HOTEL SENEN
Muhammad Asbi
4101170001
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BUNGKARNO
2021
INSTALASI FIRE ALARM DAN KENDALA ERROR PADA
MCFA DI AMARIS HOTEL SENEN
Disusun oleh:
Muhammad Asbi
4101170001
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BUNGKARNO
2021
i
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
Nama:MUHAMMAD ASBI
Nim :4101170001
Mengetahui
Iswidodo,ST.MT
ii
ALAMAN SURAT KETERANGAN KERJA PRAKTEK
iii
KATA PENGANTAR
Allahmdulilah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat allah subhaanahu wa
ta’alaa atas limpahan rahmat,nikmat dan pertolongan nya sehingga penulis bisa
menyelesaikan penyusunan Laporan Kerja Praktik ini yang dilaksanakan di Hotel
Amaris Senen. Laporan ini dengan judul’’INSTALASI FIRE ALARM DAN
iv
7. Rekan-rekan kerja yang saling membantu dalam melaksanakan peraktik untuk
menjadi bisa. Terimaksih kawan atas semua ilmu yang kalian berikan yang
mungkin penulis belum mengerti sepenuhnya.
8. Serta seluruh pihak yang telah berjasa dalam penyusunan laporan ini, yang tidak
tersebutkan namanya satu per satu,
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun sangat
dibutuhkan oleh penulis untuk perbaikan kedepan. Penulis berharap semoga laporan
ini bermanfaat bagi para pembaca.
MUHAMMAD ASBI
v
DAFTAR ISI
JUDUL ...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………...ix
DAFTAR TABEL……………………………………………………………x
2.3 lokasiInstansi............................................................................................7
3.4.1Fire Hydrant………………………………………………………...30
3.4.2 Sprinkler………………………………………………………..…..31
4.2 Peralatan…………………………………………………………………..39
4.2.1 Kabel………………………………………………………………..39
4.2.2 Konduit………………………………………………………...........40
vii
4.3 KriteriaPerencanaan ………………………………………………..........40
BAB V PENUTUP……………………………………………………………46
5.1 kesimpulan………………………………………………………………...46
5.2 saran……………………………………………………………………….47
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………48
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gedung amaris Hotel Senen………………………………………..5
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1………………………………………………………………………….40
Tabel 4.2………………………………………………………………………….41
Tabel 4.3………………………………………………………………………….41
x
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi yang sangat cepat dalam segala hal membuat semua kalangan
berusaha untuk menguasai dan mengikuti perkembangan tersebut sesuai bidang masing-
masing. Salah satunya adalah penguasaan teknologi dibidang kelistrikan, khususnya dalam
hal pencegahan kebakaran baik itu perumahan ataupun gedung bertingkat. Hal ini
diperlukan demi keamanan dan mencegah kerugian materi akibat kebakaran.
Deteksi dini sangat diperlukan dalam mengatasi masalah ini, yaitu mendeteksi adanya asap
dan suhu yang menjadi ciri adanya kebakaran sebelum terjadinya kebakaran yang lebih
besar. Untuk mendeteksi keadaan tersebut diperlukan suatu sistem keamanan yang dapat
mendeteksi adanya gejala kebakaran. Tidak hanya sampai pendeteksian tetapi juga
memberikan peringatan tentang adanya bahaya kebakaran dan penanggulangan awal
dalam memadamkan kebakaran.
Melihat kondisi diatas para mahasiswa juga dituntut untuk mampu beradaptasi dengan
perkembangan tersebut. Atas dasar pemikiran tersebut yang mendasari kami dalam
mengajukan laporan kerja praktek ini dengan judul : ” Instalasi Fire Alarm dan kendala
error pada fire alarm pada mcfa”
1
1.2 Perumusan Masalah
1.3Batasan Masalah
Dalam menyusun laporan ini, permasalahan dibatasi pada :
6. Instalasi fire alarm di Gedung Amaris hotel senen.
2
1. Sebagai pengalaman kerja penulis didunia industri yang merupakan
implementasi teori-teori yang diperoleh pada saat kuliah.
2. Dapat digunakan untuk menambah wawasan serta apresiasi terhadap keilmuan
Teknik Elektro khususnya mengenai syistem arus kuat yang diterapkan pada
dunia industri, sehingga akan semakin menunjang pemahaman yang telah
dipelajari secara teoritis.
3. Melihat secara langsung situasi dunia kerja yang sebenarnya dalam
perusahaan.
4. Sebagai syarat bagi mahasiswa untuk menempuh Tugas Akhir.
Bab ini merupakan penutup dari penelitian. Dalam bab ini akan
dibahas berbagai keterbatasan dan kesimpulan mengenai kerja
praktik yang dilakukan sesuai dengan perumusan permasalahan
dikerja praktiknya. Kemudian juga disertakan saran yang dapat
menjadi bahan masukan bagi penulis terkait dimasa mendatang
4
BAB II
TINJAUAN UMUM INSTANSI
Amaris Hotel merupakan salah satu grup hotel terkemuka di Indonesia. Grup ini
didirikan pada tahun 2007 di bawah Santika Indonesia, salah satu unit bisnis Kelompok
Kompas Gramedia. Amaris Hotel adalah brand hotel berbintang dua atau yang lebih
dikenal dengan konsep budget. Keunikan dari Amaris Hotel bisa dilihat dari warna
hotelnya yang terdiri dari warna hijau, merah, biru, dan kuning. Saat ini, Amaris Hotel
memiliki 21 properti yang tersebar di Indonesia.
