Anda di halaman 1dari 77

PEMASANGAN PANEL ATS - AMF

DI LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN


JAWA TENGAH
LAPORAN
Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Rangka Menempuh Ujian Akhir
Sekolah Menegah Kejuruan Negeri 7 Semarang
Kompetensi Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik
Tahun Pelajaran 2013 / 2014

Disusun Oleh :

YOGA SAPUTRA
1010957

KOMPETENSI KEAHLIAN
TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK
SEKOLAH MENEGAH KEJURUAN NEGERI 7 SEMARANG
2013

LEMBAR PENGESAHAN INDUSTRI


Laporan dengan judul PEMASANGAN PANEL ATS - AMF DI
LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) JAWA TENGAH
yang ditulis oleh YOGA SAPUTRA ini telah diperiksa oleh Pembimbing Lapangan
dan disahkan

oleh LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN JAWA

TENGAH

Pada Tanggal

Di

Semarang

Pembimbing Industri

MOHAMMAD FARID, MT
NIP. 197605072001121001

Kepala LPMP Jawa Tengah

Dr. MAKHALI, MM
NIP. 195506121981031007

ii

LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH


Laporan dengan judul PEMASANGAN PANEL ATS - AMF DI
LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) JAWA TENGAH
yang ditulis oleh YOGA SAPUTRA ini telah diperiksa oleh Guru Pembimbing
Kompetensi Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik

Pada Tanggal

Di

Semarang

Ketua Kompetensi Keahlian

Guru Pembimbing

ALBASORI, S.Pd
NIP. 197307292002121003

Drs. H. DJUNAIDI
NIP. 195801221986031002

Kepala SMK Negeri 7 Semarang

Drs. M. SUDARMANTO, M.Pd


NIP. 196108241987031009

iii

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah
melimpahkan rahmat dan taufik-Nya sehingga penyusun mampu melaksanakan
Praktek Kerja Industri selama enam bulan yang terhitung mulai 1 juli 2013 sampai 31
Desember 2013 di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan ( LPMP ) Jawa Tengah.
Dan telah menyelesaikan laporan praktek kerja Industri dengan lancar dan baik.

Praktek Kerja Industri menjadi kewajiban seluruh siswa SMK Negeri 7


Semarang tingkat empat guna memenuhi sebagian persyaratan dalam rangka
menempuh ujian Akhir Sekolah Tahun Pelajaran 2013 2014 dan memadukan antara
pelajaran teori di sekolah dan prakteknya di industri.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu
dalam hal penyusunan laporan ini diantaranya :
1. Bapak Dr. Makhali, MM sebagai Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
( LPMP ) Jawa Tengah yang telah memberikan ijin kepada penyusun untuk
melaksanakan praktek kerja industri di LPMP Jawa Tengah.
2. Bapak Sukartono, S.IP, MM selaku Kepala Bagian Umum LPMP Jawa Tengah.
3. Bapak Supriyadi,S.Pd, M.Si selaku Kepala Sub Bagian Rumah Tangga.
4. Bapak Drs. M. Sudarmanto, M.Pd sebagai Kepala Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 7 Semarang yang telah memberikan kesempatan melaksanakan praktek
kerja industri.
5. Bapak Albasori, S.Pd sebagai Ketua Kompetensi Keahlian Teknik Instalasi
Tenaga Listrik yang telah memberikan dukungan dan pengarahan sebelum
praktek.
6. Bapak Drs. H. Djunaidi selaku pembimbing dari sekolah yang telah memberi
pengarahan dalam proses pembuatan laporan.

iv

7. Bapak M. Farid, MT, Bapak Achmad Mudlofir, MT dan Bapak Wahid Normadi,
A.md selaku pembimbing di Industri yang telah memberi pengarahan dan
bimbingan selama melaksanakan praktek.
8. Sdr. Sutomo yang telah membantu dan memberikan pengarahan selama
melaksanakan praktek.
9. Seluruh staf dan karyawan LPMP Jawa Tengah.

Penyusun menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini.


Segala kritik dan saran yang membangun akan penyusun terima dengan tangan
terbuka. Besar harapan penyusun laporan ini bermanfaat bagi adik adik kelas
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, November 2013

Penyusun

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

1. Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua


2. Jangan berpikir gagal sebelum belajar
3. Pintar karena belajar, cerdas karena mengajar
4. Ilmu diperoleh bukan dari pendidikan tapi dari proses belajar
5. Pendidikan bukan suatu modal hidup namun sesuatu yang harus hidup
6. Belajar dan bekerjalah dengan giat tanpa pamrih.
7. Belajar di hari ini, sukses di masa depan
8. Pendidikan bukan untuk usia muda tapi seumur hidup manusia
9. Siswa berprestasi benteng kokoh kesejahteraan bangsa
10. Bangsa yang terbelakang adalah bangsa yang malas belajar

PERSEMBAHAN :

1. Allah SWT yang telah memberikan ridho-Nya sehingga pelaksanaan prakerin


sekaligus pembuatan laporan dapat berjalan dengan lancar.
2. Orang

tua

tercinta

yang

senantiasa

memberikan

dukungan

dalam

melaksanakan praktek kerja industri.


3. Bapak dan Ibu guru SMK Negeri 7 Semarang yang telah memberikan
kesempatan dalam melaksanakan Praktek Kerja Industri.
4. Seluruh Staff dan Karyawan LPMP Jawa tengah yang telah mendukung dalam
melaksanakan praktek kerja industri.
5. Teman teman yang selalu memberikan semangat dalam melaksanakan
Praktek Kerja Industri.

vi

ABSTRAKSI

PLN sebagai sumber utama tidak selamanya kontinu saat menyalurkan energi
listrik sehingga dibutuhkan generator set (genset) sebagai back-up suplai utama
(PLN). Sebagai kontrol kapan genset mengambil alih suplai tenaga listrik ke beban
dan sebaliknya, maka diperlukan sistem kontrol otomatis tersebut biasanya disebut
Automatic Transfer Switch (ATS) - Automatic Main Failure (AMF) atau sistem
interlock PLN - Genset. Dalam Laporan Kerja Praktek ini akan membahas tentang
komponen, cara kerja rangkaian dan perakitan Panel ATS AMF yang berada di
LPMP Jawa Tengah, yang dipasang pada sistem dengan genset 250 kVA,380 V, 50
Hz.

Panel ATS-AMF dengan basis modul DSE (Deepsea 4420) PLC yang
dipasang di LPMP Jawa Tengah mendukung dua operasi transfer atau pemindahan
beban, secara manual dan otomatis. Sedangakan fungsi utama ketika ATS - AMF
beroperasi otomatis adalah sebagai kontrol utama emergency power yaitu
memonitoring dan sensoring energi listrik PLN, jika PLN mengalami gangguan maka
modul ini akan memberikan perintah kepada Genset untuk melalukan starting serta
memonitoring dan sensoring Genset, apabila genset telah starting dan running maka
module ini akan memonitoring kualitas energi listrik yang dihasilkan genset dan juga
sebagai proteksi.

vii

ABSTRACTION

PLN as the main source of the current channel is not always continuous
electrical energy so it takes a generator set ( genset ) as a back - up mains supply (
PLN ) . As a control when the generator takes over the supply of electric power to the
load and vice versa , it would require an automatic control system is usually called
Automatic Transfer Switches ( ATS ) - Automatic Main Failure ( AMF ) or PLN
interlock system - Genset . In this Work Report will discuss about components ,
circuits and how the ATS panel assembly - AMF LPMP located in Central Java ,
which is installed on a system with generator 250 kVA , 380 V , 50 Hz .

ATS - AMF panel with the base module DSE ( Deepsea 4420 ) PLC mounted
in LPMP Central Java supports two transfer operations or transfer of load ,
manually and automatically . While the main function when ATS - AMF operates as
the primary control is automatic emergency power is electrical energy monitoring
and sensoring PLN PLN impaired if this module will then give a command to the
generator to pass the starting and monitoring and sensoring generator , if the
generator has been starting and running then the module will monitor the quality of
the electrical energy generated generator and also as protection .

viii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN INDUSTRI................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi
ABSTRAKSI ........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktek Kerja Industri .................................................... 1
1.2 Tujuan Praktek Kerja Industri ................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan Laporan ...................................................................... 3
1.4 Alasan Pemilihan Judul ........................................................................... 3
1.5 Permasalahan ........................................................................................... 4
1.6 Pembatasan Laporan ............................................................................... 4
1.7 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 4
1.8 Sistematika Penulisan Laporan ............................................................... 5
BAB II TINJAUAN UMUM LPMP JAWA TENGAH
2.1 Sejarah Berdirinya LPMP Jawa Tengah .................................................. 7
2.2 Visi dan Misi ............................................................................................ 8
2.3 Kedudukan LPMP Jawa Tengah .............................................................. 9
2.4 Tugas LPMP Jawa Tengah ...................................................................... 9
2.5 Fungsi LPMP Jawa Tengah ..................................................................... 9
2.6 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ....................................................... 12
2.7 Denah Lokasi LPMP Jawa Tengah ........................................................ 15

ix

2.8 Fasilitas .................................................................................................. 16


2.9 Tinjauan Teknik ..................................................................................... 17
2.9.1AdministrasiTeknik........................................................................... 17
2.9.2 Teknik Pelaksanaan ......................................................................... 18
BAB III LANDASAN TEORI
3.1 Pengertian Panel..................................................................................... 23
3.1.1 Panel Secara Umum ......................................................................... 23
3.1.2 Ketentuan Umum Panel Hubung Bagi dan Kendali (PHB) ............. 23
3.1.3 Jenis-jenis Panel Listrik ................................................................... 26
3.1.4 Fungsi Panel Listrik ......................................................................... 28
3.2 Sistem Distribusi Listrik di LPMP Jawa Tengah................................... 29
3.3 Panel di LPMP Jawa Tengah ................................................................. 30
3.3.1 Main Distribution Panel (MDP)....................................................... 30
3.3.2 Panel Capasitor Bank ....................................................................... 31
3.3.3 Panel ATS AMF............................................................................ 32
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengertian Panel ATS AMF................................................................ 34
4.2 Komponen komponen Panel ATS AMF .......................................... 36
4.3 Metode Pemasangan Instalasi ATS AMF ........................................... 49
4.4 Gambar Rangkaian ATS AMF di LPMP Jawa Tengah ...................... 52
4.5 Prinsip Kerja Panel ATS AMF ........................................................... 54
4.6 Analisa ................................................................................................... 55
4.7 Perawatan Panel Listrik ......................................................................... 60
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 61
5.2 Saran ...................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN LAMPIRAN
x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi LPMP Jawa Tengah .......................................... 11


Gambar 2.2 Denah Lokasi LPMP Jawa Tengah ................................................... 15
Gambar 2.3 Struktur Sub Bag. TU & RT ............................................................ 17
Gambar 2.4 Flowchart Perawatan & perbaikan Listrik ........................................ 19
Gambar 2.5 Flowchart Pengadaan Barang Kebutuhan Listrik.............................. 21
Gambar 3.1 Ruang PelayananTampak Depan ...................................................... 25
Gambar 3.2 Ruang PelayananTampak Atas.......................................................... 25
Gambar 3.3 Panel Kontruksi Terbuka................................................................... 27
Gambar 3.4 Panel Kontruksi Semi Tertutup ......................................................... 27
Gambar 3.5 Panel Kontruksi Lemari .................................................................... 28
Gambar 3.6 Panel Kontruksi Kotak (Box)............................................................ 28
Gambar 3.7 Sistem Distribusi Listrik LPMP Jawa Tengah .................................. 29
Gambar 3.8 Main Distrubution Panel (MDP) ....................................................... 30
Gambar 3.9 Panel Capasitor Bank ........................................................................ 31
Gambar 3.10 ATS AMF Panel Tampak Depan ................................................. 33
Gambar 3.10 ATS AMF Panel Tampak Dalam ................................................. 33
Gambar 4.1 Kotak Panel ....................................................................................... 36
Gambar 4.2 Relay.................................................................................................. 37
Gambar 4.3 Motorized MCCB.............................................................................. 38
Gambar 4.4 Module Controller............................................................................ 40

xi

Gambar 4.5 Current Transformator...................................................................... 41


Gambar 4.6 LBS (Load Break Switch) ................................................................. 41
Gambar 4.7 Miniatur Circuit Breaker ................................................................... 42
Gambar 4.8 Rail Copper / Busbar......................................................................... 43
Gambar 4.9 Time Delay Relay (TDR).................................................................. 44
Gambar 4.10 Rangkaian TDR............................................................................... 45
Gambar 4.11 Lampu Indikator.............................................................................. 45
Gambar 4.12 Sakelar Pemilih / Selector Switch.................................................... 46
Gambar 4.13 Push Button / Tombol Tekan .......................................................... 47
Gambar 4.14 Emergency Stop............................................................................... 48
Gambar 4.15 Rangkaian Alat Ukur....................................................................... 49
Gambar 4.16 Kabel Listrik.................................................................................... 49
Gambar 4.17 Rangkaian Kendali ATS AMF..................................................... 52
Gambar 4.18 Rangkaian Tenaga ATS AMF...................................................... 53
Gambar 4.19 Jalur Distribusi Listrik Blok Barat .................................................. 55

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1.

Lembar identitas siswa praktek kerja industri

2.

Lembar identitas dunia industri

3.

Schedule Program Kegiatan Prakerin

4.

Daftar Hadir Praktek Kerja Industri

5.

Laporan Kegiatan Siswa secara berkala

6.

Lembar konsultasi laporan praktek kerja industri

7.

Sertifikat praktek kerja industri

xiii

BAB I
PENDAHULUAN
1. 1

Latar Belakang Praktek Kerja Industri

Pendidikan

Kejuruan

adalah

pendidikan

yang

bertujuan

membekali peserta didik dengan seperangkat pengetahuan, sikap,


ketrampilan untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri anak didik.
Pendidikan kejuruan mempersiapkan peserta didik untuk mampu
memasuki lapangan kerja yang dapat membanggakan diri dalam pekerjaan
dan menjadi tenaga kerja yang profesional. Untuk menghasilkan lulusan
pendidikan kejuruan yang berkualitas proses pada lembaga pendidikan
kejuruan harus terkait langsung dengan dunian kerja. Hal ini berarti dalam
pendidikan kejuruan, proses pendidikan maupun proses pembelajaran
harus dilakukan di dua tempat yaitu di sekolah dan dunia kerja / di industri
pemanfaatan dua tempat belajar yang berbeda itu disebut dengan
pendidikan atau pembelajaran sistem ganda.
Pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin) di SMK N 7
Semarang yang dilaksanakan selama 6 bulan ini diharapkan dapat
meningkatkan keahlian profesional siswa sesuai dengan tuntutan
perkembangan dunia usaha / industri, siswa juga mendapatkan etos kerja
yang berkualitas, disiplin waktu, dan kerajinan serta memiliki wawasan
industri yang luas. Setelah praktek kerja industri berakhir, siswa
diharapkan mampu menjadi pribadi yang siap terjun ke dalam dunia kerja
terutama di industri. Dalam pelaksanaannya siswa diharapkan mendapat
pengetahuan baru yang tidak didapatkan di sekolah. Laporan praktek kerja
industri digunakan sebagai bukti bahwa siswa telah selesai melaksanakan
prakerin.

1.2

Tujuan Praktik Kerja Industri


Program pelaksanaan praktik kerja industri dilaksanakan dengan
maksud sebagai salah satu syarat untuk mengikuti UAS (Ujian Akhir
Sekolah) dan uji kompetensi prakerin dilaksanakan selama 6 (enam) bulan
terhitung mulai tanggal 1 Juli 2013 sampai dengan tanggal 31 Desember
2013. Oleh karena itu, pelaksanaan pelaksanaan praktik kerja industri itu
memiliki tujuan sebagai berikut :
1.

Meningkatkan kualitas ketrampilan, kemampuan dan pengetahuan


melakukan pengalaman kerja nyata yang diperoleh dari dunia industri
agar tetap memasuki dunia kerja nyata.

2.

Meningkatkan pandangan maupun wawasan siswa terhadap jenis


jenis pekerjaan dan karakteristiknya dalam bidang masing masing
(masalah kelistrikan).

3.

Meningkatkan kualitas ketrampilan dan kemampuan praktik agar


kelak bermanfaat baik di lingkungan masyarakat maupun di
lingkungan industri.

4.

Siswa dapat membandingkan antara praktik yang didapat disekolah


dengan praktik yang ada di industri, sehingga lebih membekali diri
untuk memasuki dunia kerja.

5.

Sarana untuk melatih bekerja dalam industri seperti kedisiplinan,


tanggung jawab, serta semangat kerja yang tinggi.

6.

Sarana menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat dari bangku


sekolah di dunia industri.

7.

Sebagai jembatan komunikasi antara sekolah dengan industri atau


perusahaan sehingga perusahaan atau industri mengetahui kualitas
sumber daya manusia di SMK Negeri 7 Semarang.

1.3 Tujuan Penulisan Laporan


Dalam setiap praktik kerja industri siswa diwajibkan untuk
menyusun laporan tertulis yang mempunyai beberapa tujuan antara lain
sebagai berikut :
1.

Untuk memenuhi tugas sekolah dan sebagai salah satu syarat dalam
menempuh ujian sekolah dan uji kompetensi di SMK N 7 Semarang.

2.

Menambah wawasan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan


teknologi sesuai dengan topik yang dipilih terhadap program study
yang penulis tempuh.

3.

Sebagai perbandingan bagi siswa antara teori yang telah diberikan di


sekolah dengan praktik kerja industri di lapangan.

4.

Sebagai wujud pertanggung jawaban secara terperinci setelah


melaksanakan praktik industri.

5.

Melatih

siswa

berdisiplin

dan

bertanggung

jawab

dalam

menyelesaikan tugas.
6.

Melalui penyusunan laporan, siswa dapat mengetahui lebih banyak


tentang dunia industri.

7.

Untuk meningkatkan pembendaharaan kata Bahasa Indonesia.

8.

Untuk melatih agar dapat menyusun Laporan tertulis secara sistematis


dan logis sesuai kaidah penulisan karya ilmiah.

9.

Sebagai bahan referensi pengetahuan.

1. 4 Alasan Pemilihan Judul


Alasan penulis memilih judul PEMASANGAN PANEL ATS /
AMF DI LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
(LPMP) JAWA TENGAH adalah penulis ingin membahas Panel ATS
/ AMF yang berada di LPMP Jawa Tengah agar mudah dipahami dan
dapat digunakan sebagai referensi atau panduan dalam pengopersian
panel ATS / AMF tersebut.

1.5 Permasalahan
Permasalahan yang diangkat dalam laporan prakerin ini dalah
sebagai berikut :
1. Komponen apakah yang terdapat pada panel ATS / AMF ?
2. Bagaimana cara kerja Panel ATS / AMF ?
3. Bagaimana rangkaian kendali dan tenaga pada panel ATS / AMF ?
1.6 Pembatasan Masalah
Pembatasan

masalah

dalam

laporan

ini

diperlukan

agar

pembahasan yang akan dikupas lebih fokus dan tidak meluas sehingga
penyusun membatasi yang akan dikaji. Batasan masalah yang akan dikaji
adalah:
1. Penjelasan secara umum mengenai Panel ATS AMF.
2. Komponen yang terdapat di dalam panel ATS AMF.
3. Cara kerja rangkaian kendali Panel ATS AMF.
1.7 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data sebagai bahan
laporan praktek kerja industri adalah sebagai berikut :
1. Metode Observasi
Menurut Nawawi dan Martini (1992:74), observasi adalah
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur
yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala pada objek
penelitian.
2. Metode Interview
Menurut Lerbin (1992), metode interview adalah metode
pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan
secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. Tanya

jawab sepihak berarti bahwa pengumpul data yang aktif bertanya,


sementara pihak yang ditanya aktif memberikan jawaban atau
tanggapan.
Menurut

Prabowo

(1996)

wawancara

adalah

metode

pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang


responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka.
3. Metode Dokumentasi
Menurut Arikunto (2006:231), metode dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,
agenda dan sebagainya.
4. Metode Studi Pustaka
Menurut M. Nazir dalam bukunya yang berjudul Metode
Penelitian mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan Studi
kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan
studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatancatatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah
yang dipecahkan.(Nazir,1988: 111).
1.8 Sistematika Penyusunan Laporan
Didalam penyusunan laporan ini ada beberapa masalah
sehingga untuk membahas isi dari laporan ini, penulis membentuk bab
bab yang sesuai dengan permasalahan yang ada di dalamnya. Masing
masing bab menjelaskan mengenai :
BAB I

Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang praktek
kerja industri tujuan penulisan laporan, alasan pemilihan judul,
5

pembatasan masalah, dan metode pengumpulan data serta


sistematika penulisan laporan.
BAB II

Tinjauan Umum Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan


(LPMP) Jawa Tengah
Bab ini menjelaskan tentang administrasi perusahaan
yang meliputi sejarah berdirinya LPMP Jawa Tengah , Visi dan
Misi, Struktur Organisasi, Lokasi LPMP Jawa Tengah, Fasilitas
yang terdapat dalam LPMP Jawa Tengah dan Tinjauan Teknik
di LPMP Jawa Tengah.

BAB III

Landasan Teori
Bab ini merupakan dasar dari teori yang dibahas pada
inti laporan tentang panel listrik ATS AMF yang ada di
LPMP Jawa Tengah.

BAB IV

Pembahasan
Bab ini merupakan inti laporan berupa penjelasan
tentang panel ATS - AMF di LPMP Jawa Tengah beserta
pembagian beban dan pemakaian komponen panel, termasuk
pengaman dan alat ukur yang digunakan.

BAB V

Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran saat
pelaksanaan Praktek Kerja Industri selam 6 bulan di LPMP
Jawa Tengah.

BAB II
TINJAUAN UMUM LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
JAWA TENGAH
2.1 Sejarah Berdirinya LPMP Jawa Tengah
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Tengah
dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 07 tahun
2007. Sebelum keputusan tersebut terbit bernama Balai Penataran Guru
(BPG) Semarang dan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Jawa Tengah
(LPMP) Jawa Tengah. Secara geografis LPMP Jawa Tengah berlokasi di
Jalan Kyai Maja Srondol Kulon Semarang dengan areal tanah seluas 24.634
m2 .
Balai Penataran Guru Semarang pada awal berdirinya diatur oleh
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
0116/O/1977 tanggal 23 April 1977 tentang Tata Kerja Balai Penataran
Guru dan Tenaga Teknis Regional. Selanjutnya melalui Keputusan
Mendikbud Nomor 0181/O/1979 tanggal 20 Agustus 1979 Balai Penataran
Guru dan Tenaga Teknis Regional diubah menjadi Balai Penataran Guru.
Struktur organisasi BPG saat itu diatur menurut Keputusan Mendikbud
Nomor 0203/O/1978 tanggal 23 Juli 1978, yang susunan organisasinya
belum mencerminkan lembaga penataran karena belum tampak adanya
tenaga fungsional. Dalam perkembangan selanjutnya, fungsi dan peranan
BPG Semarang semakin meningkat setelah terbit Keputusan Mendikbud
Nomor 024/O/1991 tenggal 2 Mei 1991 tentang Struktur Organisasi dan
Tata Kerja Balai Penataran Guru yang didalamnya memuat pula jabatan
struktural dan fungsionalnya dalam BPG. Selanjutnya Lembaga Penjamin
Mutu Pendidikan Jawa Tengah dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 087/O/2003 tanggal 4 Juli 2003 sebagai
lembaga yang bertujuan agar pelaksanaan pendidikan di Jawa Tengah sesuai

dengan standar, norma, kriteria dan prosedur yang ditetapkan oleh


pemerintah pusat.
Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat
terhadap peningkatan mutu pendidikan, pemerintah melalui Departemen
Pendidikan Nasional melakukan restrukturisasi dan refungsionalisasi BPG.
Semarang dan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Jawa Tengah menjadi
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Tengah. Pembentukan LPMP
Jawa Tengah ini bertujuan agar pelaksanaan pendidikan di Jawa Tengah
sesuai dengan standar, norma, kriteria dan prosedur yang ditetapkan oleh
pemerintah pusat. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Tengah
merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) pusat di bawah Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan
(BPSDMPK) dan Penjaminan Mutu Pendidikan.
2.2 Visi dan Misi
a. Visi
Menjadi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah
yang Berstandar Nasional dan Berwawasan Global.
a.Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut, LPMP Jawa Tengah telah menetapkan
misi sebagai berikut.
1. Melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah
sesuai dengan standar nasional pendidikan.
2. Melaksanakan pemetaan mutu pendidikan dasar dan mengah dalam
pencapaian standar nasional pendidikan.
3. Melaksanakan supervisi satuan pendidikan dasar dan menengah dalam
pencapaian standar nasional pendidikan.

4. Memfasilitasi sumber daya pendidikan terhadap satuan pendidikan


dasar dan menengah dalam penjaminan mutu pendidikan.
5. Mengemban dan mengelola system informasi mutu pendidikan dasar
dan menengah di Provinsi Jawa Tengah.
6. Menjalin kerjasama antar lembaga dalam rangka penjaminan mutu
pendidikan dasar dan menengah di Provinsi Jawa Tengah.
2.3

Kedudukan LPMP Jawa Tengah


Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) adalah Unit
Pelaksana teknis Depdiknas yang dipimpin oleh seorang Kepala dan
bertanggung jawab kepada Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pendidikan dan Kebudayaan (BPSDMPK) dan Penjaminan Mutu
Pendidikan.

2.4

Tugas LPMP Jawa Tengah


Tugas Dari LPMP Jawa Tengah adalah sebagai berikut :
Melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dasar dan pendidikan
menengah termasuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA)
atau bentuk lain yang sederajat di provinsi berdasarkan Kebijakan
Mendiknas.

2.5

Fungsi LPMP Jawa Tengah


Dalam melaksanakan tugas, LPMP Jawa Tengah
menyelenggarakan fungsi, yaitu :
1.

Pemetaan mutu pendidikan dasar dan menengah termasuk TK, RA


atau bentuk lain yang sederajat

2.

Pemetaan mutu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan


pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal.

3.

Supervisi satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan


pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal dalam
pencapaian standar mutu pendidikan

4.

Fasilitasi peningkatan mutu pendidikan anak usia dini, pendidikan


dasar dan pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal
dalam penjaminan mutu nasional.

5.

Pengembangan model penjaminan mutu opendidikan anak usia


dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah pada jalur
pendidikan formal.

6.

Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan


anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengahatau
bentuk lain yang sederajat.

7.

Pelaksanaan urusan administrasi LPMP.

10

Struktur Organisasi
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Tengah

Gambar 2.1 Struktur Organisasi LPMP Jawa Tengah

11

2.6

Uraian Tugas dan Tanggung Jawab


Tugas dari LPMP Jawa Tengah adalah sebagai berikut :
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Tengah
adalah unit pelaksana teknis Kementrian Pendidikan Nasional di bidang
penjaminan Mutu Pendidikan , yang berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada Bada Pengembangan Sumber Daya Mutu Pendidikan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMD dan PMP) dengan tugas
melaksanakan penjaminan mutu pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar dan pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal di propinsi
Jawa Tengah berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan Nasional.
a.

Kepala LPMP
Bertanggung jawab secara keseluruhan mengenai berjalannya fungsi
dan tugas LPMP.

b.

Bagian Umum
1. Melaksanakan urusan perencanaan dan penganggaran LPMP.
2. Melaksanakan urusan persuratan, kearsipan dan perpustakaan.
3. Melaksanakan urusan ketatalaksanaan dan kepegawaian.
4. Melaksanakan urusan keuangan.
5. Melaksanakan urusan kerumah tanggaan dan perlengkapan.
6. Menyusun laporan LPMP.
b.1 Sub Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga
Melakukan

urusan

persuratan,

kearsipan,

perpustakaan,

kerumahtanggaan dan perlengkapan.


b.2 Sub Bagian Tatalaksana dan Kepegawaian
Melakukan urusan ketatalaksanaan dan kepegawaian.

12

b.3 Sub Bagian Perencanaan dan Penganggaran


Melakukan penyiapan penyusunan renacana anggaran dan
pembiayaan,

serta

perbendaharaan,

evaluasi

pelaksanaan

anggaran dan laporan LPMP.

c.

Bidang Pemetaan Mutu dan Supervisi Mutu Pendidikan


1. Menyusun program dan evaluasi pemetaan mutu pendidikan.
2. Melaksanakan pemetaan mutu pendidikan.
3. Mengelola dan mengembangkan sistem informasi mutu
pendidikan.
4. Melaksanakan supervisi satuan pendidikan anak usia dini,
pendidikan

dasar,

dan

pendidikan

menengah

pada

jalur

pendidikan formal.
5. Melaksanakan kerja sama dibidang pemetaan mutu pendidikan.
c.1

Seksi Pemetaan Mutu Pendidikan


Melakukan pemetaan, menyusun program dan evaluasi
penjaminan mutu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal di
wilayah kerjanya, serta mengelola dan mengembangkan sistem
informasi dan kerjasama di bidang pemetaan mutu.

c.2

Seksi Supervisi Mutu Pendidikan


Melakukan supervisi satuan pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah pada jalur
pendidikan formal.

13

d.

Bidang Fasilitas Peningkatan Mutu Pendidikan


1. Melaksanakan fasilitas peningkatan mutu pendidikan usia
dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah pada jalur
pendidikan formal.
2. Mengembangkan model penjaminan mutu pendidikan usia
dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah pada jalur
pendidikan formal.
3. Melaksanakan

kerjasama

fasilitas

peningkatan

mutu

pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan


menengah pada jalur pendidikan formal.
4. Mengevaluasi

pelaksanaan

fasilitas

peningkatan

mutu

pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan


menengah jalur formal.

d.1 Seksi Pendidikan Anak Usia Dini


Melakukan fasilitas, pengembangan model, kerja sama
dan evaluasi peningkatan mutu pendidikan anak usia dini
dan pendidikan dasar pada jalur formal.

d.2 Seksi Pendidikan Menengah


Melakukan fasilitas, pengembangan model, kerja sama
dan evaluasi peningkatan mutu pendidikan menengah
pada jalur formal.

e.

Kelompok Jabatan Fungsional


Melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan perundang
undangan.

14

2.7

Denah Lokasi LPMP Jawa Tengah


LPMP Jawa tengah berada di jalan Kyai Mojo, Srondol Kulon,
Banyumanik, Semarang. LPMP Jawa Tengah berbatasan langsung
dengan Perumahan Srondol dan jalan Kyai Mojo.

Gambar 2.2 Denah Lokasi LPMP Jawa Tengah

Keterangan

Sebelah Utara

: Jl. Kyai Mojo

Sebelah Selatan

: Perumahan Srondol

Sebelah Tmur

: Perumahan Srondol Asri

Sebelah Barat

: Perumahan Srondol

15

2.8 Fasilitas
LPMP Jawa Tengah memiliki fasilitas :
1.

Wisma standar non AC terdiri dari 171 kamar dengan kapasitas 342
orang.

2.

Wisma standar Plus terdiri dari 70 kamar dengan kapasitas 140 orang.

3.

Wisma Quas dengan fasilitas AC, Kasur busa, kamar mandi dalam,
TV 21 setiap kamar, terdiri dari 84 kamar dengan kapasitas 168
orang (jika dibutuhkan 1 kamar dapat diisi oleh 3 orang).

4.

Ruang Sidang Full AC dilengkapi dengan LCD dan sound system.


- Ruang sidang terdiri dari :
Ruang Aula
a.

Aula utama dengan kapasitas 400 orang

b.

Aula H dengan kapasitas 200 orang

Ruang kelas terdiri dari :


a.

Ruang kelas kapasitas 100 orang

b.

Ruang kelas kapasitas 80 orang

Ruang Laboratorium terpadu, terdiri dari :

5.

a.

Lab. Matematika

b.

Lab. Fisika

c.

Lab. Kimia

d.

Lab. Biologi

e.

Lab. Komputer

f.

Lab. Bahasa

g.

Micro Teaching

h.

Lab. Psikologi dan Pendidikan Konseling

Sarana Olahraga : Lapangan Tenis, Lapangan Volly, Lapangan


Bulutangkis.

6.

Perpustakaan yang melayani kebutuhan informasi bahan pustaka bagi


pegawai maupun peserta diklat.

7.

Tempat ibadah (masjid utama dan musholla)

16

8.

Ruang makan terdiri dari 2 lantai dengan kapasitas 200 orang.

9.

Ruang kesehatan.

10. Hotspot area, akses internet gratis di area LPMP Jawa Tengah.
11. Halaman parkir luas.
2.9 Tinjauan Teknik
2.9.1 Administrasi Teknik
Administrasi teknik berisi tentang penjelasan yang terkait tentang
tugas dari Urusan Perawatan dan Perbaikan LPMP Jawa Tengah. Urusan
Perawatan dan Perbaikan di LPMP Jawa Tengah berada di bawah sub
bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga.
Struktur Sub Bag. TU & RT

Kepala Sub Bag.


Tata Usaha &
Rumah Tangga

Kehumasan

Persuratan /
Arsip

Perpustakaan

Rumah
Tangga

Teknologi dan
Informasi

Perlengkapan

Gambar 2.3 Struktur Sub Bag. TU & RT


Berdasarkan dari struktur organisasi LPMP Jawa Tengah urusan
perawatan dan perbaikan bertanggung jawab kepada Kepala Sub Bag.
TU & RT. Para teknisi menyiapkan program tahunan yang akan
dikerjakan secara bertahap.

17

Perawatan &
Perbaikan

Perencanaan program perbaikan dan perawatan listrik tersebut


meliputi beberapa hal diantaranya :

Instalasi Penerangan

Instalasi Air Conditioner (AC)

Instalasi Tenaga

Sound System

Peralatan Listrik dan Elektro


Penyusunan perencanaan dilakukan berdasarkan kebutuhan dan

kelangsungan kegiatan yang ada di LPMP dengan program secara umum


yang dimiliki oleh LPMP. Setiap tahun anggaran, urusan kelistrikan
memprogramkan beberapa kegiatan kelistrikan untuk menunjang atau
memperlancar kegiatan yang berhubungan dengan kelistrikan yang ada
di LPMP Jawa Tengah.
2.9.2 Teknik Pelaksanaan
Urusan Perawatan & Perbaikan melakukan observasi, program
pemasangan, perawatan maupun perbaikan berdasarkan dari laporan
karyawan / pengguna ruangan. Berikut ini prosedur kerja untuk
melaksanakan perawatan dan perbaikan yang dilaksanakan oleh teknisi
listrik :

18

FLOWCHART MAINTENANCE & REPAIRING of ELECTRICAL

Start

Laporan Kerusakan

Dikerjakan Teknisi
M&R ?

Tidak
Dikerjakan Teknisi Luar

Ya
Apakah Bahan & Suku
Cadang Tersedia ?

Ya

Tidak
Pengajuan Anggaran Biaya

Kabag Umum /
Ka Subbag TU&RT

Tidak
Ekonomis bila Diperbaiki

Ya
Meminta Anggaran ke Bagian
Keuangan dengan
Persetujuan/diketahui Ka Subbag
Keuangan

Penghapusan

Pelaksanaan Servis

Ke Bagian Perlengkapan

Laporan HasiL Pelaksanaan

End

Gambar 2.4 Flowchart Perawatan & perbaikan Listrik

19

Prosedur perawatan dan perbaikan listrik


1. Pengguna ruangan melaporkan kerusakan kepada coordinator atau teknisi
listrik.
2. Teknisi listrik melakukan tindakan pengecekan dan analisa kerusakan
yang terjadi dan tingkat skala prioritas berdasarkan jenis dan dampak yang
diakibatkan kerusakan.
3. Teknisi mengambil tindakan apakah dapat di kerjakan sendiri atau tidak.
Bila tidak, teknisi meminta teknisi luar untuk mengerjakan. Bila sanggup
dikerjakan, teknisi mengecek bahan yang dibutuhkan tersedia atau tidak.
4. Bila bahan yang dibutuhkan tidak tersedia, teknisi mengajukan anggaran
biaya kepada Kabag Umum / Ka Subbag TU & RT. Kabag Umum / Ka
Subbag RT memutuskan barang yang akan dibeli ekonomis atau tidak.
5. Bila tidak ekonomis, maka teknisi melakukan penghapusan pengajuan
anggaran biaya dan meminta kepada bagian perlengkapan untuk
mengadakan barang. Bila disetujui, maka teknisi meminta anggaran pada
bagian keuangana atas persetujuan Kabag Umum / Ka Subbag TU & RT.
6. Teknisi melaksanakan perbaikan dan perawatan setelah suku cadang
tersedia.
7. Hasil pelaksanaan perawatan dan perbaikan , teknisi listrik membuat
laporan perbaikan.

20

Flowchart Pengadaan Barang Kebutuhan Listrik


Start

Laporan
Kebutuhan
Stok Barang

Pengajuan Anggaran Biaya


Kabag Umum / Ka Subbag TU &
RT Memberikan argumentasi,
arahan, pertimbangan, dan
kebijakan.

Kabag Umum / Ka Subbag TU & RT

Tidak

Apakah Pengajuan Disetujui ?

Ya
Apakah Barang yang dibeli Habis Pakai ?

Tidak
Ya

Meminta Uang ke Bagian Keuangan


dengan Persetujuan / diketahui
Ka Subbag Keuangan

Meminta Bagian Perlengkapan untuk


Mengadakan Barang

Ke Bagian Perlengkapan

Pembelian Barang Kebutuhan Listrik

Laporan Pembelian ke Bagian Keuangan

End

Gambar 2.5 Flowchart Pengadaan Barang Kebutuhan Listrik

21

Prosedur Pengadaan Barang


1. Dalam setiap kegiatan perawatan dan perbaikan selalu
membutuhkan alat dan bahan . Sehingga perlu mengajukan
proposal untuk pengadaan barang. Teknisi memberikan rincian
anggaran alat atau bahan yang akan dibeli kepada Ka Bag
Umum / Ka Subbag TU & RT
2. Kemudian teknisi mengajukan anggaran biaya untuk pembelian
barang baru yang dibutuhkan kepada Kabag Umum / Ka
Subbag TU & RT. Bila tidak disetujui, Kabag Umum / Ka
Subbag

TU

&

RT

memberikan

argumentasi,

arahan,

pertimbangan dan kebijakan terhadap barang yang diajukan


dan teknisi mengajukan proposal anggaran baru . Bila disetujui,
maka barang akan dibeli.
3. Jika barang yang dibeli bersifat habis pakai maka teknisi dapat
meminta langsung biaya kepada bagian keuangan. Namun jika
barang tersebut bersifat tidak habis pakai maka tek isi
mengajukan proposal pengadaan barang kepada bagian
perlengkapan.

22

BAB III
DASAR TEORI
3.1 Pengertian Panel
3.1.1 Panel Secara Umum
Panel listrik adalah suatu susunan peralatan listrik / komponen listrik
yang dirangkai atau disusun sedemikian rupa didalam suatu papan control
sehingga saling berkaitan dan membentuk funsi sesuai dengan kebutuhan
yang diinginkan,
Panel listrik sering disebut dengan Panel Hubung Bagi dan Kendali
(PHB). PHB merupakan perlengkapan listrik yang digunakan untuk
mengendalikan dan membagi arus listrik yang juga merupakan bagian dari
sistem suplai tenaga listrik. PHB biasa dipasang sebelum sampai ke
peralatan konsumen.
3.1.2 Ketentuan Umum Panel Hubung Bagi dan Kendali (PHB)
Adapun beberapa ketentuan umum dalam pemasangan Panel Hubung
Bagi dan Kendali (PHB) menurut PUIL 2000, antara lain :
1. Penataan PHB
a. PHB harus ditata dan dipasang sedemikian rupa sehingga terlihat rapi
dan teratur, dan harus ditempatkan dalam ruang yang cukup leluasa.
b. PHB

harus

ditata

dan

dipasang

sedemikian

rupa

sehingga

pemeliharaan dan pelayanan mudah dan aman, dan bagian yang


penting mudah dicapai.
c. Semua komponen yang pada waktu kerja memerlukan pelayanan,
seperti instrumen ukur, tombol dan sakelar, harus dapat dilayani
dengan mudah dan aman dari depan tanpa bantuan tangga, meja atau
perkakas yang tidak lazim lainnya.

23

d. Penyambungan saluran masuk dan saluran keluar pada PHB harus


menggunakan terminal sehingga penyambungannya dengan komponen
dapat dilakukan dengan mudah, teratur dan aman. Ketentuan ini tidak
berlaku bila komponen tersebut letaknya dekat saluran keluar atau
saluran masuk.
e. Terminal kabel kendali harus ditempatkan terpisah dari terminal
saluran daya.
f. Beberapa PHB yang letaknya berdekatan dan disuplai oleh sumber
yang sama sedapat mungkin ditata dalam satu kelompok.
g. PHB tegangan rendah atau bagiannya, yang masing-masing disuplai
dari sumber yang berlainan harus jelas terpisah dengan jarak sekurangkurangnya 5 cm.

2. Ruang Pelayanan dan Ruang Bebas di Sekitar PHB


a. Di sekitar PHB harus terdapat ruang yang cukup luas sehingga
pemeliharaan, pemeriksaan, perbaikan, pelayanan dan lalulintas dapat
dilakukan dengan mudah dan aman.
b. Ruang pelayanan di sisi depan, lorong dan emper lalulintas pada PHB
tegangan rendah, lebarnya harus sekurang-kurangnya 0,75 m,
sedangkan tingginya harus sekurang-kurangnya 2 m.
c. Jika di sisi kiri dan kanan ruang bebas yang berupa lorong terdapat
instalasi listrik tanpa dinding pengaman (dinding pemisah), lebar ruang
bebas ini harus sekurangkurangnya 1,5 m.
d. Pintu ruang khusus tempat PHB terpasang harus mempunyai ukuran
tinggi sekurang-kurangnya 2 m dan ukuran lebar sekurang-kurangnya
0,75 m.
e. Dalam ruang sekitar PHB tidak boleh diletakkan barang yang
mengganggu kebebasan bergerak.

24

f. PHB harus dipasang di tempat yang jelas terlihat dan mudah dicapai.
Tempat itu harus dilengkapi dengan tanda pengenal seperlunya dan
penerangan yang cukup.
g. Dinding dan langit-langit ruang tempat PHB dipasang harus terbuat
dari bahan yang tidak mudah terbakar.
h. Sebaiknya PHB tidak ditempatkan dekat saluran Gas , Saluran Uap
maupun saluran air.
i. Untuk PHB terbuka tegangan rendah dengan rel telanjang melintang
dalam ruang bebas, tinggi rel tersebut di atas lantai lorong harus
sekurang-kurangnya 2,3 m.

Gambar 3.1 Ruang Pelayanan Tampak Depan

Gambar 3.2 Ruang pelayanan Tampak Atas


3. Penandaan
a. Di beberapa tempat yang jelas dan mudah terlihat pada sirkit arus PHB
dipasang pengenal yang jelas sehingga memudahkan pelayanan dan
pemeliharaan.

25

b. Tiap penghantar fase, penghantar netral dan penghantar atau rel


pembumi harus dapat dibedakan secara mudah dengan warna atau
tanda sesuai dengan PUIL 2000 Pasal 7 Ayat 2.
c. Memudahkan pelayanan dan pemeliharaan, harus dipasang bagan sirkit
PHB yang mudah dilihat.
d. Terminal gawai kendali harus diberi tanda atau lambang yang jelas dan
mudah dilihat sehingga memudahkan pemeriksaan.
e. PHB yang ada gawai kendalinya harus dilengkapi dengan gambar
beserta penjelasan secukupnya.
f. Pawai kendali harus ada tanda pengenal dan keterangan yang jelas dan
mudah dilihat sehingga memudahkan pelayanan.
g. PHB harus dipasang tanda-tanda yang jelas dan tidak mudah terhapus
sehingga terlihat pada kelompok mana perlengkapan disambungkan
dan pada terminal mana setiap fase dan netral dihubungkan.
3.1.3 Jenis jenis Panel Listrik
Jenis jenis panel listrik dapat dikategorikan menjadi :
1.

Berdasarkan sistem pemasangannya :


a. PHB dengan sistem pemasangan tetap (non-withdrawable).
b. PHB dengan sistem pemasangan dapat dipindah-pindah
(removable).
c. PHB dengan sistem Laci (witdrawble).

2.

Berdasarkan bentuk kontruksinya, terdiri dari 4 macam diantaranya :


a. Kontruksi Terbuka
Kontruksi PHB jenis terbuka merupakan PHB yang terlihat
dan terjangkau dari segala sisinya. Pemasangan hanya diijinkan di
tempat tertutup yang khusus dan hanya boleh dimasuki oleh orangorang prosfesional dan ahli dalam bidang kelistrikan.

26

Gambar 3.3 Panel Kontruksi Terbuka


b. Kontruksi Semi Tertutup
PHB jenis ini memiliki kontruksi berupa panel yang
dilengkapi pengaman yang mencegah kontaknya antar bagian di
dalam PHB. Bentuk dari PHB jenis ini hanya tertutup di bagian
belakang dan depan saja.

Gambar 3.4 Panel Kontruksi Semi Tertutup


c. Kontruksi Lemari
PHB jenis ini memiliki kontruksi yang tertutup di semua
sisinya, sehingga pemasangannya tidak harus di tempat yang
tertutup dan sering dijumpai di lapangan.
27

Gambar 3.5 Panel Kontruksi Lemari


d. Kontruksi Kotak (Box)
PHB jenis ini memiliki bentuk yang hampir sama dengan
PHB jenis lemari , hanya bentuknya yang lebih sederhana dan
ukurannya lebih kecil daripada jenis lemari. Bahan pembuat PHB
jenis ini terbuat dari bahan isolasi, plat logam, baja, dan
sebagainya. PHB ini dilengkap dengan tempat untuk pemasangan
rel, sekering , kontaktor, dan sebagainya.

Gambar 3.6 Panel Kontruksi Kotak (Box)


3.1.4 Fungsi Panel Listrik
Panel listrik atau PHB memiliki fungsi secara umum untuk
mengendalikan dan membagi arus listrik, beberapa fungsi panel listrik
antara lain :
1. PHB untuk sistem kontrol.
2. PHB untuk perbaikan faktor daya.

28

3. PHB untuk distribusi arus listrik.


4. PHB untuk sub distribusi arus listrik.
5. PHB untuk distribusi dan industri.
6. PHB untuk distribusi motor-motor listrik.
7. PHB untuk distribusi sistem saluran penghantar.
8. PHB untuk penerangan dan daya.
9. PHB untuk unit konsumen.
3.2 Sistem Distribusi Listrik di LPMP Jawa Tengah
Saluran distribusi di LPMP Jawa Tengah menggunakan suplai dari
PLN dan genset. Untuk mengendalikan suplai dari PLN atau genset digunakan
ATS AMF. Dan untuk perbaikan faktor daya di masing masing MPD
dilengkapi dengan panel Kapasitor Bank.

Gambar 3.7 Sistem Distribusi Listrik LPMP Jawa Tengah


29

Sistem operasi suplai listrik di LPMP Jawa Tengah menggunakan


sistem otomatis. PLN gagal dalam mensuplai listrik ke beban atau terjadi
pemadaman, maka genset akan otomatis hidup dan menggantikan sumber
listrik dari PLN. Sistem operasi otomatis ini menggunakan panel ATS AMF
dengan cara pendistribusian energi listrik ke beban diatur secara otomatis
sehingga suplai listrik tetap berjalan walaupun terjadi pemadaman listrik dari
PLN.
3.3 Panel di LPMP Jawa Tengah
1. Main Distribution Panel (MDP)
Aliran energi listrik dari PLN ke konsumen terlebih dahulu
melewati panel MDP. Panel MDP adalah perangkat yang digunakan untuk
menyalurkan, membagi dan mendistribusikan energi listrik PLN ke panel
SDP (Sub Distribution Panel). Panel MDP sering disebut panel daya.

Gambar 3.8 Main Distrubution Panel (MDP)


Sedangkan yang dimaksud dengan panel SDP adalah perangkat
yang berfungsi menyalurkan dan menditribusikan energi listrik dari Panel
MDP ke beban listrik baik untuk instalasi tenaga maupun untuk instalasi
penerangan. Panel SDP sering juga disebut panel distribusi.

30

Keuntungan dari Panel MDP antara lain :


1. Sebagai pembagi energi listrik secara merata dan tepat.
2. Sebagai pengaman instalasi dan pemakaian listrik.
3. Memudahkan dalam pemeriksaan, perbaikan atau pemeliharaan.
2. Kapasitor Bank Panel
Kapasitor bank panel adalah panel yang berfungsi untuk
mengurangi

beban-beban

induktif

yang

terjadi

selama

proses

pendistribusian pasokan daya, serta untuk mengoptimalkan daya yang


tersedia serta menjaga stabilitas pasokan daya tersebut. Secara gais besar,
capasitor bank panel berfungsi untuk memperbaiki Cos Phi pada pemakaian
listrik. Perbaikan Cos Phi tersebut diperlukan untuk memperbaiki faktor
daya. Terlebih untuk mencegah biaya yang timbul akibat pemakaian
berlebih Kilo Volt Ampere Reactive Hour (KVARH). Di LPMP Jawa
Tengah untuk Cos Phi dibatasi minimal 0,85 sedangkan maksimal 0,99.

Gambar 3.9 Panel Kapasitor Bank


Besarnya Cos Phi tersebut dapat diukur menggunakan alat ukur
yang bernama Cos Phi-meter. Alat ukur ini dapat mengetahui nilai Cos Phi
sebagai bahan pertimbangan perlu atau tidaknya pemasangan Panel
Kapasitor Bank di tempat tersebut. Beban di industri maupun pabrik

31

umumnya menggunakan motor listrik, akan mengalami penurunan Cos Phi


atau perburukan Cos Phi yang berakibat tidak efektif nya daya yang
tersedia di industri maupun pabrik tersebut. LPMP Jawa Tengah banyak
menggunakan perangkat yang memiliki karakteristik beban induktif, seperti
pompa air, AC, Mesin cuci, sehingga Cos Phi mengalami penurunan atau
perburukan, sehingga diperlukan pemasangan panel kapasitor bank.
3. ATS AMF Panel
PLN sebagai sumber utama tidak selamanya kontinu dalam
penyalurannya sehingga dibutuhkan pengoperasian genset sebagai back-up
suplai utama (PLN). Pengoperasian genset mengambil alih suplai tenaga
listrik ke beban ataupun sebaliknya maka diperlukan sistem kontrol
otomatis tersebut biasanya disebut Automatic Transfer Switch (ATS) Automatic Main Failure (AMF) atau sistem interlok PLN - Genset.
ATS berfungsi untuk memindahkan sumber energi listrik satu ke
sumber energi listrik lain untuk disuplai ke beban. AMF berfungsi sebagai
change over. AMF berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan (ONOFF) genset secara otomatis. AMF dapat menggantikan peranan operator
untuk melakukan tugas pemanasan genset (warming up). Untuk proses
perawatan, genset perlu dilakukan pemanasan setiap minggu sekali selama
kurang lebih 10 15 menit untuk sirkulasi pelumas / oli ke seluruh bagian
mesin genset.
Panel ATS-AMF dengan basis modul DSE (Deepsea 4420) PLC
yang dipasang untuk mendukung dua operasi transfer atau pemindahan
beban yaitu secara manual dan otomatis. Sedangakan fungsi utama saat
operasi otomatis ATS-AMF sebagai kontrol utama emergency power yaitu
memonitoring dan sensoring catu daya utama (PLN), jika PLN mengalami
gangguan maka modul ini akan memberikan perintah kepada genset untuk
melalukan starting serta memonitoring dan censoring genset. Module ini

32

akan memonitoring kualitas energi listrik yang dihasilkan genset sekaligus


memproteksi genset.

Gambar 3.10 ATS AMF Panel Tampak Dalam

Gambar 3.11 ATS AMF Panel Tampak Depan

33

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengertian Panel ATS AMF
Dengan berkembangnya teknologi dan penggunaan energi listrik,
tempat-tempat tertentu seperti pusat perdagangan, perhotelan, perbankan,
rumah sakit, perkantoran maupun industri, memerlukan energi listrik yang
terus menerus atau kontinu dan handal dalam menjalankan fungsi maupun
produksinya. Suplai energi listrik utama yang berasal dari PLN tidak
selamanya kontinu dalam penyalurannya, sehingga untuk mendapatkan
suplai energi listrik, dibutuhkan genset sebagai cadangan suplai energi
listrik utama yang berasal dari PLN.
Guna memudahkan kegiatan yang tidak efisien, dibutuhkan alat
yang berfungsi secara otomatis menghidupkan genset dan juga mensuplai
energi listrik cadangan ke beban ketika terjadi pemadaman listrik dari
PLN. Alat yang digunakan yaitu panel ATS AMF.
Automatic Transfer Switch adalah proses pemindahan sumber
energi listrik dari sumber energi listrik satu ke sumber energi listrik lain
sesuai perintah pemrograman.
Automatic Main Failure adalah cara kerja otomatis terhadap sistem
kelistrikan cadangan apabila terjadi gangguan pada sumber listrik utama
(Main), istilah ini sering dijabarkan sebagai sistem kendali start dan stop
genset, baik itu diesel generator, genset gas maupun turbin.
Sistem kerja panel ATS dan AMF yang sering digunakan adalah
kombinasi untuk pertukaran sumber baik dari genset ke PLN maupun
sebaliknya, bilamana sumber listrik dari PLN padam, AMF bertugas
menjalankan diesel genset sekaligus memberikan proteksi terhadap sistem
genset, baik proteksi terhadap unit mesin / engine yang berupa

34

pengamanan terhadap gangguan rendahnya tekanan minyak pelumas (Low


Oil

Pressure)

maupun

kondisi

dan

memberikan

pendinginannya,

temperatur

mesin

perlindungan

serta
terhadap

media
unit

generatornya, baik berupa pengamanan terhadap beban pemakaian yang


berlebih maupun perlindungan terhadap karakter listrik lain seperti
tegangan maupun frekuensi genset. Apabila parameter yang diamankan
melebihi batas normal, tugas ATS adalah melepas hubungan arus listrik ke
beban sedangkan AMF bertugas untuk memberhentikan kerja mesin.
ATS bertugas memindahkan sambungan dari sumber listrik PLN
ke sumber listrik generator secara otomatis sehingga aliran listrik bisa
tersambung ke beban. Apabila sumber listrik PLN kembali normal, ATS
bertugas untuk mengembalikan jalurnya dengan memindahkan kembali ke
sisi

utama

dan

kemudian

disusul

dengan

tugas

AMF

untuk

memberhentikan kerja mesin diesel, demikian seterusnya semua sistem


kontrol dikendalikan secara otomatis berjalan dengan sendirinya.
Pemakaian panel ATS AMF ini memiliki beberapa keuntungan
antara lain:
1. Ketika sumber energi listrik dari PLN mati, genset otomatis hidup dan
suplai listrik ke beban digantikan oleh genset.
2. Proses pemindahan energi listrik dari PLN ke genset membutuhkan waktu
yang cukup singkat.
3. Mencegah terjadinya kerusakan alat alat elektronik akibat terjadi drop
tegangan ataupun hilangnya salah satu fasa.
4. Meringankan tugas teknisi listrik.

35

4.2 Komponen Komponen Panel ATS AMF


Komponen komponen di dalam panel ATS AMF adalah sebagai
berikut :
1. Kotak Panel
Kotak panel adalah kotak yang terbuat dari plat besi sebagai tempat
komponen komponen listrik yang disusun dan dirangkai didalam kotak
tersebut. Kotak panel yang digunakan pada rangakaian ATS AMF
adalah panel kontruksi lemari.

Gambar 4.1 Kotak Panel


2. Relai
Relai adalah komponen elektronika berupa saklar elektronik yang
digerakkan oleh arus listrik. Secara prinsip, relai merupakan tuas saklar
dengan lilitan kawat pada batang besi (solenoid) di dekatnya. Ketika
solenoid dialiri arus listrik, tuas akan tertarik karena adanya gaya magnet
yang terjadi pada solenoid sehingga kontak saklar akan menutup. Pada
saat arus dihentikan, gaya magnet akan hilang, tuas akan kembali ke posisi
semula dan kontak saklar kembali terbuka. Relai biasanya digunakan

36

untuk menggerakkan arus/tegangan yang besar (misalnya peralatan listrik


4 ampere AC 220 V) dengan memakai arus/tegangan yang kecil (misalnya
0.1 ampere 12 Volt DC).

Gambar 4.2 Relai


Relay yang paling sederhana ialah relai elektromekanis yang
memberikan pergerakan mekanis saat mendapatkan energi listrik. Secara
sederhana relai elektromekanis ini didefinisikan sebagai berikut :
1. Alat yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk menutup (atau
membuka) kontak saklar.
2. Saklar yang digerakkan (secara mekanis) oleh daya/energi listrik.
Umumnya relai digerakkan dengan arus DC dilengkapi dengan
sebuah dioda yang di-paralel dengan lilitannya dan dipasang terbaik yaitu
anoda pada tegangan (-) dan katoda pada tegangan (+). Ini bertujuan untuk
mengantisipasi sentakan listrik yang terjadi pada saat relai berganti posisi
dari on ke off agar tidak merusak komponen di sekitarnya.
Konfigurasi dari kontak-kontak relai ada tiga jenis, yaitu:
Normally Open (NO), apabila kontak-kontak tertutup saat relai dicatu.
Normally Closed (NC), apabila kontak-kontak terbuka saat relai dicatu.
Change Over (CO), relai mempunyai kontak tengah yang normal
tertutup, tetapi ketika relai dicatu kontak tengah tersebut akan membuat
hubungan dengan kontak-kontak yang lain.

37

Penggunaan relai perlu memperhatikan tegangan pengontrolnya


serta kekuatan relai menghantarkan arus / tegangan. Umumnya ukuran
tertera pada bodi relai. Misal relai 12 VDC / 4 A 220V, artinya tegangan
yang diperlukan sebagai pengontrolnya adalah 12 volt DC dan mampu
menghantarkan arus listrik maksimal sebesar 4 ampere pada tegangan 220
Volt. Sebaiknya relai difungsikan 80% dari kemampuan hantar arus
maksimalnya agar aman dan lebih awet.
Relai jenis lain adalah reedswitch atau relai lidi. Relai jenis ini
berupa batang kontak terbuat dari besi pada tabung kaca kecil yang di lilit
kawat. Pada saat lilitan kawat dialiri arus, kontak besi tersebut akan
menjadi magnet dan saling menempel sehingga kontak sakelar akan
menutup. Ketika arus pada lilitan dihentikan medan magnet hilang dan
kontak kembali terbuka (off).
3. Motorized Module Case Circuit Breaker (MCCB)
Motorized Module Case Circuit Breaker (MCCB) adalah pemutus
sirkit tegangan menengah. Motorized MCCB pada panel ATS AMF
memiliki fungsi sebagai transfer switch listrik ke beban dari PLN ke
genset dan sebaliknya.

Gambar 4.3 Motorized MCCB

38

Motorized MCCB memiliki beberapa kontak bantu yang berfungsi


sebagai kontak ke komponen komponen lain seperti relai, lampu
indikator, dan komponen lainnya.
Pertimbangan dalam memilih circuit breaker adalah :

Karakteristik dari sistem di mana circuit breaker tersebut dipasang.

Kebutuhan akan kontinuitas pelayanan sumber daya listrik.

Aturan-aturan dan standar proteksi yang berlaku.

Pertimbangan karakteristik pemilihan MCCB antara lain :


1. Sistem tegangan operasional dari circuit breaker harus lebih besar atau
minimal sama dengan tegangan sistem.
2. Frekuensi sistem pengenal dari circuit breaker harus sesuai dengan
frekuensi sistem.
3. Arus pengenal dari circuit breaker harus disesuaikan dengan besarnya
arus beban yang dilewatkan oleh kabel, dan harus lebih kecil dari arus
ambang yang diijinkan lewat pada kabel.
4. Kapasitas pemutusan dari circuit breaker harus paling sedikit sama
dengan arus hubung singkat prospektif yang mungkin akan terjadi
pada suatu titik instalasi dimana circuit breaker tersebut dipasang.
5. Jumlah pole dari circuit breaker
4. Kontroler
Dalam suatu mesin yang diinginkan bekerja secara otomatis maka
selain sensor dan aktuator dibutuhkan komponen utama yaitu sebuah kontroler.
Controller merupakan otak dari dari suatu sistem kontrol. Programmable logic
controller (PLC) merupakan suatu bentuk khusus pengontrol berbasis
mikroprosesor yang memanfaatkan memori yang dapat diprogram untuk
menyimpan instruksi-instruksi dan untuk mengimplementasikan fungsi-fungsi
semisal logika, pewaktuan

(timing), pencacahan (counting) dan aritmatika

guna mengontrol mesin-mesin dan proses-proses.

39

Gambar 4.4 Module Controller


Modul DSE (Deepsea 4420) PLC mengatur dua operasi transfer atau
pemindahan beban, yaitu secara otomatis dan manual. Controller juga juga
memiliki fungsi sebagai monitoring dan sensoring listrik dari PLN. Jika PLN
terjadi gangguan, controller memberikan perintah kepada genset untuk
melakukan

starting.

Setelah

genset

running,

controller

juga

akan

memonitoring kualitas energi listrik yang dihasilkan genset dan juga sekaligus
memproteksi genset. Modul ini memiliki beberapa fitur, antara lain ;

Start / stop genset

Digital input untuk deteksi switch oli, temperature, fuel.

Analog input untuk pembacaan sensor tekanan oli, temperature, fuel

Pengukuran tegangan, dan frekuensi pada sisi main dan genset

Timer internal

Dapat dikonfigurasi dengan komputer

Dapat dioperasikan dengan mode manual, remote start, dan auto

Pengukuran tegangan battery

Automatic transfer switch

Dipasang pada bagian bodi depan panel

5. Transformator Arus
Current transformator atau trafo arus adalah alat yang berfungsi untuk
memperkecil arus sebelum masuk ke alat ukur (ampere meter). Jika arus tidak
diturunkan, akan merusak alat ukur yang akan digunakan. Cara kerja CT sama

40

seperti tang ampere, yaitu kabel yang akan diturunkan arusnya melewati bagian
tengah CT. Besarnya kapasitas CT ditentukan oleh perbandingan arus yang
mengalir.

Gambar 4.5 Current Transformator


Pada ATS-AMF yang dirancang, CT yang digunakan untuk
memperoleh arus pengukuran dan pengaman adalah jenis Low Voltage
Current Transformer, yaitu CT yang bekerja pada rating tegangan rendah.
6. Sakelar Pemutus Beban / Load Break Switch (LBS)
LBS adalah peralatan pemutus dan penghubung yang sifatnya On
Load, yakni dapat diputus dan dihubung kembali meskipun dalam keadaan
berbeban. Untuk menentukan kapasitas LBS yang dipakai yaitu dengan
perhitungan minimal 25% lebih besar dari perhitungan KVA terpasang.

Gambar 4.6 LBS (Load Break Switch)


41

Sistem pemutus LBS mempunyai ciri yaitu :


Dapat digunakan sebagai pemisah atau pun pemutus tenaga dengan
beban nominal.
Tidak dapat memutuskan jaringan dengan sendirinya pada saat ada
gangguan listrik.
Dibuka dan ditutup hanya untuk memanipulasi beban.
7. Miniatur Circuit Breaker (MCB)
MCB adalah pengaman rangkaian listrik yang dilengkapi dengan
pengaman suhu yang mengginakan bimetal untuk pengaman beban lebih dan
juga dilengkapi relai elektromagnetik untuk pengaman hubung singkat. MCB
banyak digunakan untuk pengaman sirkuit satu fasa maupun tiga fasa.
Keuntungan menggunakan MCB antara lain :

Dapat memutuskan rangkaian 3 fasa walaupun terjadi hubung singkat pada


salah satu fasanya.

Dapat digunakan kembali setelah rangkaian di perbaiki akibat hubung


singkat atau beban lebih

Mempunyai tanggapan yang baik apabila terjadi hubung singkat atau beban
lebih.

Gambar 4.7 Miniatur Circuit Breaker


Pada MCB terdapat 2 jenis pengaman yaitu secara thermis dan secara
electromagnetis, pengaman suhu berfungsi untuk mengamankan arus beban
lebih, sedangkan pengaman elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan
dari arus hubung singkat. Pengaman thermis pada MCB mempunyai prinsip
sama dengan thermal over load yaitu menggunakan dua buah logam yang di
42

hubungkan

dengan

bimetal.

Pengaman

suhu

memiliki

kelambatan

memproteksi, karena bergantung pada besarnya arus yang harus diamankan.


Sedangkan pengaman elektromagnetik menggunakan sebuah kumparan yang
dapat menarik sebuah anker dari besi lunak.
MCB dibuat hanya memiliki satu kutub untuk pengaman satu fasa,
sedangkan untuk pengaman 3 fasa biasanya memiliki 3 kutub dengan tuas yang
disatukan, sehingga apabila terjadi gangguan pada salah satu kutub maka kutub
yang lain juga akan ikut terputus.
8. Rail Copper / Busbar
Rail copper merupakan batang tembaga yang bersifat konduktor dan
berfungsi untuk mengalirkan arus listrik pada rangkaian yang memiliki daya
dan arus yang besar. Dalam panel ATS AMF, Rail copper digunakan untuk
terminal fasa R-S-T Netral dan Ground, karena panel ini berukuran cukup
besar maka pemasangan Rail copper disangga dengan menggunakan rekolit
gantung. Rail copper memiliki ukuran dan kekuatan hantar arus berbeda.

Gambar 4.8 Rail Cooper / Busbar

43

9. Time Delay Relay (TDR)


TDR sering disebut juga relai timer atau relai penunda batas waktu
banyak digunakan dalam instalasi motor terutama instalasi yang membutuhkan
pengaturan waktu secara otomatis.

Gambar 4.9 Time Delay Relay (TDR)


Peralatan kontrol ini dapat dikombinasikan dengan peralatan kontrol
lain, contohnya dengan MC (Magnetic Contactor), Thermal Over Load Relay,
dan lain-lain. Fungsi dari peralatan kontrol ini adalah sebagai pengatur waktu
bagi peralatan yang dikendalikannya. Timer dapat dibedakan dari cara kerjanya
yaitu timer yang bekerja menggunakan induksi motor dan menggunakan
rangkaian elektronik.
Timer yang bekerja dengan prinsip induksi motor akan bekerja bila
motor mendapat tegangan AC sehingga memutar gigi mekanis dan menarik
serta menutup kontak secara mekanis dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan timer yang menggunakan prinsip elektronik, terdiri dari
rangkaian R dan C yang dihubungkan seri atau paralel. Bila tegangan sinyal
telah mengisi penuh kapasitor, maka relai akan terhubung. Lamanya waktu
tunda diatur berdasarkan besarnya pengisian kapasitor. Bagian input timer
biasanya dinyatakan sebagai kumparan (Coil) dan bagian output nya sebagai
kontak NO atau NC.

44

Gambar 4.10 Rangkaian TDR


Kumparan pada timer akan bekerja selama mendapat sumber arus. Apabila
telah mencapai batas waktu yang diinginkan, secara otomatis timer akan
mengunci dan membuat kontak NO menjadi NC dan NC menjadi NO.
Umumnya timer memiliki 8 buah kaki yang 2 diantaranya merupakan kaki
coil sebagai contoh pada gambar di atas adalah TDR type H3BA dengan 8 kaki
yaitu kaki 2 dan 7 adalah kaki coil, sedangkan kaki yang lain akan berpasangan
NO dan NC, kaki 1 akan NC dengan kaki 4 dan NO dengan kaki 3. Sedangkan
kaki 8 akan NC dengan kaki 5 dan NO dengan kaki 6. Kaki kaki tersebut akan
berbeda tergantung dari jenis relai timer nya.
10. Lampu Indikator
Lampu indikator adalah sebuah komponen listrik yang berfungsi untuk
memberikan indikator atau tanda kondisi panel. Lampu indikator dapat
digunakan sebagai indikator tegangan 3 fasa, indikator saat bekerja baik,
maupun rangkaian saat terjadi kerusakan. Dengan melihat lampu indikator,
kondisi panel dapat diketahui.

Gambar 4.11 Lampu Indikator


45

11. Sakelar Pemilih Auto Manual


Fungsi dari sakelar pemilih auto manual adalah untuk
memindahkan aliran arus yang digunakan. Apabila sakelar pemilih dalam
posisi manual maka arus listrik akan dipindahkan menuju push button dan
module, sehingga ATS AMF bekerja secara manual. Apabila sakelar
pemilih dalam posisi auto maka arus listrik akan berpindah menuju relai
dan module, ATS AMF bekerja secara otomatis sesuai dengan
pengaturan yang telah dikehendaki.

Gambar 4.12 Sakelar Pemilih / Selector Switch


12. Tombol Tekan / Push Button
Tombol tekan merupakan komponen kontrol yang sangat
berguna, alat ini dapat kita jumpai pada panel listrik atau di luar panel
listrik. Fungsi tombol tekan adalah untuk mengontrol kondisi on atau off
rangkaian listrik, prinsip kerja tombol tekan adalah kerja sesaat
maksudnya jika tombol kita tekan sesaat maka akan kembali pada posisi
semula.

46

Gambar 4.13 Tombol Tekan / Push button


Berdasarkan fungsinya tombol tekan terbagi atas 3 tipe kontak :
1. Kontak NO (Normally Open = Kondisi terbuka)
Tombol jenis ini biasanya digunakan untuk menghubungkan
arus pada suatu rangkaian Kontrol atau sebagai tombol start. Fungsi
mengalirkan arus pada tombol ini terjadi apabila pada bagian knop nya
ditekan sehingga kontaknya saling terhubung dan aliran listrik akan
terputus apabila knop nya dilepas karena terdapat pegas.
2. Kontak NC (Normally Close = Kondisi Tertutup)
Tombol jenis ini adalah jenis kontak tertutup biasanya di
gunakan untuk memutus arus listrik yaitu dengan cara menekan
knopnya sehingga kontaknya terpisah, jika knop di lepas maka kembali
pada posisi semula. Tombol jenis ini digunakan untuk tombol stop.
3. Kontak NO dan NC
Kontak pada tombol tekan jenis ini merupakan gabungan
antara kontak NO dan kontak NC, mereka bekerja secara bersamaan
dalam satu poros. Jika tombol di tekan maka kontak NO yang semula
terbuka (open) dan kontak NC yang terhubung (close) akan berbalik
arah yaitu Kontak NO akan menjadi terhubung (close) dan Kontak NC

47

akan menjadi terbuka (open). Jika knop pada tombol di lepaskan maka
akan kembali ke posisi semula.
13. Emergency Stop
Tombol emergency stop merupakan tombol yang berfungsi
sebagai pemutus rangkaian ketika terjadi error pada rangkaian listrik. Cara
kerja alat ini dengan menekan tombol sehingga posisi tombol terkunci.
Untuk mengembalikan ke posisi semula dengan memutar tombol tersebut
kearah kanan.

Gambar 4.14 Emergency Stop

14. Alat Ukur


Umumnya panel dilengkapi dengan rangkaian alat ukur dan
berbagai macam indikator seperti volt meter, ampere meter, frekuensi
meter, lampu indikator dan sebagainya. Untuk pengaman alat ukur,
umumnya menggunakan sekering lebur atau fuse untuk mencegah
kerusakan saat terjadi arus hubung singkat (short sircuit). Namun dalam
panel panel yang yang memiliki daya besar, untuk beberapa alat ukur
perlu komponen tambahan karena alat ukur pada panel umumnya memiliki
kapasitas yang kecil.

48

Gambar 4.15 Rangkaian Alat Ukur


15. Kabel
Kabel adalah kawar penghantar listrik berisolasi tunggal. Dapat
juga dua atau lebih kawat berisolasi bersama-sama merupakan kesatuan.
Kabel kawat (penghantar arus listrik) berbungkus karet, plastik yang juga
digunakan sebagai bahan penyekat. Kabel merupakan sebuah alat yang
digunakan untuk mentransmisikan sinyal dari satu tempat ke tempat lain.

Gambar 4.16 Kabel Listrik

4.3 Metode Pemasangan Instalasi ATS AMF


Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan Panel
Hubung Bagi meliputi :
1. Arus Listrik, meliputi :
Proteksi arus pemutus dan pemisah
49

Proteksi arus saluran masuk panel


Proteksi arus saluran keluar panel
Kemampuan penghantar (kabel, busbar) dalam menahan arus yang
mengalir.
Kemampuan komponen dalam mengalirkan arus.
2. Proteksi dan Instalasi, meliputi :
Tingkat pengamanan panel
Metode instalasinya
Peralatan ukur untuk proteksi
Kerapihan dalam penataan instalasi
Pengkodean penghantar untuk mempermudah perbaikan (Pemberian
warna, angka atau huruf pada penghantar)
Bahan isolasi penghantar
Dalam pemasangan instalasi pada panel ATS AMF, perlu adanya
beberapa tahapan sebelum komponen disusun dan di pasang pada kotak
panel antara lain :
1. Membuat gambar rangkaian pengendali atau diagram pengawatan dan
rangkaian tenaga dari panel ATS AMF.
2. Menghitung kapasitas arus untuk mendapatkan arus nominal pengaman
rangkaian.
3. Menentukan Kemampuan Hantar Arus (KHA) dari penghantar yang
digunakan.
4. Menentukan komponen yang akan digunakan sesuai dengan fungsi dan
kuat hantar arus pada komponen tersebut.
5. Mengukur dimensi atau ukuran dari masing masing komponen .
6. Membuat gambar perencanaan pemasangan komponen beserta ukuran
dan jarak masing masing komponen di dalam panel.
7. Menentukan ukuran box panel.

50

Tahapan pembuatan panel ATS AMF meliputi :


1. Memberi lubang pada kotak panel.
Pemberian lubang pada kotak panel berfungsi untuk peletakan
komponen pada kotak panel. Untuk membuat lubang pada panel dapat
menggunakan bor listrik. Untuk melubangi kotak panel perlu diketahui
ukuran dari komponen yang akan dipasang .
2. Pemasangan Komponen
Pemasangan komponen pada box panel disesuaikan ukuran dari
dimensi panel sesuai gambar perencanaan yang telah dibuat.
3. Pemasangan Jalur Kabel (Duct Kabel)
Pemasangan jalur kabel dilakukan dengan memperhatikan tata
letak dari komponen yang akan dipasang baik di dalam kotak panel utama
maupun pada pintu kotak panel. Pembuatan jalur ini juga memperhatikan
rangkaian sehingga memudahkan tahap perakitan selanjutnya yaitu tahap
wiring panel.
4. Pengawatan Rangakaian
Pengawatan rangkaian yaitu pemasangan kabel ataupun penghantar
dari komponen satu ke komponen lainnya sesuai dengan gambar diagram
pengawatan yaitu rangkaian pengendali dan rangkaian tenaga .
4. Pengecekan rangkaian
Pengujian dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon panel ini
setelah dirakit. ATS-AMF dinyatakan dapat beroperasi dengan baik bila
kerja ATS-AMF sesuai fungsi yang dikehendaki atau direncanakan saat
perancangan. Pengujian ATS-AMF dilakukan pada dua operasi, yaitu
operasi manual dan operasi otomatis. Pengujuian dua operasi ini dilakukan
untuk memastikan ATS-AMF dapat bekerja pada dua operasi yang
diharapakan.

51

4.5 Prinsip Kerja Panel ATS AMF


Prinsip kerja rangkaian pada panel ATS AMF adalah sebagai
berikut :
1. Kontrol Otomatis ATS AMF
Kontrol otomatis panel ATS AMF, posisi cam switch pada
posisi auto. PLN on, maka timer 1T1 dan 1T2 on. Setelah jeda waktu
tertentu, kontak NO 1T1 menutup sehingga relay 1R1 on dan kontak NO
1R1 menutup dan MCCB PLN (Q1) on. Saat MCCB PLN (Q1) on,
MCCB Genset (Q2) tidak bisa ON. Sehingga distribusi listrik
menggunakan sumber dari PLN.
Ketika terjadi beban lebih (Overload), kontak NO OF1 MCCB
PLN menutup sehingga relai 1R2 on dan kontak NC 1R2 memutus arus
menuju MCCB PLN. Setelah beban sudah kembali normal, rangkaian
dapat bekerja kembali.
Pada saat listrik PLN padam, maka AMF pada modul
memerintahkan genset untuk starting. Setelah genset hidup, timer 2T1
on Setelah beberapa saat, kontak NO timer 2T1 menutup dan relai 2R1
on. Saat relai 2R1 on, kontak NO 2R1 menutup dan menghidupkan
kontaktor genset. Sehingga distribusi listrik berganti menggunakan
sumber listrik dari genset.
Ketika terjadi overload, kontak NO OF1 MCCB genset menutup
sehingga relai 2R2 on dan kontak NC 2R2 memutus arus menuju MCCB
genset. Setelah beban sudah kembali normal, rangkaian dapat bekerja
kembali.
Saat PLN hidup kembali, timer 1T2 on, setelah waktu tunda
timer 1T2 habis, kontak NC 1T2 akan memutus arus yang mengalir ke
relai 2R1 sehingga MCCB genset akan mati dan sumber listrik kembali
menggunakan sumber dari PLN. Setelah itu modul mengontrol genset
agar genset mati.

54

2. Kontrol Manual ATS AMF


Kontrol manual panel ATS AMF, posisikan cam switch pada
posisi Manual. Tekan push button 1Pb1 untuk menghidupkan MCCB
PLN (Q1). Untuk mematikan MCCB PLN (Q1) tekan push button 1Pb2.
MCCB PLN (Q1) kerja, MCCB genset (Q2) tidak bisa bekerja, begitu
juga sebaliknya. Ketika terjadi pemadaman listrik dari PLN, MCCB
PLN akan mati. AMF akan memerintahkan genset untuk starting.
Setelah genset hidup, tekan push button 1Pb3 untuk menghidupkan
MCCB genset (Q2). Saat PLN hidup, tekan push button 1Pb4 untuk
mematikan MCCB genset (Q2). Tekan push button 1Pb1 untuk
menghidupkan

MCCB

PLN

(Q1),

distribusi

listrik

kembali

menggunakan sumber dari PLN.

4.6 Analisa
Panel ATS AMF di LPMP Jawa Tengah blok barat ini mengatur
suplai dari PLN dengan daya 197 KVA dan suplai dari genset dengan
kapasitas 250 KVA. Adapun skema jalur distribusi listrik di LPMP Jawa
Tengah blok barat adalah sebagai berikut :

Gambar 4.19 Jalur Distribusi Listrik Blok Barat

55

Pembagian beban yang disuplai oleh panel ATS AMF blok barat
di LPMP Jawa Tengah adalah sebagai berikut :
1. Gedung A

: 69.046 VA

2. Gedung B

: 145.732 VA

3. Gedung D / Laboratorium : 82.692 VA


4. Wisma Quas

: 118.859 VA

5. Ruang Washray

: 7.500 VA

6. Rumah Dinas

: 4.000 VA

Total pemakaian beban listrik di LPMP Jawa Tengah blok barat adalah
435.041 VA.

Perhitungan arus nominal


In = P / (V x cosphi x 3)
= 435.041 / (380 x 0.99 x 1.73)
= 435.041 / 651
= 668,27 A

1. Penampang Kabel Rangkaian Tenaga


Penampang kabel yang digunakan = NYY 4x150mm2
Kapasitas arus yang mampu dipakai pada penghantar tersebut 325
Ampere.
Penggunaan penampang kabel yang disarankan adalah kabel NYY
4x300mm2 dengan kemampuan hantar arus maksimal 730 Ampere.
Keterangan :
Pemakaian daya terpasang tidak selalu aktif atau bekerja secara
bersamaan. Berdasar kenyataan di lapangan, pemakaian beban hanya
berkisar 60% sampai 80% saja.
56

Kesimpulan :
Penampang kabel yang digunakan sebagai penghantar belum sesuai
dengan PUIL.

2. Pengaman
a. Pengaman Distribusi Listrik Dari Transformator PLN
Pengaman yang digunakan sebagai pengaman distribusi listrik dari
transformator PLN adalah MCCB 400 Ampere.
Alasan penggunaan MCCB 400 Ampere adalah masih mampunya alat
tersebut digunakan sebagai pengaman karena beban yang terpakai
rata-rata hanya 60% sampai 80% dari beban total yang terpasang.
Penggunaan MCCB berfungsi untuk pembatas arus listrik dari beban
berlebih, selain itu MCCB juga berfungsi sebagai pemutus dan
penghubung tegangan atau arus utama dengan sirkuit atau beban.
Pengunaan pengaman yang disarankan adalah MCCB dengan
kemampuan hantar arus maksimal 700 A.
Kesimpulan :
Pengaman distribusi listrik dari transformator PLN belum sesuai
dengan PUIL.

b. Pengaman Distribusi Listrik Dari Genset


Pengaman yang digunakan sebagai pengaman distribusi listrik dari
genset adalah MCCB 400 Ampere.
Alasan penggunaan MCCB 400 Ampere adalah masih mampunya
alat tersebut digunakan sebagai pengaman karena beban yang
terpakai rata-rata hanya 60% sampai 80% dari beban total yang
terpasang.
Penggunaan MCCB berfungsi untuk pembatas arus listrik dari beban
berlebih, selain itu MCCB juga berfungsi sebagai pemutus dan
penghubung tegangan atau arus utama dengan sirkuit atau beban.
57

Pengunaan pengaman yang disarankan adalah MCCB dengan


kemampuan hantar arus maksimal 700 A.
Kesimpulan :
Pengaman distribusi listrik dari transformator PLN belum sesuai
dengan PUIL.

3. Motorized MCCB
Transfer switch sumber listrik ke beban menggunakan motorized
MCCB dengan menggunakan 4 pole daya 500VA dengan kuat hantar
arus maksimal 400 A.
Kelebihan motorized MCCB dibandingkan menggunakan kontaktor
magnetik adalah menghindari terjadinya gangguan pada coil
kontaktor. Motorized MCCB juga berfungsi sebagai pengaman
beban lebih.
Motorized MCCB yang digunakan hanya mampu dialiri arus
maksimal 400 ampere, alasan penggunaan MCCB dengan kuat
hantar arus 400 Ampere adalah beban yang digunakan selalu
bergantian dan rata rata hanya 60% - 80% dari beban terpasang
sehingga MCCB tersebut masih mampu untuk mengalirkan arus dari
beban terpakai.
Kesimpulan :
Motorized MCCB yang digunakan belum sesuai dengan PUIL.
4. Penampang Kabel Rangkaian Kendali
Kabel yang digunakan pada rangkaian kendali panel ATS AMF
adalah NYAF 0.75mm2 dengan kuat hantar arus maksimal 7 Ampere.
Pemilihan kabel NYAF sebagai penghantar karena kabel NYAF
berbentuk serabut dan fleksibel sehingga dalam pemasangan dan
perbaikan kabel didalam panel dapat lebih mudah.
Kabel NYAF 0.75mm2 dipilih karena rangkaian kendali ATS AMF
yang terdiri dari relay, TDR, MCCB , lampu indikator dan

58

komponen lainya, arus maksimal yang mengalir tidak lebih dari 5


Ampere.
Kesimpulan :
Penghantar kabel rangkaian kendali pada panel ATS AMF sudah
sesuai dengan PUIL.
5. Load Break Switch / Change Over Switch
LBS / COS yang digunakan sebagai pemutus dan penghubung tenaga
dengan beban nominal memiliki kuat hantar arus 630 Ampere.
LBS / COS digunakan sebagai pemutus dan penghubung dari sumber
listrik ke beban.
LBS / COS memiliki sifat on load, yaitu dapat diputus dan dihubung
kembali walaupun dalam keadaan berbeban.
Persyaratan penentuan arus pada penggunaan LBS minimal 25% dari
arus nominal beban terpasang.
Kesimpulan :
Load Break Switch yang digunakan belum sesuai dengan PUIL.
6. Kotak Panel

Kotak panel yang digunakan sebagai tempat rangkaian komponen ATS


AMF adalah panel konstruksi lemari dengan ukuran 180x60x80 cm.

Pemilihan panel dengan ukuran tersebut dimaksud kan agar mencegah


induksi listrik dari penghantar ke kotak panel, sehingga menjaga
keselamatan baik untuk teknisi maupun lingkungan sekitar panel.

Dengan ukuran panel yang cukup besar akan mempermudah teknisi


dalam perawatan dan perbaikan komponen di dalam panel.

Ruang pelayanan panel listrik memiliki panjang lebar 4x4 meter


dengan ukuran pintu 2 x 0.75 meter dilengkapi dengan fentilasi udara
untuk menjaga kelembaban ruang pelayanan panel.

Kesimpulan :
Kotak panel yang digunakan dan ruang pelayanan di sekitar kotak
panel sudah sesuai dengan PUIL.

59

4.7 Perawatan Panel Listrik


Untuk menjaga kinerja panel listrik di LPMP Jawa Tengah agar
distribusi listrik ke beban selalu lancar, diperlukan perawatan panel listrik
yang dilaksanakan secara rutin. Perawatan tersebut meliputi :
1. Kebersihan panel listrik dari kotoran.
2. Kebersihan lingkungan sekitar panel listrik.
3. Pengecekan komponen panel.
4. Penggantian komponen panel (jika diperlukan).
5. Pengecekan terminal kabel.

60

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumya dan berdasarkan praktek
kerja industri di LPMP Jawa Tengah dapat diambil kesimpulan :
1. Distribusi listrik yang kontinu sangat dibutuhkan oleh konsumen karena di
jaman modern sekarang hampir semua peralatan menggunakan tenaga
listrik.
2. Pemakaian ATS AMF bertujuan untuk memudahkan dan melancarkan
kontrol suplai listrik ke beban dari suplai listrik utama ke suplai listrik
cadangan (genset).
3. Pemakaian panel ATS AMF berfungsi untuk menggantikan peran
manusia sebagai operator dalam mengatur suplai listrik dari penyuplai
listrik utama ke penyuplai listrik cadangan.
4. Penggunaan panel ATS AMF dapat mempersingkat waktu dalam
pengoperasian genset, dimana pengoperasian genset tidak perlu peran
operator dan bekerja secara otomatis ketika suplai listrik utama padam.
5. Perlu diperhitungkan pemilihan penghantar yang memiliki kuat hantar arus
lebih dari arus maksimum yang terpasang.
6. Untuk menjaga kinerja dari peralatan listrik perlu dilakukan pengecekan
dan perawatan genset dan panel secara rutin oleh teknisi listrik.
7. Untuk pengoperasian panel ATS AMF dan genset perlu adanya data
ataupun arsip mengenai instruksi kerja, cara pengoperasian maupun gambar
gambar rangkaian untuk mempermudah teknisi melakukan perawatan dan
perbaikan.

61

5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Industri
1. Diharapkan hubungan antara pihak industri dengan siswa lebih
ditingkatkan agar dalam pelaksanaan praktek kerja industri dapat lebih
terkondisikan dan berjalan dengan baik.
2. Perlu lebih pengenalan management pelaksanaan pekerjaan agar siswa
dapat melakukan evaluasi setiap melakukan pekerjaan.
5.2.2 Saran Untuk Sekolah
1. Diharapkan hubungan antara pihak industri dan sekolah harus senantiasa
ditingkatkan dan terus meningkat agar dapat mengetahui perkembangan
peralatan dan teknologi yang digunakan saat ini, sehingga siswa dapat
menyesuaikan dan meningkatkan pembelajaran saat terjun ke dunia usaha.
2. Memonitoring anak didik selama prekerin oleh guru pembimbing, agar
guru pembimbing dan siswa dapat lebih akrab dan saling mengenal satu
sama lain.
3. Kegiatan proses bimbingan laporan prakerin agar lebih ditingkatkan agar
siswa dapat meningkatkan mutu laporan.
4. Penerapan kedisiplinan terhadap siswa sangat diperlukan karena sangat
menunjang dalam pelaksanaan prakerin.

62

DAFTAR PUSTAKA

Panitia PUIL. 2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL


2000).Yayasan PUIL : Jakarta.
Suryawan, Maman.2012. Makalah Perakitandan Pengujian Panel ATS AMF.
Undip Semarang : Semarang
Sumardjati, Prih. 2008. Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1 Untuk SMK.
Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas
http://tithagalz.wordpress.com/2011/03/27/pengertian-pengumpulan-data/
http://widisudharta.weebly.com/metode-penelitian-skripsi.html
http://meirsyahnp.blogspot.com/2011/11/teknik-teknik-pengumpulan-data.html
http://sentradayaabadi01.blogspot.com/p/amf-ats.html
http://www.deepseaplc.com/products/dse-genset/auto-mains-utilityfailure/dse4420/
http://www.mediaproyek.com/2013/10/perbedaan-mcb-dan-mccb.html
http://www.google.co.id
http://www.wikipedia.com
http://www.scibrid.com
http://www.lpmpjateng.go.id

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai