Anda di halaman 1dari 22

METODE PELAKSANAAN

Kegiatan : Penataan Parkir Bawah Kawah Putih


Pekerjaan : Penataan Lahan Parkir di Tempat Pariwisata Kawah Putih

Lokasi : Ciwidey, Kabupaten Bandung

Provinsi : Jawa Barat


Tahun Anggaran : 2018

Penawar : PT. Aza Banar

I. URAIAN SINGKAT/PENDAHULUAN
1.1 Pemberi Tugas
Pemberi tugas (owner) adalah Perum. Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten

dengan alamat Jl. Soekarno-Hatta Km. 14 No. 628 Bandung

1.2 Sumber Dana


Anggaran Perum Perhutani RKAP Kantor Pusat Tahun 2018

1.3 Lokasi Pekerjaan

Tempat Pariwisata Kawah Putih Ciwidey, Kabupaten Bandung


1.4 Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 25 (Dua puluh lima) hari kalender dengan masa
pemeliharaan sesuai dengan dokumen kontrak.

1.5 Pengendalian Waktu Pelaksanaan


Pengendalian waktu pelaksanaan dilakukan dengan metode network planning (jika

dipersyaratkan) dan jadwal waktu pelaksanaan dengan Bar cath dan S-Churve

1.6 Hari Kerja Efektif

Secara umum hari kerja efektif perbulan ditetapkan 25 Hari kerja


Jam kerja efektif :

 Jam kerja efektif normal = 7 jam/hari ± 1 jam istirahat

 Jam kerja efektif lembur = 10 jam/hari ± 2 jam istirahat

 Jam kerja efektif 2 shift = 14 jam/hari ± 2 jam istirahat


1.7 Pengendalian Mutu Pelaksanaan
Untuk menjamin mutu pekerjaan maka dalam pelaksanaannya akan mengacu pada

spesifikasi teknis yang ada dalam dokumen pengadaan, Berita acara rapat peninjauan
lapangan, addendum (jika ada) dan dikendalikan dengan Quality Control Plan.

Persiapan pelaksanaan merupakan bagian yang penting untuk dilakukan adalah

melakukan koordinasi dengan pengelola kawasan wisata kawah putih, peraturan yang

berkaitan dengan tata cara dan pengendalian traffic kendaraan / peralatan proyek dan
penjaminan keamanan dan keselamatan oleh team K-3 proyek.

II. LINGKUP PEKERJAAN

2.1 Uraian Singkat Pekerjaan

Penataan Lahan Parkir di Tempat Pariwisata Kawah Putih


2.2 Daftar Perlatan Utama Minimal yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan

(sesuai permintaan tender)

No. Jenis Kapasitas Jumlah

1. Vibrating Roller 6-8 Ton 1 Unit

2. Watertank Truck 3000-4500 L 1 Unit

3. Tamper/Hand Compactor 1 Unit

4. Plate Compactor 1 Unit

5. Concrete Mixer 0,3 – 0,6 m3 1 Unit

6. Trafo Las 1 Unit

7. Mesin Bor Lisrik 1 Unit

III. PENGENDALIAN TEKNIS/PENGUASAAN TEKNIS DILAPANGAN

Pengendalian teknis adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk menjamin suatu
hasil pekerjaan sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam dokumen kontrak. Kepuasan

suatu hasil pekerjaan untuk selanjutnya diwujudkan dalam bentuk diterbitkannya Sertifikat

Serah Terima Pertama (PHO) dan Serah Terima Akhir (FHO).

Dalam melaksanakan pengendalian teknis, sebelum-selama-sesudah pelaksanaan


pekerjaan mengacu pada :

3.1 Dokumen Kontrak Pekerjaan


Surat Perjanjian Pemborongan Pekerjaan, Bill of Quantity, Gambar Kontrak, Spesifikasi

Teknis, Tata Cara Pemayaran dan Pengukuran, Addendum Kontrak (Jika ada), dan
rujukannya yaitu Peraturan Teknis Konstruksi dan pengadaan barang konstruksi.

3.2 Engineering

Kegiatan ini meliputi dan tidak terbatas pada pengukuran / perhitungan bersama,

pengecekan persiapan lahan, proses approved shop drawing dan asbuilt drawing,
proses usulanpersetujuan material konstruksi, dokumentasi, Quality Control Plan, test,

inspection dan cek untuk pekerjaan, proses persetujuan dan pengadaan barang/bahan

peraturan dan perijinan yang berlaku

3.3 Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan


Manajamen pelaksanaan pekerjaan ini dikelola oleh team manajemen proyek yang

terdiri dari personil inti. Team manajeen proyek membuat rancangan urutan pekerjaan

mengacu pada denah pentahapan yang ada didalam dokumen kontrak. Untuk

selanjutnya berdasarkan pada urutan pelaksanaan pekerjaan tersebut dibuat metode


kerja sesuai dengan item pembayaran bill of quantity (daftar kuantitas) dimamksudkan

untuk mendapatkan suatu cara pelaksanaan yang efektif dan efisien berdasarkan

kondisi lapangan yang ada dengan tetap mengendalikan resiko selama pelaksanaan
hingga selesai pekerjaan.

