Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

INSTALASI PENERANGAN
Fire Alaram System

Disusun oleh :
Fidelors Excelsis Motulo
Nim :
20023047
Kelas :
2 TL 2 D4

POLITEKNIK NEGERI MANADO


2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
2.1 Rumusan Masalah
3.1 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Cara Kerja Fire Alarm
2.1.1 Cara Kerja Fire Alarm Tipe Konvensional
2.1.2 Cara Kerja Fire Alarm Tipe Addressable
2.1.3 Cara Kerja Alarm Kebakaran Tipe Semi-Addressable
2.2 Komponen Utama Fire Alarm
2.3 Rangkaian Instalasi Fire Alarm
2.3.1 Rangkaian Instelasi Fire Alarm Konvensional
2.3.2 Rangkaian Instalasi Fire Alarm Addressable
2.4 Peraturan instalasi Fire Alarm
2.4.1 Acuan Peraturan Instalasi Fire Alarm
2.4.2 Spesifikasi Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran Sesuai Peraturan
Instalasi Fire Alarm
BAB III KESIMPULAN
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Fire alarm system adalah sebuah sistem penanda bahaya terhadap
kebakaran yang bekerja untuk mendeteksi keberadaan api yang tidak diinginkan
dengan memonitor peru bahan lingkungan yang terkait dengan pembakaran.
Secara sederhana, cara kerja sebuah fire alarm adalah dengan mengeluarkan
signal berupa suara alarm dan indikasi lampu menyala apabila detektor
menemukan salah satu atau beberapa tanda kebakaran seperti, api, asap, gas,
maupun panas.
Tujuan dipasangnya sebuah sistem fire alarm adalah untuk mendeteksi
secara dini terhadap kebakaran dan memberitahukan kepada orang diserkitar
tempat kejadian untukk dapat melakukan evakuasi atau melakukan tindakan
darurat dalam pemadaman dan mengkontrol penyebaran api dan asap. Secara
umum, fire alarm sistem dapat diaktifkan secara otomatis (melalui detektor)
atau secara manual (melaui Msanual Call Point).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana prinsip kerja fire alaram

1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memberikan informasi
mengenai prinsip kerja beserta kegunaan fire alarm. Serta mengkaji lebih
dalam pemanfaatan dari fire alarm tersebut .
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Cara Kerja Fire Alarm


Seperti diketahui, fire alarm merupakan sebuah alat penanda bahaya
yang mendeteksi api atau asap yang tidak diinginkan dengan sistematis. Lebih
lanjut, sistem tersebut memonitor perubahan lingkungan yang berkaitan
dengan pertanda kebakaran. Setelah memastikan bahaya, detektor akan
mengeluarkan sinyal berupa suara bising dan lampu yang menyala terang.
Sebelum mengetahui tentang macam-macam cara kerja alarm kebakaran, mari
terlebih dahulu mengetahui komponen-komponen Fire Alarm. Di mana ia
terdiri dari komponen input dan output. Komponen input terdiri dari alat
detektor atau manual call point. Untuk detektor terdiri dari sistem pendeteksi
asap, panas, api dan gas.
Adapun proses kerjanya berpusat pada Panel Fire Alarm Systems (FACP).
Control Panel ini bertugas menerima informasi dari detektor, kemudian
diproses sesuai program yang diatur. Ketika terindikasi ada potensi bahaya,
alarm akan segera diaktifkan secara otomatis.
Alarm terdiri dari audio dan visual atau gabungan dari keduanya, dan ini
merupakan bagian dari komponen output. Ketika diaktivasi, alarm akan
mengeluarkan suara bising dan cahaya terang sehingga orang bisa dengan
cepat menyadari adanya bahaya kebakaran.
Secara lebih terperinci, cara kerja dan sistem alarm kebakaran terdiri dari
sejumlah proses dan komponen. Untuk penjelasan lebih lanjut, mari simak
uraian berikut ini:

2.1.1 Cara Kerja Fire Alarm Tipe Konvensional


Fire alarm konvensional bekerja secara parallel di mana detektor yang
terpasang memiliki titik awal dan akhir. Titik-titik ini akan merangkai satu
kesatuan yang disebut zona. Dengan kata lain, zona terdiri dari sejumlah
detektor.

