Anda di halaman 1dari 10

AVR

Pada bagian sebelumnya telah disinggung mengenai AVR (automatic voltage regulator)
atau controlled static rectifier. AVR merupakan komponen dari sistem eksitasi, dimana
tugasnya adalah sebagai excitation controller. Jadi, sistem ini berperan sebagai otak
dari sebuah sistem eksitasi, melakukan aksi kontrol, limitasi, monitoring, komunikasi
dengancontroller utama dan lain sebagainya. Dengan peranan yang cukup kompleks,
maka pada bahasan ini akan diulas mengenai serba-serbi dari sebuah AVR, khususnya
untuk brushless exciter.
Arsitektur Sistem AVR
Dengan semakin besarkan kapasitas sebuah pembangkit, maka kaasitas dari sebuah AVR
juga harus dapat mengimbangi kondisi di atas. Hal ini tidak hanya dalam permasalahan
kapasitas daya, namun keandalan dari AVR juga harus ditngkatkan. Salah satu hal yang
dapat meningkatkan keandalan sebuah AVR adalah redundancy system. Redundancy
system mensyaratkan bahwa sebuah AVR memiliki setidaknya lebih dari satu
buahchannel. Apabila terjadi kerusakan pada satu channel, maka channel yang lain akan
langsung mengambil alih proses kontrol tanpa adanya dip (bumpless). Sistem kontrol
AVR dengan menerapkan Redundancy System dapat dilihat pada gambar 14 berikut.

Gambar 14. Arsitektur Sistem AVR Double Channel

1.

a.
b.
c.
d.
2.
a.
b.

Karena komponen yang cukup variatif, untuk memudahkan pembahasan, maka


komponen AVR dapat dibagi menjadi 4 bagian besar, yaitu:
Power section
Bagian ini bertanggung jawab pada jalur incoming dan outgoing daya listrik
daribrushless exciter dan auxiliary power supply menuju main exciter winding. Pada
gambar 14, sub bagian ini terdiri atas:
Incoming dari pilot exciter: breaker Q1 dan kadang kala dilengkapi isolation transformer
Incoming dari auxiliary power supply: breaker Q51/52 dan isolation transformer
Rectifier
Outgoing ke main exciter: -Q12/22 dan overvoltage protection
Instrumentation Section
Bagian ini bertanggung jawab pada beberapa jenis pengukuran, baik itu masukan AVR
maupun keluaran, diantaranya:
Insulation resistance measurement pada pilot dan main exciter
Bagian ini memonitor kondisi isolasi lilitan terhadap ground
Incoming voltage measurement
Bagian ini memonitor profil tegangan masukan AVR; data yang didapat akan dikirimkan
ke main controller untuk menentukan besarnya firing angle ke rectifier

c. Outgoing measurement
Bagian ini bertanggung jawab melakukan pengukuran tegangan dan arus (searah) yang
disuplai oleh AVR ke main exciter. Karena merupakan arus searah (DC), biasanya metode
pengukurannya menggunakan shunt resistance.
d. Main generator output measurement
Bagian ini bertanggung jawab melakukan pengukuran tegangan dan arus keluaran dari
sebuah generator melalui CT dan PT. Dari pengukuran kedua besaran tersebut, maka
akan didapatkan beberapa besaran tambahan seperti daya aktif, daya reaktif, power
factor, frekuensi, dan lain sebagainya. Hasil pengukuran ini digunakan sebagai feedback ke main controller untuk melakukan aksi kontrol dan limitasi.
3. Control section
Bagian ini melakukan proses kalkulasi, kontrol, limitasi, dan sending-receiving data ke
bagian lain. Bagian ini mengakuisisi pengukuran yang dilakukan oleh section 2, untuk
selanjutnya
digunakan
untuk
mengontrol section
1 dalam
bentuk firing
angle ke rectifierdan ON/OFF breaker
4. Communication section
Dalam sebuah sistem pembangkit, AVR yang rumit adalah satu bagian kecil dari sistem
yang sangat besar. Untuk keperluan otomasi, maka AVR harus dapat melakukan
komunikasi baik itu berupa sinyal analog maupun digital. Model komunikasi yang
digunakan sangatlah bervarasi, baik itu menggunakan serial, ethernet atau model
komunikasi yang lain. Dengan adanya modul komunikasi ini, maka AVR dapat
dioperasikan dari jarak jauh (control room), misalkan menentukan set-point atau besaran
yang lain.

