Anda di halaman 1dari 22

KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN CIPTA KARYA
GAMA KART A RAHA
Jl. Trunojoyo Kav. 6 Fax. 0341-391678 Telp. 0341- 391679
T ATA RD
JA

KEPANJEN 65163
SA

RENCANA KERJA DAN SYARAT


(RKS)

KEGIATAN
PENYEDIAAN DAN PENATAAN BANGUNAN

PEKERJAAN
PERENCANAN PEMBANGUNAN PENDOPO
KECAMATAN TUREN

LOKASI
KECAMATAN TUREN
KABUPATEN MALANG

TAHUN ANGGARAN 2019


RENCANA KERJA DAN SYARAT
PEMBANGUNAN PENDOPO KECAMATAN TUREN
KABUPATEN MALANG
TAHUN 2019

Pasal 1
KEGIATAN YANG AKAN DILAKSANAKAN

Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah Pembangunan Pendopo Kecamatan Turen Tahun 2019.
Adapun Lokasi Kegiatan berada di Kec. Turen Kabupaten Malang.

Pasal 2
TENAGA KERJA DAN PERALATAN

2.1. Tenaga Kerja


a. Tenaga Kerja yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan harus memadai dengan jenis
pekerjaan dalam artian tingkat keahlian disertai dengan SKA/SKT, pengalaman serta tidak
melanggar ketentuan perburuhan yang berlaku di Indonesia.
b. Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan harus menggunakan tenaga ahli dalam
pelaksanaan (skilled labour) baik tenaga pelaksana, mandor, kepala tukang maupun
tukang.
c. Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan berkewajiban menambah/mengganti tenaga
seperti yang dimaksud pada butir (a) dan (b) di atas apabila diminta oleh Direksi
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan keahlian yang dimiliki tenaga kerja kurang
memenuhi persyaratan dan pertimbangan teknis yang masuk akal.
d. Perusahaan Penyedia Jsa Pemborongan diharapkan dapat melibatkan tenaga kerja
setempat (sekitar lokasi pekerjaan) yang sesuai dengan keahlian untuk masing-masing
jenis pekerjaan.

2.2. Peralatan
a. Alat-alat untuk melaksanakan pekerjaan harus disediakan oleh Perusahaan Penyedia Jasa
Pemborongan dalam keadaan baik atau siap pakai.
b. Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan harus menyediakan peralatan yang memadai
jumlahnya serta fungsinya baik macamnya sesuai dengan tahapan pelaksanaan masing-
masing dan komponen konstruksinya harus berfungsi dengan baik.
c. Perusahaan Penyedia Jasa Pengawasan (Konsultan Pengawas) berhak menghentikan
pelaksanaan komponen konstruksi bila secara teknis peralatan yang dipergunakan
Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan dinilai tidak memenuhi persyaratan baik
jumlah maupun kelayakan fungsinya.

Pasal 3
BAHAN

3.1. Pemakaian Merk Dagang


Apabila dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini hanya disebutkan satu merk dagang,
bukan berarti hanya dapat dipakai merk dagang tersebut. Merk dagang lain bisa dipakai
dengan standart mutu dan ciri-ciri fisik yang sama yang disetujui oleh Direksi.

3.2. Perubahan Merk Dagang


Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan dapat mengusulkan perubahan pemakaian merk
dagang secara tertulis apabila merk dagang tersebut tidak tersedia di pasaran, sepanjang
Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan dapat membuktikan kesetaraan kualitas dan ciri-
ciri fisik yang dituntut di Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan untuk menggunakannya
harus dengan mendapat persetujuan tertulis dari Direksi.

-1-
3.3. Pemeriksaan Bahan
a. Secara umum Direksi berhak memeriksa semua jenis bahan bangunan yang dipergunakan
oleh Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan dan menolaknya apabila ternyata tidak
memenuhi persyaratan.
b. Bahan bangunan yang telah didatangkan oleh Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan
di lapangan, tetapi ditolak untuk dipergunakan oleh Konsultan Pengawas/Direksi, harus
segera dikeluarkan dari lokasi/lapangan selambat-lambatnya 2x24 jam terhitung mulai
waktu bahan tersebut ditolak.
c. Apabila Konsultan Pengawas/Direksi merasa perlu memeriksa bahan bangunan yang
dipergunakan, maka Konsultan Pengawas berhak mengirimkannya ke Balai Penelitian
Bahan-bahan bangunan atau Lembaga lain yang ditetapkan bersama Pengelola Proyek
untuk diteliti. Semua biaya untuk keperluan ini menjadi tanggung jawab Perusahaaan
Penyedia Jasa Pemborongan apapun hasil penelitian tersebut.
d. Konsultan Pengawas/Direksi berwenang meminta keterangan mengenai asal bahan dan
Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan harus memberitahukannya.
e. Sebelum dipergunakan bahan-bahan harus diajukan contoh terlebih dahulu kepada
Konsultan Pengawas/Direksi untuk mendapatkan persetujuan. Persetujuan atas mutu
bahan untuk selanjutnya digunakan sebagai dasar pengadaan bahan atas kesesuaian
dengan contoh yang telah disetujui.
f. Bagian pekerjaan yang telah dimulai tetapi masih menggunakan bahan-bahan yang
ditolak oleh Konsultan Pengawas/Direksi harus segera dihentikan, selanjutnya pekerjaan
ini harus dibongkar.

Pasal 4
PENJELASAN PEKERJAAN DAN GAMBAR

4.1. Penjelasan Gambar Pelaksaaan.


a. Apabila terdapat perbedaan antara Gambar Rencana dengan Gambar Detail maka yang
harus diikuti adalah Gambar Detail, tetapi apabila Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan
masih merasa ragu maka harus dikonsultasikan pada Konsultan Pengawas/Direksi.
b. Apabila terdapat skala gambar dan ukuran yang tertulis dalam gambar berbeda, maka
ukuran dalam gambar yang berlaku.
c. Apabila Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan meragukan tentang perbedaan yang ada,
Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan dapat mengajukan Gambar Kerja (Shop Drawing)
yang sesuai dengan keadaan di lapangan dengan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas/Direksi.
d. Di dalam semua hal apabila terjadi kesalahan dalam pengambilan ukuran adalah
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan.

4.2. Penjelasan RKS dan Berita Acara Rapat Penjelasan (Aanwijzing).


a. Pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), pada Syarat Teknis termuat lingkup pekerjaan,
spesifikasi bahan yang digunakan dan syarat-syarat pelaksanaan.
b. Apabila dalam gambar tidak tercantum lingkup pekerjaan, ukuran dan jumlah sedangkan
dalam RKS terdapat lingkup pekerjaan, maka Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan
terikat untuk melaksanakannya.
c. Berita Acara Rapat Penjelasan (Aanwijzing) merupakan catatan perubahan/ penambahan/
pengurangan/penetapan dari Gambar Pelaksanaan dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS).
d. Apabila perubahan/penambahan/pengurangan/penataan Gambar Pelaksanaan dan RKS
tidak ada dan tidak disebutkan pada Berita Acara Rapat Penjelasan (Aanwijzing), maka
Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan dapat mengajukan penjelasan pada saat Rapat
Lapangan.
e. Berita Acara Rapat Penjelasan (Aanwijzing) memberikan penjelasan maupun segala
keputusan rapat adalah mengikat untuk dilaksaanakan.

-2-
Pasal 5
PEKERJAAN PERSIAPAN

5.1. Lingkup Pekerjaan.


a. Papan nama kegiatan
b. Mengadakan pengamanan lokasi dari segala gangguan
c. Mengadakan komunikasi dengan intansi terkait dalam rencana pembangunan.
d. Mengadakan persiapan tempat penimbunan dan penyimpanan bahan.
e. Membuat jadual pelaksanaan pekerjaan dan jadual pengadaan material.
f. Mengadakan peralatan, fasilitas dan mesin-mesin pembantu pekerjaan guna menjamin
kelancaran pekerjaan.
g. Melaksanakan pembongkaran pada bagian-bagian gedung sesuai Gambar Pelaksanaan
atau RKS.
h. Menyediakan kotak PPPK dan perlengkapannya.

5.2.Koordinasi dan Administrasi.


a. Sebelum pekerjaan dimulai, maka Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan mengadakan
persiapan ijin yang terkoordinasi dengan pihak Pemberi Tugas dan Konsultan
Pengawas/Direksi serta pihak terkait lainnya.
b. Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan wajib membuat foto minimal dari empat sisi
kondisi lapangan sebelum dimulai pekerjaan.
c. Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan wajib mengurus ijin bangunan, yang secara
administratif dan biaya ijin bangunan tersebut menjadi beban Perusahaan Penyedia Jasa
Pemborongan.
d. Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan tidak diperkenankan menempatkan papan
reklame penggunaan bahan dalam bentuk apapun di lingkungan kegiatan.

Pasal 6
PEKERJAAN PEMBONGKARAN, PEMBERSIHAN DAN PENGUKURAN

6.1. Pekerjaan Pembongkaran dan Pembersihan


a. Pekerjaan pembongkaran yang dimaksud adalah pembongkaran pada bagian
gedung/bangunan yang akan diperbaiki dan atau diganti dengan kontruksi yang lebih baik
atau baru yang sesuai dengan Gambar Pelaksanaan dan volume Rencana Anggaran Biaya
(RAB).
b. Sebelum memulai pekerjaan pembongkaran, Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan
harus memberitahu dan meminta ijin tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi.
Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan harus melakukan pendataan jumlah/volume
seluruh bagian yang akan dikerjakan.
c. Pembongkaran harus dilaksanakan dengan hati-hati dan Perusahaan Penyedia Jasa
Pemborongan harus menghindarkan segala kemungkinan yang dapat menyebabkan
kerusakan pada bagian-bagian yang tidak termasuk dibongkar dan harus menjaga
keutuhan barang-barang yang dibongkar.
d. Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan bertanggung jawab sepenuhnya atas kerusakan
peralatan, mebelair dan atau benda lain akibat keteledoran/kelalaian dalam pelaksanaan
pekerjaan pembongkaran.
e. Pekerjaan pembersihan adalah pembersihan lokasi dari sisa material/bahan yang
dipergunakan dan atau bekas pembongkaran yang tidak dipergunakan lagi.
f. Pembuangan terhadap sisa-sisa bahan/hasil bongkaran harus dikonsultasikan terlebih
dahulu dengan Direksi/Konsultan Pengawas untuk dikoordinasikan dengan pihak
pemakai/user. Pengamanan terhadap barang bekas pembongkaran di lokasi pekerjaan
dan pengamanan sampai tempat/lokasi penimbunan/penyimpanan menjadi tanggung
jawab Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan.
g. Penggunaan kembali barang bekas pembongkaran hanya boleh dilaksanakan atas
persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi.

-3-
h. Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan tidak diperbolehkan membawa barang berupa
apapun keluar lokasi Lokasi Kegiatan tanpa sepengetahuan Direksi/ Konsultan Pengawas.

6.2. Pekerjaan Pengukuran dan Bouwplank


Unsur-unsur yang terkait untuk Pekerjaan Pengukuran dan Bouwplank adalah : Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK), Perusahaan Penyedia Jasa Perencanaan (Konsultan Perencana),
Perusahaan Penyedia Jasa Pengawasan (Konsultan Pengawas) dan Perusahaan Penyedia
Jasa Pemborongan (Kontraktor Pelaksana).
a. Dasar untuk Pengukuran dan Lay Out Bangunan adalah Gambar Lay Out Plan dari
Konsultan Perencana.
b. Alat ukur yang digunakan adalah Theodolith atau Prisma Ukur untuk menentukan letak
sudut-sudut bangunan dan pita ukur 30 meter untuk panjang as-as bangunan.
c. Bahan untuk Bouwplank :
1. Papan Kayu 2/20 cm.
2. Kayu 5/7 untuk tiang bouwplang.
3. Paku-paku.
4. Cat/Meni tanda pelatakan as-as.
d. Pemasangan Bouwplank harus kuat, dengan mempergunakan papan 2/20 cm dan tiang
meranti 5/7 yang dipancang kuat-kuat pada tanah. Semua titik as (sumbu-sumbu) dinding
tembok dan sebagainya harus diberi tanda dengan cat dan tampak jelas, serta tidak
mudah berubah-ubah.
e. Bouwplank merupakan pedoman letak tinggi lantai bangunan dengan permukaan tanah
yang merupakan elevasi ± 0.00 m bangunan.
f. Hasil Pengukuran dan Bouwplank harus dibuat Berita Acara Pengukuran yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas/Direksi.
g. Pada bagian dalam Bouwplank, dimana bangunan didirikan, tidak diijinkan untuk
menumpuk tanah, batu kali atau bahan lainnya.

Pasal 7
RENCANA KERJA DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

7.1. Rencana Kerja


a. Rencana Kerja dan Jadual Pelaksanaan (Time Schedulle) dibuat oleh Perusahaan Penyedia
Jasa Pemborongan, yang memuat prestasi rencana kerja dalam prosen, dengan
persetujuan dari Pemberi Tugas, serta Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan wajib
menggandakannya sebanyak 4 (empat) kali yang masing-masing diserahkan kepada
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Konsultan
Pengawas/Direksi dan sebuah ditempel dibangsal kerja.
b. Selanjutnya Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan harus berusaha mengikuti Rencana
Kerja tersebut yang menjadi dasar bagi Pemberi Tugas untuk menilai prestasi Perusahaan
Penyedia Jasa Pemborongan dan segala sesuatu persoalan yang berhubungan dengan
keterlambatan pekerjaan.
c. Pelaksana diharuskan membuat Rencana Kerja Mingguan pada setiap tahap pekerjaan,
paling tidak 3 (tiga) hari sebelum dimulai pelaksanaan pekerjaan.

7.2. Hak Bekerja Di Lapangan


Lapangan pekerjaan akan diserahkan dari Pemberi Tugas kepada Perusahaan Penyedia Jasa
Pemborongan selama jangka waktu pelaksanaan dan sesuai dengan keadaan pada waktu
peninjauan. Setiap keterlambatan atas penyerahan lapangan ini dapat dipertimbangkan
oleh Pemberi Tugas sebagai perpanjangan masa pelaksanaan pekerjaan.

7.3. Pembagian Halaman Untuk Bekerja dan Jalan Masuk.


a. Apabila Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan akan mendirikan bangunan sementara
(Direksi Keet dan Gudang) maupun tempat penimbunan bahan, maka Perusahaan
Penyedia Jasa Pemborongan harus merundingkan terlebih dahulu kepada Pemberi Tugas
tentang penggunaan halaman ini.
-4-
b. Semua biaya untuk prasarana, fasilitas untuk memasuki daerah pekerjaan, serta
akomodasi tambahan diluar daerah kerja, menjadi tanggungan Perusahaan Penyedia Jasa
Pemborongan.
c. Apabila terjadi kerusakan pada jalan kompleks, saluran air atau bangunan lainnya yang
disebabkan adanya pembangunan ini, Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan
berkewajiban untuk memperbaiki kembali, selambat-lambatnya dalam masa
pemeliharaan.
d. Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan diharuskan menyiapkan di lokasi proyek alat-
alat pengaman terhadap kebakaran dan keamanan kerja lain.

Pasal 8
PENGAMANAN

a. Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan harus melakukan pengamanan barang-barang di


seluruh halaman pekerjaan bangunan baik selama maupun pada waktu tidak dilakukan
pekerjaan. Hal ini berlaku pula bagi barang-barang pihak ketiga dan pihak Konsultan Pengawas
/ Direksi.
b. Untuk maksud ini apabila perlu, maka di sekeliling pekerjaan pada tempat-tempat tertentu
dibuatkan Pos Penjagaan.
c. Barang-barang dan bahan-bahan bangunan yang hilang, baik yang belum maupun yang sudah
dipasang, tetap menjadi tanggungan Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan dan tidak
diperkenankan untuk diperhitungkan dalam biaya borongan tambahan.
d. Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan diharuskan melaporkan personil yang tinggal di
proyek di luar jam kerja pada petugas keamanan setempat dan Pemakai/User.

Pasal 9
PEKERJAAN TIDAK BAIK

a. Dalam waktu yang telah ditentukan oleh Konsultan Pengawas/Direksi, Perusahaan Penyedia
Jasa Pemborongan diharuskan memperbaiki dan atau baru semua pekerjaan yang dinyatakan
kurang baik.
b. Ongkos perbaikan dan atau pembuatan baru ini tetap menjadi tanggung jawab Perusahaan
Penyedia Jasa Pemborongan.
c. Tidak ada hak Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan untuk meminta perpanjangan waktu
karena melakukan pekerjaan tersebut dalam ayat (1) pasal ini.

Pasal 10
PEKERJAAN TANAH

10.1. Lingkup Pekerjaan.


a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan Tenaga Kerja, Bahan-bahan/Peralatan-peralatan dan
alat-alat Bantu yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.
b. Pekerjaan ini meliputi galian tanah, urugan tanah kembali untuk pondasi seperti yang
disebutkan/ditunjukan oleh gambar atau sesuai petunjuk Direksi, termasuk didalamnya
pekerjaan galian tanah untuk septictank dan sumur peresapan.
c. Pekerjaan ini juga meliputi urugan pasir di bawah pondasi dan urugan pasir di bawah
lantai.

10.2. Bahan-bahan.
a. Umum
Semua bahan urugan yang akan digunakan berupa tanah atau pasir sebelum digunakan
harus seijin Direksi.
b. Urugan Tanah
1. Bahan urugan berupa tanah urug yang harus bersih dari kotoran, humus dan
organisme lainnya yang dapat mengakibatkan penyusutan atau perubahan kepadatan
urugan itu sendiri dan tidak mengandung batuan yang lebih besar dari 10 cm.
-5-
2. Tanah urug dapat digunakan dari tanah bekas galian.
3. Puing-puing bekas bongkaran dinding bata, beton sama sekali tidak diperbolehkan
digunakan untuk urugan.
c. Pasir Urug
1. Pasir yang digunakan harus terdiri dari butir-butiran yang bersih, tajam dan keras,
bebas dari Lumpur, tanah lempung.
2. Untuk air siraman digunakan air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam alkalin dan bahan-bahan organis lainnya.

10.3. Syarat-syarat Pelaksanaan.


a. Pekerjaan Galian
- Kedalaman Pondasi minimal sesuai dengan gambar, atau lebih hingga mencapai tanah
keras. Yang di maksud tanah keras adalah tanah dengan kemampuan daya dukung 1
kg/cm2.
- Pada galian tanah yang mudah longsor, Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan harus
mengadakan tindakan pencegahan dengan memasang penahan atau cara lain yang
disetujui oleh Direksi.
- Selama pelaksanaan penggalian, harus dibersihkan juga bekas akar, kayu, longsoran
atau benda-benda yang dapat mengganggu konstruksi pondasi.
- Dalam pelaksanaan penggalian, pemasangan pondasi dan pekerjaan lainnya di dalam
galian harus menghindari dari genangan air. Untuk itu Perusahaan Penyedia Jasa
Pemborongan harus menyediakan pompa air dengan jumlah yang cukup untuk
menunjang kelancaran pekerjaan tersebut.
b. Pekerjaan Urugan / Timbunan
- Pelaksanaan pengurugan tanah harus dilaksanakan dengan cara setiap lapis dengan dan
dipadatkan dengan stamper.
- Tanah yang diurugkan harus dalam keadaan terurai, bukan merupakan bongkahan-
bongkahan tanah agar mudah dipadatkan.
- Lapisan pasir urug dilakukan lapis demi lapis maksimum setiap lapis 5 cm hingga
mencapai tebal padat yang disyaratkan dalam gambar.
- Setiap lapis pasir haris diratakan disiram air dan dipadatkan dengan alat pemadatan
yang disetujui Direksi.
- Tanah yang diurugkan harus dalam keadaan terurai, bukan merupakan bongkahan-
bongkahan tanah agar mudah dipadatkan.
- Dalam melaksanakan pengurugan terutama pasir di bawah lantai, Perusahaan Penyedia
Jasa Pemborongan harus memperlihatkan tingkat kepadatannya, sehingga tidak akan
terjadi penurunan lantai akibat konsolidasi.

Pasal 11
PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN

11.1. Lingkup Pekerjaan.


a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan/peralatan-peralatan dan
alat-alat Bantu yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.
b. Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan untuk pekerjaan pasangan bata,
penyediaan tempat yang akan didirikan dinding dan melaksanakan pekerjaan
pemasangan batu bata untuk pembuatan dinding dan lainnya, satu dan lain hal sesuai
dengan yang tertera dalam gambar denah dan potongan.
c. Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan untuk plesteran, penyediaan tempat
yang akan diplester dan melaksanakan pekerjaan plesteran, satu dan lain hal sesuai
dengan yang tertera dalam gambar denah dan notasi penyelesaian dinding.

11.2. Bahan-bahan.
a. Bata merah bermutu baik, pembakaran sempurna bebas dari cacat dan retak, minimum
belah menjadi 2 bagian, bila direndam air akan tetap utuh, tidak pecah atau hancur.
Produk bata merah adalah lokal memenuhi persyaratan PUBBI-1970. Ukuran batu bata
-6-
210 x 105 45 mm atau disesuaikan dengan ketentuan tebal dinding yang disyaratkan
dalam gambar kerja.
b. Pasir pasang harus bersih, tajam dan bebas lumpur tanah liat, kotoran organik dan bahan
yang dapat merusak pasangan. Bila pasir tidak memenuhi syarat tersebut diatas,
pengawas lapangan berhak memerintahkan untuk mencuci pasirnya, melihat hasilnya
sampai dapat persetujuan. Khusus unutk plesteran, harus dicarikan pasir yang lebih halus.
c. Semen yang dipakai harus memenuhi persyaratan N.I.S. type I menurut ASTM dan
memenuhi S-400 Standart Portland Cement. Semen yang dating di lokasi pekerjaan dan
menunggu pemakaiannya, harus disimpan di dalam gedung yang lantainya kering dan 30
cm lebih tinggi dari permukaan tanah disekitarnya.

11.3. Syarat Pelaksanaan Pekerjaan.


a. Pekerjaan pasangan dinding batas harus terkontrol waterpas baik arah vertikal maupun
horisontal.
b. Sebelum dimulai pekerjaan, maka batu bata harus direndam lebih dahulu didalam air sampai
jenuh dan permukaan yang akan dipasang harus juga basah.
c. Untuk pemasangan dinding dengan perbandingan 1 Pc dan 3 pasir dimulai dari sloof sampai
40 cm di atas lantai. Untuk dinding kamar mandi pasangan 1 Pc dan 3 pasir setinggi + 150 cm
dan untuk dinding pada bak penampungan kotoran kering, bak fermentasi pasangan 1 Pc dan
3 pasir setinggi + 80 cm. Sedangkan pada septictank keseluruhan menggunakan pasangan 1
Pc dan 3 pasir. Pasangan biasa dengan adukan 1 Pc dan 6 Pasir.
d. Setiap 8 baris bata harus dipasang angker besi yang berhubungan dengan kolom beton.
Pelaksanaan pasangan dinding bata tidak boleh melebihi ketinggian 1,00 meter setiap hari
dan tebal siar tidak boleh kurang dari 1 cm.
e. Pasangan harus rata horisontal dan tiap kali diukur dari lantai dengan menggunakan benang.
Pemasangan benang tidak boleh melebihi 30 cm dari pasangan dibawahnya. Lapisan satu
dengan lapisan diatasnya harus berbeda setengah panjang bata.
f. Pada setiap pertemuan dinding pasangan bata tegak lurus diatas lubang pintu dan
jendela.
g. Sebagai persiapan untuk plesteran, maka siarnya harus diketok sedalam 0.5 cm sehingga
adukan mengikat plesteran yang akan dipasang.
h. Lubang untuk alat-alat listrik:
- Dimana akan dipasang pipa-pipa dan atau alat-alat yang ditanam dalam dinding, maka
harus dibuat pahatan secukupnya pada pasangan bata sebelum diplester.
- Pahatan tersebut setelah dipasang pipa/alat, harus ditutup dengan adukan plesteran
yang dilaksanakan secara sempurna, dikerjakan bersama-sama dengan plesteran
seluruhnya di bidang tembok.
i. Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran volume. Cara pembuatannya
menggunakan mixer selama 3 menit.
j. Untuk plesteran dengan perbandingan 1 Pc dan 3 pasir dimulai dari sloof sampai 40 cm di
atas lantai. Untuk dinding kamar mandi plesteran 1 Pc dan 3 pasir setinggi + 150 cm dan untuk
dinding pada bak penampungan kotoran kering, bak fermentasi plesteran 1 Pc dan 3 pasir
setinggi + 80 cm. Sedangkan pada septictank keseluruhan menggunakan plesteran 1 Pc dan
3 pasir. Plesteran biasa dengan adukan 1 Pc dan 6 Pasir.
k. Plesteran halus/aci adalah campuran Pc dengan air yang dibuat homogen. Plesteran halus
ini adalah pekerjaan finishing yang dilaksanakan setelah adukan plesteran sebagai lapisan
dasar berumur 7 hari/sudah kering benar.
l. Semua permukaan yang akan menerima bahan finishing, misal dinding keramik maka
permukaan plesterannya harus diberi alur-alur garis horisontal untuk memberi ikatan
yang lebih baik terhadap bahan/material finishing tersebut. Pekerjaan ini tidak berlaku
apabila bahan finishing adalah cat.

-7-
Pasal 12
PEKERJAAN BETON

12.1. Lingkup Pekerjaan.


Beton adalah campuran antara semen, pasir, split dan air secukupnya. Beton yang dihasilkan
harus bermutu baik, padat tahan lama serta mempunyai kekuatan sesuai dengan ketentuan
dan mempunyai ciri-ciri khusus lain seperti yang disyaratkan.
Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah :
a. Beton Sloof K-250
b. Beton Kolom K-250
c. Beton Balok K-250
d. Beton Rabat K- 125

12.2. Bahan/Material.
a. Pasir beton dan koral harus bermutu baik, tidak mengandung bahan organis, lumpur dan
sejenisnya. Koral yang digunakan mempunyai gradasi 0.5-3 cm dan dapat memenuhi
persyaratan SK SNI-1991.
b. Air yang dipakai harus air tawar dan bersih, bebas dari zat-zat kimia yang merusak beton.
c. Tulangan besi beton dipakai adalah baja mutu fc’=240 Mpa (U-24).
d. Semen yang dipergunakan sebagai bahan beton adalah Portland Cement (PC) produk
Semen Gresik Type I dan tidak diperkenankan memakai semen curah.
e. Besi Tulangan
- Besi tulangan yang dipakai adalah baja mutu fc’= 240 Mpa (U-24) dengan tegangan
leleh minimum 2.400 kg/cm2 yakni dengan penggambaran diberi notasi Ø.
- Besi tulangan harus bersih dari karat, lapisan minyak dan bahan lainnya yang dapat
mengurangi daya lekat beton.
- Sebelum pengecoran rangkaian tulangan harus sudah dilengkapi dengan beton decking,
yang jumlah, penempatan, mutunya harus disetujui Direksi.
- Perlakuan pelaksanaan tulangan (penyambungan, pembengkokan, pemasangan
tulangan lewatan dan lain-lain) harus memenuhi PBI 1971.
f. Agregat Kasar.
- Agregat kasar berupa kerikil, pecah mesin, batu pecah, terak tanur atau beton semen
hidrolis yang dipecah.
- Agregat kasar yang dipakai adalah batu berukuran 1/2 cm, 2/3 dan mempunyai gradasi
kekerasan yang cukup.
g. Bekisting
- Bahan bekisting dipakai kayu terentang/kelas II (Meranti) yang cukup kering dan keras
serta untuk penggunaanya harus menggunakan persetujuan Direksi.
- Pasangan bekisting harus rapi, cukup kuat dan kaku untuk menahan getaran dan kejutan
gaya yang diterima tanpa berubah bentuk. Kerapihan dan ketelitian pemasangan
bekisting harus diperhatikan agar setelah bekisting dibongkar memberikan bidang-
bidang yang rata.
- Celah-celah antara papan harus rapat agar pada waktu pengecoran air tidak merembes
keluar.
- Sebelum pengecoran, bagian dalam bekisting harus bersih dari kotoran.
h. Adukan
- Adukan beton bertulang K-175 dengan perbandingan 1pc:2ps:3kr harus dilaksanakan
untuk segala sesuatu yang masuk pekerjaan beton bertulang, dengan menggunakan
mesin molen.
- Adukan beton K-125 dengan perbandingan 1pc:3ps:5kr harus dilaksanakan untuk
segala sesuatu yang masuk pekerjaan beton, dengan menggunakan mesin molen.

12.3. Syarat-syarat Pelaksanaan.


a. Penyetelan dan pemasangan besi tulangan. Semua tulangan harus dipasang pada posisi
yang tepat hingga tidak dapat berubah dan bergeser pada waktu adukan digetarkan.

-8-
Penyetelan besi tulangan harus diperhitungkan dengan tebal selimut beton terhadap
ukuran yang ditentukan.
b. Pengecoran :
1. Sebelum pengecoran dilaksanakan, bekisting harus dicek terhadap kelurusan, baik
arah vertikal maupun horisontal.
2. Alat penggetar pada waktu pengecoran dapat digunakan bambu bulat dan diselingi
pengetukan bekisting secara perlahan-lahan.
3. Pengadukan harus rata dan sama kentalnya setiap kali membuat adukan yang
mengeras tidak boleh dipakai.
4. Pembongkaran bekisting baru diperbolehkan setelah beton mengalami periode
pengerasan sesuai dengan SK SNI T-15-1991/seijin Direksi.
5. Sebelum pengecoran dilakukan, sisi dalam papan bekisting harus bebas dari segala
macam kotoran dan harus tersiram dengan air sampai merata.

Pasal 13
PEKERJAAN PONDASI

13.1 Lingkup Pekerjaan


Menyediakan semua tenaga, material dan equipment yang diperlukan untuk
menyelesaikan pondasi sesuai dimensi yang tercantum dalam gambar dan spesifikasi
ini.

13.2 Material dan Syarat :


1) Bahan-Bahan :
Harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam code P.B.I 1971 dan SK-SNI T-
15-1991-03.
2) Portland Cement :
Digunakan portland Cement yang memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam NI-
8 atau minimal memenuhi S.400 menurut ketentuan yang digariskan oleh Asosiasi
Semen Indonesia. Semen yang digunakan harus dalam keadaan fresh dan tidak
terdapat gumpalan-gumpalan. Merek yang dipakai tidak boleh ditukar-tukar kecuali
mendapat persetujuan dari Pengawas Pekerjaan / Konsultan Perencana.
3) Agregates
Agregates kasar batu pecah (split) dengan diameter max. 4cm. Agregates halus pasir
beton biasa dengan kebersihan yang memenuhi ketentuan P.B.I. 71 dan SNI Dalam hal
gradasi, dapat sedikit menyimpang dari kriteria normal menurut P.B.I 71 dengan
catatan beton harus massif (padat, tanpa rongga / pori-pori).
4) Besi Beton
Besi beton biasa (normal round steel bars), Jenis BJTD-40 untuk diameter 13 mm dan
yang lebih besar dan BJTP-24 untuk diameter 8 mm dan 10 mm dan dalam percobaan
lengkung 180  tidak getas.
-tanda menunjukkan
Pelaksana
tanda
Pekerjaan /
Pemborong harus melaksanakan pengujian tarik dan lengkung untuk setiap 20 ton besi
di laboratorium yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Disamping hasil pengujian
dari laboratorium Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus menyerahkan jaminan /
sertifikat kwalitas besi yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat besi beton yang
bersangkutan.

Pasal 14
PEKERJAAN BETON BERTULANG

14.1 Lingkup Pekerjaan


Melengkapi semua tenaga , equipment dan bahan untuk menyelesaikan
semua pekerjaan beton sesuai dengan dokumen penunjukan langsung.
Kecuali ditentukan lain dalam ketentuan ketentuan berikut ini, maka sebagian
dasar code P.B.I.1971 dan PB 88 tetap digunakan.

-9-
14.2 Bahan dan Syarat Pelaksanaan :
1) Portland Cement
Digunakan portland cement jenis II menurut N.I.8 type I menurut A.S.T.M.“ memenuhi S
400“ menurut standar Cement Portland yang digariskan oleh Assosiasi Cement
Indonesia. Merk yang dipilih tidak dapat ditukar-tukar dalam pelaksanaan kecuali dengan
persetujuan tertulis Konsultan Manajemen Konstruksi / Perencana. Pertimbangan hanya
dapat dilakukan dalam keadaan :
• Tidak adanya stock dipasaran dari brand yang tersebut diatas.
• Pemborong memberikan jaminan data-data teknis bahwa mutu cement
penggantiannya adalah dengan kualitas yang setara dengan mutu cement yang
tersebut diatas. Batas-batas pembetonan dari penggunaan cement berlainan merk
harus disetujui oleh Pengawas Pekerjaan .
2) Agregat
Kualitas aggregates harus memenuhi syarat-syarat P.B.I. 1971 PB.88.“ dan SNI untuk
bahan terkait :
• Agregat kasar berupa koral atau crushed stones yang mempunyai susunan gradasi
yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous). Kadar lumpur tidak
boleh melebihi dari 1% berat kering.
• Dimensi maximum dari aggregates kasar tidak lebih dari 2,5 cm dan tidak lebih dari
seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi yang bersangkutan.
• Untuk bagian dimana pembesian cukup berat (cukup ruwet)
dapat digunakan koral gundu.
• Agregat halus berupa pasir beton baik berupa pasir alam maupun pasir buatan yang
dihasilkan alat pemecah batu dan berbutir keras
• Agregat halus harus memenuhi pasal 3.3 PBI 1971
• Kadar lumpur maximum adalah 4 % dari berat kering.
Besi Beton
• Kecuali ditentukan lain dalam gambar, digunakan besi beton ulir dari jenis BJTD 40
untuk D10, D13, D16, D19 dst keatas dan untuk diameter 8 digunakan besi polos dari
U - 24.Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas besi yang diminta, maka disamping
adanya certificate dari pabrik (melalui suppliers), juga harus ada/dimintakan certificate
dari laboratorium baik pada saat pemesanan maupun secara periodik minimum 2
contoh percobaan (stress-strain) dan pelengkungan untuk setiap 20 ton besi.
d) Admixtue ( Additive)
• Untuk pembetonan pada harus digunakan Plastisizer yang bersifat
mereduksi pemakaian air, meningkatkan slump tanpa penambahan air,
memperlambat setting time, memperkecil peningkatan temperatur dan meningkatkan
kekuatan akhir beton.Additive tidak boleh mengandung Cloride dan bahan lain yang
menghasilkan lapisan film additive yang bisa digunakan antara lain Rheobuild
716 (dosis:0,80 liter per 100 kg cement) , tricosal VZ 020 ( dosis : 0.3 % berat cement)
• Cara penggunaan additive harus sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari produsen
bahan-bahan tersebut.
• Penyimpangan dari ketentuan diatas harus dengan persetujuan Konsultan
Perencana.
e) Penyimpnan Bahan.
• Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan, pada umumnya harus sesuai dengan
waktu dan urutan pelaksanaan.
• Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah (utuh), tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak, segera
setelah diturunkan disimpan dalam gudang yang kering, terlindung dari
pengaruh cuaca, berventilasi secukupnya dan lantai yang bebas dari tanah.
Semen harus masih dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras). Jika ada
bagian yang mulai mengeras, bagian tersebut masih harus dapat ditekan
hancur dengan tangan bebas, dan jumlahnya tidak boleh melebihi 5% berat,
dan kepada campuran tersebut diberi tambahan cement baik dalam jumlah yang

- 10 -
sama. Semuanya dengan catatan, kualitas beton sesuai dengan yang diminta
perencana
• Penyimpanan besi beton harus bebas dari tanah dengan menggunakan bantalan-
bantalan kayu dan bebas dari lumpur atau zat-zat asing lainnya (misal:
minyak dan lain-lainnya
• Aggregates harus ditempatkan dalam bak-bak yang terpisah satu dan lain
gradasinya dan diatas lantai kerja ringan untuk meghindari
tercampurnya dengan tanah.
f) Bekisting
• Type bekisting.
Bekisting yang digunakan dalam bentuk beton, baja, pasangan batu kali diplester
atau kayu. Khusus untuk bagian-bagian yang terlihat harus digunakan type bekisting
yang menghasilkan permukaan yang rata ( fair finish ).
• Perencanaan.
− Bekisting harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan
bentuk yang nyata dan cukup dapat menampung beban- beban
sementara sesuai dengan jalannya kecepatan pembetonan. Semua bekisting
harus diberi penguat datar dan silangan sehingga bergeraknya bekisting selama
pelaksanaan dapat ditiadakan, juga harus cukup rapat untuk
menghindarkan keluarnya adukan. Susunan bekistingdan penunjangnya harus
teratur, sehingga memudahkan pemeriksaan.
− Pada bagian terendah (dari setiap phase pegecoran) dari bekisting kolom atau
dinding harus ada bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan pembersihan.
− Kayu bekisting harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum pengecoran.
Adakan tindakan untuk meghindarkan megumpulnya air pada sisi bawah.
• Pembongkaran bekisting.
Bekisting/cetakan beton harus dipertahankan hingga beton berumur 14 hari
dan mencapai kuat tekan karakteristik minimal 200 kg/cm2.
g) Perancah
• Perancah harus dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan pemeriksaan.
• Perancah harus dibuat diatas pondasi yang kuat dan kokoh terhindar dari
bahaya penggerusan dan penurunan.
• Konstruksinya harus kokoh terhadap pembebanan yang akan dipikulnya.
• Pemborong harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah
persiapan yang perlu, sehubungan dengan pelendutan perancah.
• Permukaan dan bentuk konstruksi beton sesuai dengan kedudukan (peil) dan bentuk
yang seharusnya (menurut gambar rencana).
• Perancah harus dibuat dari baja atau kayu. Pemakaian bambu untuk hal ini tidak
diperbolehkan.
• Bila perancah itu sebelum atau selama pekerjaan pengecoran beton berlangsung
menunjukan tanda-tanda adanya penurunan sehingga menurut pendapat Konsultan
Manajemen Konstruksi hal itu akan menyebabkan kedudukan (peil) akhir tidak akan
dapat dicapai sesuai dengan gambar rencana atau
penurunan tersebut akan sangat membahayakan dari segi
konstruksi, maka Konsultan Manajemen Konstruksi dapat memerintahkan
untuk membongkar pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan dan
mengharuskan Pemborong untuk memperkuat perancah tersebut sehingga dianggap
cukup kuat. Akibat dari semua ini menjadi tanggung jawab pemborong.
• Gambar rencana perancah dan sistim pondasinya, secara detail harus diserahkan
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk diperiksa dan disetujui.
• Pekerjaan pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum
gambarrencana tersebut disetujui serta perancah telah dianggap cukup kuat
dan kokoh untuk dapat dipergunakan.
• Setelah mutu beton memenuhi dan umur beton tercapai (persetu juan dari Pengawas
Pekerjaan) perancah harus dibongkar
• Kegagalan pelaksanaan kostruksi perancah, seluruhnya tanggung jawab Pemborong.

- 11 -
h) Memasangan Pipa-pipa.
Pemasangan pipa dalam beton tidak boleh sampai merugikan kekuatan konstruksi
(lihat pasal 5.7. ayat 1 dari P.B.I. 1971).
i) Kualitas Beton
• Seluruh struktur beton bertulang biasa menggunakan kuat tekan beton minimal K-
250 (kuat tekan karakteristik pada umur 28 hari untuk kubus 15 x 15 x 15 adalah
250 kg/cm2 atau kuat tekan Cylinder fc’= 35 Mpa, dengan derajat konvidensi 0,95).
Evaluasi penentuan karakteristik ini didalam ketentuan-ketentuan yang terdapat
dalam P.B.I. 1971 dan SNI
• Pelaksana pekerjaan harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat
kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pelaksanaan dilain tempat atau
dengan mengadakan trial-mixes. Dalam hal digunakan beton ready mix,
maka Pemborong harus mengajukan kepada Pengawas Pekerjaan komposisi
campuran beton yang akan digunakanselambat lambatnya dua minggu sebelum
pekerjaan beton dimulai. Dalam kaitan ini jumlah semen minimum menurut
ketentuan pasal i.6a tetap tidak boleh dikurangi.
• Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut ketentuan-ketentuan
yang disebut dalam pasal 4.7 dan 4.9 dari PBI. 1971, mengingat bahwa W/C faktor
yang sesuai disini adalah sekitar 0,50 - 0,55
maka pemasukan adukan kedalam cetakan benda uji dilakukan menurut pasal 4,55
ayat 3 PBI. 1971 tanpa menggunakan penggetar. Pada masa-masa pembetonan
pendahuluan harus dibuat minimum 1 benda uji per 1 1/2 M3 beton hingga dengan
cepat diperoleh 20 benda uji yang pertama. Untuk selanjutnya diambil satu sample
untuk setiap truck mixer.
Pemborong harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang
dibuat dengan disahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Laporan tersebut harus dilengkapi
dengan harga karakteristiknya.
• Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, minimum 10 cm, maximum 12 cm
Non Fly Ash. Cara pengujian slump adalah sebagai berikut Contoh Beton diambil tepat
sebelum dituangkan kedalam cetakan beton (bekisting), cetakan slump dibasahkan
dan ditempatkan diatas kayu yang rata atau plat beton. Cetakan diisi sampai kurang
lebih 1/3 nya, kemudian adukan tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi 16mm
panjang 30 cmm dengan ujungnya yang bulat (seperti peluru). Pengisian
dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap lapis ditusuk-
tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk dalam satu
lapis yang dibawahnya. Setelah atasnya diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-
lahan, dan diukur penurunannya (slumpnya).
• Jumlah semen minimum 360 kg per m3 beton, Dalam kaitan ini baik jumlah semen
minimum maupun kwalitas beton adalah mengikat.
• Pengujian kubus percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan
• Perawatan kubus percobaan tersebut adalah dalam pasir basah tapi tidak tergenang
air, selama 7 hari dan selanjutnya dalam udara terbuka.
• Jika perlu maka digunakan juga pembuatan kubus percobaan untuk umur 7 hari
dengan ketentuan hasilnya tidak boleh kurang 65% kekuatan yang diminta pada 28
hari. Jika hasil kuat tekan benda-benda uji tidak memberikan angka kekuatan yang
diminta, maka harus dilakukan pengujian beton ditempat dengan cara-cara seperti
ditetapkan dalam P.B.I. 1971 dengan tidak menambah beban biaya bagi pemilik
bangunan (beban pemborong).
• Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik terhitung setelah
seluruh komponen adukan masuk kedalam mixer
j) Penegecoran
• Sebelum pengecoran Pemborong harus mengajukan ijin cor kepada Pengawas
Pekerjaan dengan melampirkan volume pengecoran, mutu beton dan jenis peralatan
yang akan digunakan.

- 12 -
• Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus dilakukan
dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya segragasi komponen-komponen
beton. Untuk bagian komponen yang tinggi seperti kolom dan dinding harus digunakan
tremi/ corong.
• Harus digunakan vibrator untuk pemadatan beton. Ukuran dan jumlah vibrator
harus disesuaikan dengan kondisi bagian yang dicor dan kecepatan pembetonan.
• Harus disediakan terpal jika diperkirakan akan terjadi hujan.
k) Siar-siar Konstruksi dan Pembongkaran Bekisting
Pembongkaran bekisting dan penempatan siar-siar pelaksanaan,
sepanjang tidak ditentukan lain dalam gambar, harus mengikuti pasal 5.8 dan
6.5. dari code P.B.I. 1971. Siar-Siar tersebut harus dibasahi lebih
dahulu dengan air cement tepat sebelum pengecoran lanjutan dimulai. Letak siar-
siar tersebut harus disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Khusus untuk pekerjaan
bangunan bawah, pada bagian bagian yang dipersyaratkan kedap air, pemberhentian
pengecoran harus diakhiri dengan pemasangan water stop dari jenis PVC.
l) Penggantian Besi
• Pemborong harus mengusahakan agar besi yang dipasang adalah sesuai dengan apa
yang tertera pada gambar
• Jika Pemborong tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan yang
ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi dengan
diameter yang terdekat dengan catatan :
− Harus ada persetujuan dari Pengawas Pekerjaan
− Jumlah besi per-satuan panjang atau jumlah besi di tempat tersebut tidak
boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksudkan
adalah jumlah luas).
− Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian
ditempat tersebut atau didaerah overlapping yang dapat menyulitkan
pembetonan atau penyampaian penggetar.

m) Toleransi Besi

Diameter, Variasi Toleransi


berat diameter_
Dibawah 10 mm max. 7% max. 0,4 mm
10 mm - 16 mm max. 5% max. 0,4 mm
16 mm - 28 mm max. 5% max. 0,5 mm
28 mm - 32 mm max. 4% max. 0,5 mm

n) Perawatan Beton
Beton harus dilindungi dari pengaruh panas matahari,sehingga tidak terjadi penguapan
yang cepat. Untuk itu beton harus dibasahi terus menerus paling sedikit
10 hari setelah pengecoran. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan,
harus diperhatikan. Siapkan tenda-tenda untuk keperluan tersebut.
o) Penyambungan Besi
Kecuali ditentukan dalam gambar, maka penyambungan besi harus mengikuti ketentuan
dari PBI 1971 dan PB 88 Khusus untuk besi kolom bila menggunakan diameter 32mm
atau lebih, harus digunakan sambungan mekanis dengan persyaratan sbb:
• Kuat tarik dari besi sambungan harus lebih besar dari besi yang disambung.
• Penyambungan tidak boleh dilakukan disatu tempat.
• Pemborong harus mengajukan contoh dari besi sambungan berikut specikasi
teknis dari bahan tersebut kepada Konsultan Perencana untuk mendapatkan
persetujuan.
p) Tanggung Jawab Pemborong
Pemborong bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam spesifikasi ini dan sesuai dengan

- 13 -
gambar- gambar konstruksi yang diberikan. Adanya atau kehadiran Pengawas
Pekerjaan selaku wakil pemberi tugas atau perencana yang sejauh mungkin melihat
/mengawasi menegur atau memberi nasihat tidaklah mengurangi tanggung jawab penuh
tersebut diatas.

Pasal 15
PEKERJAAN BAJA STRUKTURAL

15.1 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini meliputi penyediaan semua tenaga kerja, bahan instalasi konstruksi dan
perlengkapan untuk pembuatan (dengan mesin) pembangunan dan
pengecatan semua pekerjaan baja strukturil, termasuk pemasangan alat-alat fixing
dan benda-benda yang terlekat sesuai dengan dokumen tender.
Semua pekerja yang diterima untuk melakukan pekerjaan harus ahli (tukang-
tukang) yang berpengalaman dan mengerti benar pekerjaannya. Welder yang
mengerjakan pekerjaan pengelasan harus mempunyai welder qualification G2
yang dikeluarkan oleh badan resmi. Segala hasil pekerjaan mutunya
sebanding dengan standard hasil pekerjaan ahli/ pertukangan internasional yang
baik.
15.2 Bahan
1) Baja yang dipakai harus sesuai dengan standart internasional yang
disetujui.Untuk seluruh sturuktur baja baja dengan tegangan putus minimal 3700
kg/cm2. Untuk mendapatkan jaminan kwalitas baja yang digunakan Pemborong
harus mengajukan certifikat yang dikeluarkan oleh pabrik baja yang bersangkutan.
Setiap perubahan pemakaian kwalitas baja harus dengan persetujuan Konsultan
Perencana.

2) Digunakan baut dari jenis baut HTB yang sesuai ASTM A-325 ,tidak
berkarat dan dilindungi terhadap karat baik sebelum maupun setelah terpasang.
Hanya digunakan baut dari satu product dengan tanda dan kode yang jelas
terdapat pada bout. Semua bout harus dilengkapi dengan ring yang sesuai. Semua
baut harus dikencangkan dengan kunci momen yang besaran gaya torsinya sesuai
dengan brosur teknis produk yang bersangkutan. Khusus untuk sambungan gording
dipergunakan baut hitam biasa dari ST 37 dengan tegangan leleh minimal 2400
kg/cm2.

15.3 Syarat Pekrjaan :


1) Elektroda-elektroda harus dari standart internasional (AWS E 6013, JIS D4313)
yang disetujui dan sesuai dengan kwalitas baja yang digunakan dan ketebalan
las yang ditentukan Elektroda harus disimpan ditempat yang menjamin komposisi
dan sifat-sifat dari elektroda selama masa penyimpanan. Penggunaan arus
listrik untuk pengelasan harus disesuaikan dengan anjuran yang dikeluarkan
oleh pabrik pembuat elektroda yang bersangkutan.
2) Pekerjaan las sebanyak mungkin dilaksanakan dibengkel, pekerjaan las
dilapangan harus baik dan tidak boleh dilakukan dalam keadaan basah,
hujan, angin kencang. standar prosedur pengelasan mengikuti standard
A.W.S (American welding society ).
3) Tebal las minimum 0,7 kali tebal pelat/profil yang disambung dan harus penuh,
kecuali bila ditentukan lain dalam gambar.
4) Dalam setiap posisi dimana 2(dua) bagian dari satu benda saling
berdekatan harus dibuat suatu las perapat / pengendap guna
mencegah masuknya lengas, terlepas apakah itu diberikan detailnya atau tidak.
5) Bila las-lasan apapun memerlukan pembetulan maka hal ini harus dilakukan
sebagaimana diperintahkan oleh konsultan tanpa diberi biaya tambahan.
6) Untuk sambungan komponen konstruksi baja yang tidak dapat dihindarkan,
berlaku ketentuan-ketentuan sebagai berikut
- 14 -
• Hanya diperkenankan ada satu sambungan.
• Semua penyambungan profil harus dilaksanakan dengan las tumpul / Full
Penetration Butt Weld
• Harus diajukan bersamaan dengan pengajuan Shop Drawing.
• Pada pekerjaan dimana akan terjadi lebih dari satu lapisan las, maka lapisan
terdahulu harus dibersihkan dari kerak-kerak las, percikan percikan logam
sebelum memulai lapisan yang baru.
7) Pengujian Las
Pengujian atas kwalitas pengelasan dilakukan dengan methode Non destructive
test yaitu dengan Ultra sonic test. Jumlah tempat pengujian ditetapkan
1 % dari total panjang las .
8) Notasi & Toleransi.
Semua yang dinyatakan dalam gambar untuk baut M adalah diameter baut,
sedang diameter lubang baut adalah diameter baut ( M + 0.50 mm).
Kalau diameter lubang lebih besar dari diameter baut + 0.5
mm maka harus dilas ring yang tepat pada lubang yang kebesaran tsb (dilas
penuh) baru dipasang baut.
9) Gambar Pabrik ( Shop Drawing )
Apa yang diberikan adalah gambar kerja (working drawing).
Pemborong berkewajiban memeriksa/ membandingan kecocokan antara masing-
masing gambar yang diberikan. Gambar pabrik (shop drawing) yang
terperinci harus dibuat oleh Pemborong secara teliti. Pemborong
bertanggung jawab atas semua ukuran-ukuran yang dicantumkan pada shop
drawing .Shop drawing harus memberikan informasi jang jelas tentang bagian
bagian struktur, termasuk lokasi, type dan ukuran profil, bout, las. Shop drawing
harus memperhatikan working drawing yang diberikan dan harus mendapat
persetujuan perencana lebih dahulu sebelum dilaksanakan. Shop
drawing harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas minimal
satu minggu sebelum pelaksanaan fabrikasi dimulai.
10) Erection
Pemborong harus mengajukan cara yang akan digunakan dalam erection berikut
peralatan yang akan digunakan kepada Konsultan
MK untuk mendapatkan persetujuan. Pada saat erection angka harus
dilindungi terhadap tumbukan, puntiran, dan hal-hal lain. yang dapat merusak
rangka.
11) Toleransi dimensi profil

Lebar profil  1,50 Mm


Tinggi Profil  1,50 Mm
Tebal profil  0,50 Mm
Toleransi berat max 5 %
12) Grouting
Bahan yang digunakan harus mempunyai sifat:
• Tidak susut dalam proses pengeringan maupun setelah kering
• Mudah mengalir dan mengisi lobang secara baik flowable.
• Kuat tekan setelah mengering minimal 350 kg/cm2.
• Mempunyai daya lekat yang baik terhadap beton maupun baja.
• Penggunaan bahan harus sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan oleh
pabrik yang bersangkutan
• Bahan yang akan digunakan harus mendapat persetujuan Pengawas
Pekerjaan/ Konsultan perencana.
13) Pengecatan
Sebelum pengecatan permukaa baja harus dibersihkan terlebih dahulu dari
minyak, karat dan debu. Selanjutnya dilakukan pengecatan awal dengan meni.

- 15 -
Setelah cat meni permanent, dilanjutkan lapis cat finish permanent. Jumlah lapis
cat minimal 2x dengan warna yang berbeda dan digunakan primer antikarat
seperti Zincromate Produk ICI.

Pasal 16
PEKERJAAN KONSTRUKSI ATAP DAN PENUTUP ATAP

16.1 Pekerjaan Penutup Atap


c. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan/peralatan-peralatan dan
alat-alat bantu yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.
Pemasangan atap genteng meliputi seluruh pasangan pada rangka atap dan penutup atap
seperti yang ditunjukan pada gambar.
d. Persyaratan Bahan
Bahan penutup atap memakai genteng model Karangpilang, kualitas baik dan memenuhi
persyaratan. Untuk seluruh bangunan harus menggunakan penutup atap dari satu pabrik.
b. Pelaksanaan
- Sebelum dipesan/dikirim ke lapangan, Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan
terlebih dahulu mengajukan contoh kepada Direksi (minimal 3 produk) untuk
mendapatkan persetujuan. Bahan penutup atap yang cacat/retak tidak dibenarkan
untuk dipakai.
- Sebelum pemasangan penutup atap dilaksanakan, harus dicek kemiringan dan
kerataan rangka atap sehingga diperoleh bidang yang rata.
- Pemasangan bubungan disesuaikan dengan kondisi kemiringan atap. Pemasangan
atap yang tidak rapi, rata dan berombak harus diperbaiki atas biaya Perusahaan
Penyedia Jasa Pemborongan.

Pasal 17
PEKERJAAN KAYU
17.1 Lingkup Pekerjaan.
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan/peralatan-peralatan dan
alat-alat bantu yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.
b. Lingkup pekerjaan ini meliputi pekerjaan kayu halus seperti Saka Guru, Tumpang Sari,
Ornamen, Ukiran, kusen, daun pintu panil dan daun jendela kaca seperti tercantum
dalam gambar pelaksanaan.

17.2 Bahan-bahan.
a. Semua kayu yang dipakai harus tua, benar-benar kering, warna sama, lurus, tanpa cacat
mata kayu dan retak. Ukuran kayu adalah ukuran jadi seperti tercantum dalam gambar
pelaksanaan.
b. Pekerjaan kayu halus sesuai SII No. 0458/81, mutu kelas A, kelas kuat II dan keawetan II.
Kayu setara Meranti Asli sesuai standar yang digunakan.
c. Multiplek untuk daun pintu tebal 4 mm

17.3 Syarat Pelaksanaan Pekerjaan.


a. Bentuk ukuran, profil, pola peil yang tercantum dalam gambar pelaksanaan adalah hasil
jadi/finish.
b. Pelaksanaan sambungan seperti pemasangan klos, angkur, paku dan lem perekat harus rapi
serta sempurna.
c. Semua pekerjaan pendempulan harus rapi, rata dan halus. Setelah dempul kering digosok
dengan amplas halus.
d. Jendela kaca dengan tebal kaca polos 5 mm.

- 16 -
Pasal 18
PEKERJAAN PLAFON DAN LANGIT-LANGIT

18.1 Lingkup Pekerjaan.


a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan/peralatan-peralatan dan
alat-alat bantu yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.
b. Lingkup pekerjaan ini meliputi pemasangan rangka plafon kayu dan eternit polos 1x1.

18.2 Bahan-bahan.
a. Plafon menggunakan rangka Kayu Balok Meranti.
b. Ukuran balok kayu 6/10 untuk balok induk, dan 4/6 rangka plafon.
c. Penutup plafon Eternit polos 1x1 yang dipakai menggunakan produk setara Kerang.

18.3 Syarat Pelaksanaan Pekerjaan


a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan
diwajibkan untuk mengajukan gambar kerja pelaksanaan terlebih dahulu untuk
mendapatkan persetujuan dari Direksi.
b. Pelaksanaan pekerjaan harus rapi, teliti bersih, rata air dan tidak menodai pekerjaan lain
disekitarnya.

Pasal 19
PEKERJAAN BACKDROP/PANEL
19.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini dilakukan meliputi pemasangan panel HPL pada partisi Multiplek dan
plafon/ceiling/langit-langit, juga panel back-dropped sesuai yang disebutkan /
ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas/MK.

19.2 Persyaratan Bahan


a. Bahan panel HPL yg digunakan pada partisi adalah :
- HPL tebal 0,7 – 1 mm bermutu baik.
- Multiplek tebal minimal 9 mm sebagai backing atau alas/HPL.
- Rangka Multiplek sebagai penebal dan pengaku.
- Kayu HPL yang kering dan bermutu baik untuk edging sekeliling panel
b. Bahan panel Back-dropped adalah Multiplek dengan finishing HPL
19.3 Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Alas/backing/dasar untuk dipasangi panel, baik partisi maupun plafon/ceiling, harus
merupakan permukaan yang bersih dan rata.
b. Panel kayu/Multiplek dan backwall/backdrop adalah di-finish dengan HPL
c. Panel kayu/Multiplek setelah selesai di-finish, diberi perlindungan agar tidak
rusak/cacat oleh pekerjaan lainnya.

Pasal 20
PEKERJAAN KUNCI

20.1Lingkup Pekerjaan.
m. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan/peralatan-peralatan dan
alat-alat bantu yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.
n. Lingkup pekerjaan ini meliputi pemasangan Daun Pintu, termasuk didalamnya
pemasangan 3 (tiga) buah engsel pada setiap pintu dan pemasangan selot lengkap
dengan anak kunci. Untuk daun pintu double menggunakan Grendel Tanam dan
pegangan pintu lengkap dengan anak kunci.
o. Selain pemasangan Daun Pintu, juga pemasangan Daun Jendela, termasuk didalamnya
pemasangan 2 (dua) buah engsel pada setiap jendela kaca, pemasangan 2 (dua) bh kait
angin pada jendela dan grendel.

- 17 -
20.2Bahan-bahan.
a. Pekerjaan Daun Pintu Panil
1. Engsel Pintu berkualitas baik, setara merk SES.
2. Grendel Tanam (untuk daun pintu double)
3. Pegangan pintu lengkap dengan kunci tanam setara merk Anchor
b. Pekerjaan Daun Jendela
1. Engsel Jendela berkualitas baik, setara merk SES
2. Grendel Jendela
3. Hak angin sikutan (kait angin)
4. Kaca polos 5 mm
c. Pekerjaan Pemasangan Glassbox dan Rooster (untuk ventilasi)
1. Glassbox
2. Rooster (untuk ventilasi)

20.3Syarat Pelaksanaan Pekerjaan.


a. Pemasangan harus dilaksanakan dengan hati-hati, rapi tanpa percikan kotoran, seperti
adukan semen pada alat-alat tersebut.
b. Semua Pemasangan daun pintu, daun jendela, glassbox dan rooster mengikuti Gambar
Rencana dan Gambar Detail.

Pasal 21
PEKERJAAN KERAMIK

21.1 Lingkup Pekerjaan.


a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan/peralatan-peralatan dan
alat-alat bantu yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.
b. Lingkup pekerjaan ini meliputi seluruh detail yang ditunjukkan dalam Gambar
Pelaksanaan untuk pemasangan lantai keramik, dinding keramik dan meja keramik.

21.2 Bahan-bahan.
Bahan lantai keramik yang digunakan adalah
a. Keramik lantai putih motif ukuran 30 x 30, setara merk Asia atau Roman.
b. Keramik lantai KM/WC kasar ukuran 20 x 20, setara merk Asia atau Roman
c. Keramik Dinding KM/WC dan Ruang Saji ukuran 20 x 25, setara merk Asia atau Roman
d. Adukan/spesi dengan campuran 1 Pc dan 3 Pasir.

21.3 Syarat Pelaksanaan Pekerjaan.


a. Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan harus meneliti gambar dan kondisi di lapangan.
b. Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat dan bernoda.
c. Pada pemasangan harus merupakan satu bidang permukaan yang benar-benar rata, tidak
bergelombang, dengan memperhatikan kemiringan di daerah basah dan teras.
d. Jarak antara unit pemasangan lantai keramik satu sama lainnya (siar-siar) harus sama
lebarnya maksimum 4 mm, yang membentuk garis lurus dan sejajar.
e. Siar-siar diisi engan bahan pengisi yang bermutu baik, dari bahan seperti yang disyaratkan
diatas.
f. Pemotongan keramik menggunakan alat pemotong khusus sesuai dengan yang
dipersyaratkan dari pabrik atau alat pemotong yang telah disetujui Direksi.
g. Keramik yang terpasang harus dibersihkan dari segala kotoran yang menempel pada
permukaan keramik hingga benar-benar bersih.
h. Keramik yang telah terpasang dihindarkan dari beban/sentuhan selama 2 x 24 jam dan
dihindarkan dari kemungkinan cacat-cacat akibat pekerjaan lain.

- 18 -
Pasal 22
PEKERJAAN PENGECATAN

22.1 Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan pengecatan ini mencakup semua pekerjaan pengecatan bangunan antara lain :
a. Pengecatan kayu pada bagian-bagian pekerjaan kayu antara lain :
- Pengecatan Kayu Kusen Pintu dan Jendela
- Pengecatan Daun Pintu Panil
b. Pengecatan dinding tembok untuk seluruh dinding dalam dan luar, serta plafon.
c. Seluruh Lingkup pekerjaan pada pasal ini dilaksanakan sesuai dengan yang ditunjukkan
pada daftar kuantitas pekerjaan apabila tidak terdaftar didalamnya maka ketentuan dan
syarat ini tidak berlaku.

22.2 Bahan-bahan.
Secara warna untuk pengecatan ditentukan kemudian oleh Pemberi Tugas
a. Cat kayu setara merk Emco
b. Plamuur kayu setara merk Pedang
c. Meni kayu setara merk Pedang
d. Cat tembok setara merk Jotun atau Catylac
e. Cat plafon setara merk Jotun atau Decofresh
f. Cat listplank setara merk Mowilex
g. Cat Besi Setara produk ICI

22.3 Syarat Pelaksanaan Pekerjaan.


a. Pekerjaan Kayu
- Setelah semua pekerjaan yang akan dicat diberi dasaran cat meni maka semua celah
retak dan lobang harus dibersihkan dan diplamur sampai rata dan halus
- Setelah Plamur kering betul, maka bidang yang akan dicat, dimaplas dengan amplas
besi sampai rata dan halus, kemudian dibersihkan dari debu dan terakhir dicat 2 (dua)
kali dengan menggunakan kuas sampai rata.
- Setelah pengecatan selesai, bidang cat yang berbentuk harus utuh, rata dan tidak
bintik-bintik atau gelembung udara. Bidang cat dijaga dari kotoran.
a. Pengecatan Tembok dan Plafon
- Pengecatan baru dapat dilaksanakan setelah bidang plesteran tembok benar-benar
sudah kering
- Permukaan-permukaan tembok yang cacat atau tidak rata harus diperbaiki terlebih
dahulu dengan bahan yang sama.
- Setelah Plamuur kering kemudian plamuur diamplas sampai halus dan rata dan
dibersihkan dari debu yang menempel.
- Setelah percobaan warna disetujui oleh Direksi, maka dilakukan pengecatan dan
apabila menggunakan roller setidaknya 3 (tiga) kali pengecatan setiap bidang
pengecatan.
- Untuk warna-warna sejenis, Perusahaan Penyedia Jasa Pemborongan diharuskan
menggunakan cat dengan nomor yang sama dari pabrik yang sama.
- Setelah pengecatan selesai, bidang cat yang berbentuk harus utuh, rata dan tidak ada
bagian yang belang atau kotor.

PASAL 23
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

23.1 Lingkup Pekerjaan.


a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan/peralatan-peralatan dan
alat-alat bantu yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.
b. Lingkup pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan MCB, pemasangan titik
instalasi penerangan dan stop kontak.

- 19 -
23.2 Bahan-bahan.
a. Kabel titik instalasi penerangan digunakan kabel NYM atau NYY, NYA.
b. Penampang kabel minimum 2,5 mm untuk arus daya. 1,5mm untuk penerangan.
c. Lampu SL setara merk Phillips.
d. Saklar dan Stopkontak setara merk Broco.
e. Penyambungan baru PLN disertai dengan SLO (Sertifikat Laik Operasi).

23.3 Syarat Pelaksanaan Pekerjaan.


a. MCB harus dipasang sesuai dari petunjuk.
b. Semua kabel dikedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark yang jelas dan tidak
mudah lepas untuk mengidentifikasi arah beban.
c. Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan, kecuali pada kabel penerangan.
d. Semua kabel yang dipasang diatas langit-langit harus diletakan pada suatu trunking kabel.
e. Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton harus dibuatkan sleeve dari
pipa pvc dengan diameter minimum 2,5 kali penampang kabel.
f. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak-kontak harus didalam kotak terminal
yang terbuat dari bahan yang sama dengan bahan konduitnya dan dilengkapi dengan skrup
untuk tutupnya dimana tebal kotak terminal tadi ninimum 4 cm.
g. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak-kontak harus didalam kotak
penyambungan dan memakai alat penyambungan.
h. Stop kontak dan saklar yang akan dipakai adalah type pemasangan masuk dan dipasang pada
ketinggian 1,50 m untuk saklar dan 0,40 m untuk stop kontak.
i. Lampu penerangan harus disesuaikan rencana plafon

- 20 -
PENUTUP
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dilaksanakan sesuai dengan Berita Acara dan
kontrak yang disepakati bersama.
Pekerjaan yang termasuk pekerjaan Rekanan tetapi belum diuraikan dalam Rencana Kerja
dan Syarat-syarat (RKS) ini harus dilaksanakan sesuai dengan gambar pelaksanaan supaya
mencapai penyelesaian pekerjaan dengan hasil yang lebih baik.

- 21 -

Anda mungkin juga menyukai