Disusun oleh :
i
LEMBAR PENGESAHAN PRODI
ii
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN
iii
SURAT PERINTAH KERJA PRAKTEK
iv
SURAT KETERANGAN SELESAI KERJA PRAKTEK
v
ABSTRACT
vi
INTISARI
Kata kunci : Gardu Induk, Pemeliharaan, Relai Distance, Sistem Proteksi, Uji
Karakteristik
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-NYA penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas laporan Kerja Praktek
(KP). Laporan Kerja Praktik ini berjudul “Pengujian Karakteristik Relai Distance Pada
Proteksi Sistem Transmisi GI Manisrejo Bay Mranggen 1”.
Penulisan laporan kerja praktek ini, merupakan hasil pengamatan terhadap
penggunaan relai proteksi pada penghantar GI Manisrejo-Mranggen 1, khususnya
membahas pengujian relai distance. Hal – hal yang lebih jelasnya lagi dibahas dalam
laporan ini.
Terwujudnya penulisan laporan ini pada hakekatnya merupakan pertolongan
dari Allah SWT. Namun demikian, laporan ini pun selesai berkat bantuan dari
berbagai pihak yang telah memberikan dorongan, semangat, bantuan, serta
bimbingannya. Untuk itu pada kesempatan ini, dengan rasa tulus dan kerendahan
hati, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Ma’un Budiyanto, S.T, M.T selaku Ketua Program Studi Diploma
Teknologi Listrik UGM, Departemen Teknik Elektro dan Informatika,
SekolahVokasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
2. Bapak Ir. Lukman Subekti, M.T. selaku dosen pembimbing kerja praktek yang
telah memberikan bimbingan dan masukan yang sangat membangun.
3. Bapak I Made Sugata Merta selaku Manajer PT PLN APP Madiun.
4. Bapak Eko Supriyanto selaku Asisten Manager Pemeliharaan Aset Basecamp
Madiun.
5. Bapak Syaiful Anam selaku Supervisor HAR PRO di PT PLN (Persero) APP
Madiun – Base Camp Madiun.
6. Pak Bambang, Mas Bayu, Mbak Damai, dan Mas Aqhsa selaku pembimbing
lapangan di PT PLN (Persero) APP Madiun – Base Camp Madiun.
7. Pak Gun Prasetyo selaku pihak yang membantu proses administrasi laporan dan
pelaksanaan kerja praktek.
8. Bapak Susanto dan Ibu Evy Susanti selaku Orang tua saya yang selalu
memberikan Do’a, dukungan, serta segala aspek menuju kesuksesan dalam
hidup saya.
viii
ix
Penulis
DAFTAR ISI
x
xi
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar GI, GIS, dan GITET di Wilayah Kerja APP MadiunTabel 1Daftar GI,
GIS, dan GITET di Wilayah Kerja APP Madiun ........................................................... 23
Tabel 3.1 Pengelompokan SIRTabel 2Pengelompokan SIR .......................................... 35
Tabel 4.1 Peralatan Kerja..............................................................................................49
Tabel 4. 2 Alat Kerja ...................................................................................................... 50
Tabel 4. 3 Perlengkapan K3............................................................................................ 52
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap mahasiswa harus memiliki kesiapan dalam menghadapi keprofesianalan
pekerjaannya yang sesuai dengan bidang yang digelutinya untuk dapat terjun
kedunia kerja setelah lulus kuliah. Banyak sekali hal yang menjadi hambatan bagi
seseorang yang belum mengalami pengalaman kerja untuk terjun ke dunia
pekerjaan, seperti halnya ilmu pengetahuan yang diperoleh di kampus bersifat
statis (pada kenyataannya masih kurang adaptif atau kaku terhadap kegiatan-
kegiatan dalam dunia kerja yang nyata), teori yang diperoleh belum tentu sama
dengan praktik kerja di lapangan dan keterbatasan waktu dan ruang yang
mengakibatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh masih terbatas sehingga Kerja
Praktik digunakan sebagai bentuk agenda dari Universitas yang berguna bagi
mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari di kampus agar dapat
diterapkan di dunia kerja atau industri.
