Disusun Oleh :
YOGA SAPUTRA
1010957
KOMPETENSI KEAHLIAN
TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK
SEKOLAH MENEGAH KEJURUAN NEGERI 7 SEMARANG
2013
TENGAH
Pada Tanggal
Di
Semarang
Pembimbing Industri
MOHAMMAD FARID, MT
NIP. 197605072001121001
Dr. MAKHALI, MM
NIP. 195506121981031007
ii
Pada Tanggal
Di
Semarang
Guru Pembimbing
ALBASORI, S.Pd
NIP. 197307292002121003
Drs. H. DJUNAIDI
NIP. 195801221986031002
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah
melimpahkan rahmat dan taufik-Nya sehingga penyusun mampu melaksanakan
Praktek Kerja Industri selama enam bulan yang terhitung mulai 1 juli 2013 sampai 31
Desember 2013 di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan ( LPMP ) Jawa Tengah.
Dan telah menyelesaikan laporan praktek kerja Industri dengan lancar dan baik.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu
dalam hal penyusunan laporan ini diantaranya :
1. Bapak Dr. Makhali, MM sebagai Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
( LPMP ) Jawa Tengah yang telah memberikan ijin kepada penyusun untuk
melaksanakan praktek kerja industri di LPMP Jawa Tengah.
2. Bapak Sukartono, S.IP, MM selaku Kepala Bagian Umum LPMP Jawa Tengah.
3. Bapak Supriyadi,S.Pd, M.Si selaku Kepala Sub Bagian Rumah Tangga.
4. Bapak Drs. M. Sudarmanto, M.Pd sebagai Kepala Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 7 Semarang yang telah memberikan kesempatan melaksanakan praktek
kerja industri.
5. Bapak Albasori, S.Pd sebagai Ketua Kompetensi Keahlian Teknik Instalasi
Tenaga Listrik yang telah memberikan dukungan dan pengarahan sebelum
praktek.
6. Bapak Drs. H. Djunaidi selaku pembimbing dari sekolah yang telah memberi
pengarahan dalam proses pembuatan laporan.
iv
7. Bapak M. Farid, MT, Bapak Achmad Mudlofir, MT dan Bapak Wahid Normadi,
A.md selaku pembimbing di Industri yang telah memberi pengarahan dan
bimbingan selama melaksanakan praktek.
8. Sdr. Sutomo yang telah membantu dan memberikan pengarahan selama
melaksanakan praktek.
9. Seluruh staf dan karyawan LPMP Jawa Tengah.
Penyusun
MOTTO :
PERSEMBAHAN :
tua
tercinta
yang
senantiasa
memberikan
dukungan
dalam
vi
ABSTRAKSI
PLN sebagai sumber utama tidak selamanya kontinu saat menyalurkan energi
listrik sehingga dibutuhkan generator set (genset) sebagai back-up suplai utama
(PLN). Sebagai kontrol kapan genset mengambil alih suplai tenaga listrik ke beban
dan sebaliknya, maka diperlukan sistem kontrol otomatis tersebut biasanya disebut
Automatic Transfer Switch (ATS) - Automatic Main Failure (AMF) atau sistem
interlock PLN - Genset. Dalam Laporan Kerja Praktek ini akan membahas tentang
komponen, cara kerja rangkaian dan perakitan Panel ATS AMF yang berada di
LPMP Jawa Tengah, yang dipasang pada sistem dengan genset 250 kVA,380 V, 50
Hz.
Panel ATS-AMF dengan basis modul DSE (Deepsea 4420) PLC yang
dipasang di LPMP Jawa Tengah mendukung dua operasi transfer atau pemindahan
beban, secara manual dan otomatis. Sedangakan fungsi utama ketika ATS - AMF
beroperasi otomatis adalah sebagai kontrol utama emergency power yaitu
memonitoring dan sensoring energi listrik PLN, jika PLN mengalami gangguan maka
modul ini akan memberikan perintah kepada Genset untuk melalukan starting serta
memonitoring dan sensoring Genset, apabila genset telah starting dan running maka
module ini akan memonitoring kualitas energi listrik yang dihasilkan genset dan juga
sebagai proteksi.
vii
ABSTRACTION
PLN as the main source of the current channel is not always continuous
electrical energy so it takes a generator set ( genset ) as a back - up mains supply (
PLN ) . As a control when the generator takes over the supply of electric power to the
load and vice versa , it would require an automatic control system is usually called
Automatic Transfer Switches ( ATS ) - Automatic Main Failure ( AMF ) or PLN
interlock system - Genset . In this Work Report will discuss about components ,
circuits and how the ATS panel assembly - AMF LPMP located in Central Java ,
which is installed on a system with generator 250 kVA , 380 V , 50 Hz .