Perangkat input yang detail penjelasannya telah disebutkan di bagian


pendahuluan akan dikelompokkan berdasarkan zona. Mereka yang telah
terhubung ke kontrol panel akan menjadi penghubung antara detektor dan
kontrol panel dengan menggunakan kabel isi dua.
Ketika detektor mendeteksi api atau asap yang tidak diinginkan, bahkan
mengindikasi kebakaran, maka sistem akan menginstruksikan aktivasi tanda
lampu pada zona lokasi kebakaran. Alarm ini akan memberi peringatan dengan
suara dan sinar. Kita pun bisa segera menyadarinya ada bahaya kebakaran
tanpa panik, lalu segera melakukan tindak penyelamatan terhadap jiwa dan
harta.

2.1.2 Cara Kerja Fire Alarm Tipe Addressable


Sistem ini setingkat lebih maju dari yang konvensional sebab setiap
perangkatnya terhubung langsung ke control panel, baik perangkat inpun
maupun outputnya. Setiap perangkat juga memiliki identifikasinya sendiri-
sendiri pada detector kebakarannya. Hasilnya, sistem akan langsung mengirim
sinyal alarm secara langsung ketika terdeteksi ada bahaya kebakaran.
Dinilai setingkat lebih maju, karena tipe addressable memiliki tingkat
keakuratan yang lebih tinggi. Sebab sistem akan sangat mudah mencari lokasi
kebakaran secara cepat dan tepat. Ketika alarm bekerja mendeteksi kebakaran,
Anda bisa segera mengetahui jalur evakuasi dan lebih longgar dalam
melakukan evakuasi.

2.1.3 Cara Kerja Alarm Kebakaran Tipe Semi-Addressable


Ini merupakan sistem gabungan antara sistem konvensional dan sistem
addressable. Tentu saja, cara kerja dan fungsinya akan lebih cemerlang, dan
bisa bekerja secara lebih kompleks tapi tetap akurat. Lebih lanjut, cara kerja
alarm kebakaran tipe ini terdiri dari control panel sistem addressable,
sementara perangkat input atau outputnya menggunakan cara konvensional.
Sistem ini memiliki kelebihan dalam menghimpun banyak detektor sehingga
bisa diaplikasikan pada area yang lebih luas seperti gudang atau gedung
bertingkat.
Pemahaman tentang cara kerja alarm kebakaran penting dimiliki Anda sebagai
konsumen alias pengguna. Sebab, menjadi konsumen cerdas akan membuat
Anda tidak mudah dibodohi, bahkan bisa secara optimal melakukan pemilihan
atas fire alarm apa yang sekiranya cocok untuk kebutuhan Anda.
Meski begitu, teknologi seputar alarm kebakaran akan terus berkembang.
Karenanya, Anda harus rajin memperbarui informasi seputar cara kerja alarm
kebakaran maupun produk-produk terbaru dan tercanggih di bidang antisipasi
kebakaran.