Pemilihan tempat kerja praktik mahasiswa harus dapat menyesuaikan dengan
arah produksi suatu perusahaan atau tempat kerja industri agar sesuai dengan
bidang keahlian yang ditekuni oleh mahasiswa saat di kampus. Program studi
Teknologi Listrik, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, mempelajari
tentang pola pengoperasian dalam teknik transmisi dan distribusi listrik. Alasan
tersebut mendasari PT PLN (Persero) APP Madiun menjadi pilihan sebagai
tempat pelaksanaan kerja praktik yang dapat digunakan untuk menambah ilmu
dan pengalaman.
Dibutuhkan sistem proteksi pada gardu induk untuk menjaga ketersediaan
listrik. Hal ini menjadi inspirasi untuk mengambil topik laporan di bidang proteksi
khususnya relai proteksi. Salah satu relai proteksi yang akan dibahas dalam
laporan kerja praktik ini adalah relai jarak (distance relay) yang digunakan
sebagai pengaman utama pada penghantar di gardu induk.
14
15
C. Manfaat
1. Bagi Perguruan Tinggi
Sebagai tambahan referensi khususnya mengenai perkembangan teknologi
informasi dan industri di Indonesia yang dapat digunakan oleh pihak-pihak
yang memerlukan serta mampu menghasilkan berbagai lulusan yang handal
dan memiliki pengalaman di bidangnya serta dapat membina kerja sama yang
baik antara lingkungan akademis dengan lingkungan kerja.
2. Bagi Perusahaan
Hasil analisa dan penelitian yang dilakukan selama kerja praktik dapat
menjadi bahan masukan bagi perusahaan untuk menentukan kebijaksanaan
perusahaan di masa yang akan datang.
16
3. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui secara lebih mendalam tentang gambaran
kondisi nyata dunia kerja sehingga nantinya diharapkan mampu menerapkan
ilmu yang telah didapat dalam aktivitas industri.
D. Batasan Masalah
Batasan masalah ini disusun untuk membatasi lingkup permasalahan dari topik
yang dimuat agar tidak terjadi perluasan dalam pembahasan yang mengakibatkan
kerancuan dan salah penafsiran. Pembahasan hanya dibatasi tentang pengujian
karakteristik relai jarak (distance relay) pada penghantar di Gardu Induk
Manisrejo bay Mranggen 1.
Batasan masalah yang disajikan penulis dalam laporan kerja praktik ini
meliputi:
1. bagaimana prinsip kerja dan fungsi distance relay,
2. bagaimana spesifikasi dari distance relay dan gangguan arus hubung singkat
yang terjadi pada penghantar yang menyebabkan distance relay bekerja,
3. mengetahui cara melakukan setting pengujian individu distance relay yang
sesuai dengan kebutuhan di lapangan ketika gangguan di luar maupun di dalam
daerah yang dilindungi, dan
4. mengetahui cara pengujian karakteristik distance relay sebelum dipasang pada
Gardu Induk.
E. Jadwal Pelaksanaan
Kerja praktek ini dilaksanakan dengan keterangan sebagai berikut
Nama Instansi/Perusahaan : PT PLN (Persero) TJBTB – APP Madiun–
Basecamp Madiun
Tanggal : 11 Juni – 10 Agustus 2017
Alamat Perusahaan : Jl. Thamrin, Oro-oro Ombo, Kartoharjo, Kota
Madiun, Jawa Timur, 63119
Telepon : (0351) 454355
17
F. Metodologi Penulisan
Metode yang dipakai pada penulisan laporan kerja praktik sebagai berikut.
a. Metode Literature
Metode ini dilakukan dengan cara melihat referensi dari buku maupun internet
untuk keperluan dasar teori, spesifikasi dan analisa pembahasan.
b. Metode Lapangan
Metode ini dilakukan dengan cara melihat, mengamati dan memahami secara
langsung di lapangan dengan bimbingan teknisi.
c. Metode Wawancara
Dalam metode ini penulis memperoleh data melalui wawancara, diskusi dan
tanya jawab dengan pembimbing lapangan, teknisi dan teman magang yang
mengetahui banyak tentang masalah yang dibicarakan.
G. Sistematika Penulisan
Pada bagian ini dijelaskan susunan penulisan setiap bab dan sistematika
penulisan yang dilakukan. Berikut ringkasan mengenai isi masing-masing bab
dimana penulisan laporan kerja praktik pada PT PLN (Persero) APP Madiun –
Basecamp Madiun dibagi lima bab, yaitu.
1. BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang, maksud dan tujuan, manfaat,
batasan masalah, jadwal pelaksanaan, metodologi penulisan, serta sistematika
penulisan.
2. BAB II : PROFIL PERUSAHAAN
Bab ini membahas tentang sejarah singkat PT PLN (Persero), profil APP
Madiun – Basecamp Madiun, struktur organisasi APP Madiun – Basecamp
Madiun, visi misi TJBTB (Transmisi Jawa Bagian Timur dan Bali), wilayah
kerja APP Madiun, serta fungsi, tugas pokok APP Madiun, dan proses bisnis
APP Madiun.
3. BAB III : LANDASAN TEORI
Bab ini membahas tentang filosofi, proteksi penghantar dan distance relay
dengan beberapa sub bab.
18
19
20
Tabel 2.1 Daftar GI, GIS, dan GITET di Wilayah Kerja APP MadiunTabel 1Daftar GI, GIS, dan GITET di Wilayah
Kerja APP Madiun
1. GI Manisrejo 1. GI Banaran
2. GI Dolopo 2. GI Pare
3. GI Ponorogo 3. GI Tulungagung
4. GI Nganjuk 4. GI Paciran
5. GI Ngawi 5. GI Trenggalek
6. GI Tanjung Awar-awar 6. GI Surya Zig-zag
7. GI Tuban 7. GI Kertosono
8. GI Mliwang 8. GI Jayakertas
9. GI Caruban 9. GI Blitar
10. GI Kerek 10. GI Babat
11. GI Tuban 3 11. GI Gudang Garam
12. GI Bojonegoro 12. GI Lamongan
13. GI Pacitan 13. GI Jombang
14. GI Magetan 14. GI Babat
15. GI Mranggen 15. GITET Kediri
16. GI PLTA Golang
17. GI PLTA Giringan
18. GI PLTA Ngebel
19. GIS PLTU Pacitan
20. GITET Ngimbang
24
27
28
ii. Selektif
Sistem proteksi harus mampu menentukan daerah kerjanya dan atau fasa
yang terganggu secara tepat. Peralatan dan sistem proteksi hanya
memisahkan bagian dari jaringan yang sedang terganggu. Zona proteksi
harus tepat dan memadai untuk memastikan bahwa hanya bagian yang
terganggu yang dipisahkan dari sistem pada saat terjadi gangguan atau
kondisi abnormal.
iii. Andal
Kemungkinan suatu sistem proteksi dapat bekerja benar sesuai fungsi yang
diinginkan dalam kondisi dan jangka waktu tertentu (IEV 448-12-05).
Proteksi diharapkan bekerja pada saat kondisi yang diharapkan terpenuhi
dan tidak boleh bekerja pada kondisi yang tidak diharapkan (SPLN T5.002-
1: 2010). Keandalan sistem proteksi terbagi dua yaitu.
Keterpercayaan (Dependability): derajat kepastian suatu sistem proteksi
tidak mengalami gagal kerja pada kondisi yang diperlukan dalam jangka
waktu tertentu (SPLN T5 002-1 2010). Pemilihan keterpercayaan
(dependability) dan keterjaminan (security) harus diperhatikan dalam
desain sistem proteksi. Pemilihan keterpercayaan mempertimbangkan
level tegangan sistem dan pentingnya peralatan yang diproteksi.
Keterpercayaan dapat diperoleh dan ditingkatkan dengan:
- duplikasi proteksi utama dan/atau proteksi cadangan untuk
mengantisipasi kegagalan proteksi utama,
- duplikasi proteksi utama dengan prinsip operasi yang sama dengan
skema proteksi yang berbeda (Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik
Jawa-Madura-Bali 2007),
- pemisahan relai proteksi utama dan proteksi cadangan secara fisik,
- proteksi cadangan lokal,
- proteksi cadangan jauh,
- pemisahan rangkaian sekunder transformator arus dan transformator
tegangan untuk proteksi utama dan proteksi cadangan, dan
- pemisahan sistem power supply DC untuk proteksi utama di level
tegangan 500kV.
