Anda di halaman 1dari 6

1.

Sistem Pencegahan Kebakaran


Sistem pencegahan adalah tindakan atau perhitungan yang sudah dilakukan sebelum suatu
bahaya itu muncul. Tindakan pencegahan terhadap bahaya kebakaran dapat dilakukan
melalui tindakan langsung maupun pengolahan bahan-bahan disekitar kita untuk dapat
memperkecil persentase terjadinya kebakaran itu sendiri.
Sistem pencegah kebakaran atau perlindungan kebakaran adalah salah satu sistem yang harus
dipasang atau diaplikasikan pada sebuah bangunan. Dengan adanya sistem ini pada
bangunan, bangunan daapt terlindungi serta nyawa penghuni bangunan tersebut dapat
terselamatkan. Setiap pemasangan sistem pencegah kebakaran atau perlindungan kebakaran
patut mengikut akta dan standard yang bersesuaian dengan bangunan tersebut.
a. Sistem Deteksi Kebakaran
Sistem pendeteksi kebakaran adalah sistem yang menyangkut mengenai cara kerja alat-alat
yang digunakan untuk menganalisa atau mengenali tejadinya kebakaran sejak awal proses
timbulnya api atau asap. Sistem ini berfungsi untuk mengantisipasi meluasnya proses
kebakaran pada suatu bangunan (gedung) dan untuk memberikan peringatan bagi penghuni
gedung agar dapat segera dievakuasi atau menyelamatkan diri.
Sistem deteksi kebakaran umumnya diwajibkan pemasangannya pada bangunan dengan skala
dan dimensi besar serta difungsikan sebagai ruang publik. Hal ini karena pada bangunan
yang difungsikan sebagai ruang publik akan terdapat banyak penghuni didalamnya sehingga
memerlukan perhatian lebih dari segi tingkat keamanan termasuk mengenai sistem pemadam
kebakaran.
Sistem pendeteksi kebakaran terdiri dari beberapa komponen diantaranya yaitu dalam bentuk
alarm peringatan kebakaran. Fire Alarm System adalah alat yang berfungsi untuk
memberikan tanda bahaya (alert) bila terjadi potensi kebakaran atau kebocoran gas. Cara
Kerja Fire Alarm System adalah alat ini mendeteksi potensi-potensi kebakaran seperti
gumpalan asap (smoke detector), temperatur tinggi (heat detector), dan adanya gas yang
berbahaya (gas detector), ketika alat ini mendeteksi potensi kebakaran tersebut maka alat ini
akan secara otomatis memberikan tanda bahaya (alert) seperti membunyikan bell atau alarm.

1) Komponen Fire Alarm System


Gambar 2.1 Komponen Fire Alarm System

a) Fire Alarm Control Panel memiliki berbagai macam


bentuk dan variasi sesuai fungsi dan
produsennya. Fungsi Fire Alarm ini adalah untuk
mengintegrasikan berbagai sensor dan audio visual
indicator yang berkaitan dengan fire alarm system.
Fire alarm umumnya juga dilengkapi built-in
telephone yang dapat digunakan pada saat Gambar 2.2 Fire Alarm Control Panel terjadi
kebakaran.
b) Heat Detector / Alat Pendeteksi Panas adalah
sensor yang digunakan untuk mendeteksi
temperatur tinggi, yaitu detektor panas yang dapat
diintegrasikan dengan panel controller
(security alarm).
Gambar 2.3 Heat Detector

c) Smoke Detector adalah sensor yang


digunakan untuk mendeteksi adanya
gumpalan asap.

Gambar 2.3 Smoke Detector


d) Gas Detector / Pendeteksi Gas / Gas Alarm
Standalone Gas Detector adalah alat yang dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran
gas berbahaya seperti LPG dan Methane. Detector
ini dapat berfungsi tanpa harus
menggunakan panel controller. Ketika Gambar 2.4 gas detector mendeteksi
gas berbahaya,alat  ini akan membunyikan built-in sirine.Alat  ini dapat ditempatkan pada
dinding ruang yang rentan terhadap kebocoran gas. Disamping sebagai Gas detector, alat
ini dapat diintegrasikan dengan alarm system.

2) Prinsip Kerja Fire Alarm System


Rangkaian Alarm Tanda Kebakaran adalah suatu rangkaian yang dapat dipakai untuk
mengetahui adanya bahaya kebakaran. Rangkaian ini mempunyai sensor yang sangat
peka terhadap panas yang disebut Thermistor atau NTC (Negative Temperature
Coefisient). Dalam pemakaiannya sebaiknya alat ini ditempatkan di dekat peralatan yang
dapat menimbulkan panas. NTC ini tahanannya akan kecil apabila kena panas dan akan
mengakibatkan transistor akan aktif dan relay akan menghubungkan alarm dengan
sumber listrik (baterai/accu/jala-jala listrik) sampai speaker berbunyi.
Sebagai alat pemberi tanda jika terjadi kebakaran, bangunan dilengkapi dengan sistem
tanda bahaya (alarm system) yang panel induknya berada dalam ruang pengendali
kebakaran, sedang sub-panelnya dapat dipasang di setiap lantai berdekatan dengan kotak
hidran. Pengoperasian tanda bahaya dapat dilakukan secara manual dengan memecahkan
kaca tombol sakelar tanda kebakaran atau bekerja secara otomatis, di mana tanda bahaya
kebakaran dihubungkan dengan sistem detektor (detektor asap atau panas) atau sistem
sprinkler.
Ketika detektor berfungsi, hal itu akan terlihat pada monitor yang ada pada panel, utama
pengendalian kebakaran, dan tanda bahaya dapat dibunyikan secara manual, atau secara
otomatis, di mana pada saat detektor berfungsi terjadi arus pendek yang akan
menyebabkan tanda bahaya tertentu berbunyi.
Sederhananya, sensor dapat berupa sakelar yang ditempatkan pada lokasi tertentu dan
dapat difungsikan secara manual untuk membuat tanda bahaya berfungsi. Pada benda-
benda yang diam, panjang pantulan gelombangnya tetap sama, tetapi jika ada objek yang
bergerak, maka terjadi perubahan panjang pantulan gelombang, dan hal ini akan
mengaktifkan tanda bahaya. 
Prinsip di atas digunakan pada sensor ultrasonik dan sensor gelombang mikro. Sensor
ultra sonik dapat dikacaukan jika terjadi turbulensi udara akibat sistem tata udara atau
adanya bunyi yang disebabkan oleh dering telephon, suara kipas udara, atau getaran
peralatan dalam ruangan. Sensor ultrasonik dapat mencakup luas 7,00 meter x 9,00 meter.
Sedangkan pada gelombang mikro, sensor baru berfungsi jika objek telah mencapai jarak
tertentu, dan perkiraan dimensi objek yang bergerak dapat diatur. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindari kemungkinan kekeliruan antara manusia dan binatang peliharaan dan
gangguan akibat adanya turbulensi atau getaran benda-benda. Sensor gelombang mikro
juga dapat menembus kaca, kayu, partisi dan lantai tetapi akan memantul pada benda-
benda yang terbuat dari logam.