Dalam perkembangannya, brushless exciter telah menjadi primadona dalam sistem


eksitasi generator sinkron. Selain kapasitasnya yang mumpuni, aspek maintenancefreesering kali menjadi pilihan. Dengan tidak adanya kontak fisik antara startor dan rotor
untuk mentransmisikan daya, maka permasalahan yang umum terjadi di brushedexciter sepertihot-spot pada permukaan kontak, ovalitas slipring dan sebagainya dapat
100% dihindari.

1.
2.
3.
4.
5.

Arsitektur Sistem Brushless Exciter


Pada bahasan IV, khususnya gambar 12, telah ditunjukkan simplifikasi dari sebuah
sistembrushless exciter. Sistem ini biasanya terdiri dari:
Pilot exciter
Main exciter
Main generator
AVR (automatic voltage regulator) atau controlled static rectifier
Uncontrolled rotating rectifier (rotating diode)

Gambar 13. Arsitektur Sistem Brushless Exciter

Model brushless exciter sederhana ditunjukkan oleh gambar 13. Rotor dari turbin,
generator, main exciter dan pilot exciter dikopling menjadi satu buah struktur rotor. Rotor
dari sebuah pilot exciter biasanya tersusun atas magnet permanen dengan julah 16
kutub. Apabila rotor berotasi dengan kecepatan 3000 rpm, maka pada stator akan
terinduksi tegangan 400Hz. Tegangan ini adalah daya input untu AVR.
Di dalam AVR, sebetulnya terjadi pengolahan sinyal yang cukup rumit dan akan dibahas
pada bahasan selanjutnya. Secara sederhana, di dalam AVR, tegangan dengan frekuensi
400Hz diubah menjadi sistem tegangan searah untuk diinjeksikan ke belitan stator
darimain exciter. Dengan berputarnya poros, maka pada rotor main exciter akan
terinduksi tegangan bolak balik.
Tegangan pada rotor tersebut selanjutnya disearahkan oleh rotating diode dan diteruskan
ke belitan rotor dari generator utama. Sebagai hasil akhir, pada stator generator utama
akan dihasilkan tegangan induksi. Daya yang dibangkitkan di stator generator utama
disalurkan ke sistem jaringan daya listrik. Untuk menjaga kestabilan tegangan terminal
generator, maka trafo instrumen (CT dan PT) digunakan untuk mengatur arus dan
tegangan generator sebagai umpan balik dari AVR.
Dalam beberapa aplikasi, AVR berhubungan dengan sistem Instrumentasi dan Kontrol
untuk ON/OFF, sinkronisasi, pemilihan menu dan sebagainya. Sumber daya dari luar
kadang
kala
diperlukan
untuk
keperluan testing atau commissioning.

Sistem Eksitasi Generator Sinkron Part IV


Dalam bahasan sebelumnya, telah ditunjukkan beberapa jenis exciter yang telah
diaplikasikan. Namun, dengan bertambahnya kapasitas dari sebuah pembangkit, maka
kapasitas dari exciter juga harus dinaikkan. Keadaan ini kemungkinan tidak dapat
diterapkan di beberapa jenis exciter karena beberapa alasan. Sehingga pada saat ini,
untuk aplikasi besar, hanya beberapa jenis exciter saja yang secara luas praktis bisa
digunakan.
Transmisi Daya Eksitasi ke Rotor
Untuk sebuah turbogenerator, biasanya diperlukan tegangan eksitasi mencapai 700 volt
dengan rating arus yang dapat mencapai 8000 ampere. Selain itu, jika sebuah
pembangkit telah terhubung ke dalam sebuah sistem daya, adanya tanggung jawab

untuk menjaga stabilitas menjadikan masalah eksitasi menjadi semakin krusial. Field
Forcing,
adalah
sebuah
istilah
yang
umum
dipakai
untuk
menyebut
kemampuan exciter dalam menaikan tegangan eksitasi 2-3 kali pada saat terjadi
abnormality. Dengan kapasitas yang begitu besar, maka metode untuk menyalurkan
energi yang begitu besar ke rotor generator telah menimbulkan beberapa permasalahan,
baik itu secara elektrik, mekanik maupun termal.
Suplai daya eksitasi ke rotor dapat menggunakan 2 macam cara, yaitu:
1. Menggunakan slipring dan brush (cincin geser dan sikat)
2. Suplai langsung (brushless)
Menggunakan slipring dan brush (cincin geser dan sikat)
Slipring adalah cincin metal yang dipasang pada poros generator, namun secara elektrik
diisolasi dari struktur porosnya. Biasanya ada 2 cincin yang dipasang, yaitu cincin
berpolaritas positif (+) dan negatif (-), yang masing masing terhubung ke ujung-ujung
lilitan rotor.
Untuk menyalurkan daya listrik ke rotor, brush yang terbuat dari karbon/grafit secara
luas digunakan. Material ini harus dapat menghantarkan listrik dan harus memiliki
koefisien gesek yang kecil agar tidak merusak slipring.
Pemakaian brush dalam aplikasi ini secara luas diketahui menimbulkan beberapa
permasalahan. Drop tegangan yang cukup besar, rugi-rugi dalam bentuk panas,
kecepatan aus pada slipring, ovality, serta perlunya pengecekan rutin adalah
permasalahan umum yang sering timbul. Namun, sistem ini masih cukup ekonomis
sehingga masih sering digunakan.

