(Instansi Kerja Praktik : PT . PLN (Persero) UPT Semarang Gardu Induk Pudak Payung)
Disusun oleh:
Denyk Erawati
3.31.16.2.04
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Praktik
Kerja Lapangan ini. Adapun laporan ini ditujukan untuk memenuhi tugas sebagai
syarat dalam pembuatan Tugas Akhir nanti. Laporan ini dibuat dengan maksud
untuk menguraikan gambaran pekerjaan yang telah dilakukan selama Praktik
Kerja Lapangan di kantor PT PLN (Persero) UPT Semarang Gardu Induk 150 kV
Pudak Payung (GIS) dengan judul laporan PKL ini adalah “Pengukuran Tahanan
Kontak PMS Pengapit Kopel Dalam Rangka Pemeliharaan 2 Tahunan Bay Kopel
Gardu Induk 150 kV Mranggen”.
Dalam penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan ini, penulis banyak
mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ir. Supriyadi M.T. selaku Direktur Politeknik Negeri Semarang.
2. Dr. Amin Suharjono, S.T, M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Semarang.
3. Yusnan Badruzzaman S.T, M.Eng, selaku Ketua Program Studi Teknik
Listrik Politeknik Negeri Semarang sekaligus Dosen Pembimbing dalam
penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan.
4. Orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan dan motivasi
dalam penyelesaian Laporan Praktik Kerja Lapangan ini.
5. Bapak Rikardo Siregar, selaku Manajer PT. PLN (Persero) UPT
Semarang.
6. Bapak Galih Suryo selaku Manajer ULTG Semarang.
7. Bapak Arvian Widya Mukti selaku Supervisor Har GI yang telah
mengizinkan mengikuti pemeliharaan Gardu Induk.
8. Bapak Ian Bahri A.F., selaku Supervisor PT. PLN (Persero) UPT
Semarang Gardu Induk 150 kV Pudak Payung (GIS) sekaligus
iv
pembimbing lapangan yang senantiasa memberikan masukan dalam
permasalahan yang dihadapi.
9. Seluruh karyawan PT PLN (Persero) UPT Semarang Gardu Induk 150
kV Pudak Payung (GIS) dan Gardu Induk 150 kV Mranggen .
10. Teman-teman kelas LT-3C Politeknik Negeri Semarang.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis hingga terselesaikannya
laporan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan praktek kerja lapangan ini masih
terdapat banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun
diperlukan untuk kesempurnaan laporan ini. Penulis berharap agar laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang kiranya dapat
membantu demi kesempurnaan dari laporan PKL ini.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
2.5.1 Lokasi ............................................................................................... 8
2.5.2 Single Line Diagram ......................................................................... 9
2.5.3 Jumlah Peralatan ............................................................................. 10
2.5.4 Layout ............................................................................................. 11
2.5.5 Daftar Nama Karyawan .................................................................. 12
BAB III DASAR TEORI .............................................................................................. 13
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3 Layout Gardu Induk 150 kV Pudak Payung (GIS) .................................... 11
Gambar 4.1 Single Line Diagram Gardu Induk 150 kV Mranggen ................................ 27
Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengukuran Tahanan Kontak PMS Bus 1 .............................. 31
Gambar 4.4 Grafik Hasil Pengukuran Tahanan Kontak PMS Bus 2 .............................. 32
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Peralatan Gardu Induk 150 kV Pudak Payung (GIS) .......................... 10
Tabel 2.2 Tabulasi Penyulang Gardu Induk 150 kV Pudak Payung (GIS) .................... 11
Tabel 2.3 Daftar Karyawan Gardu Induk 150 kV Pudak Payung (GIS) ........................ 12
Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Tahanan Kontak PMS Bus 1 ..................................... 32
Tabel 4.2 Data Hasil Pengukuran Tahanan Kontak PMS Bus 2 ..................................... 32
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
pada bangku kuliah. Penulis memilih PT PLN (Persero) UPT Semarang
Gardu Induk 150 kV Pudak Payung (GIS) sebagai tempat Praktik Kerja
Lapangan karena perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang cukup
besar dan memiliki banyak kegiatan yang sesuai dengan bidang listrik.
