Anda di halaman 1dari 104

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKO

DINAS PERUMAHAN DAN GEDUNG PEMERINTAH TA JAKARTA


PROVINSI U
DKI JAKARTA DAERAH

RENCANA KERJA DAN


SYARAT TEKNIS ( RKS )

KEGIATAN
: PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB
LOKASI
: CIRACAS - JAKARTA TIMUR
TAHUN ANGGARAN : 2015

Konsultan Perencana :
PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB i
JAKARTA

DAFTAR ISI
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT ( RKS )
HAL
BAB I SYARAT-SYARAT TEKNIS DAN BAHAN
Pasal 1 Situasi 1
Pasal 2 Lingkup Pekerjaan 1
Pasal 3 Pekerjaan Pelaksanaan 1
Pasal 4 Ukuran 2
Pasal 5 Pekerjaan Persiapan 2
Pasal 6 Pematangan Lokasi 3

BAB II KETENTUAN TEKNIS UMUM PEKERJAAN


Pasal 1 Rencana Pelaksanaan Pekerjaan 5
Pasal 2 Organisasi Pelaksana Lapangan 5
Pasal 3 Tenaga Kerja Lapangan 6
Pasal 4 Bahan dan Peralatan 6
Pasal 5 Mobilisasi 7
Pasal 6 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan 7
Pasal 7 Laporan Kemajuan Pekerjaan 8
Pasal 8 Foto-foto Proyek 8
Pasal 9 Perbedaan Ukuran 9
Pasal 10 Sarana Penunjang Proyek 9
Pasal 11 Papan Nama Proyek 10
Pasal 12 Perubahan Pekerjaan 11
Pasal 13 Kesehatan dan Keselamatan Kerja 11

BAB III SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR


Pasal 1 Pekerjaan Galian Dan Urugan 14
Pasal 2 Pekerjaan Pondasi Batu Kali 17
Pasal 3 Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang 17
Pasal 4 Pekerjaan Acuan/Bekisting 20
Pasal 5 Pekerjaan Beton Bertulang 22
Pasal 6 Pekerjaan Beton Tidak Bertulang 31

BAB IV SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN ARSITEKTUR


Pasal 1 Pekerjaan Finishing Lantai 33
Pasal 2 Pekerjaan Dinding dan Plesteran 34
Pasal 3 Pekerjaan Cat dan Finishing 35

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB i
JAKARTA

Pasal 4 Pekerjaan Kusen, Daun Pintu, dan Jendela Alumunium 36


Pasal 5 Pekerjaan Kaca 41
Pasal 6 Pekerjaan Penggantung dan Pengunci 42
Pasal 7 Pekerjaan Logam Bukan Struktur 42
Pasal 8 Pekerjaan Water proofing 44

BAB V SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL DAN


PLUMBING
Pasal 1 Pekerjaan Elektrikal 45
Pasal 2 Pekerjaan Fire Alarm 61
Pasal 3 Pekerjaan Genset 66
Pasal 4 Pekerjaan Penangkal Petir 73
Pasal 5 Pekerjaan Plumbing 75
Pasal 6 Pekerjaan Hidrant 83

BAB VI SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN SITE DEVELOPMENT


Pasal 1 Pekerjaan Urugan (Fill) dan Pemadatan Tanah 89
Pasal 2 Pekerjaan Saluran Drainase Terbuka 90
Pasal 3 Pekerjaan Kanstin 90
Pasal 4 Pekerjaan Paving Block 91
Pasal 5 Pekerjaan Lansekap/Pertamanan 91
Pasal 6 Pekerjaan Bangunan Lain 93

BAB VII PENUTUP 94

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 1
JAKARTA

BAB I
SYARAT-SYARAT TEKNIS DAN BAHAN

Pasal 1
SITUASI

(1) PEMBANGUNAN PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PEMADAM KEBAKARAN DAN


PENANGGULANGAN BENCANA (PUSDIKLATKAR) JAKARTA akan dilaksanakan pada lokasi
yang telah ditetapkan di Ciracas, Jakarta Timur.
(2) Calon pemborong wajib meneliti situasi medan, terutama kondisi tanah, sifat dan luasnya
pekerjaan dan hal-hal lain yang berpengaruh terhadap penawarannya, disamping
ketentuan-ketentuan dalam RKS.
(3) Kelalaian dan kurang ketelitian dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk
mengajukan claim dikemudian hari.

Pasal 2
LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan yang harus dilaksanakan pada lokasi tersebut di atas meliputi:


1. Pekerjaan persiapan dan pembersihan lokasi.
2. Pekerjaan Pembangunan Gedung pada :
- Pekerjaan Gedung Simulasi
- Pekerjaan Gedung Aula Serba guna
- Pekerjaan Rumah Dinas tipe 180, 1 unit
- Pekerjaan Rumah Dinas tipe 100, 3 unit
- Pekerjaan Klinik
- Pekerjaan Kolam Renang
- Pekerjaan Kolam Rescue
3. Pekerjaan Site Development.
4. Unsur penunjang lainnya dan segala sesuatu yang nyata-nyata termasuk dalam pekerjaan.

Pasal 3
PEKERJAAN PELAKSANAAN

Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan, Pemborong harus menyediakan :


(1) Pelaksana ahli yang mengerti gambar dan cara-cara pelaksanaan.
(2) Pelaksana yang trampil dalam bidang pekerjaan.
(3) Pompa air mesin pemadat tanah, alat-alat pengukur seperti waterpas, penyekat tegak dan
alat-alat bantu lainnya, diperlukan untuk ketelitian, kerapihan ketepatan pekerjaan.
(4) Bahan yang harus sudah ada ditempat menjelang waktu pengerjaan sehingga tidak akan
terjadi kelambatan pelaksanaan dari jadwal yang telah ditentukan.

Pasal 4
UKURAN

(1) Satuan Ukur


Semua ukuran tersebut dalam gambar kerja dinyatakan dalam ukuran matrik, kecuali
untuk baut-baut dan sejenisnya dalam inch.
(2) Ukuran Penduga

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 2
JAKARTA

Ukuran penduga adalah induk ukuran darimana semua ketinggian dan kedalaman diambil,
berupa balok sepanjang 200 cm berpenampang 5 x 5 cm dengan semua sisi diketam rata
dimeni 2 kali sepanjang tegak lurus pada tanah bangunan sedalam 100 cm.
Ukuran Penduga ini dinyatakan dengan huruf (P) dibuat oleh Pemborong dibawah
pengawasan Direksi dan dipelihara selama pelaksanaan.
(3) Ukuran pokok lebih kurang + 0.00 adalah tinggi lantai bangunan induk dalam hal ini peil
Selasar Lantai Dasar yang ditentukan +60 cm dari muka tanah yang telah dimatangkan.
Selanjutnya semua ukuran tinggi dalam gambar diambil dari tinggi lantai + 0.00 ini.

Pasal 5
PEKERJAAN PERSIAPAN

(1) Papan Nama Proyek


a. Kontraktor wajib membuat dan memasang papan nama proyek dengan ukuran lebar
1.20 m, panjang 2.40 m dari papan multiplek, dilengkapi dengan tulisan sesuai
petunjuk Direksi.
b. Ditanam dalam halaman depan dengan dicor beton adukan 1 pc:2 pc:3 kr. yang kuat.

(2) Izin Mendirikan Bangunan


Kontraktor wajib membayar/mengganti biaya pengurusan IMB kepada konsultan
Perencana selambat-lambatnya 3 (tiga) minggu setelah SPK pelaksanaan dikeluarkan.

(3) Papan Bangunan (Bouwplank)


a. Setelah Permukaan tanah yang akan dibangun, bangunan dibersihkan dari kotoran
sampah maupun pohon, baru diizinkan membuat papan bangunan.
b. Papan bangunan dari kayu borneo tebal 2 cm dengan tiang kaso 5/10 jarak tiang 1
meter.
c. Papan bangunan permukaan atasnya ditempatkan setinggi lantai bangunan induk
(peil ± 0.00) dan minimal 2 m dari As Bangunan kearah luar.
d. Papan Bangunan boleh dibongkar sesudah mulai pekerjaan dinding bata.
e. Patok peil beton dibuat dari beton 15 x 15cm.

(4) Penyediaan Air Kerja


a. Air kerja diadakan dengan membuat sumur pantek. Sekeliling dipasang lantai beton
adukan 1 pc : 2 pc : 3 kr seluas 1 m tebal 10 cm.
c. Peletakan pompa ditentukan oleh pengawas lapangan.
d. Pompa ini tidak boleh dibongkar dan menjadi milik proyek, pada penyerahan kedua
diserahkan dalam keadaan baik dan berfungsi.
e. Apabila air dilokasi tidak memenuhi persyaratan, maka kontraktor harus
mendapatkannya dengan membeli air yang memenuhi persyaratan.

5) Ketetapan letak bangunan diukur dengan patok yang dipancang kuat-kuat dan papan
terentang dengan ketebalan 2 cm diketam rata pada sisinya. Pemborong harus
menyediakan orang yang ahli dalam cara-cara mengukur. Alat-alat penyipat datar
(theodolit, waterpas) prisma silang harus selalu berada di lapangan.

6) Pembongkaran dan Pembersihan.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 3
JAKARTA

a. Semua penghalang dalam batas tanah bangunan yang menghalangi jalannya pekerjaan
harus dibongkar atau dibersihkan dan dipindah dari tanah bangunan, kecuali hal-hal
yang tercantum dalam gambar atau yang ditentukan oleh Pemberi Tugas. Dilindungi
agar tetap utuh. Pelaksanaan pembongkaran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya
untuk menghindarkan harta/benda yang berdekatan dari kerusakan.
b. Apabila terdapat pondasi bekas bangunan eksisting, pembongkaran sepenuhnya
menjasi tanggung jawab kontraktor pelaksana dan harap diperhitungkan dalam
schedule pelaksanaannya.
c. Kerusakan yang terjadi pada harta/benda intansi atau badan lain atau perorangan di
dalam atau di luar halaman karena alasan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan harus
diperbaiki tanpa penambahan biaya dari Pemberi Tugas.
d. Semua pohon semak, rumput dan tumbuh-tumbuhan lainnya yang ada di daerah yang
harus diurug, harus dihilangkan/dibersihkan yang sebelumnya harus dikoordinasikan
dengan pengawas teknis.

7) Perlindungan Pada Benda-benda yang berfaedah.


a. Semua saluran-saluran yang masih berfungsi, riol, air, listrik atau benda-benda lain
yang berfaedah, harus dilindungi agar tidak rusak, kecuali kalau dinyatakan untuk
dihilangkan. Bila timbul kerusakan harus diperbaiki atau diganti Pemborong.
b. Daerah tapak bangunan yang letaknya lebih rendah dari pada tinggi tanah
sekelilingnya, harus dilindungi dari erosi yang terjadi, antara lain dengan cara
pembuatan tanggul-tanggul tanah dan selokan sementara.

8) Penebangan Pohon.
Kelestarian segala jenis pohon-pohon yang ada di dalam halaman harus dijaga, sesuai
dengan petunjuk yang dinyatakan dalam gambar.

Pasal 6
PEMATANGAN LOKASI

(1) Galian Pondasi


a. Galian pondasi dibuat sesuai dengan gambar.
b. Tanah bekas galian ditumpuk diluar papan bangunan.
(2) Galian Saluran Air Hujan
a. Galian jalur ini dibuat sesuai dengan gambar.
b. Tanah bekas galian dapat dipergunakan menimbun ruangan bangunan setelah
dibersihkan dari sampah yang mengotorinya.
c. Galian semuanya dibuat sesuai dengan gambar.
(3) Pemotongan Tanah
a. Pemotongan tanah dilakukan untuk lokasi yang keadaan permukaan tanahnya lebih
tinggi dari peil lantai yang telah ditentukan.
b. Tanah bekas pemotongan ini dibuat dan diratakan dihalaman bangunan yang rendah.
Bila tidak ada halaman yang rendah ditimbun disuatu tempat yang akan ditentukan
kemudian pada waktu pelaksanaan oleh Direksi.
c. Muka Tanah dimana akan didirikan bangunan di atasnya, harus dibentuk dengan rata
menurut garis-garis dan ketinggian yang sudah ditentukan dalam gambar rencana.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 5
JAKARTA

BAB II
KETENTUAN TEKNIS UMUM PEKERJAAN

PASAL 1.
RENCANA PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Rapat Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan


a. Sebelum Pelaksanaan Pekerjaan, Pengguna Barang/Jasa bersama-sama dengan
penyedia barang/jasa, perencana, pengawas teknis, suku dinas terkait dan instansi
terkait lainnya, terlebih dahulu menyusun rencana pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan surat perjanjian /kontrak.
b. Pengguna barang/jasa harus menyelenggarakan rapat persiapan pelaksanaan kontrak
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak diterbitkan SPMK.
c. Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat persiapan pelaksanaan
pekerjaan adalah :
1) Organisai kerja.
2) Tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan.
3) Jadwal pelaksanaan pekerjaan.
4) Jadwal pengadaan bahan, mobilisasi peralatan dan personil.
5) Penyusunan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lapangan.
6) Pendekatan kepada masyarakat dan pemerintah daerah setempat mengenai
rencana kerja.
7) Penyusunan program mutu proyek.

2. Pengguna Program Mutu


a. Program mutu pengadaan barang/jasa harus disusun oleh penyedia barang/jasa dan
disepakati pengguna barang/jasa pada rapat persiapan pelaksanaan kontrak dan dapat
direvisi sesuai dengan kondisi di lapangan.
b. Program mutu pengadaan barang/jasa paling tidak berisi :
1) Informasi pengadaan barang/jasa.
2) Organisasi proyek, pengguna barang/jasa dan penyedia barang/jasa.
3) Jadwal pelaksanaan.
4) Prosedur pelaksanaan pekerjaan.
5) Prosedur instruksi kerja.
6) Pelaksanaan kerja.
c. Pemeriksaan bersama
1) Tahap awal periode pada pelaksanaan pekerjaan, pengguna barang/jasa bersama-
sama dengan penyedia barang/jasa melakukan pemeriksaan bersama.
2) Untuk pemeriksaan bersama ini, pengguna barang/jasa dapat membentuk panitia
peneliti pelaksanaan kontrak.

PASAL 2.
ORGANISASI PELAKSANAAN LAPANGAN

1. Untuk melaksanakan pekerjaan/proyek sesuai yang ditetapkan dalam surat


perjanjian/kontrak, penyedia barang / jasa harus membuat organisasi pelaksanaan
lapangan, dengan pembagian tugas, fungsi dan wewenang yang jelas tanggung jawabnya
masing-masing.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 6
JAKARTA

2. Penempatan personil harus proporsional dan sesuai dengan keahlian bidang tugasnya
masing-masing sedangkan untuk tenaga-tenaga ahlinya harus memenuhi ketentuan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, sesuai dengan golongan, bidang dan
kualifikasi perusahaan penyedia barang/jasa yang bersangkutan.
3. Untuk pelaksanaan pekerjaan/proyek penyedia barang/jasa menunjuk penanggung jawab
lapangan (Kepala Proyek), yang dalam penunjukannya terlebih dahulu harus mendapatkan
persetujuan Kuasa Pengguna Anggaran.
4. Penyedia barang/jasa tidak diperkenankan memberikan pekerjaan lain kepada wakil
ataupun para penanggungjawab lapangan, diluar pekerjaan/proyek yang bersangkutan.
5. Selama jam-jam kerja tenaga ahli/wakilnya atau para penanggungjawab lapangan harus
berada dilapangan pekerjaan kecuali berhalangan / sakit dan penyedia barang/jasa harus
menunjuk / menempatkan penggantinya apabila yang bersangkutan berhalangan.
6. Jika ternyata penanggung jawab teknis tersebut tidak memenuhi ketentunan yang telah
ditetapkan, maka Kuasa Pengguna Anggaran berhak memerintahkan penyedia barang/jasa
supaya segera mengganti dengan orang lain yang ahli dan berpengalaman.

PASAL 3
TENAGA KERJA LAPANGAN

1. Penyedia barang/jasa wajib memperkerjakan tenaga kerja yang terampil dan


berpengalaman, sesuai keahliannya dalam jumlah yang cukup sesuai volume dan
kompleksitas pelaksanaan pekerjaan.
2. Penyedia barang/jasa harus melaksanakan ketertiban, kebersihan, kesehatan dan
keamanan lokasi / pekerjaan, dengan menyediakan fasilitas sarana dan prasarana kerja
memadai.
3. Penyedia barang/jasa harus menyediakan tempat tinggal yang memadai dan tidak
mengganggu lingkungan, untuk para tenaga kerja yang tinggal sementara dilokasi pekerjaan
/ proyek.
4. Penyedia tenaga kerja harus dilaporkan kepada pengguna barang/jasa, dalam bentuk
tenaga kerja yang dilampiri identitas diri dan tanda pengenal setiap tenaga kerja.

PASAL 4
BAHAN DAN PERALATAN

1. Bahan Peralatan dan segala sesuatu yang diperlukan untuk melaksanakan peketjaan sesuai
dalam surat perjanjian/kontrak, adalah disediakan oleh penyedia barang/jasa.
2. Bahan material yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan, adalah :
a. Sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.
b. Memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan dalam surat /perjanjian/kontrak, RKS,
gambar dan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan.
c. Sebelum digunakan/dipasang harus diajukan contoh atau brosur setiap bahan dan
peralatan tersebut untuk mendapat persetujuan dari pengguna barang/jasa.
d. Pengguna barang/jasa berhak melakukan pengujian dan menolak terhadap bahan dan
peralatan yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan apabila ternyata tidak
memenuhi ketentuan dan persyaratan yang ditetapkan.
3. Bahan dan peralatan yang ditolak pengguna barang/jasa harus segera disingkirkan dari
lokasi / lapangan proyek, dalam waktu 2 (dua) hari kerja sejak tanggal penolakan dilakukan.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 7
JAKARTA

4. Apabila terdapat bahan dan peralatan yang digunakan/dipasang belum atau telah
mendapat persetujuan, ternyata tidak memenuhi kualifikasi atau spesifikasi teknis yang
dipersyaratkan maka penyedia barang/jasa wajib mengganti/memperbaiki dengan beban
biaya sendiri dan tidak berhak menuntut ganti rugi.
5. Apabila bahan dan peralatan yang akan digunakan ternyata tidak ada lagi dipasaran, maka
penyedia barang/jasa segera mengajukan bahan dan peralatan pengganti yang setara dan
mendapatkan persetujuan tertulis dari pengguna barang/jasa. Prosedur penggantian harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
6. Penggantian bahan dan peralatan yang dimaksud pada ayat 5 diatas tidak dapat dijadikan
alasan keterlambatan pekerjaan.
7. Penyediaan dan pengamanan bahan dan peralatan dilokasi / lapangan proyek, adalah
menjadi tanggung jawab penyedia barang/jasa termasuk tempat dan penyimpanannya
harus tertib dan tidak mengganggu mobilisasi kerja dilapangan.

PASAL 5
MOBILISASI

1. Mobilisasi meliputi :
a. Mendatangkan peralatan-peralatan terkait yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
b. Mempersiapkan fasilitas seperti kantor, gudang dan sebagainya.
c. Mendatangkan personil dan tenaga kerja lapangan.
2. Mobilisasi peralatan terkait dan personil penyedia barang/jasa dapat dilakukan secara
bertahap sesuai dengan kebutuhan.
3. Mobilisasi paling lambat harus sudah dimulai dilaksanakan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari
kalender sejak diterbitkan SPMK.

PASAL 6
JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Penyedia barang/jasa wajib membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan secara rinci, yang
terdiri dari :
a. Time Schedule dalam bentuk bar-chart, dilengkapi dengan perhitungan kemajuan
bobot untuk setiap minggunya.
b. Pada Time Schedule dilengkapi pula dengan kurva “S” dan harus di tanda tangani oleh
pihak yang terkait .
2. Jangka waktu jadwal pelaksanaan sesuai dengan yang dinyatakan dalam surat
perjanjian/kontrak.
3. Jadwal pelaksanaan pekerjaan dibuat secara lengkap dan menyeluruh mencakup seluruh
jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan, yang dapat menggambarkan antara rencana dan
realisasi.
4. Jadwal pelaksanaan pekerjaan harus sudah dibuat selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja
setelah penandatanganan surat perjanjian/kontrak, untuk diperiksa/disetujui oleh
pengawas teknis dan disahkan oleh pengguna barang/jasa.
5. Bila terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan pekerjaan proyek melebihi ± 6 % dari
rencana awal maka perlu adanya perubahan schedule (Reschedule ) .
6. Jadwal pelaksanaan pekerjaan harus tetap berada di lokasi/lapangan selama masa
pelaksanaan pekerjaan dan salah satunya ditempel di ruangan rapat proyek.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 8
JAKARTA

PASAL 7
LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN

1. Laporan Harian
a. Untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan, seluruh
aktifitas kegiatan pekerjaan dilapangan dicatat didalam buku harian lapangan (BHL)
sebagai laporan harian pekerjaan berupa rencana dan realisasi pekerjaan harian.
b. Buku Harian Lapangan (BHL) berisi :
1) Kuantitas dan macam bahan yang berada dilapangan.
2) Penempatan tenaga kerja untuk tiap dan macam tugasnya.
3) Jumlah, jenis, dan kondisi peralatan.
4) Kuantitas dan kualitas jenis pekerjaan yang dilaksanakan.
5) Keadaan cuaca termasuk hujan, banjir dan peristiwa alam lainnya yang berpengaruh
terhadap kelancaran pekerjaan.
6) Catatan-catatan lain yang berkenaan dengan pelaksanaan.
c. Buku Harian Lapangan (BHL) disiapkan dan diisi oleh penyedia barang/jasa, dan
diperiksa oleh pengawas teknis dan dilengkapi catatan instruksi-instruksi dan petunjuk
pelaksanaan yang dianggap perlu dan disetujui oleh pengguna barang/jasa.
d. Penyedia barang/jasa harus mentaati dan melaksanakan yang selaku pelaksana
proyek, terhadap instruksi, arahan dan petunjuk yang diberikan pengawas teknis
dalam Buku Harian Lapangan (BHL).
e. Jika penyedia barang/jasa tidak dapat menerima / menyetujui pendapat/perintah
pengawas harus mengajukan keberatan-keberatan secara tertulis dalam jangka waktu
3 x 24 jam.
f. Penyedia barang/jasa harus memperbaiki atas beban biaya sendiri terhadap pekerjaan
yang tidak memenuhi syarat, tidak sempurna dalam pelaksanaannya atas kemauan
inisiatif sendiri atau yang diperintah oleh pengawas teknis maupun Kuasa Pengguna
Anggaran.
2. Laporan mingguan dibuat setiap minggu yang terdiri dari rangkuman laporan harian dan
berisi hal kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu minggu, serta hal-hal yang penting
yang perlu dilaporkan.
3. Laporan bulanan dibuat setiap bulan yang terdiri dari rangkuman laporan mingguan dan
berisi hal kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu bulan, serta hal-hal yang penting
yang perlu dilaporkan.

PASAL 8
FOTO PROYEK

1. Untuk merekam kegiatan pelaksanaan proyek, Pengguna barang/jasa dengan menugaskan


kepada penyedia barang/jasa, membuat foto-foto dokumentasi untuk tahapan-tahapan
pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
2. Foto proyek dibuat oleh penyedia barang/jasa sesuai petunjuk Pengawas Teknis, disusun
dalam 4 (empat) tahapan disesuaikan dengan tahapan pembayaran angsuran tetapi tidak
termasuk masa pemeliharaan, yaitu sebagai berikut:

Tahap I Bobot Papan nama proyek, keadaan lokasi, galian pondasi


0 % - 25 % dan pasangan pondasi
Tahap II Bobot Pekerjaan Struktur / Konstruksi
25 % - 50 %

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 9
JAKARTA

Tahap III Bobot Pekerjaan atap / finishing


50 % - 75 %
Tahap IV Bobot Pekerjaan finishing / Detail / Seluruh Pekerjaan selesai
75 % - 100 %

3. Foto proyek tiap tahapan tersebut diatas dibuat 3 (tiga) set dilampirkan pada saat
pengambilan angsuran sesuai dengan tahapan angsuran, yang masing-masing untuk:
Untuk proyek/pekerjaan yang diawasi oleh konsultan :
(1) Satu set untuk Kuasa Pengguna Anggaran.
(2) Satu set untuk Penyedia Barang/Jasa.
(3) Satu set untuk Konsultan selaku Pengawas Teknis.
4. Pengambilan titik pandang dari setiap pemotretan harus tetap/sama sesuai dengan
petunjuk Pengawas Teknis atau Kuasa Pengguna Anggaran.
5. Foto setiap tahapan ditempelkan pada album/map dengan keterangan singkat, dan
penempatan dalam album disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran, untuk teknis
penempelan/penempatan dalam album ditentukan oleh Pengawas Teknis.
6. Khusus untuk pemotretan pada kondisi keadaan kahar/memaksa force majeure diambil 3
(tiga) kali.

PASAL 9
PERBEDAAN UKURAN

1. Jika terdapat perbedaan ukuran yang ditulis dengan angka dengan ukuran yang ditulis
dengan skala, maka ukuran yang dipakai adalah ukuran yang ditulis dengan angka.
2. Jika merasa ragu-ragu tentang ukuran harus segera meminta petunjuk Pengawas Teknis
atau Perencana.

PASAL 10
SARANA PENUNJANG PROYEK

1. Kepada penyedia barang/jasa diwajibkan membuat/mendirikan bangunan sementara


seperti los kerja bangsal/direksi keet yang cukup luas dan lain-lain yang diperlukan.
Penyedia barang/jasa juga harus menyediakan perlengkapan ruang kerja Pengguna
Anggaran dan Pengawas Teknis dengan jumlah sesuai kebutuhan.
2. Penempatan sarana bangunan sementara harus dibuatkan perencanaannya oleh penyedia
barang/jasa serta terlebih dahulu dan mendapatkan persetujuan Kuasa Pengguna
Anggaran.
3. Sarana Penunjang Direksi keet/gudang/bedeng sementara pagar pengaman dan
perlengkapannnya serta pompa kerja adalah merupakan sarana penunjang dalam
pelaksanaan proyek dan merupakan barang yang dipakai habis pada saat setelah pekerjaan
selesai.
4. Pada prinsipnya penyedia barang/jasa harus menyediakan peralatan kerja bantu yaitu: air,
aliran listrik, pompa air, beton molen, vibrator, alat-alat pemadam kebakaran, dll.
5. Untuk segala kebutuhan/keperluan penyelesaian pelaksanaan pekerjaan, sekalipun tidak
disebut dan dinyatakan dalam peraturan dan syarat-syarat (RKS) maupun dalam gambar
tetap menjadi tanggung jawab penyedia barang/jasa.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 1
JAKARTA

6. Untuk penyelesaian pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud, tanah dan halaman akan
diserahkan kepada penyedia barang/jasa dalam keadaan sedemikian rupa, dengan
ketentuan jika pelaksanaan pekerjaan telah selesai, segal kerusakan yang terjadi diatas
tanah/halaman akibat pelaksanaan seperti kerusakan saluran /got, tanaman dan lain
sebagainya harus diperbaiki kembali seperti keadaan semula atas tanggungan penyedia
barang/jasa yang bersangkutan.
7. Setelah penyedian barang/jasa mendapat bartas-batas daerah kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) pasal ini, maka penyedia barang/lasa harus bertanggung jawab penuh atas
segala sesuatu yang ada didaerahnya meliputi :
a. Kerusakan-kerusakan yang timbul akibat kelalaian/ kecerobohan yang disengaja
maupun tidak disengaja.
b. Penggunaan sesuatu yang salah/keliru.
c. Kehilangan-kehilangan.
8. Untuk mencegah kejadian-kejadian tersebut diatas penyedia barang/jasa diizinkan untuk
mengadakan pengamanan pelaksanaan proyek pembangunan setempat, antara lain
penjagaan, penerangan pada malam hari dan sebagainya.
9. Penyedia barang/jasa harus mengerjakan pekerjaan pembersihan yaitu segala macam
kotoran bekas-bekas bongkaran dan alat-alat lainnya, harus segera diangkut atas
persetujuan Pengawas Teknis/ Kuasa Pengguna Anggaran.

PASAL 11
PAPAN NAMA PROYEK

1. Pemasangan papan nama proyek sebagaimana diatur pada pasal ini dipancang dilokasi
proyek pada tempat yang mudah dilihat umum.
2. Pemasangan papan nama proyek dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan pekerjaan
dan dicabut kembali setelah mendapat persetujuan Kuasa Pengguna Anggaran.
3. Petunjuk bentuk papan nama proyek, ukuran, isi dan warnanya diatur dalam Surat
Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 438/2000 tanggal 9 Maret 2000.
4. Bentuk dan ukuran papan proyek fisik ditetapkan sebagai berikut :
a. Papan nama proyek dibuat multiplek tebal 6 mm dengan ukuran lebar 240 cm dan
tinggi 175 cm.
b. Papan nama dipasang pada tiang kaso ukuran 5/7 cm dengan ketinggian disesuaikan
kondisi lapangan.
c. Jenis tulisan memakai huruf cetak, tulisan dan garis warna hitam.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 1
JAKARTA
175 Cm

Logo DINAS PEMADAM KEBAKARAN DAN Logo


DKI PENANGGULANGAN BENCANA Unit
UNIT : …….…………………………………
Nama Kegiatan :.......................... Perencana: . . . . .
Rincian Kegiatan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Pengawas : . . . . .
No. Kode Rekening: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Jenis Pekerjaan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Spesifikasi Umum
Lokasi :.......................... Proyek :
Tahun Anggaran : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Pelaksana :
PT/CV :..........................
No. :.......................... Mulai : . . . . . . .
Kualifikasi : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Selesai :. . . . . . .
Alamat :..........................

Masyarakat dapat menyampaikan informasi : Direksi :....


Kepada :.......................... Telp/Faks : . . . .
Telp/Faks :..........................

240 Cm

PASAL 12
PERUBAHAN PEKERJAAN

1) Pada dasarnya seluruh volume dan item pekerjaan yang tercantum dalam kontrak harus
dilaksanakan. Apabila karena sesuatu hal volume dan atau item pekerjaan tidak dapat
dikerjakan oleh rekanan dengan pertimbangan yang bisa dipertanggung jawabkan, maka
terlebih dahulu harus mendapat persetujuan dari Kepala Unit / Satuan Kerja yang
bersangkutan, Pengawas Teknis dan Perencana Teknik.
2) Persetujuan dimaksud dituangkan dalam Berita Acara Perubahan Pekerjaan yang dibuat
oleh Perencana yang didasarkan atas Berita Acara Peninjauan Lapangan yang dibuat oleh
Pengawas Teknis serta Perencana.
Adapun Berita Acara Perubahan tersebut ditanda tangani bersama rekanan, Unit / Satuan
Kerja, dan Pengawas Teknis serta Perencana.
3) Jika dimungkinkan item atau volume pekerjaan yang telah mendapat persetujuan untuk

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 1
JAKARTA
tidak dilaksanakan dapat dilakukan pengalihan pekerjaan. Item dan volume pekerjaan baru
ditetapkan bersama dan dituangkan dalam Berita Acara tambah Kurang dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatas.

PASAL 13
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

Penerapan prinsip K3 di proyek sangat perlu diperhatikan dalam pekerjaan konstruksi. Pelaksana
konstruksi harus mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip kerja sesuai ketentuan K3 di
lingkungan proyek.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 1
JAKARTA

a. Kelengkapan Administrasi K3
Setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi kelengkapan administrasi K3, yang bisa
dilihat di pedoman peraturan K3.

b. Penyusunan Safety Plan


Safety plan adalah rencana pelaksanaan K3 untuk proyek yang bertujuan agar dalam pelaksanaan
nantinya proyek akan aman dari kecelakaan dan bahaya penyakit sehingga menghasilkan
produktivitas kerja yang tinggi.

c. Pelaksanakan Kegiatan K3 di Lapangan


Kegiatan K3 di lapangan berupa pelaksanaan safety plan, melalui kerja sama dengan instansi yang
terkait K3, yaitu depnaker, polisi dan rumah sakit.
Pengawasan pelaksanaan K3, meliputi kegiatan:
 Safety patrol
 Safety supervisor (pengawasan)
 Safety meeting (rapat pembahasan)

d. Perlengkapan dan Peralatan K3

Perlengkapan dan peralatan penunjang program K3, meliputi :


 pemasangan bendera K3, bendera RI, bendera perusahaan.
 Pemasangan sign-board K3 yang berisi antara lain slogan-slogan yang mengingatkan
perlunya bekerja dengan selamat.

Sarana peralatan yang melekat pada orang atau disebut perlengkapan perlindungan diri (personal
protective equipment), diantaranya :
 Pelindung mata dan wajah
Kaca mata safety goggle, pelindung wajah helm pengelas
 Pelindung pendengaran, dan jenis yang paling banyak digunakan:
foam earplugs, PVC earplugs, earmuffs
 Pelindung kepala atau helm (hard hat) yang melindungi kepala karena memiliki hal
berikut: lapisan yang keras, tahan dan kuat terhadap benturan yang mengenai kepala;
sistem suspensi yang ada didalamnya bertindak sebagai penahan goncangan.
 Pelindung kaki berupa sepatu dan sepatu boot
 Pelindung tangan berupa sarung tangan dengan jenis-jenisnya
 Pelindung bahaya jatuh dengan jenis-jenisnya
 Sarana Peralatan Lingkungan berupa :
− tabung pemadam kebakaran
− pagar pengamanan
− penangkal petir darurat
− pemeliharaan jalan kerja dan jembatan kerja
− jaring pengamanan pada bangunan tinggi
− pagar pengaman lokasi proyek
− tangga
− peralatan P3K
 Rambu-Rambu Peringatan, antara lain dengan fungsi :
− peringatan bahaya dari atas
− peringatan bahaya benturan kepala
− peringatan bahaya longsoran

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 1
JAKARTA

− peringatan bahaya api


− peringatan tersengat listrik
− penunjuk ketinggian (untuk bangunan yang lebih dari 2 lantai)
− penunjuk jalur instalasi listrik kerja sementara
− penunjuk batas ketinggian penumpukan material
− larangan memasuki area tertentu
− larangan membawa bahan-bahan berbahaya
− petunjuk untuk melapor (keluar masuk proyek)
− peringatan untuk memakai alat pengaman kerja
− peringatan ada alat/mesin yang berbahaya (untuk lokasi tertentu)
− peringatan larangan untuk masuk ke lokasi power listrik (untuk orang tertentu)

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 1
JAKARTA

BAB III
SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

PASAL 1
PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN

1. Lingkup Pekerjaan
A. Penyediaan tenaga kerja, bahan, fasilitas pelaksanaan dan kebutuhan-kebutuhan
lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tanah yang sesuai dengan
Gambar Kerja dan Spesifikasi.
B. Pekerjaan galian tanah meliputi pekerjaan penggalian atau pembuangan tanah, batu-
batuan atau material lain yang tidak berguna dari tempat proyek, pembuangan lapisan
tanah atas atau humus, pembuangan bekas-bekas longsoran, yang kesemuanya
disesuaikan dengan Spesifikasi ini.
C. Pekerjaan pengurugan kembali sesuai lingkup pekerjaan sampai pada elevasi yang
telah ditentukan didalam Gambar Kerja.