3.3.1 Pengaturan Lokasi

Kegiatan ini merupakan penataan penempatan peralatan, material dan tenaga


kerja yang disesuaikan dengan urutan pekerjaan dan metode kerja yang akan
diterapkan.

3.3.2 Urutan Pekerjaan

Urutan pekerjaan ini merupaan urutan pelaksanaan fisik pekerjaan dilapangan dan

sangat penting dan sebagai dasar untuk mobilisasi / demobilisasi tenaga kerja,
alat, material sesuai dengan ukuran dan waktu pada saat dibutuhkan.

3.3.3 Metode Kerja

Berdasarkan urutan pekerjaan tersebut selanjutnya dibuat metdoe kerja secara


rinci dan sesuai dengan persyaratan teknis konstruksi dan persyaratan lain yang
dicantuman dalam dokumen kontrak. Metode kerja ini dimaksudkan untuk

menentukan keperluan alat, material dan tenaga untuk mencapai suatu target
produktivitas yang telah dirancang dan juga berfungsi untuk tools pengendalian

mutu dan pengendalian waktu untuk memenuhi target komitmen kontrak.

3.3.4 Rencana Kendali Mutu ( Quality Control Plan)

Untuk menjamin tercapainya suatu mutu pekerjaan sesuai dengan yang


dipersyaratkan maka dibuat pedoman pengendalian mutu pekerjaan yaitu

Rencana Kendali Mutu (Quality Control Plan) yang dimulai dari proses pembuatan

shop drawing, proses pengendalian dan mobilisasi material, alat dan proses

pemilihan tenaga pelaksana terampil.


3.3.5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3)

Keamanan dan keselamatan baik bagi tenaga proyek maupun phak lain harus

dijamin yaitu dengan mengadakan team K-3 proyek.

3.4 Pengendalian Waktu


Berdasarkan metode kerja yang telah dipilih maka baik keterurutanya, produktivitas dan

keperluan alat, bahan dan tenaga dapat dikendalikan sehingga waktu yang telah

dirancang juga secara otomatis dapat dikendalikan dengan benar.


3.5 Pemeliharaan Pekerjaan dan Serah Terima Pekerjaan (PHO/FHO)

Sesuai dengan dokumen lelang maupun dokumen kontrak maka pekerjaan dapat

diserahterimakan jika telah selesai dan sesuai dengan persyaratan teknisnya. Tahapan
serah terima pekerjaan yaitu Serah Terima Pertama yang biasa disebut PHO kemudia
diikuti dengan pemeliharaan dan perbaikan minor pekerjaan untuk selanjutnya sesuai

dengan batas waktu masa pemeliharaan dan jika pekerjaan telah dapat diterima dengan

baik oleh pemilik proyek maka akan dilakukan Serah Terima Kedua atau yang biasa

disebut FHO. Dengan telah diterbitkanya sertifikat FHO maka seluruh tanggung jawab
telah diserahkan kepada proyek dan kontraktor pelaksana dibebaskan dari segala

macam tuntutan.

3.6 Sosialisasi dan Koordinasi


Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai kontraktor bersama-sama konsultan pengawas

dan pemilik pekerjaan beserta instansi terkait melakukan sosialisasi kepada masyarakat
setempat agar masyarakat biasa memahami kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga

meminimalisir timbulnya konflik atau persepsi-persepsi negative dari masyarakat.

Soosialisasi dan koordinasi tetap dilakukan selama jalanya proyek seingga dapat

memperoleh infrmasi dan masukan dari masyarakat serta pemecahan masalah yang
timbul selama pelaksanaan proyek.

METODE SOSIALISASI DAN KORDINASI

1. MASYARAKAT DISEKITAR LOKASI PEKERJAAN

1.1 Sosialisasi melalui media surat kabar khususnya lokal, selain daripada itu dapat
dilakukan melalui tatap muka langsung dilokasi proyek dengan melibatkan

tokoh masyarakat setempat, perangkat desa atau kecamatan.

1.2 Hari pertemuan dipilih pada hari dimana masyarakat kurang melakukan aktivitas

sehari-hari dan diinformasikan 7 hari sebelum acara sosialisasi dimulai,


tempatnya dibalai pertemuan ditingkat kecamatan atau balai desa, dengan kata

lain tempat acara sosialisasi harus mudah dicapai tanpa menggunakan

kendaraan, sehingga masyarakat dapat hadir untuk mendengarkan penjelasan.


1.3 Sosialisasi mengenai pengadaan material pekerjaan, alat dan lokasi pekerjaan.

1.4 Dukungan masyarakat akan diminta secara tertulis pada saat itu juga, yang

ditangani oleh Kepala Desa atas nama masyarakat.


1.5 Masyarakat akan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menyampaikan
pendapat atau pandangannya pada acara sosialisasi tersebut.

