Anda di halaman 1dari 27

Definisi Fire Fighting

Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting disediakan di gedung


sebagai preventif (pencegah) terjadinya kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem
sprinkler, sistem hidrant dan fire extinguisher. Dan pada tempat-tempat tertentu
digunakan juga sistem fire gas. Tetapi pada umumnya sistem yang digunakan
terdiri dari: sistem sprinkler, hydrant dan fire extinguisher.
Ada 3 pompa yang digunakan dalam sistem sprinkler dan hydrant, yaitu
electric pump, diesel pump dan jockey pump. Jockey pump berfungsi untuk
menstabilkan tekanan di instalasi, dan secara otomatis akan bekerja apabila ada
penurunan tekanan. Dan jika ada head sprinkler yang pecah atau hydrant, maka
yang bekerja secara otomatis pompa elektrik, dan secara otomatis pula jockey
pump akan berhenti bekerja. Pompa elektrik atau electric pump merupakan pompa
utama yang bekerja bila head sprinkler atau hydrant digunakan. Sedang pompa
diesel merupakan pompa cadangan, jika pompa elektrik gagal bekerja selama 10
detik, maka secara otomatis pompa ini akan bekerja.

1. Fire Fighting Sprinkler System


Sistem ini menggunakan instalasi pipa sprinkler bertekanan dan head
sprinkler sebagai alat utama untuk memadamkan kebakaran.
Sistem ada 2 macam, yaitu:
a) Wet Riser System : Seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air
bertekanan dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif
tetap.
b) Dry Riser System : Seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisi air
bertekanan, peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis
jika instalasi fire alarm memerintahkannya.
Pada umumnya gedung bertingkat tinggi menggunakan sistem wet riser,
seluruh pipa sprinkler berisikan air bertekanan, dengan tekanan air selalu dijaga
pada tekanan yang relatif tetap.
Apabila tekanan dalam pompa menurun, maka secara otomatis jockey pump
akan bekerja untuk menstabilkan tekanan air didalam pipa. Jika tekanan terus
menurun atau ada glass bulb head sprinkler yang pecah maka pompa elektrik
akan bekerja dan secara otomatis pompa jockey akan berhenti. Dan apabila pompa
elektrik gagal bekerja setelah 10 detik, maka pompa cadangan diesel secara
otomatis akan bekerja

2. Fire Fighting Hydrant System


Sistem ini menggunakan instalasi hydrant sebagai alat utama pemadam
kebakaran, yang terdiri dari box hydrant dan accesories, hydrant pillar dan
siemesse connection. box hydrant dan accesories instalasinya selang (hose),
nozzle atau disebut juga dengan fire house cabinet (FHC) biasanya ditempatkan
dalam gedung, sebagai antisipasi jika sistem sprinkler dan sistem fire extinguisher
kewalahan mengatasi kebakaran di dalam gedung. Sedangkan hydrant pillar yang
dilengkapi juga dengan box hydrant didalamnya untuk menyimpan selang (hose)
dan nozzle biasanya ditempatkan di area luar (jalan) disekitar gedung, digunakan
jika sistem kebakaran di dalam gedung tidak memadai lagi. Dan siemesse
connection berfungsi untuk mengisi air ground tank (sumber air hydrant) tidak
memadai lagi atau habis. siemesse connection ditempatkan di dekat di dekat jalan
utama. Hal ini untuk memudahkan dalam pengisian air.

System Hydrant ini juga terdiri dari 2 system, yaitu:


a) Wet Riser System: Seluruh instalasi pipa hydrant berisikan air
bertekanan dengan tekanan yang selalu dijaga pada tekanan yang relatif
tetap.
b) Dry Riser System: seluruh instalasi pipa hydrant tidak berisikan air
bertekanan, peralatan penyedia air akan secara otomatis jika katup selang
kebakaran di buka.

Seperti halnya sistem sprinkler, jika ada tekanan dalam pipa instalasi
menurun, maka pompa jockey akan bekerja. Dan jika instalasi hydrant dibuka
maka secara otomatis pompa elektrik akan bekerja, dan jockey pump secara
otomatis akan berhenti. Dan jika pompa elektrik gagal bekerja secara otomatis,
maka pompa diesel akan bekerja.
Gambar 2.3 : HydrantSystem