2. Persyaratan Pekerjaan
A. Tata Letak
Kontraktor bertanggung jawab atas tata letak yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan. Sebelum penataan, Kontraktor harus menyerahkan rencana tata letak
untuk mendapat persetujuan dari Direksi Bench Mark ( BM ) yang bersifat tetap
maupun sementara harus dijaga dari kemungkinan gangguan atau pemindahan.
B. Pengawasan
Selama pelaksanaan pekerjaan tanah ini, Kontraktor harus diwakili oleh seorang
Pengawas ahli yang sudah berpengalaman dalam bidang pekerjaan
penggalian/pengurugan, yang mengetahui semua aspek pekerjaan yang harus
dilaksanakan sesuai kontrak.
C. Pekerjaan Pembersihan dan Pembongkaran
1. Semua benda dipermukaan seperti humus, pohon, akar dan tonjolan, serta
rintangan-rintangan dan lain-lain yang berada didalam batas daerah
pembangunan yang tercantum dalam gambar, harus dibersihkan dan/atau
dibongkar kecuali untuk hal-hal dibawah ini :
a. Sisa-sisa pohon yang tidak mengganggu dan akar-akar serta benda-benda
yang tidak mudah rusak, yang letaknya minimal 1 meter dibawah dasar
pondasi.
b. Pembongkaran tiang-tiang, saluran-saluran dan selokan-selokan hanya
sedalam yang diperlukan dalam penggalian ditempat tersebut.
c. Kecuali pada tempat-tempat yang harus digali, lubang-lubang bekas
pepohonan dan lubang-lubang lain, harus diurug kembali dengan bahan-
bahan yang baik dan dipadatkan.
2. Kontraktor bertanggung jawab untuk membuang sendiri tanaman-tanaman dan
puing-puing ke tempat yang ditentukan oleh Direksi/Pengawas.
3. Kontraktor harus melestarikan semua benda-benda yang ditentukan tetap berada
pada tempatnya.
4. Obstacle.
a. Kriteria obstacle adalah berupa konstruksi beton, pasangan batu kali,
pasangan dinding tembok, besi-besi tua dan lain-lain bekas konstruksi
bangunan lama, yang cara pembongkarannya memerlukan metoda khusus

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 1
JAKARTA

dengan menggunakan peralatan yang lebih khusus pula (misalnya beton


breaker, compressor, mesin potong) dibanding dengan peralatan yang
digunakan pada pekerjaan galian tanah.
b. Semua bongkahan dan kotoran dari bekas pembongkaran, konstruksi
eksisting, galian dan lain-lain, harus segera dikeluarkan dari tapak dan
dibuang ketempat yang ditentukan oleh Direksi. Semua peralatan yang
diperlukan pada paket pekerjaan ini, harus tersedia di lapangan dalam
keadaan siap pakai.
c. Pemborong harus tetap menjaga kebersihan di area pekerjaan dan sekitarnya
yang diakibatkan oleh semua kegiatan pekerjaan ini, serta menjaga keutuhan
terhadap material/barang-barang yang sudah terpasang (eksisting).
5. Batasan pembongkaran obstacle adalah sebagai berikut :
a. Pada daerah titik pondasi setempat sampai mencapai kedalaman yang masih
memungkinkan, obstacle tersebut bisa dibongkar/digali sesuai dengan
kondisi dan sifat tanah pada daerah tersebut.
b. Pada jalur yang akan dibuat poer dan sloof mulai dari permukaan tanah
eksisting sampai dengan dibawah permukaan dasar urugan pasir dari
konstruksi beton pondasi dan sloof.
D. Pembuangan Humus
1. Sebelum mulai pekerjaan seluruh tapak pekerjaan, lapisan humus harus
dibersihkan sedalam 30 cm atau apabila lapisan humus tersebut dalamnya lebih
dari 30 cm maka pembuangan humus maksimalnya dalamnya 1 meter sehingga
bebas dari sisa-sisa tanah bawah (subsoil), bekas-bekas pohon, akar-akar, batu-
batuan, semak-semak atau bahan-bahan lain.
2. Humus yang didapat dari pengupasan tersebut harus dibuang ketempat yang
sudah ditentukan oleh Direksi.
E. Pekerjaan Galian
1. Selama proses penggalian, lapangan harus dijaga agar selalu mendapatkan sistem
drainase yang baik.
2. Penggunaan mesin untuk penggalian diperbolehkan, kecuali untuk tempat-tempat
dimana penggunaan mesin-mesin tersebut dapat merusak benda-benda yang
berada didekatnya, bangunan-bangunan ataupun pekerjaan yang telah selesai.
Dalam hal ini metoda pekerjaan dengan tangan yang harus dilaksanakan.
3. Kontraktor harus membuat turap sementara yang cukup kuat untuk menahan
lereng-lereng tanah galian sehingga lereng-lereng galian tersebut tidak ambruk,
dan agar tidak mengganggu pekerjaan.
4. Apabila terjadi kerusakan bangunan/konstruksi yang diakibatkan oleh pekerjaan
galian, maka Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap kerusakan bangunan
tersebut dan harus menggantinya atas biaya Kontraktor.
5. Kontraktor harus melakukan perlindungan dan perawatan yang cukup untuk
bagian-bagian pekerjaan diatas maupun dibawah tanah, drainase, saluran-saluran
pembuangan dan rintangan-rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan
pekerjaan. Semua biaya yang ditimbulkan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
6. Kemiringan galian harus dibuat minimal dengan perbandingan 1 horisontal
dengan 1 vertikal, kecuali diperlihatkan lain dalam gambar.
F. Pekerjaan Urugan
1. Bahan Urugan
a. Bahan urugan yang dipakai adalah tanah merah atau pasir urug darat yang
memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan, dan harus didatangkan dari
luar proyek. Lokasi sumber jenis bahan urugan tersebut diatas, harus

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 1
JAKARTA

mendapat persetujuan dari Direksi. Tanah bekas galian pada umumnya tidak
boleh dipakai lagi untuk bahan urugan, kecuali apabila tanah tersebut
memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan dan mendapat persetujuan
dari Direksi.
b. Sumber bahan urugan ini harus mempunyai jumlah yang cukup untuk
menjamin penyediaan bahan urugan yang bisa mencukupi kebutuhan seluruh
proyek.
c. Semua bahan urugan, harus mendapat persetujuan dari Direksi, baik
mengenai kualitas bahan maupun sumber bahan itu sendiri sebelum dibawa
atau digunakan didalam lokasi pekerjaan.
d. Bahan urugan yang mengandung tanah organis, akar-akaran, sampah dan
lain-lain, tidak boleh dipergunakan untuk urugan. Bahan-bahan seperti ini
harus dipindahkan dan ditempatkan pada daerah pembuangan yang disetujui
atau ditunjuk oleh Direksi.
e. Daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari humus dengan cara stripping
setebal 30 cm.
f. Bahan-bahan urugan yang sudah ditempatkan dilokasi pengurugan tetapi
tidak memenuhi standar, harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas
biaya sendiri.
2. Pengurugan
a. Lapisan tanah lunak (lumpur) yang ada harus dihilangkan dengan dikeruk,
sebelum pekerjaan pengurugan dimulai. Pada saat pengerukan dan
pengurugan, daerah ini harus dikeringkan.
b. Tidak boleh dilakukan pengurugan selama hujan deras. Jika permukaan lapisan
yang sudah dipadatkan tergenang oleh air, Kontraktor harus membuat alur-
alur pada bagian teratas untuk mengeringkannya sampai mencapai kadar air
yang benar dan dipadatkan kembali. Ketinggian pengurugan setelah
dipadatkan harus mencapai elevasi sesuai yang tercantum didalam gambar
kerja.
3. Pemadatan
a. Kontraktor harus memperhatikan ketepatan pemadatan bahan-bahan urugan
dan juga memperbaiki kekurangan-kekurangan akibat pemadatan yang tidak
cukup.
b. Kontraktor harus menentukan jenis ukuran dan berat dari alat yang paling
sesuai untuk pemadatan bahan urugan yang ada. Alat-alat pemadatan ini harus
mendapat persetujuan Direksi/Pengawas.
c. Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap
lapisan maksimum 30 cm dan dipadatkan sampai mencapai paling sedikit 90 %
(modified proctor) dari kepadatan kering maksimum seperti yang ditentukan
dalam AASHTO T99.
d. Kontraktor harus mengadakan test/pengujian terhadap bahan urugan dan hasil
pemadatan apabila dikehendaki oleh Direksi dan Konsultan Pengawas. Biaya
pengujian ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 1
JAKARTA

PASAL 2
PEKERJAAN PONDASI PASANGAN BATU KALI

1. Spesifikasi Bahan
a. Bahan untuk Pondasi batu kali adalah batu belah kualitas baik dengan ukuran
maksimum 30 cm dan minimum 10 cm.
b. Adukan Pengisi digunakan campuran 1 Pc : 4 Psr, atau sesuai yang disyaratkan
Perencana.

2. Syarat – Syarat Pelaksanaan


a. Bentuk dan Ukuran Pondasi sesuai yang tercantum dalam gambar rencana atau sesuai
dengan petunjuk Perencana.
b. Pada pasangan batu kali ini dasar maupun celah-celah batu kali harus di isi
adukan/perekat.
c. Bila digunakan batu kali atau batu bulat harus di pecah sekurang-kurangnya
mempunyai muka berbentuk pipih.
d. Pasangan pondasi batu kali dikerjakan di atas pasir urug setebal 5 cm –10 cm padat
sesuai dengan gambar rencana.
e. Setiap pertemuan pondasi harus dipasang stek dari besi beton diameter 12-40 D.

PASAL 3
PEKERJAAN PONDASI TIANG PANCANG

1. Permukaan Lapangan
Pemborong supaya mempertimbangkan apapun yang diperlukan untuk meratakan tanah
untuk jalan masuk untuk dapat bekerjanya alat pondasi tiang (pilling rig).

2. As – as kolom dan pondasi tiang (pile)


Kontraktor supaya menentukan as-as kolom maupun pondasi tiang (pile) dengan teliti dan
dibawah pengawasan seorang ahli ukur.

3. Penyelidikan lapangan
Sebelum mengajukan penawaran, kontraktor dianggap telah mengunjungi dan mempelajari
keadaan sebaik – baiknya termasuk yang disebutkan secara khusus dalam gambar – gambar
struktur. Jika kontraktor ingin melakukan penyelidikan tambahan yang menyangkut galian,
sondir, boring dan sebagainya sebelum mengajukan penawaran hal ini dapat dilakukan atas
tanggungan biaya kontraktor tersebut.

4. Peralatan dan tenaga kerja


Semua Kerangka, peralatan, pengangkutan dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
memasang tiang pancang pada posisinya yang permanen menjadi tanggung jawab
kontraktor.
Sebelum mulai pekerjaan dilapangan dengan pekerjaan pondasi tiang yang sesungguhnya,
kontraktor supaya memberikan detail lengkap mengenai program kerja jumlah dan type
peralatan, organisasi dan personalia dilapangan dan sebaiknya kepada Konsultan
Pengawas.
Konsultan Pengawas akan minta penggantian peralatan dan personalia bilamana hal ini
dianggap tidak cocok.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 1
JAKARTA

5. Spesifikasi Pondasi
a. Tiang pancang yang digunakan adalah tiang pancang beton dengan spesifikasi sebagai
berikut :
- Ukuran : 25 x 25 (segi empat)
- Kedalaman : 6m
- Mutu beton : K – 450
- Mutu tulangan : besi polos : U-24 , besi ulir : U39
- Umur beton : min- 10 hari (pabrikasi)
- Teknologi prod. : PMS, JHS atau setara
b. Alat pancang menggunakan drop hammer
1. Tiang dipancang sampai kedalam yang diinginkan untuk daya pikul yang telah
direncanakan dimana pemberhentian ditentukan dengan ketentuan kalendering <
2,00 cm untuk 10 kali pukulan drop hammer dengan tinggi jatuh 1 meter.
2. Setiap penyambungan harus menggunakan Joint Plate t = 10 mm dan ketinggian
50 mm, atau paten penyambungan pabrikan.
3. Dalam persyaratan teknis (spesifikasi) ini, daya dukung berarti beban pondasi tiang
pancang yang disebabkan oleh berat sendiri bangunan dan beban hidup yang sesuai
dengan yang dirancangkan.

6. Instalasi Pondasi Tiang.


Pondasi tiang harus diinstall tepat pada posisi maupun permukaannya. Tiang yang tidak
tepat pada tempatnya tidak boleh secara paksa diperbaiki pada posisi yang seharusnya.

7. Posisi Pondasi Tiang Pancang


Pondasi tiang harus dipancang tepat pada posisinya maupun permukaannya. Tiang yang
tidak tepat pada tempatnya tidak boleh secara paksa diperbaiki pada posisi yang
seharusnya.
a. Posisi tiang adalah pada lokasi seperti yang ditunjukkan pada gambar struktur.
Kontraktor bertanggung jawab untuk posisi tiang yang tepat, permukaan dan
keseluruhannya dan untuk semua peralatan yang diperlukan untuk ini. Pengukuran-
pengukuran dilapangan harus dilakukan oleh surveyor sebelum dan sesudah pekerjaan
pemancangan.
b. Rangka tiang harus dilot dengan teliti sebelum pemancangan atau member. Devisi
maksimum yang diinginkan harus setiap tiang adalah 75 mm dalam arah horisontal dan
1 : 100 dalam arah vertikal.

8. Rintangan – rintangan
a. Bila terdapat rintangan-rintangan dibawah tanah yang tidak diharapkan seperti
pondasi lama, dinding basemen dan sebagainya yang sangat mengganggu kemajuan
pekerjaan pilling, maka Pemborong supaya segera memberitahukan kepada konsultan
Pengawas.
b. Bilamana lokasi semua tidak mungkin diinstalasi pondasi tiang, maka lokasi tiang perlu
direvisi oleh konsultan Perencana dan kontraktor akan dibayar terhadap kemungkinan
adanya pekerjaan tambah.
c. Rintangan-rintangan permukaan, yaitu yang ada pada kedalam yang tidak lebih dari
300 mm dari permukaan tanah, harus dibersihkan dan dibongkar oleh Pemborong atas
tanggungannya.
d. Lubang yang ditinggalkan karena rintangan- rintangan sebagai mana yang disebutkan
dalam butir b diatas tidak merupakan kerja tambah atau kurang dan harus diisi
kembali dengan tanah, pasir atau puing-puing seperti yang diinstruksikan.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 2
JAKARTA

Penambahan tiang akibat lubang yang ditinggalkan akan merupakan pekerjaan


tambahan.

9. Tiang Rusak.
Bila mana Konsultan Pengawas berpendapat sebuah tiang cacat pada waktu pengecoran,
pemancangan ataupun uji coba sehingga nilai struktur diragukan, maka tiang ini harus
dikeluarkan ataupun diganti dengan beberapa pile yang mempunyai affek struktur yang
minimum sama dengan yang digantikan atas biaya kontraktor.

10. Tiang Cacat


a. Tiang cacat ataupun keluar dari posisi yang dirancangkan harus diganti oleh 2 atau
lebih tiang seperti yang diinstruksikan oleh konsultan Pengawas atas biaya Kontraktor.
b. Ongkos-ongkos untuk perencanaan dan penggambaran ulang atau penambahan
ukuran penulangan Pile Cap atau Balok Sloof karena ketidaktepatan posisi pile adalah
menjadi tanggung jawab kontraktor.

11. Kepala Pondasi Tiang


a. Pembobokan kepala pondasi tiang cut-off level dan pengecoran Pile Cap akan
dilaksanakan oleh Kontraktor Utama.
b. Kelebihan panjang tiang harus dibuang atau dimanfaatkan sebagaimana yang
diinstruksikan oleh Konsultan Pengawas.

12. Posisi Pondasi Tiang


Setelah selesainya pekerjaan pondasi tiang, Kontraktor harus mensurvai kembali tiang
dan mencatat seberapa jauh devisi baik horizontal maupun vertical terhadap level posisi
yang sesungguhnya. Survai kembali ini dilakukan bersama-sama dengan Kontraktor
Utama dan dihadiri oleh Konsultan pengawas ataupun wakilnya.

13. Instalasi M & E Bawah Tanah


a. Kontraktor bertanggungjawab untuk semua kleim yang mungkin timbul karena
kerusakan – kerusakan instalasi ME bawah tanah, bilamana instalasi tersebut sudah
tertera dalam gambar.
b. Kontraktor supaya melaksanakan pekerjaannya begitu rupa sehingga bangunan dan
pondasi bangunan tetangga tidak terganggu atau rusak.
c. Selang beberapa waktu selama dan sesudah selesainya pekerjaan pondasi semua
peralatan, kelebihan tanah-tanah, sisa-sisa cut-off dan sebagainya perlu dibersihkan.

14. Data-data Pondasi Tiang.


Data-data lengkap dari tiap-tiap pondasi tiang meliputi instalasi tiang, set, contoh-contoh
tanah dan sebagainya diminta oleh Konsultan Pengawas supaya dilengkapi dalam waktu 48
jam setelah instalasi pondasi tiang yang bersangkutan selesai.

15. Kepala Tiang Naik


Begitu sebuah tiang selesai diinstalasi, maka data-data untuk penurunan permukaan kepala
tiang supaya dimonitor. Bilamana seluruh tiang dari sebuah kelompok tiang selesai, maka
kepala tiang yang naik keatas supaya diperbaiki sesuai instruksi Konsultan Pengawas atas
biaya Kontraktor.

16. Permukaan Tanah.


Sudah termasuk harga pemborong adalah semua bahan-bahan yang diperlukan untuk

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 2
JAKARTA

meratakan tanah seperlunya sehingga peralatan dapat bergerak dengan lancar selama
masa pelaksanaan pondasi tiang.

17. Persetujuan Posisi Pondasi Tiang


Posisi pondasi tiang akan diperiksa oleh konsultan Pengawas selama pekerjaan berlangsung
dan persetujuan akhir akan diberikan dalam waktu 3 (tiga) hari setelah data-data tiang akhir
diberikan oleh Kontraktor. Peralatan mesin-mesin tidak boleh dikeluarkan dari Lapangan
tanpa persetujuan tertulis dari konsultan Pengawas.

18. Pengetesan Tiang Pancang.


Setelah selesai pemancangan secara keseluruhan maka harus segera diadakan pengetesan
tiang pancang yang titik titiknya di tentukan oleh Konsultan Perencana.

19. Alat Pengetesan Pancang


Setelah titik tiang ditentukan maka diadakan pengetesan mengunakan alat uji tes
pembebanan / PDA (Pile Driving Analisys) yang disaksikan oleh Konsultan Perencana dan
Pengawas.
Jumlah titik tiang yang ditest minimal dua (2) titik.

20. Hasil Pengetesan PDA


Hasil pengetesan menghasilkan daya dukung minimal 200 % dari beban dan dibuat tiga
rangkap untuk arsip Kontraktor, Pengawas, Konsultan Pengawas.

PASAL 4
PEKERJAAN ACUAN / BEKISTING

1. Lingkup pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan peralatan, pengangkutan dan
pelaksanaan untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan gambar-gambar
konstruksi, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan tambahan dari arsitek dalam
uraian dan syarat-syarat pelaksanaannya.

2. Persyaratan bahan.
Bahan acuan yang dipergunakan dapat dalam bentuk: beton, baja, pasangan bata yang di
plester, pemakaian bambu tidak diperbolehkan. Lain-lain bahan yang akan dipergunakan
harus mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis terlebih dahulu, acuan yang
terbuat dari kayu harus menggunakan kayu jenis meranti atau setara, ukuran kayu yang
dipergunakan tergantung dari perencanaan struktur dengan tebal multiplek minimum 12
mm.

3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Perancangan konstruksinya harus direncanakan untuk dapat menahan beban-beban,
tekanan lateral dan tekanan yang di izinkan seperti tercantum pada “ Recommended
Practice For Concrete Formwork “ ( ACI.347-68 ) dan peninjauan terhadap beban angin
dll, peraturan harus dikontrol terhadap Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah
setempat.
b. Semua ukuran-ukuran penampang Struktur beton yang tercantum dalam gambar
struktur adalah ukuran bersih penampang beton, tidak termasuk plesteran / finishing.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 2
JAKARTA

c. Sebelum memulai pekerjaan, pemborong harus memberikan gambar-gambar dan


perhitungan acuan serta sample bahan yang akan dipakai, untuk disetujui oleh
Pengawas Teknis. Pada dasarnya tiap-tiap bagian bekisting harus mendapat
persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis, sebelum bekisting di buat pada bagian itu.
d. Acuan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan bentuk dan
cukup kuat menampung beban-beban sementara maupun tetap sesuai dengan
jalannya pengecoran beton.
e. Susunan acuan dengan penunjang-penunjang harus diatur sedemikian rupa sehingga
memungkinkan dilakukannya inspeksi dengan mudah oleh Pengawas Teknis.
Penyusunan harus sedemikian rupa sehingga pada pembongkarannya tidak
menimbulkan kerusakan pada bagian beton yang bersangkutan.
f. Cetakan beton harus dibersihkan dari segala kotoran yang melekat seperti potongan-
potongan kayu, kawat, tahi gergaji, tanah dan sebagainya.
g. Acuan harus menghasilkan sebagian konstruksi yang ukuran, kerataan/kelurusan,
elevasi dan posisinya sesuai dengan gambar-gambar konstruksi.
h. Kayu acuan harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum pengecoran, harus
dihindarkan dari kumpulnya air pada sisi bawah.
i. Cetakkan beton harus dibikin supaya tidak terjadi kebocoran atau hilangnya air semen
selama pengecoran, tetap lurus dan tidak bergoyang.
j. Sebelumnya dengan mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis baut-baut
dan tie rod yang dpergunakan untuk ikatan-ikatan dalam beton harus diatur
sedemikian rupa sehingga bila bekisting di bongkar kembali, maka semua besi tulangan
harus berada dalam permukaan beton.
k. Pada bagian terendah dari bekisting kolom atau dinding harus ada bagian yang di buka
untuk inspeksi dan pembersihan.
l. Setelah pekerjaan di atas selesai pemborong harus meminta persetujuan dari
Pengawas Teknis dan minimum 3 ( tiga ) hari sebelum pengecoran kepada Pengawas
Teknis.

4. Pembongkaran.
a. Pembongkaran dilakukan sesuai dengan peraturan beton Indonesia, dimana bagian
konstruksi yang di bongkar cetakannya harus dapat memikul berat sendiri dan beban-
beban pelaksanaannya.
b. Cetakan bagian konstruksi di bawah in boleh dilepas dalam waktu sebagai berikut:
1. sisi-sisi balok dan kolom yang tidak dibebani minimal 7 hari .
2. sisi-sisi balok dan kolom yang dibebani minimal 21 hari.
c. Setiap rencana pembongkaran bekisting harus diajukan terlebih dahulu secara tertulis
untuk disetujui oleh Pengawas Teknis.
d. Permukaan beton harus terlihat baik pada saat acuan di buka, tidak bergelombang,
berlubang atau retak-retak dan tidak menunjukan gejala keropos.
e. Apabila setelah cetakan di bongkar ternyata terdapat bagian beton yang keropos atau
cacat, mempengaruhi kekuatan konstruksi tersebut, maka pemborong harus segera
memberitahukan kepada Pengawas Teknis meminta persetujuan tertulis cara
perbaikan pengisian atau pembongkarannya, pemborong tidak diperbolehkan
menutupi atau mengisi bagian beton yang keropos tanpa mendapat persetujuan
secara tertulis dari Pengawas Teknis. Semua resiko yang terjadi akibat pekerjaan
tersebut dan biaya-biaya perbaikan, pembongkaran atau pengisian atau penutupan
bagian tersebut menjadi tanggung jawab pemborong.
f. Meskipun hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, Pengawas Teknis
mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi yang cacat seperti berikut :

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 2
JAKARTA

1. konstruksi yang keropos dapat mengurangi kekuatan konstruksi.


2. Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan ukuran dan bentuk yang direncanakan
atau posisinya tidak sesuai dengan gambar rencana.
3. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau tidak rata seperti yang telah
direncanakan.
4. Dan cacat-cacat lainnya yang menurut pendapat Perencana/Pengawas Teknis dapat
mengurangi kekuatan konstruksi.

5. Alternatif acuan / bekisting


Pemborong dapat mengusulkan alternatif jenis acuan yang akan di pakai, dengan
melampirkan brosur/gambar beserta perhitungannya untuk mendapat persetujuan tertulis
dari Pengawas Teknis. Dengan catatan alternaif tersebut tidak merupakan kerja tambah
dan tidak menyebabkan kelambatan dalam pekerjaan.

PASAL 5
PEKERJAAN BETON BERTULANG

1. Pedoman Pekerjaan:
Seluruh pekerjaan strukur beton bertulang harus berpedoman pada peraturan konstruksi
beton yang berlaku yaitu :

a. Perhitungan gaya gempa dalam SNI 1726-2012


b. Tata cara perencanaan Struktur Beton untuk bangunan gedung SNI 03-2847-2002
c. Tata cara perencanaan Struktur Baja untuk bangunan gedung SNI 03-1929-2002
d. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk rumah dan gedung
S.K.B.I 1.3.53.1987 UDC 624.042
Peraturan- peraturan yang diperlukan tersebut di atas harus di sediakan Pemborong di
“Site” Sehingga memudahkan apa bila hendak digunakan.

2. Syarat Tenaga Kerja :


a. Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh Ahli – ahli atau tukang-tukang yang
berpengalaman dan mengerti benar akan pekerjaan.
b. Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang sesuai dengan gambar
dan Spesifikasi Struktur.
c. Apabila pengawas Teknis memandang perlu, Pemborong dapat meminta nasihat.

3. Persyaratan Bahan
A. Semen
1. Semen yang digunakan adalah semen Portland Lokal yang memenuhi Syarat-
Syarat dari :
 Peraturan–Peraturan Relevan yang tercantum pada Pasal ini ayat 1.
 Mempunyai Sertifikasi uji (Test Sertificate) dari Laboratorium yang disetujui
secara tertulis dari Pengawas Teknis .
2. Semen yang akan dipakai harus dari satu merek yang sama (tidak diperkenankan
menggunakan bermacam – macam jenis/merek semen untuk suatu Konstruksi /

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 2
JAKARTA

struktur yang sama ), dalam keadaa baru dan asli , dikirim dari kantong – kantong
semen yang masih disegel dan tidak pecah .
3. Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan, semen diterimakan
dalam zat (kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat dan harus
disimpan di gudang yang cukup Ventilasinya dan diletakkan pada tempat yang
ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai , zak-zak semen tersebut tidak boleh
ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 meter atau maksimum 10 zak, setiap
pengiriman baru harus ditandai dan dipisahkan, dengan maksud agar pemakaian
semen dilakukan menurut urutan pengirimannya.
4. Untuk semen yang diragukan mutunya dan terdapat kerusakan akibat salah
penyimpanan, dianggap sudah rusak, membatu dan dapat ditolak penggunaannya
tanpa melalui test lagi. Bahan yang telah ditolak harus segera dikeluarkan dari
lapangan paling lambat dalam waktu 2 x 24 jam atas biaya pemborong.
B. Agregat ( Aggregates )
1. Semua pemakaian batu pecah ( Agregat kasar ) dan pasir beton, harus memenuhi
syarat-syarat :
a. Peraturan–peraturan relevan yang tercantum dalam pasal ini ( 1 ).
b. Bebas dari tanah liat (tidak bercampur dengan tanah liat atau kotoran –
kotoran lainnya).
2. Kerikil dan batu pecah ( Agregat Kasar ) yang mempunyai ukuran lebih besar dari
38 mm, untuk penggunaannya harus mendapat persetujuan tertulis dari
Pengawasa Teknis, Gradasi dan Agregat-agregat tersebut secara keseluruhan
harus dapat menghasilkan mutu beton yang diisyaratkan, padat dan mempunyai
daya kerja yang baik dengan semen dan air, dalam Proporsi campuran yang akan
dipakai. Pengawas Teknis harus meminta kepada pemborong untuk mengadakan
test kualitas dari agregat-agregat tersebut dari tempat penimbunan yang ditunjuk
oleh Pengawas Teknis, setiap saat di laboratorium yang disetujui Pengawas Teknis
atas biaya Pemborong.
3. Dalam hal ini adanya perubahan sumber dari mana agregat tersebut disuplai,
maka pemborong diwajibkan untuk memberitahukan secara tertulis kepada
Pengawas Teknis.
4. Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras permukaannya dan
dicegah supaya tidak terjadi pencampuran dengan tanah dan terkotori.
C. Air
1. Air yang dipergunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan dilapangan adalah air
bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahn kimia (asam alkali), tidak
mengandung organisme yang dapat memberikan efek merusak beton / tulangan,
minyak atau lemak dan memenuhi syarat-syarat Peraturan Beton Indonesia serta
diuji terlebih dahulu oleh Laboratorium yang disetujui oleh Pengawas Teknis.
2. Air yang mengandung garam ( air laut ) sama sekali tidak diperkenankan untuk
dipakai .
D. Besi Beton
1. Semua beton yang digunakan harus memenuhi Syarat – Syarat :
a. Peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada Pasal ini ( ayat 1)
b. Baru, bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak / karat dan tidak cacat (
retak-retak ), mengelupas, luka dan sebagainya.
c. Dari jenis baja dengan mutu sesuai yang tercantum dalam gambar dan bahan
tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan Peraturan
Beton Indonesia.
d. Mempunyai penampang yang sama rata.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 2
JAKARTA

2. Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan – ketentuan diatas,
harus mendapat persetujuan tertulis Perencana Struktur, besi beton harus
disuplai dari sumber ( Manufacture ) dan tidak dibenarkan untuk mencampur
adukan bermacam sumber besi beton tersebut untuk pekerjaan Konstruksi.
3. Sebelum mengadakan pemesanan pemborong harus mengadakan pengujian
mutu besi beton yang akan dipakai, sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari
Pengawas Teknis, berjumlah minimal 3 ( tiga ) batang untuk tiap-tiap jenis
percobaan, yang diameternya sama dan panjangnya kurang lebih 100 cm.
Percobaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilamana dipandang
perlu oleh Pengawas Teknis.
4. Contoh besi beton yang diambil untuk pengujian tanpa kesaksian Pengawas
Teknis tidak diperkenankan sama sekali dan hasil test yang bersangkutan tidak sah
.
5. Semua biaya – biaya percobaan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab
pemborong. Penggunaan besi beton yang sudah jadi seperti Steel Wiremesh atau
yang semacam itu, harus mendapat persetujuan tertulis Perencana Struktur.
6. Besi beton harus dilengkapi dengan label yang memuat nomor pengecoran dan
tanggal pembuatan, dilampiri juga dengan sertifikat pabrik yang sesuai untuk besi
tersebut.
7. Besi beton yang tidak memenuhi syarat – syarat karena kualitasnya tidak sesuai
dengan spesifikasi Struktur harus dikeluarkan dari site setelah menerima Instruksi
tertulis dari Pengawas Teknis, dalam waktu 2 X 24 jam atas biaya Pemborong.
E. Kualitas Beton
1. Kecuali bila ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah
 Mutu beton K-350 (Tegangan tekan hancur karakteristik untuk kubus
beton ukuran 15 x 15 x 15 cm3 pada usia 28 hari ), atau F’c = 29,05 Mpa (
Tegangan tekan hancur karakteristik untuk silinder beton ukuran diameter
15 cm dan tinggi 30 cm pada usia 28 hari ).
Untuk Bangunan Gedung Simulasi
 Mutu beton K-300 (Tegangan tekan hancur karakteristik untuk kubus
beton ukuran 15 x 15 x 15 cm3 pada usia 28 hari ).
Untuk Bangunan Kolam Renang, Kolam Rescue, Gedung Serba guna, Klinik
dan Rumah dinas.
 Mutu beton K-225 (campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil) digunakan pada
umumnya untuk kolom praktis, Balok Praktis, pagar, regol dan bagian –
bagian lain yang tidak memikul beban, kecuali ditentukan lain.
2. Pemborong harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat kualitas
beton ini dengan memperhatikan data-data pengalaman pelaksanaan di lain
tempat dan dengan mengadakan trial-mix di Laboratorium.
3. Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji berupa silinder beton dan
kubus beton, menurut ketentuan-ketentuan yang di sebut dalam Peraturan Beton
Indonesia mengingat bahwa W/C factor yang sesuai disini adalah sekitar 0,25-0,55
maka – pemasukan adukan ke dalam cetakan benda uji dilakukan menurut
peraturan beton Indonesia tanpa menggunakan penggetar.
Pada masa-masa pembetonan pendahuluan harus dibuat min 1 benda uji per 1,5
m3 beton hingga dengan cepat dapat diperoleh 20 benda uji yang pertama,
pengambilan benda uji harus dengan periode antara yang disesuaikan dengan
kecepatan pembetonan.
4. Pemborong harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 2
JAKARTA

dibuat dengan disahkan oleh Pengawas Teknis dan laporan tersebut harus
dilengkapi dengan perhitungan tekanan beton.
5. Laporan tertulis tersebut harus disertai setifikat dari Laboratorium.
6. setiap akan diadakan pengecoran atau setiap 5 m 3, selama pelaksanaan harus ada
pengujian slump, dengan syarat minimum 5 cm dan maksimum 12 cm. Cara
pengujian slump sebagai berikut :
Contoh beton diambil tepat sebelum di tuangkan kedalam cetakan beton
(bekisting) cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan diatas kayu yang rata atau
plat beton. Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya. Kemudian adukan
tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi diameter 16 mm panjang 30 cm
dengan ujung yang bulat ( seperti peluru ).
Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap
lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk dalam satu lapisan
yang bawahnya. Setelah atas nya diratakan, segera cetakan di angkat perlahan-
lahan dan di ukur penurunannya ( nilai slump-nya ).
F. Syarat –syarat pelaksanaan :
1. Pemborong harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan beton sesuai
dengan ketentuan – ketentuan yang disahkan, termasuk kekuatan, toleransi dan
penyelesaian.
2. Khusus untuk pekerjaan beton bertulang yang yang terletak langsung di atas
tanah, harus dibuatkan lantai kerja dari beton tak bertulang dengan campuran
semen : pasir : kerikil = 1:3:5 setebal minimal 5 cm atau seperti tercantum pada
gambar pelaksana .
3. Syarat khusus untuk Beton Ready Mix.
a. Pada prinsipnya semua persyaratan-persyaratan untuk yang di buat di
lapangan berlaku juga untuk beton Ready Mix, baik mengenai persyaratan
material semen, agregat, air ataupun admixture, testing beton, slump dan
sebagainya.
b. Diisyaratkan untuk pemesanan beton Ready mix yang sudah terkenal
mengenai stabilitas mutunya, kontinuitas penyediaannya dan mempunyai /
mengambil material-material dari tempat tertentu yang tetap dan bermutu
baik.jika mutu beton yang relatif sangat besar maka selain mutu beton mak
harus diperhatikan betul-betul tentang kontinuitas pengadaan agar tidak
terjadi hambatan dalam waktu pelaksanaan.
c. Pengawas Teknis akan menolak setiap beton Ready Mix yang sudah
mengeras atau menggumpal atau tidak digunakan dalam pengecoran. Usaha-
usaha untuk menghaluskan / menghancurkan beton Ready Mix yang sudah
mengeras atau menggumpal sama sekali tidak diperbolehkan.
d. Pemborong harus meminta jaminan tertulis kapada Supplier Beton Ready
Mix jaminan tentang mutu beton yang digunakan walaupun demikian, untuk
mengecek mutu beton yang dipakai maka baik Pemborong maupun Supplier
Beton Ready Mix masing-masing harus membuat kubus Beton percobaan
untuk ditest di Laboratorium yang ditunjuk / disetujui oleh Pengawas Teknis
dan jumlah Silinder atau khusus beton di buat sesuai dengan Peraturan Beton
Indonesia.
e. Beton Ready Mix yang tidak memenuhi mutu yang diisyaratkan, walaupun di
suplai oleh perusahaan Beton Ready Mix, tetap merupakan tanggung jawab
sepenuhya Pemborong.
f. Beton Ready Mix yang sudah melebihi waktu 3 ( tiga ) jam, yaitu terhitung
sejak dituangkan air kecampur beton ke dalam truk Ready Mix dari