1.6 Apabila terjadi pertentangan /perbedaan pendapat akan diselesaikan secara

musyawarah dan mufakat dengan melibatkan berbagai unsur terkait, termasuk

tokoh masyarakat
2. PADA SAAT PELAKSANAAN/PENGATURAN LALU LINTAS /MAJAMEN LALU

LINTAS

Secara umum, pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan pada lokasi dimana aktivitas lalu
lintas masih berjalan terutama pada saat hari libur atau weekend dimana tingkat
pengunjung di objek wisata semakin meningkat, keluar masuk jalan akses kelokasi

pekerjaan. dalam pelaksanaan pekerjaan, aktivitas eksisting tidak terganggu.


Untk itu diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :

2.1 Pengaturan Lalu Lintas

2.1.1 Koordinasi dengan pihak yang berwenang

Pengaturan lalu lintas dilaksanakan dengan melakukan kordinasi dengan


pihak pengelola kawah putih dan kepolisian sektor setempat sehingga

diharapkan kelancaran lalu lintas tetap terjaga, demikian pula halnya pada

saat mobilisasi / demobilisasi peralatan

2.1.2 Petugas Bendera


Petugas bendera ditempatkan disemua tempat kegiatan pelaksanaan yang

akan mengganggu arus lalu lintas terutama pada saat dilakukan pengecoran

jalan.

2.1.3 Rambu-rambu lalu lintas


Rambu lalu lintas dengan material, bentuk dan dimensi mengacu pada

spesifikasi teknis dan gambar kerja dibuat dengan jumlah dan jenis sesuai

dengan dokumen pelelangan dan kebutuhan dilapangan. Dalam


pelaksanaannya menggunakan tenaga manusia dibantu dengan alat

pendukung lainya seperti palu, gergaji dll. Rambu rambu lalu lintas dipasang

pada lokasi pekerjaan yang bersingungan dengan lokasi eksisting /


kepentingan public/pengguna jalan.
IV. IDENTIFIKASI DAN PENGUASAAN DILAPANGAN

4.1 Identifikasi Lapangan

Lokasi proyek sesuai yang telah disebutkan pada halaman sebelumnya (sesuai dokumen

pengadaan).
4.2 Penguasaan Lapangan

4.2.1 Umum

Pekerjaan secara umum akan diuraikan pada bagan alir pekerjaan secara garis
besar
 Adalah memungkinkan selama tahapan pelaksanaan terjadi perubahan

terhadap hal-hal sebagai berikut :


 Metode pelaksanaan yang diterapkan

 Sumber daya

 Urutan kegiatan pekerjaan

 Estimasi waktu pelaksanaan sampai selesai


 Faktor yang dapat mengubah jadwal pelaksanaan konstruksi antara lain :

 Tambahan detail waktu pelaksanaan yang dilakukan setelah design final

selesai seluruhnya

 Kerangka waktu pelaksanaan yang diharapkan


 Umpan balik dari pemberi kerja / konsultan pengawas

 Kondisi aktual lapangan

 Cuaca

4.2.2 Kegiatan Utama


Elemen kunci dari pekerjaan ini adalah jalan masuk ke lokasi proyek yang

terangkum dalam pekerjaan persiapan, sedangkan kegiatan utama pekerjaa ini

adalah :
B PEKERJAAN PEMATANGAN LAHAN
B.1 Pembersihan dan perataan lahan parkir
B.2 Penghamparan sirtu dipadatkan (untuk parkir Ontang Anting)

C PEKERJAAN DRAINASE
C.1 Membuat saluran air dari batu kali lebar bawah 30 cm tinggi 60 cm tiap 1 m'

D PEKERJAAN PEMASANGAN PAVING BLOCK


D.1 Pekerjaan kansteen tiap 1 m1
D.2 Pekerjaan paving parkir kendaraan (warna abu T-16

E PEKERJAAN KHUSUS
E.1 PEMBUATAN SHELTER ONTANG ANTING
I PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Pembersihan lahan dan perataan tanah tiap m2

II PEKERJAAN TANAH
1 Galian Tanah
2 Urugan kembali
III PEKERJAAN STRUKTUR
1 Cor beton bertulang pondasi telapak
2 Pek. Besi WF 200
3 Pek. Besi WF 100
4 Pek. Besi Plat tebal 3 mm
5 Pengecatan besi IWF dan besi plat dengan cat duco (rangka shelter)

IV PEKERJAAN LANTAI
1 Cor beton tumbuk/rabat lantai

V PEKERJAAN ATAP
1 Pemasangan Atap Spandek

E.2 Penataan taman area parkir

Sebagai Pekerjaan Penunjang


A PEKERJAAN PERSIAPAN
A.1 Mobilisasi dan Demobilisasi Bahan
A.2 Direksi Keet
A.3 Air Kerja dan Listrik Kerja
A.4 Pek Bowplank dan Pengukuran Site

4.2.3 Uraian Pekerjaan Secara Garis Besar

1. Pelaksanaan pekerjaan dengan lokasi dan item pekerjaan sesuai dengan BQ

dan Gambar Pelelangan


2. Dengan item pekerjaan dan lokasi pelaksanaan dalam satu area parkir bawah,

maka pekerjaan akan dilaksanakan secara simultan, artinya pelaksanaan

pekerjaan pada lokasi 1 tidak berhubungan dengan lokasi pekerjaan yang lain,

hanya hubungan penggunaan peralatan.

V. MANAJEMEN PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1 Lokasi Pekerjaan

Lokasi : Pekerjaan Wana Wista Kawah Putih Ciwidey Kabupaten Bandung (Sesuai
gambar kerja).

Urutan pelaksanaan

Secara umum pekerjaan akan dilaksanakan sebagai berikut :


FLOW CHART BAGAN ALIR PEKERJAAN SECARA UMUM

START

KONTRAK KERJA

MOBILISASI &
DEMOBILISASI
PEK.
PENDAHULUAN

SURVEY LOKASI
DAN
PENGUKURAN

METODE PELAKSANAAN SHOP DRAWING

5.2 Penggambaran Urutan Pelaksanaan Pekerjaan

5.2.1 Pekerjaan Persiapan

5.2.1.1 Pekerjaan Mobilisasi dan Demobilisasi


Pekerjaan mobilisasi / persiapan,melakukan sosialisasi ke masyarakat dan
pengurusan perijinan dengan pihak terkait untuk pengendalian lalu lintas,

keamanan lokasi dan peralatan.

Sebelum memulai pekerjaan, atas persetujuan direksi terlebih dahulu dilakukan

mobilisasi alat yang digunakan dalam pekerjaan ini, untuk demobilisasi atau
pemulangan alat ke besecam. Selain itu pada pekerjaan persiapan awal yang

paling penting adalah mempelajari situasi lapangan dan melengkapi

persyaratan yang sudah ditentukan dalam bestek, untuk pertama pemasangan


plang proyek selanjutnya memulai pengukuran pada lokasi pekerjaan, yaitu
berupa situasi, potongan memanjang, potongan melintang, yang dituangkan

dalam gambar, termasuk gambar konstruksi, yang disesuaikan dengan


lapangan, dan disertai dengan foto dokumentasi 0%, juga gambar – gambar

kerja (shop Drawing ). Pada bagian – bagian konstruksi yang kurang jelas harus

diperjelas dengan membuat gambar detailnya, serta

menghitung kebutuhan material / bahan yang diperlukan untuk penyelesaian


pekerjaan tersebut.

Bersamaan dengan ini mobilisasi dilaksanakan, dan tak kalah pentingnya adalah

membuat MC 0 ( Mutual Chek Nol ) sehingga penempatan dana dapat dikontrol

dengan baik dan terukur.


Terakhir apabila pekerjaan ini sudah selesai secara keseluruhan kita lakukan

demobilisasi dan yang lebih penting lagi harus dibuat gambar aktualnya dan

photo dokumentasi 100% yang diikuti dengan final quantity. Pembuatan photo

dokumentasi selama pelaksanaan pekerjaan pada keadaan kondisi sebelum


pelaksanaan, pada saat pelaksanaan dan setelah selesai pelaksanaan pekerjaan

(0%, 50%, dan 100 %) pengambilan opname photo tersebut dilakukan satu titik,

/ posisi pengambilan tetap. Selain itu membuat laporan pelaksanaan pekerjaan


harian, mingguan, dan bulanan yang meliputi : progres kemajuan pekerjaan,

jumlah tenaga kerja, peralatan, dan bahan yang digunakan. Untuk dokumentasi

ini dilakukan selama masa pekerjaaan hingga selesai pekerjaan. Kemudian perlu
diadakan koordinasi dengan pihak proyek beserta masyarakat setempat
(pemuka masyarkat stempat) guna dapat membicarakan masalah – masalah

yang mungkin timbul apabila pekerjaan ini dimulai, baik menyangkut teknis

maupun non teknis

Pembangunan Fasilitas penunjang akan dilakukan seiring Mobilisasi Tenaga


Kerja,dan peralatan yang diperlukan. Kebutuhan peralatan sudah tertera

didalam lampiran form.3b, mobilisasi peralatan ini dilakukan selama pekerjaan

dilaksanakan hingga pekerjaan selesai. Demobilisasi dilakukan setelah semua


pekerjaan selesai dilakukan dan disetujui oleh Direksi dan Consultant Supervisi.
Mobilisasi Ada Beberapa hal yang perlu diuraikan untuk menyusun Program

yaitu:
 Mencari / Menyewa Lahan Atau Lokasi untuk base camp dan kantor lapangan

 Penyiapan Ruang laboraturium lapangan

 Menyusun Jadwal Mobilisasi Peralatan

 Menyusun Jadwal Mobilisasi tenaga kerja yang di sesuai dengan struktur


organisasi Perusahaan.

5.2.1.2 Pembersihan lapangan

Pembersihan lahan dilaksanakan dengan menyingkirkan semua benda yang

akan menggangu pada saat pelaksanaan.


5.2.1.3 Pengukuran dan pematokan

Dilaksanakan pada awal proyek dengan kegiatan :

- pemberitahuan kepada pengawaas pekerjaan 2 hari sebelumnya

- Pematokan (bowplank) dan pengukuran batas-batas pekerjaan


- Transfer BM yang telah disediakan dilapangan digunakan untuk semua jalur

dan ketinggian yang akan di tentukan nant di lapangan

Pelaksanaan peil, ukuran tinggi peil dan ukuran dasar


- Sebelum pelaksanaan dimulai, pelajari dengan seksama gambar-gambar,

uraian dan syarat-syarat lainnya, apabila terjadi perbedaan ukuran diantara

gambar dan uraian dan syarat-syarat dilaporkan kepada pengawas pekerjaan


untuk mendapat keputusan.
- Setiap mulai bagian pekerjaan, memberitahukan kepada pengawas

pekerjaan untuk pengecekan ketepatan peil, ukuran dan syarat-syarat

pelaksanaannya.