ATS - AMF panel with the base module DSE ( Deepsea 4420 ) PLC mounted
in LPMP Central Java supports two transfer operations or transfer of load ,
manually and automatically . While the main function when ATS - AMF operates as
the primary control is automatic emergency power is electrical energy monitoring
and sensoring PLN PLN impaired if this module will then give a command to the
generator to pass the starting and monitoring and sensoring generator , if the
generator has been starting and running then the module will monitor the quality of
the electrical energy generated generator and also as protection .
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN INDUSTRI................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi
ABSTRAKSI ........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktek Kerja Industri .................................................... 1
1.2 Tujuan Praktek Kerja Industri ................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan Laporan ...................................................................... 3
1.4 Alasan Pemilihan Judul ........................................................................... 3
1.5 Permasalahan ........................................................................................... 4
1.6 Pembatasan Laporan ............................................................................... 4
1.7 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 4
1.8 Sistematika Penulisan Laporan ............................................................... 5
BAB II TINJAUAN UMUM LPMP JAWA TENGAH
2.1 Sejarah Berdirinya LPMP Jawa Tengah .................................................. 7
2.2 Visi dan Misi ............................................................................................ 8
2.3 Kedudukan LPMP Jawa Tengah .............................................................. 9
2.4 Tugas LPMP Jawa Tengah ...................................................................... 9
2.5 Fungsi LPMP Jawa Tengah ..................................................................... 9
2.6 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ....................................................... 12
2.7 Denah Lokasi LPMP Jawa Tengah ........................................................ 15
ix
DAFTAR GAMBAR
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1
Pendidikan
Kejuruan
adalah
pendidikan
yang
bertujuan
1.2
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Untuk memenuhi tugas sekolah dan sebagai salah satu syarat dalam
menempuh ujian sekolah dan uji kompetensi di SMK N 7 Semarang.
2.
3.
4.
5.
Melatih
siswa
berdisiplin
dan
bertanggung
jawab
dalam
menyelesaikan tugas.
6.
7.
8.
9.
1.5 Permasalahan
Permasalahan yang diangkat dalam laporan prakerin ini dalah
sebagai berikut :
1. Komponen apakah yang terdapat pada panel ATS / AMF ?
2. Bagaimana cara kerja Panel ATS / AMF ?
3. Bagaimana rangkaian kendali dan tenaga pada panel ATS / AMF ?
1.6 Pembatasan Masalah
Pembatasan
masalah
dalam
laporan
ini
diperlukan
agar
pembahasan yang akan dikupas lebih fokus dan tidak meluas sehingga
penyusun membatasi yang akan dikaji. Batasan masalah yang akan dikaji
adalah:
1. Penjelasan secara umum mengenai Panel ATS AMF.
2. Komponen yang terdapat di dalam panel ATS AMF.
3. Cara kerja rangkaian kendali Panel ATS AMF.
1.7 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data sebagai bahan
laporan praktek kerja industri adalah sebagai berikut :
1. Metode Observasi
Menurut Nawawi dan Martini (1992:74), observasi adalah
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur
yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala pada objek
penelitian.
2. Metode Interview
Menurut Lerbin (1992), metode interview adalah metode
pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan
secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. Tanya
Prabowo
(1996)
wawancara
adalah
metode
Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang praktek
kerja industri tujuan penulisan laporan, alasan pemilihan judul,
5
BAB III
Landasan Teori
Bab ini merupakan dasar dari teori yang dibahas pada
inti laporan tentang panel listrik ATS AMF yang ada di
LPMP Jawa Tengah.
BAB IV
Pembahasan
Bab ini merupakan inti laporan berupa penjelasan
tentang panel ATS - AMF di LPMP Jawa Tengah beserta
pembagian beban dan pemakaian komponen panel, termasuk
pengaman dan alat ukur yang digunakan.
BAB V
Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran saat
pelaksanaan Praktek Kerja Industri selam 6 bulan di LPMP
Jawa Tengah.