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 2
JAKARTA

plant/pabrik sampai selesainya beton Ready Imx tersebut dituangkan dicor,


tidak dapat digunakan atau dengan perkataan lain akan ditolak, segala akibat
biaya yang ditimbulkan menjadi beban dan resiko Pemborong.
g. Adukan beton yang di buat di tempat ( site mixing )
adukan beton harus memenuhi syarat-syarat :
 Semen diukur menurut berat.
 Agregat diukur menurut berat.
 Pasir diukur menurut berat.
 Adukan beton di buat dengan menggunakan alat pengaduk mesin
(concrete mixing).
 Jumlah adukan beton tidak boleh melebuhi kapasitas mesin pengaduk.
 Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah semua bahan
berada dalam mesin pengaduk .
 Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus dibersihkan
lebih dahulu, sebelum adukan beton yang baru dimulai.
G. Test Kubus Beton ( Pengujian Mutu Beton ).
1. Pengawas Teknis berhak meminta setiap saat kepada Pemborong untuk membuat
benda uji silinder atau kubus dari adukan beton yang di buat dua sample untuk
tiap 5 m3.
2. Untuk benda uji berbentuk silinder, cetakan harus berbentuk silinder dengan
ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm dam memenuhi syarat dalam Peraturan
Beton Indonesia. Untuk benda uji berbentuk kubus. Cetakan harus berbentuk
bujur sangkar dalam segala arah dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm dan memenuhi
syarat dalam Peraturan Beton Indonesia.
3. Pengambilan adukan beton, pencetakan beda uji kubus dan curingnya harus
dibawah Pengawasan Teknis. Prosedurnya harus memenuhi syarat – syarat dalam
Peraturan Beton Indonesia.
4. Pengujian pada umumnya dilakukan sesuai dengan Peraturan Beton Indonesia,
termasuk juga pengujian – pengujian kekentalan adukan (slump) dan pengujian
tekan (Crushing Test).
Jika beton tidak memenuhi syarat – syarat pengujian slump, maka kelompok
adukan yang tidak memenuhi syarat itu tidak boleh dipakai dan Pemborong harus
menyingkirkan dari tempat pekerjaan. Jika pengujian tekan gagal maka perbaikan
– perbaikan atau langkah – langkah yang diambil harus dilakukan dengan
mengikuti prosedur-prosedur Peraturan Beton Indonesia atas biaya Pemborong.
5. Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan benda uji kubus menjadi tanggung
jawab Pemborong.
6. Benda uji kubus harus ditandai dengan suatu kode yang menunjukan tanggal
pengecoran, bagian struktur yang bersangkutan dan lain – lain data yang perlu
dicatat.
7. Benda uji kubus harus ditest di Laboratorium Beton yang disetujui oleh Pengawas
Teknis.
8. Laporan Asli (bukan foto copy) hasil Percobaan harus diserahkan kepada
Pengawas Teknis dan Perencana Struktur segera sesudah selesai percobaan,
dengan mencantumkan besarnya kekuatan karakteristik, devisi standard
Percobaan / Test kubus beton dilakukan untuk umur – umur beton 3,7, 14 dan 21
hari serta juga untuk umur beton 28 hari.
9. Apabila dalam pelaksanaan nanti kepadatan bahwa mutu beton yang dibuat
seperti yang ditunjukan oleh benda uji kubusnya gagal memenuhi syarat

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 2
JAKARTA

spesifikasi, maka Pengawas Teknis berhak meminta Pemborong supaya


mengadakan percobaan – percobaan non destruktif atau kalau memungkinkan
mengadakan percobaan loading atas biaya Pemborong. Percobaan – percobaan
ini harus memenuhi syarat–syarat dalam Peraturan Beton Indonesia. Apabila
gagal, maka bagian pekerjaan tersebut harus dibongkar dan dibangun baru sesuai
dengan petunjuk Pengawas Teknis. Semua biaya–biaya untuk percobaan dan
akibat–akibat gagalnya pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Pemborong.
H. Pengecoran Beton.
1. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian – bagian
struktur dari pekerjaan beton, Pemborong harus mengajukan permohonan izin
pengecoran tertulis kepada Pengawas Teknis minimum 3 (tiga) hari sebelum
tanggal / hari pengecoran.
2. Permohonan izin pengecoran tertulis tersebut hanya boleh diajukan apabila
bagian pekerjaan yang akan dicor tersebut sudah “siap” artinya Pemborong sudah
mempersiapkan bagian pekerjaan tersebut sebaik mungkin sehingga sesuai
dengan gambar dan spesifikasi.
3. Kontraktor wajib menyiapkan “concrete pump” apabila volume beton yang akan
dicor mencapai volume 15 m3 atau lebih.
4. Atas pertimbangan khusus Pengawas Teknis dan pada keadaan – keadaan khusus
misalnya untuk volume pekerjaan yang akan dicor relatif sedikit / kecil dan
sederhana maka izin pengecoran dapat dikeluarkan lebih awal dari 3 (tiga) hari
tersebut.
5. Izin pengecoran tertulis yang sudah dikeluarkan dapat menjadi batal apabila
terjadi salah satu keadaan seperti tersebut.
a. Izin pengecoran tertulis telah melewati 7 (tujuh) hari dari tanggal rencana
pengecoran yang disebutkan dalam izin tersebut.
b. Kondisi bagian pekerjaan yang akan dicor sudah tidak memenuhi syarat lagi
musalnya tulangan, pembersih bekisting atau hal – hal lain yang tidak sesuai
dengan gambar – gambar dan spesifikasi.
Jika tidak ada persetujuan dari Pengawas Teknis, maka Pemborong dapat
diperintahkan untuk menyingkir / membongkar beton yang sudah dicor
tanpa persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis atas biaya Pemborong
sendiri.
6. Adukan beton harus secepatnya di bawah ketempat pengecoran dengan
menggunakan cara ( metode ) yang sepraktis mungkin, sehingga tidak
memungkinkan adanya pengendapan aggregrat dan tercampurnya kotoran –
kotoran atau bahan lain dari luar. Penggunaan alat – alat pengangkut mesin
haruslah mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis, sebelum alat – alat
didatangkan ketempat pekerjaan.
7. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan besi
beton selesai diperiksa dan mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis.
8. Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat – tempat yang akan dicor terlebih
dahulu harus dibersihkan dari segala kotoran – kotoran (potongan kayu, batu,
tanah dan lain – lain). Dan basahi dengan air semen.
9. Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan menuangkan
adukan dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian lebih dari 1,5 m yang
akanmenyebabkab pengendapan / pemisahan aggregat. Pengecoran harus
dilakukan secara terus menerus (continue / tanpa berhenti). Adukan yang tidak
dicor (ditinggikan) dalam waktu lebih dari 15 menit setelah keluar dari mesin
adukan beton, dan juga adukan yang tumpah selama pengangkutan, tidak

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 2
JAKARTA

diperkenan untuk dipakai lagi.


I. Pemadatan Beton
1. Beton Harus dipadatkan dengan menggunakan vibrator dengan ukuran yang
sesuai selama pengecoran berlangsung dan tidak merusak acuan maupun posisi /
rangkaian tulangan.
2. Pekerjaan beton yang telah selesai harus bebas kropos (huney comb), yaitu
memperlihatkan permukaan yang halus bila cetakan dibuka.
3. Pemborong harus menyiapkan vibrator–vibrator untuk menjamin pemadatan
yang baik.
Vibrator yang dipakai harus dengan frekuensi tidak kurang dari 3000 cyrcles
permenit dan kemampuan memberikan percepatan pada beton setelah kontak.
Pada umumnya jarum pengetar dimasukan kedalam adukan kira – kira vertikal,
tetapi dalam keadaan – keadaan khusus boleh miring sampai 45o. Selama
penggetaran, jarum tidak boleh digerakan kearah horizontal karena hal ini akan
menyebabkan pemisahan bahan – bahan. Harus dijaga jarum tidak mengenai
cetakan atau bagian beton yang sudah mulai mengeras. Karena itu jarum tidak
boleh dipasang lebih dekat dari 5 cm dari cetakan atau dari beton yang sudah
mengeras. Juga harus diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh jarum, agar
tulangan tidak terlepas dari betonnya dan getaran – gataran tidak merambat
kebagian – bagian lain dimana betonnya sudah mulai mengeras. Lapisan yang
digetarkan tidak boleh tebal dari panjang jarum dan pada umumnya tidak boleh
lebih tebal dari 30-50 cm. Berhubung dengan itu maka pengecoran bagian –
bagian konstruksi yang sangat tebal harus dilakukan lapis demi lapis, sehingga tiap
– tiap lapis dapat dipadatkan dengan baik. Jarum penggetar ditarik dari adukan
beton apabila adukan mulai sampai mengkilap sekitar jarum ( air semen mulai
memisahkan diri dari aggregat ) yang pada umumnya tercapai setelah maksimum
30 detik. Penarikan jarum ini dilakukan secara perlahan-lahan, agar rongga bekas
jarum dapat diisi penuh lagi dengan adukan.
4. Pemborong harus menyediakan paling sedikit 2 vibrator ekstra / cadangan untuk
masing -masing ukuran yang digunakan, untuk digunakan pada saat yang lain
rusak, sehingga kontinuitas pengecoran beton tetap terjamin.
5. Admixture pada umumnya dengan pemilih bahan – bahan yang seksama, cara
mencampur dan mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang cermat tidak
diperlukan penggunaan suatu admixture. Jika penggunaan admixture masih
dianggap perlu, Pemborong diminta terlebih dahulu mendapatkan persetujuan
tertulis dari Pengawas Teknis mengenai hal tersebut.
Untuk itu Pemborong harap memberitahukan nama perdagangan Admixture
tersebut dengan keterangan mengenai tujuan, data – data bahan, nama pabrik
produksi, jenis bahan mentah utamanya, cara – cara pemakaiannya resiko – resiko
/ efek samping dan keterangan – keterangan lain yang dianggap perlu. Sebelum
pekerjaan dimulai Pemborong harus menyerahkan contoh beton dengan ukuran
10 x 10 x 20 cm3 yang telah menggunakan campuran kedap air tersebut, contoh
tersebut oleh Pengawas Teknis akan direndam dalam cairan berwarna selama 2 x
24 jam dan setelah itu contoh diangkat dan dikeringkan.
Kemungkinan contoh tersebut dipatahkan menjadi dua dan dilihat berapa tebal
meresapnya cairan berwarna tersebut kedalam beton.
J. Siar Pelaksanaan
1. Posisi dan pengaturan siar pelaksanaan harus sesuai dengan peraturan beton
yang berlaku mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis.
Umumnya posisi siar pelaksanaan terletak pada 1/3 bentang tengah dari suatu

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 3
JAKARTA

konstruksi. Bentuk siar pelaksanaan harus vertikal dan tiap siar pelaksanaan yang
menahan gaya besar harus diberikan besi tambahan / dowel yang sesuai untuk
menahan gaya geser tersebut.
2. Sebelum pengecoran beton baru, permukaan dari beton lama supaya dibersihkan
dengan seksama dan dikasarkan. Kotoran – kotoran disingkirkan dengan air dan
menyikat sampai aggregate kasar tampak. Setelah permukaan siar tersebut bersih
“ Coltbond ” harus dilapiskan merata seluruh permukaan.
K. Curing dan Perlindungan Tes Beton.
1. Beton harus dilindungi sejauh mungkin terhadap matahari selama berlangsungnya
proses pengerasan, pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air dan secara
mekanis atau pengeringan sebelum waktunya.
2. Semua permukaan beton harus dijaga tetap basah terus menerus selama 14 hari.
Khusus untuk kolom, maka curing beton dapat dilakukan dengan cara menutupi
dengan karung basah sedangkan untuk lantai selama 7 hari atau menggenangi
dengan air pada permukaan beton tersebut.
3. Terutama pada pengecoran beton pada waktu cuaca panas, curing dan
perlindungan atas beton harus lebih diperhatikan. Pemborong bertanggung jawab
atas retaknya beton karena susut akibat kelalaian ini.
L. Pembengkokan dan Penyetelan Besi Beton
1. Pembengkokan besi beton harus dilakukan dengan hati – hati dan teliti / tepat
pada posisi pembengkokan sesuai gambar dan tidak menyimpang dari Peraturan
Beton Indonesia.
Pembengkokan tersebut harus dilakukan oleh tenaga ahli, dengan menggunakan
alat–alat (bar bender) sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan cacat patah,
retak–retak dan sebagainya. Semua pembengkokan tulangan harus dilakukan
dalam keadaan dingin dan pemotongan harus dengan bar Cutter, tidak boleh
dengan api.
2. Sebelum penyetelan dan pemasangan besi beton dimulai Pemborong diwajibkan
membuat gambar kerja (Shop Drawing) berupa penjabaran gambar rencana
Pembesian Struktur, rencana kerja pemotongan dan Pembengkokan besi beton
(Bending schedule) yang diserahkan kepada Pengawas Teknis untuk mendapatkan
persetujuan tertulis.
3. Pemasangan dan penyetelan berdasarkan peil – peil, sesuai dengan gambar dan
harus sudah diperhitungkan mengenai toleransi penurunannya.
4. Pasangan selimut beton (beton decking) harus sesuai dengan gambar detail
standar.
Sebagai catatan, pemasangan tulangan utama tarik – tekan penampang, sehingga
pemakaian selimut beton yang melebihi ketentuan tersebut diatas harus
mendapat persetujuan tertulis dari Pengawasan Teknis dan Perencana.
5. Sebelum besi beton dipasang besi beton harus bebas dari kulit besi karat, lemak,
kotoran serta bahan – bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat.
6. Pemasangan Rangkain Tulangan yaitu kait – kait, panjang penjangkaran, overlap,
letak sambungan dan lain – lain harus sesuai dengan gambar. Apabila ada
keraguan tentang rangkaian tulangan maka pemborong harus memberitahukan
kepada Pengawas Teknis/Perencana Struktur untuk klasifikasi. Untuk hal itu
sebelumnya Pemborong membuat gambar pembengkokan baja tulangan (bending
schedule), diajukan kepada Pengawas Teknis untuk mendapat persetujuannya.
7. Penyetelan besi beton harus dilakukan dengan teliti, terpasang pada kedudukan
yang teguh untuk menghindari pemindahan tempat dengan menggunakan kawat
yang berukuran tidak kurang dari 16 gauge atau klip yang sesuai pada setiap tiga

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 3
JAKARTA

pertemuan. Pembesian harus ditunjang dengan beton atau penunjang besi,


spacers atau besi penggantung seperti yang ditunjuk pada gambar atau
dicantumkan pada spesifikasi ini. Penunjang – penunjang metal tidak boleh
diletakkan berhubungan dengan bekisting.
8. Ikatan kawat harus dimasukan dalam penampungan beton, sehingga tidak
menonjol kepermukaan beton.
9. Sengkang – sengkang harus diikat pada tulangan utama dan jaraknya harus sesuai
dengan gambar.
10. Precast Mortal Spacing Block harus digunakan untuk menahan jarak dan yang
tapat pada tulangan dan minimum mempunyai kekuatan beton yang sama
dengan beton yang dicor.
11. Sebelum pengecoran semua penulangan harus betul – betul bersih dari semua
kotoran – kotoran.
M. Pengganti Besi.
1. Pemborong harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai dengan
apa yang tertera pada gambar.
2. Dalam hal ini dimana berdasarkan pengalaman Pemborong atau pendapatnya
terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian yang
ada maka.
a. Pemborongan dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi
pembesian yang tersedia dalam gambar. Usulan pengganti tersebut harus
segera dikonfirmasikan pada perencana.
b. Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh Pemborong sebagai pekerjaan
lebih, maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada
persetujuan tertulis dari perencanaan Konstruksi.
c. Jika disusulkan perubahan dari rangkaian pembesian maka perubahan
tersebut hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari perencana
Konstruksi.
d. Mengajukan usul dalam rangka tersebut diatas adalah merupakan juga
keharusan dari Pemborong.
3. Jika Pemborong tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan
yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi
dengan yang terdekat dengan catatan :
a. Harus ada persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis.
b. Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak
boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksud
adalah jumlah luas). Khusus untuk balok induk, jumlah luas penampang besi
pada tumpuan juga tidak boleh beda jauh dari pembesian aslinya.
c. Pengganti tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian
ditempat tersebut atau didaerah overlapping yang dapat menyulitkan
pembetonan atau penyampaian penggetar.
d. Tidak ada pekerjaan tambahan dan tambahan waktu pelaksanaan.
4. Pemasangan Alat – alat di Dalam Beton.
a. Pemborong tidak dibenarkan untuk membobok, membuat lubang atau
memotong konstruksi beton yang sudah jadi tanpa sepengetahuan dan ijin
tertulis dari Perencana Struktur.
b. Ukuran dan pembuatan lubang, pemasangan alat di dalam beton,
pemasangan sparing dan sebagainya, harus sesuai gambar atau menurut
petunjuk – petunjuk Pengawas Teknis.
c. Perkuatan pada lubang beton untuk keperluan pekerjaan Mekanikal dan

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 3
JAKARTA

Elektrikal yang akan dibuat kemudian oleh Perencana Struktur tetap menjadi
beban Pemborong.
N. Kolom Praktis dan Ring Balok untuk Dinding.
1. Setiap dinding yang bertemu dengan kolom harus diadakan penjangkaran dengan
jarak antara 60 cm, panjang jankar minimum 60 cm dibagian yang tertanam dalam
bata 30 cm diameter 8 mm.
2. Tiap luas dinding yang lebih besar dari kolom – kolom praktis / ring balok, dengan
ukuran 13 x 13 cm.
Tulangan kolom praktis / ring balok adalah 4 diameter 10 mm dengan sengkang
diameter 6 mm jarak 20 cm.
3. Untuk lisplank bata dan dinding – dinding lainnya yang tingginya > 3 m harus
diberi kolom praktis setiap jarak 3 m dan bagian atasnya diberikan ring balok.
Ukuran dan tulangan kolom praktis dan ring balok seperti pada butir 2.
O. Tanggungjawab kontraktor.
Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai dengan ketentuan
di atas, sesuai dengan gambar konstruksi yang diberikan. Hadir atau tidaknya
Pengawas Teknis selaku wakil Perencana, yang sejauh mungkin tidak melihat /
mengawas / menegur, maka kontraktor tetap bertanggung jawab penuh terhadap hasil
kualitas pekerjaan.

PASAL 6
PEKERJAAN BETON TIDAK BERTULANG

1. Spesifikasi bahan.
A. Air
air yang digunakan harus air bersih yang memenuhi syarat untuk diminum (air minum),
dan semua biaya untuk mendapatkan air bersih sepenuhnya menjadi tanggung jawab
kontraktor.
B. Batu Split / koral
Batu split / koral yang digunakan harus yang bersih dan bermutu baik serta
mempunyai gradasi serta kekerasan sesuai dengan syarat – syarat yang tercantum
dalam PBI 1971.
C. Pasir
Pasir beton harus bersih dan bebas dari bahan – bahan organis, Lumpur dan sejenis-
jenisnya dan juga memenuhi komposisi butir serta kekerasan sesuai dengan syarat –
syarat yang tercantum dalam PBI 1971. Pasir laut tidak diperbolehkan untuk dipakai.
D. Semen
Semen yang digunakan Portland Cement jenis I menurut NI-8 1965 atau type 1
menurut ASTM.C.150 dan memenuhi S.400 menurut Standard Cement Portland yang
digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (N.C.8-172). Semen yang rusak tidak
diperbolehkan dipakai.

2. Syarat – syarat pelaksanaan


A. Pemukaan tanah yang akan dilapisi beton tumbuk harus rata dan diperkeras.
B. Setelah permukaan rata dan keras kemudian digelar pasir urug dengan ketebalan 5-10
cm.
C. Beton tumbuk digelar dengan ketebalan minimal 5 cm.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 3
JAKARTA

PASAL 7
PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA

1. Bahan
a. Semua bahan baja yang dipergunakan harus sesuai dengan JIS G-3101, mutu BJ-37
dengan tegangan leleh minimum 2400 kg/cm².
b. Semua bahan baja yang dipergunakan harus merupakan bahan baru, yaitu bahan yang
belum pernah dipergunakan untuk kontruksi lain sebelumnya.
c. Seluruh profil baja dan baut harus disandbalsting dan dicat hotdeep galvanis.

2. Fabrikasi
a. Pemeriksaan dan lain-lain
Seluruh pekerjaan di pabrik harus merupakan pekerjaan yang berkualitas tinggi, seluruh
pekerjaan harus dilakukan dengan ketepatan sedemikian rupa sehingga semua komponen
dapat dipasang dengan tepat di lapangan.
Direksi/M K mempunyai hak memeriksa pekerjaan di pabrik pada saat yang dikehendaki,
tidak ada pekerjaan yang boleh dikirim kelapangan sebelum diperiksa dan disetujui
Direksi/M K. Setiap pekerjaan yang kurang baik atau tidak sesuai dengan gambar atau
spesifikasi ini boleh ditolak dan bila demikian halnya harus diperbaiki dengan segera.
b. Gambar Kerja.
Sebelum pekerjaan di pabrik dimulai, Kontraktor harus menyiapkan gambar-gambar kerja
yang menunjukan detail-detail lengkap dari semua komponen, panjang serta ukuran las,
jumlah, ukuran dan tempat-tempat baut serta detail lain yang lazim diperlukan untuk
fabrikasi.
c. Ukuran-ukuran
Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua ukuran
yang tercantum dalam gambar kerja.
d. Kelurusan
Toleransi dari kelurusan komponen tidak lebih dari yang disyaratkan di bawah ini:
- Untuk kolom L/1000.
- Untuk komponen lainnya L/500.

3. Pengelasan
a. Pengelasan harus dikerjakan oleh tenaga ahli dan berpengalaman.
b. Semua pekerjaan pengelasan harus dikerjakan dengan rapi tanpa menimbulkan kerusakan
pada bahan bajanya.
c. Elektroda las yang dipergunakan harus disimpan pada tempat yang dapat menjamin
komposisi dan sifat-sifat dari elektroda tersebut selama masa penyimpanan.
d. Permukaan dari daerah yang akan dilas harus bebas dari berbagai kotoran, cat, minyak,
dan karat.
e. Setelah dilakukan pengelasan, sisa-sisa atau kerak harus dibersihkan dengan baik.
f. Standart mutu las sesuai dengan gambar E 70 XX yaitu menggunakan elektroda 70.
Dengan ketebalan las 6mm atau yang disebutkan sesuai gambar.
g. Peralatan las listrik ini terdiri dari :
1) Pesawat las
Pesawat las jenis AC terdiri dari transformator yang dihubungkan dengan jala PLN atau
dengan pembangkit listrik, motor disel, atau motor bensin. Kapasitas trafo
biasanya 500 sampai 1000 ampere. Sedangkan voltase (tegangan) yang ke luar dari

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 3
JAKARTA

pesawat trafo ini antara 36 sampai 70 volt, dan ini bervariasi menurut pabrik yang
mengeluarkan pesawat las trafo ini.
Pesawat jenis DC ini dapat berupa pesawat tranformator rectifier, pembangkit listrik
motor disel atau motor bensin, maupun pesawat pembangkit listrik yang digerakan
oleh motor listrik digerakkan oleh motor listrik (motor generator).
2) Alat-alat bantu las
Pada pengelasan terdapat alat bantu yang terdiri dari :
 Kabel las,
 Pemegang elektroda,
 Palu las,
 Sikat kawat,
 Klem masa,
 Penjepit.
3) Perlengkapan keselamatan kerja
Pada perlengkapan keselamatan kerja terdiri dari :
 Helm las (topeng las),
 Tarung tangan
 Baju las (apron)
 Sepatu las
 Kamar las
4) Elektroda
Elektroda yang dipergunakan pada las busur mempunyai perbedaan komposisi selaput
maupun kawat inti. Diantaranya adalah elektroda berselaput .
Pada elektroda ini pengelasan fluksi pada kawat inti dapat dengan cara destruksi,
semprot atau celup.
Ukuran standar diameter kawat inti dari 1,5 sampai 7 mm dengan panjang antara 350
sampai 450 mm.
a) Jenis – jenis Selaput Fluksi Elektroda
Bahan untuk selaput fluksi elektroda tergantung pada kegunaanya, yaitu antara
lain selulosa, kalium karbonat, tintanikum dioksida, kaolin, kalium oksida
mangan, oksida besi, serbuk besi, besi silicon, besi mangan dan sebagainya,
dengan persentase yang berbeda-beda untuk tiap jenis elektroda.
b) Tebal selaput
Tergantung dari jenisnya, tebal selaput elektroda antara 10% sampai 50% dari
diameter elektroda.
Pada waktu pengelasan selaput elektroda ini nakan ikut mencair dan
menghasilkan gas CO2 yang melindungi cairan las, busur listrik, dan sebagian
benda kerja terhadap udara luar.
Udara luar yang mengandunng O 2 dan N akan dapat mempengaruhi sifat mekanik
dari logam las. Cairan selaput yang disebut terak akan tereapung dadn membeku
melapisi permukaan las yang masih panas.

4. Lubang-lubang baut
Pembuatan lubang baut harus dilaksanakan di pabrik dan harus dikerjakan dengan alat bor,
kecuali untuk gording dapat dikerjakan dengan alat pons. Lubang baut harus lebih besar 2.00
mm dari pada diameter luar baut.

5. Sambungan
Untuk sambungan-sambungan komponen konstruksi baja yang tidak dapat dihindarkan
berlaku ketentuan sebagai berikut :

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 3
JAKARTA

a. Hanya diperkenankan satu sambungan.


b. Semua penyambungan profil baja harus dilaksanakan dengan las tumpul (full penetration
butt weld).

6. Pemasangan Percobaan (Trial Erection)


Bila dipandang perlu oleh Direksi/M K, Kontraktor wajib melaksanakan pemasangan
percobaan dari sebagian atau seluruh pekerjaan konstruksi.

7. Pengecatan
a. Semua bahan konstruksi baja harus dicat. Sebelum dicat semua permukaan baja harus
bersih dari berbagai kotoran, atau minyak. Pembersihan harus dilakukan dengan sikat besi
mekanis (mechanical wire brushing).
b. Cat dasar adalah cat zink chromate buatan ICI, Danapaint atau setaraf, pengecatan
dilakukan satu kali di pabrik dan satu kali di lapangan.
c. Untuk lubang baut kekuatan tinggi (high strength bolt) permukaannya tidak boleh dicat.
Pengecatan hanya boleh dilakukan setelah baut selesai dipasang.

8. Pengiriman Untuk Pemasangan Akhir (Final Erection)


a. Baut
Pemborong harus menyediakan seluruh baut yang diperlukan untuk pemasangan di
lapangan, ditambah dengan 5 % (lima persen) dari masing-masing ukuran.
b. Baut Angker
Semua baut angker harus sesuai dengan ukuran yang ada pada gambar dan harus
dilengkapi dengan mur dan satu ring.
Mutu baut angker adalah HTB A 325
c. Baut Hitam
Semua baut hitam harus sesuai dengan ukuran yang ada pada gambar dan harus
disediakan lengkap dengan mur dan satu ring.
Mutu harus sesuai dengan ASTM A 307.
d. Baut Kekuatan Tinggi
Semua baut kekuatan tinggi harus sesuai dengan ukuran yang ada pada gambar dan harus
disediakan lengkap dengan mur dan satu ring.
Baut Kekuatan Tinggi harus sesuai dengan ASTM A 325.
e. Pemberian Kode (Marking)
Setiap komponen harus diberi kode sesuai dengan gambar pemasangan.
Komponen harus diberi kode sedemikian rupa sehingga memudahkan
pemasangan.

9. Persyaratan Pengujian
a. Pemeriksaan dan Testing
Semua bahan yang dipergunakan dalam pekerjaan-pekerjaan baja harus dimungkinkan
untuk diperiksa atau ditest baik di pabrik (work shop) maupun di lapangan oleh Direksi/M
K, dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor.
b. Radiographic Test/X-ray Test
Untuk sambungan-sambungan baut dan las dilakukan pemeriksaan visual, kecuali
pengelasan dengan full penetration harus dilakukan pemeriksaan dengan Radiographic
Test atau X-ray Test.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 3
JAKARTA

10. Pemasangan
Pemasangan komponen-komponen konstruksi baja harus dilakukan dengan alat pengangkat
mekanis (crane) dan pekerja pemasangan (erection crew) harus berpengalaman. Baut
kekuatan tinggi harus dikencangkan dengan kunci momen (torque wrench) sampai dengan pra
tegangan yang disyaratkan oleh pabrik baut tersebut.

PASAL 8
PEKERJAAN BAJA RINGAN
1. Spesifikasi Bahan
a. Jenis Profile Komponen Baja Ringan
Rangka atap kaso dan reng baja ringan memakai profil kaso C77 dan reng V33 dengan
ketebalan 0,50 mm.
b. Persyaratan Mutu Bahan
1) Mutu Baja adalah G.550 (Light Hight Tensile Steel) dengan persyaratan :
 Kekuatan leleh minimum 550 Mpa.
 Tegangan maksimum.
 Modulus elastisitas minimum 200.000 Mpa.
 Modulus geser minimum 80.000 Mpa.
2) Lapisan anti karat Hot Deep Galvanis dengan persyaratan:
 Kelas Galvanis Z 220.
 Kadar minimum AZ adalah 150 g/m2 dan kadar Z adalah 180 g/m2.
3) Self Drilling Screw yang dipakai dengan persyaratan :
 Panjang termasuk kepala baut minimal 36 mm.
 Kepadatan alur 16 alur.
 Diameter badan dengan alur 4.8 mm.
 Diameter badan tanpa alur 3.8 mm.
 Kekuatan Mekanikal minimum :
- Gaya geser baut 5.1 kN perbuah.
- Gaya aksial 8.6 kN.
- Gaya torsi 6.9 kN.
2. Pabrikasi
a. Semua komponen rangka atap kaso dan reng baja ringan dibuat dipabrik dengan mesin
khusus agar diperoleh bentuk dan ukuran yang presisi.
b. Disain konstruksi kuda-kuda dikerjakan dengan program komputer dan oleh perusahaan
kuda-kuda berstandar internasional.

3. Pemasangan
a. Sebelum pemasangan dimulai, kontraktor harus mengajukan shop drawing lengkap
dengan sertifikat pendukung dari perusahaan sub kontraktor. Shop drawing harus
mendapat persetujuan dari Pengawas dan Pengelola Proyek.
b. Pelaksana pemasangan harus dari perusahaan yang mempunyai tenaga kerja bersertifikat
dengan keahlian khusus untuk pekerjaan ini.
c. Pemasangan dengan menggunakan peralatan kerja dan peralatan keamanan yang
memenuhi standar.
d. Perakitan dilapangan harus mengikuti sistem konstruksi dan jenis-jenis profil komponen
yang sudah disetujui.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 3
JAKARTA

e. Untuk konstruksi konsul penggantung lisplank GRC harus menggunakan profil baja C
dengan ukuran sesuai gambar. Baja C ini juga berfungsi sebagai gording pengikat antar
konsul.
f. Angkur pengkait lisplank GRC dilas pada baja C dan bukan pada komponen baja ringan.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB JAKARTA 3
BAB IV : SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

BAB IV
SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN ARSITEKTUR

PASAL 1
PEKERJAAN FINISHING LANTAI

1. B a h a n.
A. Lantai Keramik ukuran 40 x 40 cm untuk ruangan
Kualitas setara Roman
B. Plin Keramik ukuran 10x30, kualitas setara Roman putih.
C. Lantai Keramik ukuran 20 x 20 cm & 40 x 40 untuk toilet dan border
D. Dinding Keramik ukuran 20 x 25 cm untuk dinding toilet, dapur, meja beton.
E. Kualitas setara Roman dengan berstandar SNI
F. Rabat Beton dibuat dari jenis beton B1 untuk area keliling luar bangunan.
G. Plesteran atau Screed tebal 3-5cm.
Harus mempunyai bahan dasar PC, pasir dan air sesuai dengan syarat-syarat pada
pasal di muka. Untuk area fasilitas umum terbuka pada lantai dasar
H. Floor Hardener
Powder untuk spesifikasi menengah produk Sika warna
I. P a s i r.
Dasar untuk lantai (termasuk juga lantai beton) harus terdiri dari pasir urug yang
dipadatkan merata.
J. Spesi atau perekat lantai
Harus mempunyai bahan dasar PC, pasir dan air sesuai dengan syarat-syarat pada
pasal di muka. Atau menggunakan setara Semen Instan MU 450

2. Macam dan lingkup pekerjaan


A. Pekerjaan lantai meliputi pemasangan ubin dan pekerjaan lain yang berhubungan
dengan pekerjaan ini seperti : Pekerjaan Lantai Kerja dan Rabat Beton.
Sebelumnya harus mendapat persetujuan dari Pengawas/Perencana.
B. Pemasangan lantai keramik di seluruh ruangan, kecuali yang ruangan-ruangan yang
disebutkan sesuai dengan gambar.