3. Fire Fighting Fire Extinguisher


Fire extinguisher atau lebih dikenal dengan nama APAR (Alat Pemadam
Api Ringan) merupakan alat pemadam api yang pemakaiannya dilakukan secara
manual dan langsung diarahkan pada posisi dimana api berada.
Apar biasanya ditempatkan di tempat-tempat strategis yang disesuaikan
dengan peraturan Dinas Pemadam Kebakaran.
Terdapat beberapa jenis Apar yang digunakan, yaitu:
 Apar Tipe A: Murtipupuse Dry Chemical Powder 3,5 Kg
 Apar Tipe B: Gas Co2 6,8 kg
 Apar Tipe C : Gas Co2 10 kg
 Apar Tipe D : Multipupuse Dry Chemical Powder 25 kg

2.1 Pekerjaan Fire Fighting


1. Equipment (Pekerjaan Induk)
Pengadaan dan pemasangan peralatan utama sistem hydrant lengkap dengan
dudukan lengkap dengan steel braket, antivibration spring dan semua aksesoris
yang dibutuhkan lengkap seperti yang terdapat pada gambar dan sesuai spesifikasi
teknis.
A. Electric Fire Pump
Fungsi electric pump adalah untuk memompa air dari fire tank ke seluruh
instalasi hydrant dan sprinkler jika terjadi kebakaran. electric pump harus
dioperasikan secara otomatis.

Gambar 2.4 : Electric Pump

B. Diesel Fire Pump


Fungsi diesel pump adalah untuk memompa air dari dari fire tank ke seluruh
instalasi hydrant dan sprinkler jika terjadi kebakaran dan terjadi pemadaman
listrik yang mengakibatkan electric pump tidak dapat difungsikan. diesel pump
harus dioperasikan secara otomatis.

Gambar 2.5 : Diesel Pump

C. Jockey Fire Pump


Fungsi Jockey Pump adalah untuk menjaga tekanan air didalam sistim
instalasi tetap stabil, sehingga apabila terjadi sedikit kebocoran pada pompa, valve
dan perlengkapan lainnya dalam instalasi, maka Jockey Pump akan
mengembalikan pada tekanan yang di tentukan.

Gambar 2.6 : Jockey Pump


D. Hydrant Box
Hydrant box merupakan box yang digunakan untuk menyimpan fire hydrant
equipment (alat pemadam kebakaran). hydrant box dibuat khusus oleh para
produsen yang bergerak dalam bidang di fire hydrant equipment untuk menjaga
alat pemadam kebakaran tersimpan dengan baik. Posisi hydrant box harus
diketahui agar tidak membutuhkan waktu yang lama ketika mempersiapkan
pemadam api untuk memadamkan kebakaran.

Gambar 2.7 : Hydrant Box


E. Hydrant Pillar
Hydrant Pillar mempunyai fungsi untuk menyuplai air bertekanan dari
jaringan system hydrant. Letaknya diluar gedung dan diatur dengan jarak tertentu.
Jika mengacu pada SNI (Standar Nasional Indonesia) dan NFPA (National Fire
Protection Association) maka peletakan Hydrant Pillar ditentukan berdasarkan
hal berikut:
a) Lokasi dan jumlah output hydrant diperlukan untuk menentukan
kapasitas pompa sebagai media untuk menarik dan menyemprotkan air
dari sumber penampungan.
b) Jarak penempatan hydrant yang baik adalah 30-35 meter antara satu
dengan yang lainnya karna selang fire hose mempunyai panjang 30 meter
dengan semprot airnya bisa mencapai 5 meter.
c) Di bangunan dan gedung yang tingginya lebih dari 8 lantai juga harus
disediakan hydrant untuk mencegah api menjalar ke gedung sebelahnya.
d) Hydrant Pillar dan Hydrant Box diletakkan di tempat yang mudah
dijangkau dan aman, biasanya diletakkan dekat pintu darurat.

Gambar 2.8 : Hydrant Pillar

F. Portable Fire Extinguisher


Fire Extinguisher atau Alat Pemadam Api merupakan alat pemadam api
yang pemakaiannya dilakukan secara manual dan langsung diarahkan pada posisi
dimana api berada.
APAR disediakan pada tempat-tempat strategis yang disesuaikan dengan
peraturan Dinas Pemadam Kebakaran :
a) Untuk setiap 200 m2 ruang terbuka disediakan 1 unit APAR type A
dengan jarak antara setiap unit maksimum 20 meter.
b) Untuk ruang yang dilengkapi dengan pembagi / pembatas ruang,
disediakan 1 unit APAR type A tanpa memperhatikan luas ruang.
c) Untuk daerah/ruang mekanikal-elektrikal berskala kecil disediakan 1 unit
APAR type A dan 1 unit APAR type B.
d) Untuk daerah/ruang mekanikal-elektrikal berskala besar disediakan 1 unit
APAR type A, 1 unit APAR type C dan 1 unit APAR type D.

Gambar 2.9 : Portable Fire Extinguisher

2. Pemipaaan
A. Pemipaan Hydrant
Instalasi pemipaan hydrant adalah instalasi dimana di setiap lantai dari
setiap gedung disediakan hydrant box lengkap dengan perlengkapannya.
Sistem kerja fire hydrant yang terpasang menggunakan sistem air, (media
yang digunakan adalah air). Instalasi pada sistem ini air stand by, sehingga
apabila akan difungsikan harus mengadakan air dari ruang pompa dimana akan
difungsikan dengan membuka landing valve pada IHB tersebut. Sedangkan untuk
system hydrant eksternal disediakan hydrant pillar dan siamesse connection yang
tersebar di area site plant (kawasan).
Gambar 2.10 : Pemipaan Hydrant

B. Pemipaan Sprinkler
Instalasi pemipaan sprinkler adalah instalasi dimana setiap lantai dari setiap
gedung terdapat head sprinkler yang dilengkapi Flow Switch pada pipa induknya.
flow switch ini berfungsi sebagai detector. Bila head sprinkler pecah (break)
mengakibatkan memancarnya air melalui sprinkler, air yang mengalir melalui
pipa akan menggerakkan flow switch untuk mengirim sinyal ke system fire alarm
untuk menyalakan alarm bell.
Sprinklerhead akan bekerja apabila terdapat konsentrasi panas melebihi
68ºC pada daerah dimana titik sprinkler head tersebut terpasang, setelah sprinkler
head pecah secara otomatis, media air yang tertahan oleh head sprinkler akan
dipancarkan melalui penampang head sprinkler untuk pemadaman api.
Pada Instalasi sprinkler sebelum menuju ke mainline lantai juga biasanya
terpasang pressure reducing valve, yang dimaksudkan untuk menurunkan
tekanan yang tinggi menjadi tekanan kerja, (batas maksimum kemampuan head
sprinkler menahan tekanan).
Gambar 2.11: Pemipaan Sprinkler

C. Pemipaan Drain
Instalasi pemipaan drain/vent adalah dimana pada pemipaan ini digunakan
untuk aliran udara yang berfungsi untuk menekan atau mendorong air yang di
pompa.

Gambar 2.12: Pemipaan Drain

3. Valve & Accessories


A. Sprinkler Head
Sprinkler adalah alat yang berguna untuk memadamkan api secara otomatis
dan merupakan bagian darifire sprinkler system yang akan mengeluarkan debit air
ketika terdeteksi ada api, atau ketika ruangan telah melampaui suhu yang telah
ditentukan.

Gambar 2.13 : Sprinkler Upright dan Sprinkler Pendant

B. Branch Control Valve (BCV)


Branch control valve berfungsi untuk membuka dan menutup katup secara
manual ataupun otomatis.

Gambar 2.14 : Branch Control Valve

C. 3-Way Valve
Fungsi dari 3-way valve adalah mematikan aliran air dalam satu pipa saat
membuka aliran air dalam pipa lain, untuk mencampur air dari dua pipa yang
berbeda menjadi satu pipa, atau untuk memisahkan air dari satu pipa menjadi dua
pipa yang berbeda.

Gambar 2.15 : 3-Way Valve

D. Gate Valve
Gate valve adalah jenis katup yang digunakan untuk membuka aliran
dengan cara mengangkat gerbang penutup nya yang berbentuk bulat atau persegi
panjang. Gate valve adalah jenis valve yang paling sering dipakai dalam sistem
perpipaan. Yang fungsinya untuk membuka dan menutup aliran.
Gate valve tidak untuk mengatur besar kecil laju suatu aliran fluida dengan
cara membuka setengah atau seperempat posisinya, Jadi posisi gate pada valve ini
harus benar benar terbuka (fully open) atau benar-benar tertutup (fully close). Jika
posisi gate setengah terbuka maka akan terjadi ketidakstabilan pada aliran tersebut
dan akan menyebabkan :
a) Akan terjadi pengikisan sudut-sudut gate.
b) Terjadi perubahan pada posisi dudukan gerbang penutupnya. Gerbang
penutup akan terjadi pengayunan terhadap posisi dudukan (seat),
sehingga lama kelamaan posisi nya akan berubah terhadap dudukan
(seat) sehingga apabila valve menutup maka gerbang penutupnya tidak
akan berada pada posisi yang tepat.
Gambar 2.16 : Gate Valve

E. Pressure Reducing Valve (PRV)


PRV adalah suatu item yang berfungsi untuk mengatur tekanan air dalam
installasi pipa yang berfungsi untuk menjaga kestabilan aliran air untuk
menghindari tekanan yang berlebih. Pada dasarnya PRV bekerja dengan membran
yang berada di dalam unit.

Gambar 2.17 : Pressure Reducing Valve

F. Automatic Air Vent


Automatic air vent merupakan katup manual yang difungsikan untuk
pembuangan angin dari radiator.
Gambar 2.18 : Automatic Air Vent

G. Flow Meter
Flow meter adalah alat yang digunakan untuk mengetahui adanya suatu
aliran material (liquid, gas, powder) dalam suatu aliran dengan segala aspek aliran
itu sendiri yaitu kecepatan aliran atau flow rate dan total massa atau volume dari
material yang mengalir dalam jangka waktu tertentu atau sering disebut totalizer.
Dengan diketahuinya parameter dari aliran suatu material oleh alat ukur flow
meter yang dikirim berupa data angka dapat juga diteruskan guna menghasilkan
aliran listrik atau sinyal yang bisa digunakan sebagai input pada kontrol atau
rangkaian eletrik lainnya.

Gambar 2.19 : Flow Meter


H. Main Control Valve (MCV)
Main control valve adalah alat yang berfungsi untuk membuka dan menutup
katup secara manual ataupun otomatis.

Gambar 2.10 : Main Control Valve

I. Check Valve
Check valve adalah alat yang digunakan untuk membuat aliran fluida hanya
mengalir ke satu arah saja atau agar tidak terjadi reversed flow/back flow. Aplikasi
valve jenis ini dapat dijumpai pada outlet/discharge dari centrifugal pump. Ketika
laju aliran fluida sesuai dengan arahnya, laju aliran tersebut akan membuat plug
atau disk membuka. Jika ada tekanan yang datang dari arah berlawanan, maka
plug atau disk tersebut akan menutup.

Gambar 2.21 : Check Valve


System Fire Alarm

1. Definisi System Fire Alarm


Sistem fire protection atau disebut juga dengan sistem fire alarm (sistem
pengindra api) adalah suatu sistem terintegrasi yang didesain untuk mendeteksi
adanya gejala kebakaran, untuk kemudian memberikan peringatan (warning)
dalam sistem evakuasi dan ditindaklanjuti secara otomatis maupun manual atau
dengan sistem instalasi pemadam kebakaran (sistem Fire fighting). Peralatan
utama dari sistem protection ini adalah MCFA (Main Control Fire Alarm) atau
disebut juga dengan Fire Alarm Control Panel (FACP). MACP berfungsi
meneriman sinyal masuk (input signal) dari detector dan komponen pendeteksi
lainnya (Fixed Heat Detector dan Smoke Detector). Fire alarm juga dikenal
memiliki 2 sistem ( Sistem Addrassable dan Sistem Konvensional).

A. Sistem Konvensional
Sistem Konvensional yaitu yang menggunakan kabel isi dua untuk
hubungan antar detector ke detector dan ke Panel. Kabel yang dipakai umumnya
kabel listrik NYM 2x1.5mm atau NYMHY 2x1.5mm yang ditarik di dalam pipa
conduit semisal EGA atau Clipsal. Pada instalasi yang cukup kritis kerap dipakai
kabel tahan api (FRC=Fire Resistance Cable) dengan ukuran 2x1.5mm, terutama
untuk kabel-kabel yang menuju ke Panel dan sumber listrik 220V. Oleh karena
memakai kabel isi dua, maka instalasi ini disebut dengan 2-Wire Type. Selain itu
dikenal pula tipe 3-Wire dan 4-Wire.
Pada 2-Wire Type nama terminal pada detectornya adalah L(+) dan Lc(-).
Kabel ini dihubungkan dengan Panel Fire Alarm pada terminal yang berlabel L
dan C juga.Hubungan antar detector satu dengan lainnya dilakukan secara paralel
dengan syarat tidak boleh bercabang yang berarti harus ada titik awal dan ada titik
akhir.
Titik akhir tarikan kabel disebut dengan istilah End-of-Line (EOL). Di titik
inilah detector fire terakhir dipasang dan di sini pulalah satu loop dinyatakan
berakhir (stop). Pada detector terakhir ini dipasang satu buah EOL Resistor. Jadi
EOL Resistor ini dipasang di ujung loop, jumlahnyapun hanya satu EOL Resistor
pada setiap loop. Oleh sebab itu bisa dikatakan 1 Loop = 1 Zone yang ditutup
dengan Resistor End of Line (EOL Resistor).
Adapun tentang istilah konvensional, maka istilah ini untuk
membedakannya dengan system Addressable. Pada sistem konvensional, setiap
detector hanya berupa kontak listrik biasa, tidak mengirimkan ID Alamat yang
khusus.
3-Wire Type digunakan apabila dikehendaki agar setiap detector memiliki
output masing-masing yang berupa lampu. Contoh aplikasinya, misalkan untuk
kamar-kamar hotel dan rumah sakit. Sebuah lampu indicator yang disebut Remote
Indicating Lamp dipasang di atas pintu bagian luar setiap kamar dan akan
menyala pada saat detector mendeteksi. Dengan begitu, maka lokasi kebakaran
dapat diketahui orang luar melalui nyala lampu.
4-Wire Type umumnya digunakan pada kebanyakan Smoke Detector 12V
agar bisa dihubungkan dengan Panel Alarm Rumah. Seperti diketahui Panel
Alarm Rumah menggunakan sumber 12VDC untuk menyuplai tegangan ke sensor
yang salah satunya bisa berupa Smoke Detector tipe 4-Wire ini. Di sini, ada 2
kabel yang dipakai sebagai supply +12V dan -12V, sedangkan dua sisanya adalah
relay NO - C yang dihubungkan dengan terminal bertanda ZONE dan COM pada
panel alarm. Selain itu tipe 4-wire ini bisa juga dipakai apabila ada satu atau
beberapa Detector "ditugaskan" untuk men-trigger peralatan lain saat terjadi
kebakaran, seperti: mematikan saklar mesin pabrik, menghidupkan mesin pompa
air, mengaktifkan sistem penyemprot air (sprinkler system atau releasing agent)
dan sebagainya. Biasanya detector 4-wire memiliki rentang tegangan antara
12VDC sampai dengan 24VDC.

B. Sistem Addressable.
Sistem Addressable kebanyakan digunakan untuk instalasi Fire Alarm di
gedung bertingkat, semisal hotel, perkantoran, mall, rumah sakit dan sejenisnya.
Perbedaan paling mendasar dengan sistem konvensional adalah dalam hal
Address (Alamat). Pada sistem ini setiap detector memiliki alamat sendiri-sendiri
untuk menyatakan identitas ID dirinya. Jadi titik kebakaran sudah diketahui
dengan pasti, karena panel bisa menginformasikan deteksi berasal dari detector
yang mana. Sedangkan sistem konvensional hanya menginformasikan deteksi
berasal dari Zone atau Loop, tanpa bisa memastikan detector mana yang
mendeteksi, sebab 1 Loop atau Zone bisa terdiri dari 5 bahkan 10 detector, bahkan
terkadang lebih.
Agar bisa menginformasikan alamat ID, maka di sini diperlukan sebuah
module yang disebut dengan Monitor Module. Ketentuannya adalah satu module
untuk satu,sehingga diperoleh sistem yang benar-benar addressable (istilahnya
fully addressable). Sedangkan addressable detector adalah detector konvensional
yang memiliki module yang built-in. Apabila detector konvensional akan
dijadikanaddressable, maka dia harus dihubungkan dulu ke monitor module yang
terpisah.
Dengan teknik rotary switch ataupun DIP switch, alamat module detector
dapat ditentukan secara berurutan, misalnya dari 001 sampai dengan 127.
Satu hal yang menyebabkan sistem addressable ini “kalah pemasangannya”
dibandingkan dengan sistem konvensional adalah masalah harga. Lebih-lebih jika
menerapkan fully addressable dimana jumlah module adalah sama dengan jumlah
keseluruhan detector, maka cost-nya lumayan mahal. Sebagai "jalan tengah"
ditempuh cara “semi-addressable”, yaitu panel dan jaringannya menggunakan
Addressable, hanya saja satu module melayani beberapa detector konvensional.
Dalam panel addressable tidak terdapat terminal Zone L-C, melainkan yang ada
adalah terminal Loop. Dalam satu tarikan loop bisa dipasang sampai dengan 125 -
127 module. Artinya jumlah detector-nya bisa sampai 127 titik alias 127 zone
fully addressable hanya dalam satu tarikan saja. Jadi untuk model panel
addressable berkapasitas 1-Loop sudah bisa menampung 127 titik detector (127
zone). Jenis panel addressable 2-Loop artinya bisa menampung 2 x 127 module
atau sama dengan 254 zone dan seterusnya.

Pekerjaaan Fire Alarm


1. Equipment (Pekerjaan Induk)
Pengadaan dan pemasangan peralatan utama Fire Alarmlengkap dengan
kedudukan dan lengkap dengan semua aksesoris yang dibutuhkan lengkap seperti
yang terdapat pada gambar dan sesuai spesifikasi teknis.
A. ROR (Rate of Rise) Heat Detector
Heat detector adalah pendeteksi kenaikan panas. Jenis ROR adalah yang
paling banyak digunakan saat ini, karena selain ekonomis juga aplikasinya luas.
Area deteksi sensor bisa mencapai 50m2 untuk ketinggian plafon 4m. Sedangkan
untuk plafon lebih tinggi, area deteksinya berkurang menjadi 30m2. Ketinggian
pemasangan max. hendaknya tidak melebihi 8m. ROR banyak digunakan karena
detector ini bekerja berdasarkan kenaikan temperatur secara cepat di satu ruangan
kendati masih berupa hembusan panas sensor ini sudah aktif dan membunyikan
alarm bell kebakaran. Dengan begitu bahaya kebakaran (diharapkan) tidak sempat
meluas ke area lain. ROR sangat ideal untuk ruangan kantor, kamar hotel, rumah
sakit, ruang server, ruang arsip, gudang pabrik dan lainnya.
Prinsip kerja ROR sebenarnya hanya saklar bi-metal biasa. Saklar akan
kontak saat mendeteksi panas. Karena tidak memerlukan tegangan (supply), maka
bisa dipasang langsung pada panel alarm rumah. Dua kabelnya dimasukkan ke
terminal Zone-Com pada panel alarm. Jika dipasang pada panel Fire Alarm, maka
terminalnya adalah L dan LC. Kedua kabelnya boleh terpasang terbalik, sebab
tidak memiliki plus-minus. Sedangkan sifat kontaknya adalah NO (Normally
Open).

Gambar 2.22 : ROR (Rate Of Rase)Heat Detector

B. Smoke Detector
Smoke Detector mendeteksi asap yang masuk ke dalamnya. Asap memiliki
partikel-partikel yang kian lama semakin memenuhi ruangan smoke (smoke
chamber) seiring dengan meningkatnya intensitas kebakaran. Jika kepadatan asap
ini (smoke density) telah melewati ambang batas (threshold), maka rangkaian
elektronik di dalamnya akan aktif. Oleh karena berisi rangkaian elektronik, maka
Smoke memerlukan tegangan. Pada tipe 2-Wire tegangan ini disupply dari panel
Fire bersamaan dengan sinyal, sehingga hanya menggunakan 2 kabel saja.
Sedangkan pada tipe 4-Wire (12VDC), maka tegangan plus minus 12VDC-nya
disupply dari panel alarm biasa sementara sinyalnya disalurkan pada dua kabel
sisanya. Area proteksinya mencapai 150m2 untuk ketinggian plafon 4m.

a) Jenis Smoke Detector


 Ionisation Smoke Detector
Jenis ini bekerja berdasarkan tumbukan partikel asap dengan unsur
radioaktif Am di dalam ruang detector (smoke chamber).

 Photoelectric Type Smoke Detector


Jenis ini bekerja berdasarkan pembiasan cahaya lampu LED di dalam
ruang detector oleh adanya asap yang masuk dengan kepadatan
tertentu, jenis ini yang di pakai dalam pekerjaan rumah sakit UNAND.

 Smoke Ionisasi
Jenis ini cocok untuk mendeteksi asap dari kobaran api yang cepat
(fast flaming fires), tetapi jenis ini lebih mudah terkena false alarm,
karena sensitivitasnya yang tinggi. Oleh karenanya lebih cocok untuk
ruang keluarga dan ruangan tidur.

 Smoke Optical (Photoelectric)


Jenis ini lebih baik untuk mendeteksi asap dari kobaran api kecil,
sehingga cocok untuk di hallway (lorong) dan tempat-tempat rata.
Jenis ini lebih tahan terhadap false alarm dan karenanya boleh
diletakkan di dekat dapur.
Gambar 2.23 : Smoke Detektor (Type Photo Elektric)

C. Main Control Panel Fire Alarm (MCP-FA)


Tampak luar Panel Fire Alarm umumnya berupa metal kabinet dari bahan
yang kokoh. Pada beberapa tipe ada yang berwarna merah, mungkin dengan
maksud agar bisa dibedakan dengan panel listrik ataupun panel instrumentasi
lainnya.
Dalam sistem alarm, panel berfungsi sebagai pusat pengendali semua sistem
dan merupakan inti dari semua sistem alarm. Oleh sebab itu, maka lokasi
penempatannya harus direncanakan dengan baik, terlebih lagi pada sistem Fire
Alarm. Syarat utamanya adalah tempatkan panel sejauh mungkin dari lokasi yang
berpotensial menimbulkan kebakaran dan jauh dari campur tangan orang yang
tidak berhak. Perlu diingat, kendati bukan merupakan alat keselamatan, namun
sistem Fire Alarm sangat bersangkutan jiwa manusia, sehingga kekeliruan sekecil
apapun sebaiknya diantisipasi sejak dini.
Panel Fire Alarm memiliki kapasitas zone, misalnya 1 Zone, 5 Zone, 10 dan
seterusnya. Pemilihan kapasitas panel disesuaikan dengan banyaknya lokasi yang
akan diproteksi, selain tentu saja pertimbangan soal harga. Di bagian depannya
tertera sederetan lampu indikator yang menunjukkan aktivitas sistem. Kesalahan
sekecil apapun akan terdeteksi oleh panel ini, diantaranya:
a) Indikator Zone yang menunjukkan Lokasi Kebakaran (Fire) dan kabel
putus (Zone Fault).
b) Indikator Power untuk memastikan bagus tidaknya pasokan listrik pada
sistem.
c) Indikator Battery untuk memastikan kondisi baterai masih penuh atau
sudah lemah.
d) Indikator Attention untuk mengingatkan operator akan adanya posisi
switch yang salah.
e) Indikator Accumulation untuk menandakan bahwa sesaat lagi akan
terjadi deteksi dan sederetan indikator lainnya.
Panel Fire Alarm tidak memerlukan pengoperasian manual secara rutin,
karena secara teknis ia sudah beroperasi selama 24 jam non-stop. Namun yang
diperlukan adalah pengawasan dan pemeliharaan oleh pekerja yang memang
sebaiknya ditunjuk khusus untuk melakukan itu. Setiap kesalahan (trouble) yang
terjadi harus segera dilaporkan dan ditindaklanjuti, sebab kita tidak pernah tahu
kapan terjadinya bahaya kebakaran.
Pengujian berkala perlu dilakukan sedikitnya dua kali dalam setahun guna
memastikan keseluruhan sistem bekerja dengan baik. Untuk menguji sistem
diperlukan satu standar operasi yang benar, jangan sampai menimbulkan
kepanikan luar biasa bagi orang-orang di sekitarnya disebabkan oleh bunyi bell
alarm dari sistem yang kita uji.

Gambar 2.24 Main Control Panel Fire Alarm (MCP-FA)


D. Manual Call Point (MCP)
Fungsi alat ini adalah untuk mengaktifkan sirine tanda kebakaran (Fire Bell)
secara manual dengan cara memecahkan kaca atau plastik transparan di bagian
tengahnya. Istilah lain untuk alat ini adalah Emergency Break Glass. Di dalamnya
hanya berupa saklar biasa yang berupa microswitch atau tombol tekan. Salah satu
aspek yang harus diperhatikan adalah soal lokasi penempatannya. Terbaik jika
unit ini diletakkan di lokasi yang:
a) sering terlihat oleh banyak orang,
b) terlewati oleh orang saat berlarian ke luar bangunan,
c) mudah dijangkau.
Untuk menguji fungsi alat ini tidak perlu dengan memecahkan kaca, karena
sudah tersedia tongkat atau kunci khusus, sehingga saklar bisa tertekan tanpa
harus memecahkan kaca. Kaca yang telanjur retak atau pecah bisa diganti dengan
yang baru.
Di beberapa tipe ada yang dilengkapi dengan fungsi intercom (TEL).
Petugas penguji dapat melakukan komunikasi dengan penjaga di Panel Control
Room dengan memasukkan handset telepon ke dalam jack pada MCP. Seketika
itu juga telepon di panel akan aktif,sehingga kedua orang ini bisa saling
berkomunikasi.

Gambar 2.25 : Manual Call Point / Emergency Break Glass

E. Fire Bell
Fire Bell akan membunyikan bunyi alarm kebakaran yang khas. Suaranya
cukup nyaring dalam jarak yang relatif jauh. Tegangan output yang keluar dari
dari panel Fire Alarm adalah 24VDC, sehingga jenis Fire Bell 24VDC-lah yang
banyak dipakai saat ini, sekalipun versi 12VDC juga tersedia. Perlu diperhatikan
dalam pemasangan Fire Bell (pada tipe Gong) adalah kedudukan piringan bell
terhadap batang pemukul piringan jangan sampai salah. Jika tidak pas, maka
bunyi bell menjadi tidak nyaring. Aturlah kembali dudukannya dengan cermat
sampai bunyi bel terdengar paling nyaring.

Gambar 2.26 Fire Bell

F. Indicator Lamp
Indicator lamp adalah lampu yang berfungsi sebagai pertanda aktif-tidaknya
sistem Fire Alarm atau sebagai pertanda adanya kebakaran

Gambar 2.27 : Indicator Lamp

2.2 Tata Suara ( Sound System )


Tata suara bangunan biasa digabungkan dengan sistem keamanan, sistem
tanda bahaya, dan sitem pengaturan waktu terpusat. Sistem tata suara suara
biasanya diintegrasikan sistem tanda bahaya mendapatkan prioritas sinyal dari
sistem tata suara untuk membunyikan tanda bahaya (sirine) atau program panduan
evakuasi ke seluruh bangunan.
1. Bagian Sistem Sound System
A. Back Ground Music(BGM)
Adalah Music/Suara yang dapat disampaikan secara luas melalui speaker
yang telah terpasang sesuai dengan rencana. Music/Suara dapat diatur pada
Sentral Tata Suara(rak sistem)yang telah ditata sedemikian rupa sehingga dapat
menghasilkan suara yang baik. Sentral Tata Suara(rak sistem)dilengkapi dengan
Double Cassette Deck,Tuner AM/FM,MP3 dan CD Player sebagai sarana yang
dapat dipergunakan sesuai kebutuhan.yang telah disesuaikan dengan rencana.

B. Public Address (PA)


Adalah sarana penyampaian informasi umum dapat dilakukan dengan cepat
karena speaker yang terpasang, penyampaian informasi didukung Sentral Tata
Suara (rak sistem) yang dapat diatur sedemikian rupa juga telah dilengkapi
dengan Paging Microphone yang telah terpasang.

C. Emergency(EMC )
Saat keadaan Emergenc, informasai kedaan darurat/bahaya yang bertujuan
untuk evakuasi, keselamatan dan keamanan akan dapat diketahui dengan
cepat.Setelah Sentral Tata Suara mendapatkan sinyal tanda bahaya dari panel
alarm, Mixer Pre. Amplifier akan memutuskan semua input dari Cassette Deck,
MP3 & CD Player lalu memberikan prioritas utama untuk bunyi SIRINE, jadi
setalah Mixer Pre. Amplifier menerima sinyal dari panel alarm, secara otomatis
semua input akan terputus,kecuali input dari Emergency Microphone, jadi
operator tetap dapat memberikan pesan peringatan.

D. Car Call (CC)


Sarana penyampaian informasi kepada orang/pengendara kendaraan dengan
cepat dan mudah karena untuk sistem Car Call ini selain speaker juga dilengkapi
dengan Rak Sistem Car Call dan Microphone yang telah terpasang pada area-area
yang telah disesuaikan dengan rencana.
Pengoperasian Sistem Tata Suara
System tata suara berdasarkan ara pengoperasiannya dikelompokan dalam
dua kategori utama antara lain :

A. Sistem Sederhana
System sederhan ini biasanya digunakan yang tidak terlalu kompleks dan
bangunan banginan berlantai sedikit yang memerlukan system suara yang tidak
kompleks. Sistem sederhana ini bertujuan untuk suara dapat didengar oleh orang
banyak dengan cara memperkuat sinyal suara dan. Pada system ini tidak
memerlukan ruangan yang cukup luas untuk operator pengontrol suara.

B. Sentral program
Sentral program ini akan melayani area perkantoran dan area produksi
direncanakan untuk dapat difungsikan dengan prioritas program sebagai evakuasi
kebakaran dan paging atau panggilan saja untuk area produksi, sedangkan
program background music dipasang untuk melayani area perkantoran.

Pekerjaaan Sound System


2. Equipment (Pekerjaan Induk)
Pengadaan dan pemasangan peralatan utama Sound Systemlengkap dengan
kedudukan dan lengkap dengan semua aksesoris yang dibutuhkan lengkap seperti
yang terdapat pada gambar dan sesuai spesifikasi teknis.

A. Celling Speaker
Berfungsi sebagai pengeras suara namun letaknya seperti lampu di plafond.

Gambar 2.28Celling Speaker


B. Horn Speaker
Berfungsi sebagai pengeras suara pada ruangan yang tak menggunakan
plafond atau tempat parkir.

Gambar 2. 29horn speaker

C. Wall speaker
Berfungsi sebagai pengeras suara yang terletak pada dinding.

Gambar 2.30wall speaker


D. Emergency column speaker
Berfungsi sebagai pengeras suara yang teletak pada kolom bangunan

Gambar 2. 31emergency column speaker

Anda mungkin juga menyukai