KEPANJEN 65163
SA
KEGIATAN
PENYEDIAAN DAN PENATAAN BANGUNAN
PEKERJAAN
PERENCANAN PEMBANGUNAN PENDOPO
KECAMATAN TUREN
LOKASI
KECAMATAN TUREN
KABUPATEN MALANG
Pasal 1
KEGIATAN YANG AKAN DILAKSANAKAN
Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah Pembangunan Pendopo Kecamatan Turen Tahun 2019.
Adapun Lokasi Kegiatan berada di Kec. Turen Kabupaten Malang.
Pasal 2
TENAGA KERJA DAN PERALATAN
2.2. Peralatan
a. Alat-alat untuk melaksanakan pekerjaan harus disediakan oleh Perusahaan Penyedia Jasa
Pemborongan dalam keadaan baik atau siap pakai.
b. Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan harus menyediakan peralatan yang memadai
jumlahnya serta fungsinya baik macamnya sesuai dengan tahapan pelaksanaan masing-
masing dan komponen konstruksinya harus berfungsi dengan baik.
c. Perusahaan Penyedia Jasa Pengawasan (Konsultan Pengawas) berhak menghentikan
pelaksanaan komponen konstruksi bila secara teknis peralatan yang dipergunakan
Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan dinilai tidak memenuhi persyaratan baik
jumlah maupun kelayakan fungsinya.
Pasal 3
BAHAN
-1-
3.3. Pemeriksaan Bahan
a. Secara umum Direksi berhak memeriksa semua jenis bahan bangunan yang dipergunakan
oleh Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan dan menolaknya apabila ternyata tidak
memenuhi persyaratan.
b. Bahan bangunan yang telah didatangkan oleh Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan
di lapangan, tetapi ditolak untuk dipergunakan oleh Konsultan Pengawas/Direksi, harus
segera dikeluarkan dari lokasi/lapangan selambat-lambatnya 2x24 jam terhitung mulai
waktu bahan tersebut ditolak.
c. Apabila Konsultan Pengawas/Direksi merasa perlu memeriksa bahan bangunan yang
dipergunakan, maka Konsultan Pengawas berhak mengirimkannya ke Balai Penelitian
Bahan-bahan bangunan atau Lembaga lain yang ditetapkan bersama Pengelola Proyek
untuk diteliti. Semua biaya untuk keperluan ini menjadi tanggung jawab Perusahaaan
Penyedia Jasa Pemborongan apapun hasil penelitian tersebut.
d. Konsultan Pengawas/Direksi berwenang meminta keterangan mengenai asal bahan dan
Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan harus memberitahukannya.
e. Sebelum dipergunakan bahan-bahan harus diajukan contoh terlebih dahulu kepada
Konsultan Pengawas/Direksi untuk mendapatkan persetujuan. Persetujuan atas mutu
bahan untuk selanjutnya digunakan sebagai dasar pengadaan bahan atas kesesuaian
dengan contoh yang telah disetujui.
f. Bagian pekerjaan yang telah dimulai tetapi masih menggunakan bahan-bahan yang
ditolak oleh Konsultan Pengawas/Direksi harus segera dihentikan, selanjutnya pekerjaan
ini harus dibongkar.
Pasal 4
PENJELASAN PEKERJAAN DAN GAMBAR
-2-
Pasal 5
PEKERJAAN PERSIAPAN
Pasal 6
PEKERJAAN PEMBONGKARAN, PEMBERSIHAN DAN PENGUKURAN
-3-
h. Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan tidak diperbolehkan membawa barang berupa
apapun keluar lokasi Lokasi Kegiatan tanpa sepengetahuan Direksi/ Konsultan Pengawas.
Pasal 7
RENCANA KERJA DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pasal 8
PENGAMANAN
Pasal 9
PEKERJAAN TIDAK BAIK
a. Dalam waktu yang telah ditentukan oleh Konsultan Pengawas/Direksi, Perusahaan Penyedia
Jasa Pemborongan diharuskan memperbaiki dan atau baru semua pekerjaan yang dinyatakan
kurang baik.
b. Ongkos perbaikan dan atau pembuatan baru ini tetap menjadi tanggung jawab Perusahaan
Penyedia Jasa Pemborongan.
c. Tidak ada hak Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan untuk meminta perpanjangan waktu
karena melakukan pekerjaan tersebut dalam ayat (1) pasal ini.
Pasal 10
PEKERJAAN TANAH
10.2. Bahan-bahan.
a. Umum
Semua bahan urugan yang akan digunakan berupa tanah atau pasir sebelum digunakan
harus seijin Direksi.
b. Urugan Tanah
1. Bahan urugan berupa tanah urug yang harus bersih dari kotoran, humus dan
organisme lainnya yang dapat mengakibatkan penyusutan atau perubahan kepadatan
urugan itu sendiri dan tidak mengandung batuan yang lebih besar dari 10 cm.
-5-
2. Tanah urug dapat digunakan dari tanah bekas galian.
3. Puing-puing bekas bongkaran dinding bata, beton sama sekali tidak diperbolehkan
digunakan untuk urugan.
c. Pasir Urug
1. Pasir yang digunakan harus terdiri dari butir-butiran yang bersih, tajam dan keras,
bebas dari Lumpur, tanah lempung.
2. Untuk air siraman digunakan air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam alkalin dan bahan-bahan organis lainnya.
Pasal 11
PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN
11.2. Bahan-bahan.
a. Bata merah bermutu baik, pembakaran sempurna bebas dari cacat dan retak, minimum
belah menjadi 2 bagian, bila direndam air akan tetap utuh, tidak pecah atau hancur.
Produk bata merah adalah lokal memenuhi persyaratan PUBBI-1970. Ukuran batu bata
-6-
210 x 105 45 mm atau disesuaikan dengan ketentuan tebal dinding yang disyaratkan
dalam gambar kerja.
b. Pasir pasang harus bersih, tajam dan bebas lumpur tanah liat, kotoran organik dan bahan
yang dapat merusak pasangan. Bila pasir tidak memenuhi syarat tersebut diatas,
pengawas lapangan berhak memerintahkan untuk mencuci pasirnya, melihat hasilnya
sampai dapat persetujuan. Khusus unutk plesteran, harus dicarikan pasir yang lebih halus.
c. Semen yang dipakai harus memenuhi persyaratan N.I.S. type I menurut ASTM dan
memenuhi S-400 Standart Portland Cement. Semen yang dating di lokasi pekerjaan dan
menunggu pemakaiannya, harus disimpan di dalam gedung yang lantainya kering dan 30
cm lebih tinggi dari permukaan tanah disekitarnya.
-7-
Pasal 12
PEKERJAAN BETON
12.2. Bahan/Material.
a. Pasir beton dan koral harus bermutu baik, tidak mengandung bahan organis, lumpur dan
sejenisnya. Koral yang digunakan mempunyai gradasi 0.5-3 cm dan dapat memenuhi
persyaratan SK SNI-1991.
b. Air yang dipakai harus air tawar dan bersih, bebas dari zat-zat kimia yang merusak beton.
c. Tulangan besi beton dipakai adalah baja mutu fc’=240 Mpa (U-24).
d. Semen yang dipergunakan sebagai bahan beton adalah Portland Cement (PC) produk
Semen Gresik Type I dan tidak diperkenankan memakai semen curah.
e. Besi Tulangan
- Besi tulangan yang dipakai adalah baja mutu fc’= 240 Mpa (U-24) dengan tegangan
leleh minimum 2.400 kg/cm2 yakni dengan penggambaran diberi notasi Ø.
- Besi tulangan harus bersih dari karat, lapisan minyak dan bahan lainnya yang dapat
mengurangi daya lekat beton.
- Sebelum pengecoran rangkaian tulangan harus sudah dilengkapi dengan beton decking,
yang jumlah, penempatan, mutunya harus disetujui Direksi.
- Perlakuan pelaksanaan tulangan (penyambungan, pembengkokan, pemasangan
tulangan lewatan dan lain-lain) harus memenuhi PBI 1971.
f. Agregat Kasar.
- Agregat kasar berupa kerikil, pecah mesin, batu pecah, terak tanur atau beton semen
hidrolis yang dipecah.
- Agregat kasar yang dipakai adalah batu berukuran 1/2 cm, 2/3 dan mempunyai gradasi
kekerasan yang cukup.
g. Bekisting
- Bahan bekisting dipakai kayu terentang/kelas II (Meranti) yang cukup kering dan keras
serta untuk penggunaanya harus menggunakan persetujuan Direksi.
- Pasangan bekisting harus rapi, cukup kuat dan kaku untuk menahan getaran dan kejutan
gaya yang diterima tanpa berubah bentuk. Kerapihan dan ketelitian pemasangan
bekisting harus diperhatikan agar setelah bekisting dibongkar memberikan bidang-
bidang yang rata.
- Celah-celah antara papan harus rapat agar pada waktu pengecoran air tidak merembes
keluar.
- Sebelum pengecoran, bagian dalam bekisting harus bersih dari kotoran.
h. Adukan
- Adukan beton bertulang K-175 dengan perbandingan 1pc:2ps:3kr harus dilaksanakan
untuk segala sesuatu yang masuk pekerjaan beton bertulang, dengan menggunakan
mesin molen.
- Adukan beton K-125 dengan perbandingan 1pc:3ps:5kr harus dilaksanakan untuk
segala sesuatu yang masuk pekerjaan beton, dengan menggunakan mesin molen.
-8-
Penyetelan besi tulangan harus diperhitungkan dengan tebal selimut beton terhadap
ukuran yang ditentukan.
b. Pengecoran :
1. Sebelum pengecoran dilaksanakan, bekisting harus dicek terhadap kelurusan, baik
arah vertikal maupun horisontal.
2. Alat penggetar pada waktu pengecoran dapat digunakan bambu bulat dan diselingi
pengetukan bekisting secara perlahan-lahan.
3. Pengadukan harus rata dan sama kentalnya setiap kali membuat adukan yang
mengeras tidak boleh dipakai.
4. Pembongkaran bekisting baru diperbolehkan setelah beton mengalami periode
pengerasan sesuai dengan SK SNI T-15-1991/seijin Direksi.
5. Sebelum pengecoran dilakukan, sisi dalam papan bekisting harus bebas dari segala
macam kotoran dan harus tersiram dengan air sampai merata.
Pasal 13
PEKERJAAN PONDASI
Pasal 14
PEKERJAAN BETON BERTULANG
-9-
14.2 Bahan dan Syarat Pelaksanaan :
1) Portland Cement
Digunakan portland cement jenis II menurut N.I.8 type I menurut A.S.T.M.“ memenuhi S
400“ menurut standar Cement Portland yang digariskan oleh Assosiasi Cement
Indonesia. Merk yang dipilih tidak dapat ditukar-tukar dalam pelaksanaan kecuali dengan
persetujuan tertulis Konsultan Manajemen Konstruksi / Perencana. Pertimbangan hanya
dapat dilakukan dalam keadaan :
• Tidak adanya stock dipasaran dari brand yang tersebut diatas.
• Pemborong memberikan jaminan data-data teknis bahwa mutu cement
penggantiannya adalah dengan kualitas yang setara dengan mutu cement yang
tersebut diatas. Batas-batas pembetonan dari penggunaan cement berlainan merk
harus disetujui oleh Pengawas Pekerjaan .
2) Agregat
Kualitas aggregates harus memenuhi syarat-syarat P.B.I. 1971 PB.88.“ dan SNI untuk
bahan terkait :
• Agregat kasar berupa koral atau crushed stones yang mempunyai susunan gradasi
yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous). Kadar lumpur tidak
boleh melebihi dari 1% berat kering.
• Dimensi maximum dari aggregates kasar tidak lebih dari 2,5 cm dan tidak lebih dari
seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi yang bersangkutan.
• Untuk bagian dimana pembesian cukup berat (cukup ruwet)
dapat digunakan koral gundu.
• Agregat halus berupa pasir beton baik berupa pasir alam maupun pasir buatan yang
dihasilkan alat pemecah batu dan berbutir keras
• Agregat halus harus memenuhi pasal 3.3 PBI 1971
• Kadar lumpur maximum adalah 4 % dari berat kering.
Besi Beton
• Kecuali ditentukan lain dalam gambar, digunakan besi beton ulir dari jenis BJTD 40
untuk D10, D13, D16, D19 dst keatas dan untuk diameter 8 digunakan besi polos dari
U - 24.Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas besi yang diminta, maka disamping
adanya certificate dari pabrik (melalui suppliers), juga harus ada/dimintakan certificate
dari laboratorium baik pada saat pemesanan maupun secara periodik minimum 2
contoh percobaan (stress-strain) dan pelengkungan untuk setiap 20 ton besi.
d) Admixtue ( Additive)
• Untuk pembetonan pada harus digunakan Plastisizer yang bersifat
mereduksi pemakaian air, meningkatkan slump tanpa penambahan air,
memperlambat setting time, memperkecil peningkatan temperatur dan meningkatkan
kekuatan akhir beton.Additive tidak boleh mengandung Cloride dan bahan lain yang
menghasilkan lapisan film additive yang bisa digunakan antara lain Rheobuild
716 (dosis:0,80 liter per 100 kg cement) , tricosal VZ 020 ( dosis : 0.3 % berat cement)
• Cara penggunaan additive harus sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari produsen
bahan-bahan tersebut.
• Penyimpangan dari ketentuan diatas harus dengan persetujuan Konsultan
Perencana.
e) Penyimpnan Bahan.
• Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan, pada umumnya harus sesuai dengan
waktu dan urutan pelaksanaan.
• Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah (utuh), tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak, segera
setelah diturunkan disimpan dalam gudang yang kering, terlindung dari
pengaruh cuaca, berventilasi secukupnya dan lantai yang bebas dari tanah.
Semen harus masih dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras). Jika ada
bagian yang mulai mengeras, bagian tersebut masih harus dapat ditekan
hancur dengan tangan bebas, dan jumlahnya tidak boleh melebihi 5% berat,
dan kepada campuran tersebut diberi tambahan cement baik dalam jumlah yang
- 10 -
sama. Semuanya dengan catatan, kualitas beton sesuai dengan yang diminta
perencana
• Penyimpanan besi beton harus bebas dari tanah dengan menggunakan bantalan-
bantalan kayu dan bebas dari lumpur atau zat-zat asing lainnya (misal:
minyak dan lain-lainnya
• Aggregates harus ditempatkan dalam bak-bak yang terpisah satu dan lain
gradasinya dan diatas lantai kerja ringan untuk meghindari
tercampurnya dengan tanah.
f) Bekisting
• Type bekisting.
Bekisting yang digunakan dalam bentuk beton, baja, pasangan batu kali diplester
atau kayu. Khusus untuk bagian-bagian yang terlihat harus digunakan type bekisting
yang menghasilkan permukaan yang rata ( fair finish ).
• Perencanaan.
− Bekisting harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan
bentuk yang nyata dan cukup dapat menampung beban- beban
sementara sesuai dengan jalannya kecepatan pembetonan. Semua bekisting
harus diberi penguat datar dan silangan sehingga bergeraknya bekisting selama
pelaksanaan dapat ditiadakan, juga harus cukup rapat untuk
menghindarkan keluarnya adukan. Susunan bekistingdan penunjangnya harus
teratur, sehingga memudahkan pemeriksaan.
− Pada bagian terendah (dari setiap phase pegecoran) dari bekisting kolom atau
dinding harus ada bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan pembersihan.
− Kayu bekisting harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum pengecoran.
Adakan tindakan untuk meghindarkan megumpulnya air pada sisi bawah.
• Pembongkaran bekisting.
Bekisting/cetakan beton harus dipertahankan hingga beton berumur 14 hari
dan mencapai kuat tekan karakteristik minimal 200 kg/cm2.
g) Perancah
• Perancah harus dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan pemeriksaan.
• Perancah harus dibuat diatas pondasi yang kuat dan kokoh terhindar dari
bahaya penggerusan dan penurunan.
• Konstruksinya harus kokoh terhadap pembebanan yang akan dipikulnya.
• Pemborong harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah
persiapan yang perlu, sehubungan dengan pelendutan perancah.
• Permukaan dan bentuk konstruksi beton sesuai dengan kedudukan (peil) dan bentuk
yang seharusnya (menurut gambar rencana).
• Perancah harus dibuat dari baja atau kayu. Pemakaian bambu untuk hal ini tidak
diperbolehkan.
• Bila perancah itu sebelum atau selama pekerjaan pengecoran beton berlangsung
menunjukan tanda-tanda adanya penurunan sehingga menurut pendapat Konsultan
Manajemen Konstruksi hal itu akan menyebabkan kedudukan (peil) akhir tidak akan
dapat dicapai sesuai dengan gambar rencana atau
penurunan tersebut akan sangat membahayakan dari segi
konstruksi, maka Konsultan Manajemen Konstruksi dapat memerintahkan
untuk membongkar pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan dan
mengharuskan Pemborong untuk memperkuat perancah tersebut sehingga dianggap
cukup kuat. Akibat dari semua ini menjadi tanggung jawab pemborong.
• Gambar rencana perancah dan sistim pondasinya, secara detail harus diserahkan
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk diperiksa dan disetujui.
• Pekerjaan pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum
gambarrencana tersebut disetujui serta perancah telah dianggap cukup kuat
dan kokoh untuk dapat dipergunakan.
• Setelah mutu beton memenuhi dan umur beton tercapai (persetu juan dari Pengawas
Pekerjaan) perancah harus dibongkar
• Kegagalan pelaksanaan kostruksi perancah, seluruhnya tanggung jawab Pemborong.
- 11 -
h) Memasangan Pipa-pipa.
Pemasangan pipa dalam beton tidak boleh sampai merugikan kekuatan konstruksi
(lihat pasal 5.7. ayat 1 dari P.B.I. 1971).
i) Kualitas Beton
• Seluruh struktur beton bertulang biasa menggunakan kuat tekan beton minimal K-
250 (kuat tekan karakteristik pada umur 28 hari untuk kubus 15 x 15 x 15 adalah
250 kg/cm2 atau kuat tekan Cylinder fc’= 35 Mpa, dengan derajat konvidensi 0,95).
Evaluasi penentuan karakteristik ini didalam ketentuan-ketentuan yang terdapat
dalam P.B.I. 1971 dan SNI
• Pelaksana pekerjaan harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat
kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pelaksanaan dilain tempat atau
dengan mengadakan trial-mixes. Dalam hal digunakan beton ready mix,
maka Pemborong harus mengajukan kepada Pengawas Pekerjaan komposisi
campuran beton yang akan digunakanselambat lambatnya dua minggu sebelum
pekerjaan beton dimulai. Dalam kaitan ini jumlah semen minimum menurut
ketentuan pasal i.6a tetap tidak boleh dikurangi.
• Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut ketentuan-ketentuan
yang disebut dalam pasal 4.7 dan 4.9 dari PBI. 1971, mengingat bahwa W/C faktor
yang sesuai disini adalah sekitar 0,50 - 0,55
maka pemasukan adukan kedalam cetakan benda uji dilakukan menurut pasal 4,55
ayat 3 PBI. 1971 tanpa menggunakan penggetar. Pada masa-masa pembetonan
pendahuluan harus dibuat minimum 1 benda uji per 1 1/2 M3 beton hingga dengan
cepat diperoleh 20 benda uji yang pertama. Untuk selanjutnya diambil satu sample
untuk setiap truck mixer.
Pemborong harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang
dibuat dengan disahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Laporan tersebut harus dilengkapi
dengan harga karakteristiknya.
• Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, minimum 10 cm, maximum 12 cm
Non Fly Ash. Cara pengujian slump adalah sebagai berikut Contoh Beton diambil tepat
sebelum dituangkan kedalam cetakan beton (bekisting), cetakan slump dibasahkan
dan ditempatkan diatas kayu yang rata atau plat beton. Cetakan diisi sampai kurang
lebih 1/3 nya, kemudian adukan tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi 16mm
panjang 30 cmm dengan ujungnya yang bulat (seperti peluru). Pengisian
dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap lapis ditusuk-
tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk dalam satu
lapis yang dibawahnya. Setelah atasnya diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-
lahan, dan diukur penurunannya (slumpnya).
• Jumlah semen minimum 360 kg per m3 beton, Dalam kaitan ini baik jumlah semen
minimum maupun kwalitas beton adalah mengikat.
• Pengujian kubus percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan
• Perawatan kubus percobaan tersebut adalah dalam pasir basah tapi tidak tergenang
air, selama 7 hari dan selanjutnya dalam udara terbuka.
• Jika perlu maka digunakan juga pembuatan kubus percobaan untuk umur 7 hari
dengan ketentuan hasilnya tidak boleh kurang 65% kekuatan yang diminta pada 28
hari. Jika hasil kuat tekan benda-benda uji tidak memberikan angka kekuatan yang
diminta, maka harus dilakukan pengujian beton ditempat dengan cara-cara seperti
ditetapkan dalam P.B.I. 1971 dengan tidak menambah beban biaya bagi pemilik
bangunan (beban pemborong).
• Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik terhitung setelah
seluruh komponen adukan masuk kedalam mixer
j) Penegecoran
• Sebelum pengecoran Pemborong harus mengajukan ijin cor kepada Pengawas
Pekerjaan dengan melampirkan volume pengecoran, mutu beton dan jenis peralatan
yang akan digunakan.
- 12 -
• Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus dilakukan
dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya segragasi komponen-komponen
beton. Untuk bagian komponen yang tinggi seperti kolom dan dinding harus digunakan
tremi/ corong.
• Harus digunakan vibrator untuk pemadatan beton. Ukuran dan jumlah vibrator
harus disesuaikan dengan kondisi bagian yang dicor dan kecepatan pembetonan.
• Harus disediakan terpal jika diperkirakan akan terjadi hujan.
k) Siar-siar Konstruksi dan Pembongkaran Bekisting
Pembongkaran bekisting dan penempatan siar-siar pelaksanaan,
sepanjang tidak ditentukan lain dalam gambar, harus mengikuti pasal 5.8 dan
6.5. dari code P.B.I. 1971. Siar-Siar tersebut harus dibasahi lebih
dahulu dengan air cement tepat sebelum pengecoran lanjutan dimulai. Letak siar-
siar tersebut harus disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Khusus untuk pekerjaan
bangunan bawah, pada bagian bagian yang dipersyaratkan kedap air, pemberhentian
pengecoran harus diakhiri dengan pemasangan water stop dari jenis PVC.
l) Penggantian Besi
• Pemborong harus mengusahakan agar besi yang dipasang adalah sesuai dengan apa
yang tertera pada gambar
• Jika Pemborong tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan yang
ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi dengan
diameter yang terdekat dengan catatan :
− Harus ada persetujuan dari Pengawas Pekerjaan
− Jumlah besi per-satuan panjang atau jumlah besi di tempat tersebut tidak
boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksudkan
adalah jumlah luas).
− Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian
ditempat tersebut atau didaerah overlapping yang dapat menyulitkan
pembetonan atau penyampaian penggetar.
m) Toleransi Besi
n) Perawatan Beton
Beton harus dilindungi dari pengaruh panas matahari,sehingga tidak terjadi penguapan
yang cepat. Untuk itu beton harus dibasahi terus menerus paling sedikit
10 hari setelah pengecoran. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan,
harus diperhatikan. Siapkan tenda-tenda untuk keperluan tersebut.
o) Penyambungan Besi
Kecuali ditentukan dalam gambar, maka penyambungan besi harus mengikuti ketentuan
dari PBI 1971 dan PB 88 Khusus untuk besi kolom bila menggunakan diameter 32mm
atau lebih, harus digunakan sambungan mekanis dengan persyaratan sbb:
• Kuat tarik dari besi sambungan harus lebih besar dari besi yang disambung.
• Penyambungan tidak boleh dilakukan disatu tempat.
• Pemborong harus mengajukan contoh dari besi sambungan berikut specikasi
teknis dari bahan tersebut kepada Konsultan Perencana untuk mendapatkan
persetujuan.
p) Tanggung Jawab Pemborong
Pemborong bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam spesifikasi ini dan sesuai dengan
- 13 -
gambar- gambar konstruksi yang diberikan. Adanya atau kehadiran Pengawas
Pekerjaan selaku wakil pemberi tugas atau perencana yang sejauh mungkin melihat
/mengawasi menegur atau memberi nasihat tidaklah mengurangi tanggung jawab penuh
tersebut diatas.
Pasal 15
PEKERJAAN BAJA STRUKTURAL
2) Digunakan baut dari jenis baut HTB yang sesuai ASTM A-325 ,tidak
berkarat dan dilindungi terhadap karat baik sebelum maupun setelah terpasang.
Hanya digunakan baut dari satu product dengan tanda dan kode yang jelas
terdapat pada bout. Semua bout harus dilengkapi dengan ring yang sesuai. Semua
baut harus dikencangkan dengan kunci momen yang besaran gaya torsinya sesuai
dengan brosur teknis produk yang bersangkutan. Khusus untuk sambungan gording
dipergunakan baut hitam biasa dari ST 37 dengan tegangan leleh minimal 2400
kg/cm2.
- 15 -
Setelah cat meni permanent, dilanjutkan lapis cat finish permanent. Jumlah lapis
cat minimal 2x dengan warna yang berbeda dan digunakan primer antikarat
seperti Zincromate Produk ICI.
Pasal 16
PEKERJAAN KONSTRUKSI ATAP DAN PENUTUP ATAP
Pasal 17
PEKERJAAN KAYU
17.1 Lingkup Pekerjaan.
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan/peralatan-peralatan dan
alat-alat bantu yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.
b. Lingkup pekerjaan ini meliputi pekerjaan kayu halus seperti Saka Guru, Tumpang Sari,
Ornamen, Ukiran, kusen, daun pintu panil dan daun jendela kaca seperti tercantum
dalam gambar pelaksanaan.
17.2 Bahan-bahan.
a. Semua kayu yang dipakai harus tua, benar-benar kering, warna sama, lurus, tanpa cacat
mata kayu dan retak. Ukuran kayu adalah ukuran jadi seperti tercantum dalam gambar
pelaksanaan.
b. Pekerjaan kayu halus sesuai SII No. 0458/81, mutu kelas A, kelas kuat II dan keawetan II.
Kayu setara Meranti Asli sesuai standar yang digunakan.
c. Multiplek untuk daun pintu tebal 4 mm
- 16 -
Pasal 18
PEKERJAAN PLAFON DAN LANGIT-LANGIT
18.2 Bahan-bahan.
a. Plafon menggunakan rangka Kayu Balok Meranti.
b. Ukuran balok kayu 6/10 untuk balok induk, dan 4/6 rangka plafon.
c. Penutup plafon Eternit polos 1x1 yang dipakai menggunakan produk setara Kerang.
Pasal 19
PEKERJAAN BACKDROP/PANEL
19.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini dilakukan meliputi pemasangan panel HPL pada partisi Multiplek dan
plafon/ceiling/langit-langit, juga panel back-dropped sesuai yang disebutkan /
ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas/MK.
Pasal 20
PEKERJAAN KUNCI
20.1Lingkup Pekerjaan.
m. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan/peralatan-peralatan dan
alat-alat bantu yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.
n. Lingkup pekerjaan ini meliputi pemasangan Daun Pintu, termasuk didalamnya
pemasangan 3 (tiga) buah engsel pada setiap pintu dan pemasangan selot lengkap
dengan anak kunci. Untuk daun pintu double menggunakan Grendel Tanam dan
pegangan pintu lengkap dengan anak kunci.
o. Selain pemasangan Daun Pintu, juga pemasangan Daun Jendela, termasuk didalamnya
pemasangan 2 (dua) buah engsel pada setiap jendela kaca, pemasangan 2 (dua) bh kait
angin pada jendela dan grendel.
- 17 -
20.2Bahan-bahan.
a. Pekerjaan Daun Pintu Panil
1. Engsel Pintu berkualitas baik, setara merk SES.
2. Grendel Tanam (untuk daun pintu double)
3. Pegangan pintu lengkap dengan kunci tanam setara merk Anchor
b. Pekerjaan Daun Jendela
1. Engsel Jendela berkualitas baik, setara merk SES
2. Grendel Jendela
3. Hak angin sikutan (kait angin)
4. Kaca polos 5 mm
c. Pekerjaan Pemasangan Glassbox dan Rooster (untuk ventilasi)
1. Glassbox
2. Rooster (untuk ventilasi)
Pasal 21
PEKERJAAN KERAMIK
21.2 Bahan-bahan.
Bahan lantai keramik yang digunakan adalah
a. Keramik lantai putih motif ukuran 30 x 30, setara merk Asia atau Roman.
b. Keramik lantai KM/WC kasar ukuran 20 x 20, setara merk Asia atau Roman
c. Keramik Dinding KM/WC dan Ruang Saji ukuran 20 x 25, setara merk Asia atau Roman
d. Adukan/spesi dengan campuran 1 Pc dan 3 Pasir.
- 18 -
Pasal 22
PEKERJAAN PENGECATAN
22.2 Bahan-bahan.
Secara warna untuk pengecatan ditentukan kemudian oleh Pemberi Tugas
a. Cat kayu setara merk Emco
b. Plamuur kayu setara merk Pedang
c. Meni kayu setara merk Pedang
d. Cat tembok setara merk Jotun atau Catylac
e. Cat plafon setara merk Jotun atau Decofresh
f. Cat listplank setara merk Mowilex
g. Cat Besi Setara produk ICI
PASAL 23
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
- 19 -
23.2 Bahan-bahan.
a. Kabel titik instalasi penerangan digunakan kabel NYM atau NYY, NYA.
b. Penampang kabel minimum 2,5 mm untuk arus daya. 1,5mm untuk penerangan.
c. Lampu SL setara merk Phillips.
d. Saklar dan Stopkontak setara merk Broco.
e. Penyambungan baru PLN disertai dengan SLO (Sertifikat Laik Operasi).
- 20 -
PENUTUP
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dilaksanakan sesuai dengan Berita Acara dan
kontrak yang disepakati bersama.
Pekerjaan yang termasuk pekerjaan Rekanan tetapi belum diuraikan dalam Rencana Kerja
dan Syarat-syarat (RKS) ini harus dilaksanakan sesuai dengan gambar pelaksanaan supaya
mencapai penyelesaian pekerjaan dengan hasil yang lebih baik.
- 21 -