maris Hotel Senen – Jakarta mulai beroperasi pada tanggal 17 April 2011. Hotel ini
terletak dekat dengan pusat bisnis dan perbelanjaan. Amaris Hotel Senen – Jakarta
menyediakan 72 Smart Room dan 2 ruang meeting. “Moderinity in Jakarta’s Colorful
Heart” adalah tagline dari Amaris Hotel Senen
5
2.2 Visi dan Misi Instansi
a. Visi
“Menjadi jaringan hotel pilihan utama yang terbesar di Indonesia dan tersebar di
Asia Tenggara.”
b. Misi
Menciptakan nilai lebih bagi “STAKE HOLDER” dengan menyajikan produk
bermutu disertai pelayanan professional yang Ramah dalam mewujudkan
sentuhan Indonesia sebagai Nilai Citra Santika
6
2.3 Lokasi Instansi
Hotel Amaris Senen terletak strategis di pusat kota Jakarta, dari sini anda bisa dengan
mudah untuk menuju ke kawasan wisata, bisnis, dan komersial seperti Monas, Taman
Ismail Marzuki, Masjid Istiqlal, SCBD, Jl. Thamrin, dan masih banyak lagi. Akses
transportasi juga mudah karena Hotel Amaris Senen terletak dekat dengan Stasiun Kereta
Api Senen, Stasiun Gambir, Bandara Halim Perdana Kusuma yang hanya berjarak kurang
lebih 10 menit, dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang berjarak kurang lebih 30
menit dari Hotel Amaris Senen.
Dalam masa kerja praktik ini saya mengambil topik pembahasan mengenai Instalasi Fire
Alarm dan gejala Error pada MCFA.saya mencoba melakukan penelitian dan Analisa
penyebab error serta kendala pada Mcfa. Dibantu oleh pembimbing di hotel amaris senen
7
2.5 Struktur Organisasi Hotel Amaris Senen
Untuk menjalankan tugas dan fungsi sebagai mana mestinya, Amaris Hotel Senen
memiliki struktur organisasi sebagaimana dapat dilihat pada:
ACCOUNTING
Ada pun tugas dan wewenang dari susunan organisasi hotel amaris senen antara lain :
1.MANAGER HOTEL
Memimpin hotel dan menjadi fasilitator bagi seluruh karyawannya di semua level jabatan
di unit hotel. Mengelola operasional harian hotel, merencanakan, melaksanakan,
mengoordinasi, mengawasi, dan menganalisis semua aktivitas bisnis di hotel. Mengelola
hotel sesuai dengan visi dan misi yang telah dibuat.
2.SPV OPERATIONAL
Seorang supervisor diberi tanggung jawab untuk mengawasi, serta mengelola sebuah
produksi dan pelayanan kepada konsumen, juga membimbing dan mengatur rekan kerja
bawahannya guna mencapai tujuan perusahaan
8
3.SPV ENGINEERING
- Mengawasi dan membuat jadwal kerja supervisor dan seluruh crew / staff
Engineering.
- Melaporkan kepada GM apabila terdapat suatu masalah sehingga dengan cepat
dapat diatasi.
- Memberikan pelayanan perbaikan kamar sesuai dengan standard yang telah
ditetapkan.
4.SPV ACCOUNTING
Memyampaikan laporan keuangan kepada Manager. Memerikasa dan memverifikasi
semua pencatatan transaksi keuangan yang menjadi kewenangannya. Mengontrol jalannya
proses accounting secara keseluruhan (memastikan laporan transaksi keuangan yang
masuk ke dalam sistem accounting tidak ada kesalahan)
5.HRD HOTEL
- Persiapan.
- Rekrutmen Tenaga Kerja.
- Seleksi Tenaga Kerja.
- Pengembangan dan Evaluasi Karyawan.
- Penyediaan Kompensasi dan Perlindungan Karyawan
6.ENGINEERING
7.ACCOUNTING
Mencatat semua pembelian barang oleh hotel yang tidak dibayar cash. Melakukan
pencatatan pembeli barang barang yang diperlukan oleh hotel. Melakukan pencatatan
penyimpanan dan pengeluaran barang barang. Mencatat hasil penjualan hotel.
9
8.SALES EXECUTIVE
orang yang bertanggung jawab atas strategi penjualan perusahaan secara keseluruhan.
Dalam peran ini, mereka juga dituntut dapat mengembangkan strategi dan melibatkan tim
lain di luar sales.
9.HOUSE KEEPING
- Membersihkan dan memelihara kamar-kamar tamu di seluruh area hotel.
- Menjaga kebersihan secara menyeluruh di public hotel.
- Menjaga kebersihan linen hotel.
- Membuat laporan status kamar ke bagian Front Officer.
- Menjaga peralatan kerja housekeeping dengan baik
10.CHEF
Juru masak/ Koki/ Chef adalah orang yang tugasnya membuat resep, menentukan dan
menakar bahan-bahan masakan, memasak, juga menyajikan suatu hidangan yang enak
rasanya, terlihat indah, dan layak untuk dibayar. Seorang juru masak hotel nggak cuma
bekerja dalam menyiapkan menu utama (main course),tetapi juga menyiapkan
pesanan/reques dari tamu hotel
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Sistem Fire Alarm
Definisi dari fire alarm atau alarm kebakaran adalah komponen dari sistem yang
memberikan isyarat/tanda setelah gejala kebakaran terdeteksi. Sistem pengindera api
atau yang umum dikenal dengan fire alarm system adalah suatu sistem terintegrasi yang
didesain dan dibangun untuk mendeteksi adanya gejala kebakaran, untuk kemudian
memberi peringatan (warning) dalam sistem evakuasi dan ditindak lanjuti secara
otomatis maupun manual dengan sistem pemadam kebakaran (fire fighting System).
