Anda di halaman 1dari 39

METODE PELAKSANAAN

Metode pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan menggambarkan penguasaan dalam penyelesaian


pekerjaan, penilaian terhadap pemenuhan syarat substantive yang ditetapkan dalam Dokumen/Rencana Kerja
& Syarat-Syaratnya (RKS)/Spesifikasi Teknis, metode kerja untuk jenis – jenis pekerjaan utama dan
penunjang atau sementara yang ikut menentukan keberhasilan pelaksanaan pekerjaan diyakini

menggambarkan penguasaan penawaran untuk melaksanakan Revitalisasi Pasar Cibodas (PAS-03) yang
berlokasikan di Kota Tangerang yang memenuhi persyaratan pelaksanaan, antara lain :

Memenuhi persyaratan substantif yang


1.
ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan

Menggambarkan penguasaan penawar untuk


2. menyelesaikan pekerjaan

Tahapan dan cara pelaksanaan yang


3. menggambarkan pelaksanaan pekerjaan dari
awal sampai akhir

Page |1
METODE PELAKSANAAN
BAB – I
KETENTUAN UMUM & ADMINISTRASI

1. DATA KEGIATAN/PEKERJAAN

KEGIATAN : Rekonstruksi Jalan Pakenjeng - Nangkaruka (Kab.Garut)


LOKASI : Kab.Garut

2. MAKSUD DAN TUJUAN

MAKSUD

Membuat metode pelaksanaan yang efisien sehingga waktu pelaksanaan pekerjaan pembangunan dapat
dicapai sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan.Memberikan gambaran tentang manajemen dan tata
cara pelaksanaan pekerjaan dilapangan.

TUJUAN

Mendapatkan hasil pekerjaan yang tepat ;

1. KUANTITAS
2. KUALITAS
3. WAKTU

3. SASARAN DAN MUTU

SASARAN

Dicapai metode kerja yang efisien dalam mengantisipasi waktu yang singkat dan diperoleh bangunan
dengan sistem yang andal,mudah dan efisien.

MUTU

Didapatkan hasil pelaksanaan yang memuaskan yang tercapai dengan dilakukannya proses QC (Qualty
Control) yang memadai.

Page |2
METODE PELAKSANAAN
BAB – II
KETENTUAN UMUM TEKNIS

BAGIAN PERTAMA
PERATURAN DAN KETENTUAN

PERATURAN DAN KETENTUAN

1. Melaksanakan pekerjaan dengan benar, penuh tanggung jawab dan penuh ketelitian sesuai dengan
kontrak. Seluruh cara dan prosedur yang diikuti, termasuk semuanya harus mendapatkan persetujuan
Konsultan Pengawas/Direksi.

2. Disamping rencana kerja dan syarat-syarat, gambar-gambar pelaksanaan serta penjelasan-penjelasan lain
yang termasuk dalam Dokumen Surat Perjanjian, maka ketentuan-ketentuan umum yang berlaku adalah:

a. Peratuan-peraturan Umum (Algemene Voorwaarden) disingkat AV.19.41


b. Peraturan Beton Indonesia disingkat PBI-NI-2/1971.
c. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia disingkat PKKI-NI-5/1961.
d. Peraturan Umum Mengenai Instalasi Listrik (AVE)
e. Peraturan umum mengenai Instalasi Air Leideng (AVWI)
f. Peraturan Tentang Instalasi Listrik, PUIL 1977.
g. Pedoman Plumbing Indonesia, Tahun 1979.
h. Peraturan Dinas Kebakaran Pemerintah.
i. Peraturan yang ditetapkan oleh Perusahaan Listrik Negara.
j. Peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan Air Minum setempat.
k. Peraturan Direktorat Jendral Perawatan Departemen Tenaga Kerja, Keselamatan Kerja dan
Kesehatan Kerja.
l. Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI 1980)
m. Peraturan yang ditetapkan Dinas Kebakaran setempat
n. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI).
o. Lain - lain syarat umum yang berhubungan dengan peraturan pembangunan yang berlaku di
Indonesia.
p. Peraturan khusus daerah setempat.

2. KETENTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN

1. Semua bahan bangunan yang dipergunakan untuk pekerjaan ini terlebihdahulu harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi, dandisimpan atau ditimbun sedemikian rupa sehingga dapat
dipertanggungjawabkan secara teknis sesuai syarat pengamanan yang berlaku.
2. Penimbunan, penyimpanan dan pengerjaan bahan bangunan tidak bolehdilakukan di luar lapangan.
3. Pengangkutan bahan - bahan bangunan dari luar ke lapangan kerja agardilaksanakan pada jam-jam
kerja , jika seandainya ada pengiriman bahanbahanpada malam hari, harus seizin Konsultan
Pengawas/Direksi.

Page |3
METODE PELAKSANAAN
4. Proyek yang bersangkutan diatur serta ditertibkan sedemikian rupasehingga tidak mengganggu
keindahan dan kebersihan lingkungansekitar, antara lain dengan penggunaan pagar penutup
sertapengaturan pembuangan bahan sisa.
5. Mentaati ketentuan-ketentuan yang berlaku yang ditetapkan olehPemerintah Daerah setempat, Instansi
Pemerintah lain yang berwenang.
6. Melaksanakan pekerjaan secara lengkap denganpembuatannya; antara lain membuat atau
menyediakan segala sesuatuyang berkaitan dengan pekerjaan seperti steger, stoot werk, cetakandan
lain-lain kecuali yang nyata-nyata disediakan oleh Pemberi Tugas.
7. Pada saat pekerjaan dimulai, mengetahuiserta bertanggung jawab atas setiap ketentuan di atas.

BAGIAN KEDUA
RENCANA KERJA PELAKSANAAN

1. Rapat Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan

a. Sebelum Pelaksanaan Pekerjaan, bersama - sama dengan perencana, pengawas teknis, instansi terkait
dan instansi terkait lainnya, terlebih dahulu menyusun rencana pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
surat perjanjian / kontrak.
b. Menyelenggarakan rapat persiapan pelaksanaan kontrak selambat - lambatnya 7 (tujuh) hari sejak
diterbitkan SPMK.
c. Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan adalah :
 Organisasi kerja
 Tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan
 Jadwal pelaksanaan pekerjaan
 Jadwal pengadaan bahan, mobilisasi peralatan dan personil
 Penyusunan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lapangan
 Pendekatan kepada masyarakat dan pemerintah daerah setempat mengenai rencana kerja.
 Penyusunan program mutu proyek.

2. Program Mutu

Menyampaikan program mutu lengkap meliputi:

a. Membuat penjelasan mengenai metode keselamatan kerja pada setiap item pelaksanaan pekerjaan
secara lengkap dan terperinci sebagai berikut :
 Mencerminkan usaha keselamatan kerja pada setiap kegiatan secara berkesinambungan
 Kesesuaian penggunaan alat keselamatan
 Mencerminkan usaha keselamatan tenaga kerja dan pihak lain di lingkungan kerja; serta
 Kesesuaian Program K3 yang dibuat dengan pelaksanaan pekerjaan.

b. Membuat penjelasan mengenai program mutu pada setiap jenis pekerjaan secara lengkap dan
terperinci sebagai berikut:
 Informasi Umum
 Organisasi / Struktur Organisai
 Uraian tugas dan tanggung jawab pelaksanaan pekerjaan
 Prosedur pelaksanaan pekerjaan
 Prosedur instruksi dan inspeksi kerja; serta
 Bagan alir kegiatan pelaksanaan pekerjaan.

3. PERSONIL INTI & ORGANISASI PELAKSANAAN LAPANGAN

Page |4
METODE PELAKSANAAN
1. Untuk melaksanakan pekerjaan/proyek sesuai yang ditetapkan dalam surat perjanjian/kontrak,
membuat organisasi pelaksanaan lapangan, dengan pembagian tugas, fungsi dan wewenang yang
jelas tanggung jawabnya masing-masing.
2. Penempatan personil yang proporsional dan sesuai dengan keahlian bidang tugasnya masing -
masing sedangkan untuk tenaga - tenaga ahli telah memenuhi ketentuan peraturan dan perundang -
undangan yang berlaku, sesuai dengan golongan, bidang dan kualifikasi.
3. Untuk pelaksanaan pekerjaan / proyek menunjuk penanggung jawab lapangan, yang dalam
penunjukannya terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan Pengguna Anggaran.
4. Tidak memberikan pekerjaan lain kepada wakil ataupun para penanggung jawab lapangan, diluar
pekerjaan / proyek yang bersangkutan.
5. Selama jam - jam kerja tenaga ahli / wakil atau para penanggung jawab lapangan harus berada
dilapangan pekerjaan kecuali berhalangan / sakit maka menunjuk / menempatkan penggantinya
apabila yang bersangkutan berhalangan.
6. Jika ternyata penanggung jawab teknis tersebut tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan,
maka Pengguna Anggaran berhak memerintahkan supaya segera mengganti dengan orang lain yang
ahli dan berpengalaman.

4. TENAGA KERJA LAPANGAN

1. Memperkerjakan tenaga kerja yang trampil dan berpengalaman, sesuai keahliannya dalam jumlah
yang cukup sesuai volume dan kompleksitas pelaksanaan pekerjaan.
2. Melaksanakan ketertiban, kebersihan, kesehatan dan keamanan lokasi / pekerjaan, dengan
menyediakan fasilitas sarana dan prasarana kerja memadai.
3. Menyediakan tempat tinggal yang memadai dan tidak mengganggu lingkungan, untuk para tenaga
kerja yang tinggal sementara dilokasi pekerjaan / proyek.
4. Melaporkan kepada pengguna barang / jasa, dalam bentuk tenaga kerja yang dilampiri identitas diri
dan tanda pengenal setiap tenaga kerja.

5. BAHAN DAN PERALATAN

1. Bahan Peralatan dan segala sesuatu yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dalam surat
perjanjian / kontrak , akan disediakan sesuai dengan kebutuhan dilapangan yang dikirim secara
bertahap.
2. Bahan material yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan, adalah :
a. Sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang - undangan yang berlaku di Indonesia.
b. Memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan dalam surat / perjanjian / kontrak, RKS, gambar dan
spesifikasi teknis yang telah ditetapkan.
c. Sebelum digunakan / dipasang harus diajukan contoh atau brosur setiap bahan dan peralatan
tersebut untuk mendapat persetujuan dari pengguna barang / jasa.
d. Pengguna barang / jasa berhak melakukan pengujian dan menolak terhadap bahan dan peralatan
yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan apabila ternyata tidak memenuhi ketentuan dan
persyaratan yang ditetapkan.
3. Bahan dan peralatan yang ditolak pengguna barang / jasa harus segera disingkirkan dari lokasi /
lapangan proyek, dalam waktu 2 (dua) hari kerja sejak tanggal penolakan dilakukan.
4. Apabila terdapat bahan dan peralatan yang digunakan / dipasang belum atau telah mendapat
persetujuan, ternyata tidak memenuhi kualifikasi atau spesifikasi teknis yang dipersyaratkan maka
wajib mengganti / memperbaiki dengan beban biaya sendiri dan tidak berhak menuntut ganti rugi.
5. Apabila bahan dan peralatan yang akan digunakan ternyata tidak ada lagi dipasaran, maka segera
mengajukan bahan dan peralatan pengganti yang setara dan mendapatkan persetujuan tertulis dari

Page |5
METODE PELAKSANAAN
pengguna barang / jasa. Prosedur penggantian harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
dan perundangundangan yang berlaku.
6. Penggantian bahan dan peralatan yang dimaksud pada ayat 5 diatas tidak dapat dijadikan alasan
keterlambatan pekerjaan
7. Penyediaan dan pengamanan bahan dan peralatan dilokasi / lapangan proyek, adalah menjadi
tanggung jawab kami termasuk tempat dan penyimpanannya harus tertib dan tidak mengganggu
mobilisasi kerja dilapangan.

8. Daftar Peralatan Utama minimal yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan:


1. Molen Beton 1 Unit
2. Pemotong Keramik 1 Unit

6. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

Jadwal waktu pelaksanaan (Time Schedule) diperlukan untuk pelaksanaan dan pemantauan yang sebagaimana
mestinya atas pekerjaan. Jadwal tersebut diperlukan untuk menjelaskan kegiatan-kegiatan pekerjaan setelah
kegiatan dalam program mobilisasi telah selesai.

 Pengajuan
a. menyiapkan jadwal pelaksanaan dalam batas waktu yang disepakati yang telah ditentukan. Jadwal
pelaksanaan itu diserahkan dan mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan, dengan detil yang
disyaratkan dalam Spesifikasi ini, dimana detil tersebut harus menunjukkan urutan kegiatan yang
diusulkan dalam melaksanakan Pekerjaan.
b. Jadwal pelaksanaan pekerjaan harus sudah dibuat selambat-lambatnya 7 ( tujuh ) hari kerja setelah
penandatanganan surat perjanjian / kontrak, untuk diperiksa / disetujui oleh pengawas teknis dan
disahkan oleh pengguna barang / jasa.
c. Setiap akhir setiap bulan, melengkapi Jadwal Pelaksanaan untuk menggambarkan secara akurat
kemajuan pekerjaan (progress) aktual.
d. Setiap interval mingguan, menyerahkan pada setiap hari Senin pagi, jadwal kegiatan mingguan yang
menunjukkan lokasi seluruh operasi dan kegiatan yang akan dilaksanakan selama minggu tersebut.
e. Jadwal pelaksanaan pekerjaan harus tetap berada dilokasi / lapangan selama masa pelaksanaan
pekerjaan dan salah satunya ditempel diruangan rapat proyek, sebagai acuan patokan kemajuan bobot
pekerjaan.

 Detail Jadwal Pelaksanaan


a. Membuat Jadwal Kemajuan dalam bentuk diagram balok horisontal dan dilengkapi kurva “S” yang
menggambarkan seluruh kemajuan pekerjaan dengan karakteristik berikut :
b. Setiap jenis Mata Pembayaran atau kegiatan dari kelompok Mata Pembayaran yang berkaitan harus
digambarkan dalam diagram balok yang terpisah, dan harus dibentuk sesuai dengan urutan dari masing-
masing kegiatan pekerjaan.
c. Skala waktu dalam arah horisontal harus dinyatakan berdasarkan satuan bulan.
d. Setiap diagram balok horisontal harus mempunyai ruangan untuk mencatat kemajuan aktual dari setiap
pekerjaan dibandingkan dengan kemajuan rencana.
e. Kurva seluruh kemajuan pekerjaan (overall progress) harus dapat memberikan gambaran tentang
kemajuan keuangan rencana pada setiap akhir bulan terhadap kemajuan keuangan aktual.
f. Skala dan format dari Jadwal Kemajuan Keuangan harus sedemikian rupa hingga tersedia ruangan
untuk pencatatan, revisi dan pemutakhiran mendatang. Ukuran lembar kertas minimum adalah A3.