3. Cara pelaksanaan
A. Lantai keramik
1. Lantai keramik dipasang di atas pasangan semen M1 (floor). Bila pemasangan
keramik dilakukan di atas dinding, maka dinding tersebut harus diplester
dahulu dengan plesteran kasar, agar diperoleh dinding yang lurus dan vertikal.
2. Pemasangan keramik harus dengan adukan M1 setebal minimum 1,5 cm,
Dalam pemasangan bagian bawah dari ubin harus terisi padat dengan semen.
3. Pola pemasangan harus disesuaikan dengan pola yang dibuat pada gambar.
4. Jarak antara lantai (naat) 2 mm atau bila ditentukan lain pada gambar. Untuk
mengisi naat digunakan pasta semen (semen campur dengan air sampai diperoleh
bahan plastis). Untuk keperluan khusus dapat dipergunakan bahan kimia tertentu
sebagai isian naat, misalnya agar naat tahan asam, tahan air dan sebagainya.
5. Pengisian/pengecoran naat dilakukan paling cepat 24 jam setelah lantaidipasang,
sewaktu mengecor naat, lantai sudah benar-benar melekat dengan kuat pada
dinding/lantai, celah-celah antara lantai yang satu dengan yang lain harus bersih
dari debu dan kotoran lain sebelum dicor.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB JAKARTA 3
BAB IV : SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

6. Kotoran semen dan lainnya yang menempel pada permukaan lantai, khusus pada
waktu pengecoran naat harus dibersihkan sebelum menjadi keras / kering.
7. Bila pada keseluruhannya pemasangan tegel telah selesai, maka dinding / lantai
tersebut harus dilap / disapu bersih, kemudian dilakukan penelitian, apakah
seluruh lantai tersebut telah terpasang dengan rapih dan baik (tidak miring, tidak
lepas dan lain-lain).
8. Bila pekerjaan pemasangan rapih dan teliti, begitu selesai saat pemasangan tidak
perlu lagi dibersihkan, tetapi bila masih diperlukan lantai dapat dibersihkan
dengan lap basah atau bahan-bahan pembersih lunak yang ada di pasaran.
(misalnya: air dicampur dengan 15 % cuka). Bila sangat terpaksa, untuk
menghilangkan kotoran yang sukar terlepas, dapat digunakan sikat baja (untuk
menyikatnya) atau bahan pembersih spesial disesuaikan dengan jenis kotorannya.
9. Pasangan lantai diberi kemiringan untuk daerah service (kamar mandi), selasar.

B. Lantai Floor Hardener


1. Lantai beton dasar harus memiliki kadar minimum semen sebesar 300 kg/m3.
2. Lantai beton harus dikerjakan sesuai dengan standar pengerjaan lantai beton yang
benar.
3. Bila permukaan beton telah melewati setting time maka floor hardener ini dapat
ditaburkan secara merata dengan dosis rata – rata 5 kg/m2 atau sesuai dengan
yang disyaratkan.
4. Aplikasi harus berlangsung tanpa terputus.
5. Metode pengecoran secara bertahap untuk memastikan bahwa lokasi pengecoran
dapat dilaksanakan dengan tenaga kerja dan dosis bahan floor hardener secara
tepat.
6. Floor hardener ditaburkan secara bertahap kemudian segera digosok (di trowel).
7. Finishing akhir harus menggunakan mesin trowel pada saat beton sudah
mengeras dan kuat menahan beban mesin agar didapatkan permukaan yang lebih
padat.
8. Segera dilapisi Curing Compound untuk mengurangi terjadinya penguapan air
beton.
9. Jika akan segera dibebani maka sebaiknya dilindungi dengan multipleks plywood.

PASAL 2
PEKERJAAN DINDING DAN PLESTERAN

1. Bahan
A. Semen Portland / PC
Semen untuk pekerjaan batu dan plesteran sama dengan yang digunakan untuk
pekerjaan beton.
B. P a s i r
Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir tajam dan keras. Kadar lumpur yang
terkandung dalam pasir tidak boleh lebih besar dari 5 %. Pasir harus memenuhi
persyaratan PUBB 1970 atau NI-3.
C. A i r
Air yang digunakan untuk adukan dan plesteran sama dengan di pekerjaan beton (lihat
pasal sebelumnya ).
D. Bata ringan
Batu bata yang dipakai adalah bata ringan dengan standard mutu SNI, dengan

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB JAKARTA 3
BAB IV : SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

spesifikasi autoclaved aerated concrete setara primacon.


E. Semen Instant
Produk yang digunakan harus sesuai standar mutu SNI kualitas setara MU / Mortar
Utama
Perekat Bata Ringan : MU 380
Plesteran : MU 301
Acian dan perapihan Beton ekspose : MU 200
F. Bata Tahan Api
Produk yang digunakan adalah tipe SK-34 atau pada suhu ± 1300 C produk setara
Technocast
Ukuran menyesuaikan kebutuhan
G. Semen Tahan Api
Produk yang digunakan adalah tipe SK-34 atau pada suhu ± 1300 C produk setara
Technocast

2. Macam Pekerjaan
A. Pasangan bata ringan.
Batu bata yang akan dipasang harus direndam dalam air hingga jenuh dan sebelum
dipasang harus bebas dari segala jenis kotoran. Cara pemasangannya harus lurus dan
bata tidak boleh ada yang pecah . Semua campuran adukan harus dicampur dengan
mesin pengaduk. Tempat adukan tidak boleh langsung di atas tanah tapi harus pakai
alas (kayu dan lain-lain).
B. Plesteran dinding dan skonengan / plester sudut
Semua dinding yang diplester harus bersih dari kotoran dan disiram dengan air.
Sebelumnya dibuat kepala plesteran dengan ketebalan plester yang direncanakan.
Tebal plesteran paling sedikit 1,5 cm dan paling tebal 2 cm, plesteran yang baru saja
selesai tidak boleh langsung diselesaikan. Penyelesaian plesteran menggunakan pasta
semen yang sejenis / acian. Selama proses pengeringan plesteran harus disiram
dengan air agar tidak terjadi retak-retak rambut akibat proses pengeringan yang
terlalu cepat. Penyampuran adukan hanya boleh menggunakan mesin pengaduk.
Pengadukan harus di atas aas dari papan dan lain-lain. Dinding yang akan dicat
tembok harus digosok dengan amplas bekas pakai atau kertas zak semen. Semua
beton yang akan diplester harus dibuat kasar dulu agar plesteran dapat merekat.
Untuk semen skonengan harus digunakan campuran MU200, rata, siku dan tajam
pada sudutnya.
C. Mengorek sambungan
Semua sambungan harus dikorek paling sedikit 0,5 cm agar penyelesaian dinding
dapat melekat dengan baik.
D. Perlindungan
Pada waktu hujan dinding yang tidak terlindung harus diberi perlindungan dengan
menutupi bagian atas temboknya supaya pasangan yang belum kering tidak rusak kena
air.
E. Pasang Bata tahan api
Pada bangunan gedung simulasi khusus ruangan simulasi yang melibatkan api.
pemasangan setelah pasangan dinding biasa hingga acian akhir kemudian ditutup lagi
dengan bata tahan api pada seluruh permukaan termasuk plat lantai, kolom dan balok
ekspos dengan menggunakan sekrup tahan api yang kemudian ditutup dengan semen
tahan api.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB JAKARTA 3
BAB IV : SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

PASAL 3
PEKERJAAN CAT, DAN FINISHING LAINNYA

1. B a h a n.
A. Pengertian cat disini meliputi emulsi, sealer sement-emulsion filler dan pelapis-
pelapis lain yang dipakai sebagai cat dasar, cat perantara dan cat akhir.
B. Cat pigmen harus dimasukkan dalam kaleng dimana tertera nama perusahaan
pembuat, petunjuk pemakaian, formula, warna nomor seri dan tanggal
pembuatannya.
C. Semua cat yang akan dipakai harus mendapat persetujuan Pengawas. Untuk cat
tembok dipilih kualitas setara produksi Dullux, warna disesuaikan.
D. Plamur dan dempul untuk pekerjaan cat tembok dan cat kayu digunakan kualitas
setara produksi yang sama dengan kualitas setara produksi cat jadi yang dipilih.
E. Cat dinding eksterior dengan kualitas setara dulux weathershield.
F. Cat dinding interior dengan kualitas setara dulux.
G. Cat meni untuk pekerjaan kayu dan besi menggunakan kualitas setara produksi
GLOTEX.
H. Bahan pengencer digunakan dari produksi pabrik yang sama dengan bahan yang
diencerkan.

2. Macam dan lingkup pekerjaan.


A. Mengecat dengan cat tembok pada bidang dinding eksterior dan interior, khusus untuk
ruang kelas dibedakan warnanya antara dinding depan dengan samping dan belakang
seperti dinyatakan pada gambar.
B. Finishing dengan cat minyak untuk bidang permukaan kayu seperti panil-panil daun
pintu, kosen, papan lisplang, usuk dan sebagainya seperti tertera di gambar.
C. Mengecat semua tembok bidang langit-langit, dengan warna ditentukan kemudian.
3. Syarat-syarat pelaksanaan.
Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecatan harus mendapat persetujuan dari Konsultan
Perencana.
A. Cat tembok
Bidang yang akan dicat sebelumnya harus dibersihkan dengan cara menggosok
memakai kain yang dibasahi air, setelah kering didempul pada tempat yang
berlubang sehingga permukaannya rata dan licin untuk kemudian dicat paling sedikit
3 kali dengan roller 20 cm sampai baik atau dengan cara yang telah ditentukan oleh
pabrik.
B. Rencana pengecatan
INTERIOR EXTERIOR
- Plesteran Cat dasar alkali Cat dasar alkali
+ 3 kali cat emulsi + 3 kali cat emulsi
- Langit-langit 3 kali cat emulsi 3 kali cat emulsi

PASAL 4
PEKERJAAN KUSEN, DAUN PINTU DAN JENDELA ALUMINIUM

1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Bagian ini mencakup syarat-syarat untuk pekerja, pekerjaan, material dan
peralatan.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB JAKARTA 3
BAB IV : SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

1.2. Meliputi penyediaan kusen, daun jendela aluminium sesuai gambar dan
spesifikasi yang diminta beserta perlengkapan dan aksesori untuk
pemasangannya.
1.3. Meliputi tanggung-jawab penyimpanan, perawatan serta pemasangannya dengan
kualitas setara “commercial quality”
1.4. Pekerjaan yang terkait dengan pekerjaan ini adalah:
- Pasal Pekerjaan Pasangan.
- Pasal Pekerjaan Pengecetan.
- Pasal Pekerjaan Metal Pabrikasi.
- Pasal Alat Penggantung dan Pengunci.
1.5. Referensi
a. Semua pekerjaan harus mengacu ke standar :
- SII 00649-82- Extrusi Jendela.
- SII 0405-80- Alumunium Extrussion.
- SII 0695-82- Alumunium Extruder Number.
- ASTM E331-84- Water Leakade.
b. Quality Assurance :
- Kualifikasi manufaktur: produk yang digunakan disini harus diproduksi
oleh perusahaan yang sudah terkenal dan mempunyai pengalaman yang
sukses dan diterima oleh Pengawas dan pemberi tugas.
- Single source responsibility: Untuk menjamin kualitas penampilan dan
performance, harus memakai material untuk sistem yang berasal dari
satu manufaktur (single manufaktur) dengan sistem yang tersedia atau
disetujui oleh sistem dari manufaktur.
- Building concrete stuktural tolerance: harus tidak lebih dari toleransi yang
diijinkan.
c. Kualifikasi Pekerjaan
- Sedikitnya harus ada 1 (satu) orang yang sepenuhnya mengerti terhadap
bagian ini selama pelaksanaan, paham terhadap kebutuhan– kebutuhan
yang diperlukan selama pelaksamnaan.
- Tenaga kerja yang terlatih tersedia harus cukup serta memiliki skill yang
dibutuhkan.
- Dalam penerimaan atau penolakan pekerjaan, Direksi tidak mengijinkan
tenaga kerja tampa atau kurang skill-nya.
1.6. Submittal ( Pengiriman )
Kontraktor harus mengirimkan hal-hal berikut untuk persetujuan pemberi tugas,
Pengawas, dan Perencana.
a. Shop drawing yang menunjukan pabrikasi, pemasangan dan finish dari
spesifikasi berdasarkan pengecekan kembali dimensi-dimensi pada site, yang
terdiri dari :
- Evaluation dan member dari profil.
- Hubungan join untuk system framing, entrance doors.
- Detail – detail dari bentuk yang diperlukan.
- Reinforcing.
- Anchograme system.
- Interfacing dengan kontruksi bangunan.
- Kemungkinan-kemungkinan untuk ekspansi dan kontruksi
- Hardware, termasuk lokasi, posisi tinggi pemasangan, reinforcement,
pemasangan-pamasangan khusus.
- Metode dan aksesori pemasangan kaca.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB JAKARTA 3
BAB IV : SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

- Internal sealer yang diperlukan dan tipe-tipe yang direkomendasikan.


b. Kontraktor harus mengirimkan 3 set contoh potongan profil dari pasangan
jamb dan heads dari kusen dan pintu-pintu yang ditunjukan dalam gambar,
dengan ukuran panjang 30 cm profil alloy, beseta kaca ukuran 30 cmx 30 cm
termasuk mock-up ukuran setandar (cukup jelas) yang menunjukan contoh
pemasangan dan finishing yang sudah final.
c. Kirimkan foto copy beserta laporan tersebut sebelumnya yang berisi
performance untuk ukuran sistem yang sama sebagai pengganti test kembali
atau data–data pendukung lain.
1.7. Penyimpanan dan Perawatan.
a. Kontraktor harus mengirim unit-unit pabrikasi dan bagian-bagian
komponennya ke site proyek.
b. Simpanlah unit-unit dan komponen-komponen tersebut di tempat yang
kering, dengan setiap profil harus dilindungi dengan polyethylene film, dan
lengkap label, tipe, nomor dan lokasi pemasangan dalam kemasan yang
tertutup asli dari pabrik. Bagian-bagian yang rusak tidak akan diterima, item-
item dengan cacat atau goresan kecil akan dipertimbangkan sebagai
kerusakan, kecuali yang terjadi adalah kondisi sebaliknya atau kondisi baik.
1.8. Garansi
Kontraktor harus mengirimkan garansi-garansi sebagai berikut :
a. Garansi tertulis dari fabricator untuk alumunium alloy dan anodizing,
minimum 10 tahun.
Garansi juga harus menyangkut kegagalan pekerjaan atau material, hilangnya
property mekanis (loss of mechanical properties), kebocoran air, kegagalan
structural, non uniformity of surfaces, korosi/karat, dan hal-hal lain yang
berhhubungan dengan persyaratan performance.
b. Kontraktor harus mengirimkan bukti-bukti mengenai sumber dari matrial dan
aksesorisnya dalam bentuk sertifikat “Certificate of Origin” dari manufaktur
yang disetujui oleh Pengawas dan pemberi tugas.
1.9. System Requirements
Design requirements
a. Sediakan gambar-gambar basic design tanpa identifikasi dan pemecahan
masalah thermal atau structural movement, glazing, anchorage, atau
moisture disposal, dengan tujuan membuat gambar basik dimensi.
b. Persyaratan-persyaratan penunjukan detail-detail dimaksudkan untuk
membentuk basic dimensi dari unit-unit, sight lines, dan profil-profil dari
member.
c. Sediakan concealed fastening disemua tempat.
d. Manufaktur bertanggung jawab untuk mengikuti design, persyaratan-
persyaratan atau rekayasa system, termasuk modifikasi-modifikasi yang
diperlukan untuk memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan untuk
mempertahankan konsep design visual.
e. Pertimbangan – pertimbangan tambahan diperlukan mengingat kondisi –
kondisi khusus site untuk gerakan kontraksi dan expansi sehingga tidak ada
kemungkinan kehilangan, pelemahan atau kegagalan hubungan antara unit-
unit dan struktur bangunan atau antara unit-unit itu sendiri.
f. Berikan ekspansi dan kontraksi agar gerakan struktural terjadi tidak
menyebabkan kerusakan pada penampilan dan performance.
1.10. Test
a. Typical Window

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB JAKARTA 3
BAB IV : SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

1. Semua jendela-jendela typical harus dipasang terlebih dahulu, termasuk


pemasangan kaca dan sealant.
2. Sample dari material alumunium harus ditest di laboratorium yang
disetujui oleh Pengawas, dan test tersebut harus meliputi :
- Ketebalan material
- Staining test
- Weight test
- Corrosion test
3. Kontraktor harus melakukan test untuk kekuatan, workman ship, dan
kapasitas waterproof untuk kusen-kusen jendela, dan disaksikan oleh
Pengawas, Perencana dan Pemberi Tugas.
b. Maintenance Period
Pada saat akhir periode maintenance, bila Pengawas dan Pemberi Tugas
mempertimbangkan terhadap hal-hal yang tidak sesuai (rusak) dengan hasil
test kekuatan dan sebagainya, kontraktor harus segera memperbaikinya
dan/atau menggantinya dengan unit baru sesuai persetujuan Pengawas dan
Pemberi Tugas.
2. Bahan
A. Jendela dan Pintu
1. Material : Alumunium Extrussion
2. Extrussion : Sesuai dengan ditunjukan dalam shop drawing yang
disetujui oleh pemberi tugas, Pengawas, Perencana,
dan Konsultan kusen pintu dan jendela
3. Color extrusstion : Anodize Brown Standar
4. Profil width : Untuk kusen jendela = 1,75 “ x 4”
5. Maximum allowable
Profile width : 20 mm (1/175)
6. Ketebalan profil : 1,6 mm atau sesuai yang ditunjukan dalam shop
drawing.
7. Fabricator : Kualitas setara produksi INDALUX, ALEXINDO.
B. Fastener
1. Steel galvanizeg, alumunium, atau matrial non core lain yang cocok dengan item-
item fastener, dan harus memiliki kekuatan yang cukup.
2. Pemasangan dengan concealed fastener disemua tempat.
C. Hardware
1. Harus sesuai dengan type dan matrial hardware yang ditunjukan dalam pasal
sepesifikasi hardware.
2. Kontraktor harus menyerahkan mock-up dan scale termasuk system pemasangan
pada lokasi sesuai persetujuan yang diarahkan oleh KMK dan pemberi tugas.
3. Type dan material hardware haruslah kompatibilitas pada pemasangan dan
berasal dari manufaktur yang disetujui.
D. Aksesoris
Harus dibuat dengan concealed fastener galfanized stainless steel, rubber weather
strip dan hanger yang dihibungkan ke alumunium didempul dengan sealant. Anchor
untuk kusen-kusen alumunium haruslah memiliki ketebalan 2-3 mm hot dip
galvanized steel dengan minimum 13 micron untuk memungkinkan pergerakan.
E. Treatment permukan material yang kontak langsung dengan alkaline seperti concrete,
mortar atau plaster, harus dengan finish clear lacquer atau anti corrosive treatment
seperti asphaltic varnish atau matrial isulasi lain.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB JAKARTA 4
BAB IV : SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

3. Penerapan
3.1. Persiapan
a. Sebelum pabrikasi kontraktor harus melakukan check di site semua dimensi –
dimensi dan kondisi project untuk menghindari informasi yang terlambat.
b. Kontraktor harus mereview gambar-gambar dan kondisi lapangan dengan cermat,
ukuran dan lubang-lubang, persiapan mock-up sambungan detai dan alumunium
yang berhubungan langsung dengan material-material struktural lain.
c. Proses pabrikasi harus di utamakan disiapkan sebelum pelaksanaan, dengan
mempersiapkan shop drawings yang menunjukan lay-out, lokasi, kualitas, bentuk
dan dimensi sesuai yang diarahkan oleh Pengawas dan Pemberi Tugas.
d. Semua frame-frame untuk partisi jendela-jendela dan pintu-pintu harus secara
akurat dan pabrikasi untuk pengepasan dengan pengukuran site.
3.2. Fabrication / Assembly
a. Shop Assembly
Dimana dimungkinkan harus siap dipasang di site proyek. Bila tidak merupakan shop
assembly, lakukan pra-pengepasan di shop untuk memastikan assembly yang baik
dan tepat guna.
b. Sambungan-sambungan / joints
1. Buatlah dengan hati-hati agar pekerjaan-pekerjaan ekpose match untuk
memberikan garis dan design yang kontinyu. Pakailah perlengkapan mesin
untuk mengepaskan frame dengan paku bersama-sama pada titik-titik joints
contact dengan hairline joints, waterproof joints dari belakang dengan
sealant.
2. Pemakain sealant tidak diijinkan pada permukaan ekspose.
3.3. Pemasangan
a. Election Tolerance :
1. Batas perbedaan tegak dan level : rata rata 0.1 %
- 3 mm dalam 3 m, secara vertikal (V)
- 3 mm dalam 3 m, secara horisontal (Z)
b. Set unit-unit dengan tegak, level dengan garis yang benar, tanpa terkelupas atau
merusak frame.
c. Pasangan anchor dengan kuat pada tempatnya, memungkinkan untuk pergerakan,
termasuk ekspansi dan kontraksi.
d. Pisahkan material-material yang tidak sama pada titik-titik hubungan, termasuk
metal-metal yang berhubungan dengan pasangan atau permukaan beton, dengan
cat bituminous atau preformed separators untuk menghindari kontak dan korosi.
e. Set sill members pada bantalan sealant dan baffles untuk memberi kontruksi yang
weathertight.
f. Pasangan pintu-pintu dan hardware sesuai dengan instruksi tertulis dari manufaktur.
g. Potongan alumunium dari profil harus dibuat dengan dasar yang baik untuk
menghindari kerusakan, tergores atau rusak pada permukaannya dan harus
dijauhkan dari material-material baja/besi untuk menghindari debu-debu besi
menempel pada permukaan alumunium.
h. Pengelasan hanya diijinkan dari bagian dalam, menggunakan non actyted gas (argon)
dan tidak boleh diekspose.
i. Buatlah match joints member dengan skrup yang cocok, rivets, las, untuk
mendapatkan bentuk dan kualitas yang dibutuhkan atau sesuai yang terlihat dalam
gambar.
j. Peralatan anchor untuk alumunium frame haruslah dengan hot dip galvanized steel
tebal 2-3 mm diset pada interval 60 mm.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB JAKARTA 4
BAB IV : SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

k. Fastener harus dari stauinless steel atau material non corrosive lain, concealed type.
Paskan frame bersama-sama pada titik contact joints dengan hairline joints,
waterproof joints dari bagian belakang dengan sealent untuk menahan (watertight)
1000 kg/cm2.
l. Setel hardware dan material-material reinforcing pada metal lain yang berhubungan
langsung dengan alumunium frame dan hubungan harus dengan chromium coat
pada permukaannya untuk menghindari kontak korosif.
m. Toleransi pemasangan (erection) untuk alumunium frame pada sisi dinding 10-15
mm harus diisi dengan grouting.
n. Sebelum pemasangan alumunium frame, khususnya pada propel window, upper dan
lower window, sill harus di check lever dan waterpass pada bukaan-bukaan dinding.
o. Untuk pemasangan (erection) frame pada area watertight khususnya pada ruang AC,
harus disediakan systhenic rubber atau systhenic resin untuk swing door dan double
door.
p. Tepi-tepi akhir frame pada dinding harus diset dengan sealent untuk membuatnya
sound proof dan watertight.
q. Lower sill pada frame alumunium eksterior harus diberi flashing untuk menahan air
hujan.
3.4. Adjusting
Test fungsi operasi daun jendela setelah operasi penutupan, latching speeds dan
hardware-hardware lain sesuai dengan instruksi manufaktur untuk memastikan operasi
daun jendela berjalan halus (smooth).
3.5. Protektion
a. Semua alumunium harus dilindungi dengan type-type proteksi atau material-
material lain yang disetujui oleh Owner saat diserahkan ke lapangan.
b. Protektive material tersebut hanya boleh dibuka bila diperlukan pada saat protective
material akan dipakai pada alumunium.
c. Tepi-tepi pintu harus dilindungi dengan plastik type atau zinc chromate primer
(transparent varnish) pada saat pelesteran akan dilaksanakan. Bagian-bagian lain
harus tetap dilindungi dengan lacquer film sampai seluruh pekerjaan selesai.
d. Pemakaian varnish tidak diijinkan untuk permukaan-permukaan yang tidak akan
didempul atau disealant.

PASAL 5
PEKERJAAN KACA

1. Bahan
A. Semua kaca yang digunakan adalah kaca bening kualitas baik dengan kekuatan dapat
menahan beban angin sebesar 122 kg/m2.
B. Semua jenis kaca yang digunakan kualitas setara produksi ASAHI.
C. Tebal kaca yang dipakai adalah 5 mm. atau disebutkan lain dalam gambar
D. Bahan untuk membersihkan kaca harus disetujui Pemberi Tugas atau Pengawas.

2. Macam-macam Pekerjaan
A. Lingkup pekerjaan adalah pengadaan bahan, alat pemotong, pembersih, pengosok tepi
dan tenaga kerja untuk jendela pemasangan kaca.
B. Pemasangan kaca pada jendela kaca mati.
C. Pemasangan karet/silicon list kaca dan sealant untuk penguncinya/pengikat agar kaca
melekat kuat dan tidak bocor oleh air hujan.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB JAKARTA 4
BAB IV : SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

3. Syarat-syarat pelaksanaan
A. Alur tempat kaca pada kusen alluminium harus dibersihkan, disealant pada tempat-
tempat tertentu sebelum kaca dipasang.
B. Kaca harus dipotong menurut ukuran kosen dengan kelonggaran cukup, sehingga pada
waktu kaca berkembang tidak pecah.
C. Kaca yang telah dipasang harus dapat tertanam rapih dan kokoh pada rangka terutama
pada sudut-sudutnya dan terikat dengan kuat oleh karet sealer.
D. Pada setiap sambungan karet sealer harus ditutup sealant dengan rapid dan cukup
kuat.
E. Kaca yang dipasang pada kosen dan kaca daun naco semua sudutnya harus
ditumpulkan dan sisi tepinya digosok hingga tidak tajam.
F. Pemasangan kaca pada kosen, daun pintu, daun jendela, dan lain-lain harus mengikuti
petunjuk pabrik.
G. Setelah selesai dipasang, kaca harus dibersihkan dan yang sudutnya retak / pecah atau
tergores harus diganti.

PASAL 6
PEKERJAAN PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

1. B a h a n.
A. Kunci pintu yang dipakai adalah kualitas setara produksi KEND, TESSA.
B. Kunci dan hak angin jendela produk lokal.
C. Engsel yang digunakan adalah engsel Nylon kualitas setara produksi ARCH /engsel
staintless steel kualitas setara produksi YANK, ALPHA untuk engsel pintu dan engsel
jendela.
D. Grendel produk lokal.
E. Besi neut dan angker dari besi beton ø 3/8".
F. Untuk alat-alat penggantung dan kunci khusus, Pemborong diwajibkan mengajukan
contoh-contoh terlebih dahulu, untuk mendapatkan persetujuan Pengawas /
Perencana.

2. Macam dan lingkup pekerjaan.


A. Pengadaan dan memasang kunci pada semua pintu sesuai rencana pada gambar.
B. Memasang 3 (tiga) buah engsel pada setiap daun pintu, dan 2 (dua) buah engsel pada
setiap daun jendela.
C. Memasang grendel pada daun pintu, grendel dan hak angin pada daun jendela

3. Syarat-syarat pelaksanaan
A. Semua pemasangan harus rapih, sehingga pintu-pintu dan jendela dapat ditutup dan
dibuka dengan mudah, lancar dan ringan.
B. Sebelum penyerahan pekerjaan semua kunci-kunci diminyaki sehingga dapat bekerja
dengan baik.

PASAL 7
PEKERJAAN LOGAM BUKAN STRUKTUR

1. B a h a n.
Bahan Logam Untuk Pekerjaan Bukan Struktur.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB JAKARTA 4
BAB IV : SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

A. Pelat seng datar, dan yang dipakai harus BWG 28 / BJLS 30.
B. Pelat baja, dengan mutu St-37.
C. Pipa Hitam stk 41 mutu 37 FY = 2400 kg/cm2

2. Macam Pekerjaan
A. Menyediakan batang angker, beugel, plat penjepit, dan penyambung beserta baut dan
ringnya.
B. Talang atap beserta corongnya, dan perlengkapan lainnya.
C. Membuat grill-grill untuk dipasang di atas saluran selokan, kecuali bila ditentukan
lain.
D. Pada hubungan-hubungan tertentu, misalnya hubungan batas atap dengan tembok,
bagian-bagian lain yang memungkinkan kebocoran air hujan, harus ditutup dengan
lembaran timah hitam/Black Lood, sehingga kemungkinan bocor dapat dihindarkan.
E. Pekerjaan logam bukan untuk Struktur
Ini meliputi pengadaan semua bahan, tenaga, peralatan, perlengkapan serta
pemasangan dari semua pekerjaan baja yang bersifat non struktural.
F. Pekerjaan logam lainnya meliputi :
a. Perlengkapan untuk drainage.
b. Pekerjaan yang berhubungan dengan listrik.
c. Pekerjaan yang berhubungan dengan plumbing.
d. Angker-angker, baut-baut, dan lain-lain yang lazim diperlukan untuk melengkapi
pekerjaan kontruksi pada umumnya.
e. Pekerjaan Pintu Pagar dan papan nama

3. Syarat-syarat umum.
A. Pekerjaan logam harus dilaksanakan sesuai dengan keterangan-keterangan yang
tertera dalam gambar, lengkap dengan penyangga-penyangganya, alat untuk
memasang dan menyambungnya, plat-plat siku.
B. Pengerjaan harus bertaraf kelas satu, semua pekerjaan ini harus diselesaikan dari
puntiran, tekukan dan hubungan terbuka. Semua bagian harus mempunyai ukuran
yang tepat, sehingga dalam pemasangannya tidak akan memerlukan pengisi kecuali
kalau gambar detail menunjukkan hal tersebut.
C. Semua detail dan hubungan harus dibuat dengan teliti dan dipasang hati-hati untuk
menghasilkan tampak yang rapi sekali. Semua perlengkapan atau barang-
barang/pekerjaan lain yang perlu demi kesempurnaan pemasangannya, walaupun
tidak secara khusus diperlihatkan dalam gambar atau persyaratan disini, harus
diadakan/disediakan, kecuali jika dipersyaratkan lain.
D. Pemborong harus mengambil ukuran ukuran sesungguhnya di tempat pekerjaan dan
tidak hanya dari gambar-gambar kerja, untuk memasang pekerjaan pada tempatnya,
terutama pada bagian-bagian yang terhalang oleh benda lain.
E. Bahan lain.
Kecuali bila dinyatakan lain, maka semua logam-logam lain dalam pasal ini yang
berada di luar bangunan harus baja yang digalvanisir celup panas atau logam bukan
besi yang disetujui Pengawas.
F. Pemasangan dan penyambungan.
Pekerjaan las harus dilakukan oleh yang benar-benar ahli dalam bidangnya. Semua
profil-profil harus benar-benar tepat, lurus sesuai dengan detail gambar. Pengerjaan ini
meliputi pengadaan dan pemasangan semua alat-alat/ perlengkapan-perlengkapan
yang diperlukan untuk memperoleh sambungan / hubungan yang baik, benar dan
kaku. Kecuali bilamana dinyatakan lain didalam gambar, maka untuk kepala sekrup

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB JAKARTA 4
BAB IV : SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

dan baut supaya dipergunakan yang berkepala datar, khususnya untuk permukaan
terbuka. Untuk pekerjaan mematri, solder pematri harus yang mutunya paling baik,
dan terdiri dari 0,5 timah hitam dan 0,5 timah. "Nuriatic Acid" harus dipergunakan
untuk zat peleburnya.
PASAL 8
PEKERJAAN WATER PROOFING

1. Spesifikasi bahan
A. Bahan yang digunakan adalah Water proofing Bluechip 300 Wip membran dengan
ketebalan 1,5 mm berkualitas baik dan bergaransi selama 3 ( tiga ) tahun, dan harus
dinyatakan dengan sertifikat garansi.
B. Bahan - bahan yang digunakan harus sesuai dengan standard yang plat / dak baru,
maka plat / dak tersebut harus disket terlebih dahulu sampai bersih.
C. Untuk plat / dak lama yang telah dipasangi water pfoofing, maka harus dilakukan
pengupasan sceeding dari water proofing lama sampai plat / dak beton bersih,
kemudian disikat sampai bersih.
D. Kemudian dilakukan Coatting coltbond 1:1:1 yang berfungsi sebagai perekat.
E. Pengaturan leveling / kemiringan dilakukan dengan scread kurang lebih 0.5 %.
F. Setelah itu dilakukan primer coating dengan bahan cat cair primer, yang dilanjutkan
dengan water proofing dengan membran sheet bakar.
G. Pada pertemuan dengan dinding bata, maka harus dilakukan bobokan plesteran
setinggi 20 cm.
H. Semua pertemuan 90 derajat atau sudut yang lebih tajam harus dibuat tumpul, yaitu
menutup sepanjang sudut tersebut dengan adukan kedap air 1 : 3 ditentukan oleh
pabrik dan standard lainnya.

2. Syarat – syarat pelaksanaan


A. Untuk plat / dak baru, maka plat / dak tersebut harus disket terlebih dahulu sampai
bersih.
B. Untuk plat / dak lama yang telah dipasangi water proofing, maka harus dilakukan
pengupasan screeding dari water proofing lama sampai plat / dak beton bersih,
kemudian disikat sampai bersih.
C. Kemudian dilakukan Coatting coltbond 1:1:1 yang berfungsi sebagai perekat.
D. Pengaturan leveling / kemiringan dilakukan dengan scread kurang lebih 0.5 %.
E. Setelah itu dilakukan primer coating dengan bahan cat cair primer, yang dilanjutkan
dengan water proofing dengan membran sheet bakar.
F. Pada pertemuan dengan dinding bata, maka harus dilakukan bobokan plesteran
setinggi 20 cm.
G. Semua pertemuan 90 derajat atau sudut yang lebih tajam harus dibuat tumpul, yaitu
menutup sepanjang sudut tersebut dengan adukan kedap air 1 : 3.
H. Setelah water proofing dilaksanakan, plat / dak beton tersebut harus ditest dengan
menggenangi plat / dak tersebut dengan air selama 24 jam dan dilihat dibagian bawah
plat / dak, jika masih bocor / rembes maka harus dilakukan injeksi pada retakan yang
menyebabkan kebocoran tersebut.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB JAKARTA 4
BAB IV : SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

PASAL 9
PEKERJAAN PLAFOND

1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan plafond gypsum tebal 9 mm dan finishing cat tembok dengan rangka Metal
Furing zincalum untuk ruangan area kantor.
b. Pekerjaan plafond GRC tebal 4 mm dan finishing cat tembok dengan rangka hollow
dengan dimensi dan ukuran sesuai gambar bestek/ perencana untuk area kios, toilet,
selasar dan pada bagian yang ditentukan dalam gambar.

2. Persyaratan Bahan
a. GYPSUM BOARD ukuran 240 x 120 x 0.9 cm.
b. GRC Board ukuran 120 x 60 x 0.9 cm.
c. Motif /potongan gypsum dan GRC disesuaikan dengan gambar rencana.
d. Bahan-bahan penutup langit langit yang akan dipakai harus dalam keadaan terbaik,
mulus, tidak retak dan cacat.
e. Untuk rangka plafond gypsum menggunakan Metal Furing berkualitas baik, utuh, mulus,
lurus dan kuat serta dimeni anti karat dengan ukuran sesuai gambar rencana.
f. Untuk rangka plafond GRC menggunakan besi hollow berkualitas baik, utuh, mulus, lurus
dan kuat serta dimeni anti karat dengan ukuran sesuai gambar rencana.
g. Sebelum dipasang, bahan-bahan yang akan dipakai harus diserahkan contoh-contohnya
untuk terlebih dahulu mendapatkan persetujuan pengawas

3. Syarat Pelaksanaan Pekerjaan


a. Untuk plafond gypsum rangka Metal Furing
1) Rangka langit-langit dipasang pada ketinggian dari lantai menurut gambar dan
berkotak-kotak sesuai ukuran serta persyaratan untuk bahan penutupnya. Jarak antara
penggantung langit-langit sesuai dengan persyaratan sehingga menjamin bidang
penutup plafond rata dan datar. Rangka langit-langit dari Metal Furing harus dicat
zinchromet anti karat sebelum penutup langit-langit dipasang. Rangka Plafond Metal
Furing terpasang dengan module 60 x 60 (disesuaikan gambar) sambungan antar
rangka menggunakan keling/ramp set yang cukup kuat. Rangka plafond Metal Furing
harus diberi gantungan kawat diameter + 3 mm tiap jarak 120 cm dikaitkan pada
bidang atasnya (plat lantai, balok, kuda-kuda /gording)
2) Permukaan seluruh bidang langit-langit harus datar air /waterpass. Celah yang belum
rapi atau tiap sambungan papan gipsum harus ditutup dengan plamur khusus gipsum
yang halus dan rata dengan papan gipsum sehingga tidak terlihat sambungannya. List
plafond /langit-langit ukuran dan cara pemasangannya harus sesuai dengan gambar
rencana. Setiap sambungan atau pertemuan sudut harus rapi dan rapat sehingga
membentuk garis lurus.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB JAKARTA 4
BAB IV : SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

b. Untuk plafond GRC rangka hollow


1) Modul rangka langit-langit GRC 120cm x 60cm kecuali bila dalam gambar dinyatakan
lain. Ukuran rangka penggantung adalah hollow uk. 40mm x 40mm x 4mm dan uk.
20mm x 40mmx 4mm untuk bagian sisi tembok.
2) Kerangka-kerangka tersebut harus sesuai dengan tinggi permukaan, corak-corak sesuai
dengan yang dinyatakan pada gambar.
3) Semua bagian-bagiannya harus saling bersambungan secara waterpass dan struktur
keseluruhannya harus merupakan penopang yang baik dari rangka atap yang
dikokohkan pada tembok.
4) Seluruh permukaan langit-langit ini harus datar air (water pass). Celah-celah harus
benar-benar lurus dengan polanya sesuai dengan petunjuk gambar, pada pertemuan
dengan dinding dibuat sesuai dengan gambar. Pemasangan langit-langit GRC tersebut
harus dirivet, pada kerangka-kerangka hollow. Letak rivet tersebut harus diatur agar
rapih dan beraturan jaraknya.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 4
JAKARTA

BAB V
PEKERJAAN MEKANIKAL, ELEKTRIKAL & PLUMBING

PASAL 1
PEKERJAAN INSTALASI
LISTRIK

1. UMUM

Syarat-syarat Khusus Teknis yang diuraikan di sini adalah persyaratan yang harus
dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan
peralatan untuk seluruh pekerjaan listrik di dalam maupun di luar bangunan Pembangunan Pusat
Pendidikan Dan Latihan Pemadam Kebakaran Dan Penanggulangan Bencana (Pusdiklatkar)
Jakarta.
Dalam hal ini Syarat-syarat Teknis Umum Pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah bagian
dari Syarat-Syarat Khusus Teknik ini.

2. PRINSIP PENYEDIAAN DAYA LISTRIK

Sumber daya listrik utama bagi bangunan diperoleh dari langganan tegangan rendah PLN,
yaitu langganan 900 VA (golongan tarif R4) untuk masing-masing hunian dan langganan 120 kVA
(golongan tarif R4)untuk pengelola.
Daya tegangan rendah 120 kVA tersebut diterima dari gardu PLN melalui panel induk
konsumen untuk selanjutnya didistribusikan secara radial ke beban-beban fasilitas umum
(penerangan umum, penerangan luar, pemompaan air bersih, dan sebagainya).
Sistem distribusi tegangan rendah yang digunakan adalah distribusi tiga fasa-empat kawat
220/380 V mengikuti sistem PNP (Pentanahan Netral Pengaman).
Sebagai sumber daya cadangan digunakan 1 (satu) unit diesel-generator set berkapasitas 100
kVA yang dilengkapi dengan panel secara manual. Daya cadangan ini digunakan untuk mencatu
seluruh beban fasilitas.
Antara sumber daya PLN dengan diesel-genset diberikan fasilitas interlock.

3. LINGKUP PEKERJAAN

Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya sistem listrik sebagai
suatu sistem keseluruhan maupun bagian-bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar
maupun yang dispesifikasikan.
Termasuk pekerjaan ini adalah pengadaan barang/material, instalasi, testing/pengujian,
pengesahan terhadap seluruh material berikut pemasangan/instalasinya oleh badan resmi PLN,
LMK dan/atau Badan Keselamatan Kerja, serta serah-terima dan pemeliharaan/garansi selama 12
bulan.
Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum di dalam gambar maupun pada spesifikasi/syarat-
syarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga
dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan dan
perlengkapan sistem listrik sesuai dengan peraturan/standar yang berlaku seperti yang ditunjuk
pada syarat-syarat umum untuk menunjang bekerjanya sistem/peralatan, walaupun tidak
tercantum pada Syarat-syarat Khusus Teknik atau gambar dokumen.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 4
JAKARTA

Pekerjaan ini meliputi :


3.1 Pekerjaan di Power House
3.1.1 Pengadaan dan pemasangan peralatan-peralatan panel tegangan rendah kontrol
diesel-generator (PP-DGS-1) dan pompa hydrant (PP-HYDRANT) dengan
konfigurasi sesuai gambar rencana.
3.1.2 Pengadaan dan pemasangan seluruh kabel daya tegangan rendah jenis NYY dan
NYFGbY yang menghubungkan :
- alternator ke PP-DGS-1
- PP-DGS-1 ke LVMPP
- LVMPP ke SDP
- LVMDP ke LP
- dan kabel daya lainnya.
Kabel penghubung tersebut lengkap dengan terminasi (sepatu kabel) yang
diperlukan.
3.1.3 Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi penerangan dan daya (stop kontak),
lengkap dengan armatur, power receptacle outlet dan alat-alat bantu yang
diperlukan.
3.1.4 Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi pentanahan, baik pentanahan
sistem listrik maupun badan (body) peralatan listrik.
3.1.5 Melakukan pengujian tahanan isolasi (meger test 500 V) terhadap kabel-kabel
daya tegangan rendah dan kabel instalasi penerangan/stop kontak.

3.2 Pekerjaan di Dalam Bangunan


3.2.1 Pengadaan dan pemasangan serta penyetelan panel induk, PP-DGS-1 dan panel
daya lainnya.
3.2.2 Pengadaan dan pemasangan serta penyetelan panel daya/penerangan. Termasuk
di dalam pekerjaan ini adalah penarikan kabel/konduktor pentanahan
netral/badan panel.
3.2.3 Pengadaan dan pemasangan kabel-kabel daya jenis NYY / NYM untuk penghubung
antarpanel daya/penerangan dan kabel-kabel daya menuju peralatan/motor dll.).
3.2.4 Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi penerangan dan stop kontak,
termasuk pengadaan dan pemasangan armatur penerangan, saklar dan power
receptacle outlet (stop kontak).
3.2.5 Pengadaan dan pemasangan instalasi cable duct lengkap dengan material bantu
yang dibutuhkan.
3.2.6 Pengadaan dan pemasangan instalasi penangkal petir konvensional, lengkap
berikut pentanahan dan bak kontrolnya.
3.2.7 Melakukan pengujian tahanan isolasi (meger test 500 V) terhadap kabel-kabel
daya tegangan rendah dan kabel instalasi penerangan/stop kontak.

3.3 Pekerjaan di Luar Bangunan.


3.3.1 Pengadaan dan pemasangan seluruh kabel daya tegangan rendah jenis NYFGbY
(kabel tanah) untuk penerangan luar/taman, lengkap dengan terminasi (sepatu
kabel) yang diperlukan.
3.3.2 Pengadaan dan pemasangan instalasi pentanahan untuk instalasi daya.
3.3.3 Pengadaan dan pemasangan armatur penerangan luar/taman, lengkap dengan
tiang dan pondasi yang diperlukan.
3.3.4 Melakukan pengujian tahanan isolasi (meger test 500 V) terhadap kabel-kabel
daya tegangan rendah dan kabel instalasi penerangan.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 4
JAKARTA

4. GAMBAR-GAMBAR

Gambar-gambar elektrikal menunjukkan secara khusus teknik pekerjaan listrik yang di


dalamnya dicantumkan besaran-besaran listrik dan mekanis serta spesifikasi tertentu lainnya.
Pengerjaan dan pemasangan peralatan-peralatan harus disesuaikan dengan kondisi
lapangan.
Gambar-gambar arsitektur, struktur, mekanikal/elektrikal, dan kontrak lainnya haruslah
menjadi referensi untuk koordinasi dalam pekerjaan secara keseluruhan.
Kontraktor harus menyesuaikan peralatan terhadap perencanaan dan memeriksanya
kembali. Setiap kekurangan/kesalahan perencanaan harus disampaikan kepada Ahli,
Direksi/Pengawas atau pihak lain yang ditunjuk untuk itu.

5. KETENTUAN-KETENTUAN INSTALASI

Meliputi pengadaan dan pemasangan power receptacle outlet (stop-kontak), saklar, kotak-kotak
tarik (pull box), kabinet/panel daya, kabel, alat-alat bantu dan semua peralatan lain yang
diperlukan untuk mendapatkan penyelesaian yang memuaskan dari sistem instalasi daya
tegangan rendah 220
/ 380 V dan penerangan.
5.1. Kotak-kotak (doos) Outlet.
a. Jenis.
Kotak-kotak outlet harus sesuai dengan persyaratan VDE, PUIL, AVE atau standar
lain. Kotak-kotak ini bisa berbentuk single/multi gang box empat persegi atau segi
delapan. Ceiling box dan kotak-kotak lainnya yang tertutup rapi harus dipasang
dengan baik dan benar.
b. Ukuran.
Setiap kotak outlet harus diberi bukaan untuk konduit hanya di tempat yang
diperlukan.
Setiap kotak harus cukup besar untuk menampung jumlah dan ukuran conduit,
sesuai dengan persyaratan, tetapi tidak kurang dari ukuran yang ditunjuk atau
dipersyaratkan.
c. Tipe Tahan Cuaca (Weatherproof Type).
Kotak-kotak outlet di tempat-tempat tersebut di bawah ini harus dari tipe yang diberi
gasket tahan cuaca :
- tempat-tempat yang kena matahari.
- tempat-tempat yang kena hujan.
- tempat-tempat yang kena minyak.
- tempat-tempat yang kena udara lembab.
- tempat-tempat yang ditunjuk di dalam gambar.
d. Outlet Pada Permukaan Khusus.
Kotak outlet untuk stop kontak dan saklar-saklar yang dipasang pada partisi, blok
beton, frame besi, bata atau dinding kayu harus berbentuk persegi dan harus
mempu- nyai sudut dan sisi-sisi tegak.

5.2. Saklar dan Stop Kontak.


a. Bahan Doos.
Kecuali tercatat atau disyaratkan lain, maka kotak-kotak outlet untuk saklar dinding
dan receptacle outlet harus dari bahan galvanized steel dan tidak boleh berukuran
lebih dari 10,1 cm x 10,1 cm untuk peralatan tunggal dan 11,9 cm x 11,9 cm untuk
dua peralatan dan kotak-kotak multi gang untuk lebih dari dua peralatan.
b. Cara Pemasangan.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 4
JAKARTA

Saklar-saklar harus dari jenis rocker mechanism dengan rating minimum 10 A / 250
V. Saklar pada umumnya dipasang rata terhadap permukaan tembok, kecuali
ditentukan lain pada gambar.
Jika tidak ditentukan lain, bingkai saklar harus dipasang pada ketinggian 140 cm di
atas lantai yang sudah selesai.
Saklar-saklar tersebut harus dipasang pada doos (kotak) yang sesuai.
Sambungan hanya diperbolehkan antara kotak yang berdekatan.
Stop kontak harus dipasang rata terhadap permukaan dinding dengan
ketinggian 110 cm atau 30 cm dari permukaan lantai yang sudah selesai atau sesuai
dengan petunjuk Direksi/Pengawas.
Saklar dan Stop Kontak ex MK atau setara.
c. Jumlah Kutub.
Stop kontak satu fasa harus dari jenis tiga kutub (fasa, netral dan pentanahan)
dengan rating minimum 10 A / 220 V. Cara pemasangan harus disesuaikan dengan
peraturan PUIL dan diberi saluran pentanahan.
d. Pendukung dan Pengikat.
Kotak-kotak pelat baja harus didukung atau diikat dengan cukup supaya mempunyai
bentuk yang tetap.

5.3. Kabel-kabel.
Kabel pada instalasi daya dan penerangan bertegangan rendah meliputi kabel tegangan
rendah, kabel kontrol, accessories, peralatan-peralatan dan barang-barang lain yang
diperlukan untuk melengkapi dan menyempurnakan pemasangan serta operasi dari
semua sistem dan peralatan.
a. Syarat Kabel Instalasi Tegangan Rendah (sampai 600 V).
Kabel tegangan rendah yang digunakan harus memenuhi persyaratan PUIL, IEC,
VDE , SPLN dan LMK untuk penggunaan sebagai kabel instalasi dan peralatan
(mesin), kecuali untuk peralatan khusus seperti disyaratkan atau dianjurkan oleh
pabrik pembuatnya.
Semua kabel dengan luas penampang 16 mm 2 ke atas harus berurat banyak dan
dipilin (stranded).
Ukuran kabel daya/instalasi terkecil yang diijinkan adalah 2,5 mm 2 kecuali untuk
pemakaian kontrol pada sistem remote control yang kurang dari 30 meter
panjangnya bisa menggunakan kabel dengan ukuran 1,5 mm2.
Kecuali disyaratkan lain, kabel tanah harus dari jenis NYFGbY dan kabel instalasi
di dalam bangunan dari jenis NYY, NYM dan NYMHY (untuk kabel kontrol).
Semua kabel instalasi di dalam bangunan harus berada di dalam konduit atau
dipasang di atas cable duct dan diklem/diikat dengan pengikat kabel (cable tie)
sesuai dengan kebutuhannya.
Semua konduit, kabel-kabel dan sambungan elektrikal untuk instalasi di dalam
bangunan harus diadakan secara lengkap. Faktor pengisian konduit oleh kabel-kabel
maksimum adalah sebesar 40 %.
Kabel merek SUPREME atau setara (4 besar).
b. Kabel Tanah Tegangan Rendah.
Kabel tegangan rendah yang digunakan harus memenuhi persyaratan PUIL, IEC,
VDE, SPLN, dan LMK untuk penggunaan sebagai kabel instalasi yang ditanam
langsung di dalam tanah.
Semua kabel dengan luas penampang 16 mm 2 ke atas harus berurat banyak dan
dipilin (stranded).

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 4
JAKARTA

Cara penanaman kabel secara langsung di dalam tanah (direct burried) harus
sesuai dengan gambar rencana, termasuk cara persilangan dengan pipa air dan
kabel telekomunikasi dan kabel tegangan menengah 20 kV.
Apabila diperlukan penyambungan kabel di dalam tanah, harus dilakukan
dengan alat penyambung khusus (jointing kit) tegangan rendah jenis epoxy resin-
cold pour system.
Penyambungan kabel di dalam tanah harus dilakukan oleh tenaga yang benar-
benar ahli dengan cara dan metode penyambungan mengikuti anjuran pabrik
pembuat jointing kit yang digunakan, sehingga diperoleh hasil penyambungan yang
andal, tahan terhadap lembab, mempunyai sifat isolasi yang tinggi dan mempunyai
kekuatan mekanis yang tinggi.
Kabel merek SUPREME atau setara (4 besar), jointing kit ex RAYCHEM atau setara.
c. Instalasi Kabel Penerangan dan Stop Kontak.
Kabel-kabel listrik untuk penerangan dan stop kontak untuk extension dan daya
harus diadakan dan dipasang lengkap, mulai dari sambungan panel daya ke saklar
dan titik cahaya serta stop kontak, sebagaimana ditunjukkan di dalam gambar.
Kabel yang digunakan sebagai kabel instalasi penerangan dan stop kontak harus dari
jenis NYM dan diletakkan di dalam konduit PVC high-impact heavy gauge.
Luas penampang kabel NYM yang digunakan minimum 2,5 mm 2, kecuali tercatat
lain.
Home run untuk rangkaian instalasi bertegangan 220 V yang panjangnya lebih
dari 40 meter dari panel daya ke stop kontak pertama harus mempunyai luas
penampang minimum 4 mm2 (kapasitas hantar arus minimum 20 A).
d. Splice / Pencabangan.
Tidak diperkenankan adanya pencabangan (splice) ataupun sambungan-
sambungan di dalam pipa konduit.
Sambungan atau pencabangan harus dilakukan di dalam kotak-kotak cabang atau
kotak sambung yang mudah dicapai serta kotak saklar dan stop kontak.
Sambungan pada kabel harus di buat secara mekanis dan harus kuat secara elektris
dengan solderless connector jenis tekan, jenis compression atau soldered.
Dalam membuat pencabangan atau sambungan, konektor harus dihubungkan
pada konduktor-konduktor dengan baik sedemikian rupa, sehingga semua konduktor
tersambung dan tidak ada konduktor telanjang yang kelihatan dan tidak bisa lepas
oleh getaran.
e. Kabel Kontrol.
Di tempat-tempat yang ditunjuk pada gambar atau disyaratkan, kabel kontrol
motor, starter dan peralatan-peralatan lain harus terbuat dari tembaga jenis
stranded annealed copper yang fleksibel.
Isolasi harus dari PVC, tahan lembab dan ozon dengan rating tegangan sampai 600 V.
Ukuran konduktor harus sesuai dengan yang diperlukan (minimum 2,5 mm2
untuk panjang lebih dari 30 m) untuk mendapatkan operasi yang memuaskan dari
peralatan yang dikontrol, dengan pertimbangan-pertimbangan mengenai panjang
circuit dan sebagainya.
Kabel merek SUPREME atau setara (4 besar).
f. Bahan Isolasi.
Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti karet, PVC,
varnished cambric, asbes, gelas, tape sintetis, resin, splice case, composition dan
lain-lain harus dari tipe yang disetujui untuk penggunaan, lokasi, tegangan kerja dan
lain-lain yang tertentu dan harus dipasang dengan cara yang disetujui, menurut
anjuran perwakilan pemerintah atau pabrik pembuatnya.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 5
JAKARTA

g. Pemasangan Kabel.
1. Pemasangan di Permukaan.
a. Kabel Instalasi Daya dan Penerangan di dalam Bangunan.
Semua kabel harus dipasang di dalam konduit PVC high-impact heavy
gauge, dipasang di permukaan pelat beton langit-langit dengan klem
pendukung yang sesuai. Pendukung-pendukung tersebut harus di cat
dengan cat anti karat.
Semua kabel harus dipasang lurus/sejajar dengan rapi dan teratur.
Pembelokan kabel harus dilakukan dengan jari-jari lengkungan tidak boleh
kurang dari syarat-syarat pabrik (minimum 15 kali diameter kabel).
Konduit ex CLIPSAL atau setara.
b. Kabel Daya Penghubung Antarpanel.
Kabel-kabel daya penghubung antarpanel di dalam ruang panel lantai
dasar diklem secara langsung ke dinding, mengikuti jalur yang direncanakan
secara rapi dan kokoh.
Untuk keperluan pemasangan kabel, Kontraktor harus menyediakan
sendiri peralatan penunjang seperti klem, besi penunjang, penggantung dan
peralatan lainnya, baik untuk kabel yang dipasang horizontal maupun vertikal.
Peralatan penunjang tersebut harus sudah diperhitungkan pada biaya
pemasangan kabel tersebut.
2. Pemasangan di Dalam Dinding.
Kabel instalasi penerangan dan stop kontak yang dipasang di
dalam dinding harus diletakkan di dalam konduit PVC high impact heavy
gauge dengan ukuran minimum 3/4".
Penarikan kabel menuju titik saklar atau stop kontak harus
dilakukan setelah pipa selesai ditanam.
3. Pemasangan Menembus Dinding.
Setiap penembusan kabel pada dinding harus melalui sparing kabel yang
terbuat dari pipa PVC dengan ukuran yang cukup terhadap penampang kabel.

i. Penggunaan Warna Kabel.


Penggunaan warna kabel NYY, NYM dan NYFGbY untuk tegangan fasa, netral dan nol
harus mengikuti peraturan yang disebutkan oleh PUIL 1987, yaitu :
1. Sistem tegangan 220 V, 1 fasa :
Hitam : fasa
Biru : netral
Kuning/hijau : pentanahan
2. Sistem tegangan 220/380 V, 3 fasa :
Merah : fasa R
Kuning : fasa S
Hitam : fasa T
Biru : netral (N)
Kuning/hijau : pentanahan (G)

j. Pendukung Kabel.
Setiap kotak tarik (pull box) termasuk kotak-kotak yang ada di atas panel daya
dan panel daya motor, harus diberi cukup banyak klem dan peralatan pendukung
lain-lainnya.
Kabel dipasang dengan cara yang rapi dan teratur yang memungkinkan
pengenalan, sehingga tidak ada kabel yang membentang tanpa pendukung.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 5
JAKARTA

k. Konduit Tertanam.
Pull box yang dihubungkan pada konduit tertanam/tersembunyi harus juga dipasang
secara tertanam dan penutupnya rata terhadap dinding atau langit-langit.

5.4. Kabinet Panel Daya.


Semua kabinet harus dibuat dari plat baja dengan ketebalan minimum 1,7 mm
untuk panel yang dipasang menempel di dinding dan minimum 2 mm untuk jenis floor
standing, kecuali yang sering kena basah/hujan, harus dibuat dari jenis besi tuang yang
tahan kelembaban atau konstruksi khusus.
Kabinet untuk panel daya/kontrol harus mempunyai ukuran yang proporsional
seperti dipersyaratkan untuk panel daya yang besarnya menurut kebutuhan, sehingga
untuk jumlah dan ukuran kabel yang dipakai tidak perlu sesak. Frame/rangka panel
harus ditanahkan.
Pada kabinet harus ada cara-cara yang baik untuk memasang, mendukung dan
menyetel panel daya serta penutupnya.
Kabinet dengan kawat-kawat through feeder harus diatur dengan baik, rapi dan benar.
a. Finishing.
Semua rangka, penutup, cover plate dan pintu panel listrik seluruhnya harus dibuat
tahan karat dengan diberi cat dasar atau prime coating dan diberi pelapis cat akhir
(finishing paint). Penentuan warna dan merek cat sebelumnya harus dimintakan
persetujuannya ke Direksi/Pengawas.
Pengecatan harus tahan karat, dikerjakan dengan cara galvanized cadmium plating
atau dengan zinc-chromate primer dan di cat dengan cat akhir sistem bakar (oven).
b. K u n c i.
Setiap kabinet harus dilengkapi dengan kunci "catch and flat key lock". Jenis kunci
untuk setiap kabinet harus dari tipe "common key", sehingga kunci untuk setiap
kabinetnya adalah sama. Pada masing-masing kabinet harus disediakan dua anak
kunci.
c. Tinggi Pemasangan Panel.
Pemasangan panel sedemikian rupa, sehingga setiap peralatan di dalam panel
dengan mudah masih dapat dijangkau. Tergantung pada tipe/macam panel, bila
dibutuhkan alas/pondasi/penumpu/penggantung, Kontraktor harus menyediakan
dan memasang, sekalipun tidak tertera pada gambar.
d. L a b e l.
Semua kabinet panel daya, panel kontrol, switch, fuse unit, isolator switch group,
pemutus daya (CB) dan peralatan-peralatan lainnya harus diberi label sesuai dengan
fungsinya untuk mengindikasikan/mengidentifikasikan penggunaan/ nama alat
tersebut.
Label ini terbuat dari bahan logam anti karat dengan huruf-huruf hitam.

5.5. Sistem "Race Way"


Yang dimaksud dengan race way adalah tubing conduit dan flexible conduit beserta
perlengkapannya dan semua barang yang diperlukan untuk melengkapi instalasi kabel.
a. Ukuran.
Semua Race Way harus mempunyai ukuran yang cukup untuk bisa melayani dengan
baik jumlah dan jenis kabel sesuai dengan VDE, PUIL dan lain-lain.
Diameter minimum konduit adalah 3/4" menurut ukuran pasaran dengan faktor
pengisian kabel maksimum 40 %.
b. Bahan.
Konduit PVC untuk instalasi daya dan penerangan harus dari bahan uPVC high- impact
heavy gauge yang memenuhi standar BS4607 dan BS6099.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 5
JAKARTA

Konduit metal untuk instalasi daya pompa yang digunakan harus dari jenis heavy gauge
galvanized welded steel yang memenuhi persyaratan BS 4568 : part I & II class 4.
c. Pemasangan.
1. Race Way yang Ditanam di Dinding.
Penanaman konduit di dalam dinding beton yang sudah jadi dilakukan dengan
jalan membobok dinding beton dengan pahat.
Kedalaman dan lebar pembobokan harus dilakukan secukupnya, sesuai
dengan ukuran dan jumlah konduit yang akan dipasang.
Kontraktor diwajibkan untuk mengembalikan kondisi dinding sesuai dengan
kondisi semula.
Selama dilakukannya pengerjaan plesteran ulang, ujung-ujung konduit harus
ditutup untuk mencegah masuknya air atau kotoran-kotoran lainnya.
2. Race Way yang Dipasang di Permukaan.
Race way yang dipasang di permukaan beton (exposed) harus dipasang
sejajar atau tegak-lurus dengan dinding bagian struktur atau pertemuan bidang-
bidang vertikal dengan langit-langit.
Apabila beberapa pipa berjalan sejajar pada dinding atau langit-langit,
harus digunakan klem-klem khusus untuk pipa sejajar.
Ujung-ujung pipa pada peralatan harus dipasang dengan sekrup dengan
kuat. Semua ujung pipa yang bebas harus ditutup/dilengkapi dengan plat
kuningan yang sesuai.
Untuk daerah yang lembab, semua peralatan pembantu, fitting-fitting, klem
dan lain-lainnya harus digalvanisir atau di cat tahan karat dan harus digunakan
pendukung supaya pipa bebas dari permukaan korosif.
Pipa-pipa yang dipasang pada permukaan dalam bangunan harus dicat satu
jalan sebelum dipasang, dan sekali lagi sesudah dipasang, dengan warna yang
ditentukan oleh Direksi/Pengawas.
Untuk mempermudah pengenalan, maka ujung permukaan pipa harus dicat
dengan warna sebagai berikut :
a. Pipa penerangan dan daya - orange
b. Pipa fire alarm - merah
3. Race Way yang Dipasang di Dalam Tanah.
Race way yang dipasang di dalam tanah atau menembus kerikil, harus
mempunyai dua lapis cat aspal pada permukaan sebelah luar sebelum
dipasangkan. Di atas race way tersebut harus diberi patok penunjuk.
Pipa/race way yang digunakan adalah GIP kelas medium yang memenuhi
standar SII.
4. Race way Melintas / Menembus Dinding.
Bila pipa melintas tembok, penyekatruangan, lantai, langit-langit dan lain-lain,
maka lubang harus ditutup dengan baik sehingga tidak mungkin dapat dilalui
oleh debu, lembab (uap air), api dan asap.
5. Cable Trench.
Kedalaman parit kabel (cable trench) untuk penanaman kabel di bawah
tanah minimal 80 cm dari permukaan. Bila bersilangan dengan saluran lain,
misalnya saluran air, cable trench dapat dan harus ditanam setelah pengerasan
tanah.
Untuk cable trench yang melintasi jalan, penanaman dilakukan setelah
pengerasan badan jalan atau bila sebelumnya harus lebih dari 110 cm atau atas
persetujuan Direksi/Pengawas.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 5
JAKARTA

6. Pengakhiran dan Sambungan.


Race way harus diakhiri pada outlet persimpangan, pull box cabinet dan lain-
lain, dengan dua lock nut dan sebuah insulating bushing insert yang harus
terbuat dari thermoplastic atau "fibre minded" yang dimatikan untuk mencegah
rusaknya kawat dan kabel dan tidak mengurangi kontinuitas dari sistem
grounding dari race way. Sambungan untuk race way/pipa logam elektrikal harus
dari jenis yang tahan hujan atau fitting dengan konsentrasi tinggi dengan sistem
penguncian interlock compressed.
7. Pentanahan.
Setiap peralatan yang beroperasi dengan tegangan lebih besar dari
tegangan ekstra rendah (50 VAC) harus ditanahkan secara efektip.
Bahan-bahan logam/metal dari peralatan-peralatan listrik yang terbuka,
termasuk pelindung kabel (sheath/armour), konduit, saluran metal, rack, tray,
doos, stop kontak, armatur, saklar dengan penutup metal harus dihubungkan
dengan konduktor kontinyu untuk pentanahan.
Penggunaan konduit metal sebagai satu-satunya konduktor pentanahan
tidak diperbolehkan.
Dalam hal ini harus digunakan konduktor pentanahan tersendiri yang
terbuat dari tembaga dengan daya hantar yang tinggi.
Luas penampang minimum konduktor pentanahan adalah 6 mm2 dan
dimasukkan ke dalam konduit. Penyambungan konduktor pentanahan harus
menggunakan penyambung mekanis yang disetujui oleh Direksi/Pengawas.
Tahanan pentanahan yang disyaratkan adalah sebagai berikut :
a. Pentanahan netral bus-bar dan panel maksimum 2 ohm.
b. Pentanahan netral generator maksimum 2 ohm.

5.6. Panel Utama Tegangan Rendah dan Perlengkapannya


a. U m u m.
Panel daya bertegangan rendah meliputi switch, tombol, circuit breaker,
indikator, magnetic contactor, accessories, peralatan-peralatan dan barang- barang
lain yang diperlukan untuk pemasangan dan operasi yang sempurna dari segenap
sistem dan peralatan-peralatannya.
Kontraktor harus dapat membuktikan bahwa telah memiliki pengalaman yang
luas di bidang manufacturing dan perencanaan panel-panel tegangan rendah dan
dapat memberikan keterangan bahwa panel-panel tersebut telah beroperasi dengan
baik selama paling sedikit 3 tahun.
Penawaran harus meliputi reference list sebagai suatu bukti.
b. Panel-panel.
Panel harus seperti ditunjukkan di dalam gambar rencana, kecuali ditentukan lain.
Seluruh assembly termasuk housing, bus-bar, alat-alat pelindung harus direncanakan,
dibuat, dicoba dan bila perlu diperbaiki sesuai dengan persyaratan minimum dengan
penyesuaian dan/atau penambahan seperti disyaratkan di bawah ini :
1. Umum.
Setiap panel daya utama harus dari jenis indoor, dead-front, terbuat dari
plat baja (metal clad).
Konstruksi panel harus terbuat dari pelat baja yang ditekuk secara rapi
dengan mesin tekuk atau rangka profil baja yang diperkuat dan dilas, sehingga
kokoh dan tidak rusak dalam pengiriman atau pemasangan.
Struktur panel harus tahan terhadap gaya elektromekanis serta termal
akibat hubung-singkat (sampai 60 kA dalam waktu 1 detik).

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 5
JAKARTA

Rangka ini harus secara lengkap ditutup pada bagian bawah dan atas
dengan pelat-pelat penutup yang bisa dilepas. Panel harus bisa dicapai dari
depan dengan mudah
Semua alat ukur atau tombol pemilih yang dipersyaratkan harus
dikelompokkan pada sisi depan yang berengsel.
Tutup yang berengsel tersebut harus mempunyai engsel yang tersembunyi
dan gerendel/kunci. Semua sumber yang perlu untuk rangkaian kontrol, daya
dan lain-lain harus dipasang pada sisi belakang dari penutup yang berengsel
tersebut.
Panel harus mempunyai bukaan dalam bentuk grill (louvres) ventilasi untuk
membatasi kenaikan suhu dari bagian-bagian yang mengalirkan arus pada nilai-
nilai yang dipersyaratkan dalam standar VDE/IEC untuk peralatan yang tertutup.
Material-material yang bertegangan harus dicegah dengan sempurna
terhadap kemungkinan terkena percikan air.
Tebal pelat baja yang digunakan minimum 1,7 mm.

2. Konstruksi.
Panel-panel harus seperti yang disyaratkan di sini dan seperti ditunjuk dalam
gambar untuk melaksanakan fungsi yang diperlukan.
Lokasi yang tepat dan jenis perlengkapan yang diperlihatkan boleh berbeda
menurut keperluan penyesuaian material pabrik, sejauh bahwa fungsi dan operasi
yang dimaksud dapat dicapai.
Akan tetapi, identifikasi gambar, tata letak, skedul dan lain-lain harus diikuti
dalam urutan yang tepat untuk mempermudah pemeriksaan bangunan (konstruksi).
Tempat struktur bus-bar dan hubungan-hubungannya harus dibangun dan
ditunjang untuk dapat menahan arus hubung-singkat yang terjadi pada lokasi
tertentu tersebut.
Hubungan-hubungan harus dibaut, dilas atau diklem serta diatur untuk
menjamin daerah kontak yang baik.

3. Ventilasi
Lubang-lubang ventilasi harus dibuat secara rapi dengan punch machine. Untuk
menjaga benda-benda asing masuk melalui lubang tersebut, pada bagian dalam
harus diberi lapisan pelat yang juga dilubangi (di-punch).

