Tabel 1.2 Data hasil pengukuran tahanan belitan dengan metode Voltmeter-
Amperemeter
Terminal Tegangan Arus NilaiTahanan
[V] [A] []
U1 U2 0,86 1,8 1 2 0,86 0,9
V1 V2 0,88 1,72 1 2 0,88 0,86
W1 W2 0,88 1,76 1 2 0,88 0,88
Tabel 1.3 Data hasil pengukuran tahanan belitan dengan metode Ohmmeter
Terminal Tahanan
[]
U1 U2 1,5
V1 V2 1,2
W1 W2 2,3
1.7 ANALISA DATA
a. Penjelasan mengenai name plate
1. Reted voltage 220/380 V artinya 220 V adalah tegangan 3 fasa V LL untuk
hubungan delta 380 V adalah tegangan VLL untuk hubungan bintang.
2. Rated Current 20,8/12 A artinya arus nominal pada tegangan 220 V adalah 20,8 A
sedangkan pada tegangan 380 V arus nominalnya adalah 12 A.
3. Rated Power 5,5 Kw artinya daya nominal yang dohasilkan motor dalam bentuk
energi mekanik berupa putaran pada poros adalah 5,5 Kw.
4. Rated Speed 2900 G/1 artinya putaran maksimal untuk motor asinkron rotor
sangkar adalah 2900 rpm.
5. Frequncy 50 Hertz artinya frekuensi motor asinkron rotor sangkar adalah 50 Hertz
Karena di Indonesia menggunakan frekuensi 50 Hertz.
6. Insulation F artinya jenis isolasi yang digunakan adalah isolasi tipe F. Isolasi ini
terdiri dari kombinasi atau material, seperti mika, serabut kaca, asbes dd, dengan
mengikat panas baik seperti kombinasi atau material lain, tidak harus tidak
tersusun teratur, yang menerima test dapat ditunjukkan untuk menjadi operasi pada
kelas F temperature material memiliki suatu derajat tingkat stabilitas yang
berkenaan dengan panas yang membiarkan mereka untuk dioperasikan pada suatu
temperature 25C yang lebih tinggi dibanding kelas B material.
7. Cos 0,89 artinya Cos dari motor asinkron rotor sangkar adalah 0,89 lagging.
Tabel 1.4 Data hasil percobaan beban nol dari tegangan fasa terendah sampai
tegangan fasa tertinggi.
Tegangan Input
I1 I2 I3 P N
Teg.Fasa Teg.line
No (A) (A) (A) (W) (rpm)
(V) (V)
1 30 18 6,4 6,4 6,4 80 364
2 60 42 3,2 2,2 2,95 120 2877
3 90 48,5 2,4 2,4 2,1 130 2940
4 120 78 2,1 2,1 1 140 2972
5 150 97,5 2,05 2,1 0,8 150 2979
6 180 114 2,05 2,2 1 160 2989
7 210 127,5 2,10 2,5 1,4 180 2991
8 240 145,5 2,4 2,8 1,6 200 2992
9 270 166,5 2,7 3,2 2,1 230 2990
10 300 183 3,1 3,8 2,4 270 2994
11 330 201 3,5 4,4 3,1 310 2995
12 360 216 4,9 5,7 4,2 370 2990
Tabel 1.5 Data hasil percobaan beban nol dari tegangan fasa tertinggi sampai
tegangan fasa terendah.
Tegangan Input
I1 I2 I3 P N
Teg.Fasa Teg.line
No (A) (A) (A) (W) (rpm)
(V) (V)
1 330 201 3,9 4,4 3 320 2996
2 300 186 3,3 3,6 2,5 290 2992
3 270 168 3,8 3,3 2 250 2990
4 240 147 2,5 2,8 1,6 210 2989
5 210 130,5 2,25 2,6 1 200 2984
6 180 111 2,1 2,1 1 150 2982
7 150 90 2,05 2,1 0,9 140 2976
8 120 63 2,1 2,1 1,3 130 2964
9 90 57 2,4 2,4 2,2 230 2937
10 60 39 3,5 3,5 3,2 120 2836
11 30 18 5,7 5,7 5,4 60 106,2
Tabel 1.6 Data hasil percobaan hubung singkat
Tegangan Input
I1 I2 I3 P
No Teg.fasa Teg.line
(A) (A) (A) (W)
(V) (V)
1 10 5,77 2,3 2,3 2 10
2 20 11,55 4,2 4,3 4 30
3 30 17,,32 5,9 6,05 5,5 65
4 40 23,09 4,5 7,6 7,65 110
5 50 28,87 9,1 9,15 9,15 170
V0 = 30 V
I1 = 6,4 A
I2 = 6,4 A
I3 = 6,4 A
Hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 1.8 dan 1.9
b. Karakteristik hubung singkat
Pada percobaan hubung singkat dengan mengambil contoh perhitungan pada
data pertama :
Diketahui :
Phs = 10 W
Vhs =10 V
I1 = 2,3 A
I2 = 2,3 A
I3 = 2 A
1. Menghitung faktor daya (cos )
I1 + I2 + I3 2,3 + 2,3 + 2
Ihs = = = 2,2 A
3 3
Phs 10
cos hs =
3Vhsx Ihs
=
310x 2,2
= 0,26 A
= 2,07
5. Menghitung nilai reaktansi ekivalen (Xek)
Vhs
2 +Ihs2 Phs2
Xek = 2
Ihs
384
= 4,84
=79,34
= 8,91
c. Karakteristik berbeban
Contoh perhitungan pada percobaan berbeban dengan mengambil data
pertama, sebagai berikut :
Diketahui :
P = 400 W
Vg = 330 V
Ig = 4,1 A
I1 = 4,9 A
I2 = 4,9 A
I3 = 4,1 A
Vp = 360 V
1. Menghitung faktor data (cos )
I1 + I2 + I3 4,9+ 4,9 + 4,1
I= = = 4,63 A
3 3
P 400
cos = = 3360x 4,63 = 0,14
3Vx I
Tabel 1.8 Hasil analisa data pada percobaan beban nol dari tegangan fasa
terendah sampai tegangan fasa terendah.
V0 I0 P0 R0 X0
No cos
(V) (A) (Watt) () ()
1 30 6,4 80 0,24 11,25 4,69
2 60 2,78 120 0,42 30 21,65
3 90 2,3 130 0,36 62,31 39,19
4 120 1,73 140 0,39 102,81 69,48
5 150 1,65 150 0,35 150 91,02
6 180 1,75 160 0,29 202,5 102,94
7 210 2 180 0,25 245 105,05
8 240 2,27 200 0,21 288 105,76
9 270 2,67 230 0,18 316,69 165,34
10 300 3,1 270 0,17 333,33 170,47
11 330 3,67 310 0,15 351,29 106,47
12 360 4,93 370 0,12 350,27 73,03
Tabel 1.9 Hasil analisa data pada percobaan beban nol dari tegangan fasa
tertinggi sampai tegangan fasa terendah.
V0 I0 P0 R0 X0
No cos
(V) (A) (Watt) () ()
1 330 3,77 320 0,15 340,31 87,54
2 300 3,13 290 0,18 310,35 95,86
3 270 3,03 250 0,18 291,6 89,13
4 240 2,3 210 0,22 274,29 104,38
5 210 1,92 250 0,29 220,5 109,44
6 180 1,73 150 0,28 216 104,13
7 150 1,68 140 0,32 160,71 89,38
8 120 1,83 130 0,34 110,77 65,66
9 90 2,33 120 0,33 67,5 38,68
10 60 3,4 120 0,34 30 17,67
11 30 5,6 60 0,2 15 5,36
Tabel 1.10 Hasil analisa data pada percobaan hubung singkat
VL
Vp P N Iek Vek Pg
No (V) cos
(V) (W) (rpm) (A) (V) (W)
1 360 210 400 2986 0,14 0,56 228 4,1
2 360 210 325 2971 0,09 0,56 228 6,1
3 360 210 300 2964 0,09 0,56 228 6,1
4 360 210 350 2950 0,06 0,56 228 7,8
5 360 207 150 2935 0,03 0,56 228 9,4
6 360 201 100 2926 0,02 0,56 228 10,7
7 360 204 125 2939 0,03 0,56 228 9,4
1.17 GRAFIK DAN PEMBAHASAN
a. Percobaan beban nol
400
350
300
Io
250
Po 200 Io
150 Po
Cos
100 Cos
50
0
0 100 200 300 400
Vo (V)
Grafik 1.1 Hubungan antara arus beban nol (Io), daya masukan (Po) dan
factor daya (cos ) terhadap tegangan (Vo) pada percobaan
beban nol.
180
160
140
120
Vhs 100
80 Vhs
Ihs
60 Phs
40
20
0
0 2 4 6 8 10
Ihs (A)
Grafik 1.2 Hubungan antara tegangan hubung singkat (Vhs) dan daya
(Phs) terhadap arus hubung singkat (Ihs) pada percobaan
hubung singkat.
0.3
0.25
0.2
Cos
0.15
0.1
0.05
0
0 2 4 6 8 10
Ihs (A)
Grafik 1.3 Hubungan antara arus hubung singkat (Ihs) terhadap faktor
daya (Cos ).
c. Percobaan Berbeban
2990
2980
2970
N (rpm)
2960
2950
2940
2930
2920
0 2 4 6 8 10 12
P (Watt)
Grafik 1.4 Hubungan antara putaran (N) terhadap daya beban (P) pada
percobaan berbeban.