- Peil dasar/induk pekerjaan adalah peil setempat yang telah dibuat oleh
perencana

- Penetapan titik/peil lainnya dilakukan dilapangan dengan menggunakan alat

ukur theodolite dan waterpass yang sudah dikalibrasi terlebih dahulu


- Apabila terjadi ketidak cocokan antara gambar dengan keadaan lapangan

dilaporkan kepada pengawas pekerjaan untuk diperiksa.

5.2.2 Pekerjaan Drainase

PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI

Tahapan Pekerjaan:
a. Semen, pasir dan air dicampur dengan perbandingan 1 PC : 4 Ps (5,2 Mpa) dan

diaduk menjadi mortar dengan menggunakan Concrete Mixer.

b. Batu dibersihkan dan dibasahi seluruh permukaannya sebelum dipasang.

c. Pembuatan profil tiap jarak 10 m kecuali pada tempat-tempat tertentu sesuai


petunjuk Direksi.

d. Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan.

e. Selama proses pengerjaan, bahan di tempatkan pada tempat yang tidak

mengganggu lalulintas kendaraan. Petugas lalu lintas memasang rambu


peringatan adanya pekerjaan jalan sekaligus mengatur arus lalu lintas.

f. Mendokumentasi hasil pekerjaan sebagai bahan laporan

Pekerjaan Plesteran

Tahapan Pekerjaan:

a. Semen, pasir dan air dicampur dengan perbandingan 1 PC : 3 PP (12,5 Mpa) dan
diaduk menjadi mortar dengan menggunakan Concrete Mixer.
b. Sebelum plesteran dimulai, permukaan pasangan dibersihkan dan dibasahi dulu

dengan air.

c. Pemelesteran dengan ketebalan rata-rata 1,5 cm

d. Penyelesaian dan perapihan setelah pelesteran.


e. Selama proses pengerjaan, bahan di tempatkan pada tempat yang tidak

mengganggu lalulintas kendaraan. Petugas lalu lintas memasang rambu

peringatan adanya pekerjaan jalan sekaligus mengatur arus lalu lintas.


f. Mendokumentasi hasil pekerjaan sebagai bahan laporan
5.2.3 PEKERJAAN JALAN PAVINGBLOCK

A. Pekerjaan Persiapan:
1. Peralatan utama dalam perkerasan jalan pacing block: Benang kasur atau

benang Plastik, Sapu lidi, Sikat ijuk, Gerobak barang seperti yang dipakai untuk

mengangkut pasir , Lori dengan bangku kayu, Alat potong block mekanis atau

hidrolis, Waterpass atau selang plastik transparan, Palu kayu, Pemadat pengetar
(vibro compactor), Potongan-potongan besi beton yang ujungnya telah dibuat

pipih untuk membantu menggeser-geserkan blok pada waktu penyesuaian celah,

Jidar kayu panjang 2-3 m.

2. Pemeriksaan Pondasi
Permukaaan pondasi yang berhubungan dengan pasir alas harus rata, tidak

bergelombang dan rapat; pasir alas tidak boleh digunakan untuk memperbaiki

ketidak-sempurnaan pondasi.

Lebar pondasi harus cukup sampai dibawah beton pembatas atau penyokong
3. Penentuan Lokasi Titik Awal

Titik awal ini penting diperhatikan khususnya lokasi dengantanah miring;

pemasangan ini harus berawal dari titik terendah agar paving bloak yang telah
terpasang tidak bergeser;

Pemasangan secara berurutan yang dimulai dari satu sisi; hindarkan

pemasangan secara acak.


4. Pemasangan Benang Pembantu
Agar pemasangan bisa dilaksanakan secara baik dan cermat, maka perlu ada

alat pembantu yaitu benang pembantu. Benang pembantu dapat dipasang

setiap jarak 4 m sampai 5 m.

Bilamana pada lokasi pemasangan terdapat lubang saluran, bak bunga atau
konstruksi lain, maka harus ada benang pembantu tambahan agar pola block

terkunci tetap dapat dipertahankan.

B. Pemasangan Kansteen
Beton pembatas atau biasa disebut beton kanstin adalah salah satu bagian

perkerasan block beton terkunci yang fungsinya menjepit dan menahan lapisan
paving block agar tidak tergeser pada waktu menerima beban, sehingga blok tetap

saling mengunci.

1. Beton pembatas harus terpasang sebelum penebaran pasir alas.

2. Bentuk beton pembatas bermacam-macam dan proses pembuatannya


beraneka-ragam ada yang dari beton pracetak, beton cor ditempat, baik

secara manual atau dengan alat slipform.

3. Untuk perkerasan paving blok mutu beton pembatas yang berhubungan

dengan jalur lalu lintas kendaraan minimum fc’ 25,0 MPa.


4. Bilamana digunakan beton pembatas dari beton pracetak, beton pembatas

harus dipasang di atas beton penyokong agar terjadi ikatan yang baik antara

beton pembatas dan pondasi sehingga tidak mudah tergeser. Untuk itu

dilakukan hal sebagai berikut :


a) Tebarkan selapis beton penyokong setebal minimum 7 cm;

b) Pasang beton pembatas di atas beton penyokong tersebut sewaktu masih

dalam keadaan basah, sehingga ketinggian dan kelurusaan beton pembatas


sesuai dengan benang pembantu;

c) Tambahkan adukan beton pada bagian belakang beton pembatas;

d) Setelah beton penyokong dalam keadaan setengah kering, barulah ditimbun


dengan tanah, beton pembatas sering dikombinasikan dengan tali air dan
mulut air sebagai saluran untuk membuang air hujan; apabila pertemuan

antara beton pembatas dan lapisan blok tidak diberi tali air biasanya beton

pembatas mudah terkena gesekan roda kendaraan.

C. Penebaran Pasir Alas

a. Pasir alas adalah pasir dengan ketebalan tertentu sebagai alas perletakan

paving block.
2. Pasir alas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) Butiran pasir alas adalah pasir kasar dengan besar butir maksimum 9,5 mm

seperti pasir beton, tajam, keras dan bersih dari lumpur, garam atau kotoran
lain;

b) Pada saat penebaran harus dalam keadaan kering (kadar air < 10%) dan

bersifat gembur;

c) Pasir alas ini tidak boleh digunakan untuk mengisi lubang-lubang pada
pondasi untuk memperbaiki tinggi pondasi;

d) Lapis atas pondasi dibawah pasir alas harus diratakan & diperbaiki sebelum

penebaran pasir alas dimulai

e) Untuk jalan dengan lebar kurang dari 3 m, beton pembatas yang dipasang
dapat berfungsi sebagai rel pembantu;

f) Untuk jalan dengan lebar lebih dari 3 m, perataan pasir alas dilaksanakan

secara tahap;

g) Sebaiknya pasir alas diletakkan secara gundukan kecil di daerah lokasi


pemasangan agar sewaktu menarik jidar tidak terlalu berat dan dapat

memudahkan pelaksanaan;

h) Pasir alas yang sudah dirataakan dijaga agar tidak terganggu seperti terinjak
atau dipakai menumpuk bahan;

i) Setiap tahap, luas maksimim adalah 30 m2 dengan demikian pada sore hari

dapat tertutup seluruhnya oleh paving blok;


j) Untuk pekerjaan yang akan dilanjutkan maka pasir alas disisakan 1 m dari baris
terakhir paving blok;

k) Pasir alas yang belum sempat ditutup oleh paving blok, keesokan harinya agar

digemburkan dan diratakan kembali;

D. PEMASANGAN POLA

a. Pemasangan baris pertama harus dijaga dengan hati-hati.

b. Untuk membentuk pola yang baik, unit paving blok harus mengikuti benang
pembantu dengan sudut yang tepat terhadap beton pembatas.
c. Lubang-lubang pinggir kemudian diisi dengan pemadatan.

d. Bila pemasangan dari dua arah tidak dapat dihindarkan atau karena pola
harus dipertahankanpada tikungan, terutama pada penggunaan pola tulang

ikan, maka sudut pada pola pertemuan atau perubahan sudut diberi

pembatas dengan pola susun bata melintang.

e. Pola pemasangan paving block untuk perkerasan jalan perumahan


direkomendasikan menggunakan Pola tulang ikan karena mempunyai daya

penguncian yang lebih baik.

f. Pemasangan baris pertama harus dijaga dengan hati-hati.

g. Untuk membentuk pola yang baik, unit paving blok harus mengikuti benang
pembantu dengan sudut yang tepat terhadap beton pembatas.

h. Lubang-lubang pinggir kemudian diisi dengan pemadatan.

i. Bila pemasangan dari dua arah tidak dapat dihindarkan atau karena pola

harus dipertahankan pada tikungan, terutama pada penggunaan pola tulang


ikan, maka sudut pada pola pertemuan atau perubahan sudut diberi

pembatas dengan pola susun bata melintang.

5.2.4 PEKERJAAN SHELTER ONTANG ANTING

GALIAN TANAH

a. Siapkan alat-alat yang diperlukan.


b. Menggali tanah dengan ukuran lebar sama dengan lebar pondasi bagian
bawah dengan kedalaman yang disyaratkan.

c. Menggali sisi-sisi miringnya, sehingga diperoleh sudut kemiringan yang tepat.

d. Buang tanah sisa galian ketempat yang telah ditentukan.

e. Cek posisi, lebar, kedalaman dan kerapianya, sesuai dengan rencana.

Pekerjaan Pondasi Telapak

- Galian Tanah Tapak Pondasi


- Pasang Bekisting ( Kayu atau bata merah / batako ) tepi plat.
- Pekerjaan urugan pasir dan lantai kerja plat pondasi.

- Pasang Pembesian plat pondasi dan untuk tiang s/d panjang penyaluran /
angker ( 40 D), sebagai sambungan penulangan berikutnya ( kolom ) + besi

cincin / begel dengan jarak sesuai gambar kerja.

- Pengecoran plat pondasi

1.5. Pekerjaan Struktur Baja Profile

Ukuran, Karakteristik, Kekuatan dan Type sesuai dengan yang tercantum pada

Gambar, Spesifikasi teknik dan Rincian BOQ dari pada lampiran dokumen tender

dan risalah anwijing.


BEBERAPA HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM

PELAKSANAAN PEKERJAAN BAJA

Syarat-syarat mutu dan pemasangan harus menurut dan atau disesuaikan dengan

standar-standar sebagai berikut : JIB, B>S> PPBBI 1983, ASTM, VOSB, TGB, PUBI
1982, SII, mutu baja adalah ST 37/BJ 37. Bahan-bahan yang dipakai buatan

produsen dalam negeri yang dikenal baik dan produknya memenuhi Standar

Industri Indonesia yang berlaku.


Bahan struktur baja tidak boleh cacat dan bengkok-bengkok, jadi harus betul- betul

lurus. Profil yang tepat, bentuk, tebal, ukuran, berat dan detail- detail konstruksinya

harus sesuai dengan gambar rencana.


Penyambungan dengan baut-baut dan mur-mur harus dilakukan dengan seksama
dan kokoh, ukuran-ukuran baut-baut beserta ring-ringnya harus disesuaikan.

Penyambungan dengan pengelasan harus dilaksanakan dengan ketepatan dan

keahlian tinggi.

Pengelasan harus menggunakan las listrik untuk bagian- bagian yang struktural.
Permukaan

yang dilas harus sama dan rata, dan kelihatan teratur. Las-las yang menunjukkan

cacat harus dipotong.


Pelaksana Pekerjaan/ Kontraktor akan membuat gambar kerja (Shop-Drawing) dari

pekerjaan baja ini dan perhitungan konstruksi apabila diadakan perubahan-


perubahan praktis atas rencana semula. Gambar kerja dan perhitungan ini

diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk diperiksa dan disetujui dahulu

sebelum pekerjaan dilaksanakan.

Gambar kerja tersebut di atas meliputi seluruh bagian dari pekerjaan konstruksi
seperti detail detail pemasangan, penyambungan, lubang-lubang, baut-baut, las,

pemotongan, pertemuan pada pemutusan, penguatan, ukuran- ukuran, dimensi,

designation dari bahan dan lain-lain yang secara teknis sangat diperlukan.

Tenaga-tenaga yang dipergunakan adalah tenaga-tenaga ahli pada bidangnya (


pabrikasi dan ereksi ), yang melaksanakan pekerjaan dengan baik dan teliti

sehingga dapat menjamin bahwa seluruh bagian pekerjaan dapat cocok satu sama

lain pada waktu pemasangan.

TAHAPAN KERJA SECARA TEKNIS:


1. Pembuatan gambar kerja / Shop Drawing

gambar kerja perlu memberikan informasi yang lengkap yang diperlukan untuk

pabrikasi dari bagian komponen baja. Informasi ini meliputi dimensi, penempatan,
ukuran dan type dari baut dan las. gambar kerja diperlukan para pekerja agar dapat

mengerjakan proses pabrikasi sesuai dengan gambar yang diminta. Karena itu

informasi yang ada di gambar meliputi :


- Ukuran dan peruntukan tiap tiap komponen struktur
- Ukuran,katagori baut dan pengelasan yang digunakan pada sambungan

- Ukuran komponen sambungan

- Lokasi dan detail titik kumpul dan sambungan.

2. Pabrikasi

Adalah suatu proses pembuatan dari berbagai macam komponen struktur baja.
Fabrikasi meliputi : Pemotongan, pembuatan lubang ( penyambungan dengan mur

baut ), penyambungan dengan las, finishing dan berbagai pembentukan baja


menjadi berbagai komponen struktur sesuai dgn gambar yang diminta.

macam macam kegiatan fabrikasi :

a. Pekerjaan Pembuatan Pola ( maal ) dan Penandaan / Marking

Pola (maal) pengukuran harus dilakukan dengan menggunakan pita- pita baja yang
telah disetujui Konsultan Pengawas. Marking mencakup pemberian tanda pada

bagian yang akan dipotong dan penempatan lubang.

b. Pekerjaan Pemotongan / Cutting

Pemotongan dilakukan setelah marking sudah dinyatakan benar. Pemotongan


dapat dilakukan dengan gergaji, menggunting dan cropping.

c. Pekerjaan Melubangi / Holing

Pelubangan dapat dilakukan dengan memakai mesin bor atau mesin punch. Cara

baja tersebut dilubangi sendiri-sendiri adalah dengan menggunakan mal. Setelah


bor selesai, seluruh kotoran besi harus disingkirkan.