BAB II
TINJAUAN UMUM LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
JAWA TENGAH
2.1 Sejarah Berdirinya LPMP Jawa Tengah
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Tengah
dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 07 tahun
2007. Sebelum keputusan tersebut terbit bernama Balai Penataran Guru
(BPG) Semarang dan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Jawa Tengah
(LPMP) Jawa Tengah. Secara geografis LPMP Jawa Tengah berlokasi di
Jalan Kyai Maja Srondol Kulon Semarang dengan areal tanah seluas 24.634
m2 .
Balai Penataran Guru Semarang pada awal berdirinya diatur oleh
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
0116/O/1977 tanggal 23 April 1977 tentang Tata Kerja Balai Penataran
Guru dan Tenaga Teknis Regional. Selanjutnya melalui Keputusan
Mendikbud Nomor 0181/O/1979 tanggal 20 Agustus 1979 Balai Penataran
Guru dan Tenaga Teknis Regional diubah menjadi Balai Penataran Guru.
Struktur organisasi BPG saat itu diatur menurut Keputusan Mendikbud
Nomor 0203/O/1978 tanggal 23 Juli 1978, yang susunan organisasinya
belum mencerminkan lembaga penataran karena belum tampak adanya
tenaga fungsional. Dalam perkembangan selanjutnya, fungsi dan peranan
BPG Semarang semakin meningkat setelah terbit Keputusan Mendikbud
Nomor 024/O/1991 tenggal 2 Mei 1991 tentang Struktur Organisasi dan
Tata Kerja Balai Penataran Guru yang didalamnya memuat pula jabatan
struktural dan fungsionalnya dalam BPG. Selanjutnya Lembaga Penjamin
Mutu Pendidikan Jawa Tengah dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 087/O/2003 tanggal 4 Juli 2003 sebagai
lembaga yang bertujuan agar pelaksanaan pendidikan di Jawa Tengah sesuai
2.4
2.5
2.
3.
4.
5.
6.
7.
10
Struktur Organisasi
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Tengah
11
2.6
Kepala LPMP
Bertanggung jawab secara keseluruhan mengenai berjalannya fungsi
dan tugas LPMP.
b.
Bagian Umum
1. Melaksanakan urusan perencanaan dan penganggaran LPMP.
2. Melaksanakan urusan persuratan, kearsipan dan perpustakaan.
3. Melaksanakan urusan ketatalaksanaan dan kepegawaian.
4. Melaksanakan urusan keuangan.
5. Melaksanakan urusan kerumah tanggaan dan perlengkapan.
6. Menyusun laporan LPMP.
b.1 Sub Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga
Melakukan
urusan
persuratan,
kearsipan,
perpustakaan,
12
serta
perbendaharaan,
evaluasi
pelaksanaan
c.
dasar,
dan
pendidikan
menengah
pada
jalur
pendidikan formal.
5. Melaksanakan kerja sama dibidang pemetaan mutu pendidikan.
c.1
c.2
13
d.
kerjasama
fasilitas
peningkatan
mutu
pelaksanaan
fasilitas
peningkatan
mutu
e.
14
2.7
Keterangan
Sebelah Utara
Sebelah Selatan
: Perumahan Srondol
Sebelah Tmur
Sebelah Barat
: Perumahan Srondol
15
2.8 Fasilitas
LPMP Jawa Tengah memiliki fasilitas :
1.
Wisma standar non AC terdiri dari 171 kamar dengan kapasitas 342
orang.
2.
Wisma standar Plus terdiri dari 70 kamar dengan kapasitas 140 orang.
3.
Wisma Quas dengan fasilitas AC, Kasur busa, kamar mandi dalam,
TV 21 setiap kamar, terdiri dari 84 kamar dengan kapasitas 168
orang (jika dibutuhkan 1 kamar dapat diisi oleh 3 orang).
4.
b.
b.
5.
a.
Lab. Matematika
b.
Lab. Fisika
c.
Lab. Kimia
d.
Lab. Biologi
e.
Lab. Komputer
f.
Lab. Bahasa
g.
Micro Teaching
h.
6.
7.
16
8.
9.
Ruang kesehatan.
10. Hotspot area, akses internet gratis di area LPMP Jawa Tengah.
11. Halaman parkir luas.
2.9 Tinjauan Teknik
2.9.1 Administrasi Teknik
Administrasi teknik berisi tentang penjelasan yang terkait tentang
tugas dari Urusan Perawatan dan Perbaikan LPMP Jawa Tengah. Urusan
Perawatan dan Perbaikan di LPMP Jawa Tengah berada di bawah sub
bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga.
