Anda di halaman 1dari 16

MOTOR ASINKRON ROTOR SANGKAR (PERCOBAAN STATIS)

1.6 TABEL HASIL PENGAMATAN


Tabel 1.1 Data hasil pengukuran tahanan isolasi
NilaiTahanan (M)
Terminal
Dengan Ohmmeter Dengan Megger
U1 V1 Tidak terukur 899
U1- W1 Tidak terukur 688
V1 W1 Tidak terukur 830
U1 Rangka mesin Tidak terukur 357
V1Rangka mesin Tidak terukur 92,8
W1 Rangka mesin Tidak terukur 292,1

Tabel 1.2 Data hasil pengukuran tahanan belitan dengan metode Voltmeter-
Amperemeter
Terminal Tegangan Arus NilaiTahanan
[V] [A] []
U1 U2 0,86 1,8 1 2 0,86 0,9
V1 V2 0,88 1,72 1 2 0,88 0,86
W1 W2 0,88 1,76 1 2 0,88 0,88

Tabel 1.3 Data hasil pengukuran tahanan belitan dengan metode Ohmmeter
Terminal Tahanan
[]
U1 U2 1,5
V1 V2 1,2
W1 W2 2,3
1.7 ANALISA DATA
a. Penjelasan mengenai name plate
1. Reted voltage 220/380 V artinya 220 V adalah tegangan 3 fasa V LL untuk
hubungan delta 380 V adalah tegangan VLL untuk hubungan bintang.
2. Rated Current 20,8/12 A artinya arus nominal pada tegangan 220 V adalah 20,8 A
sedangkan pada tegangan 380 V arus nominalnya adalah 12 A.
3. Rated Power 5,5 Kw artinya daya nominal yang dohasilkan motor dalam bentuk
energi mekanik berupa putaran pada poros adalah 5,5 Kw.
4. Rated Speed 2900 G/1 artinya putaran maksimal untuk motor asinkron rotor
sangkar adalah 2900 rpm.
5. Frequncy 50 Hertz artinya frekuensi motor asinkron rotor sangkar adalah 50 Hertz
Karena di Indonesia menggunakan frekuensi 50 Hertz.
6. Insulation F artinya jenis isolasi yang digunakan adalah isolasi tipe F. Isolasi ini
terdiri dari kombinasi atau material, seperti mika, serabut kaca, asbes dd, dengan
mengikat panas baik seperti kombinasi atau material lain, tidak harus tidak
tersusun teratur, yang menerima test dapat ditunjukkan untuk menjadi operasi pada
kelas F temperature material memiliki suatu derajat tingkat stabilitas yang
berkenaan dengan panas yang membiarkan mereka untuk dioperasikan pada suatu
temperature 25C yang lebih tinggi dibanding kelas B material.
7. Cos 0,89 artinya Cos dari motor asinkron rotor sangkar adalah 0,89 lagging.

b. Pengukuran Tahanan Isolasi


Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa dengan mengukur tahanan isolasi
menggunakan Ohmmeter nilainya tidak dapat terukur sedangkan dengan
menggunakan megger nilainya dapat terukur dengan menunjukkan nilai yang besar
yang mencapai m. Nilai tahanan isolasi terendah adalah 92,8 m pada terminal V1
dengan rangka mesin sedangkan nilai tahan isolasi tertinggi adalah 899 m pada
terminal U1 dengan V1. Tahanan isolasi memiliki nilai yang cukup tinggi sehingga
alat ukur yang digunakan adalah megger bukan Ohmmeter. Dimana meger dapat
mengukur tahanan isolasi yang bernilai besar yang mencapai m pada suatu mesin
baik itu kumparan dengan kumparan maupun kumparan dengan body dengan batas
ukur 0,02 sampai 20 m dan 5 sampai 5000 m sedangkan Ohmmeter dapat
mengukur tahanan yang relative kecil yang dinyatakn dengakn / k. Batas ukur
(range) Ohm terdiri dari angka ; x1, x10 dan k.

c. Pengukuran Tahanan dengan Metode Voltmeter-Amperemeter dan metode


Ohmmeter
Dari hasil percobaan dengan pengukuran tahanan belitan motor dengan
Voltmeter-Amperemeter, nilai untuk terminal U1-U2 = 0,88 , V1-V2= 0,87 dan
W1-W2 = 0,88 .
Dari hasil percobaan dengan pengukuran tahan belitan motor dengan metode
Ohmmeter untuk terminal U1-U2 = 1,5 , V1-V2 = dan W1-W2 = 2,3 .
Dari kedua metode yang digunakan maka dapat dikatakan bahwa setiap
belitan motor masih dalam keadaan baik karena alat ukur menunjukkan angka yang
sesuai dengan angka nominal . Metode yang paling valid adalah metode Voltmeter-
Amperemeter Karena nilai masing-masing terminal hampir menunjukkan nilai yang
sama sedangkan metode Ohmmeter, nilai tahanan masing-masing terminal
menunjukkan perbedaan nilai yang cukup berbeda.
1.8 KESIMPULAN
Setelah Melaksanakan praktikum dan analisa data maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Motor asinkron rotor sangkar memiliki name plate yang harus diketahui
sebelum menjalankan motor agar motor bisa bekerja sebagaimana mestinya
sesuai name plate yang telah diberikan oleh produsen motor tersebut.
2. Tahanan isolasi memiliki nilai tahanan yang cukup besar sehingga alat ukur
yang digunakan adaah megger. Nilai tahanan isolasi terndah yaitu 92,8 m
dan nilai tahanan isolasi tertinggi yaitu 899 m
3. Hasil pengukuran tahanan belitan motor asinkron rotor sangkar dengan
metode Voltmeter-Amperemeter dan metode Ohmmeter menunjukkan bahwa
setiap terminal motor masih dalam keadaan baik.
4. Metode yang paing valid digunakan dalam mengukur tahanan belitan motor
adalah metode Voltmeter-Amperemeter.
MOTOR ASINKRON ROTOR SANGKAR (PERCOBAAN DINAMIS)

1.14 TABEL HASIL PENGAMATAN

Tabel 1.4 Data hasil percobaan beban nol dari tegangan fasa terendah sampai
tegangan fasa tertinggi.

Tegangan Input
I1 I2 I3 P N
Teg.Fasa Teg.line
No (A) (A) (A) (W) (rpm)
(V) (V)
1 30 18 6,4 6,4 6,4 80 364
2 60 42 3,2 2,2 2,95 120 2877
3 90 48,5 2,4 2,4 2,1 130 2940
4 120 78 2,1 2,1 1 140 2972
5 150 97,5 2,05 2,1 0,8 150 2979
6 180 114 2,05 2,2 1 160 2989
7 210 127,5 2,10 2,5 1,4 180 2991
8 240 145,5 2,4 2,8 1,6 200 2992
9 270 166,5 2,7 3,2 2,1 230 2990
10 300 183 3,1 3,8 2,4 270 2994
11 330 201 3,5 4,4 3,1 310 2995
12 360 216 4,9 5,7 4,2 370 2990

Tabel 1.5 Data hasil percobaan beban nol dari tegangan fasa tertinggi sampai
tegangan fasa terendah.

Tegangan Input
I1 I2 I3 P N
Teg.Fasa Teg.line
No (A) (A) (A) (W) (rpm)
(V) (V)
1 330 201 3,9 4,4 3 320 2996
2 300 186 3,3 3,6 2,5 290 2992
3 270 168 3,8 3,3 2 250 2990
4 240 147 2,5 2,8 1,6 210 2989
5 210 130,5 2,25 2,6 1 200 2984
6 180 111 2,1 2,1 1 150 2982
7 150 90 2,05 2,1 0,9 140 2976
8 120 63 2,1 2,1 1,3 130 2964
9 90 57 2,4 2,4 2,2 230 2937
10 60 39 3,5 3,5 3,2 120 2836
11 30 18 5,7 5,7 5,4 60 106,2
Tabel 1.6 Data hasil percobaan hubung singkat

Tegangan Input
I1 I2 I3 P
No Teg.fasa Teg.line
(A) (A) (A) (W)
(V) (V)
1 10 5,77 2,3 2,3 2 10
2 20 11,55 4,2 4,3 4 30
3 30 17,,32 5,9 6,05 5,5 65
4 40 23,09 4,5 7,6 7,65 110
5 50 28,87 9,1 9,15 9,15 170

Tabel 1.7 Data hasil percobaan berbeban

Tegangan Input Generator DC


N I1 I2 I3 P N
Posisi Teg.fasa Teg.line Iexc Vexc Vg Ig
No (A) (A) (A) (W) (rpm)
(V) (V) (A) (V) (V) (A)
1 0-0-0 360 210 4,9 4,9 4,1 400 2986 0,56 228 330 4,1
2 1-0-0 360 210 5,9 5,9 5,1 325 2971 0,56 228 324 6,1
3 1-1-0 360 210 5,9 5,9 5,1 300 2964 0,56 228 324 6,1
4 1-1-1 360 210 7,1 7,1 6,2 250 2950 0,56 228 312 7,8
5 2-1-1 360 207 8,5 8,5 7,4 150 2935 0,56 228 300 9,4
6 1-2-1 360 201 9,5 9,5 8,2 100 2926 0,56 228 288 10,7
7 1-1-2 360 204 8,1 8,1 7,2 125 2939 0,56 228 297 9,4
1.15 ANALISA DATA

a. Karakteristik Beban Nol


Pada percobaan berbeban dengan mengambil contoh perhitungan pada data
pertama, sebagai berikut :
Diketahui :
P0 = 80 Watt

V0 = 30 V

I1 = 6,4 A

I2 = 6,4 A

I3 = 6,4 A

1. Menghitung faktor daya (cos )


I1 + I2 + I3 6,4+6,4+6,4
I0 = 3
= = 6,4 A
3
P0 80
cos = = = 0,24
3V0x I0 330x 6,4

2. Menghitung nilai kerugian besi (R0)


V02 302
R0 = = = 11,25
P 80

3. Menghitung nilai reaktansi yang membangkitkan fluks (X0)


V02 302
X0 = = = 4,69
V02 I02 P0 302 6,42 80

Hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 1.8 dan 1.9
b. Karakteristik hubung singkat
Pada percobaan hubung singkat dengan mengambil contoh perhitungan pada
data pertama :
Diketahui :
Phs = 10 W
Vhs =10 V
I1 = 2,3 A
I2 = 2,3 A
I3 = 2 A
1. Menghitung faktor daya (cos )
I1 + I2 + I3 2,3 + 2,3 + 2
Ihs = = = 2,2 A
3 3
Phs 10
cos hs =
3Vhsx Ihs
=
310x 2,2
= 0,26 A

2. Menghitung arus hubung singkat perfasa nominasi (Ihs)


Vn 380
Ihsn = Ihs x Vhs = 2,2 x = 83,6 A
10

3. Menghitung daya hubung singkat perfasa nominal (Phsn)


Phsn = 3 x Vn x Ihsn x cos hs
= 3 x 380 x 0,26
= 24779,04 Watt

4. Menghitung nilai kerugian besi (Rex)


Phs
Rek =
Ihs2
10
=
2,22

= 2,07
5. Menghitung nilai reaktansi ekivalen (Xek)

Vhs
2 +Ihs2 Phs2
Xek = 2
Ihs

102 +2,22 102


=
2,22

384
= 4,84
=79,34
= 8,91

6. Menghitung nilai impedansi ekivalen (Zek)


Vhs
Zek = Ihs
10
= 2,2
= 4,55

Hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 1.10

c. Karakteristik berbeban
Contoh perhitungan pada percobaan berbeban dengan mengambil data
pertama, sebagai berikut :
Diketahui :
P = 400 W
Vg = 330 V
Ig = 4,1 A
I1 = 4,9 A
I2 = 4,9 A
I3 = 4,1 A
Vp = 360 V
1. Menghitung faktor data (cos )
I1 + I2 + I3 4,9+ 4,9 + 4,1
I= = = 4,63 A
3 3

P 400
cos = = 3360x 4,63 = 0,14
3Vx I

2. Menghitung daya generator atau daya beban motor


Pg = Vg x Ig
= 330 x 4,1
= 1353 W

Hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 1.11


1.16 TABEL HASIL ANALISA DATA

Tabel 1.8 Hasil analisa data pada percobaan beban nol dari tegangan fasa
terendah sampai tegangan fasa terendah.
V0 I0 P0 R0 X0
No cos
(V) (A) (Watt) () ()
1 30 6,4 80 0,24 11,25 4,69
2 60 2,78 120 0,42 30 21,65
3 90 2,3 130 0,36 62,31 39,19
4 120 1,73 140 0,39 102,81 69,48
5 150 1,65 150 0,35 150 91,02
6 180 1,75 160 0,29 202,5 102,94
7 210 2 180 0,25 245 105,05
8 240 2,27 200 0,21 288 105,76
9 270 2,67 230 0,18 316,69 165,34
10 300 3,1 270 0,17 333,33 170,47
11 330 3,67 310 0,15 351,29 106,47
12 360 4,93 370 0,12 350,27 73,03