Peralatan utama yang menjadi pengendali sistem ini disebut Main Control Fire
alarm (MCFA) atau Fire Alarm Control Panel (FACP) yang berfungsi menerima sinyal
masukan (input signal) semua detektor dan komponen pendeteksi lainnya, untuk
kemudian memberikan sinyal keluaran (output signal) melalui komponen keluaran
sesuai dengan setting yang telah diterapkan.
Instalasi Fire Alarm bisa dimulai dari yang sederhana sampai dengan tingkatan
kompleks. Sistem sederhana hanya memerlukan beberapa detector, satu panel dan fire
bell. Sistem ini umumnya menggunakan cara analog dan dikenal dengan istilah fire
alarm konvensional. Sedangkan sistem yang lebih kompleks biasanya menggunakan apa
yang disebut dengan Addressable Fire Alarm.
Tapi tidak setiap sistem analog itu sederhana. Terkadang dijumpai pula sistem
analog yang melibatkan pompa hidran untuk pemadaman api, sprinkler system, dan
sistem evakuasi.
11
3.2.1 Non Addressable System.
Sistem ini disebut juga dengan conventional system. Pada sistem ini
MCFA menerima sinyal masukan langsung dari semua detektor (biasanya
jumlahnya sangat terbatas) tanpa pengalamatan dan langsung memerintahkan
komponen keluaran untuk merespon masukan tersebut. Sistem ini umumnya
digunakan pada bangunan/area supervisi berskala kecil, seperti perumahan,
pertokoan, sekolah kecil, restoran, apartemen atau pada ruangan-ruangan tertentu
pada suatu bangunan yang diamankan. Berikut ini diagram dasar sistem fire alarm
konvensional:
Sistem Konvensional menggunakan kabel isi dua untuk hubungan antar detektor
ke detektor dan ke Panel. Kabel yang dipakai umumnya kabel listrik NYA 2x1.5 mm
yang ditarik di dalam pipa conduit semisal EGA atau Clipsal. Pada instalasi yang cukup
kritis kerap dipakai kabel tahan api (Fire Resistance Cable) dengan ukuran 2x1.5 mm,
terutama untuk kabel-kabel yang menuju ke Panel dan sumber listrik 220 V. Oleh karena
memakai kabel isi dua, maka instalasi ini disebut dengan 2-Wire Type. Selain itu dikenal
pula tipe 3-Wire dan 4-Wire seperti terlihat pada Gambar 2.2 :
12
Gambar 3.2 2-Wire Type, 3-Wire Type , 4-Wire Type
Pada 2-Wire Type nama terminal pada detektornya adalah L(+) dan Lc(-). Kabel ini
dihubungkan dengan panel fire alarm pada terminal yang berlabel L dan C juga.
Hubungan antar detektor satu dengan lainnya dilakukan secara paralel dengan syarat
tidak boleh bercabang yang berarti harus ada titik awal dan ada titik akhir.
Titik akhir tarikan kabel disebut dengan istilah End of Line (EOL). Di titik inilah
detektor terakhir dipasang dan di sini pulalah satu loop dinyatakan berakhir. Pada
detektor terakhir ini dipasang satu buah EOL resistor. Jadi yang benar adalah EOL
Resistor ini dipasang di ujung loop, bukan di dalam Control Panel dan jumlahnya pun
hanya satu EOL Resistor pada setiap loop. Oleh sebab itu bisa dikatakan 1 loop = 1 zone
yang ditutup dengan Resistor End of Line (EOL Resistor).
Adapun tentang istilah konvensional, istilah ini untuk membedakannya dengan sistem
Addressable. Pada sistem konvensional, setiap detektor hanya berupa kontak listrik
biasa, tidak mengirimkan ID Alamat yang khusus.
13
3-Wire Type digunakan apabila dikehendaki agar setiap detektor memiliki output
masing-masing yang berupa lampu. Contoh aplikasinya, misalkan untuk kamar-kamar
hotel dan rumah sakit. Sebuah lampu indikator yang disebut Remote Indicating Lamp
dipasang di atas pintu bagian luar setiap kamar dan akan menyala pada saat detektor
mendeteksi. Dengan begitu, maka lokasi kebakaran dapat diketahui orang luar melalui
nyala.lampu
14
Gambar 3.4 Bentuk Lampu Indikator
3-Wire Type umumnya digunakan pada kebanyakan smoke detector 12V agar bisa
dihubungkan dengan Panel Alarm Rumah. Seperti diketahui Panel Alarm Rumah
menggunakan sumber 12 VDC untuk menyuplai tegangan ke sensor yang salah satunya
bisa berupa Smoke detector tipe 4-Wire ini. Di sini, ada dua kabel yang dipakai sebagai
supply +12 V dan -12 V, sedangkan dua sisanya adalah relay NO - C yang dihubungkan
dengan terminal bertanda ZONE dan COM pada panel alarm. Selain itu tipe 4-wire ini
bisa juga dipakai apabila ada
satu atau beberapa detektor ditugaskan untuk men-trigger peralatan lain saat terjadi
kebakaran, seperti mematikan saklar mesin pabrik, menghidupkan mesin pompa air,
mengaktifkan sistem penyemprot air (sprinkler system atau releasing agent) dan
sebagainya. Biasanya detektor 4-wire memiliki rentang tegangan antara 12 VDC sampai
dengan 24 V DC.
Pada sistem ini dilakukan pengelompokan/zoning pada detektor & alat penerima
masukan berdasarkan area pengawasan (supervisory area). Masing- masing zona ini
dikendalikan (baik input maupun output) oleh zone controller yang mempunyai
15
alamat/address yang spesifik. Pada saat detektor atau alat penerima masukan lainnya
memberikan sinyal, maka MCFA akan meresponnya (I/O) berdasarkan zone controller
yang mengumpankannya. Pada display MCFA akan terbaca alamat zona yang terjadi
gejala kebakaran, sehingga dengan demikian tindakan yang harus diambil dapat
dilokalisir hanya pada zona tersebut.
16
Perbedaan paling mendasar dengan sistem konvensional adalah dalam hal
Address (Alamat). Pada sistem ini setiap detektor memiliki alamat sendiri-sendiri
untuk menyatakan identitas/ID dirinya. Jadi titik kebakaran sudah diketahui
dengan pasti, karena panel bisa menginformasikan deteksi berasal dari detektor
yang mana.
17
jumlah keseluruhan detektor, maka biayanya lebih mahal lagi. Sebagai "jalan
tengah" ditempuh cara semi addressable, yaitu panel dan jaringannya
menggunakan Addressable, hanya saja satu modul melayani beberapa detektor.
18
3.3 Jenis – Jenis Detektor
Detektor, dalam hal ini detektor kebakaran adalah alat yang dirancang untuk
mendeteksi adanya kebakaran dan mengawali suatu tindakan. Detektor kebakaran
diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya, yaitu detektor asap, detektor panas, detektor
nyala api, dan detektor gas kebakaran.
Detektor panas merupakan detektor yang paling tua. Prinsip dasarnya, jika
temperatur disekitar detektor naik lebih tinggi dari nilai ambang batas yang telah
ditetapkan maka akan memicu alarm bekerja. Detektor panas ini lebih efektif bekerja
bila dipasang pada ruang-ruang yang rawan menimbulkan panas seperti ruang genset,
ruang boiler, dapur atau seperti yang tertera di dalam spesifikasi detektor tersebut.
Detektor panas ini terdiri dari sebuah thermal head lengkap dengan sensor panasnya dan
base frame. Detektor panas ini harus dilengkapi dengan lampu indikator LED (berwarna
merah) yang mana untuk mengindikasikan status detektor tersebut aktif atau non aktif.
Detektor panas ini harus mempunyai legalitas dari Dinas Pemadam Kebakaran
Indonesia dan harus mengikuti standard B.S 5445, UL 521. Detektor panas dapat
diuraikan lebih spesifik menjadi dua jenis, yaitu:
19
Gambar 3.7 Fixed Temperature of Heat Detector
Fixed Temperature cocok ditempatkan pada area yang lingkungannya memang sudah
agak panas, seperti ruang genset, basement, dapur foodcourt, gudang beratap asbes,
bengkel las dan sejenisnya. Alasannya, jika pada area itu dipasang ROR, maka akan
rentan terhadap False Alarm (Alarm Palsu), sebab hembusan panasnya saja sudah bisa
menyebabkan ROR mendeteksi.
Detektor ini bekerja didasarkan atas kenaikan temperatur. Dalam hal ini apabila suatu
ruangan terjadi kenaikan temperatur secara tiba-tiba maka detektor tersebut akan aktif.
Bila kecepatan peningkatan suhu berjalan lebih lambat dari nilai settingnya, maka
detektor ini tidak memberikan respon.
20
Gambar 3.8 Rate of Rise (ROR )Heat Detector
Jenis ROR adalah yang paling banyak digunakan saat ini, karena selain
ekonomis juga aplikasinya luas. Area deteksi sensor ini bisa mencapai 50m2 untuk
ketinggian plafon 4m. Sedangkan untuk plafon lebih tinggi, area deteksinya
berkurang. Ketinggian pemasangan hendaknya tidak melebihi 8m. ROR banyak
digunakan karena detekor ini bekerja berdasarkan kenaikan temperatur secara
cepat di satu ruangan kendati masih berupa hembusan panas.
21
3.3.4 Smoke Detector
Alat ini berfungsi untuk pengindera adanya produk hasil pembakaran yang
berupa asap sebagai akibat terjadinya kebakaran. Asap adalah keseluruhan
partikel yang melayang-layang baik kelihatan maupun tidak kelihatan, hasil dari
suatu pembakaran. Dikarenakan asap bersifat naik keatas, umumnya pendeteksi
asap dipasang pada langit-langit, atau di dinding dekat langit-langit.
22
ini (smoke density) telah melewati ambang batas (threshold), maka rangkaian elektronik
di dalamnya akan aktif. Area proteksinya mencapai 150 m2 untuk ketinggian plafon 4 m.
Di area mana kita menempatkan Smoke detector dan di area mana kita menempatkan
Heat detector? Jika diperkirakan di area tersebut saat awal terjadi kebakaran lebih
didominasi hembusan panas ketimbang kepulan asap, maka tempatkanlah Heat
Detector. Seperti gudang spare parts dari logam (tanpa kardus), bengkel kerja mekanik
dan sejenisnya. Sebaliknya jika didominasi asap, sebaiknya memasang Smoke. Contoh:
no smoking area yang beralas karpet (kecuali kamar hotel), gudang kertas, gudang kapas
,gudang ban, gudang makanan-minuman dan sejenisnya.