2.2 Komponen Utama Fire Alarm


Agar kebakaran yang terjadi dapat ditangani dengan cepat, pihak
pengelola gedung harus menginstalasi fire alarm  di tempat-tempat yang tepat.
Selain itu, kondisi firm alarm juga harus diperiksa secara rutin agar kinerjanya
selalu optimal.
Dalam proses kerjanya, fire alarm tidak bekerja sendiri. Ada beberapa
komponen utama yang membuat fire alarm dapat bekerja secara optimal.
Kompenen-komponen utama tersebut adalah sebagai berikut.
1. Manual Call Point
Manual call point dikenal juga dengan emergency break glass. Komponen ini
akan berbunyi dengan cara memecahkan kaca pada kotak yang tersedia jika
terjadi kebakaran. Agar mudah digunakan, pihak pengelola gedung harus
meletakkan manual call point di tempat yang mudah dijangkau dan mudah
dilihat.
2. MCFA
MCFA (Main Control Fire Alarm) menjadi pengendali fire alarm yang akan
menerima input signal (sinyal masukan) dari semua detektor kebakaran. Saat
terjadi kebakaran atau adanya automatic fire extinguisher, hydrant,
dan sprinkler yang bekerja, detektor tersebut akan mendeteksinya dan
mengirimkan sinyal ke kontrol panel MCFA yang akan dijadikan input
data (data masukan).
Setelah menerima  input data, kontrol panel MCFA akan melakukan
pengolahan, penyeleksian, dan pengevaluasian data yang akan
menghasilkan output data (data keluaran) berisi tentang informasi dan lokasi
kebakaran. Output data tersebut akan ditampilkan dalam announciator dan
akan mengaktifkan fire alarm secara otomatis.
Fire alarm adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi kebakaran dangan
beberapa komponen utama yang salah satunya berupa MCFA. Adapun bagian-
bagian dari MCFA adalah sebagai berikut.
 MCU (Main Control Unit), yang menjadi pusat pemantauan berupa
monitor untuk mengetahui kondisi yang terjadi pada fire alarm.
 SCU (Sub Control Unit), yang membaca sinyal dari monitor modul.
 PSM (Power Supply Module), yang memberikan sumber atau masukan
daya pada fire alarm.
 NIU (Network Interface Unit), yang memberi tugas atau perintah pada
modul interface.
3. Fire Bell
Jika terdengar suara fire bell, itu menandakan adanya kebakaran di suatu
ruangan atau tempat. Suara yang dihasilkan dari komponen ini dapat menjadi
tanda bahwa orang-orang yang ada di dalam suatu gedung harus segera
melakukan evakuasi. Agar suara yang dihasilkan dapat terdengar di seluruh
penjuru gedung, pihak pengelola gedung harus memasangnya secara
maksimal.
4. Indicator Lamp
Fire alarm adalah alat yang dapat mendeteksi kebakaran. Salah satu komponen
utama pada fire alarm berupa indicator lamp. Indicator lamp ini akan menyala
atau berkedip jika terjadi kebakaran dan akan tetap mati jika situasi aman.
5. Remote Indicating Lamp
Biasanya, remote indicating lamp diletakkan di luar ruangan tertutup, seperti
kamar hotel, ruang genset, ruang panel listrik, dan ruang pompa. Hal ini
bertujuan agar orang-orang yang berada di luar dapat mengetahui jika terjadi
kebakaran di ruangan tertutup tersebut dan dapat segera memadamkannya.
Kebakaran memang dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Karena itu,
Anda harus menginstalasi fire alarm agar dapat meminimalkan kerugian,
bahkan dapat mencegah jatuhnya korban jiwa. Fire alarm adalah alat yang
dapat mendeteksi kenaikan suhu akibat kebakaran dan dilengkapi dengan
komponen-komponen utama di atas.

2.3 Rangkaian Instalasi Fire Alarm


Jika melakukan proses instalasi, seorang konsultan dan kontraktor fire
alarm akan membuat sebuah diagram atau rangkaian instalasi fire alarm yang
berguna untuk mempermudah proses instalasi dan menjadi pengingat saat
proses instalasi yang dilakukan salah. Perancangan dan pembuatan rangkaian
instalasi fire alarm ini tentu berdasarkan gedung yang akan dilakukan proses
instalasi.
Hal ini berkaitan dengan tingkat kebutuhan dan resiko yang terjadi pada
bangunan atau ruangan instalasi. Kemudian mereka akan menimbang dan
menghitung kemungkinan kebakaran yang terjadi dan membuat rangkaian
instalasi

2.3.1 Rangkaian Instelasi Fire Alarm Konvensional


Pada rangkaian instalasi fire alarm konvensional lebih jarang digunakan
untuk suatu gedung yang luas dan bertingkat, fire alarm konvensional biasanya
dimanfaatkan untuk gedung dengan skala kecil. Hal ini berkaitan dengan
rangkaian intalasi yang dibentuk lebih sederhana sehingga kerja alat pun hanya
bisa mencakup daerah kecil. Coba Perhatikan gambar dibawah ini.
Berdasarkan gambar rangkaian instalasi fire alarm konvensional tersebut, kita
dapat melihat bahwa panel control dihubungkan dengan beberapa
zone menggunakan kabel dimana setiap zone terdiri dari detector  (smoke dan
heat) dan MCP (Manual call point). pada unit MCP diletakkan sejajar dengan
indicator lamp dan fire bell yang merupakan detector terakhir dari rangkaian
sehingga pada ujung unit ini dipasang EOL (end of line) resistor.
Jalur kabel ini menentukan kapasitas zona suatu panel. Artinya, panel kapasitas
10 Zone memiliki maksimal pembagian 10 zona. Dan setiap zona pada
ujungnya diberikan EOL, dengan rangkaian instalasi fire alarm sistem
konvensional ini memberikan kepada kita gambaran mengapa suatu fire alarm
sistem konvensional hanya bisa menerima satu sinyal bahaya pada setiap
zonanya dan bukan tanda bahaya dari setiap detector yang terpasang.

2.3.2 Rangkaian Instalasi Fire Alarm Addressable


Rangkaian instalasi fire alarm addressable lebih banyak digunakan pada
gedung bertingkat dan berskala lebar, misalnya saja hotel, mall, rumah sakit,
dan bangunan lainnya. Proses instalasi sistem addressable ini lebih rumit jika
dibandingkan dengan sistem konvensional, namun fungsi kerja sistem ini lebih
komplek dan teliti.
keunggulan sistem ini dibandingkan dengan konvensional adalah setiap detector
memiliki alamat sendiri-sendiri untuk menyatakan identitas ID dirinya. Jadi titik
kebakaran dapat dideteksi dengan pasti dari sinyal yang dikirim setiap
detectornya.
Gambaran simple kerjanya adalah jika pada sistem konvensional pada 4 laintai
gedung dipasang dengan 4 zona dan setiap zona memiliki beberapa detector,
jika ada salah satu detector yang aktif maka zona yang akan menjadi panutan
dimana bunyi alarm. kemudian dari panel kontrol dapat dibantu dengan
mengaktifkan indicating lamp  dan alarm bell.
Sedangkan pada alarm addressable, jika pada 4 lantai gedung di pasang dengan
sistem addressable maka informasi yang di tampilkan di dalam panel akan lebih
detail, setiap detektor yang aktif akan memberikan informasi dirinya ke panel
control bahwa ada bahaya di lantai sekian (tempat detector berada) sehingga
petugas lebih cepat beroperasi

2.4 Peraturan instalasi Fire Alarm


Kasus kebakaran saat ini mulai sering terdengar, tentunya hal ni juga
berkaitan dengan semakin banyaknya bangunan yang ada di Indonesia, namun
kurang adanya kesadaran seorang pemilik bangunan untuk memberikan instalasi
peralatan fire alarm yang baik dan mumpuni untuk proteksi. Padahal keakaran
adalah sesuatu hal yang sangat memahayakan, karena menyangkut asset
bangunan dan nyawa. Oleh sebab itu, diharapkan adanya kesadaran pemiliki
bangunan untuk memberikan fire alarm protection pada bangunannya sebagai
proteksi dan pengenalan dini terhadap bahaya kebakaran yang mungkin saja
bisa terjadi.
Dalam pemasangan fire alarm, tetunya tetap mengacu pada peraturan
instalasi fire alarm yang telah ditentukan baik secara SNI maupun NFPA.
Penggunaan peraturan instalasi fire alarm yang baik dan benar akan
memberikan keoptimalan dalam hal instalasi dan penggunaan alat.