Tabel 1.9 Hasil analisa data pada percobaan beban nol dari tegangan fasa
tertinggi sampai tegangan fasa terendah.
V0 I0 P0 R0 X0
No cos
(V) (A) (Watt) () ()
1 330 3,77 320 0,15 340,31 87,54
2 300 3,13 290 0,18 310,35 95,86
3 270 3,03 250 0,18 291,6 89,13
4 240 2,3 210 0,22 274,29 104,38
5 210 1,92 250 0,29 220,5 109,44
6 180 1,73 150 0,28 216 104,13
7 150 1,68 140 0,32 160,71 89,38
8 120 1,83 130 0,34 110,77 65,66
9 90 2,33 120 0,33 67,5 38,68
10 60 3,4 120 0,34 30 17,67
11 30 5,6 60 0,2 15 5,36
Tabel 1.10 Hasil analisa data pada percobaan hubung singkat

Vhs Ihs Phs Vn cos Ihsn Phsn Rek Xek Zek


No
(V) (A) (W) (V) (A) (W) () () ()
1 10 2,2 10 380 0,26 83,6 24779,04 2,07 8,91 4,55
2 20 4,17 30 380 0,21 79,23 18967,66 1,73 18,66 4,80
3 30 5,82 65 380 0,22 73,72 18488,98 1,92 27,85 5,16
4 40 7,65 110 380 0,21 72,68 17399,59 1,88 37,32 5,23
5 50 9,47 170 380 0,21 71,97 17229,62 1,90 46,67 5,28

Tabel 1.11 Hasil analisa data pada percobaan berbeban

VL
Vp P N Iek Vek Pg
No (V) cos
(V) (W) (rpm) (A) (V) (W)
1 360 210 400 2986 0,14 0,56 228 4,1
2 360 210 325 2971 0,09 0,56 228 6,1
3 360 210 300 2964 0,09 0,56 228 6,1
4 360 210 350 2950 0,06 0,56 228 7,8
5 360 207 150 2935 0,03 0,56 228 9,4
6 360 201 100 2926 0,02 0,56 228 10,7
7 360 204 125 2939 0,03 0,56 228 9,4
1.17 GRAFIK DAN PEMBAHASAN
a. Percobaan beban nol
400
350
300
Io
250
Po 200 Io

150 Po
Cos
100 Cos

50
0
0 100 200 300 400
Vo (V)

Grafik 1.1 Hubungan antara arus beban nol (Io), daya masukan (Po) dan
factor daya (cos ) terhadap tegangan (Vo) pada percobaan
beban nol.

b. Percobaan Hubung Singkat

180
160
140
120
Vhs 100
80 Vhs
Ihs
60 Phs
40
20
0
0 2 4 6 8 10
Ihs (A)

Grafik 1.2 Hubungan antara tegangan hubung singkat (Vhs) dan daya
(Phs) terhadap arus hubung singkat (Ihs) pada percobaan
hubung singkat.
0.3

0.25

0.2
Cos

0.15

0.1

0.05

0
0 2 4 6 8 10
Ihs (A)

Grafik 1.3 Hubungan antara arus hubung singkat (Ihs) terhadap faktor
daya (Cos ).

c. Percobaan Berbeban

2990

2980

2970
N (rpm)

2960

2950

2940

2930

2920
0 2 4 6 8 10 12
P (Watt)

Grafik 1.4 Hubungan antara putaran (N) terhadap daya beban (P) pada
percobaan berbeban.
Pembahasan
Berdasarkan grafik 1.1 terlihat bahwa daya masukan berbanding lurus dengan
tegangan. Dimana semakin besar nilai tegangan maka semakin besar pula nilai daya
masukan. Hal ini dapat dilihat dari daya masukan 80 Watt naik menjadi 120 Watt
pada tegangan 30 Volt sampai 60 Volt. Demikian seterusnya, sampai daya masukan
mencapai 370 Watt pada tegangan 360 Volt. Sedangkan, arus mengalami penurunan
dari 6,4 A sampai 1,65 A pada tegangan 30 Volt sampai 150 Volt kemudian
mengalami kenaikan dari 1,65 A sampai 4,93 A pada tegangan 150 Volt sampai
tegnangan 360 Volt. Hal ini dapat dikatakan bahwa tegangan pada 150 Volt sampai
360 Volt berbanding lurus dengan arus beban nol, dimana semakin besar tegangan
maka semakin besar pula arus beban nol. Faktor daya mengalami fluktuasi pada
tegangan 30 Volt sampai 120 Volt kemudian mengalami penurunan dari 0,39 sampai
0,12 pada tegangan 120 Volt sampai 360 Volt. Grafik 1.1 tersebut sesuai dengan
dengan kurva karakteristik beban nol yang mengatakan bahwa daya masukan dan
arus beban nol berbanding lurus dengan tegangan sedangkan faktor daya megalami
kenaikan kemudian mengalami penurunan pada tegangan tertentu.
Berdasarkan grafik 1.2 terlihat bahwa daya hubung singkat (Phs) dan tegangan
hubung singkat (Vhs) berbanding lurus dengan arus hubung singkat (Ihs), dimana
semakin besar arus hubung singkat (Ihs) maka semakin besar pula daya (Phs) dan
tegangan hubung singkat (Vhs). Hal ini dapat dilihat pada nilai daya hubung singkat
naik dari 10 Watt hingga 170 Watt pada tegangan 10 Volt sampai 50 Volt. Grafik 1.2
tersebut sesaui dengan kurva karekteristik yang mengatakan bahwa daya (Phs) dan
arus hubung singkat (Ihs) berbanding lurus dengan arus hubung singkat. Grafik
tegangan adalah linear sedangkan grafik daya hubung singkat adalah parabola.
Berdasarkan grafik 1.3 terlihat bahwa faktor daya mengalami fluktuasi. Hal
ini dapat dilihat faktor daya turun dari 0,26 menjadi 0,21 pada tegangan 10 Volt
sampai 20 Volt kemudian naik hingga mencapai 0,22 pada tegangan 30 Volt dan naik
lagi hingga mencapai 0,24 pada tegangan 40 Volt dan turun kembali menjadi 0,21
pada tegangan 0,21. Grafik 1.3 tersebut tidak sesuai dengan kurva karakteristik
hubung singkat yang mengatakan bahwa faktor daya (cos ) konstan terhadap
perubahan arus hubung singkat. Hal yang bisa meyebabkan adalah kesalahan dalam
pembacaan alat ukur, pemakaian alat yang tidak sesuai dan kesalahan penaksiran.
Berdasarkan grafik 1.4 terlihat bahwa putaran (N) berbanding terbalik dengan
daya beban dimana semakin besar daya beban (P) maka semakin besar pula tegangan
(V). Hal ini dapat dilihat daya beban 400 Watt turun menjadi 125 Watt pada putaran
2986 rpm sampai 2926 rpm dan kembali naik menjadi 125 Watt pada putaran 2939
rpm. Grafik 1.4 tersebut sesuai dengan kurva karektiristik berbeban yang mengatakan
bahwa putaran (N) berbanding terbalik dengan daya beban (P).

1.18 KESIMPULAN
1. Grafik hubungan antara arus beban nol (Io), daya masukan (Po) dan faktor
daya (cos ) terhadap tegangan (Vo) pada percobaan beban nol sesuai
dengan kurva karekteristik beban nol (Gambar 1.3)
2. Grafik 1.2 dan 1.3 hubungan antara tegangan hubung singkat (Vhs), daya
hubung singkat (Phs) dan faktor daya pada terhadap arus hubung singkat (Ihs)
pada percobaan hubung singkat tidak sesuai dengan kurva karakteristik
hubung singkat pada factor daya (cos ) (Gambar 1.5).
3. Grafik 1.4 hubungan antara putaran (N) terhadap daya beban (P) pada
percobaan berbeban sesuai dengan kurva karakteristik berbeban (Gambar
1.6).

Anda mungkin juga menyukai