 Analisa Jaringan (Network Analysis)

Page |6
METODE PELAKSANAAN
Menyediakan Analisa Jaringan yang menunjukkan awal dan akhir setiap tanggal mulainya suatu kegiatan
sehingga dapat diperoleh suatu jadwal jalur kritis (critical path schedule) dan dapat diperoleh jadwal untuk
menentukan jenis-jenis pekerjaan yang kritis dalam seluruh jadwal pelaksanaan.

 Jadwal Penyediaan Bahan


Menyediakan jadwal yang terpisah untuk lokasi semua sumber bahan, bersama dengan rencana tanggal
penyerahan contohcontoh bahan dan rencana produksi bahan dan jadwal pengiriman.

 Revisi Jadwal Pelaksanaan

Waktu : Revisi semua jadwal pelaksanaan yang diuraikan harus dilaksanakan bilamana kemajuan aktual
berbeda lebih dari 20 (dua puluh) persen dari kemajuan rencana atau bilamana terdapat perubahan kuantitas
yang menyolok setelah diterbitkannya Variasi atau Addenda.

Laporan : Pada saat menyerahkan Revisi Jadwal Pelaksanaan maka harus melengkapi laporan ringkas yang
memberikan alasan-alasan timbulnya revisi, yang harus meliputi :
a. Uraian revisi, termasuk pengaruh pada seluruh jadwal karena adanya perubahan cakupan, revisi dalam
kuantitas atau perubahan jangka waktu kegiatan dan perubahan lainnya yang dapat mempengaruhi
jadwal.
b. Pembahasan lokasi-lokasi ynag bermasalah, termasuk faktor-faktor penghambat yang sedang
berlangsung maupun yang harus diperkirakan serta dampaknya.
c. Tindakan perbaikan yang diambil, diusulkan dan pengaruhnya.

7. LAPORAN HASIL PEKERJAAN


1. Laporan Harian
a. Untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan, seluruh aktifitas kegiatan
pekerjaan dilapangan dicatat didalam buku harian lapangan (BHL) sebagai laporan harian pekerjaan
berupa rencana dan realisasi pekerjaan harian.

b. Buku Harian Lapangan (BHL) berisi :


 Kuantitas dan macam bahan yang berada dilapangan.
 Penempatan tenaga kerja untuk tiap dan macam tugasnya.
 Jumlah, jenis, dan kondisi peralatan.
 Kuantitas dan kualitas jenis pekerjaan yang dilaksanakan
 Keadaan cuaca termasuk hujan, banjir dan peristiwa alam lainnya yang berpengaruh terhadap
kelancaran pekerjaan.
 Catatan - catatan lain yang berkenaan dengan pelaksanaan

c. Buku Harian Lapangan ( BHL ) disiapkan dan diisi, dan diperiksa oleh pengawas teknis dan dilengkapi
catatan instruksi - instruksi dan petunjuk pelaksanaan yang dianggap perlu dan disetujui oleh pengguna
barang/jasa.
d. Mentaati dan melaksanakan terhadap instruksi, arahan dan petunjuk yang diberikan pengawas teknis
dalam Buku Harian Lapangan (BHL).
e. Jika tidak dapat menerima / menyetujui pendapat / perintah pengawas harus mengajukan keberatan -
keberatan secara tertulis dalam jangka waktu 3 x 24 jam.
f. Memperbaiki atas beban biaya sendiri terhadap pekerjaan yang tidak memenuhi syarat, tidak sempurna
dalam pelaksanaannya atas kemauan inisiatif sendiri atau yang diperintah oleh pengawas teknis maupun
Pengguna Anggaran.

2. Laporan mingguan dibuat setiap minggu yang terdiri dari rangkuman laporan harian dan berisi hal
kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu minggu, serta hal-hal yang penting yang perlu dilaporkan.

3. Laporan bulanan dibuat setiap bulan yang terdiri dari rangkuman laporan mingguan dan berisi hal
kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu bulan, serta hal-hal yang penting yang perlu dilaporkan.

Page |7
METODE PELAKSANAAN
LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN

1. Membuat Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan sebagai resume dari Laporan Harian selama masa
pelaksanaan pekerjaan yang akan diperiksa dan ditandatangani oleh Konsultan Pengawas/Direksi yang
memuat hal-hal :
a. Jumlah tenaga menurut jenis / jabatan,
b. Jumlah dan jenis bahan yang diterima,
c. Jumlah dan jenis bahan yang disetujui,
d. Jumlah dan Jenis Peralatan yang dipakai.
e. Kegiatan pekerjaan secara terperinci,
f. Keadaan cuaca dan kejadian-kejadian lain.

2. Laporan Harian dibuat dalam rangkap 3 (Tiga) serta bentuk maupun tata cara pengisian Form tersebut
harus sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Konsultan Pengawas/Direksi.

3. Laporan tersebut diperuntukan :


a. 1 (Satu) set untuk Pemberi Tugas
b. 1 (Satu) set Untuk Konsultan Pengawas/Direksi.
c. 1 (Satu) set Arsip.

LAPORAN BULANAN
Adalah wewenang dari Pengawas Teknis
SEMUA FOM.YANG DIPERLUKAN TERLEBIH DAHULU DISERAHKAN UNTUK PERSETUJUAN.

8. PERBEDAAN UKURAN

1. Jika terdapat perbedaan ukuran yang ditulis dengan angka dengan ukuran yang ditulis dengan skala, maka
ukuran yang dipakai adalah ukuran yang ditulis dengan angka.
2. Jika merasa ragu - ragu tentang ukuran harus segera meminta petunjuk Pengawas Teknis atau Perencana.

9. SARANA PENUNJANG PROYEK

1. Membuat / mendirikan bangunan sementara seperti los kerja bangsal / direksi keet yang cukup luas dan
lain - lain yang diperlukan. Menyediakan perlengkapan ruang kerja Pengguna Anggaran dan Pengawas
Teknis dengan jumlah sesuai kebutuhan
2. Penempatan sarana bangunan sementara harus dibuatkan perencanaannya serta terlebih dahulu untuk
mendapatkan persetujuan Pengguna Anggaran.
3. Sarana Penunjang Direksi keet / gudang / bedeng sementara pagar pengaman dan perlengkapannnya serta
pompa kerja adalah merupakan sarana penunjang dalam pelaksanaan proyek dan merupakan barang yang
dipakai habis pada saat setelah pekerjaan selesai.
4. Menyediakan peralatan kerja bantu yaitu : air, aliran listrik, pompa air, alat - alat pemadam kebakaran,
dll.
5. Untuk segala kebutuhan / keperluan penyelesaian pelaksanaan pekerjaan, sekalipun tidak disebut dan
dinyatakan dalam peraturan dan syarat - syarat ( RKS ) maupun dalam gambar.
6. Segala kerusakan yang terjadi diatas tanah / halaman akibat pelaksanaan seperti kerusakan saluran / got,
tanaman dan lain sebagainya harus diperbaiki kembali seperti keadaan semula atas tanggungan penyedia
barang / jasa yang bersangkutan.
7. Mendapat batas - batas daerah kerja sebagaimana dimaksud, bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu
yang ada didaerahnya meliputi :

Page |8
METODE PELAKSANAAN
a. Kerusakan - kerusakan yang timbul akibat kelalaian / kecerobohan yang disengaja maupun tidak
disengaja.
b. Penggunaan sesuatu yang salah / keliru.
c. Kehilangan - kehilangan.
8. Untuk mencegah kejadian - kejadian tersebut diatas, menyediakan jasa pengamanan pelaksanaan proyek
pembangunan setempat, antara lain penjagaan, penerangan pada malam hari dan sebagainya.
9. Mengerjakan pekerjaan pembersihan yaitu segala macam kotoran bekas - bekas bongkaran dan alat - alat
lainnya, harus segera diangkut atas persetujuan Pengawas Teknis / Pengguna Anggaran.

10. PERUBAHAN PEKERJAAN

1. Pada dasarnya seluruh volume dan item pekerjaan yang tercantum dalam kontrak harus dilaksanakan.
Apabila karena sesuatu hal volume dan atau item pekerjaan tidak dapat dikerjakan oleh rekanan dengan
pertimbangan yang bisa dipertanggung jawabkan, maka terlebih dahulu harus mendapat persetujuan dari
Kepala Unit / Satuan Kerja yang bersangkutan, Pengawas Teknis dan Perencana Teknik
2. Persetujuan dimaksud dituangkan dalam Berita Acara Perubahan Pekerjaan yang dibuat oleh Perencana
yang didasarkan atas Berita Acara Peninjauan Lapangan yang dibuat oleh Pengawas Teknis serta
Perencana. Adapun Berita Acara Perubahan tersebut ditanda tangani bersama rekanan, Unit / Satuan
Kerja, dan Pengawas Teknis serta Perencana.
3. Jika dimungkinkan item atau volume pekerjaan yang telah mendapat persetujuan untuk tidak
dilaksanakan dapat dilakukan pengalihan pekerjaan. Item dan volume pekerjaan baru ditetapkan bersama
dan dituangkan dalam Berita Acara tambah Kurang dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2)
diatas.

11. TANGGUNG JAWAB

1. Bertanggung jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai dengan ketentuan - ketentuan dalam RKS dan
Gambar Kerja.
2. Kehadiran Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat, mengawasi, menegur atau memberi
saran tidak mengurangi tanggung jawab tersebut diatas.
3. Bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat pelaksanaan pekerjaan. Timbul akibat
pelaksanaan pekerjaan dan berkewajiban memperbaiki kerusakan tersebut dengan baik dan benar.
4. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, berkewajiban memberikan
saran - saran perbaikan kepada Pemberi Tugas melalui Pengawas. Apabila hal ini tidak dilakukan, akan
bertanggung jawab atas kerusakan yang timbul.
5. Bertanggung jawab atas keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan dalam pelaksanaan pekerjaan.
6. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian dalam melaksanakan pekerjaan menjadi tanggung jawab kami.
7. Selama pembangunan berlangsung, menjaga keamanan bahan / material, barang milik proyek, Pengawas
dan milik Pihak ketiga yang ada di lapangan, dan keamanan yang dilaksanakannya sampai dengan tahap
serah terima.
Bila terjadi kehilangan bahan - bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang telah dipasang maupun
belum, adalah tanggung jawab kami dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.
8. Apabila terjadi kebakaran, bertanggung jawab atas akibatnya, baik yang berupa barang - barang maupun
keselamatan jiwa.
9. Apabila pekerjaan telah selesai, segera mengangkut bahan bongkaran dan sisa - sisa bahan bangunan yang
sudah tidak dipergunakan lagi keluar lokasi pekerjaan.

BAGIAN KE TIGA
PERSYARATAN UMUM LAPANGAN
Page |9
METODE PELAKSANAAN
1. PERSYARATAN UMUM

1. Penyediaan air dan daya listrik untuk bekerja


a. Air untuk bekerjaan harus disediakan dengan membuat sumur pompa di tapak proyek.
b. Air harus bersih, bebas dari bau, bebas dari Lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya yang merusak.
Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan dari Pengawas maupun Pemberi Tugas /
Pengguna ( user ).
c. Listrik untuk bekerja disediakan dan diperoleh dari sambungan PLN setempat selama masa
pembangunan.
d. Penggunaan diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan sementara
atas petunjuk Pengawas.

2. Pengadaan material dan peralatan.


a. Mengadakan dan menyediakan semua peralatan konstruksi dan bahan, baik untuk pekerjaan
permanent maupun pekerjaan sementara termasuk segala macam barang lainnya yang diperlukan.
b. Dalam hal pengadaan semua bahan baku, barang jadi, bahan setengah jadi dan lain - lain,
mengutamakan jasa produksi dalam negeri meskipun harus tetap memperhatikan syarat - syarat mutu
bahan yang bersangkutan, sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Pengawas, kecuali bila ditentukan
lain dalam RKS Teknis.

3. Pencegahan gangguan terhadap tetangga


Segala jenis pekerjaan yang mungkin akan menimbulkan gangguan terhadap penghuni yang berdekatan,
hendaknya dilaksanakan pada jam - jam yang telah ditentukan sesuai dengan petunjuk Pengawas. Untuk
hal tersebut tidak ada pertimbangan perpanjangan waktu maupun penambahan biaya.

4. Penyediaan alat pemadam kebakaran


Selama pembangunan berlangsung, menyediakan tabung alat pemadam kebakaran (fire extinguisher)
lengkap dengan isinya, dengan jumlah sekurang-kurangnya 4 ( empat ) buah tabung masing - masing
tabung berkapasitas 15 kg bila diperlukan dan dipersyaratkan.

5. Drainase / saluran tapak sementara


Dengan mempertimbangkan keadaan topografi / kontur tanah yang ada di tapak, membuat saluran
sementara yang berfungsi untuk pembuangan air yang ada. Arah aliran ditujukan ke saluran yang sudah
ada di lingkungan pembangunan.

6. Penjagaan Keamanan Lapangan Pekerjaan


Menjaga keamanan lapangan yang meliputi barang - barang milik Proyek, Pengawas / Pemilik bangunan
dan milik Pihak ketiga yang ada di lapangan. Bila terjadi kehilangan bahan - bahan bangunan yang telah
disetujui, baik yang telah dipasang maupun belum, adalah merupakan tanggung jawab dan tidak akan
diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.
Apabila terjadi kebakaran disebabkan kelalaian dilapangan, bertanggung jawab atas akibatnya, baik yang
berupa barang - arang maupun keselamatan jiwa.

7. Memasuki lapangan dan bangunan proyek


Pemberi Tugas / Pemilik / Pengguna bangunan dan Pengawas atau setiap petugas yang iberi kuasa
olehnya, setiap waktu dapat memasuki tempat pekerjaan, atau semua bengkel dan tempat - tempat
dimana pekerjaan sedang dikerjakan / dipersiapkan atau dimana bahan / barang dibuat. Memberikan
fasilitas dan membantu untuk memasuki tempat – tempat tersebut.

2. Pemeriksaan Pekerjaan

a. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan, tetapi karena bahan / material ataupun
komponen jadi, maupun mutu pekerjaan sendiri ditolak oleh Pengawas / Pemilik / Pengguna harus segera
dihentikan dan selanjutnya dibongkar dalam waktu yang ditetapkan oleh Pengawas / Pemilik.