Brushless Exciter
Pada aplikasi ini, daya listrik dari peralatan ang diam ditransmisikan ke rotor melalui
induksi; dengan bantuan rotating rectifier, suplai daya DC ke rotor generator
menjadi non-mechanical-contact. Dengan tanpa adanya mechanical-contact, maka
sistem ini menjadimaintenance-free dan sangat populer saat ini. Namun, ada beberapa
manufaktur yang tetap menyediakan slipring dan brush untuk keadaan emergency.
Skema brushless exciter ditunjukkan pada gambar 12. Sistem ini mengunakan 3 buah
generator; yaitu pilot exciter; main exciter dan main generator. Pada sistem brushless
exciter, tidak diperlukan lagi adanya suplai daya eksternal meskipun untuk
melakukanstart-up. Pilot exciter adalah sebuah permanent magnet generator (PMG);
sebuah generator yang memanfaatkan magnet permanen. Beberapa magnet permanen
diasang di rotor; pada saat rotor diputar maka akan menimbulkan tegangan listrik di pilot
exciter stator (pilot exciter armature) yang biasanya memiliki frekuensi 400Hz.

Gambar 12. Skema Brusless Exciter

Selanjutnya, daya listrik dari pilot exciter kemudian disearahkan dan dikotrol besarnya.
Besar kecilnya keluaran penyearah ditentukan berdasarkan keperluan pembangkit,
misalkan dipengaruhi oleh tegangan terminal, permintaan daya reaktif dan sebagainya.
Daya listrik DC yang besarnya sudah diatur, kemudian dialirkan ke exciter field dari main
exciter stator. Medan magnet yang ditimbulkan oleh exciter field akan menginduksikan
tegangan bolak balik di main exciter rotor (main exciter armature).
Daya listrik yang berada di main exciter rotor selanjutnya dialirkan ke main generator
rotor melalui sebuah penyearah yang sudah terpasang di poros generator (rotating
rectifier/rotating diode). Daya yang telah sampai di main generator rotor selanjutnya
akan menginduksikan tegangan di main generator.

Dalam bahasan sebelumnya, berdasarkan Standard IEEE Std 421.1; telah dijelaskan
kategori pertama dalam sistem eksitasi yaitu DC Exciter. Dalam bahasan kali ini, akan
sedikit diuraikan mengenail sistem eksitasi kategori kedua dan ketiga, yaitu AC
Exciter anStatic Exciter.
Exciter Category: AC Exciter
Exciter jenis ini lebih dikenal dengan nama Alternator-rectified Exciter; adalah suatu
sistem eksitasi dimana energinya diperoleh dari generator AC (alternator) dan diubah
menjadi sistem DC dengan menggunakan penyearah (rectifier).
Eksitasi jenis ini terdiri atas alternator dan rectifier, dimana keduanya dapat bertipe
terkontrol, tidak terkontrol atau kombinasinya. Alternator dapat digerakkan oleh
penggerak tambahan atau dipasang satu poros dengan mesin utama. Dan rectifier yang
digunakan bisa didesain dalam bagian yang diam (stationary) atau bagian yang bargerak
(rotating). Jenis exciter ini memiliki 4 macam varian sebagaimana ditunjukkan pada
gambar 6,7, dan 8.

Gambar 6: AC Exciter tipe AC1A dan AC2A

Gambar 7: AC Exciter tipe AC3A

Gambar 8: AC Exciter tipe AC4A

Exciter Category: Static Exciter


Static Exciter adalah jenis exciter dimana energinya diperoleh dari keluaran generator
utama dan diubah menjadi sistem DC dengan menggunakan penyearah (rectifier).

Karena menggunakan tegangan keluaran generator utama, maka biasanya sistem ini
dilengkapi dengan suplai tambahan yang digunakan pada saat start awal. Jenisjenis Static Exciterditunjukkan dalam gambar 9,10, dan 11.

Gambar 9: Static Exciter tipe ST1A

Gambar 10: Static Exciter tipe ST2A

Gambar 11: Static Exciter tipe ST3A

To be continued...
Paiton, 29 Mar 2015 10:48

Posted by Harmawan TEUB at 10:52 No comments:


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Saturday, 21 March 2015

Sistem Eksitasi Generator Sinkron Part II


Karena berkembang dalam kurun waktu yang cukup panjang, sistem eksitasi memiliki
banyak jenis. Untuk memudahkan klasifikasinya, dalam bahasan ini akan digunakan
referensi IEEE Std 421.1-2007 IEEE Standard Definition for Excitation Systems for
Synchronous Machines. Secara sederhana, klasifikasinya dapat dilihat pada standard
tersebut di tabel A.2; dimana dalam bahasan ini disajikan dalam gambar 2.

Gambar 2: Kategori Sistem Eksitasi

Exciter Category
Pada gambar 2, ditunjukkan bahwa kategori eksitasi dibagi menjadi 3, yaitu:
1.
DC generator commutator exciter

2.
3.

Alternator rectifier exciter

Static rectifier exciter


Pada bagian II ini, akan dibahas terlebih dahulu yaitu kategori pertama.

Exciter Category: DC Exciter


Adalah jenis exciter dimana energinya diperoleh dari sebuah generator DC. Exciter jenis
ini terdiri dari generator DC, lengkap dengan commutator dan sikat arang (carbon
brush). Generator DC tersebut dapat digerakkan oleh penggerak tambahan, namun pada
umumnya dijadikan satu poros dengan mesin utama. Secara berurutan, DC
Excitermemiliki 3 buah model, yaitu DC1a, DC2A dan DC3A sebagaimana ditunjukkan
oleh gambar 3,4, dan 5.

Gambar 3: DC Exciter tipe DC1A

Gambar 4: DC Exciter tipe DC2A

Gambar 5: DC Exciter tipe DC3A

Sistem Eksitasi Generator Sinkron Part I

Foreword
Generator adalah mesin listrik dinamis yang berfungsi mengkonversi energi mekanis
menjadi energi elektrik melalui media medan magnet. Dengan demikian, medan magnet
memiliki peranan yang cukup esensial dalam proses konversi energi elektromekanis.
Untuk membangkitkan medan magnet, secara umum dapat menggunakan magnet
permanen atau magnet buatan (elektro-magnet). Magnet permanen memiliki
keuntungan dalam hal kepraktisan, sedangkan magnet buatan memiliki keunggulan
dalam hal fleksibilitas pengaturan.
Pada bahasan ini, akan dipaparkan beberapa metode pembangkitan medan magnet
dalam proses konversi energi elektromekanik, khususnya generator.
Konstruksi Generator Sinkron:
Dalam mesin listrik dinamis, komponennya dapat dibagi dalam dua bagian besar, yaitu
stator (bagian yang diam) dan rotor (bagian yang bergerak). Karena merupakan mesin
listrik, maka pada bagian stator atau bagian rotor terdapat lilitan (winding). Lilitan stator
(stator winding) sering disebut sebagai lilitan armatur (armature winding). Sedangkan
untuk rotor, terdapat lilitan rotor (rotor winding) atau seringkali disebut sebagai lilitan
medan (field winding) atau lilitan eksitasi (excitation winding). Secara sederhana,
konstruksinya ditunjukkan dalam gambar 1.

Gambar 1: Simplifikasi Konstruksi Generator Sinkron

Sistem Eksitasi dan AVR:


Selain berfungsi sebagai penghasil media konversi energi, sistem eksitasi bersama AVR
(Automatic Voltage Regulator) memiliki peranan yang penting dalam mengontrol
tegangan output generator, pengaturan faktor daya, pengaturan daya reaktif, power
system stabilizerPSS dan sebagainya.
Dengan semakin tinginya teknologi kontroller pada AVR dan besarnya kapasitas
generator, maka desain sistem eksitasi juga semakin berkembang. Pembangkitan medan
magnet diusahakan seefektif mungkin sehingga meminimalkan perawatan dan juga
memiliki kehandalan yang tinggi. Pada bahasan selanjutnya akan dipaparkan beberapa
topologi sistem eksitasi yang umum diterapkan di sistem pembangkit tenaga listrik, baik
itu yang menggunakan magnet permanen, magnet buatan atau kombinasi keduanya.

Anda mungkin juga menyukai