31
B. Proteksi Penghantar
1. Proteksi Utama dan Cadangan
Sistem proteksi suatu peralatan karena berbagai macam faktor dapat mengalami
kegagalan operasi. Berdasarkan hal tersebut maka proteksi dapat dibagi dalam
dua kelompok, yaitu.
i. Proteksi Utama
Proteksi utama adalah proteksi yang menjadi prioritas pertama untuk
membebaskan/mengisolasi gangguan atau menghilangkan kondisi tidak
normal di sistem tenaga listrik (IEV 448-11-13) (SPLN T5.002-1: 2010).
ii. Proteksi Cadangan
Proteksi cadangan adalah proteksi yang akan bekerja ketika gangguan pada
sistem tenaga listrik tidak dapat dibebaskan/diisolasi oleh proteksi utama
(SPLN T5.002-1: 2010). Proteksi cadangan terdiri dari proteksi cadangan
lokal dan proteksi cadangan jauh. Proteksi cadangan lokal adalah proteksi
32
yang akan bekerja ketika gangguan pada sistem tenaga listrik tidak dapat
dibebaskan/diisolasi oleh proteksi utama di tempat yang sama. Contoh: relai
arus lebih atau Over Current Relay (OCR). Proteksi cadangan jauh adalah
proteksi yang akan bekerja ketika gangguan pada sistem tenaga listrik tidak
dapat dibebaskan/ diisolasi oleh proteksi utama di tempat yang lain. Contoh
: Z2 relai jarak (distance relay). Koordinasi waktu dibuat sedemikian hingga
proteksi cadangan jauh bekerja lebih dahulu dari proteksi cadangan lokal.
Walau dimungkinkan bahwa proteksi cadangan jauh akan bekerja lebih
efektif dari proteksi cadangan lokal, tetapi hal ini tetap harus diusahakan
agar tidak terjadi pemadaman lebih luas. Waktu tunda proteksi cadangan
lokal cukup lama sehingga mungkin sekali mengorbankan kestabilan sistem
demi keselamatan peralatan. Dengan demikian berarti pula bahwa proteksi
cadangan lokal adalah cadangan terakhir pada seksi yang berdekatan demi
keselamatan peralatan. Saat ini di sistem 500kV belum
mengimplementasikan OCR sebagai proteksi cadangan. OCR hanya
dipasang sebagai pengaman sistem dengan mekanisme Load Shedding.
2. Gangguan Penghantar
Untuk keperluan proteksi, penghantar didefinisikan mulai dari lokasi circuit
breaker (CB) atau peralatan pemutus lainnya yang berfungsi mengisolir
penghantar dari sistem lainnya. Penghantar ini termasuk Disconnecting Switch
Line (DS Line), konduktor, kabel bawah tanah dan peralatan apparatus
(termasuk line trap, series capacitors, shunt reactors, dan autotransformers)
yang terdapat antara kedua circuit breaker (IEEE 37.113.1999). Saluran
transmisi dapat berupa saluran udara, saluran kabel maupun kombinasi dari
keduanya. Saluran transmisi udara menggunakan proteksi saluran udara,
saluran transmisi kabel menggunakan proteksi saluran kabel. Saluran transmisi
yang terdiri dari kombinasi antara saluran kabel dan saluran udara, maka
digunakan proteksi saluran kabel atau proteksi yang terpisah antara kabel dan
saluran udara.
i. Gangguan pada sistem saluran udara
Gangguan pada saluran udara dibagi atas tiga kategori (NPAG, Edition May
2011).
33
Transien
Semi permanen
Permanen
Sebanyak 70-90 % dari gangguan pada saluran udara adalah transien (IEEE
Power Systems Relaying Committee; Automatic Reclosing of Transmission
Lines; IEEE Transactions, Vol. PAS-103, Feb. 1984).
ii. Penyebab gangguan pada Saluran Udara Tegangan Tinggi
Petir
Layang-layang
Pohon
Kelembaban
Polutan (Garam, limbah industri petrokimia, pasir besi)
Binatang
Broken Conductor
iii. Penyebab gangguan pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi
Penggalian tanah
Overload
Oil Leakage
Aging/umur
Sebagian besar gangguan pada saluran udara adalah gangguan temporer
sehingga untuk mempertahankan kontinuitas penyaluran digunakan
autorecloser, sedangkan pada saluran kabel gangguan yang terjadi adalah
gangguan yang bersifat permanen sehingga tidak diperlukan penerapan
autorecloser.