P a g e | 10
METODE PELAKSANAAN
b. Untuk jenis - jenis pekerjaan yang apabila dikerjakan akan mengakibatkan pada jenis pekerjaan lain yang
tidak dapat diperiksa / tertutup oleh jenis pekerjaan tersebut, maka wajib meminta pada Pengawas secara
tertulis untuk memeriksa bagian pekerjaan yang akan tertutup itu. Setelah pekerjaan yang akan tertutup
tersebut dinyatakan baik, baru diperkenankan melaksanakan pekerjaan selanjutnya atas persetujuan
Pengawas.
c. Apabila permohonan tertulis pemeriksaan tersebut diatas tidak dijawab oleh Pengawas, dalam waktu 2 x
24 jam sejak jam diterimanya permohonan tersebut ( tidak terhitung hari libur resmi ) pekerjaan tersebut
dapat dilanjutkan. Kecuali apabila Konsultan Pengawas meminta perpanjangan waktu pemeriksaan.
d. Apabila ketentuan - ketentuan tersebut di atas dilanggar, maka Pengawas menyuruh bongkar bagian -
bagian yang sudah dikerjakan baik sebagian maupun seluruhnya untuk keperluan pemeriksaan atau
perbaikan.

3. Kemajuan Pekerjaan

a. Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus disediakan demikian pula metode / cara
pelaksanaan pekerjaan harus diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga diterima oleh Pengawas /
Pemilik / Pengguna.
b. Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu menurut penilaian Pengawas
telah terlambat, untuk menjamin penyelesaian pada waktu yang telah ditentukan atau pada waktu yang
diperpanjang, maka Pengawas harus memberikan petunjuk secara tertulis langkah - langkah yang perlu
diambil guna melancarkan laju pekerjaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah
ditentukan.

4. Pemeliharaan Kebersihan dan Kerapihan


a. Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu menjaga & memelihara kebersihan dan kerapihan lokasi pekerjaan.
Menempatkan petugas khusus dan sarana untuk memelihara kebersihan & kerapihan, termasuk
didalamnya sarana toilet ( air bersih dan air kotor
b. Kebersihan lapangan / pembuangan sampah dilakukan sejak dimulainya pekerjaan sampai dengan Serah
Terima II Pekerjaan, menanggung biaya pemeliharaan kebersihan sesuai kesepakatan di lapangan /
proyek.

5. Penyediaan Dokumen pelaksanaan di lapangan.


a. menyediakan 2 set seluruh dokumen pelaksanaan seperti yang disebut dalam buku RKS ini, untuk
masing - masing diletakkan di Kantor /Direksi Keet.
b. Gambar kerja dan perhitungannya harus diserahkan dalam rangkap 4 untuk diperiksa dan disetujui
Pengawas dan Perencana.
c. Pengadaan Mock up terhadap pekerjaan yang diminta oleh Pemberi Tugas / Pengawas harus dapat
dipersiapkan oleh untuk keperluan proyek.

6. JENIS DAN MUTU BAHAN


1. Diutamakan produksi yang disetujui Oleh Perencana / Pemberi Tugas, dan Konsultan Pengawas/Direksi.
2. Uraian jenis dan mutu bahan tersebut harus sesuai dengan Standard yang disyaratkan.

7. MEREK - MEREK DAGANG :

Kecuali ditentukan lain, maka nama-nama atau merek-merek dagang dari bahan yang disebutkan dalam
persyaratan teknis ini untuk maksud-maksud perbandingan terutama dalam hal mutu, model, bentuk, jenis
dan sebagainya, dan hendaknya tidak diartikan sebagai persyaratan (Merek) yang mengikat.
Mengusulkan merek-merek dagang lainnya yang setaraf kepada Konsultan engawas/Direksi. Dalam hal ini
disebutkan 3 (Tiga) merek dagang atau lebih untuk jenis bahan/pekerjaan yang sama, menyediakan salah satu
dari merek dagang sesuai dengan persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi/Konsultan Perencana

P a g e | 11
METODE PELAKSANAAN
BAB – III
KETENTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN

1. KETENTUAN TEKNIS PEMBANGUNAN

1. Semua bahan bangunan yang dipergunakan untuk pekerjaan ini terlebih dahulu harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi, dan disimpan atau ditimbun sedemikian rupa sehingga dapat
dipertanggung jawabkan secara teknis sesuai syarat pengamanan yang berlaku.
2. Penimbunan, penyimpanan dan pengerjaan bahan bangunan tidak boleh dilakukan di luar lapangan.
3. Pengangkutan bahan - bahan bangunan dari luar ke lapangan kerja agar dilaksanakan pada jam-jam
kerja, jika seandainya ada pengiriman bahanbahan pada malam hari, harus seizin Konsultan
Pengawas/Direksi.
4. Proyek yang bersangkutan diatur serta ditertibkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
keindahan dan kebersihan lingkungan sekitar, antara lain dengan penggunaan pagar penutup serta
pengaturan pembuangan bahan sisa.
5. Mentaati ketentuan-ketentuan yang berlaku yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat, Instansi
Pemerintah lain yang berwenang.
6. Setiap pelanggaran terhadap ketentuan di atas akan diambil tindakan sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku, antara lain meninjau kembali izin kerja Kontraktor ataupun penyitaan bahan-bahan
bangunan yang dimaksud.
7. Melaksanakan pekerjaan secara lengkap dengan pembuatannya; antara lain membuat atau menyediakan
segala sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan seperti steger, stoot werk, cetakan dan lain-lain kecuali
yang nyata-nyata disediakan oleh Pemberi Tugas.
8. Pada saat pekerjaan dimulai, Kontraktor dianggap telah mengetahui serta bertanggung jawab atas setiap
ketentuan di atas.

2. PENJELASAN R.K.S. & GAMBAR

1. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) serta Gambar-gambar kerja yang dikeluarkan oleh Konsultan
Perencana adalah satu-satunya Pedoman Dasar Ketentuan pekerjaan pelaksanaan ini.
2. Rencana Kerja dan Syarat-syarat serta Gambar-gambar Kerja beserta seluruh lampirannya tidak
diperkenankan diberikan kepada pihak lain tanpa sepengetahuan dan izin tertulis dari Pemberi Tugas
dan Konsultan Pengawas/Direksi.
3. Rencana Kerja dan Syarat-syarat, Gambar-gambar Kerja serta Gambar-gambar Detail merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan hingga tidak dapat ditafsirkan atau diartikan sendiri-sendiri.
4. Jika terdapat perbedaan antara Rencana Kerja dan Syarat-syarat, Gambar-gambar Kerja serta Gambar-
gambar Detail; maupun perbedaan dengan keadaan di lapangan pada waktu pelaksanaan, maka meminta
pendapat Konsultan Pengawas/Direksi serta melaksanakan keputusan tersebut.
5. Jika selama berlangsungnya pekerjaan ini terjadi perubahan teknis, membuat Gambar Revisi dari
perubahan tersebut untuk dimintakan persetujuan dari Pengawas/Direksi lapangan, Gambar-gambar
revisi tersebut tidak boleh dilaksanakan sebelum disetujui tertulis oleh Konsultan Pengawas/Direksi dan
direksi lapangan.
6. Jika terjadi kekurang jelasan dalam Gambar-gambar Kerja atau Gambar-gambar Detail, membuat
Gambar-gambar Tambahan atas petunjuk dan disahkan oleh Konsultan Pengawas/Direksi. Gambar-
gambar ini akan berlaku sebagai Gambar Pelengkap, sah dan mengikat.

P a g e | 12
METODE PELAKSANAAN
7. Membutuhkan Gambar atau bahan penjelas lainnya melebihi dari yang ditentukan, mengajukan
permintaan secara tertulis pada Konsultan Pengawas/Direksi dengan menyebutkan penggunaanya,
dimana tanpa ada penambahan biaya dari pihak Pemberi Tugas..
8. Klausal Yang Disebutkan, Apabila ada hal-hal yang disebutkan kembali pada bagian/bab/gambar yang
lain maka ini harus diartikan bukan untuk menghilangkan satu terhadap yang lain tetapi malah untuk
lebih menegaskan masalahnya.
9. Kalau terjadi hal yang saling bertentangan antar gambar perencanaan atau terhadap spesifikasi teknis,
maka yang diambil sebagai patokan adalah yang mempunyai dampak bobot teknis dan atau yang
mempunyai bobot biaya yang paling tinggi / Besar terhadap rencana anggaran biaya.

3. SHOP DRAWING

1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang
belum maupun yang sudah tercakup lengkap dalam gambar kerja untuk disetujui pelaksanaannya oleh
Pengawas/Direksi / Perencana.
2. Dalam shop drawing harus jelas dicantuPengawas/Direksian dan digambarkan semua data yang
diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan , keterangan produk ,cara pemasangan dan atau
spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara lengkap
didalam gambar kerja/dokumen kontrak didalam buku ini.
3. Mengajukan 4 (Empat) set shop drawing dan persetujuan material yang dilengkapi dengan 1 (Satu) set
brosur / catalog asli guna disetujui untuk dilaksanakan.
4. Semua Shop Drawing yang pelaksanaannya memerlukan koordinasi dengan Kontraktor lain yang terlibat
akan dikoordinasikan oleh Konsultan Pengawas/Direksi.

4. AS BUILT DRAWING

1. Dokumen gambar terlaksana (as built drawing) ini harus diperiksa dan disetujui oleh Pengawas/Direksi.
2. As built drawing memuat seluruhnya secara detail dari hasil kegiatan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
yang telah dilaksanakan lengkap dengan data, dan keterangan lainnya.
3. As built drawing diserahkan dalam bentuk cetakan dan dijilid sebanyak 3 (Tiga) set.
4. As Built Drawing terdiri dari ;
 2 (set) Set ukuran kertas A3
 5 (Lima) set Fotocopy half size
Diserahkan secara bertahap setelah pekerjaan terlaksana untuk diperiksa dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas/Direksi dan Direksi Lapangan.

5. PEMBUATAN PHOTO PROGRESS

Memberi laporan setiap kegiatan pekerjaan berupa photo progress, dimana pengambilan photo tersebut bisa
menggambarkan dari kegiatan awal sampai dengan selesainya pekerjaan. Dibuat dalam (3) set album,
diperuntukan bagi : Pemberi Tugas & Pengawas/Direksi.

6. KOORDINASI PELAKSANAAN

1. Pada waktu pengadaan dan pemasangan material oleh pihak Supplier / Kontraktor lain, memberi tahukan
kepada Pengawas/Direksi.
2. Apabila terdapat bagian pekerjaan yang pemasangannya harus diselesaikan oleh Kontraktor lain, maka
Kontraktor tersebut wajib menyiapkan / menyerahkan bahan lengkap dengan penjelasan untuk
pemasangannya.
3. Dalam pelaksanaan, koordinasi kerja dengan pekerjaan lain.

7. KUASA PEMBORONG DI LAPANGAN

1. Pengawas/Direksian akan dilaksanakan secara terus menerus selama berlangsungnya pekerjaan.


Menempatkan personil di lapangan sesuai dengan permintaam pemberi tugas yang cukup mampu untuk
melaksanakan tugasnya, serta mengerti dan berpengalaman dalam bidang bangunan atau teknik sesuai

P a g e | 13
METODE PELAKSANAAN
dengan lingkup pekerjaan dan mampu mewakili segala petunjuk Konsultan Pengawas/Direksi untuk
diteruskan pada pelaksananya.
2. Jika ternyata hal tersebut di atas tidak sebagaimana mestinya, maka Konsultan Pengawas/Direksi berhak
meminta pada Kontraktor untuk mengganti Personil lapangan tersebut dengan yang lebih baik.
3. Penempatan personil lapangan adalah SDM yang berkompeten dalam bidangnya dan memliki latar
belakang pendidikan yang setingkat Sarjana Teknik dan telah berpengalaman pada pembuatan proyek
sejenis, sedangkan untuk tenaga teknis pendukung dari masing-masing Jenis Pekerjaan yang memiliki
pendidikan Akademi atau Sekolah Teknik Menengah yang sudah berpengalaman pada bidangnya masing-
masing.

8. PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN

1. Bertanggung jawab sepenuhnya atas keamanan di daerah lapangan kerjanya dari pencurian maupun
pelanggaran-pelanggaranketertiban lain.
2. Menempatkan peralatan pemadam kebakaran yang sesuai dengan lingkup kerjanya serta mengurangi
resiko terjadinya kebakaran pada lapangan dengan peraturan-peraturan dan pengaturanpengaturan tata
kerja dan peralatan kerja.

9. JAMINAN DAN KESEJAHTERAAN BURUH

1. Menyediakan fasilitas - fasilitas kesejahteraan buruh berupa penyediaan air minum, penyediaan tempat
mandi, pemondokan, serta tempat beribadat.
2. Menyediakan fasilitas pengaman kerja, seperti Safety Belt, Safety Shoes, Helm, dan lain-lain.
3. Mengatur fasilitas-fasilitas tersebut termasuk warung atau kios makanan di dalam areal kerjanya dengan
mematuhi syarat-syarat kesehatan, keselamatan, keindahan, kebersihan dan ketertiban.
4. Bertanggung jawab sepenuhnya atas biaya pengobatan ataupun pemakaman dari pekerjanya atau siapapun
yang terlibat langsung pada pekerjaan jika mengalami musibah yang berkaitan dengan pekerjaan ini.

10. P 3 K DAN PEMADAM KEBAKARAN

Pengadaan peralatan-peralatan P 3 K, peralatan pencegahan terhadap bahaya kebakaran dan yang sesuai
dalam anjuran Perusahaan Asuransi terhadap pekerjaan / Proyek yang sedang berjalan.

11. JALAN MASUK DAN JALAN SEMENTARA

Pembuatan jalan masuk / jalan sementara untuk kebutuhan kelancaran proyek, Dari Jalan yang telah ada ke
lokasi proyek harus dibuat oleh kontraktor. Lokasi pembuatan jalan sementara tersebut akan ditunjukan oleh
Konsultan Pengawas/Direksi langsung dilapangan. Memelihara seluruh jalan-jalan yang dilaluinya mulai
masuk dari Jalan Raya sampai ke lokasi. Atas perintah Konsultan Pengawas/Direksi, andai kata Proyek
tersebut telah selesai, jalan - jalan yang rusak yang diakibatkan oleh kendaraan-kendaraan Proyek, harus
diperbaiki kembali sesuai dengan keadaan semula.

12. ALAT-ALAT PELAKSANAAN

Menempatkan peralatan - peralatan kerja yang lengkap serta alat-alat kelancaran pelaksanaan pekerjaan
termasuk pemeliharaan dan memindah-mindahkan dalam lokasi pekerjaan serta mengeluarkan setelah
penyelesaian pekerjaan sebagaimana yang telah dicantuPengawas/Direksian dalam Dokumen Pelelangan
serta mematuhi petunjuk Konsultan Pengawas/Direksi Lapangan yang berkaitan dengan jenis pekerjaan /
proyek tersebut .

13. SYARAT DAN CARA PEMERIKSAAN BAHAN

1. Semua bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan, minimal harus dari jenis dan mutu yang sesuai
dengan kontrak.
2. Semua contoh bahan yang akan digunakan harus diajukan kepada Konsultan Pengawas/Direksi sebanyak
3 set untuk disetujui dan dicantuPengawas/Direksian tanda-tanda.

P a g e | 14
METODE PELAKSANAAN
3. Bilamana Konsultan Pengawas/Direksi menganggap perlu, Kontraktor harus menyediakan surat
keterangan dari Instansi yang ditunjuk (Balai Penelitian Bahan Bahan), dan menjamin bahwa bahan-
bahan yang digunakan telah memenuhi Persyaratan.
4. Semua bahan atau perlengkapan yang akan diolah atau akan dipasang pada bangunan, sebelum
dipergunakan, dibeli atau dikirim jika diperlukan oleh konsultan Pengawas/Direksi harus diuji atau dites,
maka bahan/material yang akan dipakai tersebut harus diperiksa dan dinyatakan lulus dengan hasil baik
oleh laboratorium yang diakui.
5. Segala pembiayaan / ongkos-ongkos pengujian bahan, biaya atas pengujian tersebut adalah tanggung
jawab kami.

14. PEKERJAAN TIDAK BAIK

1. Semua pekerjaan yang dianggap kurang/belum baik dan ditolak oleh Konsultan Pengawas/Direksi karena
tidak sesuai dengan Dokumen Kontrak, akibat disengaja atau tidak oleh Kontraktor, harus segera
diperbaiki dan ditanggung biayanya oleh Kontraktor.
2. Apabila suatu pekerjaan telah ditutup tetapi bertentangan dengan permintaan dan dianggap tidak baik
oleh Konsultan Pengawas/Direksi, maka pekerjaan tersebut harus dibuka/dibongkar untuk diperiksa dan
ditutup kembali atas biaya Kontraktor.
3. Apabila suatu pekerjaan telah ditutup dan Konsultan Pengawas/Direksi tidak secara khusus diminta untuk
memeriksa sebelumnya, dan bila Konsultan Pengawas/Direksi menghendaki pekerjaan tersebut harus
dibuka/dibongkar untuk diperiksa, makan pekerjaan yang dibongkar tersebut harus ditutup kembali tanpa
ada penambahan biaya dari Pihak Pemberi Tugas.
4. Pemasangan dan penggunaan bahan yang tidak sesuai dengan persyaratan, petunjuk dan perintah
Konsultan Pengawas/Direksi atau contoh yang telah disetujui maka bahan tersebut ditolak, dan harus
dibongkar dan dikeluarkan atas perintah Konsultan Pengawas/Direksi dengan segala resiko sepenuhnya,
tanpa ada penambahan biaya dari Pihak Pemberi.

15. PERHITUNGAN ANGGARAN BIAYA PROYEK

1. Semua Resiko Baik mengenai salah hitung terhadap harga maupun jumlah satuan Volume yang diajukan
dan biaya-biaya lain yang tak terduga adalah tetap menjadi tanggung jawab perusahaan kami..
2. Memperhitungkan / mempertimbangkan semua kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dilapangan
dalam pelaksanaannya nanti, yang berhubungan dengan adanya pemborong-pemborong lain (Sub-
Kontrak) untuk pelaksanaan proyek tersebut.
3. Perhitungan Bill of Quantity yang diberikan kepada seluruh peserta lelang sifatnya tidak mengikat, yang
artinya boleh ditambah maupun dikurangi, tergantung dari pada hasil perhitungan terhadap gambar
rencana yang diterima, BQ hanyalah sebagai pedoman / Acuan.
4. Untuk keseragaman dalam penyajian Setiap peserta akan mendapatkan masing-masing satu buah copy
disket lengkap mengenai BQ, bentuk susunan, maupun formatnya tidak boleh dirubah, terkecuali pada
Item : Nama Perusahaan, Tanggal, dan Hal pekerjaan.
5. Andaikata ada penambahan item / Volume pekerjaan yang terlewatkan, hendaklah dibuat dilembar / file
lain Dengan diberi judul : Penambahan Item pekerjaan / BQ.
6. Penambahan tersebut harus disusun / disesuaikan menurut Sub-Sub pekerjaan yang ada pada BQ,
maksudnya untuk mempermudah pada waktu evaluasi pemenang tender nanti.
7. Setelah disket BQ diisi dan dilengkapi menjadi RAB (Penawaran), juga harus dilengkapi / dibuat pada
disket tersebut antara lain file-file sebagai berikut :
a. Daftar Harga Satuan Bahan / Material Lengkap;
b. Daftar Harga Satuan Upah Pekerja Lengkap;
c. Daftar Harga Satuan Alat Yang Disewa lengkap;
d. Daftar Analisa Harga Satuan lengkap.

16. PEKERJAAN TAMBAH KURANG

1. Pekerjaan tambah kurang adalah pekerjaan lain dari yang dimaksudkan dalam RKS dan gambar-gambar,
berupa penambahan, perubahan bentuk, pengurangan dan peniadaan suatu bagian pekerjaan.

P a g e | 15
METODE PELAKSANAAN
2. Suatu pekerjaan hanya dapat dianggap sebagai pekerjaan tambah kurang, apabila ada perintah/
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi ataupun dari Pemberi Tugas. Dan Kontraktor wajib
melaksanakan sejauh bagian pekerjaan yang ada hubungannya dengan ruang lingkup kontrak.
3. Ketidak lengkapan uraian jenis pekerjaan dalam Surat Penawaran tidak dapat dianggap sebagai pekerjaan
tambah kurang apabila jenis pekerjaan tersebut telah disebutkan dalam Dokumen Kontrak atau salah satu
bagian dari padanya.
4. Pekerjaan tambah kurang dinilai atas dasar harga satuan bahan dan upah yang diajukan / tercantum dalam
kontrak. Dalam hal tidak adanya jenis pekerjaan tersebut dalam kontrak, maka harga satuannya dinilai
berdasarkan permufakatan harga analisa satuan pekerjaan, sedangkan keputusan terakhir tetap berada
dipihak Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas/Direksi.
5. Penyusunan Pengajuan Anggran Biaya pekerjaan tambah-kurang, harus dibuat dalam suatu Berita Acara,
dan disyahkan dalam rapat Berkala mingguan, ditanda tangani oleh Pihak Kontraktor dan Konsultan
Pengawas/Direksi.
6. Pembayaran Biaya pekerjaan tambah kurang dilaksakanan setelah penyerahan kedua seluruh pekerjaan,
dan diterima oleh Konsultan Pengawas/Direksi / Pemberi Tugas.

17. PENYERAHAN PEKERJAAN

1. Penyerahan pekerjaan dilakukan 2 (dua) kali yaitu :


a. Serah Terima Kesatu
b. Serah Terima Kedua
2. Serah Terima Kesatu dilakukan setelah seluruh pekerjaan diselesaikan sesuai dengan Dokumen Kontrak
dan telah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi bahwa kewajiban-kewajiban tersebut
dilaksanakan dengan sempurna termasuk penggambaran - penggambaran kembali (as-built-drawing) dari
bagian-bagian pekerjaan. Konsultan Pengawas/Direksi akan memeriksa gambar-gambar tersebut untuk
menyetujui atau mensyaratkan perbaikan. Konsultan Pengawas/Direksi tidak akan mengeluarkan Berita
Acara Penyerahan Kedua jika kewajiban-kewajiban tersebut belum diselesaikan dengan sempurna.

19. PEMELIHARAAN

1. Pemeliharaan meliputi Penyempurnaan pekerjaan-pekerjaan yang dianggap belum sempurna oleh


Konsultan Pengawas/Direksi namun dinilai tidak terlalu penting untuk menunda Serah Terima Kesatu,
2. Penyelesaian pekerjaan-pekerjaan yang dianggap belum selesai oleh Konsultan Pengawas/Direksi namun
dinilai tidak terlalu penting untuk menunda Serah Terima Kesatu.
3. Perbaikan pekerjaan-pekerjaan yang saat Serah Terima Kesatu dinyatakan diterima oleh Konsultan
Pengawas/Direksi, namun dengan persyaratan harus diperbaiki sebelum Serah Terima Kedua,
4. Penyempurnaan, penyelesaian maupun perbaikan pekerjaan-pekerjaan yang baru diketahui
kekurangannya pada saat masa pemeliharaan.

20. Fasilitas dan Pelayanan Pengujian

Pengujian yang dilaksanakan sebagaimana disyaratkan dalam kontrak harus menyediakan tempat kerja,
bahan, fasilitas, pekerja, pelayanan dan pekerjaan lainnya yang diperlukan untuk pemalkasanakn pengujian
yang diperlukan. Melakukan semua pengujian sehubungan dengan pengendalian mutu bahan baku, campuran
dan bahan yang diproses untuk menjamin bahwa bahan-bahan tersebut memenuhi mutu bahan, kepadatan
dari pemadatan. Daftar Peralatan Laboratorium yang digunakan dalam pengujian terhadap pekerjaan ini.

Peraturan dan Rujukan


Standar Nasional Indonesia (SNI), sebagaimana diberikan dalam Spesifikasi ini harus digunakan untuk
pelaksanaan pekerjaan. Dalam segala hal, menggunakan SNI yang relevan atau setara untuk menggantikan
standar-standar lain yang mungkin ditunjukkan dalam Spesifikasi ini. Bilamana standar tersebut tidak
terdapat dalam SNI, menggunakan standar lain yang relevan sebagai pengganti atas perintah Direksi
Pekerjaan.

P a g e | 16
METODE PELAKSANAAN
BAB – IV
MANAJEMEN KONSTRUKSI

Manajemen Konstruksi
Yang dimaksud dengan proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu
dan sumber daya yang terbatas. Sehingga pengertian proyek konstruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu
hasil dalam bentunk bangunan atau infrastruktur. Bangunan ini pada umumnya mencakup pekerjaan pokok yang
termasuk di dalamnya bidang teknik sipil dan arsitektur, juga tidak jarang melibatkan disiplin lain seperti teknik
industri, teknik mesin, elektro dan sebagainya.

Manajemen proyek konstruksi adalah proses penerapan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan
penerapan) secara sistimatis pada suatu proyek dengan menggunkan sumber daya yang ada secara efektif dan
efisien agar tercapai tujuan proyek secara optimal.

Manajemen Konstruksi meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan waktu. manajemen material dan manjemen
tenaga kerja yang akan lebih ditekankan. Hal itu dikarenakan manajemen perencanaan berperan hanya 20% dan
sisanya manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian biaya dan waktu proyek.

Manajemen konstruksi memiliki beberapa fungsi antara lain :


1. Sebagai Quality Control untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan
2. Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi lapangan yang tidak pasti dan mengatasi kendala terbatasnya
waktupelaksanaan
3. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal itu dilakukan dengan opname (laporan)
harian, mingguan dan bulanan
4. Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan terhadap masalah-masalah yang terjadi di
lapangan
5. Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sistem informasi yang baikuntuk menganalisis performa
dilapangan

Tujuan Manajemen Konstruksi

Tujuan Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur pelaksanaan pembangunan
sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan (spesification) untuk keperluan
pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu
pelaksanaan Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu diusahakan pelaksanaanpengawasan mutu ( Quality Control
), pengawasan biaya ( Cost Control ) dan pengawasan waktu pelaksanaan ( Time Control ).

Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap perencanaan, namun dapat juga pada tahap

P a g e | 17
METODE PELAKSANAAN
- tahap lain sesuai dengan tujuan dan kondisi proyek tersebut sehingga konsep MK dapat diterapkan pada tahap -
tahap proyek sebagai berikut :
1. Manajemen Konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek. Pengelolaan proyek dengan sistem MK,
disini mencakup pengelolaan teknis operasional proyek, dalam bentuk masukan - masukan dan atau keputusan
yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi, yang mencakup seluruh tahapan proyek, mulai
dari persiapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penyerahan proyek.
2. Tim MK sudah berperan sejak awal disain, pelelangan dan pelaksanaan proyek selesai, setelah suatu proyek
dinyatakan layak ('feasible ") mulai dari tahap disain.
3. Tim MK akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam penyempurnaan disain sampai proyek selesai,
apabila manajemen konstruksi dilaksanakan setelah tahap disain
4. MK berfungsi sebagai koordinator pengelolaan pelaksanaan dan melaksanakan fungsi pengendalian atau
pengawasan, apabila manajemen konstruksi dilaksanakan mulai tahap pelaksanaan dengan menekankan
pemisahan kontrak - kontrak pelaksanaan untuk kontraktor.

Peranan Manajemen Konstruksi

Peranan MK pada tahapan proyek konstruksi dapat dibagi menjadi :

Agency Construction Manajement (ACM)

Pada sistim ini konsultan manajemen konstruksi mendapat tugas dari pihak pemilik dan berfungsi sebagai
koordinator "penghubung" (interface) antara perancangan dan pelaksanaan serta antar para kontraktor. Konsultan
MK dapat mulai dilibatkan mulai dari fase perencanaan tetapi tidak menjamin waktu penyelesaian proyek, biaya
total serta mutu bangunan. Pihak pemilik mengadakan ikatan kontrak langsung dengan beberapa kontraktor sesuai
dengan paket-paket pekerjaan yang telah disiapkan.

Extended Service Construction Manajemen (ESCM)

Jasa konsultan MK dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak kontraktor. Apabila perencana melakukan
jasa Manajemen Konstruksi, akan terjadi "konflik-kepentingan" karena peninjauan terhadap proses perancangan
tersebut dilakukan oleh konsultan perencana itu sendiri, sehingga hal ini akan menjadi suatu kelemahan pada
sistim ini Pada type yang lain kemungkinan melakukan jasa Manajemen Konstruksi berdasarkan permintaan
Pemilik ESCM/ KONTRAKTOR.

Owner Construction Management (OCM)

Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen konstruksi profesional yang bertanggungjawab
terhadap manajemen proyek yang dilaksanakan

Guaranted Maximum Price Construction Management (GMPCM)

Konsultan ini bertindak lebih kearah kontraktor umum daripada sebagai wakil pemilik. Disini konsultan GMPCM
tidak melakukan pekerjaan konstruksi tetapi bertanggungjawab kepada pemilik mengenai waktu, biaya dan mutu.
Jadi dalam Surat Perjanjian Kerja/ Kontrak konsultan GMPCM tipe ini bertindak sebagai pemberi kerja terhadap
para kontraktor (sub kontraktor).