Struktur Sub Bag. TU & RT
Kehumasan
Persuratan /
Arsip
Perpustakaan
Rumah
Tangga
Teknologi dan
Informasi
Perlengkapan
17
Perawatan &
Perbaikan
Instalasi Penerangan
Instalasi Tenaga
Sound System
18
Start
Laporan Kerusakan
Dikerjakan Teknisi
M&R ?
Tidak
Dikerjakan Teknisi Luar
Ya
Apakah Bahan & Suku
Cadang Tersedia ?
Ya
Tidak
Pengajuan Anggaran Biaya
Kabag Umum /
Ka Subbag TU&RT
Tidak
Ekonomis bila Diperbaiki
Ya
Meminta Anggaran ke Bagian
Keuangan dengan
Persetujuan/diketahui Ka Subbag
Keuangan
Penghapusan
Pelaksanaan Servis
Ke Bagian Perlengkapan
End
19
20
Laporan
Kebutuhan
Stok Barang
Tidak
Ya
Apakah Barang yang dibeli Habis Pakai ?
Tidak
Ya
Ke Bagian Perlengkapan
End
21
TU
&
RT
memberikan
argumentasi,
arahan,
22
BAB III
DASAR TEORI
3.1 Pengertian Panel
3.1.1 Panel Secara Umum
Panel listrik adalah suatu susunan peralatan listrik / komponen listrik
yang dirangkai atau disusun sedemikian rupa didalam suatu papan control
sehingga saling berkaitan dan membentuk funsi sesuai dengan kebutuhan
yang diinginkan,
Panel listrik sering disebut dengan Panel Hubung Bagi dan Kendali
(PHB). PHB merupakan perlengkapan listrik yang digunakan untuk
mengendalikan dan membagi arus listrik yang juga merupakan bagian dari
sistem suplai tenaga listrik. PHB biasa dipasang sebelum sampai ke
peralatan konsumen.
3.1.2 Ketentuan Umum Panel Hubung Bagi dan Kendali (PHB)
Adapun beberapa ketentuan umum dalam pemasangan Panel Hubung
Bagi dan Kendali (PHB) menurut PUIL 2000, antara lain :
1. Penataan PHB
a. PHB harus ditata dan dipasang sedemikian rupa sehingga terlihat rapi
dan teratur, dan harus ditempatkan dalam ruang yang cukup leluasa.
b. PHB
harus
ditata
dan
dipasang
sedemikian
rupa
sehingga
23
24
f. PHB harus dipasang di tempat yang jelas terlihat dan mudah dicapai.
Tempat itu harus dilengkapi dengan tanda pengenal seperlunya dan
penerangan yang cukup.
g. Dinding dan langit-langit ruang tempat PHB dipasang harus terbuat
dari bahan yang tidak mudah terbakar.
h. Sebaiknya PHB tidak ditempatkan dekat saluran Gas , Saluran Uap
maupun saluran air.
i. Untuk PHB terbuka tegangan rendah dengan rel telanjang melintang
dalam ruang bebas, tinggi rel tersebut di atas lantai lorong harus
sekurang-kurangnya 2,3 m.
25
2.
26
28
30
beban-beban
induktif
yang
terjadi
selama
proses
31
32
33
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengertian Panel ATS AMF
Dengan berkembangnya teknologi dan penggunaan energi listrik,
tempat-tempat tertentu seperti pusat perdagangan, perhotelan, perbankan,
rumah sakit, perkantoran maupun industri, memerlukan energi listrik yang
terus menerus atau kontinu dan handal dalam menjalankan fungsi maupun
produksinya. Suplai energi listrik utama yang berasal dari PLN tidak
selamanya kontinu dalam penyalurannya, sehingga untuk mendapatkan
suplai energi listrik, dibutuhkan genset sebagai cadangan suplai energi
listrik utama yang berasal dari PLN.
Guna memudahkan kegiatan yang tidak efisien, dibutuhkan alat
yang berfungsi secara otomatis menghidupkan genset dan juga mensuplai
energi listrik cadangan ke beban ketika terjadi pemadaman listrik dari
PLN. Alat yang digunakan yaitu panel ATS AMF.
Automatic Transfer Switch adalah proses pemindahan sumber
energi listrik dari sumber energi listrik satu ke sumber energi listrik lain
sesuai perintah pemrograman.
Automatic Main Failure adalah cara kerja otomatis terhadap sistem
kelistrikan cadangan apabila terjadi gangguan pada sumber listrik utama
(Main), istilah ini sering dijabarkan sebagai sistem kendali start dan stop
genset, baik itu diesel generator, genset gas maupun turbin.
Sistem kerja panel ATS dan AMF yang sering digunakan adalah
kombinasi untuk pertukaran sumber baik dari genset ke PLN maupun
sebaliknya, bilamana sumber listrik dari PLN padam, AMF bertugas
menjalankan diesel genset sekaligus memberikan proteksi terhadap sistem
genset, baik proteksi terhadap unit mesin / engine yang berupa
34
Pressure)
maupun
kondisi
dan
memberikan
pendinginannya,
temperatur
mesin
perlindungan
serta
terhadap
media
unit
utama
dan
kemudian
disusul
dengan
tugas
AMF
untuk
35
36
37
38
39
starting.
Setelah
genset
running,
controller
juga
akan
memonitoring kualitas energi listrik yang dihasilkan genset dan juga sekaligus
memproteksi genset. Modul ini memiliki beberapa fitur, antara lain ;
Timer internal
5. Transformator Arus
Current transformator atau trafo arus adalah alat yang berfungsi untuk
memperkecil arus sebelum masuk ke alat ukur (ampere meter). Jika arus tidak
diturunkan, akan merusak alat ukur yang akan digunakan. Cara kerja CT sama
40
seperti tang ampere, yaitu kabel yang akan diturunkan arusnya melewati bagian
tengah CT. Besarnya kapasitas CT ditentukan oleh perbandingan arus yang
mengalir.
Mempunyai tanggapan yang baik apabila terjadi hubung singkat atau beban
lebih.
hubungkan
dengan
bimetal.
Pengaman
suhu
memiliki
kelambatan
43
44
46
47
akan menjadi terbuka (open). Jika knop pada tombol di lepaskan maka
akan kembali ke posisi semula.
13. Emergency Stop
Tombol emergency stop merupakan tombol yang berfungsi
sebagai pemutus rangkaian ketika terjadi error pada rangkaian listrik. Cara
kerja alat ini dengan menekan tombol sehingga posisi tombol terkunci.
Untuk mengembalikan ke posisi semula dengan memutar tombol tersebut
kearah kanan.
48
50
51
54
MCCB
PLN
(Q1),
distribusi
listrik
kembali
4.6 Analisa
Panel ATS AMF di LPMP Jawa Tengah blok barat ini mengatur
suplai dari PLN dengan daya 197 KVA dan suplai dari genset dengan
kapasitas 250 KVA. Adapun skema jalur distribusi listrik di LPMP Jawa
Tengah blok barat adalah sebagai berikut :
55
Pembagian beban yang disuplai oleh panel ATS AMF blok barat
di LPMP Jawa Tengah adalah sebagai berikut :
1. Gedung A
: 69.046 VA
2. Gedung B
: 145.732 VA
: 118.859 VA
5. Ruang Washray
: 7.500 VA
6. Rumah Dinas
: 4.000 VA
Total pemakaian beban listrik di LPMP Jawa Tengah blok barat adalah
435.041 VA.
Kesimpulan :
Penampang kabel yang digunakan sebagai penghantar belum sesuai
dengan PUIL.
2. Pengaman
a. Pengaman Distribusi Listrik Dari Transformator PLN
Pengaman yang digunakan sebagai pengaman distribusi listrik dari
transformator PLN adalah MCCB 400 Ampere.
Alasan penggunaan MCCB 400 Ampere adalah masih mampunya alat
tersebut digunakan sebagai pengaman karena beban yang terpakai
rata-rata hanya 60% sampai 80% dari beban total yang terpasang.
Penggunaan MCCB berfungsi untuk pembatas arus listrik dari beban
berlebih, selain itu MCCB juga berfungsi sebagai pemutus dan
penghubung tegangan atau arus utama dengan sirkuit atau beban.
Pengunaan pengaman yang disarankan adalah MCCB dengan
kemampuan hantar arus maksimal 700 A.
Kesimpulan :
Pengaman distribusi listrik dari transformator PLN belum sesuai
dengan PUIL.
3. Motorized MCCB
Transfer switch sumber listrik ke beban menggunakan motorized
MCCB dengan menggunakan 4 pole daya 500VA dengan kuat hantar
arus maksimal 400 A.
Kelebihan motorized MCCB dibandingkan menggunakan kontaktor
magnetik adalah menghindari terjadinya gangguan pada coil
kontaktor. Motorized MCCB juga berfungsi sebagai pengaman
beban lebih.
Motorized MCCB yang digunakan hanya mampu dialiri arus
maksimal 400 ampere, alasan penggunaan MCCB dengan kuat
hantar arus 400 Ampere adalah beban yang digunakan selalu
bergantian dan rata rata hanya 60% - 80% dari beban terpasang
sehingga MCCB tersebut masih mampu untuk mengalirkan arus dari
beban terpakai.
Kesimpulan :
Motorized MCCB yang digunakan belum sesuai dengan PUIL.
4. Penampang Kabel Rangkaian Kendali
Kabel yang digunakan pada rangkaian kendali panel ATS AMF
adalah NYAF 0.75mm2 dengan kuat hantar arus maksimal 7 Ampere.
Pemilihan kabel NYAF sebagai penghantar karena kabel NYAF
berbentuk serabut dan fleksibel sehingga dalam pemasangan dan
perbaikan kabel didalam panel dapat lebih mudah.
Kabel NYAF 0.75mm2 dipilih karena rangkaian kendali ATS AMF
yang terdiri dari relay, TDR, MCCB , lampu indikator dan
58
Kesimpulan :
Kotak panel yang digunakan dan ruang pelayanan di sekitar kotak
panel sudah sesuai dengan PUIL.
59
60
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumya dan berdasarkan praktek
kerja industri di LPMP Jawa Tengah dapat diambil kesimpulan :
1. Distribusi listrik yang kontinu sangat dibutuhkan oleh konsumen karena di
jaman modern sekarang hampir semua peralatan menggunakan tenaga
listrik.
2. Pemakaian ATS AMF bertujuan untuk memudahkan dan melancarkan
kontrol suplai listrik ke beban dari suplai listrik utama ke suplai listrik
cadangan (genset).
3. Pemakaian panel ATS AMF berfungsi untuk menggantikan peran
manusia sebagai operator dalam mengatur suplai listrik dari penyuplai
listrik utama ke penyuplai listrik cadangan.
4. Penggunaan panel ATS AMF dapat mempersingkat waktu dalam
pengoperasian genset, dimana pengoperasian genset tidak perlu peran
operator dan bekerja secara otomatis ketika suplai listrik utama padam.
5. Perlu diperhitungkan pemilihan penghantar yang memiliki kuat hantar arus
lebih dari arus maksimum yang terpasang.
6. Untuk menjaga kinerja dari peralatan listrik perlu dilakukan pengecekan
dan perawatan genset dan panel secara rutin oleh teknisi listrik.
7. Untuk pengoperasian panel ATS AMF dan genset perlu adanya data
ataupun arsip mengenai instruksi kerja, cara pengoperasian maupun gambar
gambar rangkaian untuk mempermudah teknisi melakukan perawatan dan
perbaikan.
61
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Industri
1. Diharapkan hubungan antara pihak industri dengan siswa lebih
ditingkatkan agar dalam pelaksanaan praktek kerja industri dapat lebih
terkondisikan dan berjalan dengan baik.
2. Perlu lebih pengenalan management pelaksanaan pekerjaan agar siswa
dapat melakukan evaluasi setiap melakukan pekerjaan.
5.2.2 Saran Untuk Sekolah
1. Diharapkan hubungan antara pihak industri dan sekolah harus senantiasa
ditingkatkan dan terus meningkat agar dapat mengetahui perkembangan
peralatan dan teknologi yang digunakan saat ini, sehingga siswa dapat
menyesuaikan dan meningkatkan pembelajaran saat terjun ke dunia usaha.
2. Memonitoring anak didik selama prekerin oleh guru pembimbing, agar
guru pembimbing dan siswa dapat lebih akrab dan saling mengenal satu
sama lain.
3. Kegiatan proses bimbingan laporan prakerin agar lebih ditingkatkan agar
siswa dapat meningkatkan mutu laporan.
4. Penerapan kedisiplinan terhadap siswa sangat diperlukan karena sangat
menunjang dalam pelaksanaan prakerin.
62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN