Anda di halaman 1dari 15

Penggunaan Detuned Rector Filter Pada

Peralatan Perbaikan Faktor Daya

Penggunaan Detuned Rector Filter Pada Peralatan Perbaikan Faktor Daya – Ketika kita
membahas tentang kapasitor, baik yang fix kapasitor , adjustable kapasitor ataupun kapasitor/
kapasitor bank, penggunaan komponen reactor filter tidak bisa kita abaikan. Komponen reactor filter
ini dikenal dengan Detuned Reactor Filter. Seperti yang terlihat pada gambar disamping.

Pada sebuah peralatan perbaikan faktor daya (power factor corectioin unit) ,selain kapasitor sebagai
komponen utama, juga terdapat komponen Detuned Reactor Filter yang dipang seri dengan kapasitor
tersebut, seperti pada gambar dibawah ini :
Manfaat Detuned Reactor Filter
Penggunaan Detuned Reactor Filter adalah untuk menghindari efek-efek negative yang timbul pada
sistim, seperti sebagai berikut :

1. Terjadinya arus lebih (over current) ketika kapasitor bank di energize (diberi tegangan)
2. Terjadinya overload (kelebihan beban) pada kapasitor bank sebagai akibat efek harmonisa
3. Umur pakai kapasitor menjadi lebih pendek
4. Over heating (kelebihan panas) pada jalur distribusi (kabel)
5. Over heating (kelebihan panas) pada transformator distribusi
6. Bekerjanya alat proteksi tanpa seharusnya
7. Distorsi pada gelombang tegangan yang menyebabkan kesalahan operasi pada alat yang
sensitif 8. Terjadinya gangguan pada sistim transmisi data
8. Gangguan fungsional pada alat-alat elektronik.

Penetapan spesifikasi Detuned Reactor Filter dan spesifikasi kapasitor yang tepat merupakan hal yang
sangat penting dalam usaha untuk memperbaiki faktor daya suatu instalasi.

Pada postingan sebelumnya, kita telah membahas cara menentukan nilai kapasitor yang dibutuhkan
untuk memperbaiki faktor daya suatu instalasi.

Namun dengan nilai kapasitor itu saja tidaklah cukup, kita masih memerlukan komponen Detuned
Reactor Filter agar kapasitor bank yang kita gunakan dapat bekerja secara optimal dan juga
menghindari efek-efek negatif yang dapat timbul seperti yang telah dijelaskan diatas.
Penetapan Spesifikasi Detuned Reactor Filter
Penetapan spesifikasi Detuned Reactor Filter yang akan digunakan pada sebuah kapasitor haruslah
sesuai dan memperhatikan beberapa kriteria, sebagai berikut :

1. Frekuensi resonansi harus ditetapkan berdasarkan hasil analisa harmonisa instalasi tersebut.
2. Dikarenakan tegangan pada terminal kapasitor akan naik sebagai akibat dari sifat induktif
reactor yang terpasang seri dan efek resonansi fekeuensi, maka rating tegangan kapasitor harus
disesuaikan dengan kenaikan tegangan tersebut.
3. Dikarenakan adanya perubahan rating tegangan kapasitor untuk menyesuaikan dengan
kenaikan tegangan sebagai akibat pada no 2 diatas, maka nilai kapasitor yang telah ditentukan
sebelumnya harus dihitung ulang dengan rating tegangan kapasitor yang telah disesuaikan
tersebut.
4. Reactor akan menghasilkan panas lebih ketika unit perbaikan fakto daya dipasang pada beban
yang mengandung harmonisa , untuk itu peralatan pendingin (fan) dan salauran udara perlu
ditambahkan pada panel reactor tersebut .

Dari keempat hal diatas, informasi –informsi yang dibutuhkan untuk menentukan nilai Detuned
Reactor Filter yang akan dipasang ketika suatu sistim instalasi hanya menggunakan kapasitor untuk
perbaikan faktor dayanya, adalah :

 Tegangan jaraingan
 Frekuensi Resonansi
 Nilai Kapasitor yang terpasang

Kesalahan yang sering terjadi ketika penggunaan Detuned Reactor Filter pada suatu peralatan
perbaikan faktor daya adalah tidak sesuainya antara nilai detuned reator yang digunakan dengan nilai
kapasitor yang terpasang.

Pada sebuah peralatan perbaikan faktor daya, kedua komponen ini (Detuned Reactor Filter dan
kapasitor) selalu berpasangan, sehingga apabila nilai komponen reactor tidak sesuai dengan nilai
kapasitor yang terpasang, maka akan terjadi pergeseran pada nilai frekuensi resonansi yang dapat
menimbulkan efek yang merugikan pada peralatan, seperti kelebihan panas dan over load.

Catatan :
(Batasan Nilai kVARH agar tidak kena denda PLN) besarnya kebutuhan nilai kapasitor yang didapat
dari hasil perhitungan masih dalam rating tegangan jaringan instalasi. Sehingga :
rating tegangan dan nilai kapasitor yang dibutuhkan perlu disesuaikan kembali sebagai efek dipasangnya detuned
reactor filter.
Harmonisa Pada Instalasi Listrik
Ada tidaknya harmonisa pada sistim tenaga listrik ditandai dengan terdistorsinya arus dan tegangan
pada instalasi listrik tersebut dan bentuk gelombangnya menyimpang jauh dari bentuk gelombang
sinusoidal.

Arus harmonisa yang beredar di jaringan instalasi listrik memiliki besaran frekuensi yang merupakan
kelipatan bilangan bulat dari frekuensi suplay (frekuensi fundamental).

Arus harmonisa ditimbulkan oleh beban non-linear yang terhubung ke sistem distribusi. Sebuah beban
dikatakan non-linear apabila gelombang arus listrik yang mengalir menuju beban tersebut tidak sama
dengan gelombang tegangan suplainya. Dikarenakan aliran arus harmonisa mengalir melalui jaringan
distribusi yang memiliki impedansi maka pada gilirannya akan menciptakan harmonisa pada tegangan,
yang juga akan mendistorsi tegangan suplai.

Beban non-linear paling umum yang menghasilkan arus Harmonisa adalah peralatan Elektronika daya,
seperti variabel speed drive,rectifier, inverter, dll .... Beban seperti reaktor, peralatan las, tungku busur,
juga menghasilkan Harmonisa .

Sedangkan beban lain seperti induktor, resistor dan kapasitor atau gabungan dari ketiganya adalah
beban linear dan tidak menghasilkan Harmonisa .

Pengaruh Harmonisa pada Kapasitor


Kapasitor sangat sensitif terhadap arus harmonisa dikarenakan impedansi Kapasitor akan menurun
secara proporsional ke urutan Harmonisa yang ada pada sistim. Hal ini berdasarkan rumus :

XC = 1/ (2.p.f.C)….

Dari rumus diatas, semakin besar tingkatan harmonisa, maka kelipatan frekuensi yang yang
dibangkitkannya menjadi besar sehingga menyebabkan nilai XC menjadi rendah. Dampak lansung dari
efek harmonisa ini dapat mengakibatkan kelebihan beban pada kapasitor, memperpendek umur
pakainya. Dan pada kondisi yang ekstrim,resonansi frekuensi sebagai akibat harmonisa dapat
mengakibatkan kenaikan besarnya arus dan dan distorsi tegangan yang nilainya sangat tinggi sehinga
bisa menyebabkan kapasitor pecah atau meledak.

Kenaikan arus Harmonisa dapat menjadi sangat tinggi ketika frekuensi natural resonansi dari kapasitor
dan jaringan yang tergabung dengannya memiliki nilai yang kebetulan sama atau hampir sama dengan
frekuensi harmonisa pada sistem. Situasi ini dapat mengakibatkan melonjaknya level tegangan pada
terminal kapasitor dan arus lebih pada kapasitor.

Untuk mengetahui Frekuensi natural resonansi digunakan formula :

Fr = 1/ 2. p . √ ( L. C)

Dimana :
L = Nilai Induktor dalam Henry (H)
C = Nilai Kapasitor dalam Farad (F)

Agar kapasitor beroperasi dengan aman, tingkat


harmonisa pada jaringan instalasi harus diperhitungkan
terhadap Frekuensi natural resonansi dalam pemilihan
peralatan koreksi faktor daya.
Berdasarkan standar IEC 60831-1, tegangan (Un) dari kapasitor didefinisikan sebagai level tegangan
operasi yang secara terus menerus diterapkan pada sebuah kapasitor. Arus In pada sebuah kapasitor
adalah arus yang mengalir melalui kapasitor ketika tegangan Un diterapkan pada terminalnya.

Terhadap fluktuasi tegangan sistem, spefisikasi tegangan sebuah kapasitor harus dapat bertahan pada
level tegangan fluktuasi tersebut.

Pengertian Detuned Reactor Filter


Detuned Reactor Filter atau Reaktor Filter berfungsi untuk mencegah efek negative terhadap kapasitor
ketika dihubungkan dengan beban non-linear yang membangkitkan harmonisa. Pemasangan Reaktor
Filter dihubungkan secara seri dengan Kapasitor pada perangkat peralatan Perbaikan Faktor Daya.

Nilai Reaktor yang akan diserikan dengan Kapaitor tersebut harus diatur sedemikian rupa (Detuned)
sehingga Frekuensi Natural Resonansi yang dibangkitkan sebagai akibat pemasangannya berada diluar
range dari frekuensi harmonisa sistim.

Tingkatan frekuensi harmonisa adalah kelipatan dari nilai frekuensi normal, seperti sebagai berikut :

 Harmonisa tingkat 1; f = 50 Hz; sama dengan frekuensi fundamental sebesar 50Hz


 Harmonisa tingkat 3; f = 150 Hz; naik 3 kali dari frekeuensi fundamental 50 Hz
 Harmonisa tingkat 5; f = 250 Hz; naik 5 kali dari frekeuensi fundamental 50 Hz
 Harmonisa tingkat7; f = 350 Hz; naik 7 kali dari frekeuensi fundamental 50 Hz

Jadi, kombinasi antara nilai Reactor dengan Kapasitor yang dihubungkan seri pada peralatan perbaikan
Faktor daya haruslah menghasilkan Fr (frekuensi Resonansi) diluar nilai tersebut. Untuk mengetahui
nilai Fr, kita gunakan formula:

Fr = 1/ 2. p . √ ( L. C)

Besarnya nilai detuned reactor yang digunakan atau tunning faktor dilambangkan dengan P dalam
satuan %, yang menandakan nilai perbandingan antara impedansi reactor (induktansi) dengan
impedansi kapasitor (kapasitansi) yang akan dipasang sehingga menghasilkan frekuensi resonansi (Fr)
diluar range tingkatan frekuensi harmonisa.

Sehingga P% = ( XL/XC ) x 100%


Efek Pemasangan Detuned Reactor Filter
Pada Kapasitor
Detuned Reaktor yang dipasang secara seri bertujuan untuk melindungi kapasitor dengan mencegah
kenaikan harmonisa yang timbul pada jaringan. Namun hal ini berakibat naiknya tegangan pada
terminal kapasitor. Sehingga rating tegangan kapasitor yang digunakan harus menyesuaikan dengan
kenaikan tegangan akibat dipasangnya reactor tersebut.

Seperti gambar berikut :

Dari gambar diatas, sebuah jaringan dengan tegangan 400 V, terpasang kapasitor 400 V , 50
kVAR/step. Untuk meningkatkan kinerja kapasitor , dipasang detuned reactor sebesar 6% sehingga
rangkaian menjadi seperti gambar dibawah.
Dari penjelasan diawal, telah disebutkan bahwa pemasangan detuned reactor yang dihubungkan
secara seri dengan kapasitor akan meningkatkan level tegangan pada terminal kapasitor.

Untuk mengetahui besarnya kenaikan tegangan yang terjadi setelah ditambahkan reactor dapat
digunakan formula sebgai berikut :

 U1 = Un /(1-p)
 U1 = 400 / ( 1- 0.06 )
 U1 = 400 / 0.94
 U1 = 425.5 V

Jadi terlihat, ketika kapasitor dengan rating tegangan operasional 400 V dipasangkan seri dengan
reactor kapasitas 6%, maka akan terjadi kenaikan tegangan pada terminal kapasitor 400 V tersebut
menjadi 425.5 V.

Jika dibiarkan akan memperpendek umur pakai kapasitor. Dalam hal ini, rating tegangan kapasitor
400 V tidak cocok dipasangkan dengan reactor 6%, sehingga perlu disesuaikan dengan mengganti
kapasitor tersebut dengan rating tegangan yang sesuai yaitu 425.5V atau yang lebih besar.

Dikarenakan adanya penyesuaian terhadap perubahan tegangan, maka untuk mendapatkan nilai
kompensasi yang sama dengan kapasitor sebelumnya yaitu 400 V, 50 kVAR/step, nilai kapasitor
sebesar 50 kVAR tersebut harus disesuaikan kembali dengan tegangan yang baru 425.5 V.
Sehingga Daya Reaktif (Q1) menjadi sebagai berikut :

 (Q1) = Q / ( 1 – p )
 (Q1) = 50 / ( 1 – 0.06 )
 (Q1) = 50 / 0.94 = 53 kVAR
Dari hasil perhitungan diatas didapat data spesifikasi kapasitor yang baru yaitu sebesar : 425.5 V; 53
kVAR/step.
Namun data yang didapat dari hasil perhitungan tersebut masih berdasarkan frekuensi fundamental
50 Hz.

Diawal, telah dijelaskan besaran frekwensi untuk setiap tingkatan harmonisa adalah 50 Hz, 150 Hz,
250 Hz, 350 Hz untuk harmonisa pertama , ketiga, kelima dan ketujuh. Berdasarkan IEC EN 61000-
2-2, kenaikan tegangan untuk setiap tingkatan harmonisa adalah :

 U1= %106 x UN
 U3= %0.5 x UN
 U5= %5 x UN
 U7= %5 x UN

Agar kapsitor dapat bekerja dilevel aman untuk setiap tingkatan Harmonisa. Perlu dilakukan evaluasi
tegangan, arus dan nilai kVAR untuk setiap tingkatan harmonisa tersebut.

Hubungan Daya Reaktif kVAR dengan


Faktor Daya

Hubungan Daya Reaktif kVAR dengan Faktor Daya – Bagi pelanggan PLN, terutama
pelanggan Indusri, kelebihan pemakaian kVARH pada rata –rata faktor daya (Cos Ø) kurang dari
0.85 akan dikenakan biaya kelebihan pemakaian kVARH.

Pemakaian daya kVARH oleh pelanggan industri tidak bisa dihindari karena mesin dan peralatan
yang digunakan seperti motor listrik memerlukan daya reaktif untuk beroperasi. Dikarenakan
kebutuhan daya reaktif tersebut, pelanggan industri harus selalu memperhatikan pemakaian daya
reaktifnya sehingga tidak melebihi dari batas yang ditetapkan pleh PLN.

Dari hal diatas , ada beberapa pertanyaan yang akan kita bahas pada postingan berikut ini, yaitu :
1. Kenapa PLN membatasi pemakaian daya reaktif pelanggan?
2. Apa hubungan Daya Reaktif kVAR dengan Faktor Daya dan berapa batasan nilai kVARH
agar tidak kena denda PLN ?
3. Akibat yang ditimbulkan dari kelebihan pemakaian daya reaktif ?
4. Bagaimana cara mengurangi pemakaian daya reaktif?

Penjelasan

Membahas mengenai Daya Reaktif tidak bisa lepas dari faktor daya ( Cos Ø ) dan segitiga daya.
Seperti dijelaskan sebelumnya, komponen segitiga daya terdiri dari 3 buah vector garis yang
membentuk segitiga dengan sudut Ø yang dibentuk oleh dua buah vector garis , yaitu vektor daya
aktif (kW) dengan daya semu (kVA).

Pada segitiga daya diatas terlihat, semakin pendek garis kVAR (Q), maka sudut Ø semakin kecil.
Besar nya nilai Cosinus dari sudut Ø yang terbentuk inilah yang dinamakan dengan Faktor Daya
atau Cos Phi.

Semakin panjang garis kVAR berarti semakin besar pemakaian daya reaktif. Hal ini berarti dengan
semakin panjangnya garis kVAR akan menyebabkan semakin besar sudut Ø.

Nilai Cosinus dari sudut Ø berbanding terbalik dengan besarnya sudut Ø. Pada sudut Ø = 0 o, nilai
Cos Ø adalah = 1, dan pada sudut Ø = 90o, nilai Cos Ø adalah 0. Seperti pada table dibawah ini :

Ø Cos Ø
0 1
30 0.866
45 0.777
60 0.5
90 0

Besarnya nilai Cos Ø (Faktor Daya) ada pada nilai 0 sd 1.

Dari segitiga daya diatas, diturunkan rumus trigonemetrinya menjadi sebagai berikut :

 P = S x Cos Ø
 Q = S x Sin Ø
 S = √( P2 + Q2 )

Pada jaringan 3 phasa,

 kVA = √3 x V x I,
sehingga rumus diatas ditulis menjadi :

 P = √3 x V x I x Cos Ø
 Q = √3 x V x I x Sin Ø

Sebagaimana kita ketahui, PLN sebagai penyedia layanan tenaga listrik akan menagih setiap bulannya
energi listrik yang digunakan oleh pelanggan dalam satuan kWH.

Satuan kWH merupakan jumlah akumulasi pemakaian daya nyata (P) setiap jam dalam sebulan.
Misalkan pemakaian daya sebuah pelanggan PLN adalah 1500 W (1.5kW) dalam satu jam. Pemakain
itu hanya pada jam kerja mulai dari 08.00 – 16.00, yang berarti ada pemakaian selama 8 jam. Berarti
besarnya kWH yang digunakan dalam sebulan adalah :

 1.5 kW x 8 jam x 30 hari = 360 kWH ,

Nilai inilah yang ditagih oleh PLN melalui hasil pembacaan pada kWH meter yang terpasang pada
instalasi pelanggan tersebut.

Sekarang kita perhatikan kontrak pelanggan diatas dengan PLN.


Kontrak PLN dengan pelanggannya ada pada satuan VA, tidak pernah dalam satuan kW. Misalkan,
pelanggan pada contoh diatas memiliki kontrak daya dengan PLN sebesar 2200 VA atau 2.2 kVA
untuk saluran 1 phasa (220 V). Ini berarti , PLN sebagai penyedia tenaga listrik akan menyalurkan
daya listrik maksimum kepelanggan tersebut sebesar 2200 VA dengan batasan arus sebesar :

 S=VxI
 I=S/V
 I = 2000/220
 I = 10 A

Batasan arus 10 A inilah yang nantinya akan digunakan oleh PLN untuk membatasi pemakaian
pelanggan, sehingga apabila arus yang digunakan oleh pelanggan tersebut lebih besar dari 10 A, maka
Circuit Breaker yang terpasang di kWH Meter akan jatuh (trip) dikarenakan kelebihan beban.

Kenapa PLN membatasi pemakaian daya reaktif pelanggan ?


Dari penjelasan sebelumnya, kontrak PLN dengan pelanggan ada pada satuan VA, bisa kVA atau
MVA. Jadi berapapun besar pemakaian pelanggan, akan dibatasi oleh arus sesuai besarnya kVA yang
dikontrak. Pada contoh diatas, untuk pelanggan kontrak daya 2200 VA (2.2 kVA) arus yang dibatasi
adalah sebesar 10 A.

Dengan kata lain, untuk pelanggan 2200 VA, PLN menyediakan arus maksimum 10 A. Misalkan, ada
dua pelanggan PLN, A dan B, dengan kontrak sama 2200 VA, daya terpasang pada instalasinya 1500
Watt (1.5 kW), dengan pemakaian 8 jam sehari, tagihannya sebulan adalah :

 1.5 kW x 8 jam x 30 hari = 360 kWH.


Maka PLN akan menagih biaya pemakaian energi listrik kepelanggan tersebut sebesar :

 360 kWH x tarif Rp/kWH.

Jika tarif Rp/kWH untuk pelanggan tersebut adalah Rp.1000/kWH, maka besarnya tagihan PLN
adalah :

 360 kWH x Rp. 1000/kWH = Rp. 360.000

Sampai pada perhitungan ini, kedua pelanggan memiliki tagihan yang sama, yaitu Rp. 360.000.

Jika instalasi pada pelanggan A lebih baik, dan membatasi pemakaian kVARHnya sehingga faktor
daya (Cos Ø) nya ada pada angka 0.85, maka dari rumus
P = √3 x V x I x Cos Ø, didapat arus yang diserap oleh pelanggan A adalah :

 I = P / (V x Cos Ø)
 I = 1500 Watt / (220 Volt x 0.85)
 I=8A

Pada pelanggan B, misalkan dikarenakan banyaknya pemakaian kVARH, sehingga faktor daya (Cos
Ø) nya ada pada angka 0.7, maka arus yang diserap oleh pelanggan B, menjadi :

 I = P / (V x Cos Ø)
 I = 1500 Watt / (220 Volt x 0.7)
 I = 9.74 A

Data yang didapat dari perhitungan diatas, pelanggan A menyerap arus sebesar 8 A atau
menggunakan kontraknya sebesar :

 kVA (S) = V x I
 kVA (S) = 220 x 8
 kVA (S) = 1760 VA dari kontrak 2200 VA.

Sementara pelanggan B, menyerap arus sebesar 9,74 A, atau menggunakan kontrak dayanya sebesar :

 kVA (S) = 9.74 x 220 V


 kVA (S) = 2142 VA dari kontrak 2200 VA.

Berdasarkan tagihan PLN, pelanggan A dan B sama-sama memakai daya sebesar 1.5 kW dengan
biaya tagihan yang sama sebesar Rp. 360.000. Tetapi pelanggan B lebih banyak menyerap arus, yaitu :
9.74 A sedangkan pelanggan A hanya 8 A.
Dilihat dari sisi pemakaian dan biaya yang dibayarkan, pelanggan B terlihat lebih beruntung, karena
memakai banyak VA, yaitu 2142 VA, tetapi membayar sama dengan pelanggan A yang memakai VA
yang lebih kecil yaitu 1760 VA.

Tetapi apakah pelanggan B lebih beruntung ?, hal ini akan kita bahas nanti.

Bila kita lihat dari sisi PLN, untuk melayani kebutuhan daya listrik kedua pelanggan A dan B, PLN
telah membangkitkan tenaga listrik dan mendistribusikannya sebesar :

 1760 + 2142 = 3902 VA, dengan total arus :


 8 A + 9.74 A = 17.74 A

Seharusnya dengan arus 17.74 A atau dengan daya 3902 VA dengan faktor daya 0.85, PLN dapat
menerima pembayaran maksimal dengan kW sebagai berikut :

 P = S x Cos Ø
 P = 3902 X 0.85
 P = 3316.7 Watt, atau 3,3 kW

Sehingga total pendapatan sebulan dari pelanggan A dan B seharusnya menjadi :

 3.3kW x 8 jam x 30 hari = Rp. 792.000.

Sedangkan dengan kondisi yang terjadi, tagihannya hanya sebesar Rp. 720.000 (total tagihan
pelanggan A dan B).

Dari ilustrasi diatas, PLN mengalami kerugian karena kVA yang disuplai ke kedua pelanggan tidak
sebanding dengan kWH yang dipakai oleh kedua pelanggan tersebut.

Hal ini dikarenakan arus yang diserap pelanggan B lebih banyak untuk pemakaian daya yang sama
dibanding dengan pelanggan A.

Dari perhitungan diatas terlihat, semakin besar faktor daya (diatas 0.85) maka arus yang diserap
pelanggan untuk pemakaian daya yang sama akan semakin kecil, begitu pula sebaliknya, bila faktor
daya semakin rendah (dibawah 0.85), arus yang diserap pelanggan akan semakin besar.

Sekarang terlihat jelas kenapa PLN membatasi faktor daya pelanggan di angka 0.85.
Menghitung Tegangan Maksimum pada
Kapasitor

Menghitung Tegangan Maksimum pada Kapasitor - Postingan ini adalah kelanjutan dari
postingan sebelumnya, yaitu : Perhitungan Arus Harmonisa Pada Kapasitor. Dari perhitungan
sebelumnya telah didapat bahwa impedansi reaktor detuned 6% adalah 0,205 ohm sehingga nilai
induktansi adalah :

 XL = 2 x p x f x L
 L = XL / (2 x p x f )
 L = 0.205 / ( 2 x 3.14 x 50 )
 L = 0,653 mH dan dapat menahan arus sekitar 88,75 A.

Sedangkan untuk unit kapasitor, dapat menahan arus max. sektiar 84,53 A.

Langkah berikutnya, kita akan memilih tingkat tegangan yang cocok untuk reactor 6%.

Seperti yang telah dijelaskan diawal, nilai kapasitor awal adalah 50 kVAR 400V dengan X C = 3.2 ohm
tapi setelah dipasangkan reaktor reaktor, rating tegangan yang dibutuhkan kapasitor menjadi 425.5 V
dengan nilai kVAR yang disesuaikan terhadap tegangan 425.5 V, yaitu : menjadi 53 kVAR.

Oleh karena itu, impedansi kapasitor naik menjadi 3.42 ohm. Yang didapat dari rumus :

 XC = V 2 / Q
 XC = 4262 / (53 x 1000) = 3.42 Ohm
Untuk menghitung tegangan pada kapasitor untuk setiap tingkat harmonisa, kita akan menggunakan
nilai arus untuk setiap tingkatan harmonisa yang didapat dari hasil perhitungan sebelumnya.

Formula yang digunakan untuk menghitung tegangan pda kapasitor tersebut adalah :

 Uh = 1.732 x Ih x XC / h

Dimana :

 Uh = Tegangan pada kapasitor pada tingkatan harmonisa h


 Ih = Arus harmonisa pada tingkatan harmonisa h
 XC = Impdedansi kapasitor
 h = Tingkatan Harmonisa

Sehingga dari rumus diatas didapat hasil perhitungan sebagai berikut :

 Harmonisa tingkat 1 : U1=6%; I1 = 76.5 A ; maka U1 = 1.732 x 76.5 x 3.42 = 453.2 V


 Harmonisa tingkat 3 : U3=0.5%; I3 = 2.2 A; maka U3 = 1.732 x 2.2 x 3.42 / 3 = 4.35 V
 Harmonisa tingkat 5 : U5=5%; I5 = 33.76 A; maka U5 = 1.732 x 33.76 x 3.42 / 5 = 40.0 V
 Harmonisa tingkat 7 : U7=5%; I7 = 12.18 A; maka U7 = 1.732 x 12.18 x 3.42 / 7 = 10.3 V

Sehingga Tegangan maksimum kapasitor adalah :

 = U1 + U3 + U5 + U7
 = 453,2 + 4,35 + 40 + 10,3
 = 508 V

Untuk perbaikan faktor daya dengan kapasitor yagn terpasang seri dengan reactor, maka tegangan
kapasitor yang dipakai adalah 508 V.

Apabila nilai kapasitor dengan tegangan 508 V tidak ada dipasaran, maka dipilih nilai tegangan
kapasitor yang lebih besar dan mendekati nilai 508 V tersebut.

Seandainya tegangan kapasitor yang mendekari adalah 525 V , maka nilai kVAr yang sebelumnya
adalah 53 kVAR harus disesuaikan kembali dengan nilai tegangan kapasitor 525 V tersebut.

Untuk mendapatkan nilai kVAR dengan tegangan kapasitor 525 V, dilakukan perhitungan sebagai
berikut :

 Q2 = Q1 x (V22 / V12)
 Q2 = 53 kVAR x ( 5252 / 425.52 )
 Q2 = 80.5 kVAR
Kesimpulan :

Seperti dijelaskan di atas, apabila menggunakan kapasitor dengan satuan 50 kVAR /step pada
tegangan 400V, dan reaktor% 6 terpasang seri dengan nilai impedansi reaktor 0,205 ohm atau 0,653
mH maka arus max. yang akan mengalir adalah 88,75 A. Perlu dilakukan penyesuaian terhadap
tegangan dan arus harmonisa sehingga untuk kapasitor tersebut, dikarenakan terhubung seri dengan
reaktor, diperlukan rating kapasitor sebesar 525 volt dengan daya reaktif sebesar 80.5kVAR.

Anda mungkin juga menyukai