Anda di halaman 1dari 16

a.

Sistem pemadam kebakaran


Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting merupakan sistem yang
difungsikan untuk menanggulangi bahaya api yang terjadi di dalam gedung. Sistem
pemadam kebakaran disediakan di gedung sebagai preventif (pencegah) terjadinya
kebakaran. Namun ini difungsikan ketika bencana kebakaran sudah melanda gedung atau
bangunan. Sistem ini memiliki beberapa tahapan dalam cara kerjanya dan komponen
pendukung lainnya. Ada beberapa macam sistem Pemadam Kebakaran, seperti sistem
sprinkler, sistem hydrant dan Fire Extinguisher, dan pada tempat-tempat tertentu
digunakan juga sistem fire gas. Tetapi pada umumnya sistem yang digunakan terdiri
dari :
1) Sistem sprinkler
Instalasi pipa pada sistem sprinkler berfungsi untuk mengatasi kebakaran secara
otomatis disetiap ruangan melalui head sprinkler , pipa sprinkler dipasang pada setiap
lantai (dalam plafon) dengan jarak antara 3 sampai 5 meter , bila terjadi kebakaran
pada salah satu lantai maka panas api dari titik kebakaran akan memecahkan head
sprinkler. Sistem sprinkler terdiri dari :
a) Wet Riser System merupakan keseluruhan instalasi pipa sprinkler berisikan air
bertekanan dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap. Pada
umumnya gedung bertingkat menggunakan sistem Wet Riser. Pada sprinkler ini,
pada katup kendalinya biasanya dilengkapi dengan peralatan tabung penghambat
(retard chamber) yang berfungsi untuk menghindarkan aktifnya alarm gong dari
akibat terjadinya kelebihan tekanan air sesaat yang dikirim melalui katup kendali.
Cara kerja sistem ini adalah melalui pecahnya kepala srinkler yang menerima
rangsangan panas berdasarkan tingkat suhunya. Air memancar dari kepala
sprinkler dan mengakibatkan tekanan dalam jaringan instalasi turun sampai ke
titik tertentu sesui desain/rancangan. Turunnya tekanan selanjutnya akan
mengaktifkan.
b) Dry Riser System merupakan keseluruhan instalasi pipa sprinkler tidak berisikan
air bertekanan, peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis jika
instalasi fire alarm memerintahkannya. Pada saat panas atau asap pada ruang yang
dilindungi mencapai suhu tertentu atau jumlah tertentu, panas/asap tersebut akan
dideteksi oleh detektor yang terpasang pada sistem sprinkler ini. Selanjutnya
detector ini akan mengaktifkan katup curah (Deluge value). Air yang mengalir ke
sistem sprinkler selanjutnya akan mengaktifkan pompa kebakaran dan alarm bel
yang sekaligus berfungsi memberi peringatan kepada petugas sebelum
terpancarnya air dari kepala sprinkler yang pecah.

a) Komponen dalam sprinkler


(1) Pipa pada sprinkler
Pipa sprinkler dipasang pada setiap lantai (dalm plafon) dengan jarak antara 3
sampai 5 meter , bila terjadi kebakaran pada salah satu lantai maka panas api
dari titik kebakaran akan memecahkan head sprinkler. Dengan jumlah hasil
perhitungan bagi pipa pembagi, maka perhitungan harus dimulai dari pipa
cabang yang terdekat pada katup kendali. Jika pipa cabang atau kepala
springkler tunggal disambung pada pipa pembagi dengan pipa tegak, maka
pipa tegak dianggap sebagai pipa pembagi. Titik desain adalah tempat dimana
dimulai perhitungan pipa pembagi dan pipa cabang. Dalam perhitungan
ukuran pipa pada sistem springkler, ukuran pipa hanya boleh mengecil sejalan
dengan arah pengaliran air.

(2) Kepala sprinkler


Kepala sprinkler adalah bagian dari sprinkler yang berada pada ujung jaringan
pipa dan diletakkan sedemikian rupa sehingga akibat adanya perubahan suhu
tertentu akan memecahkan kepala sprinkler tersebut dan akan memancarkan
air secara otomatis. Jenis kepala sprinkler dibedakan atas :
(a) Arah pancaran
 Kepala sprinkler pancaran atas
Pada umumnya kepala sprinkler pancaran keatas dipasang diruangan/area
yang tidak dilengkapi plafon seperti di basement atau ruang parkir. Dasar
pemikirannya adalah bahwa panas selalu bergerak keatas, sehingga untuk
itu perlu untuk mendekatkan bulb sprinkler ke sumber panas.
 Kepala sprinkler pancaran bawah
Kepala sprinkler semacam ini dipasang di ruangan/area yang menggunakan
plafon.
epala sprinkler dinding
 Kepala sprinkler dinding
Kepala sprinkler dengan arah pancaran seperti ini biasanya di pasang
dimana faktor teknis ataupun estetika tidak dimungkinkan pemasangan
instalasi pemipaan.

Gambar 2.5 Bentuk kepala sprinkler berdasarkan arah pancaran


Keterangan gambar :
 Deret pertama adalah sprinkler dengan pancaran ke arah atas;
 Deret kedua adalah sprinkler dengan pancaran ke arah bawah;
 Deret ketiga adalah sprinkler dengan pancaran dari arah dinding.
(b) Tingkat kepekaannya terhadap suhu atau temperatur dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis yaitu :
 Kepala sprinkler dengan segel berwarna

Gambar 2.6 Contoh bentuk kepala sprinkler berdasarkan segel berwarna

Tingkat kepekaan kepala sprinkler berdasarkan warna dan tingkat suhunya dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
Tingkat suhu ºC

Jingga 57

Merah 69

Kuning 79

Hijau 93

Biru 141

Ungu 182

Hitam 204/260

b) Sistem penyediaan air


Setiap sistem sprinkler otomatis harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu
jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis, bertekanan dan berkapasitas
cukup serta dapat diandalkan setiap saat. Sistem penyediaan air harus dibawah
penguasaan pemilik bangunan atau diwakilkan penuh. Air yang digunakan tidak
boleh mengandung serat atau bahan lain yang dapat mengganggu bekerjanya
springkler, sambungan pada sistem jaringan kota dapat diterima apabila kapasitas dan
tekanannya mencukupi serta tangki yang diletakkan pada ketinggian tertentu dan
direncanakan dengan baik dapat diterima sebagai sistem penyediaan air.
2) Sistem Hydrant
Hydrant adalah sistem pemadam api yang menggunakan media air, secara sistemnya
tidak berbeda dengan sistem pompa air yang ada dirumah. Berdasarkan
tempat/lokasinya sistem hidran kebakaran dapat dibagi menjadi 3 (tiga) macam,
yaitu :
(a) Sistem Hydrant Gedung adalah hydrant yang terletak atau dipasang di dalam
bangunan. Sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang oleh pihak
bangunan atau gedung tersebut. Hidran jenis ini, sesuai penggunaannya di
klasifikasikan ke dalam 3 kelompok sebagai berikut :
 Hidran Kelas 1 : Ialah hidran yang dilengkapi dengan slang berdiameter 2½
inci, yang penggunaanya diperuntukkan secara khusus bagi petugas pemadam
atau orang yang telatih.
 Hidran kelas II : Ialah hidran yang dilengkapi dengan slang berdiameter 1½
inci , yang penggunaannya diperuntukkan penghuni gedung atau petugas yang
belum terlatih.
 Hidran kelas III : Ialah hidran yang dilengkapi dengan slang berdiameter
gabungan antara Hidran kelas I dan II diatas.

(b) Sistem Hydrant Halaman (Pilar) adalah hidran ini terletak diluar atau lingkungan
bangunan, sedangkan instalasi dan peralatan serta sumber air disediakan oleh
pihak pemilik bangunan. Hidran halaman sering disebut sebagai Outdoor Hydrant
karena terletak di luar gedung.
(c) Sistem Hydrant Kota adalah hidran yang terpasang ditepi sepanjang ialah jalan
pada daerah perkotaan yang dipersiapkan sebagai prasarana kota oleh pemerintah
daerah setempat guna menanggulangi bahaya kebakaran. Persedian air untuk jenis
atau ini dipasok oleh perusaahaan air minum (PDAM) setempat.

a) Instalasi hydrant
Instalasi pipa hydrant berfungsi untuk mengatasi dan menaggulangi kebakaran secara
manual dengan menggunakan hydrant box. Hydrant box tersedia pada setiap lantai
dengan beberapa zone /tempat. Pada hydrant box terdapat fire hose( selang) ,nozzle,
valve, juga terpasang alat bantu control manual call point, alarm bell serta indicating
lamp dan untuk diluar gedung (area taman / parkir ) terpasang hydrant pillar serta
hose reel cabinet. Sistem hydrant terdiri atas sebagai berikut.
(1) Tempat penyimpanan air (Reservoir)
Reservoir merupakan tempat penampungan air yang akan digunakan dalam proses
pemadaman kebakaran. Biasanya reservoir ini berbentuk satu tanki ataupun beberapa
tangki yang terhubung satu dengan yang lainnya. Reservoir ini bisa berada di atas
tanah maupun dalam tanah. Dan harus dibuat sedemikian rupa hingga dapat
menampung air untuk supply air hydrant selama minimal 30 menit penggunaan
hydrant dengan kapasitas minimum pompa 500 galon per menit.
Selain itu reservoir juga harus dilengkapi dengan mekanisme pengisian kembali dari
sumber-sumber air yang dapat diandalkan untuk menjaga level air yang tersedia
dalam reservoir. Mekanisme pengisian reservoir ini terdiri dari sistem pompa yang
dihubungan dengan sumber air yang dapat diandalkan misalnya dengan air tanah, air
sungai, dll.
(2) Sistem Distribusi
Untuk mendukung proses dan sistem kerja hydrant, diperlukan sistem distribusi yang
menggunakan pipa untuk menghubungkan sumber air hingga ke titik selang hydrant.
Dalam perancangan jaringan pipa hydrant, yang terbaik adalah menggunakan system
jaringan interkoneksi tertutup contohnya sistem ring atau O. Sistem ini memberikan
beberapa keunggulan, contohnya adalah sebagai berikut:
 Air tetap dapat didistribusikan ke titik hydrant walaupun salah satu area pipa
mengalami kerusakan.
 Semburan air hydrant lebih stabil meskipun seluruh titik hydrant dibuka.
Sistem pipa utama (primary feeders) dari hydrant biasanya berukuran 12-16 inch.
Pipa sambungan ke dua (secondary feeders) biasanya berukuran 8-12 inch.
Sedangkan untuk cabang pipa biasanya berukuran 4.5-6 inch. Pada ujung pipa
hydrant tersambung dengan pilar hydrant. Disamping pilar hydrant terpasang box
yang digunakan untuk menyimpan selang hydrant (hose). Selang ini terbuat dari
bahan kanvas yang panjangnya berkisar 20-30 meter.
Untuk mendukung supply air hydrant, dibuatlah suatu sambungan pipa yang
berinterkoneksi dengan sistem pipa hydrant yang disebut sambungan Siamese.
Sambungan ini terdiri dari satu atau dua sambungan pipa yang fungsinya adalah
untuk memberikan supply air tambahan pada sistem hydrant. Sambungan ini sangat
berguna bagi petugas pemadam kebakaran untuk memberikan supply air tambahan
melalui mobil pemadam kebakaran atau sistem pilar hydrant umum.

(3) Sistem pompa hydrant


Sistem ini terdiri atas panel kontrol pompa, motor penggerak, dan unit pompa. Pompa
dikontrol melalui sistem panel kontrol, sehingga dapat menghidupkan serta
mematikan keseluruhan system dan juga untuk mengetahui status dan kondisi pompa.
Motor penggerak pompa merupakan sistem mekanik elektrik yang mengaktifkan
pompa untuk menyedot dan menyemburkan air. Dalam NFPA 20, rangkaian pompa
hydrant biasanya terdiri dari beberapa pompa sebagai berikut:
(a) Elektic pump atau pompa elektrik yang merupakan pompa utama yang berfungsi
mempompa air dari tangki untuk mendistribusikan air pada jaringan hydrant
pompa ini akan dapat mulai bekerja pada tekanan tertentu sesuai dengan
keinginan kita.
(b) Diesel Pump memiliki flow yang lebih besar dibanding elektrik pump dan juga
berfungsi sebagai cadangan ketika elektrik pump bermasalah seperti saat daya
PLN di padamkan, sehingga saat aliran listrik padam proses pemadaman
kebakaran dapat tetap berjalan.
(c) jockey pump, pompa ini berfungsi untuk menjaga dan menstabilkan tekanan air
dalam pipa. Pompa ini sangat penting untuk dipasang karena jika tekanan stabil
maka air yang disedot dan didistribusikan tidak ada masalah dalam volumenya
namun apabila tekanan tidak stabil maka sangat memungkinkan dapat merusak
komponen di dalam elektrik maupun diesel.

b) Komponen hydrant
Bak penampungan air hydrant untuk memasok kebutuhan sistem hidran kebakaran
berada di basement berdekatan dengan tangki filter air tanah dan air PDAM. Untuk
pasokan air tersebut dapat menggunakan pompa dan peralatan seperlunya untuk
menyediakan pasokan air ke sambungan selang. Fungsi Pompa ini berfungsi untuk
mensuplai kebutuhan air kebakaran dari groundtank sampai ke ujung pengeluaran
(nozzel). Pompa kebakaran atau biasa disebut Fire Pump diperhitungkan dengan
besar debit kebutuhan air hydrant kebakaran dan Head (tinggi permukaan air sampai
ujung pengeluaran tertinggi ditambah kehilangan tekanan). Adapun komponen dalam
instalasi pipa hydrant :
(1) Pipa hydrant
Instalasi pipa hydrant berfungsi untuk mengatasi dan menaggulangi kebakaran
secara manual dengan menggunakan hydrant box , hydrant box ini tersedia pada
setiap lantai dengan beberapa zone/tempat.
Pada hydrant box terdapat fire hose [selang] ,nozzle, valve, juga terpasang alat
bantu control manual call point, alarm bell serta indicating lamp dan untuk diluar
gedung [area taman/parkir] terpasang hydrant pillar serta hose reel cabinet.

Gambar 2.7. pipa hydrant

(2) Jocky Fire Pump


Digunakan untuk menstabilkan tekanan air pada
pipa dan pressure tank. 
Gambar 2.8. jocky fire pump
(3) Main Fire Pump
Digunakan sebagai pompa utama,
bila tekanan/pressure tank turun setelah
jocky pump tidak sanggup lagi
mengatasi (jocky pump akan mati
sesuai dengan setting pressure tank)
maka main pump akan bekerja.
Gambar 2.9. main fire pump
(4) Diesel Fire Pump
Digunakan bila terjadi kebakaran dan
pompa mengalami kerusakkan atau gagal
operasional [listrik padam] dan pompa main pump serta jocky pump berhenti bekerja
mensupply air maka diesel fire pump akan melakukan start secara otomatis
berdasarkan pressure swicth. Bekerjanya diesel fire pump secara otomatis
menggunakan panel diesel stater, panel ini juga melakukan pengisian accu/me-
charger accu dan dapat bekerja secara manual dengan kunci stater pada diesel tersebut
. Untuk perawatan pada diesel fire pump ini dilakukan pemanasan setiap minggu [2
kali pemanasan], sebelum dilakukan pemanasan diesel dilakukan pemeriksaan pada
accu, pendingin air (air radiator) dan peng-checkkan pada pelumas mesin (oli mesin).

Gambar 2.10. diesel fire pump

(5) Siemense Conection


Digunakan bila terjadi kebakaran dan pompa [diesel fire pump, fire main pump dan
jocky pump] tidak bisa di operasional / gagal bekerja pmaka dilakukan pengisian air
kedalam jaringan pipa dari mobil pemadam kebakaran/ pompa cadangan lain untuk
menggantikan fungsi peralatan yang ada dalam keadaan emergency , siemese
conection dipasang pada instalasi pipa sprinkler dan hydrant.
(6) Sistem Fire Alarm
Fire alarm adalah merupakan sistem untuk membantu pemilik gedung untuk
mengetahui secepatnya suatu sumber kebakaran , sehingga sebelum api menjadi besar
pemilik gedung sudah dapat mengambil tindakan pemadaman. Sistem ini memakai
panel kontrol (MCFA) yang biasanya
Gambar 2.11. siemense conection
dikontrol dari ruang teknik dan panel
Annuciator [panel kontrol tambahan] di
pasang di ruang posko security agar
petugas keamanan juga bisa cepat mengetahui lokasi kebakaran pada setiap lantai.

Gambar 2.12. sistem fire alarm

Sistem Alarm kebakaran dapat digolongkan menjadi beberapa golongan yaitu:


(a) Sistem Alarm Kebakaran Kota
Sistem Alarm Kebakaran Kota adalah suatu cara atau alat komunikasi dari penduduk/
warga masyarakat Kepada Dinas Kebakaran Kota untuk menginformasikan tentang
adanya bahaya kebakaran guna mendapatkan pertolongan pemadaman. Sistem Tanda
Bahaya Kebakaran seperti ini pada kebanyakan kota di Indonesia mengunakan peasawat
telepon dgn nomor panggail 113. Sistem alarm kebakaran Kota terdiri dari dua sistem
yaitu :
 Sistem Lokal
Alarm kebakaran sistem lokal mengunakan titik panggil (Box circuits) yang di
pasang di beberapa tempat tertentu di dalam wilayah kota. Box tersebut
dilengkapi dengan saklar berupa tombol tekan, tombol tarik atau handle tarik
 Sistem Central, (Pusat )
Alarm kebakaran kota sistem central pada hakekatnya memiliki komponen yang
sama dengan sistem lokal hanya perbedaannya terletak pada prinsip kerjanya saja.

(b) Sistem alarm kebakaran Gedung


Sistem alarm kebakaran gedung adalah suatu alat untuk memberikan peringatan dini
kepada penghuni gedung atau petugas yang di tunjuk, tentang adanya kejadian atau
indikasi kebakaran di suatu bagian gedung. Dengan adanya peringatan secara dini
tersebut akan memungkinkan penghuni/petugas dapat mengambil langkah/tindakan
berikut pemadaman atau bila mungkin melaksankan evakuasi jiwa maupun harta benda.
Sesuai dengan namanya maka sistem alarm kebakaran gedung hanya menjangkau suatu
bangunan gedung. Cara Kerja Alarm Kebakaran gedung :
 Manual, dengan menggunakan titik panggil manual ( Manual call box ) atau sesuai
dengan petunjuk pemakaian pada titik panggil tersebut.
 Otomatis, melalui alat pendeteksi kebakaran (fire detector)

3) APAR (Alat Pemadam Api Ringan)


APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk
memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. APAR sering disebut dengan
tabung gas fire extinguisher atau racun api. Fire extinguisher atau yang biasanya
disebut racun api adalah alat yang digunakan untuk memadamkan api skala kecil
yang biasanya berbentuk tabung dan untuk kebutuhan pemadaman api yang sifatnya
darurat. Alat pemadam api ini tidak diperuntukkan untuk pemadaman api yang
sifatnya sudah out-of-control, seperti kebakaran dimana api yang telah membakar
langit-langit bangunan, atau situasi-situasi kebakaran yang memang hanya bisa diatasi
oleh petugas pemadam kebakaran yang sudah terlatih.
Karakteristik Fire extinguisher atau racun api yaitu :
(a) Terdiri dari jenis tertentu dan bukan merupakan pemadam untuk segala jenis
kebakaran, oleh karena itu sebelum menggunakannya perlu diidentifikasi jenis
bahan terbakar.
(b) Hanya ideal dioperasikan pada situasi tanpa angin kuat, Fire extinguisher atau
racun api kimiawi ideal dioperasikan pada suhu kamar.
(c) Waktu ideal : 3 detik operasi, 10 detik berhenti, waktu maksimum terus menerus
8 detik.
(d) Bila telah dipakai harus diisi ulang.
(e) Harus diperiksa secara periodik, minimal 2 tahun sekali.

Fire extinguisher atau racun api dibagi menjadi 4 kategori berdasarkan perbedaan tipe-
tipe api. Masing-masing pemadam api juga memiliki rating numerik yang menunjukkan
besarnya api yang bisa ditangani oleh fire extinguisher tersebut. Semakin besar angkanya,
semakin besar kemampuan memadamkan apinya. Berikut adalah tipe-tipe alat pemadam
api fire extinguisher :

(a) Class A Fire Extinguisher


Pemadam untuk material-material umum yang mudah terbakar seperti kertas, kayu,
kardus, dan plastik. Angka rating pada pemadam tipe ini menunjukkan banyaknya air
yang terkandung serta besarnya api yang dapat dipadamkannya.
(b) Class B Fire Extinguisher
Pemadam untuk zat-zat cair (liquid) yang mudah terbakar seperti gasoline (bensin),
kerosin, minyak dan oli. Angka rating pada pemadam tipe ini menunjukkan berapa
persegi wilayah api yang dapat dipadamkannya.
(c) Class C Fire Extinguisher
Pemadam untuk api yang disebabkan oleh alat-alat elektrik, seperti peralatan rumah
tangga, kabel, circuit breakers, dan sebagainya. Jangan pernah menggunakan air
untuk memadamkan api kelas C ini, karena resiko tersetrum akan jauh lebih besar.
Racun api kelas C ini tidak memiliki angka rating.
(d) Class D Fire Extinguisher
Pemadam api kelas D seringkali ditemukan di ruang laboratorium kimia. Pemadam
ini untuk memadamkan api yang melibatkan bahan-bahan metal yang mudah
terbakar, seperti magnesium, titanium, potassium dan sodium. Fire extinguisher ini
juga tidak memiliki rating angka.

Tabung APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis dan konstruksinya. Jenis APAR
meliputi : jenis air (water), busa (foam), serbuk kering (dry chemical) gas halon dan gas
CO2, yang berfungsi untuk menyelimuti benda terbakar dari oksigen di sekitar bahan
terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat keluar dari tabung karena dorongan gas
bertekanan. Berikut penjelasan dari masing-masing jenis APAR yaitu :
(a) Water (gas cartridge type) extinguishers, Warna Merah
Alat pemadam ini menggunakan air dan karbon dioksida sebagai baham pemadam.
Jenis pemadam ini cocok untuk memadamkan api yang membakar kertas dan kayu.
Dan tidak boleh digunakan pada area-area yang terdapat peralatan yang menggunakan
listrik atau cairan kimia organik yang tidak larut didalam air. Akhir-akhir ini sudah
dikembangkan alat pemadam yang menggunakan air yang mengandung foaming
agent (bahan pembentuk busa) yang dikenal dengan AFFF yang dapat digunakan
untuk kebakaran pada cairan kimia mudah terbakar dan peralatan listrik.
Gambar : 2.12. Water (gas cartridge type) extinguishers, Warna Merah

(b) Carbon dioxide extinguishers, warna hitam


Jenis pemadam ini menggunakan CO2 (karbon dioksida) sebagai bahan pemadam.
Alat pemadan ini akan mengeluarkan awan karbon dioksida dan partikel COP padat
pada saat digunakan. Jenis pemadam ini digunakan untuk area dimana terdapat
peralatan elektronik sehingga peralatan tersebut tidak rusak, seperti instrument
laboratorium, server, komputer, dsb. Jenis pemadam ini tidak boleh digunakan
pada area confine space atau basemen karena awan karbon dioksida dapat
membahayakan bagi personel kebakaran itu sendiri. Jenis pemadan CO2 ini juga
tidak boleh digunakan untuk kebakaran bahan logam atau metal.

Gambar : 2.14. Carbon dioxide extinguishers, warna hitam

(c) Halon (bromochlorofluoromethane BCF type) extinguishers, Warna Hijau


Alat pemadam ini menggunakan gas Halon sebagai bahan pemadam. Alat pemadam
jenis ini digunakan di pabril, laboratorium atau area workshop dimana terdapat
kemunkinan minyak dan bahan mudah terbakar. Tapi jenis pemadan ini tidak bias
digunakan untuk area-area dimana terdapat peralatan elektronik. Jenis pemadam ini
dikembangkan untuk memadam kebakaran pada pesawat udara. Alat pemadam ini
mengeluarkan uap dan gas yang menyelimuti api dan menyingkirkan oksigen
sehingga dapat memadamkan api. Atom Bromin merupakan terminator dari proses
oksidasi yang terjadi pada saat kebakaran. Salah satu kelemahan dari jenis pemadam
ini adalah jika terdapat logam yang terbakar maka BCF dapat terdegradasi dan
membentuk hydrogen halide yang bersifat beracun dan korosif. Jika digunakan pada
area confine space maka diperlukan ventilasi yang cukup.

Gambar 2.15. Halon (bromochlorofluoromethane BCF type) extinguishers, Warna Hijau

(d) Powder extinguishers (gas cartridge type), Warna Biru


Jenis pemadam ini mengandung serbuk kering yang bersifat inert seperti serbuk silica
yang dicampur dengan serbuk sodium bikarbonat. Serbuk dipompa keluar tabung
dengan bantuan gas karbon dioksida yang berasal dari catridge. Serbuk yang
dikeluarkan akan menyelimuti bahan yang terbakar sehingga memisahkan oksigen
yang merupakan salah satu kompenen kebakaran. Adanya karbon dioksida juga akan
menyingkirkan oksigen sehingga dapat memadamkan api. Sangat tidak disarankan
untuk digunakan pada area yang terdapat peralatan produksi atau instrument produksi
yang sangat bernilai, karena serbuk-serbuk pemadam dapat merusak komponen-
komponen peralatan tersebut.
Gambar 2.16. Powder extinguishers (gas cartridge type), Warna Biru

(e) Foam extinguishers (gas cartridge type), Warna Krem


Jenis pemadam ini menggunakan bahan kimia yang dapat membentuk busa yang
stabil dan didorong dengan karbon dioksida pada saat keluar dari tabung. Foam yang
keluar akan menyelimuti bahan yang terbakar sehingga dapat memadamkan api
karean oksigen tidak bisa masuk untuk proses kebakaran. Jenis pemadam ini dapat
digunakan pada area dimana jenis pemadam air tidak bisa digunakan. Seperti pada
area yang terdapat minyak yang tidak bisa bercampur dengan air.

Gambar 2.17. Foam extinguishers (gas cartridge type

Anda mungkin juga menyukai