2.4.1 Acuan Peraturan Instalasi Fire Alarm


Dalam hal Standarisasi pada sebuah instalasi fire alarm di seluruh dunia
adalah mengacu pada standarisasi NFPA 72 (National Fire Protection
Association), namun sebagian negara juga ada yang mengacu pada IPS E-SF-
260 Engineering Standard for Automatic Detectors and Fire Alarm Systems dari
Iranian Petroleum Standard, selain itu masih banyak standardarisasi dunia yang
bisa diakui.
Di Indonesia sendiri juga memiliki standarisasi fire alarm yaitu Standart
Nasional Indonesia (SNI). SNI membahas tentang instalasi fire alarm dan
dikeluarkan dalam SNI 03-3986-1995 yakni membahas  berkaitan “Instalasi
alarm kebakaran automatik”. Selanjutnya,  pada SNI 03-3985-2000 membahas
tentang “Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi pada
fire alarm untuk mencegah bahaya kebakaran pada bangunan”. Namun secara
garis besar isinya mengadopsi dari NFPA 72. Sehingga acuan utama untuk
standarisasi instalasi fire alarm di Indonesia adalah SNI dan NFPA 72.
Pemerintah Indonesia juga menerbitkan KEPMEN PU No.
10/KPTS/2000 bagian 2 yaitu Sistem Deteksi kebakaran dan Alarm Kebakaran,
yang membahas masalah “standard minimum tempat yang disarankan untuk
memasang fire alarm dan detector adalah disesuaikan dengan fungsi bangunan
& luas area”.
Instalasi sistem deteksi dan alarm kebakaran otomatis yang diatur dalam
peraturan instalasi fire alarm adalah untuk memberikan peringatan kepada
penghuni akan adanya bahaya kebakaran. Kemudian penghuni dapat melakukan
tindakan proteksi dan penyelamatan jika kondisi darurat tersebut hadir. Selain
itu, adanya sistem alarm ini bertujuan memudahkan petugas pemadam
kebakaran dalam mengidentifikasi titik awal terjadinya kebakaran.

2.4.2 Spesifikasi Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran Sesuai Peraturan


Instalasi Fire Alarm
Beberapa hal yang menyangkut sistem deteksi dan alarm kebakaran harus
memenuhi spesifikasi dan peraturan instalasi fire alarm yang berlaku. Seperti:
1. Pemenuhan terhadap standar. Dalam hal pemenuhan terhadap standar
yang berlaku, perancangan dan pemasangan sistem deteksi dan alarm
kebakaran harus memenuhi SNI 03-3986 edisi terakhir. Yakni mengenai
Instalasi Alarm Kebakaran Otomatis.
2. Mengatur hubungan dengan peralatan alarm lainnya. Sistem
penginderaan kebakaran dan alarm otomatis, harus dilengkapi dengan
sistem peringatan untuk keadaan darurat dan sistem komunikasi internal.
BAB III
KESIMPULAN

Fire alarm system adalah sebuah sistem penanda bahaya terhadap


kebakaran yang bekerja untuk mendeteksi keberadaan api yang tidak diinginkan
dengan memonitor perubahan lingkungan yang terkait dengan pembakaran. Di
mana ia terdiri dari komponen input dan output. Komponen input terdiri dari
alat detektor atau manual call point. Tipe fire alarm yaitu konvensional dan
adressable. Fire alarm konvensional bekerja secara parallel di mana detektor
yang terpasang memiliki titik awal dan akhir. Tipe adressable setingkat lebih
maju dari yang konvensional sebab setiap perangkatnya terhubung langsung ke
control panel, baik perangkat inpun maupun outputnya. Setiap perangkat juga
memiliki identifikasinya sendiri-sendiri pada detector kebakarannya.
Komponen utama fire alarm terdiri dari Manual Call Point, MCFA
(Main Control Fire Alarm), Fire Bell, Indictor Lamp, dan Remote Indicating
lamp. Pmasangan fire alarm juga harus sesuai dengan peraturan, dalam hal
Standarisasi pada sebuah instalasi fire alarm di seluruh dunia adalah mengacu
pada standarisasi NFPA 72 (National Fire Protection Association), di Indonesia
sendiri juga memiliki standarisasi fire alarm yaitu Standart Nasional Indonesia
(SNI). Instalasi sistem deteksi dan alarm kebakaran otomatis yang diatur dalam
peraturan instalasi fire alarm adalah untuk memberikan peringatan kepada
penghuni akan adanya bahaya kebakaran.

Anda mungkin juga menyukai