Diameter lubang untuk baut HTB adalah satu sampai dengan 1,50 mm lebih besar

dari pada diameter yang tertera pada gambar rencana. Dalam hal lubang tidak
dibor sekaligus untuk seluruh tebal elemen-elemennya, lubang dapat dibor

dengan ukuran yang lebih kecil dan diperbesar kemudian pada saat montase

percobaan.
d. Pekerjaan Penyetelan / Fit Up / Montase
Sebelum tahap perakitan, mula2 dilakukan penyetelan dulu untuk mengetahui

bagian bagian baja yang dipasang tersebut sudah tepat benar ( tidak miring /

alignment ). Pada tahap ini tidak ada pengelasan atau pembautan, karena pada

tahap ini hanya dilakukan penyetelan bagian bagian struktur.


Kalau terjadi perbedaan kedudukan, maka batang yang berdampingan harus

dimontase bersama-sama pada kedudukan yang dikehendaki lengkap dengan

perletakan- perletakannya, gelegar melintang dan seluruh batang- batang


penguat.
Sambungan sementara harus betul-betul berhubungan secara menyeluruh dengan

menggunakan cara di jack, stel baut-baut dan sebagainya.


Pemahatan yang dilakukan pada saat montase hanyalah untuk membawa bagian-

bagian itu pada posisi yang dikehendaki dan bukan untuk memperbesar lubang

atau merusak material. Setelah montase percobaan ok, selanjutnya setiap bagian

harus diberi tanda yang jelas (dengan pahatan dan cat) sebelum montase
percobaan tersebut dilepas. Cat warna yang berbeda dipergunakan untuk

membedakan bagian-bagian yang sama.

e. Pekerjaan Pengelasan ( untuk bagian yang memang harus di las )


Setelah penyetelan sudah dianggap benar, maka dilanjutkan dengan pengelasan

pada bagian bagian sambungan yang disyaratkan harus di las.

f. Pekerjaan Pengecatan Anti Karat

Setelah dibongkar, maka pada permukaan seluruh pekerjaan baja, kecuali pada
bagian yang dikerjakan dengan mesin perkakas dan pada perletakan, harus

dibersihkan seluruhnya sampai menjadi logam yang bersih. Setelah semua

permukaan dalam keadaan bersih dan kering, kemudian dicat anti karat.
g. Pekerjaan Penyediaan Baut.

Jumlah dari mur - mur, baut-baut, cincin baut atau ring dan sebagainya yang

diperlukan lebih banyak 5% untuk setiap ukuran baut mur dan cincin baut.
Diameter lubang cincin baut adalah 1 s/d 1,5 mm lebih besar dari baut.
h. Pekerjaan Pengangkutan / Delivery /Handling

Pekerjaan delivery maksudnya apabila baja yang di pabrikasi memang tidak

dilakukan di site.

Untuk menjamin terlindungnya dari kerusakan pada sat transportasi, maka


perhatian khusus pada saat pengepakan sangat diperlukan dan pada saat transport

harus diberikan perkuatan.

i. Pekerjaan Merakit / Assembling / Instalasi di lokasi


Komponen atau bagian bagian dari baja yang telah melalui proses fabrikasi seperti

bagian yang telah dipotong, dibentuk, dilubangi,dll dikumpulkan jadi satu


kemudian di rakit.

3. Pekerjaan Instalasi / Erection / Menggelar dan Urutan Pemasangan

Menggelar bagian bagian baja dapat dimulai setelah semua bagian baja selesai

dibuat / di fabrikasi dan setelah bagian bagian tersebut selesai di rakit. Erection
bisa dibantu dengan alat berat crane, atau dan dibantu dengan tenaga orang

dengan peralatan takel, statif, tambang, dll

Gelegar baja harus dipasang sedemikian rupa, sehingga gelegar tersebut dapat

membentuk lawan lendut seperti tertera pada gambar rencana. Pemasangan


permanen baut tidak boleh dilakukan sebelum mendapatkan persetujuan dari

Konsultan Pengawas.
VI. PENUTUP

Untuk pekerjaan yang tidak diuraikan dalam metode kerja ini, akan dilaksanakan sesuai
dengan :

1. Seluruh detail dan tahapan pelaksanaan akan mengacu dan sesuai dengan tahapan

pelaksanaan yang dijelaskan dalam spesifikasi teknis yang ada dalam dokumen

pelelangan termasuk dokumen tambahan / addendum (jika ada) yang merupakan bagian
dari dokumen pelelangan.

2. Seluruh pekerjaan dengan bentuk, dimensi, jenis, detail mengacu pada gambar

kerja/shop drawing.

3. Seluruh pekerjaan mengacu dan menggunakan serta akan memenuhi standar yang
ditentukan dalam spesifikasi teknis yang ada dalam dokumen pelelangan termasuk

dokumen tambahan /addendum (jika ada) dan standar lain yang berlaku di lingkungan

Negara Republik Indonesia.

4. Pelaksanaan pekerjaan akan dilakukan oleh tenaga ahli dan terampil di bidangnya.
5. Pekerjaan akan mengahasilkan hasil yang maksimal, presisi dan rapih sesuai dengan

spesifikasi teknis dan gambar kerja.

Bandung, 21 Nopember 2018

Penawar,
PT. AZA BANAR

Ir. Riki Wardana

Direktur I

Anda mungkin juga menyukai