b. Sistem Kompartemenisasi kebakaran


Kompartemenisasi merupakan suatu usaha untuk mencegah penjalaran kebakaran dengan
cara membatasi api dengan dinding, lantai, kolom, balok dan elemen lainnya yang tahan
terhadap api dalam waktu yang sesuai dengan kelas bangunan. Ukuran kompartemenisasi
dan konstruksi pemisah harus dapat membatasi kobaran api yang potensial, perambatan
api dan asap.
Kompartemenisasi adalah penyekatan ruang dalam luasan masimum dan/atau klasifikasi
bangunan dan tipe kontruksi tahan api yang diperhitungkan. Dinding penyekat
pembentuk kompartemen dimaksudkan untuk melokalisir api dan asap kebakaran, atau
mencegah penjalaran panas keruang bersebelahan.
Salah satu perwujuadan sistem kompartemenisasi pada bangunan biasanya dibuat dalam
bentuk ruang kompartemen atau ruang anti api. Ruang ini berfungsi sebagai tempat
berlindung atau evakuasi bagi korban yang terjebak di dalam gedung. Ruang
kompartemen adalah ruang khusus yang dibuat untuk dapat bertahan dari api jika terjadi
kebakaran. Ruang ini tidak akan ikut terbakar apabila seluruh bangunan mengalami
kebakaran. Baik dinding, lantai maupun lapisan pada langit-langit ruang ini dibuat dari
bahan atau material yang memiliki ketahanan tingga terhadap api.
Selain ruang kompartemen, sistem kompartemenisasi juga dapat diterapkan pada dinding
yang melapisi bagian dalam bangunan dengan areal tangga darurat. Lapisan dinding pada
areal tangga darurat yang difungsikan sebagai jalur evakuasi apabila terjadi kebakaran
umumnya dibuat berbeda. Hal ini berkaitan langsung dengan fungsi dari tangga darurat
itu sendiri. Dingding pada tangga darurat dibuat dari material yang dapat bertahan dari
api dengan ketentuan waktu minimum yaitu 4 jam.
Sebelum sebuah bangunan itu didiami, bangunan hendaknya diperiksa terlebih dahulu
oleh Pihak Jabatan Bomba dan Penyelamat untuk mendapatkan kelulusan dalam hal
bangunan aman untuk didiami. Sistem pencegahan atau perlindungan dari kebakaran
terdiri dari :
1) Sistem Pencegahan Aktif
Sistem pencegahan aktif merupakan upaya pencegahan terjadinya kebakaran secara
dini dari dalam bangunan itu sendiri, yang diusahakan sendiri oleh pemilik gedung,
yang diantaranya adalah dengan memasang :
 Peralatan detektor kebakaran pada titik-titik strategis,
 Pemasangan sprinkle,
 Penyediaan hidrant/tabung pemadam kebakaran
 Alarm kebakaran

2) Sistem Pencegahan Proteksi Pasif


Sistem Proteksi Pasif (SPP) adalah sistem perlindungan bangunan terhadap kebakaran
melalui pertimbangan sifat termal bahan bangunan, penerapan sistem
kompartemenisasi dalam bangunan, serta persyaratan ketahanan api struktur
bangunan. Sistem proteksi pasif bekerja melalui sarana pasif yang terdapat pada
bangunan. Biasanya juga disebut sebagai sistem perlindungan bangunan dengan
menangani api dan kebakaran secara tidak langsung. Caranya dengan meningkatkan
kinerja bahan bangunan, struktur bangunan, pengontrolan dan penyediaan fasilitas
pendukung penyelamatan terhadap bahaya api dan kebakaran. Yang termasuk di
dalam sistem proteksi pasif ini antara lain :
a) Perencanaan dan desain site, akses dan lingkungan bangunan
Dalam perencanaan dan desain site, akses, dan lingkungan bangunan beberapa hal yang
termasuk di dalam permasalahan site dalam kaitannya dengan penanggulangan kebakaran
ini antara lain :
 Penataan blok-blok massa hunian dan jarak antar bangunan
 Kemudahan pencapaian ke lingkungan pemukiman maupun bangunan
 Tersedianya area parkir ataupun open space di lingkungan kawasan
 Menyediakan hidrant eksterior di lingkungan kawasan
 Menyediakan aliran dan kapasitas suply air untuk pemadaman
b) Perencanaan struktur dan konstruksi bangunan
Dalam perencanaan sistem ini hal yang perlu diperhatikan antara lain:
 Pemilihan material bangunan yang memperhatikan sifat material
 Kemampuan / daya tahan bahan struktur (fire resistance) dari komponen-komponen
struktur.
 Penataan ruang, terutama berkaitan dengan areal yang rawan bahaya, dengan memilih
material struktur yang lebih resisten.
Dalam hal konstruksi, konstruksi yang dipilih adalah konstruksi yang tahan terhadap api.
Terdapat tipe kontruksi tahan api terdiri dari tipe A, B, dan C menurut SNI 03-1736-989
 Tipe A : Konstruksi yang unsur struktur pembentuknya tahan api dan mampu
menahan secara struktural terhadap beban bangunan.
 Tipe B : Kontruksi yang elemen struktur pembentuk kompartemen penahan api
mampu mencegah penjalaran kebakaran ke ruang-ruang dalam bangunan.
 Tipe C : Komponen struktur bangunannya adalah dari bahan yang dapat terbakar serta tidak
dimaksudkan untuk mampu menahan secara struktural terhadap kebakaran.

Anda mungkin juga menyukai