Pembahasan
Berdasarkan grafik 1.1 terlihat bahwa daya masukan berbanding lurus dengan
tegangan. Dimana semakin besar nilai tegangan maka semakin besar pula nilai daya
masukan. Hal ini dapat dilihat dari daya masukan 80 Watt naik menjadi 120 Watt
pada tegangan 30 Volt sampai 60 Volt. Demikian seterusnya, sampai daya masukan
mencapai 370 Watt pada tegangan 360 Volt. Sedangkan, arus mengalami penurunan
dari 6,4 A sampai 1,65 A pada tegangan 30 Volt sampai 150 Volt kemudian
mengalami kenaikan dari 1,65 A sampai 4,93 A pada tegangan 150 Volt sampai
tegnangan 360 Volt. Hal ini dapat dikatakan bahwa tegangan pada 150 Volt sampai
360 Volt berbanding lurus dengan arus beban nol, dimana semakin besar tegangan
maka semakin besar pula arus beban nol. Faktor daya mengalami fluktuasi pada
tegangan 30 Volt sampai 120 Volt kemudian mengalami penurunan dari 0,39 sampai
0,12 pada tegangan 120 Volt sampai 360 Volt. Grafik 1.1 tersebut sesuai dengan
dengan kurva karakteristik beban nol yang mengatakan bahwa daya masukan dan
arus beban nol berbanding lurus dengan tegangan sedangkan faktor daya megalami
kenaikan kemudian mengalami penurunan pada tegangan tertentu.
Berdasarkan grafik 1.2 terlihat bahwa daya hubung singkat (Phs) dan tegangan
hubung singkat (Vhs) berbanding lurus dengan arus hubung singkat (Ihs), dimana
semakin besar arus hubung singkat (Ihs) maka semakin besar pula daya (Phs) dan
tegangan hubung singkat (Vhs). Hal ini dapat dilihat pada nilai daya hubung singkat
naik dari 10 Watt hingga 170 Watt pada tegangan 10 Volt sampai 50 Volt. Grafik 1.2
tersebut sesaui dengan kurva karekteristik yang mengatakan bahwa daya (Phs) dan
arus hubung singkat (Ihs) berbanding lurus dengan arus hubung singkat. Grafik
tegangan adalah linear sedangkan grafik daya hubung singkat adalah parabola.
Berdasarkan grafik 1.3 terlihat bahwa faktor daya mengalami fluktuasi. Hal
ini dapat dilihat faktor daya turun dari 0,26 menjadi 0,21 pada tegangan 10 Volt
sampai 20 Volt kemudian naik hingga mencapai 0,22 pada tegangan 30 Volt dan naik
lagi hingga mencapai 0,24 pada tegangan 40 Volt dan turun kembali menjadi 0,21
pada tegangan 0,21. Grafik 1.3 tersebut tidak sesuai dengan kurva karakteristik
hubung singkat yang mengatakan bahwa faktor daya (cos ) konstan terhadap
perubahan arus hubung singkat. Hal yang bisa meyebabkan adalah kesalahan dalam
pembacaan alat ukur, pemakaian alat yang tidak sesuai dan kesalahan penaksiran.
Berdasarkan grafik 1.4 terlihat bahwa putaran (N) berbanding terbalik dengan
daya beban dimana semakin besar daya beban (P) maka semakin besar pula tegangan
(V). Hal ini dapat dilihat daya beban 400 Watt turun menjadi 125 Watt pada putaran
2986 rpm sampai 2926 rpm dan kembali naik menjadi 125 Watt pada putaran 2939
rpm. Grafik 1.4 tersebut sesuai dengan kurva karektiristik berbeban yang mengatakan
bahwa putaran (N) berbanding terbalik dengan daya beban (P).
1.18 KESIMPULAN
1. Grafik hubungan antara arus beban nol (Io), daya masukan (Po) dan faktor
daya (cos ) terhadap tegangan (Vo) pada percobaan beban nol sesuai
dengan kurva karekteristik beban nol (Gambar 1.3)
2. Grafik 1.2 dan 1.3 hubungan antara tegangan hubung singkat (Vhs), daya
hubung singkat (Phs) dan faktor daya pada terhadap arus hubung singkat (Ihs)
pada percobaan hubung singkat tidak sesuai dengan kurva karakteristik
hubung singkat pada factor daya (cos ) (Gambar 1.5).
3. Grafik 1.4 hubungan antara putaran (N) terhadap daya beban (P) pada
percobaan berbeban sesuai dengan kurva karakteristik berbeban (Gambar
1.6).