Ada 2 jenis smoke detector, yaitu :
Detektor Asap Ionisasi (Ionization Smoke detector) adalah alat yang berkerja dengan
prinsip berkurangnya arus ionisasi oleh asap pada kosentrasi tertentu. Pendeteksi jenis
ini lebih murah dibandingkan dengan pendeteksi jenis optik, tetapi terkadang pendeteksi
ini ditolak karena alasan lingkungan. Pendeteksi ini menggunakan ruang ionisasi dan
sumber radiasi ionisasi untuk mendeteksi asap. Di dalam pendeteksi ionisasi ini terdapat
sejumlah kecil (sekitar 1/5000 gram) zat radioaktif americium-241. Unsur dari radioaktif
ini merupakan sumber partikel alpha yang baik. Ruang ionisasi terdiri dari dua
lempengan logam yang terpisah sekitar satu sentimeter. Sumber tegangan arus searah
diberikan ke lempengan yang membuat lempengan bermuatan.
23
Prinsip keja dari detektor asap ionisasi adalah partikel alpha yang dihasilkan oleh
americium mengionisasi atom oksigen dan nitrogen dari udara yang terdapat di dalam
ruang ionisasi. Ketika elektron terlepas dari sebuah atom, maka akan menghasilkan
sebuah elektron bebas (bermuatan negatif) dan sebuah atom yang kehilangan satu
elektron (bermuatan positif). Elektron negatif ditarik oleh lempengan yang bertegangan
positif dan atom positif ditarik oleh lempengan yang bertegangan negatif (persis seperti
magnet) dan menghasilkan sejumlah kecil arus listrik akibat pergerakan elektron dari
atom ini melalui lempengan- lempengan bertegangan tadi.
Ketika asap memasuki ruangan ionisasi, asap mengganggu aliran arus
dimana partikel asap menyatu terhadap ion dan menetralkannya, sehingga terjadi
penurunan jumlah arus yang mengalir di antara lempengan dan mengaktifkan
alarm. Pendeteksi jenis ini sangat sensitif terhadap asap dengan partikel kecil yang
diproduksi oleh kebanyakan nyala api. Tetapi menjadi tidak sensitif terhadap asap
dengan partikel besar, seperti asap yang dihasilkan dari pembakaran plastik.
Ionisation Smoke detector yang bekerjanya berdasarkan tumbukan partikel asap
dengan unsur radioaktif di dalam ruang detector (smoke chamber).
Detektor asap inoisasi ini harus mempunyai legalitas dari Dinas Pemadam
Kebakaran Indonesia dan harus mengikuti standard BS 5445, UL 268. Detektor
asap ionisasi ini terdiri dari sebuah ionization smoke head lengkap dengan sensor
asapnya dan sebuah base frame.
24
Selama masa konstruksi kontraktor harus melindungi dari kontaminasi
debu. Detektor asap ini harus dilengkapi dengan lampu indikator LED (berwarna
merah) untuk mengindikasikan status dari detektor tersebut aktif atau non aktif.
Pendeteksi jenis ini bekerja berdasarkan prinsip pembuyaran dan pemantulan cahaya.
Pendeteksi jenis ini sensitif terhadap asap dengan partikel besar dan tidak sensitif terhadap
asap dengan partikel kecil
Smoke Ionisasi cocok untuk mendeteksi asap dari kobaran api yang cepat (fast
flaming fires), tetapi jenis ini lebih mudah terkena false alarm, karena sensitivitasnya
yang tinggi. Oleh karenanya lebih cocok untuk ruang keluarga dan ruangan tidur.
Smoke Optical (Photoelectric) lebih baik untuk mendeteksi asap dari kobaran api kecil,
sehingga cocok untuk di hallway (lorong). Jenis ini lebih tahan terhadap false alarm dan
karenanya boleh diletakkan di dekat dapur
26
3.3.7 Flame Detector
Flame Detector adalah alat yang sensitif terhadap radiasi sinar ultraviolet yang
ditimbulkan oleh nyala api. Tetapi detektor ini tidak bereaksi pada lampu ruangan, infra
merah atau sumber cahaya lain yang tidak ada hubungannya dengan nyala api (flame).
Penempatan detektor harus bebas dari objek yang menghalangi, tidak dekat
dengan lampu mercury, lampu halogen dan lampu untuk sterilisasi. Juga
27
hindari tempat-tempat yang sering terjadi percikan api (spark), seperti di bengkel-
bengkel las atau bengkel kerja yang mengoperasikan gerinda. Respon detektor ini
terbilang cepat. Oleh sebab itu, pemasangan di pusat keramaian dan area publik harus
sedikit dicermati.. Bisa juga dipasang di ruang bebas merokok (No Smoking Area)
asalkan bunyi alarm-nya hanya terjadi di ruangan itu saja sebagai peringatan bagi orang
yang "membandel".
Gas Detector bekerja berdasarkan kenaikan konsentrasi gas yang timbul akibat
kebakaran ataupun gas – gas lain yang mudah terbakar. Gas detector harus mempunyai
legalitas dari Dinas Pemadam Kebakaran Indonesia dan mengikuti Standar UL. Gas
detector dipasang pada tempat yang rawan menimbulkan gas seperti ruang boiler, dapur
dan lain-lain. Gas detector harus dilengkapi dengan lampu indikator, audible alarm dan
electrical valve. Apabila gas detector ini aktif maka lampu indicator akan linking dan
mengeluarkan suara alarm.
Sesuai dengan namanya detektor ini mendeteksi kebocoran gas yang kerap
terjadi di rumah tinggal. Alat ini bisa mendeteksi dua jenis gas, yaitu:
28
Gambar 3.14 Gas Detector
Untuk LPG, maka letak detektor adalah di bawah, yaitu sekitar 30 cm dari lantai
dengan arah detektor menghadap ke atas. Hal ini dimaksudkan agar saat bocor, gas
elpiji yang turun akan masuk ke dalam ruang detector sehingga dapat terdeteksi. Jarak
antara detektor dengan sumber kebocoran tidak melebihi dari 4m.
Untuk LNG, maka pemasangan detektornya adalah tinggi di atas lantai, tepatnya
30cm di bawah plafon dengan posisi detektor menghadap ke bawah. Sesuai dengan
sifatnya, maka saat bocor gas ini akan naik ke udara sehingga bisa terdeteksi. Jarak
dengan sumber kebocoran hendaknya tidak melebihi 8m
Dari dua jenis gas tersebut, Elpiji-lah yang paling banyak digunakan di rumah-
rumah. Perbedaan LPG dengan LNG adalah: Elpiji lebih berat daripada udara, sehingga
apabila bocor, gas akan turun mendekati lantai (tidak terbang ke udara). Sedangkan
LNG lebih ringan daripada udara, sehingga jika terjadi kebocoran, maka gasnya akan
terbang ke udara. Perbedaan sifat gas inilah yang menentukan posisi detektor.
29
3.4 Peralatan Fire Fighting
Fire Hydrant dibagi menjadi 2 yaitu hydrant halaman (pilar) dan hydrant
gedung (box). Hidran gedung atau biasa disebut hidran box merupakan alat
pemadam kebakaran yang dipasang di dalam gedung dan menggunakan pasokan
air dari dalam gedung. Hidran box biasa dipasang menempel di dinding.
Hidran halaman atau biasa disebut dengan hidran pilar adalah suatu alat
pemadam kebakaran yang membutuhkan pasokan air, yang terpasang diluar
gedung atau bangunan. Hidran ini biasanya digunakan oleh pemadam kebakaran
30
bila pasokan air mobil pemadam kebakaran kekurangan air. Hidran ini diletakkan
disepanjang akses mobil pemadam kebakaran.
3.4.2 Sprinkler
31
Sistem Sprinkler dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu:
Dry Pipe System, pada sistem ini di dalam salurannya tidak terisi air. Saat
terjadi kebakaran alarm akan mengirimkan sinyal untuk membuka katup dan
menyalurkan air bertekanan.
Wet Pipe System Dimana saluran/ pipa sprinkler berada telah terisi dengan
air, saat terjadi kebakaran dan panas mencapai titik pecah kaca sprinkler, air
langsung menyembur keluar.
Deluge System, sistem ini biasa disebut open sprinkler, karena tidak
menunggu bulb pecah. Jenis ini biasanya dimanfaatkan untuk tempat/ benda
yang memiliki resiko kebakaran berat.
32
3.4.3 Main Control Fire alarm
Dalam sistem fire alarm, Main Control Fire Alarm berfungsi sebagai pusat
pengendali semua sistem dan merupakan inti dari semua sistem alarm.
Oleh sebab itu, maka lokasi penempatannya harus direncanakan dengan baik.
Syarat utamanya adalah tempatkan panel sejauh mungkin dari lokasi yang
berpotensial menimbulkan kebakaran dan jauh dari campur tangan orang yang
tidak berhak.
Tampak luar panel fire alarm umumnya berupa metal kabinet dari bahan yang
kokoh. Pada beberapa tipe ada yang berwarna merah, mungkin dengan maksud
agar bisa dibedakan dengan panel listrik ataupun panel instrumentasi lainnya.
33
Panel fire alarm memiliki kapasitas zone, misalnya 1 zone, 5 zone, 10 dan
seterusnya. Pemilihan kapasitas panel disesuaikan dengan banyaknya lokasi yang akan
diproteksi, selain tentu saja pertimbangan soal harga. Di bagian depannya tertera
sederetan lampu indikator yang menunjukkan aktivitas sistem. Kesalahan sekecil apapun
akan terdeteksi oleh panel ini, diantaranya:
Panel fire alarm tidak memerlukan pengoperasian manual secara rutin, karena
secara teknis ia sudah beroperasi selama 24 jam non-stop. Namun yang diperlukan
adalah pengawasan dan pemeliharaan oleh pekerja yang sebaiknya ditunjuk khusus
untuk melakukan itu. Setiap kesalahan (trouble) yang terjadi harus segera dilaporkan
dan ditindaklanjuti, sebab kita tidak pernah tahu kapan terjadinya bahaya kebakaran.
Pengujian berkala perlu dilakukan sedikitnya dua kali dalam setahun guna
memastikan keseluruhan sistem bekerja dengan baik. Untuk menguji sistem diperlukan
satu standar operasi yang benar, jangan sampai menimbulkan kepanikan luar biasa bagi
orang-orang di sekitarnya disebabkan oleh bunyi bell alarm dari sistem yang kita uji.
34
3.4.4 Terminal Box Fire alarm
Sebelum masuk ke panel utama, kabel dari TBFA “diparkir” dulu di MDFA. MDFA
adalah Main Distribution Frame fire alarm yang merupakan kumpulan jalur utama dari
setiap lantai atau lokasi. Khusus untuk jalur ini kita bisa memakai kabel dari jenis tahanan
api (FRC, Fire Resistant Cable) supaya sinyal supervisi tidak terputus oleh adanya
kebakaran di sepanjang jalur ini
Ketiga alat yang dimaksud adalah Manual Call Point, Fire Alarm Bell,
dan Indicator Lamp. Disebut tiga serangkai, karena ketiganya biasa dipasang di
tembok berjajar ke bawah ataupun ditempatkan dalam satu plat metal yang berada tepat diatas
lemari hidran (selang pemadam api).
35
3.5.1 Manual Call Point
Fungsi alat ini adalah untuk mengaktifkan sirine tanda kebakaran (fire bell)
secara manual dengan cara memecahkan kaca atau plastik transparan di bagian
tengahnya. Istilah lain untuk alat ini adalah Emergency Break Glass. Di dalamnya hanya
berupa saklar biasa yang berupa microswitch atau tombol tekan.
Salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah soal lokasi penempatannya.
Terbaik jika unit ini diletakkan di lokasi yang sering terlihat oleh banyak orang,
terlewati oleh orang saat berlarian ke luar bangunan,dan mudah dijangkau.
Untuk menguji fungsi alat ini tidak perlu dengan memecahkan kaca, karena
sudah tersedia tongkat atau kunci khusus, sehingga saklar bisa tertekan tanpa harus
memecahkan kaca. Kaca yang telanjur retak atau pecah bisa diganti dengan yang baru.
Di beberapa tipe ada yang dilengkapi dengan fungsi intercom (TEL). Petugas penguji
dapat melakukan komunikasi dengan penjaga di Panel Control Room dengan
memasukkan handset telepon ke dalam jack pada MCP.
Seketika itu juga telepon di panel akan aktif,sehingga kedua orang ini bisa saling
berkomunikasi.
36
3.5.2 Indicator Lamp
Indicator lamp adalah lampu yang berfungsi sebagai pertanda aktif tidaknya
sistem fire alarm atau sebagai pertanda adanya kebakaran. Indicator Lamp pada fire
alarm adalah lampu yang menunjukkan adanya power pada panel ataupun menunjukkan
trouble dan atau kebakaran. Di dalamnya hanya berupa lampu bohlam (bulb) berdaya
30V/2W atau lampu LED berarus rendah. Oleh karena itu, dalam sistem yang normal
(tidak pada saat kebakaran) seharusnya lampu ini menyala (On). Sebaliknya apabila
lampu mati artinya ada trouble pada power. Pada beberapa produk, indikasi kebakaran
dinyatakan dengan lampu indikator yang berkedip-kedip.
37
3.5.3 Fire Bell
Fire bell akan membunyikan bunyi alarm kebakaran yang khas. Suaranya cukup
nyaring dalam jarak yang relatif jauh. Tegangan output yang keluar dari panel fire alarm
adalah 24VDC, sehingga jenis fire bell 24VDC-lah yang banyak dipakai saat ini, sekalipun
versi 12VDC juga tersedia.
Perlu diperhatikan dalam pemasangan fire bell (pada tipe Gong) adalah
kedudukan piringan bell terhadap batang pemukul piringan jangan sampai salah. Jika
tidak pas, maka bunyi bell menjadi tidak nyaring
38
BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Peralatan.
4.2.1 Kabel
Kabel yang dipakai untuk instalasi dari modul ke modul menggunakan jenis FRC dan
dipasang dalam pipa conduit. Kabel yang dipakai untuk instalasi masing-masing detektor
adalah jenis NYA dengan ukuran 2 x (1 x 1,5) mm2 dipasang dalam PVC conduit Ø 3/4"
dengan saddle klem. Kabel untuk outlet fire intercom menggunakan FRC 3 x 1,5 mm2
yang dipasangdalam PVC conduit Ø 3/4". Kabel power untuk masing-masing modul
menggunakan kabel FRC 2 x 1,5 mm2 dipasang dalam PVC conduit Ø 3/4". Kabel yang
dipakai untuk instalasi manual push button, alarm bell, flasher lamp, flow switch,
tamperswitch, panel AC, pressurize fan, panel lift dan kontrol lainnya menggunakan
kabel FRC 2 x 1,5 mm2 yang dipasang dalam PVC conduit Ø 3/4". Kabel yang digunakan
untuk annunciator menggunakan kabel FRC 3 x 1,5 mm2 dan FRC shielded twisted 16
AWG, 2 pair.
39
Jenis Kabel Yang Digunakan :
4.2.2 Konduit
Konduit yang dipakai adalah PVC high impact conduit dengan diameter dalam minimum
1 1/2 kali diameter luar kabel.
A) Tinggi Ruang
40
B) Area Pencakupan
Heat 25 – 46
Smoke Detector 50 – 92
C) Jenis Ruangan
41
4.4 Cara Instalasi Secara Umum
Sitem fire alarm konvensional merupakan jenis fire alarm paling sederhana dan dalam
melakukan instalasinya. Kita hanya membutuhkan
- Kabel
- Detector
- Alarm bell
- Indicating lamp
- Manual call point
- Master Control Fire Alarm Konvensional.
- Dll.
cara instalasi fire alarm konvensional sesuai standart NFPA
Cara instalasi fire alarm konvensional ini melalui beberapa tahapan yaitu
Menggunakan kabel berisi dua yang berfungsi sebagai penghubung antar detector dan ke panel
alarm.
Terkadang juga memerlukan kabel yang tahan api terutama untuk menghubungkan ke panel dan
sumber listrik dengan tegangan 220V.
Nama terminal pada detectornya adalah L(+) dan Lc(-).
Lalu diipasang pada kabel yang dihubungkan dengan control Panel Fire Alarm pada terminal
berlabel L dan C lain juga.
Setiap detector dihubungkan dengan cara paralel yang memiliki awalan dan akhiran.
Kemudian, pada titik akhir detector akan dihubungkan dengan End of line (EOL) yang berarti
bahwa loop telah berakhir. Detector terakhir ini dihubungkan dengan EOL resistor dan kapasitor
Hal ini menyatakan bahwa 1 loop=1 zone yang ditutup EOL resistor. Setiap 1 zona inilah
nantinya yang akan menyatakan sinyal tanda kebakaran kepada panel kontrol.
42
4.5.1. Di display menunjukkan ALARM
Saat terjadi ALARM segera lakukan tindakan SILENCE segera. Aktifkan tombol MAIN
AUDIO dan LOCAL AUDIO sampai led diatas tombol berkedip. Lakukan investigasi sesuai
lokasi yang terbaca FIRE. Pada detector terdapat led indikator berwarna merah, saat
detector active led nyala. Apabila push button yang aktive, led didalam push button juga
nyala.
Apabila tidak ditemukan detector / equipment lain kondisi normal, bisa jadi instalasi nya
yang hubung singkat / short instalasi
Saat display terbaca TROUBLE, menunjukkan juga informasi tanggal, jam, alamat,
comment (lokasi), indikator CIRCUIT BREAK nyala. Indikasi ini adalah kondisi terbaca
problem instalasi INPUT. Lihat pada comment dan address untuk melakukan perbaikan.
Saat terjadi TROUBLE segera lakukan tindakan SILENCE segera. Aktifkan tombol
MAIN AUDIO sampai led diatas tombol berkedip. Lakukan investigasi sesuai lokasi
yang terbaca didisplay. Apakah detector ada yg lepas.
Apabila tidak ditemukan detector / equipment lain kondisi normal, bisa jadi instalasi nya
putus tidak terlihat. Bisa lakukan continuity, apakah instalasi bermasalah. Intinya module
harus membaca EoL yang dipasang di ujung instalasi.
43
jam, alamat, comment (lokasi), indikator COMMUNICATION ERROR nyala.
Indikasi ini adalah kondisi MCFA tidak bisa membaca MODULE. Sesuai lokasi /alamat
yang ditunjukkan pada display.
Saat kondisi ini yang harus dilakukan adalah mengecek jalur instalasi data.
Yaitu pada terminal S+ dan S- dari MCFA ke Module putus. Cari module dengan alamat
yang sama, pastikan MODULE sudah terkoneksi data. Saat normal memiliki tegangan
30-50 VAC.
Apabila sudah dilakukan pengecekan tegangan normal, setting dipswitch sesuai, coba
ganti module baru.
Saat display terbaca FUSE ERROR, menunjukkan juga informasi tanggal, jam, nomor
FUSE yang bermasalah, dan indikator Faulty Fuse nyala.
Buka MCFA dan lihat PCB Power Board terdapat beberapa FUSE. Lihat led yang nyala,
berarti didekat led ada FUSE yang putus. Coba ganti baru. Apabila putus lagi, berarti ada
instalasi yang short.
Coba cek instalasi POWER 24VDC yang ke MODULE pastikan tidak terjadi short.
Apabila FUSE putusnya saat dicoba test kondisi FIRE berarti short pada instalasi output
(bisa jadi instalasi BELL, Lampu Indikator yang short)
Apabila tidak ditemukan sekring yang putus, bisa langsung kontak ahlinya
44
body / ground.
Untuk memperbaiki coba lepas kabel data, coba ukur dengan OHM Meter menggunakan
skala Mega Ohm. Ukur kabel data terhadap ground, apabila terbaca dibawaah 2000 ohm
berarti ada masalah. Apabila terbaca diatas 2000 ohm berarti kabel data tidak masalah,
tinggal kabel INPUT yang harus di cek. Apakah ada short body atau tidak.
Saat melakukan perbaiki harap sabar, dan terus berusaha. Apabila memiliki banyak
lantai, coba eliminasi per lantai. Dengan memutus instalasi data.
Mode ini hanya digunakan oleh teknisi vendor MCVA tersebut untuk mengecek kabel
data, apakah semua device sudah terbaca oleh MCFA.
Untuk menormalkan kembali cukup menggeser posisi Dip Switch ke posisi OFF, atau
geser kekiri semua.
45
BAB V
PENUTUP
V.1 KESIMPULAN
Kesimpilan dari pengalaman yang telah di dapat selama melakukan kerja praktek di Amais
Hotel senen sebagai berikut:
1.Pemilihan detektor yang digunakan di Gedung Hotel Amaris Senen pada umumnya telah
sesuai dengan panduan Dinas PU. Semua ruangan tak luput Dari pemilihan detector yang
memenuhi standar
4.Sistem Hydrant di Hotel Amaris Senen sangat baik melihat pompa yang digunakan dan
keandalan dalam menjaga pompa hydrant tetap bekerja
5.Sistem komunikasi yang digunakan untuk menunjang sistem fire alarmdi Gedung Hotel
Amaris Senen sudah cukup baik.
6.panel MCFA yang terletak di ruang engineering Hotel Amaris Senen sangat lah brilian
karena memudahkan staff dari engineering melakukan pengecekan
46
V.2 SARAN
1.Untuk pihak Manager hotel agar tidak menunda-nunda pembelian barang yang mesti di
ganti oleh staff engineering hotel amaris senen khususnya dipengntian komponen –
komponen main control fire alarm
2.Semua staff engineering hotel amaris senen baiknya melakukan pengecekan setiap hari
pada main control fire alarm
3.perlunya pengecekan pipa-pipa yang ada di GWT untuk mengetahui apakah ada pipa-
pipa yang korosi selama tidak ada pemakaian
47
DAFTAR PUSTAKA
PT.HOOSEKI buku petunjuk pengoperasian penanganan trouble main control fire alarm
Hotel Amaris Senen
PT.Perfectindo Borneo Nusantara fire pump supply dari Bormindo for Hotel Amaris
Senen
Soft ware dari training hooseki engineering 2021
Distributor,konsultan & kontraktor fire alarm https:www.bromindo.com/fire/alarm diakses
pada 10 april 2021
Laude achmad Pulo tologo dan reka reviatna 2011.laporan tugas akhir penelitian Studi
instalasi fire alarm kampus teknik goa
48