4. Papan Nama.
Setiap pemutus daya (circuit breaker) harus dilengkapi dengan papan nama yang
dipasang pada pintu panel dekat dengan pemutus daya dan dapat dilihat dengan
mudah. Cara-cara pemberian nama harus menunjukkan dengan jelas rangkaian dari
pemutus daya atau alat-alat yang tersambung padanya. Keterangan mengenai hal ini
harus diajukan dalam gambar kerja.
Mimic diagram berwana biru harus dipasang pada pintu, lengkap dengan
komponen-komponen dan tanda-tanda untuk komponen tersebut.

5. Cadangan Sambungan di Kemudian Hari.


Bila di dalam gambar dinyatakan adanya cadangan, maka ruangan-ruangan tersebut
harus dilengkapi dengan pemutus daya cadangan, terminal, klem-klem pemasangan,
pendukung dan sebagainya, untuk peralatan yang dipasang di kemudian hari.
Kemungkinan penyambungan di kemudian hari dapat berupa peralatan baru,
misalnya saklar, pemutus daya, kontaktor dan lain-lain.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 5
JAKARTA

6. Bus-Bar / Rel Daya.


Bus-Bar harus diatur sedemikian rupa, sehingga tersusun secara mendatar dengan
rapi sepanjang panel di dalam ruang yang berventilasi.
Jarak antar rel daya harus memenuhi ketentuan pemasangan rel daya di dalam
PUIL 1987.
Bus-Bar harus terbuat dari bahan tembaga jenis "hard drawn high conductivity"
yang memenuhi standar B.S. 1433, dilapisi perak pada bagian luarnya secara
menyeluruh dengan ukuran sesuai dengan kemampuan 150 % dari arus beban
terpasang.
Ukuran bus-bar disesuaikan dengan peraturan PUIL 1987 (daftar no. 630 - D1 -D4
/ PUIL 1987).
Semua Bus-Bar harus dipegang dengan kokoh oleh bahan isolator yang terbuat
dari bahan yang tidak menyerap air (non-hygroscopic) misalnya porselain atau
moulded insulator, sedemikian rupa sehingga mampu menahan gaya mekanis yang
terjadi akibathubung-singkat.
Rel daya dicat dengan warna yang sesuai dengan penandaan fasa menurut
PUIL. Cat tersebut harus tahan terhadap temperatur sampai 70 oC.
Setiap panel harus mempunyai bus-bar netral dengan kapasitas penuh (full
neutral) yang diisolir terhadap pentanahan dan sebuah bus pentanahan yang
telanjang, diklem dengan kuat pada kerangka dan dilengkapi dengan klem untuk
pengaman dari peralatan yang perlu ditanahkan. Dalam hal ini, konfigurasi bus-bar
adalah 3 fasa - 4 kawat - 5 bus.

Semua hubungan dari bus-bar menuju pemutus daya atau saklar dengan arus
lebih besar dari 63 A harus dilakukan melalui batang-batang tembaga dari jenis
yang sama dengan bus-bar. Untuk arus yang lebih kecil, diijinkan menggunakan
kabel berisolasi PVC (NYY atau NYA).

Kontraktor diwajibkan untuk menyerahkan gambar kerja yang menunjukkan ukuran-


ukuran dari bus-bar dan susunannya
Ukuran dari bus-bar harus merupakan ukuran sepanjang panel dan disediakan
cara-cara untuk penyambungan di kemudian hari.
Apabila saluran keluar (out going feeder) yang menuju ke satu teminal terdiri
atas beberapa buah kabel, tidak diperkenankan menumpuk lebih dari 2 (dua) buah
sepatu kabel pada satu terminal atau bus-bar.
Bila terjadi hal demikian, harus dilakukan dengan cara memasangkan batang
tembaga tambahan untuk menyatukan sepatu kabel tersebut pada satu terminal
yang berlainan.

7. Alat-alat Ukur.
Setiap panel harus dilengkapi dengan alat-alat ukur dan trafo ukur seperti yang
ditunjukkan di dalam gambar rencana.
Bila digunakan amperemeter selector switch (saklar pindah), pada saat pemindahan
pengukuran arus, saklar pindah untuk amperemeter harus berada pada posisi off,
dan pada posisi ini trafo arus harus dalam keadaan terhubung-singkat.
Meter-meter harus dari type besi putar (moving iron) khusus untuk dipasang
secara tegak lurus di pintu panel. Kelas alat ukur yang paling tinggi 1,5 dengan
penunjukan melingkar (minimum 90o), skala linier, dipasang secara flush dalam
kotak tahan getaran, dengan ukuran 144 mm x 144 mm.
Posisi dari saklar putar untuk voltmeter dan amperemeter harus ditandai dengan jelas.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 5
JAKARTA

a. Amperemeter (A-m)
Semua amperemeter harus mempunyai kemampuan beban lebih sebesar
120 % dari batas atas penunjukkannya selama 2 jam dan dilengkapi dengan
penunjuk berwarna merah (index pointer) untuk menandai besarnya arus beban
penuh.
Amperemeter harus dipasangkan untuk beban motor sebesar 5,5 kW
atau lebih pada salah satu fasanya.
Amperemeter harus mampu untuk menahan pergerakan yang timbul
akibat arus start motor dan mempunyai skala overload yang rapat (compressed)
untuk keperluan pembacaan arus start tersebut.
Pada amperemeter harus terdapat mekanisme pengatur penunjukkan
nol (zero adjusment) berupa sekrup pemutar dibagian depan.

b. Voltmeter (V-m)
Voltmeter harus mempunyai ketepatan kelas 1,5 dan mempunyai skala
penunjukan yang lebar.
Voltmeter dipasang di sisi daya masuk melalui sikring pengaman jenis HRC dengan
arus nominal 3 A.
Pada voltmeter harus terdapat mekanisme pengatur penunjukkan nol (zero
adjustment) berupa sekrup pemutar di bagian depan.

8. Trafo Arus.
Trafo arus harus dari tipe kering untuk pemakaian di dalam ruangan (indoor
type), jenis jendela dengan perbandingan kumparan yang sesuai dengan standar-
standar VDE untuk keperluan pengukuran.
Pemasangan harus dilakukan secara kuat agar mampu menahan gaya-gaya
mekanis yang timbul pada waktu terjadinya hubung-singkat 3 fasa simetris.
Trafo arus untuk amperemeter juga boleh digunakan bersamaan dengan kWh-
meter dengan syarat tidak mengurangi ketelitiannya.
Bila ternyata ketelitian terganggu, harus digunakan trafo arus khusus (terpisah).

9. Kabel-Kabel Kontrol.
Kabel kontrol (control wiring) dari panel-panel harus sudah dipasang di pabrik/
bengkel secara lengkap dan dibundel serta dilindungi terhadap kerusakan mekanis.

Ukuran kabel kontrol minimum 2,5 mm 2 dari jenis NYMHY dengan tegangan nominal
600 volt.

Pada setiap ujung kabel kontrol ataupun pengukuran harus dipasangkan sepatu
kabel dengan ukuran kabelnya dan dikencangkan dengan alat penekan
(press-tang/kerf tang) secara baik, sehingga dapat dicegah terjadinya hubung longgar
(lost contact).

Setiap pemasangan ujung kawat kontrol atau pengukuran pada terminal peralatan
harus cukup kencang dan kokoh.

10. Merk Pabrik.

Semua peralatan pengaman harus diusahakan buatan satu pabrik.

Peralatan-peralatan sejenis harus dapat saling dipindahkan atau dipertukarkan


tempatnya pada rangka panel.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 5
JAKARTA

11. Peralatan Pengaman / Pemutus Daya.

a. Circuit Breaker (CB)


Untuk pemutus daya cabang dengan arus lebih besar dari 63 A dan lebih kecil
dari 800 A digunakan jenis rumah tuangan (moulded case circuit breaker -
MCCB) yang memenuhi standar B.S. 4752 Part 1 1977 atau IEC 157.1 dan
sesuai untuk temperatur operasi 40 oC (fully tropical ized) dan mampu beroperasi
untuk tegangan 660 VAC dengan rating 1000 VAC.
Sedangkan MCB digunakan rangkaian cabang dengan arus sampai 63 A, harus
memenuhi persyaratan B.S. 4752 /Part 1 1977 atau IEC157.1 (fully tropicalized),
mampu beroperasi untuk tegangan sampai 660 VAC dengan rating 1000 VAC.
- MCCB/MCB harus dapat dioperasikan secara "reverse feed" baik pada posisi
horizontal maupun vertikal tanpa mengurangi performance.
- Kontak utama yang harus meneruskan arus beban harus terbuat dari bahan
silver/tungsten dan mekanisme operasinya dirancang untuk menutup dan
membuka kontak-kontak utamanya secara menyapu (wiping action).
- Mekanisme operasi harus dari jenis "quick make" dan "quick break" secara
simultan pada ketiga/keempat kutubnya sewaktu opening, closing maupun
trip.
Mekanisme ini harus trip-free untuk mencegah kontak utama menutup
kembali tanpa sengaja.
- Handel togel MCCB/MCB harus dapat membuka semua kutub (kontak
utama) secara bersamaan (simultan). Suatu arus kesalahan mengalir pada
salah satu kutub harus menyebabkan ketiga kutub membuka secara
bersamaan.
- MCCB dilengkapi dengan fasilitas pelindung pada masing-masing kutubnya
yang dapat disetel (adjustable) untuk arus beban lebih (overload-inverse
time) secara mekanis dengan bimetal, pengatur arus hubung-singkat
(overcurent-instantaneous) secara mekanis dengan solenoid (magnetis).
Untuk motor protection, hanya dipasang magnetic overcurrent protection.
- Pada MCCB dengan rating 250 A - 630 A thermal-magnetic trip unit harus dari
jenis interchangeable trip unit, sedangkan untuk MCCB di atas 630 A
menggunakan solid-state relay yang dienergize oleh CT yang terpasang di
dalam MCCB sehingga tidak memerlukan catu daya dari luar MCCB.
- Setiap MCCB harus mempunyai tiga posisi operasi, yaitu ON, OFF dan TRIP.
- Kapasitas pemutusan arus kesalahan (interrupting/breaking capacity) MCCB
tidak kurang dari 50 kA.
- MCB dilengkapi dengan fasilitas pelindung arus beban lebih (overload-
inverse time) secara mekanis dengan bimetal dan arus hubung-singkat
(overcurent-instantaneous) secara mekanis dengan solenoid (magnetis).
Arus nominal dari MCCB dan MCB harus sesuai dengan gambar, dengan
kapasitas pemutusan (breaking capacity) disesuaikan dengan letak pemutus daya
tersebut.

Kontraktor diwajibkan untuk memeriksa besarnya arus hubung-singkat 3 fasa


simetris yang mungkin terjadi pada titik-titik beban dan menganjurkan jenis
MCCB serta MCB yang sesuai. Hasil perhitungan dan katalog pemutus daya
yang disarankan untuk digunakan harus disertakan pada saat penawaran
pekerjaan.

b. Kontaktor.
Kontaktor-kontaktor atau rele kontrol harus memenuhi persyaratan B.S. 5424
|Part 1 : 1977.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 5
JAKARTA

- Rating kontaktor atau rele harus sesuai dengan gambar dan tidak
kurang dari 10 A. Rating tersebut harus merupakan rating kontinyu.
- Semua kontak (kutub) kontaktor atau rele harus dilapis dengan perak (silver).
- Coil dari kontaktor atau rele harus mempunyai rating tegangan 220 V, 50 Hz.

12. Terminal Pembantu.


Apabila untuk menuju suatu terminal pada panel tersebut digunakan beberapa
kabel yang disatukan pada terminal tersebut, Kontraktor harus juga menyediakan
terminal pembantu yang diperlukan.
Terminal pembantu tersebut harus terbuat dari bahan yang sama dengan terminal
utama dengan kapasitas hantar arus yang sesuai dan dilubangi sesuai dengan
ukuran sepatu kabel yang digunakan. Setiap mur-baut yang digunakan harus
dikencangkan dengan baik agar terhindar dari kemungkinan hubungan-longgar
(contact lost).

5.8. Peralatan Penerangan.


1. U m u m
Peralatan penerangan meliputi armatur, lampu-lampu, accessories, peralatan serta
alat-alat lain yang diperlukan untuk operasi yang lengkap dan sempurna dari semua
peralatan penerangan. Fixture harus seperti yang disyaratkan dan ditunjuk pada
gambar-gambar.

2. Kualitas dan Pengerjaan.


Semua material dan accessories, baik yang disebut secara umum maupun khusus
harus dari kualitas terbaik.
Pengerjaan harus kelas satu dan menghasilkan armature setara dengan standar
komersil yang utama. Armatur harus sesuai dengan gambar dan skedul, atau seperti
yang disyaratkan di sini.
Armatur ex ARTOLITE atau setara.

3. Jenis Armature.
a. Lampu-lampu Flourescent (TL)
Lampu (bulb) harus dengan warna standar white deluxe.
Untuk twin lamp atau double TL harus dirangkai secara lead-lag untuk meniadakan
efek stroboskopis.
Semua fixture harus dilengkapi dengan kapasitor untuk perbaikan faktor kerja
sehingga mencapai minimum 0,96. Balast harus dari tipe low losses.
Perlengkapan lain seperti starter, ballast, pemegang lampu harus memenuhi
standar PLN/SII/LMK.
Lampu TL, ballast, capacitor dan starter ex PHILIPS atau setara.
b. Lampu Pijar.
Lampu pijar yang digunakan adalah dari jenis clear lamp dengan base E27, fitting
berbentuk bulat, terbuat dari bahan keramik tahan panas (daya sampai 200 W).
Tegangan nominal lampu adalah 230 V.
Lampu pijar ex PHILIPS atau setara, fitting keramik ex Broco.
c. Lampu Taman.
Bentuk lampu taman sesuai dengan gambar rencana arsitektur lengkap dengan
tiang yang diperlukan. Di bagian bawah tiang dipasangkan box berisi fuse 2 A
dan terminal penyambungan kabel.
Jenis kabel di dalam pipa menuju lampu taman adalah NYM 3 x 2,5 mm 2 dengan
salah satu inti kabel dipasangkan ke badan metal lampu untuk pentanahan.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 5
JAKARTA

Jenis lampu mercury adalah mixed-lamp/blended-lamp (ML) - 100 W dengan base


E27 yang penyalaannya tidak memerlukan ballast.
Armatur ex ARTOLITE atau setara, lampu mercury, ballast dan capacitor ex PHILIPS
atau setara
d. Lampu PJU.
Lampu penerangan jalan umum (PJU) menggunakan tiang sesuai dengan bentuk
rancangan arsitek, lengkap dengan pondasi dan fuse box.
Lampu mercury 250 W yang digunakan untuk PJU adalah dari jenis High Pressure
Mercury Lamps dengan fitting E40.
Lampu mercury dan switch-gear ex PHILIPS atau setara.
Armatur PJU ex PHILIPS type HRP-822 atau setara.
Setiap tiang PJU harus ditanahkan setempat dengan tahanan pentanahan
maksimum 5 ohm, dengan kawat tembaga pentanahan berukuran 6 mm2

4. Pemasangan.
- Semua armatur penerangan dan perlengkapannya harus dipasang oleh tukang
yang berpengalaman dan ahli, dengan cara-cara yang disetujui Direksi/ Pengawas.
- Harus disediakan pengikat, penyangga, penggantung dan bahan-bahan lain yang
perlu agar diperoleh hasil pemasangan yang baik.
- Barisan armatur yang menerus harus dipasang sedemikian rupa, sehingga betul-
betul lurus.
- Armatur yang dipasang merata terhadap permukaan (surface mounted) tidak
boleh mempunyai sela-sela di antara bagian-bagian fixture dan permukaan-
permukaan di sebelahnya.
- Setiap badan (rumah) lampu harus ditanahkan (grounded).
- Pada waktu diselesaikannya pemasangan armature penerangan, peralatan
tersebut harus siap untuk bekerja dengan baik dan berada dalam kondisi
sempurna serta bebas dari semua cacat/kekurangan.
- Pada waktu pemeriksaan akhir, semua armatur dan perlengkapannya harus
menyala secara lengkap.
- Setiap hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam hal pendinginan tersebut,
harus diberitahukan dengan jelas kepada Direksi/Pengawas.

6. PENGUJIAN DAN PENYETELAN PERALATAN DAN SISTEM

6.1. Pekerjaan ini meliputi ketentuan-ketentuan dasar untuk mengadakan pengujian


(testing), penyetelan serta commissioning dari seluruh peralatan listrik yang dipasang.
6.2. Semua testing, kalibrasi dan penyetelan dari peralatan-peralatan dan kontrol yang
tergabung dalam pekerjaan renovasi sistem listrik ini serta penyediaan semua
instrumentasi dan tenaga kerja harus dilaksanakan oleh kontraktor.
Kontraktor harus menempatkan seorang ahli listrik yang berkompeten dan
berpengalaman untuk melaksanakan pengujian dan commisioning.
6.3. Pengujian-pengujian yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor di bawah pengawasan
Direksi/Pengawas antara lain :
a. Pengujian tahanan isolasi kabel baru yang dipasang, baik perbagian (section)
maupun keseluruhan (overall).
b. Pengujian pentanahan panel.
c. Pengujian kontinuitas konduktor/kabel.
d. Pengujian fungsi kontrol manual dan otomatis pada panel-panel daya.
e. Pengujian keseimbangan pembebanan (phasing-out)

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 6
JAKARTA

f. Load testing.
g. Penyetelan semua peralatan pengaman (overcurrent dan overload) dan
mencatat data setelan yang dilakukan.
h. Semua instalasi listrik yang baru harus mendapat pengesahan dari PLN atau badan
resmi yang ditunjuk Direksi/Pengawas.

6.4 Hasil-hasil pengujian harus sesuai dengan syarat-syarat teknis yang telah diuraikan di
atas atau standar-standar yang berlaku dan dicatat serta dibuatkan berita acara
pengujiannya.

7. KUALITAS MATERIAL

no item Material setara


1 Kabel Supreme, Kabelindo, Tranka
2 Conduit Clipsal
3 Saklar stop kontak Panasonic, MK
4 Armatur Interlite, Artolite
5 Lampu & acsesoris Philips, Panasonic
6 Fitting E27 Broco
7 MCCB Schneider, M G

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 6
JAKARTA

PASAL 2
SYARAT-SYARAT KHUSUS TEKNIS PEKERJAAN FIRE ALARM

1. UMUM

Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Fire Alarm yang diuraikan di sini adalah persyaratan yang harus
dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan
peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal/ Elektrikal adalah bagian
dari Syarat-Syarat Teknis ini.

2. PRINSIP PERENCANAAN

Jenis fire alarm yang digunakan adalah pre signal system, yang hanya akan mengaktifkan
alarm pada zone yang mendeteksi adanya kebakaran.
Sistem pengkabelan unit-unit deteksi mengikuti kelas B - 2 kawat yang diakhiri dengan end
of line (EOL) resistor untuk memungkinkan mengalirnya arus supervisi pengkabelan.
Kemampuan deteksi dari smoke detector yang digunakan adalah sekitar 70 m 2, sedangkan
kemampuan heat detector mempunyai daerah deteksi sekitar 40 m2.
Pengkabelan detektor menggunakan kabel NYA ukuran 2,5 mm 2 yang diletakkan di dalam
konduit PVC high-impact heavy gauge.
Untuk memungkinkan sistem tetap beroperasi pada saat terjadinya pemadaman sumber
daya utama, FACP dilengkapi dengan charger dan stand-by battery yang mampu digunakan
minimal 20 jam.
Untuk menghasilkan sinyal alarm secara audio, digunakan vibrating bell berkekuatan min. 90
dB pada tiap zone, sedangkan sinyal visual dihasilkan oleh alarm lamp berwarna merah.
Manual station dipasang untuk memungkinkan diaktipkannya sistem secara manual apabila
seseorang melihat adanya kebakaran sebelum detektor-detektor bereaksi.
Pada proyek ini digunakan 1 sistem fire alarm bersama, baik untuk bangunan utama maupun
bangunan power house.

3. LINGKUP PEKERJAAN

3.1. Pengadaan, pemasangan serta penyetelan unit pengontrol (fire alarm control panel - FACP
/ master control fire alarm - MCFA) berbasis mikroprosesor dengan kapasitas 20 zone.
3.2. Pengadaan serta pemasangan unit deteksi (detection unit/detector).
3.3. Pengadaan serta pemasangan kabel terminal box.
3.4. Pengkabelan sistem fire alarm dari FACP sampai unit-unit deteksi/detektor.
3.5. Mengadakan pengujian menyeluruh sehingga sistem tersebut dapat berfungsi dengan
baik dan benar.

4. KOMPONEN-KOMPONEN

Komponen-komponen yang termasuk dalam unit-unit deteksi adalah manual station serta fire
detector.
Jenis fire detector yang digunakan adalah :
a. Heat Detector
b. Smoke Detector

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 6
JAKARTA

Kedua jenis ini mempunyai berbagai tipe yang dirancang sesuai dengan keperluan. Dipilih
detector yang sesuai untuk masing-masing ruangan tersebut yaitu untuk bagian perkantoran
digunakan heat detector dan untuk ruangan dengan kemungkinan pengumpulan asap digunakan
detector yang lebih peka, yaitu smoke detector.
4.1. Combination ROR & Fixed Temperature Heat Detector.
- operating voltage : 16 - 32 VDC
- stand-by current : 100 uA max.
- alarm current : 47 mA max.
o
- operating temperature : 135 F
- relative humidity : 20 % - 85 %
- temperature rise : 15 oF / menit
4.2. Fixed Temperature Heat Detector.
- operating voltage : 16 - 32 VDC
- stand-by current : 100 uA max.
- alarm current : 47 mA max.
- operating temperature : 135 oF
- relative humidity : 20 % - 85 %
4.3. Ionization Smoke Detector.
Detector ini harus dapat bekerja dengan adanya asap ataupun gas di ruangan yang
dideteksi.
- operating voltage : 16 - 32 VDC
- stand-by current : 100 uA max.
- alarm current : 47 mA max.
- operating temperature : 0 - 38 oC
- relative humidity : 20 % - 85 %
- sensitivity : 0,55 - 1,17 % / feet
- kecepatan kerja detektor : 3 detik
- kecepatan asap yang dapat di deteksi : max 300 feet
4.4. Manual Call Point.
Manual call point yang digunakan adalah dari jenis surface mounted, dilengkapi dengan
kaca penutup (break glass), sistem kerja pull down dan tetap berada dalam posisi on
sebelum di reset kembali.
Untuk tujuan testing, alarm dapat dibunyikan tanpa harus memecahkan kaca, dilakukan
dengan menusukkan kunci khusus. Semua manual call point harus dilengkapi dengan
kaca cadangan. Untuk menjamin operasi yang lama, alarm contact harus dilapis emas
(gold plated).
4.5. Alarm Bell.
Alarm bell harus tipe vibrating, seluruh bell harus bekerja pada 24 VDC polarized dengan
6 gong, kecuali disebut lain dalam gambar. Pemasangan pada ketinggian 75 cm di bawah
langit-langit dengan cara "semi flush", minimum output suara adalah 90 dB atau lebih
besar pada jarak 10 ft.

4.6. Alarm Horn.


Alarm horn harus cocok untuk pemakaian di dalam gedung maupun di luar gedung.
Semua alarm horn bekerja pada 24 VDC polarized dengan level suara minimum 95 dB
pada jarak 10 ft. Type pemasangan adalah semi flush mounted.
4.7. Fire Alarm Control Panel (FACP).

Unit ini terdiri atas power module, control module, alarm signal module dan zone
module dengan kapasitas 12 zone.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 6
JAKARTA

Keseluruhan module harus disusun sedemikian rupa, sehingga penggantian module yang
rusak dapat dilakukan dengan mudah tanpa mengganggu fungsi module lainnya. Semua
indikator harus dapat dilihat dengan mudah dan jelas melalui jendela kaca pada pintu
panel.
Panel kontrol bekerja pada tegangan 24 VDC yang dilengkapi dengan peralatan-
peralatan sebagai berikut :
a. Lampu Indikator.
- lampu "alarm" (merah) dan lampu gangguan / "trouble" (kuning) untuk setiap
zone pada zone module atau common trouble lamp dengan trouble selector.
- lampu "power on" (hijau) yang menyatakan sumber daya tersedia dan sistem
sedang dalam keadaan berfungsi.
- lampu "AC power failure", yang menyatakan adanya gangguan pada rangkaian
instalasi (short circuit rangkaian pada ground).
- lampu "low battery" yang menyatakan bahwa tegangan stand-by battery sudah
tidak normal.
- lampu "bell circuit trouble" yang menyatakan adanya gangguan pada rangkaian
bell/horn.
- lampu "common alarm" yang menyatakan terjadinya alarm di sistem akibat
detektor bekerja.
- lampu "common trouble" yang menyatakan terjadinya trouble di sistem tersebut.
b. Tombol-tombol / Switch.
- "reset switch" yang berfungsi untuk mengembalikan ke kondisi normal setelah
terjadi trouble atau alarm.
- "silence switch" yang berfungsi untuk mematikan buzzer atau bel bila alat
tersebut berbunyi.
- "alarm lamp test switch" yang berfungsi untuk memeriksa apakah lampu- lampu
alarm masih berfungsi dengan baik.
c. Catu Daya.
Sistem fire alarm bekerja dengan tegangan 24 volt DC dan dapat dikombinasikan
dengan alat-alat dengan tegangan AC, misalnya AC bell dan lamp, dan harus
mempunyai catuan ganda, yaitu :
- primary supply 220 VAC
- secondary supply 24 VDC
Agar tetap beroperasi selama catu primer 220 V terputus, digunakan catu daya
cadangan berbentuk stand-by battery yang mampu beroperasi selama minimum 20
jam (termasuk operasi bell dan alarm). Catu daya cadangan diletakkan di dalam
FACP. Jenis batere yang digunakan adalah Ni-Cad.
Alat pengisi batere di letakkan di dalam FACP yang dilengkapi dengan booster
power supply untuk memperbesar kapasitas arus bagi keperluan bell dan lain
sebagainya.
4.8. Cara Kerja Sistem.
a. Keadaan Normal.
Bilamana tidak terjadi gangguan/trouble atau deteksi kebakaran (alarm), maka sistem
dalam keadaan normal yang ditandai dengan menyalanya lampu indikator hijau (AC
pilot lamp). Dalam hal ini sistem mendapat catuan daya sumber daya utama 220 VAC
dan batere.
b. Keadaan Darurat.
Apabila sumber daya utama padam maka sistem mendapat catu dari stand-by
battery. Hal-hal yang terjadi pada FACP :

Lampu kuning akan menyala (trouble lamp) disertai tanda-tanda yang dapat didengar
(buzzer).

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 6
JAKARTA

c. Keadaan Alarm.
Keadaan alarm akan terjadi apabila detektor mendeteksi adanya asap/panas/api atau
manual call point diaktifkan.
Dalam keadaan tersebut alarm bell harus dapat bekerja otomatis.
Lampu merah (lampu alarm) dan lampu kuning pada FACP akan menyala,
menunjukkan zone yang terjadi alarm. Dengan demikian daerah/ruangan yang dalam
keadaan bahaya akan segera dapat diketahui.
d. Keadaan Gangguan (Trouble).
Bila terjadi gangguan pada sistem (pada detector circuit atau pada panel kontrol),
maka :
- lampu kuning yang terdapat pada FACP harus menyala dengan diiringi suara
buzzer yang bisa didengar jelas.
- lampu kuning yang terdapat pada zone module dari zone yang terganggu harus
menyala.

5. TEKNIS PELAKSANAAN

5.1. Pemasangan fire alarm harus dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman di bidang
pekerjaan ini dan pengerjaannya harus teratur.
5.2. Tidak diperkenankan adanya sambungan-sambungan pada hantaran, sambungan hanya
terdapat pada box terminalnya. Pengawatan harus menggunakan konduit PVC high-
impact heavy gauge dengan ukuran disesuaikan dengan jumlah kawatnya.
Masing-masing wiring diberi tanda untuk daerah mana kawat tersebut, supaya mudah
dalam perbaikannya apabila ada kerusakan.
5.3. Kabel dari FACP ke CTB setiap zone masing-masing 2
pairs. Kabel yang digunakan :
a. Kabel detector : NYA 1,5 mm2
b. Kabel bell : NYA 2,5 mm2
5.4. Dari hasil pengerjaan tersebut harus diserahkan diagram pengawatan lengkap (as built
drawing) beserta petunjuk-petunjuk operasional lainnya.
5.5. Setiap selesai satu tahapan pekerjaan, harus dilakukan pemeriksaan ulang sebelum
dilakukan pengetesan secara keseluruhan.
5.6. Kontraktor harus dapat bekerja sama atau dapat dikoordinasikan dengan bagian
pekerjaan lain, sehingga apabila ada pekerjaan tambahan karena kurang koordinasi,
menjadi tanggungjawab Kontraktor.

6. TRAINING

Kontraktor harus secara lengkap menyediakan operator instruction manual dan memberikan
minimum 7 hari training di lapangan kepada operator dari pihak Pemberi Tugas sampai dapat
diterima kecakapannya.

7. KETENTUAN LAIN

Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memasukkan shop drawing kepada


Direksi/Pengawas untuk memperoleh persetujuan, mengenai :
7.1. Connection diagram.
7.2. Skedul yang menunjukkan lokasi dan fungsi dari setiap peralatan.
7.3. Data-data spesifikasi.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 6
JAKARTA

7.4. Konfigurasi FACP.


Pengetesan terakhir (commissioning test) sesudah pemeriksaan akhir (final inspection), kalibrasi
dan lain-lain harus dilakukan pihak Kontraktor dengan dihadiri oleh pihak Direksi/Pengawas dan
Konsultan.

8. DAFTAR MATERIAL

no item Material setara


1 Komponen utama fire alarm CHUBB, GENT, ESSER
2 Kabel instalasi SUPREME, KABELINDO, TRANKA
3 Cable conduit CLIPSAL

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 6
JAKARTA

PASAL 3
PEKERJAAN INSTALASI DIESEL-GENERATOR-SET

1. U M U M

Syarat-syarat Khusus Teknis Pekerjaan Diesel-Generator Set yang diuraikan di sini adalah
persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun
pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis Pekerjaan
Mekanikal/Elektrikal adalah bagian dari Syarat-syarat Teknis ini.

2. LINGKUP PEKERJAAN

2.1 Pengadaan dan pemasangan sistem diesel electric generating set (DGS) secara lengkap
berikut segala sesuatu perlengkapan yang diperlukan untuk mendapatkan operasi yang
baik.
2.2 Pengadaan dan pemasangan sistem pemipaan bahan bakar dan tangki penyimpan harian
secara lengkap.
2.3 Pengadaan dan pemasangan sistem pemipaan knalpot, pembuangan udara radiator dan
exhaust fan untuk sirkulasi ruang genset lengkap beserta motor starternya.
2.4 Pekerjaan testing dan commissioning sistem diesel-genset secara lengkap termasuk
pengujian kebocoran, pengujian tekanan, start-up, pengujian pembebanan dan pengujian
sistem pemindahan beban dan sistem kontrol operasi.

3. OPERASI SISTEM

3.1. Menghidupkan mesin secara manual.


3.2. Dapat memberi alarm bila terjadi kegagalan dalam usaha menghidupkan mesin diesel dan
kegagalan pemindahan beban.
3.3. Memindahkan beban listrik ke diesel-genset secara manual.
3.4. Genset tidak boleh mati / berhenti beroperasi / rusak walaupun beban penting yang
terjadi hanya 5 % atau kurang dari nominal bebannya.
3.5. Sistem panel kontrol dilengkapi dengan automatic shut-down system untuk kondisi-
kondisi over-speed, jacket water over-temperature dan low oil pressure.

4. UNIT DIESEL GENERATING SET

4.1. Harus dari jenis PACKAGED DIESEL-ELECTRIC GENERATING SET dengan JACKET WATER
COOLED - RADIATOR MOUNTED DIESEL ENGINE.
4.2. Unit diesel-genset harus didatangkan dari negara asal pembuatnya oleh agen-tunggal
resmi di Indonesia secara lengkap berikut segala sertifikat uji dan kelengkapan lainnya
yang merupakan standar pabrik yang optimal yang disetujui.

5. RATING DAN KLAFISIKASI

5.1. Rating diesel adalah full continuous (prime-power rating) pada kondisi kerja sebagai berikut :
- Duty : penggerak alternator listrik
- Drive : directly coupled

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 6
JAKARTA

- Speed : 1500 rpm nominal


- Engine Power : minimal 268 HP pada 1500 rpm
- Altitude : 80 m di atas muka laut
- Suhu Udara : 30 - 45 o C
- RH : 70 - 95 %
5.2. Rating Generator / Alternator
- Tegangan : 400V / 230V +/- 5 %
- Connection : wye
- Fasa 3
- Frekuensi : 50 Hz
- Daya nominal : 100 kVA
- Power factor : 0,8
5.3. Diesel-generator set harus mampu beroperasi secara kontinyu (prime power rating),
untuk itu harus mampu dibebani 10 % di atas ratingnya selama 1 (satu) jam pada
kecepatan nominal tanpa terjadi "overheating" pada engine maupun alternator dan
mampu beroperasi pada beban nominal terus-menerus selama 24 jam.
5.4. Diesel-generator sat harus mampu dibebani dengan bebansebesar daya output
nominalnya dan pf = 0,8 dalam waktu 10 (sepuluh) detik setelah cranking yang berhasil.
5.5. Dilengkapi "starting aids" sesuai standar/ketentuan manufacturer sehingga persyaratan
tersebut di atas dapat dipenuhi.

6. DIESEL ENGINE

6.1. Konstruksi.
Engine harus dari jenis high speed stationary diesel engine khusus untuk penggerak sistem
pembangkit listrik.
Mesin diesel harus mengikuti ketentuan-ketentuan berikut :
- heavy duty diesel engine.
- jacket water cooled.
- 4 stroke.
- engine arrangement harus mengikuti ketentuan berikut :
1. In line-engine.
2. Replaceable cylinder liners.
3. Replaceable valve seat inserts.
4. Main bearing caps harus diikat secara cross tie terhadap crankcase.
5. Engine mounting harus dari jenis neophrene inshear.
6. Base frame boleh menggunakan produk lokal dengan konstruksi sesuai
dengan konstruksi asal dari pabrik pembuat unit mesin diesel dan
dilengkapi dengan surat pernyataan dan jaminan kekuatan dari
perwakilan perdagangan unit mesin tersebut.

6.2. Sistem Pendingin.


- Pendingin menggunakan sistem cylinder jacket water cooled dengan bantuan
penukar panas radiator.
- Harus mampu mendinginkan bagian-bagian engine secara baik.
- Air pendingin disirkulasikan dengan cooling water pump dari jenis neophrene
impeller pump atau setara yang digerakkan langsung dari putaran poros engkol
atau melalui transmisi roda gigi, sistem dilengkapi dengan cooling water flow
control yang

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 6
JAKARTA

akan memberi peringatan bila terjadi kondisi aliran air pendingin terhenti. Kontrol
tersebut mematikan mesin.
- Water temperature pada posisi engine outlet tidak boleh melebihi 93o C (200o F).
- Harus disediakan kran air (faucet) tepat di atas tutup radiator untuk pengisian air
pendingin.
- Radiator harus mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
* heavy duty heat excharger.
* harus mampu untuk mengeluarkan kalor sebesar 1,8 kali dari kalor yang
dihasilkan oleh mesin diesel pada kondisi operasi normalnya.
* dilengkapi dengan"jacket water heater", dikontrol oleh "adjustable
thermostat", temperatur dijaga konstan 90oF pada saat siap start.
* dilengkapi "intake-air silencer".
* dilengkapi dengan noise silencer pada sisi hilir sesuai gambar dengan
konstruksi mengikuti ketentuan SMACNA.
6.3. Sistem Start.
- Sistem starter menggunakan DC electric motor.
- Sistem pengisian batere menggunakan dua cara, yaitu pengisian dari alternator
mesin bila diesel dalam keadaan operasi dan sistem pengisian secara otomatis dari
battery charger melalui sumber daya PLN.
- Kapasitas batere harus disesuaikan untuk melakukan 12 kali cranking masing-
masing selama 20 detik.
- Persyaratan batere :
* jenis batere : vented lead acid
* plat per cell : 29
* rated voltage : 24 V
fasilitas : batere voltage indicator, batere charging indicator, electrolyt
hydrometer
6.4. Sistem Pernapasan.
- Harus melalui saringan udara dengan kemampuan saring terkecil untuk partikel
50 micron.
- Dapat melalui aftercooler.
6.5. Sistem Pembuangan (exhaust-gas).
- Exhaust piping harus disesuaikan dengan persyaratan yang dikeluarkan engine
manufacturer dan disertai perhitungan untuk penentuan redaman oleh muffler
dan back pressure yang terjadi, data teknis tentang combustion characteristic
harus dilampirkan.
- Jenis muffler yang digunakan adalah residential muffler.
- Sambungan exhaust pipe dengan engine exhaust port harus menggunakan bellow
type exhaust pipe joint (flexible joint) yang memiliki kemampuan expansi-
kontraksi thermal sebesar 25 mm dan kemampuan geser sebesar 25 mm.
- Pada bagian pemipaan yang dapat terjangkau oleh orang-orang atau lebih rendah
dari 5,1 m harus dilapisi dengan bahan isolasi seperti asbes tali dengan diameter
10 mm, sehingga suhu permukaan tidak melebihi 30o C pada suhu engine exhaust
port sebesar 565o C (1000o F) dan dilapis dengan allumunium metal jacketing.
- Pemipaan harus dibuat miring dengan slope sebesar 0,5 % ke arah menjauhi
engine dan dilengkapi dengan drain cock dan condensation trap.
- Tidak diperkenankan menggunakan sharp bend, harus menggunakan long radius
elbow untuk belokan dan standard tee untuk condensate trap.
- Seluruh bagian pemipaan dan muffler harus digantung dengan konstruksi gantung
seperti pada gambar.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 6
JAKARTA

- Muffler harus dipasang sedekat mungkin terhadap engine exhaust port, jarak
minimum terdekat yang diperkenankan adalah 1 m.
- Konstruksi minimal mengikuti gambar perencanaan.
- Pemipaan yang menembus dinding atau lantai dan semacamnya harus dicat
dengan cat alumunium khusus tahan temperatur sampai dengan 500oC.
6.6. Sistem Pelumasan (Lubrication System).
- Minyak pelumas harus disirkulasikan dengan bantuan positive displacement oil
pump dari jenis rotary atau gear pump.
- Harus dilengkapi dengan oil filter.
Pompa harus digerakkan oleh putaran poros mesin diesel (boleh melalui reduksi
roda gigi).
- Harus dilengkapi dengan lubricant oil pressure control yang akan memberi
peringatan bila kondisi tekanan minyak pelumas mengalami penurunan hingga di
bawah batas terendah yang diperbolehkan dan kontrol tersebut akan
menghentikan kerja mesin diesel.
6.7. Sistem Pengaturan Putaran (Speed Control).
- Harus menggunakan mechanical governor atau sesuai petunjuk manufaturer.
- Harus mampu mengatur putaran sehinga karakteristrik supply daya listrik yang
tercantum dalam persyaratan alternator dapat terpenuhi.
6.8. Sistem Bahan Bakar.
- Bahan-bahan yang digunakan adalah diesel fuel oil (minyak solar).
- Spesifikasi bahan bakar sesuai dengan persyaratan PERTAMINA setempat.
- Pengiriman bahan bakar dari daily tank ke injector menggunakan fuel injector pump
built-in pada engine.
- Dilengkapi built-in fuel strainer di sisi hulu pompa dan water separator.
- Strainer harus manpu menyaring partikel yang lebih besar dari 10 micron.
6.9. Pengisian Batere Otomatis (Battery Charger).
- Harus dari jenis floating type battery charger.
- Battery charger di hubungkan ke jala- jala dan dilengkapi dengan sistem pengatur
yang secara otomatis akan melakukan charging bila tegangan turun hingga
mencapai 90 % nominal.
6.10. Kontrol dan Intrumentasi (EGC)
- Harus dilengkapi dengan switch pengaman automatic terhadap:
* temperatur air yang melebihi safe working limit (jacket water
overtemperature).
* tekanan minyak pelumas di bawah safe working limit (low oil
pressure).
* Kecepatan melebihi 120% nominal (overspeed).
- Kelengkapan engine mounted instrument panel :
* pengukuran suhu air
* pengukuran suhu minyak pelumas
* pengukuran tekanan minyak pelumas
* pengukuran tekanan bahan bakar
* pengukuran kecepatan putar mesin
* dan lain sebagainya

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 7
JAKARTA

7. ALTERNATOR

7.1. Konstruksi.
- Merupakan generator sinkron tanpa sikat (brushless alternator) dengan rotor silinder
yang dilengkapi dengan damper cage dan reactive current compersator.
- Direncanakan untuk daerah tropis sehingga mampu beroperasi normal di atas suhu
35o C dan kelembaban udara sampai 90 % .
7.2. Penguat Medan / Exciter.
- Penguatan diperolah dari pilot exiter yang dipasang satu as dengan rotor main
generator.
- Catuan arus penguatan secara brushless, dapat dikontrol secara otomatis dari
rangkaian elektronik (automatic voltage regulator - AVR).
- AVR dilengkapi dengan sensing tegangan tiga fasa dan reactive current compensator,
coarse & fine voltage adjustment, gain control, stability control dan lain sebagainya.
- AVR ditempatkan di dalam alternator terminal unit, dibuat untuk tahan getaran dan
tidak berubah unjuk kerjanya terhadap temperatur yang berubah-ubah serta tahan
lembab.
7.3. Persyaratan Teknis.
- Daya output alternator 200 kVA (nominal).
- Tegangan output 400 V / 230 V, 3 fasa,Y connected,4 kawat dan tegangan dapat
diatur dalam batas ketepatan 5 %.
- Frekuensi 50 Hz.
- Isolasi kelas F.
- Efisiensi di atas 90 % pada variasi beban 50 % hingga 110 % pembebanan nominal.

- Urutan fasa U-V-W (R - S - T) searah jarum jam.


- Pengaturan tegangan tidak boleh lebih dari 1% pada saat alternator dingin maupun
panas, pada saat PF = 0,8 maupun PF = 1.
- Total maksimum distorsi gelombang tegangan open circuit antarfasa tidak lebih 2 %.

- Response pada beban penuh dan PF = 0,8 tegangan output mencapai steady pada
toleransi + 2 % dapat dipenuhi dalam waktu 0,25 detik.
- Overload secara kontinyu maupun sesaat, harus dapat menahan overload current
sampai 300 % selama 1,5 detik dan selama 150 % selama 120 detik.
- Interferensi radio pada jarak 10 m tidak lebih dari 50 oersted.
- Pendinginan harus secara axial dengan suatu fan dan dilengkapi filter udara dan
alarm atau peralatan generator tripping dalam hal filter jenuh atau terjadi kenaikan
temperatur pada stator.
- Exciter ditempatkan dalam arah aliran udara pendingin.

8. PANEL-PANEL KONTROL

Panel kontrol generator dari jenis floor standing indoor instalation.


Panel tersebut dari steel plate dengan ketebalan minimum 2 mm dicat dasar tahan karat dan cat
finish warna abu-abu. Panel kontrol mempunyai pintu yang yang dilengkapi dengan kunci dan
operating handle yang berada pada sisi sebelah luar pintu.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 7
JAKARTA

Panel kontrol dilengkapi dengan gambar, diagram yang memperlihatkan hubungan komponen
panel kontrol dengan peralatan-peralatan yang dikontrolnya dan dilengkapi dengan lampu-lampu
indikator yang ditempatkan pada diagram tersebut di atas.
8.1. Fungsi.
Panel kontrol generator harus dapat melakukan fungsi-fungsi kontrol sebagai berikut :
- Pengaturan start-stop mesin diesel.
- Pengaturan kecepatan, beban dan lain-lain sesuai dengan ketentuan-ketentuan
terdahulu.
- Pengaturan di atas harus dapat dilakukan secara manual dan otomatik, sehingga
harus disediakan mode selector switch untuk operasi manual dan otomatik.
8.2. Peralatan Ukur.
Pada panel kontrol disediakan peralatan-peralatan alat ukur untuk masing-masing
generator, seperti :
- AC voltmeter kelas 1,5 beserta voltage-selector switch VSS.
- AC amperemeter kelas 1,5
- Frekuensimeter kelas 1,5
- kW-meter kelas 1,5
- Engine runing hour counter
- DC Voltmeter dan DC Amperemeter kelas 1,5
- Cosphi-meter kelas 1,5
8.3. Protecticve Relay dan Pemutus Daya.
Panel kontrol dilengkapi dengan peralatan-peralatan proteksi seperti :
- Short Circuit
- Overload
- Ground fault (Earth Leakage Current)
- Gangguan-ganguan lainnya seperti standar dan operational dari pabrik yang
relevan.
- Pemutus daya menggunakan ACB dari High Breaking Capacity sebesar 50 kA.
8.4. Peralatan Alarm.
Panel dilengkapi dengan peralatan-peralatan visual yang menunjukan untuk
gangguan-gangguan sebagai berikut :
- Gangguan pada batere (battery low voltage)
- Over temperature
- Over speed
- Over crank
- Over current
- Kegagalan cranking dan pemindahan beban
- Dan lain-lain sesuai standar dan optional pabrik yang relevan.

9. PERSYARATAN PEMASANGAN

9.1. Persyaratan Tangki Harian.


- Dibuat dengan kapasitas dan dimensi seperti pada gambar (500 liter).
- Tangki dibuat di dalam negeri (ex lokal) dengan syarat-syarat pembuatan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
- Dinding harus terbuat dari material pelat bajadengan ketebalan tidak kurang dari
5 mm (15 US Gauge).

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 7
JAKARTA

- Dinding dibuat dengan konstruksi las. Tukang las yang mengerjakan harus
memenuhi persyaratan (kualifikasi) sebagai tukang las dan memiliki sertifikat yang
dikeluarkan oleh Depnaker setempat.
- Tangki harus dilengkapi dengan cleaning ascess, yaitu lubang berpenutup sesuai
gambar detail.
- Penutup tersebut dipasang pada dinding tangki dengan konstruksi mur baut serta
diberi packing agar tidak bocor.
- Konstruksi tangki harus memenuhi persyaratan-persyaratan dari ASME satandard,
PERTAMINA dan Depnaker.
- Kelengkapan tangki :
* delivery line ke mesin diesel.
* fuel level indicator (sight glass)
* return line
* over flow line
* drain valve
* cleaning access
* tank ventilation
Seluruh pekerjaan besi/baja harus dicat dengan cat yang sesuai, berwarna sesuai dengan
warna diesel-generating set.
9.2. Persyaratan Pompa Bahan Bakar.
- Harus dari jenis hand swing pump (10 l/menit)
- Harus khusus untuk pompa transfer bahan bakar
9.3. Persyaratan Pipa Bahan Bakar.
- Jenis : black steel pipe (BSP) sch. 30
- Sambungan : flanged.

10. START-UP, TESTING DAN COMMISSIONING

Harus dilakukan oleh tenaga ahli yang ditunjuk oleh Manufacturer (pabrik pembuat unit
packaged diesel generating set) atau tenaga ahli yang yang pernah mendapat pendidikan khusus
dan sertifikat untuk start-up dan commissioning mesin tersebut.
Pengujian dilakukan untuk mesin, alternator, sistem catu daya cadangan keseluruhan.
Pengujian pembebanan dilakukan sesuai dengan standar SPLN-042, dengan 2 (dua)
macam beban pengujian, yaitu dummy load (resistor bank) dan beban sesungguhnya (beban
terpasang di gedung).
Seluruh biaya bahan bakar, pelumas dan penyewaan resistor bank ditanggung oleh Kontraktor.
Selama pengujian semua parameter yang terindikasikan pada alat ukur dicatat, termasuk
oil dan fuel consumption.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 7
JAKARTA

PASAL 4
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN PENANGKAL PETIR

1. UMUM

Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Instalasi Penangkal Petir yang diuraikan di sini adalah persyaratan
yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan
material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal/Elektrikal
adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.

2. LINGKUP PEKERJAAN

Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah semua pengadaan dan pemasangan instalasi
penangkal petir jenis non-conventional non-radioactive, termasuk batang penerima (air terminal),
down conductor, pentanahan dan bak kontrolnya serta peralatan lainnya yang berkaitan
dengannya, sebagai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-bagiannya, seperti yang tertera
pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.
Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang/material, instalasi dan testing
terhadap seluruh material, serah terima dan pemeliharaan selama 12 bulan.
Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum di dalam gambar maupun pada spesifikasi/
syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga
dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan
dan perlengkapan sistem penangkal petir sesuai dengan peraturan/standar yang berlaku seperti
yang ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk menunjang bekerjanya sistem/peralatan, walaupun
tidak tercantum pada Syarat-syarat Teknik Khusus atau gambar dokumen.

3. PERSYARATAN PELAKSANAAN DAN MATERIAL

3.1. Air Terminal.


a. Air terminal harus dari jenis non-radioactive, self powered dan tidak mempunyai
bagian- bagian yang bergerak.
b. Air terminal harus dari jenis yang mempunyai respons dinamis terhadap terjadinya down
leader dari petir dengan membangkitkan elektron-elektron bebas dan menyebabkan
foto ionisasi antara bagian yang ditanahkan dan bagian yang terisolasi.
c. Radius perlindungan paling tidak 100 m. dalam bentuk collective volume. Arus petir
minimum yang bisa mengaktifkan air terminal adalah 1500 A pada impuls 8/20 us dan
harus mampu menyalurkan seluruh level arus petir yang mungkin terjadi.
d. Air terminal harus tidak menimbulkan gangguan gelombang dalam frekuensi radio
(high frequency RFI), kecuali pada saat terjadinya sambaran balik (main return strike).
e. Bentuk air teminal harus sedemikian rupa, sehingga mampu mengurangi
kemungkinan terjadinya pelepasan ion korona pada ujung runcingnya saat terjadi
kondisi statis dari guruh.
f. Air terminal harus tidak mengalami korosi pada atmosfir normal.
g. Secara keseluruhan air teminal harus terisolasi dari bangunan yang dilindunginya pada
seluruh kondisi operasi.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 7
JAKARTA

3.2. Down Conductor.


a. Konduktor/penghantar arus petir menuju pentanahan (down conductor) jenis NYY 1
x 50 sqmm atau yang dibuat khusus untuk pemakaian penyaluran arus petir yang
mampu mencegah terjadinya side flashing atau bias pakai jenis Triaxial Cable.
b. Ukuran sesuai dengan anjuran pabrik pembuat air terminal (luas penampang
konduktor tembaga inti minimum 50 mm2) dan telah lulus pengujian dari LMK.
c. Konduktor harus mampu menahan gaya tarik ke atas sebesar 200 kg.
d. Pada ketinggian 3 meter di atas tanah dan tempat-tempat dimana memungkinkan
tersensentuhnya konduktor oleh manusia, konduktor harus dilindungi oleh pipa PVC
kelas AW dengan diameter minimum 2”.
e. Cara pemasangan konduktor harus sesuai anjuran pabrik, dengan radius belokan
minimum 0,5 m dan diklem setiap jarak 2 meter.
f. Hubungan antara konduktor dengan air terminal dan elektroda pentanahan harus
dilakukan melalui sepatu kabel yang dipasang secara tekan dengan crimping tool.
g. Rating tegangan impuls antara konduktor inti dengan konduktor luar dan antara
konduktor luar dengan lapisan konduktif min. 250 kV pada kondisi bentuk gelombang
1/50 us.
3.3. Integral Terminating Resistor.
Integral terminating resistor harus sanggup menyerap komponen-komponen frekuensi
tinggi dari suatu sambaran petir. Di samping itu, harus dapat mengurangi kenaikan
tegangan tanah
sampai 50 %.
3.4. Elektroda Pentanahan.
Konstruksi elektroda pentanahan harus sesuai dengan gambar rencana. Besarnya tahanan
pentanahan harus tidak lebih dari 2 ohm (dalam hal ini, bila diperlukan untuk mencapai nilai
tersebut, elektroda pentanahan dapat diparalel).Lokasi pentanahan dapat dilihat pada
gambar rencana, dilengkapi dengan bak kontrol pasangan bata untuk memungkinkan
pemeriksaan secara berkala terhadap besarnya tahanan pentanahan.
3.5. Lightning Stroke Counter.
Di sisi bagian bawah down conductor, di dalam bak kontrol pentanahan, dipasangkan
alat pencatat jumlah sambaran kilat (lightning stroke counter) dari jenis tahan air, kokoh
dan mudah dipasang.
Alat ini harus bekerja secara elektronis dan akan mencatat setiap sambaran kilat
dengan arus lebih besar dari 1500 A. Alat ini harus mempunyai power sendiri (self
powered) dan dapat menghitung sambaran kilat sampai 9999 kali.
3.6. Teknis Pelaksanaan.
a. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor wajib membuat gambar kerja/shop
drawing dan gambar detail sebanyak 5 rangkap untuk disetujui oleh Direksi/
Pengawas. Pekerjaan baru dapat dimulai bila gambar kerja telah mendapat
persetujuan.
b. Air terminal disangga/dipasang dengan pipa fibreglass (FRP) diameter 2”, sesuai dengan
gambar rencana.
c. Jarak titik pentanahan penangkal petir dengan titik pentanahan lainnya (sistem listrik
dan PABX) minimum 3 meter.
d. Semua pelaksanaan pemasangan komponen atau peralatan harus sesuai dengan
rekomendasi pabrik.
3.7. Merek.
Peralatan utama penangkal petir ex LPI – CAT II.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 7
JAKARTA

PASAL 5
PEKERJAAN PLUMBING / SANITASI

1. UMUM

Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Plumbing / Sanitasi yang diuraikan di sini adalah persyaratan yang
harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material
dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal/Elektrikal adalah
bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.

2. LINGKUP PEKERJAAN

Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya instalasi plumbing
(pembuangan air kotor, air bekas dan penyediaan air bersih) di dalam dan di luar bangunan
sebagai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-
gambar maupun yang dispesifikasikan.
Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang/material, instalasi dan testing
terhadap seluruh material, serah terima dan pemeliharaan selama 12 bulan.
Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum di dalam gambar maupun pada
spesifikasi/syarat- syarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara
keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan
dan perlengkapan sistem plumbing/sanitasi sesuai dengan peraturan/standar yang
berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk menunjang bekerjanya
sistem/ peralatan, walaupun tidak tercantum pada Syarat-syarat Teknik Khusus atau
gambar dokumen.

Perincian umum pekerjaan instalasi plumbing dan sanitasi ini adalah sebagai berikut :
2.1. Instalasi Air Bersih.
2.1.1 Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan di dalam dan di luar
bangunan, lengkap berikut sistem pemompaan sesuai dengan gambar rencana dan
spesifikasi tekniknya.
2.1.2 Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani instalasi plumbing
serta peralatan-peralatannya.
2.1.3 Pembersihan pipa (flushing) dengan menggunakan aliran air yang bertekanan oleh
pompa yang disediakan oleh Kontraktor.
2.1.4 Pengujian terhadap kebocoran pipa-pipa dengan tekanan hidrolis secara parsial dan
untuk seluruh sistem pemipaan serta mengadakan pengamatan sampai sistem
bekerja dengan baik dan aman.
2.1.5 Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali serta pembersihan site.

2.2. Instalasi Air Kotor / Air Buangan


2.2.1 Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor/air buangan lengkap dengan
peralatannya yang berada di dalam bangunan, antara lain WC, urinoir, wastafel,
floor drain, clean out dan lain sebagainya.

2.2.2 Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor/air buangan dari dalam bangunan
menuju saluran drainase dan STP.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 7
JAKARTA

2.2.4 Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali.


2.2.5 Pengujian instalasi pemipaan terhadap kebocoran dengan tekanan hidrolis.
2.2.6 Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dan alat-alat kerja yang diperlukan.

3. TEKNIS PELAKSANAAN UMUM

3.1. Pengecatan.
3.1.1 Kontraktor harus mengecat semua pipa, rangka penggantung rangka penyangga,
semua unit yang dirakit di lapangan dan bahan-bahan yang mudah berkarat
dengan lapisan cat dasar (prime coating), cat harus sesuai dengan persyaratan
pengecatan yang sesuai dengan bahan masing- masing.
3.1.2 Pengecatan tidak diperlukan bila alat-alat sudah dicat di pabriknya atau
dinyatakan lain dalam spesifikasinya atau untuk bahan alumunium.
3.1.3 Untuk peralatan yang tampak, maka bahan-bahan tersebut harus dicat akhir
dengan cat besi merek ICI dengan merek sebagai berikut :
- pipa air bersih : biru (ICI R 404-41001)
- pipa drain/waste : hitam (ICI R 404-40009)
- gantungan/support : hitam (ICI R 404-40009)
- panah pengarah : putih (ICI R 404-101)
3.1.4 Kontraktor harus memberikan tanda-tanda huruf dan nomor identifikasi bagi

peralatannya dengan cat.

Sebelumnya Kontraktor wajib memberitahukan mengenai tanda-tanda yang


hendak dipasang pada peralatan-peralatan itu kepada Direksi/Pengawas.

3.2. Peralatan.
3.2.1 Kontraktor harus menyediakan dan memasang pengumpul kotoran pada tempat-
tempat rendah tertutup.
3.2.2 Kontraktor harus menyediakan dan memasang pipe fitting untuk penempatan alat
ukur yang tidak akan dipasang tetap pada tempat-tempat yang penting.
3.2.3 Semua alat ukur yang dipasang harus dalam batas ukur yang baik dan ketelitian
tinggi serta simetris.
3.2.4 Kontraktor harus menyediakan dan memasang tanda panah pada pipa di tempat-
tempat tertentu untuk menunjukan arah aliran dengan cat.
3.2.5 Kontraktor harus menyediakan dan memasang automatic air release valve beserta
penampungannya pada tempat yang memungkinkan terjadinya pengumpulan
udara.

3.3. Ukuran (dimensi).


Ukuran-ukuran pokok dan ukuran-ukuran detail yang terdapat pada gambar harus
ditaati oleh Kontraktor.
Kontraktor harus meneliti (mempelajari) gambar perencanaan, dan bila terdapat
perbedaan antara suatu dengan yang lain, harus segera dibicarakan dengan Direksi/
Pengawas.
Kontraktor diwajibkan melakukan semua pekerjaan pengukuran dan penggambaran
yang diperlukan guna memudahkan pelaksanaan.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 7
JAKARTA

4. INSTALASI AIR BERSIH

4.1. Pipa.
Pipa dengan diameter 1/2" s/d 6", baik pipa utama maupun pipa cabang, termasuk yang
menuju fixtures menggunakan galvanized iron pipe (GIP) medium class yang memenuhi
standar BS 1387/1967.
Pipa ex BAKRIE atau setara.
4.2. Fitting.
Fitting-fitting harus terbuat dari material yang sama dengan bahan pipa.
4.3. Valves.
Valve dengan diameter lebih kecil dari 3" diperkenankan menggunakan sambungan ulir
(screwed).
Valve pada fixture terbuat dari brass metal atau bahan yang tidak berkarat, khusus dibuat
untuk fixture tersebut, harus mengkilat tanpa cacat.
Semua valve harus mempunyai diameter yang sama besar dengan pipanya.
Semua valve dari merek KITZ atau yang setara. Setiap penawaran harus dilengkapi dengan
brosur/katalog dari pabrik pembuat.
Kelas valve yang digunakan adalah 125 psi.
4.4. Bak Kontrol untuk Water Meter dan Valve.
Bak kontrol untuk pipa penyambungan dari jaringan utama sistem distribusi air bersih,
dibuat dari beton tulangan besi yang dilengkapi dengan tutup beton yang dapat dengan
mudah dibuka/diangkat serta dikunci.
4.5. Pemasangan Pipa.
4.5.1 Pipa Tegak.
Pipa tegak yang menuju fixture harus ditanam di dalam tembok/lantai.
Kontraktor harus membuat alur-alur dan lubang-lubang yang diperlukan pada
tembok sesuai pada kebutuhan pipa.
Setelah pipa dipasang, diklem dan diuji harus ditutup kembali sehingga tidak
kelihatan dari luar.
Cara penutupan kembali harus seperti semula dan finish yang rapi sehingga tidak
terlihat bekas-bekas dari bobokan.
4.5.2 Pipa Mendatar.
Untuk pipa yang berada di atas atap dan di bawah lantai, pipa harus dipasang
dengan penyangga (support) atau penggantung (hanger).
Jarak antara pipa dengan dinding penggantungan bisa disesuaikan dengan
keadaan lapangan.
4.5.3 Penyambungan Pipa.
a. Sambungan ulir.
Penyambungan ulir antara pipa dengan fitting dilakukan untuk pipa dengan
diameter sampai 2 1/2".
Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sedemikian rupa, sehingga fitting dapat
masuk pada pipa dengan diputar tangan sebanyak 3 ulir. Semua sambungan
ulir harus menggunakan perapat henep dan zinkwite dengan campuran minyak.
Semua pemotongan pipa menggunakan pipe cutter dengan pisau roda.
Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas pemotongan
dengan reamer.
Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.
b. Sambungan Lem.
Penyambungan antara pipa dengan fitting PVC menggunakan lem yang sesuai
dengan jenis pipa dan menurut rekomendasi pabrik.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 7
JAKARTA

Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, dan hal ini dapat dilakukan dengan
alat press khusus.
Pemotongan pipa harus tegak lurus terhadap pipa.
c. Sambungan Las.
Sambungan las hanya diijinkan untuk pipa selain pipa air minum
Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fitting las, dengan kawat las/
elektrode yang sesuai.
Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja sesudah
mendapatkan ijin tertulis dari Direksi/Pengawas.
Setiap bekas sambungan las harus segera di cat dengan cat khusus untuk itu.
d. Sleeves.
Sleeve untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut
menembus beton.
Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan ruang
longgar di luar pipa maupun isolasi.
Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang atau baja.
Untuk yang diinginkan kedap air harus dilengkapi dengan sayap/flens/water stop.
Untuk pipa-pipa yang menembus konstruksi bangunan yang mempunyai
lapisan kedap air (water proofing) harus dari jenis flushing sleeves.
Rongga antara pipa dan sleeve harus dibuat kedap air dengan rubber seal atau
caulk.
4.5.4 Penanaman Pipa di Dalam Tanah.
a. Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan.
b. Diberi pasir urug padat setebal 10 cm.
c. Pada setiap sambungan pipa harus dibuat lubang galian yang dalamnya 50 mm
untuk penempatan sambungan pipa.
d. Pengadaan testing terhadap tekanan dan kebocoran.
e. Setelah hasilnya baik, ditimbun kembali dengan pasir urug padat setebal 15
cm dihitung dari atas pipa.
f. Di sekitar fitting dari pipa harus dipasang balok/penguat dari beton agar fitting-
fitting tidak bergerak jika beban tekan diberikan.
g. Kemudian diurug dengan tanah bekas galian sampai seperti keadaan semula.
4.5.5 Pengujian Terhadap Tekanan dan Kebocoran.
a. Setelah semua pipa dan perlengkapannya terpasang, harus diuji dengan
tekanan hidrolis sebesar 15 kg/cm2 selama 24 jam tanpa terjadi
perubahan/penurunan tekanan.
b. Peralatan pengujian ini harus disediakan oleh Kontraktor.
c. Pengujian harus disaksikan oleh Direksi/Pengawas atau yang kuasakan untuk itu.
d. Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian Kontraktor harus memperbaiki
bagian-bagian yang rusak dan melakukan pengujian kembali sampai berhasil
dengan baik.
e. Dalam hal ini semua biaya ditanggung oleh Kontraktor, termasuk biaya
pemakaian air dan listrik.
4.5.6 Pengujian Sistim Kerja (Trial Run).
Setelah semua instalasi air bersih lengkap, termasuk penyambungan ke pipa
distribusi, Kontraktor diharuskan melakukan pengujian terhadap sistim kerja (trial
run) dari seluruh instalasi air bersih, yang disaksikan oleh Direksi/Pengawas atau
yang ditunjuk untuk itu sampai sistim bisa bekerja dengan baik.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 7
JAKARTA

4.5.7 Pekerjaan Lain-lain.


Termasuk di dalam pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor adalah
pembobokan dinding/selokan, penggalian dan pengangkutan tanah hasil galian
dan lain-lainnya yang ditemui di site, serta memperbaiki kembali seperti semula.

5. INSTALASI AIR KOTOR / AIR BUANGAN

5.1. Material.
5.1.1 Pipa di Dalam Bangunan.
Pipa dengan ukuran 1 1/2" - 6" baik pipa utama maupun pipa cabang
menggunakan PVC class AW.
Pipa PVC ex RUCIKA atau setara.
5.1.2 Pipa di Luar Bangunan.
Dari ujung pipa di dalam bangunan menuju ke saluran drainase menggunakan
pipa PVC class AW.
Pipa PVC ex RUCIKA atau setara.
5.1.3 Accessories.
a. Fitting dari pipa PVC harus dari bahan yang sama (PVC) yang dibuat dengan
cara injection moulding.
b. Floor drain dan clean out dari bahan stainless-steel.
c. Saringan air hujan/roof drain terbuat dari besi tuang atau fiber glass, yang
mempunyai bentuk badan cembung yang berfungsi sebagai sediment bowl.
5.2. Cara Pemasangan Pipa.
5.2.1 Pipa di Dalam Bangunan (termasuk pipa vent).
a. Pipa Mendatar.
Pipa dipasang dengan kemiringan (slope) 1 - 2 %. Perletakan pipa harus
diusahakan berada pada tempat yang tersembunyi baik di dinding/tembok
maupun pada ruang yang berada di bawah lantai.
Setiap pencabangan atau penyambungan yang merubah arah harus
menggunakan fitting dengan sudut 45 o (misalnya Y branch dan sebagainya) jenis
long radius.
b. Pipa di Dalam Tanah.
Pipa dipasang dan ditanam di bawah permukaan tanah/jalan dengan
tebal/tinggi timbunan minimal 80 cm diukur dari atas pipa sampai permukaan
tanah/lantai.
Sebelum pipa ditanam pada dasar galian harus diurug dahulu dengan pasir
padat setebal 10 cm.
Selanjutnya setelah pipa diletakkan, di sekeliling dan di atas pipa kemudian
diurug dengan tanah sampai padat. Konstruksi permukaan tanah/lantai bekas
galian harus dikembalikan seperti semula.
c. Penanaman pipa.
Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan. Pada tiap-tiap
sambungan pipa harus dibuat galian yang dalamnya 50 mm.
Untuk mendapatkan sambungan pipa pada bagian yang membelok ke atas
(vertikal) harus diberi landasan dari beton. Caranya seperti pada gambar
perencanaan.
Dalamnya perletakan pipa disesuaikan dengan kemiringan 1 - 2 % dari titik
mula di dalam gedung sampai ke saluran drainage.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 8
JAKARTA

5.2.2. Pipa Saluran Luapan Septic Tank.


Pipa dipasang dan ditanam di bawah permukaan tanah/jalan dengan kemiringan 1
- 2 % dari titik permulaan shaft ke STP.
Untuk perletakan pipa yang melintasi jalan kendaraan dengan kedalaman kurang
dari 80 cm, pada bagian atas pipa harus dilindungi pelat beton bertulang dengan
tebal 10 cm, pelat beton tersebut tidak tertumpu pada pipa.
5.2.3. Penyambungan Pipa.
a. Pipa PVC dengan diameter 3" ke atas yang dipasang di bawah pelat lantai dasar
harus disambung dengan rubber ring joint (RRJ).
b. Sedangkan pemipaan lainnya disambung dengan solvent cement.
c. Pipa yang harus disambung dengan solvent cement harus dibersihkan terlebih
dahulu sehingga bebas dari kotoran dan lemak.
d. Pembersihan tersebut dilakukan terhadap bagian permukaan dan dalam dari
pipa yang akan saling melekat.
e. Pada waktu pelaksanaan penyambungan, bagian dalam dari pipa yang akan
disambung harus bebas dari benda-benda/kotoran yang dapat mengganggu
kelancaran air di dalam pipa.
5.3. Cara Pemasangan Floor Drain dan Clean Out.
Floor drain dan clean out harus dipasang sesuai dengan gambar perencanaan.
Penyambungan dengan pipa harus dilakukan secara ulir (screw) dan membentuk sudut
45o dengan pipa utamanya.
5.4. Pengujian.
5.4.1. Seluruh sistim air kotor/buangan harus diuji terhadap kebocoran sebelum
disambung keperalatan. Tekanan kerja maksimum adalah 8 kg/cm2 dan tekanan
pengujian adalah 12,5 kg/cm2.
5.4.2. Pengujian dilakukan dengan tekanan air setelah ujung pipa ke peralatan ditutup
rapat.
Untuk pemipaan air kotor, bekas dan air hujan, pengujian dilakukan sebelum
pemipaan disambungkan ke peralatan sanitasi, dengan jalan mengisi pemipaan
dengan air.
Pemeriksaan dilakukan setelah 24 jam kemudian dan harus tidak terjadi
pengurangan volume air.
5.4.3. Peralatan dan bahan untuk bahan pengujian disediakan oleh Kontraktor.
5.4.4. Kontraktor harus memperbaiki segala cacat dan kekurangan-kekurangannya.
5.4.5. Direksi/Pengawas berhak meminta pengulangan pengujian bila hal ini dianggap
perlu.
5.4.6 Dalam hal pengujian yang tidak dilakukan dengan baik atau kurang memuaskan,
maka biaya pengujian/pengulangan pengujian adalah termasuk tanggung jawab
Kontraktor.
5.4.7. Peralatan toilet dapat dipasang setelah hasil pengujian dinyatakan baik oleh
Direksi/Pengawas.