3. Persyaratan Pemakaian Relai
Pemakaian relai penghantar di sistem Jawa Bali harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut.
i. Pola proteksi yang diterapkan dalam saluran penghantar tegangan ekstra
tinggi menggunakan 2 (dua) Line Protection (LP) berupa distance relay dan
Tele Proteksi (TP) yang identik, disebut LP(a) dan LP(b). Pada setiap LP
terdapat Directional Earth Fault Relay (DEF) sebagai komplemennya.
34
ii. Pola proteksi yang diterapkan dalam saluran penghantar tegangan tinggi
harus dilengkapi proteksi utama dan proteksi cadangan. Fungsi proteksi
utama harus terpisah secara hardware dengan fungsi proteksi cadangan
lokal mulai dari pasokan Directional Comparison (DC) sampai dengan
tripping coil PMT satu kesatuan hardware (misalnya autorecloser,
recorder dan lainnya).
iii. Terpisah secara hardware dengan fungsi proteksi cadangan lokal mulai
dari pasokan Directional Comparison (DC) sampai dengan tripping coil
PMT satu kesatuan hardware (misalnya autorecloser, recorder dan
lainnya). Untuk sistem satu setengah PMT, autorecloser untuk satu bay
penghantar berupa satu buah autorecloser eksternal (terpisah secara
hardware dengan proteksi utama) atau dapat menggunakan autoreclose
internal relai proteksi utama saluran dengan syarat inisiate autoreclose
dari salah satu relai proteksi utama (LP–a) atau relai proteksi utama
(LP–b).
iv. Untuk sistem Double busbar dan Single busbar, autorecloser untuk
satu bay penghantar dapat dipasang dengan hardware tersendiri
maupun digabung dengan relai jarak/relai diferensial penghantar (relai
yang menginisiasi autorecloser) dan synchrocheck.
.
4. Proteksi Utama pada Saluran Transmisi
Adapun faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis relai penghantar adalah
panjang saluran transmisi yang didasarkan pada perbandingan impedansi
sumber terhadap impedansi saluran yang diproteksi (Source to line Impedance
Ratio/SIR). SIR menunjukkan kekuatan sistem yang akan diproteksi, semakin
kecil SIR berarti semakin kuat sumber yang memasok saluran transmisi
tersebut. Pengelompokan SIR sebagai berikut:
35
Pada asplikasinya, untuk saluran panjang dan saluran sedang digunakan relai
jarak sementara untuk saluran pendek digunakan relai differensial penghantar.
Proteksi utama saluran transmisi terdiri atas proteksi relai jarak dan proteksi
relai differensial. Untuk proteksi utama di sistem 500 kV diprioritaskan
menggunakan relai differensial penghantar.
36
C. Distance Relay
Relai jarak atau distance relay adalah relai penghantar yang prinsip kerjanya
berdasarkan pengukuran impedansi penghantar. Impedansi penghantar yang
dirasakan oleh relai adalah hasil bagi tegangan dengan arus dari sebuah sirkit.
Relai ini mempunyai ketergantungan terhadap besarnya SIR dan keterbatasan
sensitivitas untuk gangguan satu fasa ke tanah. Relai ini mempunyai beberapa
karakteristik seperti mho, quadrilateral, reaktans, adaptive mho dan lain-lain.
Sebagai unit proteksi relai ini dilengkapi dengan pola teleproteksi seperti PUTT
(Permissive Underreach Transfer Trip), POTT (Permissive Overreach Transfer
Trip) dan blocking. Jika tidak terdapat teleproteksi maka relai ini berupa step
distance saja. (SPLN T5.002-2:2010)
Relai jarak sebagai proteksi utama mempunyai fungsi lain yaitu sebagai proteksi
cadangan jauh (remote backup) untuk penghantar di depan maupun belakangnya
(Zone-2, Zone-3, Zone-3 reverse). Relai ini biasanya dilengkapi dengan elemen
power swing blocking untuk mencegah malakerja relai akibat ayunan daya (power
swing). Relai jarak mengukur tegangan pada titik relai dan arus gangguan yang
terlihat dari relai, dengan membagi besaran tegangan dan arus, maka impedansi
sampai titik terjadinya gangguan dapat ditentukan. Perhitungan impedansi dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑉𝑓 (3.1)
𝑍𝑓 =
𝐼𝑓
Dimana,
Zf : Impedansi gangguan (Ohm)
Vf : Tegangan gangguan (Volt)
If : Arus gangguan (Amp)
bila nilai impedansi gangguan lebih besar dari pada impedansi setting relai
maka relai tidak trip.
ii. Quadrilateral
Ciri-ciri:
karateristik quadrilateral merupakan kombinasi dari 3 macam komponen
yaitu : reactance, berarah dan resistif,
dengan seting jangkauan resistif cukup besar maka karakteristik relai
quadrilateral dapat mengantisipasi gangguan tanah dengan tahanan tinggi
38
Pola Blocking
Pola ini umumnya dioperasikan/diterapkan pada distance relay
sebagai proteksi untuk saluran transmisi pendek. Untuk kedepannya
disarankan
41
Jika saluran yang diamankan jauh lebih panjang dari saluran seksi
berikutnya maka akan terjadi Z2max < Z2min. Pada keadaan demikian untuk
mendapatkan selektivitas yang baik, maka zone-2 = Z2min dengan seting
waktunya dinaikkan satu tingkat (t2 = 0.8 detik) , seperti terlihat pada
gambar di bawah ini :
A. Relai Distance
Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa relai distance digunakan
sebagai pengaman utama (main protection) pada SUTT/SUTET dan sebagai
backup untuk seksi didepan. Relai jarak bekerja dengan mengukur besaran
impedansi (Z) transmisi dibagi menjadi beberapa daerah cakupan yaitu zone-1,
zone-2, zone-3, serta dilengkapi juga dengan Tele Proteksi (TP) sebagai upaya agar
proteksi bekerja selalu cepat dan selektif di dalam daerah pengamanannya.
44
45
Relai jarak mengukur tegangan pada titik relai dan arus gangguan yang terlihat
dari relai, dengan membagi besaran tegangan dan arus, maka impedansi sampai
titik terjadinya gangguan dapat di tentukan. Perhitungan impedansi dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑉𝑓
𝑍𝑓 = 𝐼𝑓 (4.1)
Dimana,
Zf = Impedansi (Ohm)
Vf = Tegangan (Volt)
If = Arus gangguan (Amp)
Relai jarak akan bekerja dengan cara membandingkan impedansi gangguan yang
terukur dengan impedansi setting, dengan ketentuan :
1. Bila harga impedansi ganguan lebih kecil dari pada impedansi setting relai maka
relai akan trip.
2. Bila harga impedansi ganguan lebih besar dari pada impedansi setting relai maka
relai tidak akan trip.
1. Data Loader
3. Tool set
4. Contact Cleaner
48
5. Kuas Halus
6. Lap Majun
1. DRTS ISA 64
2. DC Power Supply
49
3. Replika PMT
4. Distance Relay
5. Kabel jumper
6. Obeng
iii. Perlengkapan K3
Selain peralatan kerja dan alat kerja juga diperlukan perlengkapan K3 untuk
mendukung terlaksananya pengujian. Dalam pengujian karakteristik
diperlukan beberapa perlengkapan K3 yang digunakan untuk pengaman
pelaksana pengujian karakteristik distance relay selama proses pengujian
tersebut
50
Tabel 4. 3 Perlengkapan K3
1. Helm Proyek
2. Sepatu Safety
3. Kacamata Safety
4. Sarung tangan
5. Wearpack
51
v. Berikut ini adalah penjelasan modul hardware dari tegangan dan arus dari
DRTS ISA 64.
Setelah itu maka pilih OK, sehingga akan tampil program seperti gambar
4.8.
Pengujian akan menggunakan template dari alat uji. Lalu klik menu (Misal
pengujian yang akan dilaksanakan adalah Rele Quadramho).
Digital input untuk GPS dan Contact (sett kontak disesuaikan dengan input
kontak yang ditarik) sedangkan input GPS di setting 5 V pada C5-C8.
ix. Setelah pengaturan selesai lalu memilih menu Test Selection. Kemudian
memilih pengujian Intertrip GPS, kemudian klik YES.
xi. Setelah itu dapat langsung menguji sekaligus atau satu persatu tergantung
kesepakatan dengan GI lawan.
xiii. Keluar dari software dan mematikan power alat uji, lalu mencabut semua
kabel lead yang terhubung pada relsi dan kembalikan relai ke tempat
semula.
xiv. Mengemas peralatan kerja dan membersihkan lokasi pekerjaan.
