempersyaratkan proteksi dengan
menggunakan sprinkler. Di Singapore memang sprinkler merupakan opsi
untuk bangunan hunian apartemen, akan tetapi komponen utama sistemnya
tetap dipasang (pompa kombinasi dengan pompa hidran, dan pipa tegak serta
pipa cabang utama), kecuali pipa cabang akhir dan kepala sprinkler yang
merupakan opsi dan masih ada persyaratan lainnya yang harus dipenuhi.

Prinsip kerja sprinkler memanfaatkan teori kebakaran kompartemen


(SFPE Handbook of Fire Protection Engineering, 3rd Edition, 2002).
Kebakaran di lantai akan membuat asap dan udara ruangan terikutkan
mengapung ke atas yang dinamakan plume. Bila plume membentur langit-
langit, maka terjadi aliran udara panas secara radial pada atau dekat dengan
langit-langit. Aliran udara panas ini dinamakan ceiling jet dan terjadi pada
ketebalan maksimum 30 cm dari langit-langit. Bila ceiling jet mengenai kepala
sprinkler maka terjadi perpindahan kalor secara konvektif dari ceiling jet ke
elemen sensor panas sprinkler (fusible link atau glass bulb) yang
menyebabkan temperaturnya akan naik dari sebelumnya sama dengan
temperatur ruangan. Elemen sensor panas ini mempunyai temperatur kerja
nominal yang bermacam-macam dari 57°C s/d 343°C, dapat diplih tergantung
dari rancangan bahaya kebakaran huniannya. Kepala sprinkler akan beroperasi
bila temperatur elemen sensor panasnya telah naik mencapai temperatur kerja
nominalnya. Untuk hunian apartemen, umumnya digunakan temperatur
nominal 57°C atau 68°C. Prinsip operasi sprinkler ini sama persis dengan
prinsip operasi detektor panas lain seperti yang digunakan dalam sistem
deteksi dan alarm. Oleh karena itu, bila bangunan telah diproteksi oleh
sprinkler maka tidak perlu lagi dilengkapi dengan detektor panas dan hanya
perlu dilengkapi dengan detektor asap.

Bila kebakaran terus terjadi, maka di dalam ruangan/ kompartemen


akan terbentuk 2 lapisan yaitu, (a) lapisan asap di atas, dan (b) lapisan relatif
bebas asap di bawahnya. Temperatur dan ketebalan lapisan asap akan naik dan
terus bertambah selama terjadi kebakaran. Sedangkan temperatur lapisan
bebas asap di bawahnya relatif sama dengan temperatur ruangan.
Pada saat sprinkler beroperasi, temperatur ruangan (bukan temperatur nyala
api) relatif tidak berubah atau kenaikannya tidak besar, kecuali terjadi
kegagalan sistem sprinkler sehingga kebakaran tidak padam dan lapisan asap
akan terus turun ke lantai. Hal ini dapat diprediksikan dengan program
simulasi kebakaran di kompartemen (Program CFAST dan ASET).
Sementara itu waktu tanggap sprinkler adalah waktu yang diperlukan
untuk mengendalikan atau memadamkan kebakaran secara otomatik. Banyak
kejadian dilaporkan bahwa ketika petugas pemadam tiba di tempat, api telah
padam oleh sprinkler (NFPA Journal). Dari pernyataan ini dapat kita ketahui
bahwa cara kerja sprinkle sudah sangat baik dengan mengendalikan atau
memadamkan kebakaran dengan secara otomatik dan melalui beberapa
pelaporan bahwa ketika petugas pemadam kebakaran tiba di tempat, api telah
padam oleh sprinkle. Jika saja alat ini sudah ada dan terpasang tetap pada
panel listrik rumah sakit pada kasus tersebut maka kebakaran tidak akan
mungkin terjadi.
 APAR di Ruang panel
Kebakaran di ruangan panel listrik bisa disebabkan banyak hal seperti konsleting, arus
pendek listrik atau terdapat malfungsi pada komponen panel listrik. Menurut kelas
kebakaran yang ada di Indonesia, kebakaran yang disebabkan masalah elektrikal ini
tergolong dalam kelas kebakaran C. Kelas kebakaran C disebabkan oleh unsur elektrikal
yang ada di dalamnya, maka APAR yang digunakan untuk memadamkannya tidak boleh
sembarangan. Karena jika menggunakan APAR yang tidak tepat, bisa-bisa kebakaran
justru akan semakin meluas.

Ada beberapa pilihan APAR yang bisa digunakan di ruangan panel listrik:

APAR CO2

APAR dengan media CO2 ini sangat populer digunakan untuk memadamkan api dari
kelas kebakaran C yang disebabkan masalah elektrikal. APAR CO2 ini bersifat non-
konduktor, jadi aman untuk digunakan memadamkan api karena masalah elektrikal. Selain
itu, APAR ini juga bersifat clean agent yang tidak akan meninggalkan residu pada panel
listrik.

APAR powder

APAR powder sangat luas penggunaannya, mulai dari kelas kebakaran A, B sampai
C. APAR dengan media kimia kering ini mampu memadamkan api pada ruangan panel
listrik. Namun, ada hal yang perlu diperhatikan yaitu residunya. Bersihkan residu powder
sesegera mungkin, supaya tidak membuat panel listrik terkena korosif.

APAR halon dan media penggantinya

APAR halon dan media penggantinya memiliki karakteristik yang sama. Kedua media
APAR ini sama gas non-konduktor yang dapat memadamkan api karena masalah elektrikal.
Selain itu, kedua media ini juga tergolong dalam APAR clean agent, jadi sangat aman untuk
digunakan di ruangan berpanel listrik.
Melalui beberapa standar APAR yang dapat digunakan untuk ruangan panel listrik
sudah sangat jelas media yang digunakan yang merupakan isi APAR untuk memadamkan
api adalah media yang bersifat yang non konduktor. Yaitu CO2,APAR Powder dengan
menggunakan media kimia kering, dan APAR clean agent yang sangat aman digunakan di
ruangan panel listrik.

 Alat pemadam api bergerak di Ruang panel

 Sistema proteksi Pasif di Ruang Panel

Anda mungkin juga menyukai