6. PERSYARATAN KONSTRUKSI UMUM MOTOR-POMPA

6.1. Pompa Air Bersih.


6.1.1 Pompa-pompa dari jenis non-self priming dengan efisiensi minimum 70% pada
sekitar + 10% dari titik kerjanya.
6.1.2 Pompa dan motor khusus dirancang untuk mentransfer air minum.
6.1.3 Seal menggunakan jenis maintenance free-mechanical seal.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 8
JAKARTA

6.1.4 Badan pompa menggunakan besi cor (cast iron) kualitas ductile yang khusus
untuk air minum.
6.1.5 Sudu (impeller) dan guide vane menggunakan stainless-steel atau sejenisnya yang
khusus untuk air minum.
6.1.6 Poros menggunakan baja tahan karat (stainless- steel), shaft seal faces
terbuat dari tungsten carbide.
6.1.7 Bantalan menggunakan bantalan luncur tanpa pelumasan khusus selain air.
6.1.8 Pompa, poros dan kopling harus terbalans secara baik.
6.1.9 Pompa dikonstruksikan menyatu dengan motornya pada landasan baja yang
tunggal (base plate).
6.1.10 Setiap pompa harus dibuatkan saluran pembuangan (drainage) bocoran air ke
saluran buang terdekat (lihat gambar rencana)
6.1.11 Secara utuh pompa dan motor tidak boleh menimbulkan getaran dan suara di
atas normal (50 dbA*).
6.1.12 Pompa dan motor dihubungkan secara langsung (direct driven) dengan kopling
fleksibel.
6.1.13 Pompa dilengkapi dengan pipa priming yang diambil dari priming tank.
6.1.14 Setiap pompa harus dilengkapi dengan automatic stop switch yang mendapat
sinyal dari water level control yang diletakkan di dalam ground reservoir.

6.2. Motor Untuk Pompa Air Bersih.


6.2.1 Motor adalah dari jenis motor induksi rotor sangkar.
6.2.2 Motor sesuai untuk bekerja pada jaringan listrik 220/380V, 3 fasa, 50 Hz.
6.2.3 Motor menggunakan starter star-delta otomatis, perintah start secara otomatis
berasal dari WLC (water level controller).
6.2.4 Belitan motor menggunakan isolasi kelas F.
6.2.5 Motor setidaknya dilindungi dengan :
- automatic short-circuit / over current protector
- automatic thermal protection relay
- automatic under voltage dan phase failure cut off relay
- earth fault relay
6.2.6 Rotor, poros dan kopling harus terbalans secara baik.

7. SPESIFIKASI POMPA AIR

Jenis : horisontal single / multi stage


closed impeller non-self
priming
Jumlah : 2 (dua) buah
Head nominal : 45 meter
Kapasitas nominal : 420 USGPM
Daya pompa : 14,5 KVA
Putaran : 2900 rpm
Tegangan kerja : 380 V, 3 fasa, 50 Hz
Rating belitan : 380/660 V
Starter : star-delta started controlled by pressure

switch Pompa dan motor ex GAE atau setara.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 8
JAKARTA

8. DAFTAR MATERIAL

no item Material setara


1 Pipa GIP Class Medium : Bakrie, PPI, Spindo
2 Valve Kitz, Toyo, Honeywell
3 Pipa PVC Class AW Wavin, Pralon, Rucika
4 Pompa SANYO
5 Sanitair TOTO

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 8
JAKARTA

PASAL 6
PEKERJAAN PEMADAM KEBAKARAN ( HYDRANT)

1. U M U M

Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Pemadan Kebakaran yang diuraikan di sini adalah persyaratan yang
harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material
dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal/Elektrikal adalah
bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.

2. LINGKUP PEKERJAAN

Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya instalasi pemadam
kebakaran (fire hydrant dan fire extinguisher) di dalam dan di luar bangunan sebagai suatu sistem
keseluruhan maupun bagian-bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang
dispesifikasikan.
Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang/material, instalasi dan testing
terhadap seluruh material, serah terima dan pemeliharaan selama 12 bulan.
Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum di dalam gambar maupun pada spesifikasi/
syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga
dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan
dan perlengkapan sistem pemadam kebakatan (fire hydrant dan fire extinguisher) sesuai
dengan peraturan/standar yang berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat umum
untuk menunjang bekerjanya sistem/peralatan, walaupun tidak tercantum pada Syarat-
syarat Teknik Khusus atau gambar dokumen.

Perincian umum pekerjaan instalasi pemadam kebakaran ini adalah sebagai berikut :
2.1. Pengadaan dan pemasangan pipa-pipa fire hydrant lengkap beserta fitting-fitting-nya dan
alat-alat bantunya.
2.2. Pengadaan dan pemasangan hydrant box, fire extinguisher, siamese connection, gate
valve, check valve, savety valve, foot valve, strainer, pressure switch, pressure gauge, fire
departement connection/landing valve (valve untuk hubungan Dinas Pemadam Kebakaran
setempat) dan peralatan lainnya.
2.3. Pengadaan tenaga kerja beserta peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan instalasi.
2.4. Pengujian instalasi fire hydrant terhadap kebocoran dengan tekanan hidrostatis, baik
secara bagian (partial) maupun secara keseluruhan (overall).
2.5. Pengujian sistem kerja fire hydrant secara keseluruhan dan mengadakan pengamatannya,
sampai sistem berfungsi dengan baik.
2.6. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali.

3. PERSYARATAN UMUM

3.1. Semua pekerjaan instalasi pemadam kebakaran seperti yang tersebut pada lingkup
pekerjaan di atas harus dilaksanakan dengan persetujuan Direksi/Pengawas dan
memenuhi semua persyaratan yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang, seperti
Departemen Tenaga Kerja, Departemen PU, dll.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 8
JAKARTA

3.2. Pemasangan instalasi Pemadam Kebakaran ini harus sesuai dengan spesifikasi ini dan semua
peraturan yang berlaku di Indonesia umumnya dan wilayah DKI Jaya khususnya.
3.3. Biaya pengadaan peralatan, perlengkapan/material untuk instalasi pemadam kebakaran
ini harus sudah termasuk bea masuk, perizinan, biaya pemeriksaan oleh pejabat yang
berwenang, biaya penyimpanan (gudang) dan biaya-biaya yang diperlukan untuk
pengadaan perlengkapan pemadam kebakaran juga biaya penyediaan peralatan bantu,
testing, comi- sioning dan biaya pemeliharaan selama 12 (dua belas) bulan setelah
penyelesaian pekerjaan.
3.4. Sebelum melaksanakan pekerjaan instalasi, Kontraktor diwajibkan untuk menyerahkan
shop drawing mengenai jalur pemasangan pipa setepatnya termasuk detail dan metoda
penyanggaan (supporting), angkur (anchor), sleeve dan lain sebagainya.

4. MATERIAL

4.1. P i p a.
Semua pipa, dari diameter 1” - 6”, di dalam gedung maupun di luar gedung dan branch
pipe (pipa cabang) dari bahan Pipa hitam Sch.40 yang memenuhi standar BS 1387/1967.
Pipa ex BAKRIE atau setara.

4.2. Accessories.
4.2.1 Fitting.
Untuk Pipa hitam standar BS 1387/1967 Medium Class, fitting harus terbuat dari
material yang sama (pipa hitam).
4.2.2 Valves.
Seluruh valve dan flexible joint yang dipakai di pemipaan fire hydrant harus dari
jenis fire fighting valves yang mempunyai tekanan kerja 150 psi dan tekanan test
300 psi (kelas 150) serta dilengkapi dengan ball drip valve, automatic release
valve, discharge pressure gauge dan water level gauge device.
4.2.3. Pressure Gauge.
Pressure gauge harus mempunyai penunjuk skala dengan diameter minimum 3"
dengan skala 0 sampai 2 x tekanan kerja maksimum (20 bar).

4.3. Hydrant Box dan Fitting untuk Fire Departement.


4.3.1. Indoor hydrant box dilengkapi dengan hose rack, landing valve untuk Fire De-
partment (Dinas Pemadam Kebakaran) 2 1/2" dengan bentuk kopling yang sesuai,
fire hose diameter 1-1/2" sepanjang 30 meter dan nozzlenya.
4.3.2 Outdoor hydrant box dilengkapi dengan hose rack, fire hose diameter 2-1/2"
sepanjang 30 meter dan nozzlenya.
Box ini harus dilengkapi dengan kunci yang anak kuncinya diletakkan pada sebuah
kotak kaca pada pintu box tersebut.
4.3.3. Hydrant box dari merek APPRON atau setara.
4.3.4 Penawaran harus disertakan dengan brosur lengkap dan pemilihan ditandai
dengan warna dengan jelas (di-stabillo).
4.3.5 Warna box merah gelap (signal red color), dicat bakar.

4.4. Fire Extinguisher.


4.4.1 Fire extinguisher yang dipasang di dalam bangunan adalah dari jenis multy
purpose dry powder (kelas ABC) dengan waktu penyemprotan yang bisa diatur
dan dilengkapi dengan pressure gauge.
Semprotan memanfaatkan tekanan seluruh tabung, tanpa cartridge.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 8
JAKARTA

Bahan powder : amonium phosphate dan amonium


sulphate Berat isi : 6 kg
Lama pancaran : 15 detik
(min) Jarak pancaran :5-7
meter Bahan pendorong : N2
4.4.2. Untuk ruang mesin digunakan multy purpose dry powder kelas ABC dengan waktu
penyemprotan yang bisa diatur dan dilengkapi dengan pressure gauge.
Semprotan memanfaatkan tekanan seluruh tabung, tanpa cartridge.
Bahan powder : amonium phosphate dan amonium sulphate
Berat isi : 36 kg
Lama pancaran : 18 detik
Jarak pancaran : 8 - 10 meter
Bahan pendorong : N2
Perlengkapan : trolley
4.4.3 Fire Extinguisher dari merk CHUBB atau setara.

4.5. Siamese Connection.


4.5.1 Siamese connection yang digunakan adalah dari jenis 2 way 2-1/2". Kopling
disesuaikan dengan jenis kopling dinas kebakaran setempat, lengkap dengan
tutup dan rantainya.
4.5.2 Selain ball valve pada outletnya, hydrant pillar juga harus dilengkapi dengan main
valve dan fasilitas drainnya.
4.5.3 Penawaran Siamese connection harus disertai brosur lengkap dan ditandai warna
untuk pemilihannya (ex APPRON atau setara).
4.5.4 Siamese connection dan outdoor hydrant box harus dipasang di atas pondasi
beton dan diberi angkur.

5. PEMASANGAN PIPA

5.1. Pipa Tegak (Riser).


Pipa dipasang dengan support dari besi / baja kanal serta U-klem sesuai dengan
diameter pipa.
Jarak antara support maksimal 3 m dan harus mempunyai jarak yang cukup terhadap
lantai untuk memudahkan pemasangan.
5.2. Pipa Mendatar (Cross Main / Branch).
Pipa dipasang dengan penggantung (hanger) sesuai dengan diameter pipa. Jarak antara
penggantungan yang satu dengan yang lainnya maksimum 2 meter.
Jarak antara pipa dengan dinding penggantung bisa disesuaikan dengan keadaan lapangan.
5.3. Pemasangan Pipa.
Semua pipa dengan garis tengah sampai 2" (5 cm) dapat menggunakan sambungan ulir
(screw), ujung dalam pipa dan ulir tersebut harus di ream agar gram yang ada di pipa
hilang.

Semua pipa sebelum disambungkan, bagian dalamnya harus dibersihkan terlebih dahulu.
Pipa yang disambung dengan ulir (screw) harus menggunakan seal tape agar tidak bocor.
Pipa yang berdiameter 2 1/2" ke atas harus memakai sambungan flens dan di antara flens
tersebut harus dipasang packing pencegah kebocoran.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 8
JAKARTA

6. PENGUJIAN

6.1. Pengujian terhadap Kebocoran dan Tekanan.


Semua pipa dan perlengkapanya sesudah dipasang harus diuji dengan hidrolis sebesar
15 kg/cm2 selama 18 jam.
Selama pengujian berlangsung tidak boleh terjadi perubahan/penurunan tekanan.
6.2. Peralatan dan fasilitas untuk pengujian harus disediakan oleh Kontraktor.
6.3. Pengujian harus disaksikan oleh Direksi/Pengawas dan Konsultan Perencana. Pengujian
dilakukan dengan menjalankan seluruh sistem atau aparat yang dipakai dalam
menghadapi bahaya kebakaran.

7. SISTEM KERJA

7.1. Kontraktor harus memperbaiki segala cacat dan kekurangan-kekurangan dengan biaya
sepenuhnya ditanggung oleh Kontraktor.
7.2. Direksi/Pengawas berhak meminta pengulangan pengujian bila dianggap perlu.
7.3. Semua biaya pengujian ataupun pengulangan pengujian merupakan tanggung jawab
Kontraktor.
7.4. Termasuk dalam biaya pengujian adalah pengadaan tenaga listrik, bahan bakar dan air.

8. PENGECATAN

8.1. Kontraktor harus mengecat semua pipa, rangka panggantung rangka penyangga, semua
unit yang dirakit di lapangan dan bahan-bahan yang mudah berkarat dengan lapisan cat
dasar (prime coating). Cat harus sesuai dengan persyaratan pengecatan yang sesuai
dengan bahan masing-masing.
8.2. Pengecatan tidak diperlukan bila alat-alat sudah dicat dipabriknya atau dinyatakan lain
dalam spesifikasinya atau untuk bahan aluminium.
8.3. Untuk peralatan yang tampak, maka bahan-bahan tersebut harus dicat akhir dengan cat
besi merk I.C.I. dengan warna sebagai berikut:

No. BAHAN-BAHAN WARNA NO. CAT ICI


1 Pipa Hydrant Merah Gelap R 404-43006
2 Pipa Drain Hitam R 404-40009
3 Bahan Gantungan & Support Hitam R 404-40009
4 Panah Pengarah Aliran Putih R 404-101

8.4. Kontraktor harus memberikan tanda-tanda huruf dan nomor indentifikasi bagi
peralatannya dengan cat. Sebelumnya Kontraktor wajib memberitahukan mengenai
tanda-tanda yang hendak dipasang pada peralatan-peralatan itu kepada Direksi/Pengawas.

9. PENYANGGA

9.1. Semua pipa-pipa mendatar harus ditumpu dengan baik. Penggantungharus dipasang
pada konstruksi dengan insert dan sesuai dengan gambar dokumen.
9.2. Penyangga dan penggantung harus dipasang sesuai dengan tabel berikut :

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB 8
JAKARTA

Ukuran pipa nominal (in) <1 1 1/2 2 2 1/2 3 4 5 6 8 10 12


Maximum jarak gantung (ft) 7 9 10 11 12 14 16 17 19 22 23

9.3. Hendaknya tidak ada pipa yang ditumpu atau digantung dengan pipa yang lain.
9.4. Semua pipa tegak lurus harus ditumpu dengan besi U dengan diameter 1/2" yang diulir
dipasang / diikat dengan mur pada besi kanal C. Sebagai landasan pipa digunakan kayu,
sedangkan besi kanal C diikat pada beton atau balok dengan dynabold. Jarak antara
kleman maksimal 3 meter.

10. PEREDAM GETARAN (VIBRATION DAMPER)

Kontraktor harus menyediakan dan memasang peredam getaran (vibration damper)


sesuai dengan persyaratan pabriknya pada seluruh pompa yang dapat menghasilkan getaran
yang seminimum mungkin. Untuk meredam getaran menjalar melalui pipa dipasang flexible
connection jenis double sphere.
Harga pekerjaan ini harus dimasukkan ke dalam harga penawaran pompa yang bersangkutan.

11. PIPA DRAINAGE

Kontraktor harus memasang saluran-saluran pipa pembuangan di semua ruang mekanikal yang
kemudian dihubungkan ke saluran pembuangan. Bahan pipa dipakai PVC atau bahan lain yang
tidak berkarat, sambungan dari pompa ke pipa drain digunakan pipa flexible, sambungan harus
mudah dilepas dan pasang kembali.Sistim ini harus disesuaikan dengan keadaan lapangan
menurut petunjuk Direksi/Pengawas.

12. PERALATAN LAIN

12.1 Kontraktor harus menyediakan dan memasang pungumpul kotoran pada tempat-tempat
rendah dan tertutup.
12.2. Kontraktor harus menyediakan dan memasang fitting untuk penempatan alat
ukur yang tidak akan dipasang tetap pada tempat-tempat yang penting untuk
keperluan pengukuran pada saat pengujian.

13. DAFTAR MATERIAL

No Item Material setara


1 Pipa Schedulle 40: BAKRIE, PPI, SPINDO
2 Hidrant, siamesse APPRON, ZEKI
3 Fire extinguisher CHUBB
4 Pompa VERSA, FAIRBANKS MORSE, ITT
5 Valve KITZ, TOYO, HONEYWELL

PT. GRANITINDO CIPTA


DAFTAR SPESIFIKASI MATERIAL MEKANIKAL, ELEKTRIKAL & PLUMBING
PEMBANGUNAN GEDUNG PUSDIKLATKAR PB
TAHUN ANGGARAN 2015

A. INSTALASI LISTRIK

no item Material setara


1 Kabel Supreme, Kabelindo, Tranka
2 Conduit Clipsal
3 Saklar stop kontak Panasonic, MK
4 Armatur Interlite, Artolite
5 Lampu & acsesoris Philips, Panasonic
6 Fitting E27 Broco
7 MCCB Schneider, M G

B. FIRE ALARM

no item Material setara


1 Komponen utama fire alarm CHUBB, GENT, ESSER
2 Kabel instalasi SUPREME, KABELINDO, TRANKA
3 Cable conduit CLIPSAL

C. PLUMBING / SANITASI

no item Material setara


1 Pipa GIP Class Medium : Bakrie, PPI, Spindo
2 Valve Kitz, Toyo, Honeywell
3 Pipa PVC Class AW Wavin, Pralon, Rucika
4 Pompa SANYO
5 Sanitair TOTO

D. PEMADAM KEBAKARAN ( HYDRANT)

no item Material setara


1 Pipa Schedulle 40: BAKRIE, PPI, SPINDO
2 Hidrant, siamesse APPRON, ZEKI
3 Fire extinguisher CHUBB
4 Pompa VERSA, FAIRBANKS MORSE, ITT
5 Valve KITZ, TOYO, HONEYWELL
E. TATA UDARA

NO. URAIAN PRODUK

1 AC SISTEM Daikin, Panasonic, Mitsubishi


2 F a n (standard Amca) Kruger, Panasonic, Fantech, KDK
4 Komponen Panel dan ABB, MG,GE, Hager.
Pabrik Pembuat Guna Era, Sier, Eltra
5 Pipa Tembaga Crane, Kembla, Wolfrin. Inaba-Denko
6 Pipa PVC Pralon, Rucika, Wafin, Vinilon

8 Kabel Listrik Kabelindo, Kabel Metal, Supreme, Tranka.


12 Flexible Duct DEC Insulated, Insflex, Asli
13 Kontrol Belimo, Johnson, Simens, Honeywell
14 Flow Indicator Danfoss, Heneywell, Siemens
17 Glasswool AB Wool, Parawool, ACI
PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB JAKARTA 8
BAB VI : SYARAT TEKNIS PEKERJAAN SITE

BAB VI
SYARAT TEKNIS PEKERJAAN SITE DEVELOPMENT

PASAL 1
PEKERJAAN URUGAN (FILL) DAN PEMADATAN TANAH

1. Lingkup Pekerjaan:
a. Pekerjaan urugan pada daerah halaman dan dalam gedung.
b. Pemerataan dan pemadatan tanah urugan pada daerah urugan dengan alat mekanis
sampai memenuhi syarat kepadatan 95 % .

2. Spesifikasi bahan
a. Tanah untuk urugan digunakan tanah merah dan disetujui Konsultan Pengawas.
b. Tanah yang dalam keadaan basah, dimana dalam keadaan kering dinyatakan dapat
dipakai, harus dikeringkan lebih dulu sebelum digunakan untuk timbunan.

3. Syarat – syarat pelaksanaan


a. Pada daerah-daerah basah / tergenang air / rawa, Pelaksana Pekerjaan / Pemborong
harus membuat saluran-saluran pembuangan sementara atau memompa air untuk
mengeringkan daerah tersebut. Lapisan lumpur yang ada, harus dibuang ke tempat yang
akan ditunjuk oleh Konsultan Pengawas sebelum pengurugan dilakukan.
b. Sebelum pekerjaan pengurugan dimulai, pada daerah yang telah selesai dibabat dan
dibersihkan, Pelaksana Pekerjaan / harus mengerjakan pengisian lubang-lubang yang
disebabkan karena pencabutan akar-akar pohon, bekas-bekas sumur, saluran dan
sebagainya dengan menggunakan material yang baik sesuai dengan petunjuk Konsultan
Pengawas dan harus segera dilakukan perataan dan pemadatan pada permukaan tanah
tersebut.
c. Penghamparan material urugan dapat dimulai setelah ada persetujuan Konsultan
Pengawas.
d. Pengurugan dilakukan lapis demi lapis dan setiap lapis harus dipadatkan sampai mencapai
kepadatan 95 % dari kepadatan maximum menurut AASHTO. 99-70 atau CBR = 5. Lapisan
dari material lepas selain dari material batu-batuan, tebal tiap lapisannya tidak boleh
lebih dari 30 cm, dan harus dipadatkan dengan alat mekanis (compaction equipment).
Kadar air pada tanah urugan harus diatur agar dapat dicapai kepadatan yang maksimum.
e. Sebelum dimulai pekerjaan pemadatan yang sesungguhnya, Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong harus melakukan percobaan pemadatan atas petunjuk Konsultan Pengawas,
pada jalur dengan panjang dan lebar tertentu, dengan alat-alat dan material seperti yang
sama, yang akan digunakan pada pekerjaan pemadatan yang sesungguhnya. Tujuan dari
percobaan ini adalah untuk menentukan kadar air optimum yang akan dipakai dan
hubungan antara air optimum yang akan dipakai dan hubungan antara jumlah
penggilasan dan kepadatan yang dapat dicapai untuk rencana material urugan tertentu.
Seluruh pembiayaan untuk percobaan ini sudah termasuk dalam harga penawaran.
f. Material urugan yang tidak mengandung kadar air yang cukup untuk dapat mencapai
kepadatan yang dikehendaki, harus ditambah air dengan alat penyemprot (sprinkler) dan
dicampur / aduk sampai merata (homogen). Material urugan yang mempunyai kadar air
lebih tinggi dari seharusnya tidak boleh dipadatkan sebelum dikeringkan dan disetujui
oleh Konsultan Pengawas. Pekerjaan pemadatan tanah urugan tadi harus dilaksanakan
pada kadar air optimum sesuai dengan sifat alat-alat pemadatan yang tersedia. Pada

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB JAKARTA 9
BAB VI : SYARAT TEKNIS PEKERJAAN SITE

pelaksanaan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus mengambil langkah-langkah yang


perlu agar pada pekerjaan tersebut air hujan dapat mengalir dengan lancar.

PASAL 2
SALURAN DRAINASE TERBUKA

1. Lingkup Pekerjaan:
a. Pembuatan Saluran terbuka beton pracetak U-Ditch dengan ukuran sesuai dengan
gambar.
b. Penggalian tanah saluran dan setting lokasi.

2. Spesifikasi bahan
a. Bentuk dan ukuran Beton pracetak saluran sesuai dengan spesifikasi yang tertera di
gambar.
b. Mutu beton K 300 dengan tulangan besi.

3. Syarat Pelaksanaan:
a. Persiapan untuk pematokan lokasi dan jalur saluran harus di konsultasikan dengan
konsultan pengawas atau pihak terkait.
b. Perubahan desain harus dikonsultasikan dengan konsultan pengawas atau pihak terkait.
c. Penetuan titik elevasi dan jalur harus mempertimbangkan aspek kondisi eksisting
lapangan, dimana titik awal atau paling tinggi dan titik akhir atau paling rendah memiliki
jalur yang benar.

Pasal 3
PEKERJAAN KANSTIN
1. Syarat Bahan :
a. Kanstin beton pracetak, spesifikasi 600x150x300 kualitas setara Cisangkan.
b. Bahan plesteran mengacu pada Pasal Pekerjaan Plesteran.

2. Lingkup Pekerjaan:
a. Pemasangan kanstein di halaman sesuai gambar yang direncanakan.
b. Pembuatan Bak Bunga disekeliling pohon.
c. Setting posisi dan elevasi di lapangan.

3. Syarat Pelaksanaan:
1. Alas pemasangan kanstin adalah adukan dengan campuran 1 pc : 3 ps, dengan
ketebalan sesuai dengan detail gambar.
2. Pekerjaan pemasangan kanstin harus sesuai dengan detail gambar.
3. Permukaan plesteran/pasangan kanstin harus rata, lurus, pertemuan antara satu
dengan yang lainnya harus pas tanpa ada pergeseran profilan. Bagian-bagian
tertentu misal sudut pertemuan dsb, harus dibuat sesuai ukuran yang diperlukan
dengan mutu yang sama.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB JAKARTA 9
BAB VI : SYARAT TEKNIS PEKERJAAN SITE

PASAL 5
PEKERJAAN PAVING BLOCK

1. Syarat Bahan :
a. Paving block kualitas setara Cisangkan
Rectangular pave 20x30 tbl 8cm area parkir mobil
True pave 10x20 tbl 8cm area pedestrian, lapangan
Grass block 45x30 tbl 6cm area taman
b. Bahan pasir urug dan sirtu mengacu pada Pasal Pekerjaan Pondasi Batu Kali.

2. Lingkup Pekerjaan:
a. Pemasangan paving block tipe dan lokasi sesuai dengan gambar
b. Pemasangan kanstein sebagai pembatas paving sesuai gambar yang
direncanakan.
c. Pemadatan pasir dan paving.
d. Setting posisi dan elevasi di lapangan.

3. Syarat Pelaksanaan:
a. Sirtu dan pasir digelar dan dipadatkan untuk mendapatkan peil dan permukaan
yang diinginkan.
b. Paving block dipasang diatasnya dengan pola sesuai rencana dan sela-sela paving
block diisi pasir.
c. Paving block dipadatkan dengan stamper hammer agar permukaannya merata
dan posisinya kokoh.
Pekerjaan pemasangan kanstin harus sesuai dengan detail gambar dan mengacu
pada Pasal Pekerjaan Kanstin.

PASAL 7
LANSEKAP/PERTAMANAN

Lansekap dari lahan pekerjaan terdiri dari:


1. Penanaman rumput Gajah mini lempeng.
2. Penanaman pohon Palm Raja (t : 300cm)
3. Penanaman pohon Jambu (t:400-500cm)
4. Penanaman pohon Kelapa Sayur (t:200-250cm)
5. Penanaman Cempaka Kuning (t: 150cm)
6. Penanaman Krokot (t: 5cm)
Lokasi tanaman terdapat pada gambar sedangkan detail penanaman pohon/rumput ada pada
gambar.

A. Persyaratan Pekerjaan
1. Semua pekerjaan lansekap yang dilaksanakan harus mengikuti petunjuk dan syarat-syarat
pekerjaan lansekap, standar spesifikasi dan bahan yang digunakan oleh Direksi serta
harus sesuai daengan gambar detail.
2. Sebelum pelaksanaan pekerjaan lansekap, harus diperhatikan koordinasi kerja dengan
pekerjaan-pekerjaan lain seperti Struktur, Arsitektur, M/E, dan Plumbing. Hal ini perlu
agar tidak terjadi salah bongkar atau salah urug pada pekerjaan pembentukan tanah.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB JAKARTA 9
BAB VI : SYARAT TEKNIS PEKERJAAN SITE

Batas-batas daerah yang akan ditanami harus ditentukan dengan jelas (dengan
pematokan).
3. Setelah pembentukan tanah selesai, maka dapat dilakukan persiapan untuk pekerjaan
lubang galian bagi tanaman.
4. Perubahan letak pohon di lapangan yang tidak sesuai dengan gambar rencana harus
sepengetahuan dan mendapat persetujuan dari Direksi.
5. Pembersihan tapak meliputi :
a. Pembuangan puing-puing/sisa pekerjaan pembangunan seperti paku, kayu, bata dan
lain-lain.
b. Pengerukan tanah minimal sedalam 0,20 m dan penggantian dengan stop soil (tanah
humus) yang bebas puing.
6. Penanaman pohon harus didahulukan dari pekerjaan lansekap lain (semak, perdu,
rumput) karena pohon mempunyai kecepatan tumbuh yang lambat sehingga harus
menyesuaikan diri dengan iklim setempat.
7. Pada saat tanaman/pohon sampai di lokasi proyek maka;
a. Tanaman tidak terkena hama penyakit, serangga, cacing, jamur dll
b. Cabang, akar, daun tidak patah-patah/sobek.
c. Tinggi dan masa daun tanaman sesuai permintaan.
d. Akar tanaman harus dalam keadaan tertutup/terbungkus
8. Lubang tanam untuk pohon berukuran 0,75 x 0,75 x 0,75 m.
Lubang dibiarkan terbuka selama 7 hari agar mengurangi keasaman tanah dan
memperbaiki aerasi tanah. Tanah galian diberi pupuk kandang yang telah matang dengan
perbandingan tanah : pupuk = 1 : 1. Setelah pembungkus akar dilepas, maka pohon
ditempatkan dalam lubang dengan hati-hati dan ditopang dengan penyangga-penyangga
dari kayu dolken. Kemudian tanah galian + rabuk dikembalikan ke dalam lubang. Tanah
disekitar leher akan dibuat cekung untuk menampung air. Setelah penanaman, langsung
dilaksanakan penyiraman pertama.
9. Semua semak hias/perdu harus melewati tahap penyelesaian dengan kondisi lapangan
selama minimal 7 hari. Perbandingan tanah dan pupuk adalah 2 : 1. Tanaman ditanam
dengan jarak tanam sesuai dengan diameter dari tiap jenis tanaman.
10. Rumput gajah mini lempeng ditanam secara lempengan dengan ukuran 0,20 m x 0,20 m.
Sebelum ditanami rumput, maka tanah humus harus digemburkan dan diberi pupuk
kandang sebanyak 2,5 kg/m² ditambah pasir 0,05 kg/m² dan diaduk rata. Tanah dibiarkan
terbuka selama 2 minggu, kalau perlu sekali disiram agar tanah menjadi gembur. Daerah
yang akan ditanami rumput disiram sampai merata lalu lempengan-lempengan rumput
dipasang secara rapat dan segera digilas dengan rol/bis beton atau dipukul-pukul dengan
bilah papan agar melekat ke tanah. Sebatah itu segera disiram air sungai sampai jenuh
dan dipukul-pukul lagi supaya rata dan betul-betul melekat ke tanah.

B. Pemeliharaan Tanaman
Masa pemeliharaan adalah 3 (tiga) bulan kalender setelah selesai penanaman. Penyiraman
dilakukan sekali sehari secara teratur pada sore setelah jamaa 15.30 WIB Jumlah air
penyiraman untuk pohon @ 10 liter/m². Kontraktor harus mengganti tiap hari ada tanaman
yang rusak atau mati dan biaya penggantian tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor. Bila
perlu harus dipergunakan pupuk atau obat anti hama yang cocok. Penyiangan (pembersihan
tanaman liar disekitar areal lingkar tanam) dilakukan secara teratur setiap 2 minggu sekali. Bila
tumbuh jenis rumput lain yang tidak dikehendaki, maka harus dicabut secara teratur seminggu
sekali. Pendangiran (pembalikan tanah) dilakukan sebulan sekali dan 2 bulan sekali
dikombinasikan dengan pemberian pupuk kandang sebanyak 2 kg/m² lingkar tanam pohon.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB JAKARTA 9
BAB VI : SYARAT TEKNIS PEKERJAAN SITE

Tiap 3 bulan sekali air siraman rumput dicampur dengan pupuk urea 1 gr/m²/liter air.
Pemangkasan pohon/perdu dilakukan sebulan sekali, sedang untuk rumput 2 minggu sekali.

PASAL 7
BANGUNAN LAIN

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan bangunan lain dalam lingkup site development antara lain :
- Ground Water Tank & rumah Pompa
Bangunan tangki air bersih dalam tanah dengan rumah pompa pada bagian
atasnya.
- STP
Pengolahan limbah cair dari toilet dan dapur
- Rumah Blower
Bangunan rumah untuk mesin blower STP
- STP
Pengolahan limbah cair dari toilet dan dapur
- Bak Bunga

2. Syarat Pekerjaan
Syarat pekerjaan bangunan lain antara lain:
- Penentuan lokasi harus disesuaikan dengan gambar serta kondisi lapangan.
- Penetapan syarat teknis terkait spesifikasi khusus dari produk harus diakomodir
dan dikonsultasikan dengan konsultan pengawas, perencana dan pihak terkait.

PT. GRANITINDO CIPTA


PEMBANGUNAN PUSDIKLATKAR PB JAKARTA 94
BAB VII : PENUTUP

BAB VII
PENUTUP

Pelaksana harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada Dokumen


Perencanaan Pembangunan Pusat Pendidikan Dan Latihan Pemadam Kebakaran DKI Jakarta,
yaitu rencana kerja dan syarat-syarat ketentuan teknis, rencana anggaran biaya dan gambar
perencanaan, yang saling mendukung dan melengkapi. Kekurangan dan permasalahan-
permasalahan pada dokumen tersebut, baik yang terjadi didalamnya maupun ketidakcocokan
antara dokumen atau dengan peraturan-peraturan yang terkait, harus diselesaikan pada rapat
monitoring yang dihadiri oleh Pemberi Tugas, Perencana, Pengawas Teknis dan Pelaksana
(Pemborong Fisik) yang bertempat di Direksi Keet dengan saling mendukung untuk mendapatkan
hasil yang terbaik sesuai dengan pedoman Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 37
Tahun 2011.

Jakarta, 2015

Menyetujui : Dibuat Oleh :


Kepala Bidang Pembangunan Gedung Pemda Konsultan Perencana
Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah PT. GRANITINDO CIPTA
SEJATI
Daerah Provinsi DKI Jakarta

Ir. CHAIRUL LANTIP, MSE DIMAS VALINDRA, ST


NIP. 19651215 198503 2 003 Direktur Utama

Mengetahui :
Kepala Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah Daerah
Provinsi DKI Jakarta

IKA LESTARI AJI, SE, MM


NIP. 19651215 198503 2 003

PT. GRANITINDO CIPTA

Anda mungkin juga menyukai