D. Analisis Data
Berikut ini merupakan data hasil pengujian karakteristik distance relay yang
dilaksanakan pada hari Senin tanggal 16 Juli 2018. Pengujian dilaksanakan dalam
rangka penggantian distance relay pada GI Manisrejo bay Mranggen 1. Pengujian
ini dilaksanakan oleh staff dari pemeliharaan proteksi (Har Proteksi) yang terdapat
di Basecamp Madiun.
Dari data hasil uji dalam lampiran maka dapat dilihat spesifikasi dari distance
relay yang diuji seperti merk relai, tipe relai dan nomor serial relai. Berdasarkan
hasil uji tersebut maka terlihat bahwa terdapat tabel setting impedansi dan setting
timer masing-masing zone yaitu zone-1, zone-2, dan zone-3 dengan nilai yang
berbeda-beda. Nilai tersebut dapat dihitung berdasarkan persamaan dalam masing-
masing zone yang mengacu pada Buku Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi
Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali.
Dengan persamaan tersebut maka dapat dihitung nilai setting impedansi yang
terdapat pada distance relay khususnya di Gardu Induk Manisrejo bay Mranggen 1
sehingga ketika pengujian berlangsung kita dapat membandingkan nilai setting
impedansi dan setting timer dengan hasil pengujian. Untuk menghitung nilai setting
impedansi maka diperlukan data-data lain yang terdapat pada setting relai
Manisrejo bay Mranggen 1. Berikut perhitungan sehingga menghasilkan nilai
setting impedansi di masing-masing zone. Data yang diperlukan untuk perhitungan:
Tabel 4.4 Data perhitungan
Z 0.2175 + j0.3871 Ω/km
L 22.92 km
CT 400/5 A
PT 66/0.11 kV
𝑍𝐿 = √4,98512 + 𝑗8,87232
𝑍𝐿 = √103,5689
𝑍𝐿 = 10,1769
Dengan sudut,
𝑗𝑋
∠ = 𝑎𝑟𝑐 tan 𝑅 (4.3)
8.8723
∠ = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛
4.9851
∠ = 60.67°
Jadi, nilai impedansi penghantar adalah
𝑍𝐿 = 10,1769∠60,67°
Setelah mengetahui impedansi penghantar maka dapat dihitung setting impedansi di
masing-masing zone dengan ketentuannya masing-masing, yaitu:
a. Zone-1
𝑍1 = 0,8 𝑥 𝑍𝐿 (4.4)
𝑍1 = 0,8 𝑥 10,1769∠60,67°
𝑍1 = 8,1415∠60,67°
8,1415∠60,67°
𝑍1 =
𝑃𝑇
𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐶𝑇
8,1415∠60,67°
𝑍1 =
600
80
8,1415∠60,67°
𝑍1 =
7,5
𝑍1 = 1,0855∠60,67° Ω
59
b. Zone-2
𝑍2 = 1,2 𝑥 𝑍𝐿 (4.5)
𝑍2 = 1,2 𝑥 10,1769∠60,67°
𝑍2 = 12,2123∠60,67°
12,2123∠60,67°
𝑍2 =
𝑃𝑇
𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐶𝑇
12,2123∠60,67°
𝑍2 =
600
80
12,2123∠60,67°
𝑍2 =
7,5
𝑍2 = 1,6283∠60,67° Ω
c. Zone-3
𝑍3 = 1,86 𝑥 𝑍𝐿 (4.6)
𝑍3 = 1,86 𝑥 10,1769∠60,67°
𝑍3 = 18,9290∠60,67°
18,9290∠60,67°
𝑍3 =
𝑃𝑇
𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐶𝑇
18,9290∠60,67°
𝑍3 =
600
80
18,9290∠60,67°
𝑍3 =
7,5
𝑍3 = 2,5239∠60,67° Ω
Dari hasil perhitungan diatas maka dapat dilihat bahwa hasil perhitungan sama
dengan setting impedansi yang terdapat pada data hasil uji relai. Maka selanjutnya
untuk setting timer.
Untuk setting timer, terdapat penyetelan waktu kerja yang berbeda-beda disetiap
zone. Hal tersebut disebabkan karena relai tidak dapat bekerja pada waktu yang
bersamaan. Jadi di masing-masing zone harus terdapat delay waktu beberapa detik.
Setting timer di masing-masing zone sudah terdapat patokan tersendiri untuk
penyetelannya. Hal ini tidak dapat dijelaskan karena yang mengetahui penyetelan
timer adalah bagian Enjinering. Berikut setting timer di masing-masing zone yaitu:
60
a. Zone-1 = 0 detik
b. Zone-2 = 0.4 detik
c. Zone-3 = 1.6 detik
Jadi jika terjadi gangguan maka relai yang bekerja adalah relai pada bagian
zone-1 terlebih dahulu karena memiliki waktu tunda 0 detik pada saat gangguan
terjadi. Jika relai zone-1 gagal untuk bekerja maka selanjutnya relai yang bekerja
adalah zone-2 dengan waktu tunda 0.4 detik setelah gangguan terjadi, begitu juga
zone-3 yang akan bekerja jika zone-2 gagal bekerja dengan waktu tunda 1.6 detik
setelah gangguan terjadi. Jika relai zone-1 sudah bekerja maka relai zone-2 maupun
zone-3 tidak perlu bekerja lagi.
Dari data hasil uji maka dapat dilihat bahwa antara nilai setting impedansi dan
setting timer dengan nilai hasil pengujian impedansi dan pengukuran waktu tidak
memiliki perbedaan nilai yang besar atau relatif sama. Hal ini dapat dibuktikan
dengan nilai faktor kesalahan di masing-masing zone antara lain.
a. Faktor kesalahan impedansi masing-masing zone
Zone 1
1,093 − 1,086
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝑥 100%
1,086
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = 0,64%
Zone-2
1,63 − 1,625
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝑥 100%
1,63
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = 0,3%
Zone-3
2,524 − 2,524
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝑥 100%
2,524
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = 0%
b. Faktor kesalahan waktu pengukuran masing-masing zone
Zone-1
Faktor kesalahan dalam zone-1 ini tidak dapat dihitung karena nilai setting
waktu pengukurannya sebesar 0 detik. Jadi berapapun nilai hasil
61
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pembahasan laporan kerja
praktek dengan judul “Pengujian Karakteristik Distance Relay Pada Proteksi
Sistem Transmisi GI Manisrejo Bay Mranggen 1” adalah sebagai berikut:
1. Pengujian karakteristik distance relay merupakan proses kegiatan untuk menjaga
kontinyuitas dalam peralatan dan menyakinkan peralatan relai atau pengaman
yang ada di Gardu Induk Manisrejo bay Mranggen 1 bekerja dengan baik.
2. Berdasarkan perhitungan dan pengujian impedansi dan waktu pengukuran maka
distance relay ini dalam keadaan baik dan dapat bekerja optimal.
3. Distance relay akan bekerja jika impedansi yang terukur kurang dari setting
impedansi.
4. Distance relay dibagi menjadi beberapa daerah cakupan pengaman yaitu zone-1,
zone-2, dan zone-3 yang memiliki setting impedansi sebagai berikut (pada GI
Manisrejo bay Mranggen 1):
Zone-1 = 1.086 Ω
Zone-2 = 1.63 Ω
Zone-3 = 2.524 Ω
B. Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari hasil pembahasan laporan kerja praktek
dengan judul “Pengujian Karakteristik Distance Relay pada Proteksi Sistem
Transmisi GI Manisrejo Bay Mranggen 1” adalah sebagai berikut:
1. Dalam melakukan pengukuran distance relay harus sesuai dengan buku instruksi
kerja ataupun buku manual untuk meminimalisir kerusakan alat uji,
meningkatkan keamanan dan keselamatan, serta mendapatkan hasil uji yang
maksimal sehingga akurat untuk dijadikan bahan analisis distance relay tersebut.
2. Dalam melakukan segala operasi pembangkit tenaga listrik semestinya petugas
melakukan pekerjaannya sesuai dengan standar PLN yang telah dibuat.
62
44
63
PT. PLN (Persero). 2013. Buku Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan
Gardu Induk. Jakarta: PT. PLN (Persero).
PT. PLN (Persero). 2014. Buku Instruktur Kerja Pengujian Relay Distance. Jakarta:
PT. PLN (Persero).
Sekar, Damai. 2017. Rekomendasi Penerapan Selective Ground Relay (50g) Sebagai
Main Protection Gangguan 1 Phasa-Tanah pada Sistem 70 KV di GI Ponorogo
dan GI Dolopo: PT PLN (Persero) Transmisi Jawa Bagian Timur dan Bali Area
Pelaksana Pemeliharaan (APP) Madiun.
64
44
LAMPIRAN
1.
2.
65
44
66