P a g e | 18
METODE PELAKSANAAN
BAB – V
TAHAPAN DAN URAIAN PEKERJAAN

BAGIAN PERTAMA
PEKERJAAN PERSIAPAN

1. PERSIAPAN ADMINISTRASI & LAPANGAN

A. ADMINISTRASI

1. Perijinan (Izin Mulai Kerja)


2. Penyiapan Buku Direksi, Buku ijin pelaksanaan, Form Lapangan (Lap.Harian, Lap.Mingguan)
3. Koordinasi dengan Pengguna Jasa dan Direksi (Pengawas) dan Pree Construction Meeting (PCM)

Dokumentasi Pengadministrasian

Dokumentasi tersebut sangat relevan untuk diingat ketika kita memimpin suatu proyek. Salah satu tugas
penting seorang manajer proyek adalah mempersiapkan dokumentasi. Tanpa dokumentasi yang memadai,
proyek akan terbengkalai. Kebutuhan dokumentasi akan berubah seiring dengan kemajuan pelaksanaan
proyek. Pada tahap persiapan (initiation), kita memerlukan dokumen yang menguraikan tujuan,
batasan dan syarat-syarat / kriteria keberhasilan proyek. Salah satu dokumen penting dalam tahap ini
adalah Project Charter. Setelah tahap persiapan dilalui, kita masuk pada tahapan perencanaan (planning).

Manajer proyek beserta tim, mulai melakukan pendalaman akan hasil akhir yang diinginkan serta langkah-
langkah untuk mewujudkan hasil akhir tersebut. Dokumen tersebut akan berisi hal-hal seperti :
(1) Definisi produk atau jasa yang dihasilkan proyek (project delivarables)
(2) daftar aktifitas untuk menghasilkan project deliverables, urutan pelaksanaan dan durasi untuk setiap
aktifitas (project schedules)
(3) rencana sumber daya yang dibutuhkan, perkiraan biaya, dan alokasi sumber daya ke setiap aktifitas
(project cost management).
(4) Tingkat kualitas project deliverables yang dikehendaki, langkah-langkah untuk menjamin kualitas dan
rencana untuk pengendalian kualitas.

Dokumen perencanaan itu biasanya disebut dengan Project Plan.

Selain tentang project scope, schedule, cost dan quality, project plan juga mengandung informasi tentang
struktur organisasi tim proyek (human resources), rencana komunikasi tim dan progress report (project

P a g e | 19
METODE PELAKSANAAN
communication), daftar resiko dan menanggulangannya (project risk) dan rencana kerjasama dengan
vendor untuk pengadaan barang/jasa (project procurement).

Ketika proyek memasuki tahap pelaksanaan (execution), terdapat dua jalur dokumentasi.
1. Jalur pertama adalah untuk melaksanakan project tracking – yaitu memantau kemajuan proyek apakah
ada simpangan dari rencana yang telah ditetapkan, sehingga kita dapat menjaga agar proyek tetap `on
the right track' (controlling). Dokumen yang biasa digunakan untuk ini adalah Dokumen Project
Progress Report. Jalur kedua adalah untuk melacak keputusan dan dampaknya terhadap pelaksanaan
proyek.
2. Jalur kedua ini, Lesson Learned Document tentang : Bagaimana kita memetik pengalaman dari masalah
dan peluang yang dihadapi? Apa keputusan, ketika menghadapinya , Bagaimana cara kita memutuskan ?
Solusi apa yang dihasilkan? Bagaimana kita tahu kalau solusi yang dipilih itu akan berhasil?

Dua jalur dokumen harus tetap dipertahankan walaupun intensitas proyek menurun. Hal ini penting karena,
(1) kita perlumendokumentasi proses yang berlangsung selama proyek dan pelajaran yang telah didapat,
baik untuk kemajuan pribadi maupun untuk dibagi dengan orang lain.
(2) lota perlu dokumen untuk mencatat berbagai perubahan yang terjadi – baik dari sisi lingkup kerja,
waktu, biaya maupun kualitas. Sebagai manajer proyek, tidak hanya sekedar pemimpin tim proyek,
dalam porsi tertentu, berperan sebagai manajer operasional perusahaan. Karena itu, dalam hal
dokumentasi ada beberapa kiat yang diperhatikan :
 Jenis dokumen yang harus dipelihara secara berkala – arsip karyawan,dokumen kontrak, pesanan
pembelian, anggaran, actual cost dan sebagainya.
 Dokumen (document retention). Sebagian dokumentasi hanya digunakan selama proyek
berlangsung seperti notulen rapat tim dan lain-lain. Dan ada yang digunakan terus walaupun
proyek telah usai seperti peta proses, standard operating procedure baru, kode hasil revisi dan lain-
lain. Dokumentasi jenis pertama, dapat dibuat dalam format yang menurut kita terbaik, akan tetapi
untuk dokumentasi kedua, kita perlu memikirkan kebutuhan dan standard yang dimiliki/dipahami
oleh Pengguna Jasa.

Dokumentasi Foto Proyek

1. Membuat foto kegiatan yang termasuk dalam laporan proyek sesuai dengan kemajuan pekerjaan
meliputi tiga phase (pada saat 0 %, 50 % dan 100 %), dipotret pada 4 titik pada setiap profil tahapan
pekerjaan. Pemotretan dilakukan pada titik pengambilan dan arah yang sama, disusun dalam album,
dibuat tiga rangkap, dilengkapi dengan keterangan gambar foto dan gambar titik Pengambilan/
pemotretan pada sket/situasi lapangan atau denah bangunan.
2. Jenis dan mutu barang yang dipakai adalah foto berwarna, ukuran postcard dan dicetak jelas.
3. Foto-foto tersebut dilampirkan pada waktu mengajukan tagihan pembayaran/ termyn sesuai dengan
tahapnya.
4. Untuk keperluan dokumentasi pelaksanaan pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan diwajibkan membuat foto
yang menunjukan proses dan kemajuan pekerjaan :
a) Keadaan lapangan sebelum pekerjaan dimulai.
b) Keadaan lapangan pada saat pekerjaan persiapan
c) Keadaan lapangan pada saat setiap tahapan pekerjaan
d) Keadaan lapangan tiap - tiap minggu / bulan
e) Keadaan lain-lain menurut kebutuhan Konsultan Perencana.

5. Foto harus berwarna, ukuran 4R atau 5R sebanyak 4 set, berikut negativenya. Pembuatan foto
menggunakan foto digital dan atas ijin atau permintaan pemberi tugas, Konsultan Pengawas / MK
6. Seluruh biaya pembuatan foto dokumentasi berikut albumnya menjadi tanggung jawab Pelaksana
Pekerjaan & dilakukan sampai penyerahan pertama.

7. Untuk Foto Kegiatan, diperlukan:

Bahan ;
Roll Film

P a g e | 20
METODE PELAKSANAAN
Bateray
Album Foto

Tenaga Kerja ;
Personil Kerja

Peralatan ;
Kamera

2.

4. PAPAN NAMA PROYEK

 Pembuatan dan Pemasangan papan nama kegiatan dengan bentuk, ukuran, isi tulisan dan warna harus
dibuat sesuai sesuai ketentuan, sebagai berikut :
 Papan nama dibuat dari bahan multiplek tebal 4 mm, panjang 240 cm, lebar 120 cm, dengan tiang
kaso ukuran 5 x 7.
 Jenis tulisan memakai huruf, tulisan dan garis warna hitam.
 Untuk Kegiatan Dana Pembangunan Provinsi seluruh bagain dasar (A & B) warna Putih.
 Untuk Kegiatan Dana Daerah lainnya dasar Bagian (A) warna Putih dan dasar bagian (B) warna
orange.
 Penempatan Papan Nama Kegiatan, di dalam lokasi kegiatan pada tempat yang mudah terlihat umum
dan dipasang saat mulainya pelaksanaan pekerjaan
 Papan Nama Kegiatan tersebut dicabut setelah penyerahan kedua (Final Hand Over/ FHO).

Pembuatan Papan Nama Kegiatan, diperlukan:

Bahan ;
1. Triplek tebal 3 mm
2. Kayu Meranti uk.2x30x400 cm
3. Paku
4. Cat Warna (kayu) glotex
5. Beton tanpa tulang 1pc : 3psr : 5krl
Material No. 5 ( Pasir Beton, Semen (PC), Koral Beton/Split, Air Bersih)

Tenaga Kerja ;
1. Pekerja
2. Tukang
3. Mandor

Peralatan Kerja :
1. Gergaji kayu
2. Palu Martil
3. Penggaris
4. Pensil
5. Kuas
6. Meteran
7. Waterpass /lot
8. Benang
9. Cangkul
10. Ember
11. Sendok Semen
12. Dan peralatan bantu lainnya

P a g e | 21
METODE PELAKSANAAN
5. DIREKSI KEET

 Membangun, menyediakan, memelihara dan menjaga kantor proyek / Direksi Keet yang cocok dan
memenuhi kebutuhan proyek untuk pengelolaan dan pengawasan proyek selama berlangsungnya
pekerjaan dengan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
 Pada saat selesainya Kontrak semua bangunan/ kantor darurat tersebut harus dibongkar atau dibersihkan
dari lokasi.
 Mentaati semua peraturan-peraturan Nasional maupun Daerah.
 Kantor dan fasilitasnya harus ditempatkan sesuai dengan Lokasi Umum dan Denah Lapangan yang telah
disetujui dan merupakan bagian dari Program, dimana penempatannya harus diusahakan sedekat
mungkin dengan daerah kerja (site) dan telah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan dan
dilengkapi obat-obatan P3Kserta memenuhi syarat kesehatan.
 Bangunan untuk kantor dan fasilitasnya harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga terbebas dari
polusi yang dihasilkan oleh kegiatan pelaksanaan.
 Bangunan yang dibuat harus mempunyai kekuatan struktural yang baik, tahan cuaca, dan elevasi lantai
yang lebih tinggi dari tanah di sekitarnya, semua jenis bahan dan peralatan yang dipakai tidak diijinkan
menggunakan bahan/ barang bekas pakai.
 Bangunan untuk penyimpanan bahan harus diberi bahan pelindung yang cocok sehingga bahan-bahan
yang disimpan tidak akan mengalami kerusakan.
 Menyediakan gudang untuk penyimpanan material yang cukup memenuhi syarat agar material-material
yang tersimpan tidak lekas rusak dan dilengkapi alat-alat pemadam kebakaran/ tabung apar (alat
pemadam api ringan)
 Kantor lapangan dan gudang sementara harus didirikan diatas pondasi yang mantap dan dilengkapi
dengan penghubung dengan untuk pelayanan utilitas.
 Lahan untuk kantor lapangan dan semacamnya harus ditimbun dan diratakan sehingga layak untuk
ditempati bangunan, bebas dari genangan air, diberi pagar keliling, dan dilengkapi minimum dengan
jalan masuk dari kerikil serta tempat parkir.
 Mengadakan penjagaan keamanan, personil maupun material selama kegiatan berlangsung.
 Bangunan yang diuraikan dalam pembangunan ini akan dibayar menurut pembayaran Lump Sum sesuai
yang tertera dalam penawaran RAB, sedangkan untuk Mobilisasi dimana dianggap kompensasi penuh
untuk pembuatan, penyediaan, pelayanan, pemeliharaan, pembersihan dan pembongkaran semua
bangunan tersebut setelah Pekerjaan selesai.

Kelengkapan Kantor Dan Fasilitas

Menyediakan akomodasi dan fasilitas kantor yang cocok dan memenuhi kebutuhan proyek selama
kelangsungan pelaksanaan pekerjaan yang terdiri dari:
1. Meja dengan kursinya.
2. 1 set meja dan kursi tamu.
3. Lemari/ rak untuk penyimpanan dokumen-dokumen.
4. Papan tulis beserta pelengkapannya.
5. Panel untuk gambar.
6. Lemari Obat-obatan dan P3K
7. Gambar kerja sesuai dengan lokasi lingkup kerja.

Kantor Direksi keet dibuat dengan ukuran panjang 6 m dan lebar 6 m, dengan jenis dan mutu bahan dipakai
adalah sebagai berikut :
a) Atap : Seng gelombang
b) Dinding : Papan triplek
c) Rangka : Kayu borneo
d) Lantai : Beton dengan tebal 6 cm ad. 1 pc : 3 pasir : 5 split
e) Jendela : Kaca nako
f) Pintu : rangka kayu borneo
g) Peralatan : disesuaikan dengan kebutuhan kantor kerja

P a g e | 22
METODE PELAKSANAAN
Tenaga Kerja :
1. Pekerja
2. Tukang
3. Mandor

Peralatan Kerja :
1. Gergaji kayu
2. Palu/Martil
3. Pensil
4. Kuas
5. Meteran
6. Waterpass /lot
7. Benang
8. Cangkur
9. Ember
10.Sendok Semen
11. Dan peralatan bantu lainnya

PEMBUATAN GUDANG MATERIAL DAN ALAT-ALAT


 Bedeng Buruh/los kerja, gudang bahan dan alat-alat kerja sesuai kebutuhan Pelaksana Pekerjaan uk. 5x6
(30 m2).
 Bedeng Buruh/los kerja, gudang bahan dan alat-alat kerjamerupakan bangunan sementara dengan
konstruksi utama memakai kayu meranti atau sejenisnya. Penutup atap memakai asbes gelombang,
dinding ditutup multiplex 4mm, rangka kayu borneo 5/7, 5/10 cm diserut halus. Penutup dinding dan
rangka harus difinish cat tembok, plafond memakai triplex 4mm finish cat. Daun pintu dilapis triplex
finish cat, jendela memakai kaca polos, lantai difloor.
 Dengan tidak mengabaikan keamanan, kebersihan, dan bahaya kebakaran, serta dilengkapi tabung
pemadam kebakaran serta perlengkapan K3.
 Los kerja dibuat batas pemisah terhadap gudang material/alat-alat kerja.
 Khusus untuk tempat bahan - bahan seperti pasir pasang, pasir beton, split, harus dibuatkan kotak simpan
yang dibatasi dengan papan yang cukup rapat dan kuat, sehingga masing - masing bahan tidak tercampur.
 Alas lantai untuk gudang semen, harus dinaikkan setinggi 30cm atau lebih, memakai kayu lapis atau
lainnya, rangka dibuat sedemikian rupa supaya kuat.
 Lokasi Bedeng Buruh/los kerja, gudang bahan dan alat-alat kerja atas persetujuan Konsultan Pengawas
terlebih dahulu.

6. KEAMANAN PROYEK

Menempatkan 4 (dua) orang keamanan proyek yang terbagi dalam 2 (dua) Shif, yaitu :
Shif 1 : 2 (dua) orang yang bertugas dari Jam 08.00 – 18.00 WIB
Shif 2 : 2 (dua) orang yang bertugas dari Jam 18.01 – 07.59 WIB

Tugas Petugas keamanan adalah :


1. Mengatur keluar masuk kendaraan
2. Menjaga Keamanan Para Personil/Tenaga, Bahan & Peralatan
3. Menjaga Kendaraan Proyek

7. PEMBERSIHAN LOKASI

Selama periode pelaksanaan pekerjaan, memelihara Pekerjaan bebas dari akumulasi sisa bahan bangunan,
kotoran dan sampah, yang diakibatkan oleh operasi pelaksanaan. Pada saat selesainya Pekerjaan, semua sisa
bahan bangunan dan bahan-bahan tak terpakai, sampah, perlengkapan, peralatan dan mesin-mesin harus
disingkirkan, seluruh permukaan terekspos yang Nampak harus dibersihkan dan proyek ditinggal dalam
kondisi siap pakai dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.

P a g e | 23
METODE PELAKSANAAN
Pembersihan Selama Pelaksanaan
 Melakukan pembersihan secara teratur untuk menjamin bahwa tempat kerja, struktur, kantor sementara,
tempat hunian dipelihara bebas dari akumulasi sisa bahan bangunan, sampah dan kotoran lainnya yang
diakibatkan oleh operasi-operasi ditempat kerja dan memelihara tempat kerja dalam kondisi rapi dan bersih
setiap saat.
 Menjamin bahwa sistem drainase terpelihara dan bebas dari kotoran dan bahan yang lepas dan berada
dalam kondisi operasional pada setiap saat.
 Menjamin bahwa rumput yang tumbuh pada berm lama atau yang barudikerjakan dan pada talud samping
dipangkas dan dipelihara sedemikian rupa sehingga ketinggiannya maksimum 3 cm.
 Menjamin bahwa rambu jalan dan sejenisnya dibersihkan secara teratur agar bebas dari kotoran dan bahan
lainnya.
 Menyediakan drum di lapangan untuk menampung sisa bahan bangunan, kotoran dan sampah sebelum
dibuang.
 Membuang sisa bahan bangunan, kotoran dan sampah di tempat yang telah ditentukan sesuai dengan
Peraturan Pusat maupun Daerah dan Undang-undang Pencemaran Lingkungan yang berlaku.

Pembersihan Akhir
 Pada saat penyelesaian Pekerjaan, tempat kerja harus ditinggal dalam keadaan bersih dan siap untuk
dipakai Pemilik. mengembalikan bagian-bagian dari tempat kerja yang tidak diperuntukkan dalam
Dokumen Kontrak ke kondisi semula.
 Pada saat pembersihan akhir, semua pekerjaan struktur saluran harus diperiksa ulang untuk mengetahui
kerusakan fisik yang mungkin ditemukan sebelum pembersihan akhir. Lokasi yang diperkeras di tempat
kerja dan semua lokasi diperkeras untuk umum yang bersebelahan langsung dengan tempat kerja harus
disikat sampai bersih.
 Permukaan lainnya harus digaru sampai bersih dan semua kotoran yang terkumpul kemudian dibuang.

P a g e | 24
METODE PELAKSANAAN
DIVISI 1. UMUM

 Manajemen Dan Keselamatan Lalu Lintas


Dalam melaksanakan pekerjaan Peningkatan Jalan setiap tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan mulai dari awal.
Pelaksanaan Pekerjaan sampai dengan akhir kegiatan di lapangan diusahakan tidak mengganggu arus lalu lintas.
Aktifitas arus lalu lintas yang terhambat akibat adanya kegiatan proyek akan merugikan pengguna jalan raya.
 Menyiapkan perlengkapan keselamatan jalan selama periode kontruksi sesuai ketentuan.

 Membuat rencana kerja manajemen lalu lintas sesuai schedule pekerjaan dan koordinasikan dengan seluruh
personil yang terkait.

 Mengatur secara tepat jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan di lapangan.

 Memasang rambu-rambu di sekitar lokasi pekerjaan, dan menempatkannya secara tepat dan benar.

 Menempatkan petugas pengatur lalu lintas untuk mengatur dan mengarahkan arus lalu lintas.

Peralatan Keselamatan Lalu Lintas


 Rambu penghalang lalu lintas jenis plastik

 Rambu peringatan

 Peralatan komunikasi dan lainnya

Tenaga yang terdiri dari:


 Pekerja

 Koordinator

 Pada saat pekerjaan, rambu-rambu diletakkan sepanjang daerah galian, tujuannya agar lalu lintas tidak masuk atau
terperosok ke dalam daerah galian. Rambu-rambu yang dipasang haruslah mempunyai cat dengan pantulan
cahaya, guna menghindari kecelakaan di malam hari.

MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

MOBILISASI

P a g e | 25
METODE PELAKSANAAN
1. Cakupan kegiatan mobilisasi yang diperlukan, tergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang harus
dilaksanakan, sebagaimana disyaratkan dibagian-bagian lain dari Dokumen Kontrak dan secara umum
harus memenuhi berikut :
2. Mobilisasi semua staf pelaksana dan pekerja yang diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian
pekerjaan dalam Kontrak.
3. Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang tercantum dalam Penawaran,
dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan dimana peralatan tersebut akan digunakan menurut kontrak ini.
4. Pemeliharaan base camp, termasuk kantor lapangan, tempat tinggal, bengkel, gudang dan sebagainya.
5. Ketentuan mobilisasi Kantor Lapangan dan Fasilitasnya untuk Direksi Pekerjaan, dimana kebutuhan ini
menjadi tanggung jawab kami.
6. Ketentuan mobilisasi Fasilitas Pengendalian Mutu Penyediaan dan pemeliharaan laboratorium lapangan
harus memenuhi ketentuan yang disyaratkan oleh Direksi Pekerjaan bersama dengan peralatan
laboratorium lapangan.
7. Kegiatan Demobilisasi untuk semua Pembongkaran tempat kerja pada saat akhir Kontrak, termasuk
pemindahan semua instalasi, peralatan dan perlengkapan dari tanah milik Pemerintah dan pengembalian
kondisi tempat kerja menjadi kondisi seperti semula sebelum pekerjaan dimulai.
8. Menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan suatu program mobilisasi menurut detil dan waktu yang
disyaratkan dalam Spesifikasi ini. Bilamana perkuatan jembatan lama atau pembuatan jembatan darurat
atau pembuatan timbunan darurat pada jalan yang berdekatan dengan proyek, diperlukan untuk
memperlancar pengangkutan peralatan, instalasi atau bahan milik Kontraktor, detil pekerjaan darurat ini
juga harus diserahkan bersama dengan program mobilisasi sesuai dengan ketentuan Spesifikasi ini.

9. Program mobilisasi, waktu harus ditetapkan untuk semua kegiatan mobilisasi yang disyaratkan dalam
Pasal ini dan harus mencakup informasi tambahan berikut :
a. Lokasi base camp dengan denah lokasi umum dan denah detil di lapangan yang menunjukkan lokasi
kantor Kontraktor, gudang dan instalasi laboratorium
b. Jadwal pengiriman peralatan yang menunjukkan lokasi asal dari semua peralatan tercantum dalam
Daftar Peralatan, bersama dengan usulan cara pengangkutan dan jadwal kedatangan peralatan di
lapangan.
c. Setiap perubahan pada peralatan maupun personil yang diusulkan harus memperoleh persetujuan dari
Direski Pekerjaan.
d. Suatu daftar detil yang menunjukkan struktur yang memerlukan perkuatan agar aman dilewati alat-alat
berat, usulan metode pelaksanaan dan jadwal tanggal mulai dan tanggal selesai untuk perkuatan setiap
struktur.
e. Suatu jadwal kemajuan yang lengkap dalam format bagan balok (bar chart) yang menunjukkan tiap
kegiatan mobilisasi utama dan suatu kurva kemajuan untuk menyatakan persentase kemajuan
mobilisasi

DEMOBILISASI

DEMOBILISASI ;

Demobilisasi dilaksanakan sesudah pelaksanaan, yang meliputi :


1. Demobilisasi tenaga kerja
2. Demobilisasi peralatan utama maupun penunjang
3. Demobilisasi bahan/material

Demobilisasi Tenaga kerja, Peralatan & material dilaksanakan setelah pekerjaan sudah selesai
dilaksanakan secara bertahap dimana tidak dibutuhkan lagi dilapangan untuk pelaksanaan pekerjaan,
harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi terkait.

Untuk Mobilisasi dan Demobilisasi, diperlukan:

Tenaga Kerja ;
Supir dan Kernet

P a g e | 26
METODE PELAKSANAAN
Peralatan ;
1. Truck Kap
2. Dump Truck kap
3. Pick Up
4. Minibus (Pengangkut Para Personil & Tenaga Kerja)

DIVISI 2. DRAINASE

Galian Untuk Selokan Drainase Dan Saluran Air / Cuttingan


Pekerjaan tersebut dikerjakan sesuai gambar rencana menggunakan alat mekanis, Excavator, dump truck.
Pekerjaan Galian ini dilaksanakan setelah hasil pengukuran dan rekayasa lapangan selesai dilaksanakan dan sesuai
dengan shop drawing. Hasil galian diangkut keluar lokasi pekerjaan dengan menggunakan dump truck ke lokasi
yang telah ditentukan
Penggalian, penimbunan tanah (dengan tidak memakai alat maupun memakai alat) untuk konstruksi
drainase dibentuk sedemikian rupa baik bentuk, ukuran dan dimensi dari saluran baru maupun saluran lama yang
disesuaikan dengan gambar kerja dengan memenuhi kelandaian air mengalir bebas tanpa tergenang. Tanah hasil
galian dibuang dan diratakan ditempat yang ditunjuk oleh direksi untuk mencegah terjadinya dampak lingkungan
yang mungkin terjadi.

Pasangan Batu dengan Mortar


Pasangan batu dengan mortar mencakup pelapisan sisi kanan dan kiri saluran serta dasar saluran, baik
bentuk, ukuran, garis ketinggian dan dimensi mengacu kepada gambar kerja dan cara kerja mengacu kepada RKS
dari pekerjaan ini. Pada sisi saluran dibuat pengaliran air dari pipa dengan membubuhi ijuk pada bagian sisi dalam
pipa. Pemasangan dengan manual dan menggunakan alat bantu secukupnya. Sedangkan untuk pengadukan mortal
dengan menggunakan alat Concrete Mixer. Pemasangan batu harus dimulai dari dasar saluran menuju keatas
permukaan sampai rata dengan ketinggian tidak melebihi permukaan bahu jalan agar drainase lancar dan bahu
tidak tergerus oleh aliran air. Batu dipasang satu persatu dengan ketebalan spesi ± 3 cm dengan tetap
mempertahankan tegak lurus terhadap diding saluran. Sedangkan untuk lantai saluran agar tidak terjadi sendimen /
air tergenang tetap mempertahankan kelandaian air bebas mengalir.

Bahan – bahan yang dibutuhkan.


 Batu : Batu yang digunakan terdiri dari batu alam yang tidak bulat, keras, awet, padat, tahan terhadap udara
dan air (Mutu dan ukurannya dengan persetujuan Direksi).
 Pasir : Pasir yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat Spesifikasi.
Pasir yang dipakai dapat berupa pasir alam, atau pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu. Pasir
harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan mempunyai gradasi yang baik, tidak porous cukup syarat
kekerasannya. Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% ditentukan terhadap berat kering.
 Semen : Portland sement yang digunakan adalah jenis-jenis yang memenuhi ketentuan-ketentuan dalam N1-1
atau menurut standart Portland semen yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia. Semen yang digunakan
harus berkualitas baik dan pada saat digunakan harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras), Untuk
menjaga mutu semen,cara penyimpanan harus mengikuti syarat-syarat penyimpangan bahan tersebut, dengan
membuat gudang khusus dan memakai lantai papan di bagian bawah.

P a g e | 27
METODE PELAKSANAAN
 Air : Yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat Spesifikasi pekerjaan ini, Air tawar yang dipakai harus
bersih, tidak mengandung minyak, asam alkali bahan-bahan organis dan bahan-bahan lain yang dapat menurunkan
mutu beton/ mortar

 Gorong-gorong Pipa Beton Bertulang, diameter dalam 35 - 45 cm dan diameter 55 - 65 cm


Gorong-gorong adalah bangunan pelengkap dari suatu sistem drainase yang dibuat akibat adanya persimpangan
antara saluran drainase dengan jalan.
Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Gorong-gorong adalah sebagai berikut:
1. Pada lokasi rencana penempatan gorong-gorong yang tertutup perkerasan aspal diperlukan Pemotongan
permukaan aspal dengan menggunakan Asphalt Cutter.
2. Penggalian dilakukan dengan menggunakan alat Excavator dan secara manual oleh pekerja dengan
menggunakan peralatan seperti; cangkul, sekop, ganco ,linggis dan peralatan lainnya yang diperlukan.
3. Kedalaman galian harus sesuai dengan gambar rencana atau sesuai dengan petunjuk direksi pekerjaan.
4. Pada lokasi penggalian perlu dipasang rambu peringatan agar tidak membahayakan pengguna jalan.
5. Pembuatan lantai kerja dari beton mutu rendah.
6. Ketebalan lantai kerja sesuai dengan gambar rencana atau sesuai dengan petunjuk direksi pekerjaan.
7. Setelah satu atau dua hari gorong-gorong pipa dipasang dan disambung dengan cincin penyambung dari
beton.
8. Pembuatan dinding sayap dan tembok kepala dari pasangan batu atau beton bertulang seperti yang
ditunjukkan gambar rencana atau sesuai petunjuk direksi pekerjaan.
9. Timbunan dilakukan dengan material hasil galian atau dengan material lain yang disetujui direksi pekerjaan
dan kemudian dipadatkan dengan alat Combination Vibratory Roller.
Pelaksanaan pekerjaan gorong – gorong dikerjakan tidak langsung secara keseluruhan melainkan bertahap dari
satu sisi, setelah selesai baru dilanjutkan sisi lainnya. Hal ini dimaksudkan agar ruas jalan masih bisa dilewati,
tidak ditutup secara total.

Beton Mutu Sedang fc’20 Mpa


Sebelum melakukan pekerjaan, terlebih dahulu ditunjukkan semen usulan agregat dan campuran yang memadai
berdasarkan hasil pengujian material dan campuran di laboratorium berdasarkan kuat beton untuk umut 7 dan 28
hari, atau umur yang lain yang telah ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, yang tertuang secara berurutan sesuai
dalam spesifikasi teknik.
Proporsi bahan dan berat penakaran hasil perhitungan harus memenuhi criteria teknis utama, yaitu kelecakan
(Workability), kekuatan (Straigth), dan keawetan (Durability). Penyedia jasa akan membuat gambar detil untuk
seluruh perancah yang akan digunakan, dan memperoleh persetujuan direksi pekerjaan sebelum setiap pekerjaan
perancah dimulai.
A. Tahap pelaksanaan:
- Bahan-bahan untuk campuran beton (semen, pasir, aggregat kasar dan air)
- Material (pasir, semen, aggregat kasar) pencampuran dilakukan menggunakan concerete pan mixer.
- Bersihkan lantai kerja, selanjutnya pasang pembesian dan bekisting. Pembesian, bekisting dan benda-benda
lain (pipa) yang dimasukkan ke dalam beton harus diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
- Adukan beton menggunakan concerete mixer dan dituang ke dalam cetakan.
- Padatkan adukan beton secara merata menggunakan Concerete Vibrator.
- Permukaan beton dibentuk dan diratakan perlahan-lahan menggunakan Towel dan dilanjutkan
menggunakan mistar lurus sampai permukaan menjadi rata dan halus.
- Perawatan dilakukan dengan menutupi permukaan beton menggunakan karung basah.

P a g e | 28
METODE PELAKSANAAN
- Setelah minimal 12 jam pada saat pengecoran bekisting dibongkar.
B. Tenaga:
- Pekerja Biasa
- Tukang
- Mandor
C. Bahan:
- Semen
- Pasir Beton
- Agregat Kasar
- Bekisting
- Paku
D. Peralatan:
- Batching Plant
- Truck Mixer
- Conc. Vibrator
- Water Tanker
- Alat Bantu

Baja Tulangan untuk struktur drainase beton minor

Pemakaian Tenaga Kerja : Pekerja, Tukang, Mandor


Pemakaian Bahan : Baja Tulangan, Kawat Beton
Pemakaian Alat : Alat Bantu
Prosedur Pelaksanaan
Pembengkokan :
 Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja tulangan dibengkokkan secara dingin dan
sesuai dengan prosedur ACI 315, menggunakan batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan,
bengkokanbengkokan atau kerusakan. Bila pembengkokan secara panas di lapangan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, tindakan pengamanan harus diambil untuk menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja tidak terlalu berubah
banyak.
 Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar harus dibengkokkan dengan mesin pembengkok.
Penempatan dan Pengikatan :
 Tulangan ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan dengan kebutuhan selimut beton minimum yang
disyaratkan atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
 Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga tidak tergeser pada saat
pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat (stirrup) terhadap tulangan baja tarik utama tidak
diperkenankan.
Spesifikasi Teknis :
a) Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang sesuai dengan Gambar
b) Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan pelat, anyaman tulangan yang di las yang
memenuhi AASHTO M55 dapat digunakan.

P a g e | 29
METODE PELAKSANAAN
DIVISI 3. PEKERJAAN TANAH

Galian Biasa
Meliputi pekerjaan galian yang mana setelah dilakukan bouplank tanah digali sesuai dengan gambar kerja. Untuk
pekerjaan galian tanah menggunakan excavator dan tanah hasil galian di buang atau ditempatkan dengan alat
angkut berupa dump truk dan ditempatkan di tempat yang tidak mengganggu jalanya lalu lintas dan proses
kegiatan proyek. Area penggalian sebelumnya dipetakan terlebih dahulu sesuai dengan perhitungan rekayasa
lapangan dan diberi tanda agar tidak terjadi kesalahan area pada saat melaksanakan pekerjaan.
a. Setelah hasil pengukuran dan hasil pengujian tanah serta usulan shop drawings termasuk di dalamnya sistem
pengendalian lalu lintas disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka pekerjaan tanah untuk pondasi pelebaran jalan
dapat dimulai dengan terlebih dahulu melakukan pekerjaan pembersihan dan pengupasan top soils.
b. Tanah digali dengan excavator dengan ukuran dan kedalaman sesuai gambar kerja yang disetujui.
c. Material hasil galian tanah termasuk hasil pembersihan dan pengupasan top soils ini akan dibuang ke lokasi
pembuangan yang telah disiapkan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
d. Setelah dimensi dan elevasi galian pada pelebaran jalan tercapai sesuai dimensi dan elevasi rencana, makaakan
dilakukan penyiapan dan pemadatan badan jalan (subgrade) pada lokasi galian tersebut.

Penyiapan Badan Jalan


Penyiapan badan jalan pada pekerjaan pelebaran jalan meliputi pekerjaan pembersihan, pembentukan tanah dasar agar
elevasinya sesuai dengan yang ditunjukkan gambar rencana atau sesuai dengan petunjuk direksi pekerjaan,
dan termasuk pekerjaan pemadatan tanah dasar.
Tahapan pekerjaan penyiapan badan jalan yaitu:
• Pembersihan lokasi pekerjaan dari material yang dapat menggangu pekerjaan seperti semak-semak, pepohonan,
batu besar, dan material lainnya.
• Pekerjaan galian yang diperlukan baik dengan menggunakan alat berat maupun dengan cara manual untuk
membentuk tanah dasar sesuai Gambar atau sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan
• Pemadatan Tanah dasar dilakukan dengan menggunakan alat vibrator roller atau menggunakan Combination
Vibrator Roller pada daerah pelebaran yg tidak terlalu luas atau tidak memungkinkan pengunaan vibrator roller.

P a g e | 30
METODE PELAKSANAAN
DIVISI 4. PELEBARAN PERKERASAN
DAN BAHU JALAN

Lapis Pondasi Agregat kelas S


Bahan Material Kelas S terdiri dari fraksi Agregat Kasar (tertahan saringan No. 4), dan Faraksi Agregat Halus (lolos
saringan No. 4) dengan rentang komposisi dan syarat spesifikasi bahan yang diatur dalam Spesifikasi Teknik.
Pekerjaan dilakukan secara mekanik (memakai alat berat) dengan urutan pekerjaan sebagai berikut :
1. Wheel loader memuat material Agregat yang telah dicampur dari base camp /stock file ke dalam dump truck
untuk selanjutnya dibawa kelokasi pekerjaan. Material dihampar di lokasi keja dengan menggunakan Vibrator
roller, dengan tetap menjaga tebal hamparan pada yang disyaratkan dalam gambar. Untuk menjaga kadar air bahan
yang disyaratkan dalam rentang Spesifikasi, maka sebelum pemadatan dapat dilakukan penyiraman material
hamparan dari segregasi sebelum pemadatan dengan menggunakan alat bantu.
2. Peralatan yang digunakan adalah : Whell Loader, Dumptruck, Vibrator Roller, Water Tank dan Alat bantu.

DIVISI 5. PERKERASAN BERBUTIR

Lapis pondasi Agregat kelas A


Pekerjaan dilakukan secara mekanik (memakai alat berat) dengan urutan pekerjaan sebegai berikut:
1. Wheel Loader memuat material agregat yang telah dicampur dari base camp/stock file kedalam Dump Truck
untuk selanjutnya dibawa ke lokasi pekerjaan. Material dihampar dilokasi kerja dengan menggunakan Motor
Grader, yang selanjutnya setelah mencapai tebal hamparan gembur yang cukup kemudian dipadatkan dengan
menggunakan Vibrator Roller, dengan tetap menjaga tebal hamparan padat yang disyaratkan dalam gambar. Untuk
menjaga kadar air bahan yang disyratkan dalam rentang Spesifikasi, maka sebelum pemadatan dapat melakukan
penyiraman material hamparan dengan menggunakan Water Tank. Sekelompok pekerja akan merapihkan
hamparan dari agregasi sebelum pemadatan dengan menggunakan alat bantu.
2. Peralatan yang digunakan adalah : Wheel Loader, Dump Truck, Vibrator Roller, Water Tank dan Alat Bantu.

P a g e | 31
METODE PELAKSANAAN
Perkerasan Beton Semen
. Tahap pelaksanaan:
- Bahan-bahan untuk campuran beton (semen, pasir, aggregat kasar dan air)
- Material (pasir, semen, aggregat kasar) pencampuran dilakukan menggunakan concerete pan mixer.
- Bersihkan lantai kerja, selanjutnya pasang pembesian dan bekisting. Pembesian, bekisting dan benda-benda
lain (pipa) yang dimasukkan ke dalam beton harus diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
- Adukan beton menggunakan concerete mixer dan dituang ke dalam cetakan.
- Padatkan adukan beton secara merata menggunakan Concerete Vibrator.
- Permukaan beton dibentuk dan diratakan perlahan-lahan menggunakan Towel dan dilanjutkan menggunakan
mistar lurus sampai permukaan menjadi rata dan halus.
- Perawatan dilakukan dengan menutupi permukaan beton menggunakan karung basah.
- Setelah minimal 12 jam pada saat pengecoran bekisting dibongkar.
B. Tenaga:
- Pekerja Biasa
- Tukang
- Mandor
C. Bahan:
- Semen
- Pasir Beton
- Agregat Kasar (Kerikil)
- Katu Perancah
- Paku
D. Peralatan:
- Conc. Mixer
- Conc. Vibrator
- Water Tanker
- Alat Bantu

DIVISI 7. STRUKTUR

Pasangan Batu
Pemakaian Tenaga Kerja : Pekerja, Tukang, Mandor
Pemakaian Bahan : Batu Belah, Semen, Pasir
Pemakaian Alat : Concrete Mixer, Water Tanker, Alat Bantu
Prosedur Pelaksanaan :
 Sebelum pemasangan, batu dibersihkan dan dibasahi sampai merata dan dalam waktu yang cukup untuk
memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenuh. Landasan yang akan menerima setiap batu juga harus
dibasahi dan selanjutnya landasan dari adukan harus disebar pada sisi batu yang bersebelahan dengan batu yang
akan dipasang.
 Landasan dari adukan baru paling sedikit 3 cm tebalnya dipasang pada pondasi yang disiapkan sesaat sebelum
penempatan masing-masing batu pada lapisan pertama. Batu besar pilihan digunakan untuk lapis dasar dan pada
sudut-sudut. Perhatian harus diberikan untuk menghindarkan pengelompokkan batu yang berukuran sama.
 Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang tampak harus dipasang sejajar dengan
muka dinding dari batu yang terpasang.

P a g e | 32
METODE PELAKSANAAN
 Batu harus ditangani sedemikian hingga tidak menggeser atau memindahkan batu yang telah terpasang. Peralatan
yang cocok harus disediakan untuk memasang batu yang lebih besar dari ukuran yang dapat ditangani oleh dua
orang.
 Menggelindingkan atau menggulingkan batu pada pekejaan yang baru dipasang tidak diperkenankan.
Spesifikasi Teknis:
1) Batu
a) Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari jenis yang diketahui awet. Bila perlu,
batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang tipis atau lemah.
b) Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling mengunci bila dipasang bersama-
sama.
c) Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, batu harus memiliki ketebalan yang tidak kurang dari 15 cm,
lebar tidak kurang dari satu setengah kali tebalnya dan panjang yang tidak kurang dari satu setengah kali lebarnya.
2) Adukan
Adukan haruslah adukan semen yang memenuhi kebutuhan dari dari Spesifikasi.
3) Drainase Porous
Bahan untuk membentuk landasan, lubang sulingan atau kantung penyaring untuk pekerjaan pasangan batu harus
memenuhi kebutuhan dari Spesifikasi.

Bronjong dengan kawat yang dilapisi galvanis

Bronjong kawat berlapis galvanis


b) Kawat bronjong yang digunakan adalah kawat baja berlapis seng tebal (galvanized ) yang dihasilkan melalui
proses penarikan dingin dan untuk menormalkan sifat mekanis dengan proses anil.
c) Batu belah dipilih yang berukuran Ø 15 cm - 25 cm. Volume pengisian batu belah minimal 1,1 X volume kotak
bronjong kawat.
d) Pemasangan bronjong dilakukan lapis demi lapis agar bronjong yang satu dengan yang lainnya yang terdapat
dalam satu lapisan dapat diikat dengan baik dan kuat.
e) Tahapan pekerjaan pemasangan lapisan bronjong terbawah dari bendung adalah sebagi berikut:
i) Ref. 7.10.(4).c: Pipa Galvanis Dia 2,5":
Pipa galvanis Dia 2,5 " dipotong sepanjang 1,50 m, digunakan sebagai angkur pada lapisan terbawah bronjong.
Pipa galvanis diikat dengan kawat dia 3 mm pada dasar bronjong terbawah.
f) Mengikat bronjong yang satu dengan yang lainnya dengan lilitan kawat Ø 3 mm di sepanjang sisinya;
g) Mengikat bronjong yang satu dengan yang lainnya dengan lilitan kawat Ø 3 mm di sepanjang sisinya;
h) Mengisi beronjong kawat hingga penuh, padat dan tidah goyah menggunakan batu belah berdiameter 15 cm - 25
cm (atau lebih besar dari pada lubang anyaman bronjong);
i) Mengatupkan tutup bronjong kawat, lalu mengikat sisi-sisi dengan lilitan kawat Ø 3 mm.
j) Alat bantu yang digunakan: Tang, Pemotong Kawat, Alat Pengunci Kawat, Palu Pemecah Batu, Gerobak Sorong

DIVISI 8. PENGEMBALIAN KONDISI


DAN PEKERJAAN MINOR

Marka Jalan Termoplastik


1. Umum
a. Uraian

P a g e | 33
METODE PELAKSANAAN
- Yang dimaksud dengan Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan yang meliputi
peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang,garis serong serta lambang lainnya yang
berfungsi untuk mengarah arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas
- Pekerjaan ini meliputi pengecatan marka jalan baik pada permukaan perkerasan lama maupun yang selesai di-
overlay, pada lokasi yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
b. Penerbitan Gambar Penempatan dan Detil Pelaksanaan
- Gambar penempatan yang menunjukkan lokasi marka jalan dan detil pelaksanaan semua bentuk marka jalan
yang tidak terdapat di dalam Dokumen Kontrak pada saat pelelangan akan disediakan oleh Direksi Pekerjaan
setelah Penyedia Jasa menyelesaikan laporan hasil survei lapangan.
c. Persyaratan Bahan
- Cat untuk Marka Jalan Pada pasal ini kata “cat” sering dikonotasikan sebagai bahan marka jalan jenis
termoplastik sebagai cat. Cat haruslah bewarna putih atau kuning seperti yang ditunjukkan dalam Gambar dan
memenuhi Spesifikasi berikut ini :
- Marka Jalan Termoplastik : SNI 06-4826-1998 (jenis padat, bukan serbuk)
- Butiran Kaca, Butiran Kaca haruslah memenuhi Spesifikasi sesuai SNI 15-4839-1998
2. Persyaratan
a. Persyaratan Kerja
Pengajuan Kesiapan Kerja Satu liter contoh cat untuk setiap warna dan jenis cat bersama dengan data pendukung
untuk setiap jenis cat berikut ini harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan :
 Komposisi (analisa dengan berat)
 Jenis penerapan (panas atau dingin)
 Jenis dan jumlah maksimum bahan pengencer.
 Waktu pengeringan (untuk pengecatan ulang)
 Pelapisan yang disarankan
 Ketahanan terhadap panas
 Detil cat dasar atau lapis perekat yang diperlukan
 Umur kemasan (umur dari produk)
 Batas waktu kadaluarsa
b. Jadwal Pekerjaan
- Marka jalan harus dilaksanakan pada permukaan jalan lama sedini mungkin dalam Periode Pelaksanaan.
- Untuk pengecatan marka pada permukaan perkerasan lama, Direksi Pekerjaan akan menerbitkan detil dan
lokasi.
- Untuk ruas-ruas perkerasan lama yang dirancang untuk di-overlay (pelapisan ulang) tetapi telah diberi marka
jalan maka marka jalan tersebut harus diulang setelah pekerjaan pelapisan ulang selesai dikerjakan dalam batas
waktu yang disyaratkan.
3. Pelaksanaan
a. Penyiapan Permukaan Perkerasan.
- Sebelum penandaan marka jalan atau pengecatan dilaksanakan, Penyedia Jasa harus menjamin bahwa
permukaan perkerasan jalan yang akan diberi marka jalan harus bersih, kering dan bebas dari bahan yang
bergemuk dan debu. Penyedia Jasa harus menghilangkan dengan grit blasting (pengausan dengan bahan berbutir
halus) setiap marka jalan lama baik termoplastis maupun bukan, yang akan menghalangi kelekatan lapisan cat
baru
b. Pelaksanaan Pengecatan Marka Jalan
- Semua bahan cat yang digunakan tanpa pemanasan (bukan termoplastik) harus dicampur terlebih dahulu
menurut petunjuk pabrik pembuatnya sebelum digunakan agar suspense pigmen merata di dalam cat

P a g e | 34
METODE PELAKSANAAN
- Pengecatan tidak boleh dilaksanakan pada suatu permukaan yang baru diaspal kurang dari 3 bulan setelah
pelaksanaan lapis permukaan, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan Selama masa tunggu yang
disebutkan di atas, pengecatan marka jalan sementara (pre-marking) pada permukaan beraspal harus dilaksanakan
segera setelah pelapisan
- Penyedia Jasa harus mengatur dan menandai semua marka jalan pada permukaan perkerasan dengan dimensi
dan penempatan yang presisi sebelum pelaksanaan pengecatan marka jalan
- Pengecatan marka jalan dilaksanakan pada garis sumbu, garis lajur, garis tepi dan zebra cross dengan bantuan
sebuah mesin mekanis yang disetujui, bergerak dengan mesin sendiri, jenis penyemprotan atau penghamparan
otomatis dengan katup mekanis yang mampu membuat garis putus-putus dalam pengoperasian yang menerus
(tanpa berhenti dan mulai berjalan lagi) dengan hasil yang dapat diterima Direksi Pekerjaan. Mesin yang
digunakan tersebut harus menghasilkan suatu lapisan yang rata dan seragam dengan tebal basah minimum 0,38
milimeter untuk “cat bukan termoplastik” dan tebal minimum 1,50 mm untuk “cat termoplastik” belum termasuk
butiran kaca yang juga ditaburkan secara mekanis, dengan garis tepi yang bersih (tidak bergerigi) pada lebar ran-
cangan yang sesuai. Bilamana tidak disyaratkan oleh pabrik pembuatnya, maka cat termoplastik harus
dilaksanakan pada temperatur 204°C - 218°C.
- Bila mana penggunaan mesin tak memungkinkan, maka dapat meminta izin Direksi Pekerjaan pengecatan
marka jalan dengan cara manual, dikuas, disemprot dan dicetak dengan sesuai dengan konfigurasi marka jalan dan
jenis cat yang disetujui untuk penggunaannya
- Butiran kaca harus ditaburkan di atas permukaan cat segera setelah pelaksanaan penyemprotan atau
penghamparan cat. Butiran kaca harus ditaburkan dengan kadar 450 gram/m2 untuk semua jenis cat, baik untuk
“bukan termoplastik” maupun “termoplastik”
- Semua marka jalan harus dilindungi dari lalu lintas sampai marka jalan ini dapat dilalui oleh lalu lintas tanpa
adanya bintik-bintik atau bekas jejak roda serta kerusakannya lainnya
- Semua marka jalan yang tidak menampilkan hasil yang merata dan memenuhi ketentuan baik siang maupun
malam hari harus diperbaiki oleh Penyedia Jasa atas biayanya sendiri
- Ketentuan dari Seksi 1.3 Pengaturan Lalu Lintas harus diikuti sedemikian sehingga menjamin keamanan umum
ketika pengecatan marka jalan sedang dilaksanakan
- Semua pemakaian cat secara dingin harus diaduk di lapangan menurut ketentuan pabrik pembuat sesaat
sebelum dipakai agar menjaga bahan pewarna tercampur merata di dalam suspense

Patok Kilometer
Patok Kilometer dipasang pada titik yang sudah ditentukan dan harus terlihat jelas oleh pengguna jalan.
Alat yang dikerahkan:
1. Dump Truck
2. Alat bantu
Material:
1. Beton K-125
2. Baja Tulangan
3. Cat dan material lainnya

P a g e | 35
METODE PELAKSANAAN
BAB – XIII
PEKERJAAN UTAMA TERHADAP
DAMPAK LINGKUNGAN

Umum
Untuk menghindari kerugian dan gangguan terhadap masyarakat sekitar, dan untuk meminimalkandampak‐
dampak terhadap lingkungan selama konstruksi, dokumen‐dokumen berikuttelah dipersiapkan untuk diikuti oleh
semua Konsultan, Kontraktor dan karyawannya:
1. Rencana Pengelolaan Lingkungan (EMP)
2. Spesifikasi Lingkungan untuk Kontraktor

Tujuan
Menyediakan jasa‐jasa teknis professional untuk memastikan implementasiyang efektif untuk Rencana
Pengelolaan Lingkungan (EMP), dan untuk SpesifikasiLingkungan Kontraktor selama konstruksi (termasuk
tahap‐tahap sebelum konstruksi).
Untuk mencapai tujuan meminimalkan dampak‐dampak lingkungan negatif proyek, EMP telah diadopsimenjadi
dokumen spesifikasi teknis dan kontrak. Hal‐hal yang harus dengan teliti diikuti dandiimplementasikan.
1. Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Kontraktor (SEO) bertanggung jawabuntuk
mengimplementasikan EMP dan kegiatan yang berkaitan dengan masalah‐masalahkeamanan dan lingkungan
lainnya.
2. Pengawas Teknis Konstruksi (CSE) bertanggung jawab untuk mengawasi dan memantau segalakegiatan
konstruksi dan memastikan kontraktor memenuhi tuntutan‐tuntutan kontrak dan EMP.
3. CSE akan memuat Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SES).

STRUKTUR ORGANISASI UNTUK


PENGELOLAAN SELAMA KONSTRUKSI

UNIT/INSTANSI/USER

PANEL INDEPENDEN
Mereview dan Memberi S
Saran Aspek Lingkungan u
dan Sosial P p
e e
l r
a v
KONSULTAN SUPERVISI
p i
o s
r i
P a g e | 36 a
METODE PELAKSANAAN n
KONTRAKTOR

SUB-KONTRAKTOR

PENCEGAHAN DAN PENANGULANGAN

Pencemaran tanah
Gejala pencemaran tanah dapat diketahui dari tanah yang tidak dapat digunakan untuk keperluan fisik manusia.
Tanah yang tidak dapat digunakan, misalnya tidak dapat ditanami tumbuhan, tandus dan kurang mengandung air
tanah. Faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya pencemaran tanah antara lain pembuangan bahan sintetis
yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme, seperti plastik, kaleng, kaca, sehingga menyebabkan oksigen
tidak bisa meresap ke tanah. Faktor lain, yaitu penggunaan pestisida dan detergen yang merembes ke dalam tanah
dapat berpengaruh terhadap air tanah, flora, dan fauna tanah. Ketika suatu zat berbahaya atau beracun telah
mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah.
Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di
tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan
udara di atasnya.

Cara pencegahan dan penanggulangan pencemaran tanah, antara lain sebagai berikut.
1. Sebelum dibuang ke tanah senyawa sintetis seperti plastik sebaiknya diuraikan lebih dahulu, misalnya dengan
dibakar.
2. Untuk bahan-bahan yang dapat didaur ulang, hendaknya dilakukan proses daur ulang, seperti kaca, plastik,
kaleng, dan sebagainya.
3. Membuang sampah pada tempatnya.

Remidiasi Kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah dikenal dengan remediasi.


Sebelum melakukan remediasi, hal yang perlu diketahui:
1. Jenis pencemar (organik atau anorganik), terdegradasi atau tidak, berbahaya atau tidak.
2. Berapa banyak zat pencemar yang telah mencemari tanah tersebut.
3. Perbandingan karbon (C), nitrogen (N), dan fosfat (P).
4. Jenis tanah.
5. Kondisi tanah (basah, kering).
6. Telah berapa lama zat pencemar terendapkan di lokasi tersebut.
7. Kondisi pencemaran (sangat penting untuk dibersihkan segera/bisa ditunda).

Remediasi onsite dan offsite

Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in situ (atau on site) dan ex situ (atau off site).
1. Pembersihan on site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari
pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
2. Pembersihan off site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman.
Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut
disimpan di bak atau tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak atau tangki tersebut.
Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air
limbah.

AKIBAT GETARAN MEKANIK

P a g e | 37
METODE PELAKSANAAN
Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak
osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan gerak tersebut. Semua benda yang mempunyai massa dan
elastisitas mampu bergetar, jadi kebanyakan mesin dan struktur rekayasa (engineering) mengalami getaran sampai
derajat tertentu dan rancangannya biasanya memerlukan pertimbangan sifat osilasinya.

Ada dua kelompok getaran yang umum yaitu :

(1). Getaran Bebas.


Getaran bebas terjadi jika sistem berosilasi karena bekerjanya gaya yang ada dalam sistem itu sendiri
(inherent), dan jika ada gaya luas yang bekerja. Sistem yang bergetar bebas akan bergerak pada satu atau
lebih frekuensi naturalnya, yang merupakan sifat sistem dinamika yang dibentuk oleh distribusi massa
dankekuatannya. Semua sistem yang memiliki massa dan elastisitas dapat mengalami getaran bebas atau
getaran yang terjadi tanpa rangsangan luar.

(2). Getaran Paksa.


Getaran paksa adalah getaran yang terjadi karena rangsangan gaya luar, jika rangsangan tersebut berosilasi
maka sistem dipaksa untuk bergetar pada frekuensi rangsangan. Jika frekuensi rangsangan sama dengan salah
satu frekuensi natural sistem, maka akan didapat keadaan resonansi dan osilasi besar yang berbahaya
mungkin terjadi. Kerusakan pada struktur besar seperti jembatan, gedung ataupun sayap pesawat terbang,
merupakan kejadian menakutkan yang disebabkan oleh resonansi. Jadi perhitungan frekuensi natural
merupakan hal yang utama.

BAB – Xv
PEKERJAAN AKHIR
P E N U T UP

PEKERJAAN SERAH TERIMA PERTAMA (PHO) :

Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus per sen), mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK untuk
penyerahan pekerjaan.Penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diserahkan kepada Pemberi Tugas. Apabila
terdapat kekurangan-kekurangan dan/atau cacat hasil pekerjaan pada saat evaluasi akhir, maka akan
memperbaiki/menyelesaikannya sebagaimana yang disyaratkan dalam kontrak/SPK.

Menyerahkan dokumen kelengkapan dalam rangka penyerahan pekerjaan :

A. As Built Drawing
1. Dokumen gambar terlaksana (as built drawing)
2. As built drawing memuat seluruhnya secara detail dari hasil kegiatan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
yang telah dilaksanakan lengkap dengan data, dan keterangan lainnya.
3. As built drawing diserahkan dalam bentuk cetakan dan dijilid sebanyak 3 (Tiga) set.
4. As Built Drawing terdiri dari ;
 2 (set) Set ukuran kertas A3
 5 (Lima) set Fotocopy half size

B. PHOTO PROGRESS
Laporan setiap kegiatan pekerjaan berupa photo progress, dimana pengambilan photo tersebut bisa
menggambarkan dari kegiatan awal sampai dengan selesainya pekerjaan. Foto visual kemajuan pekerjaan
(sekurang-kurangnya 0%, 50% dan 100%).
Dibuat dalam (3) set album

P a g e | 38
METODE PELAKSANAAN
C. Semua Dokumen Lainnya yang dibutuhkan (Laporan Harian;Mingguan;Bulanan, Berita Acara
Tahapan Pelaksanaan, dan lain-lainnya)

PEKERJAAN YANG DITERIMA :

Menyerahkan Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima per seratus) dari nilai kontrak.
Penandatanganan BERITA ACARA PEKERJAAN PERTAMA (PHO) yang ditanda tangani oleh pihak-pihak yang
bersangkutan.

MASA PEMELIHARAAN ;

Memilihara Bangunan yang telah selesai diserah terimakan yang masa waktu nya sebagaimana telah ditentukan
dalam Surat Perjanjian Pemborongan / SPK. Memelihara hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan sehingga
kondisi tetap seperti pada saat penyerahan pertama pekerjaan.

PEKERJAAN SERAH TERIMA KEDUA (FHO) :

Setelah masa pemeliharaan berakhir masa waktunya, mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK untuk
penyerahan pekerjaan kedua.
Penandatanganan BERITA ACARA PEKERJAAN KEDUA (FHO) yang ditanda tangani oleh pihak-pihak yang
bersangkutan.

Tangerang, 27 September 2018


PT. KRONJO PUTRA PERDANA

HARYANTO
Direktur

P a g e | 39
METODE PELAKSANAAN

Anda mungkin juga menyukai