1.2.2 Kegunaan
Adapun kegunaan diadakannya praktik kerja lapangan adalah:
a) Sebagai studi perbandingan antara teori dan Praktik yang telah
didapatkan di bangku perkuliahan dengan kenyataan yang
sebenarnya di dunia kerja.
b) Mengukur kemampuan atau keterampilan yang dimiliki serta
mendapatkan pengalaman atau keterampilan baru.
c) Mendapatkan data-data yang akan digunakan dalam penyusunan
laporan praktik kerja lapangan.
2
diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang tersebut. Sekaligus memberikan gambaran pekerjaan di bidang
ketenagalistrikan sebagai bekal untuk menghadapi dunia kerja pada masa
yang akan datang.
Praktik Kerja Lapangan memberikan manfaat bagi mahasiswa, pihak
perguruan tinggi, dan bagi instansi :
a. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan ilmu dan pengetahuan mahasiswa tentang dunia kerja di
bidang kelistrikan, serta menerapkan kemampuan dan teori dalam dunia
kerja.
b. Bagi Perguruan Tinggi
Mengembangkan hubungan kerjasama yang baik dengan instansi
pemerintah atau suatu perusahaan.
c. Bagi Instansi
Mendapat masukan berupa data hasil dari pengamatan dan pembetulan
yang dilakukan selama Praktik kerja lapangan.
3
mendapatkan data, karena Gardu Induk 150 kV Pudak Payung (GIS) pada
bulan Agustus 2018 sudah tidak ada pemeliharaan.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang Praktik kerja lapangan,
maksud dan manfaat praktik kerja lapangan, waktu pelaksanaan, ruang
lingkup, tujuan dan kegunaan praktik kerja lapangan, pembatasan masalah,
metodelogi perolehan data, dan sistematika penyusunan laporan.
4
BAB III : DASAR TEORI
Bab ini membahas tentang saluran udara tegangan tinggi (SUTT),
pengertian gardu induk 150 kV, pengertian bay kopel, pengertian serta cara
kerja pemisah sistem (PMS), serta pengertian tahanan kontak PMS yang
harus diukur saat pemeliharaan bay kopel.
BAB IV : PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang proses pemeliharaan dan pengujian PMS,
serta data PMS yang diukur dan hasil dari pengukuran tahanan kontak PMS
dengan beberapa kali percobaan pengukuran.
BAB V : PENUTUP
Bab ini membahas tentang kesimpulan dari pengukuran tahanan kontak
PMS dengan beberapa kali percobaan pengukuran yang telah dilakukan dan
saran untuk pengukuran dalam pemeliharaan untuk periode selanjutnya.
5
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
6
2.3 Visi, Misi dan Motto PT.PLN (Persero)
2.3.1 Visi
“Diakui sebagai Perusahaan kelas dunia yang tumbuh
berkembang.Unggul dan Terpercaya dengan Bertumpu pada Potensi
Insani.”
2.3.2 Misi
1. Melakukan bisnis kelistrikan dan bidang usaha lain yang terkait,
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan
pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan
kualitas hidup bermasyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
2.3.3 Motto
“Listrik Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik (Electricity for a
Better Live)”
7
Gambar 2.1 Jaringan sistem kelistrikan UPT Semarang
2.5 Profil PT PLN (Persero) UPT Semarang GI 150 kV Pudak Payung (GIS)
2.5.1 Lokasi
Kecamatan Banyumanik merupakan salah satu kecamatan yang
masuk dalam wilayah Kotamadya Semarang, diwilayah Kecamatan
Banyumanik inilah terdapat salah satu gardu induk yaitu gardu induk
Pudak Payung. Letak Gardu Induk Pudak Payung yang berada
dipinggir jalan raya utama Semarang-Ungaran.
Berdiri di atas tanah seluas 3950 m², Gardu Induk 150 kV Pudak
Payung (GIS ) masih bisa dikembangkan lagi jika dikemudian hari ada
penambahan bay baru. Gardu Induk 150 kV Pudak Payung (GIS)
adalah GIS yang mempuyai 6 bay terdiri dari 4 bay penghantar, 1 bay
transformator dan 1 bay kopel Gardu Induk 150 kV Pudak Payung
(GIS) mulai berdiri pada tahun 1997 dan mulai operasi pada 15
Februari 2000.
Gardu Induk 150 kV Pudak Payung (GIS) merupakan gardu
induk di wilayah kerja PT. PLN (Persero) UPT Semarang, setelah
beroperasi sekitar dua belas tahun (18 Tahun) Gardu Induk 150 kV
Pudak Payung (GIS) masih cukup andal dan mampu melayani
konsumen dengan baik.
8
Adapun identitas PT. PLN (Persero) UPT Semarang Gardu Induk 150
kV Pudak Payung (GIS) adalah sebagai berikut:
Nama : PT. PLN (Persero) UPT Semarang Gardu Induk
150 kV Pudak Payung (GIS)
Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan Kel. Pudak Payung
Kec. Banyumanik, Kodya Semarang, Jawa
Tengah
No. Telepon : 024 - 7470772
Jwots / PLC : 51194 / -
Alokasi IP : 10.6.132.151
Voip : 3044
PANDEANLAMPER UNGARAN
tower 01-33,33m-33a Tower 33a-33m,33-69
14,516 kM 10,912 kM
I ACSR 240/40 mm2 II II ACSR 240/40 mm2 I
Holec Trisep 800 - 1600/1 A Holec Trisep 800 - 1600/1 A Holec Trisep 800 - 1600/1 A Holec Trisep 800 - 1600/1 A
800 - 1600/1 A 800 - 1600/1 A 800 - 1600/1 A 800 - 1600/1 A
800 - 1600/1 A 800 - 1600/1 A 800 - 1600/1 A 800 - 1600/1 A
2000/1 A 2000/1 A 2000/1 A 2000/1 A
2000/1 A 2000/1 A 2000/1 A 2000/1 A
Holec Trisep Holec Trisep Holec Trisep Holec Trisep
1600 A 40 kA 1600 A 40 kA 1600 A 40 kA 1600 A 40 kA
Trafo I
Pouwels - 60 MVA
150 kV / 20 kV Trafo II
Imp: 12,78 % (Cadangan)
YNyn0(d11)
PT PLN (Persero)
200 - 400/1 A 200 - 400/1 A 200 -400 /1 A 1000-2000/1 A 200 - 4001 A 200-400 /1 A 200 - 400/1 A 200 - 400/1 A PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
REGION JAWA TENGAH DAN DIY
20 kV / V3
100 V / V3 Unit Pelayanan Transmisi Semarang
Trafo PS
200 kVA
GIS 150 kV PUDAKPAYUNG
20 / 0,4 kV Tanggal Digambar Diperiksa Disetujui Revisi
PDY.1 PDY.2 PDY.3 INC.I PDY.4 CAD PDY.6 CAD 16-12-2011 SUPRIYANTO JOKO SATOTO SUWADI 02
RJTD/FML/04-3028 File: \\OLDA1\D\Single Line Diagram\UPT Semarang\GIS Pudak Payung.ppt
9
Apabila kita melihat Single Line Diagram dari Gardu Induk 150
kV Pudak Payung (GIS) , tampak konfigurasi sistemnya
menggunakan 2 busbar. Konfigurasi dengan menggunakan 2 Busbar
(Double Phi) merupakan sistem yang bisa dikatakan cukup handal
karena mempermudah fleksibilitas dalam proses pengaturan sistem.
No Peralatan Jumlah
1 Transformator 1 unit
2 Transformator Arus 6 set
3 Transformator Tegangan 5 set
4 PMT ( Pemutus ) 6 set
5 PMS ( Pemisah (PMS Bus, PMS Line, PMS Tanah )) 24 set
6 Lightning Arrester 5 set
7 Batere 4 unit
8 Rectifier 4 set
9 SUTT 4 bay
10 Bus Bar 2 buah
Tabel 2.1 Daftar Peralatan Gardu Induk 150 kV Pudak Payung (GIS)
10
namun sudah ada pondasi. Kedua transformator tersebut memiliki
kapasitas seperti pada tabel berikut:
NO Penyulang In ( I Nominal )
I Transformator 1 Pauwel Belgium 60 MVA
1 Incoming 2000 / 1 A
2 Pudak Payung 1 400 / 1 A
3 Pudak Payung 2 400 / 1 A
4 Pudak Payung 3 400 / 1 A
5 Pudak Payung 4 400 / 1 A
6 Pudak Payung 6 400 / 1 A
7 Cadangan 400 / 1 A
8 Cadangan 400 / 1 A
9 PS GI 400 / 1 A
II Transformator 1 Pauwel Belgium 60 MVA
1 Kubikel 2000 / 1 A
Tabel 2.2 Tabulasi Penyulang Gardu Induk 150 kV Pudak Payung (GIS)
2.5.4 Layout
11
2.5.5 Daftar Nama Karyawan
No Nama Jabatan
5 Darmono Security
8 Arief Security
9 Rifai Security
Tabel 2.2 Daftar Karyawan Gardu Induk 150 kV Pudak Payung (GIS)
12
BAB III
DASAR TEORI
13
3.2 Gardu Induk 150 kV
Gardu Induk adalah suatu instalasi listrik mulai dari TET (Tegangan
Ekstra Tinggi), TT (Tegangan Tinggi) dan TM (Tegangan Menengah) yang
terdiri dari bangunan dan peralatan listrik. Pada prinsipnya penempatan
gardu induk memiliki kriteria tertentu dimana hal penempatan ini
berdasarkan kebutuhan (demand) beban yang semakin meningkat,
mendekati bahkan melebihi kemampuan Gardu Induk yang ada.
Gardu Induk Transmisi yaitu gardu induk yang mendapat daya dari
saluran transmisi untuk kemudian menyalurkannya ke daerah beban
(industri, kota, dan sebagainya). Gardu induk transmisi yang ada di PLN
adalah tegangan tinggi 150 kV dan tegangan tinggi 30 kV.
14
Parameter PMS yang harus diperhatikan adalah :
1. Kemampuan mengalirkan arus ( Arus Nominal = Ampere )
Kemampuan mengalirkan arus ditentukan oleh besarnya
penampang dua batang kontaktor, dengan demikian permukaan
sentuh dari keduanya sangat menentukan. Apabila sebagian
permukaan kontak terdapat kotoran (berkarat) akan sangat
mempengaruhi luasnya penampang dan dalam batas tertentu kontaktor
akan menjadi panas.
2. Kemampuan tegangan ( Rating Tegangan = kV )
Tegangan operasi PMS dapat dilihat dari kekuatan isolasinya.
Semakin tinggi tegangan akan semakin panjang/tinggi isolator
penyangga yang dipergunakan.
3. Kemampuan menahan Arus Hubung Singkat ( kA : Kilo Ampere )
Apabila terjadi hubung singkat, dimana arus hubung-singkat
berlipat kali arus nominalnya, dalam waktu singkat ( detik ) PMS
harus mampu menahan dalam batas yang diijinkan. Besaran
parameter tersebut dapat dibaca pada name plat yang terpasang pada
PMS.
Disamping itu parameter yang berkaitan dengan mekanik
penggerak adalah :
1. Tekanan udara kompresor (bila menggunakan tenaga penggerak
pneumatik).
2. Tekanan minyak hydrolik (bila menggunakan tenaga penggerak
hydrolik).
Penempatan PMS terpasang diantara sumber tenaga listrik dan
PMT (PMS bus) serta diantara PMT dan beban (PMS line atau kabel)
dilengkapi dengan PMS tanah (Earthing Switch). Umumnya antara
PMS line atau kabel dan PMS tanah terdapat alat yang disebut
interlock .
15
3.4.1 Komponen PMS
3.4.1.1 Struktur Mekanik
Terdiri dari struktur baja / besi / beton serta pondasi
sebagai dudukan / penopang struktur peralatan pemisah
yang terdiri dari :
a. Struktur baja / besi atau struktur beton
Adalah rangkaian besi / baja atau beton yang dibentuk
sedemikian rupa sehingga bentuk dan ukuran
disesuaikan dengan kebutuhan peralatan yang akan
dipasang yang berfungsi sebagai penyangga peralatan
pemisah.
b. Pondasi
Adalah bagian dari suatu sistem rekayasa teknik yang
mempunyai fungsi memikul beban luar yang bekerja
dan beratnya sendiri yang pada akhirnya
didistribusikan dan disebarkan pada lapisan tanah
serta batuan yang berada.
3.4.1.2 Isolasi
Komponen subsistem pada peralatan pemisah adalah
isolator, yang berfungsi sebagai isolasi dan pemegang
mekanis dari perlengkapan atau pengahantar yang dikenai
beda potensial.
16
b. Terminal Utama (klem)
Merupakan titik dambungan anatar PMS dengan
konduktor luar dan berfumgsi untuk mengalirkan
arus, dari atau ke konduktor luar.
3.4.1.4 Grounding
Fungsi dari grounding adalah untuk menghindari
bahaya dari tegangan sentuh bila terjadi gangguan atau
kegagalan isolasi pada peralatan/instalasi.
17
b. Tenaga Penggerak dengan Motor
Pengoperaian PMS ini dengan menggerakkan
lengan PMS melalui fasilitas penggerak dengan
motor.
18
3.4.1.7 Pisau Pentanahan
Pisau pentanahan berfungsi untuk mentanahkan
tegangan induksi atau tegangan sisa sesudah jaringan
diputus dari sumber tegangan. Pemisah tanah mempuyai
sistem interlock dengna pemisah penghantar dimana jika
pemisah dalam posisi masuk maka pemisah tanah posisi
keluar, begitu keluar sebaliknya.
19
c. PMS dapat di tutup ketika PMT dan Saklar pembumian terbuka.
d. PMT dapat ditutup hanya ketika PMS dalam kondisi telah
terbuka yang dioperasikan secara lokal.
20
Gambar 3.4 Single Line Penempatan PMS
2. Pemisah Putar
Pemisah yang memiliki dua buah kontak diam dan
dua buah kontak gerak yang dapat berputar pada
sumbunya.
21
3. Pemisah Siku
Pemisah ini tidak mempunyai kontak diam, hanya
terdapat dua kontak gerak yang mempunyai sudut 900.
PMS jenis ini biasanya terpasang pada Gardu Induk
150 kV.
4. Pemisah Luncur
Pemisah ini gerakan kontaknya ke atas – ke bawah
(vertikal) atau ke samping (horizontal).
22
5. Pemisah Panthograph
Pemisah ini mempunyai kontak diam yang terletak
pada rel dan kontak gerak yang terletak pada ujung
lengan panthograph. Jenis in banyak dioperasikan pada
sistem tegangan 500 kV.
23
3.4.6.1 Pengukuran Tahanan Kontak
Shutdown Measurement merupakan jenis pemeliharaan
dengan sistem pengukuran 2 tahunan dalam keadaan
peralatan tidak bertegangan (Offline). Pada PMS yang
terletak pada penghantar yaitu bay kopel, dilakukan
pemeliharaan preventif yakni selama 2 tahun sekali pada
bulan yang sama. Pengukuran yang dilakukan bertujuan
untuk mengetahui kondisi peralatan dengan menggunakan
alat ukur sederhana serta advanced yang dilakukan oleh
petugas pemeliharaan.
Salah satu dari jenis pemeliharaan shutdown
measurement ini adalah pengukuran tahanan kontak PMS.
Sambungan adalah dua atau lebih permukaan dari beberapa
jenis konduktor bertemu secara fisik sehingga arus/energi
listrik dapat disalurkan tanpa hambatan yang berarti.
Pertemuan dari beberapa konduktor menyebabkan suatu
hambatan/resistan terhadap arus yang melaluinya sehingga
akan terjadi panas dan menjadikan kerugian teknis. Rugi ini
sangat signifikan jika nilai tahanan kontaknya tinggi. Nilai
hambatan yang tinggi juga dapat menimbulkan hot spot pada
sambungan, dan jika nilai hot spot itu tinggi akan
menyebabkan kerugian teknis seperti melelehnya klamp
konduktor.
Tahanan kontak adalah tahanan yang berada diantara dua
konduktor yang saling terhubung satu sama lain. Selain
secara pemeliharaan secara fisik pemisah juga diukur
tahanannya dengan menggunakan alat yang bernama Micro
Ohm Meter. Tahanan kontak PMS diukur saat PMS tidak
berbeban. Dengan melihat rumus dibawah ini:
V= I . R (1)
Jika didapat kondisi tahanan kontak sebesar 1 Ω dan arus
yang mengalir adalah 100 A maka ruginya adalah
24
W= .R (2)
W = 10.000 watts
Dimana: V = Tegangan ( Volt )
R = Tahanan ( Ohm )
I = Arus ( Ampere )
Dengan menggunkan alat ukur Micro Ohm Meter.
Satuan yang digunakan untuk mengukur tahanan kontak
adalah μΩ. Hasil pengukuran tahanan kontak PMS juga
dipengaruhi oleh kebersihan permukaan isolator bushing,
suhu, faktor usia dan kelembaban udara disekitarnya. Pada
saat pengukuran tahanan kontak PMS, hasil pengukuran
tahanan kontak tersebut tidak boleh berada diangka lebih dari
100 μΩ. Jadi pemeliharaan tahanan kontak sangat diperlukan
sehingga nilainya memenuhi syarat nilai tahanan kontak.
25
tahanan maka akan diperoleh nilai tegangan jepit pada kontak tersebut yang
direspon oleh kabel tegangan yang kemudian ditansformasikan dalam
bentuk tahanan dengan satuan mikro ohm.
26
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas tentang proses pengukuran dan hasil
pengukuran dari tahanan kontak PMS bus 1 dan bus 2 pengapit kopel pada
pemeliharaan Bay Kopel Gardu Induk 150 kV Mranggen.
27
Tegangan Nominal : 170 kV
Arus Nominal : 2000 A
Digerakan Oleh : Motor
Frekuensi : 50 Hz
28
3. Pemasangan taging pada panel kontrol dan gembok pengaman
pada box PMT, PMS Line, PMS Bus dan PMS Tanah.
d. Membuat Pernyataan bebas Tegangan
e. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pemeriksaan tegangan.
2. Pemasangan pentanahan lokal pada PMS yang akan dipelihara
dan diukur.
3. Pengaman tambahan berupa gembok, lockpin dan memblokir
rangkaian kontrol dengan membuka MCB, Fuse atau Terminal.
4. Pemasangan taging, safety line dan rambu pengaman di
switchyard pada daerah bahaya dan daerah aman.
5. Posisikan kontak PMS menjadi posisi terbuka
6. Bersihkan isolator dan pisau / kontak PMS menggunakan sikat,
contact cleaner, sakapen, majun dan EJC.
7. Siapkan alat uji berupa Micro Ohm Meter yang sudah diberi
sumber listrik dan pasang 2 kabel yang menginjeksi arus ke
Terminal Utama kedua isolator PMS. Lalu pasang 2 kabel yang
menginjeksi tegangan ke pisau kontak PMS dengan jarak kabel
sesuai yang diinginkan.
8. Nyalakan alat uji Micro Ohm Meter dan setting arus yang
mengalir ke PMS sebesar 100 A. tekan tombol start pada Micro
Ohm Meter, tunggu beberapa saat dan lihat hasil dari tahanan
kontak yang diukur. Lalu catat hasil pengukurannya.
9. Matikan Micro Ohm Meter dan lepas semua kabel.
f. Pekerjaan Selesai
1. Melepas pentanahan lokal.
2. Melepas pengaman tambahan berupa gembok, lockpin dan
memblokir rangkaian kontrol dengan membuka MCB, Fuse atau
Terminal.
3. Melepas taging, safety line dan rambu pengaman di
switchyard pada daerah bahaya dan daerah aman.
4. Merapikan peralatan kerja.
29
g. Membuat Pernyataan Pekerjaan Selesai.
h. Pernyataan Instalasi siap diberi Tegangan.
Pengawas Manuver menyatakan kepada Dispatcher APB Jateng &
DIY bahwa instalasi listrik siap diberi tegangan.
i. Pelaksanaan Manuver Pemberian Tegangan
1. Melepas gembok pengaman pada PMS Line, PMS Rel dan PMS
Tanah.
2. Membuka PMS Tanah.
3. Melepas taging pada panel kontrol.
4. Memposisikan switch lokal / remot ke lokal.
j. Evaluasi
Setelah pekerjaan selesai, dilakukan evaluasi terkait dari hasil
pengukuran yang sudah didapat. Dari pengukuran tersebut, dapat
disimpulkan apakah PMS masih memenuhi standar untuk dioperasikan
dalam sistem transmisi atau tidak.
30
4.3 Data Hasil Pengukuran
8
6
4
2
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
31
Jarak Antar Kabel Tahanan (µΩ)
No Percobaan
Tegangan Phasa R Phasa S Phasa T
1 1 2 cm 6,68 5,71 11,16
2 2 4 cm 7,17 5,8 11,47
3 3 6 cm 7,5 6,17 11,62
4 4 8 cm 8,23 6,54 11,84
5 5 10 cm 8,7 6,93 12,28
6 6 12 cm 9,24 7,52 12,65
7 7 14 cm 9,6 7,91 12,84
8 8 16 cm 10,14 8,14 13,28
9 9 18 cm 10,7 8,7 13,6
10 10 20 cm 11 9 14
Tabel 4.2 Data Hasil Pengukuran Tahanan Kontak PMS Bus 2
10
8
6
4
2
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
32
4.4 Pembahasan Data Hasil Pengukuran
Setelah melakukan percobaan sebanyak 10 kali pada masing-masing
PMS yaitu PMS bus 1 dan bus 2, didapatkan 10 data yang tertera pada tabel.
Masing-masing percobaan memiliki rentang jarak 2 kabel tegangan berbeda-
beda.
Perbandingan antara panjang jarak antar kabel tegangan tersebut dengan
nilai tahanan kontak yang diukur dapat dilihat pada grafik. Dapat diartikan
bila ingin mengukur nilai tahanan kontak dengan maksimal, maka jarak antar
kabel tegangan pada ujung-ujung pisau/kontak PMS harus paling maksimal
pula. Semakin panjang jarak antar kabel tegangan, maka nilai tahanan
kontaknya semakin besar. Selain dipengaruhi oleh jarak antar kabel tegangan
tersebut, hasil pengukuran tahanan kontak PMS juga dipengaruhi oleh
kebersihan permukaan isolator bushing, suhu, faktor usia dan kelembaban
udara disekitarnya.
Dari hasil pengukuran PMS pada pemeliharaan 2 tahunan, semua kontak
PMS memiliki nilai tahanan kontak dibawah 100µΩ. Hal ini mengartikan
bahwa PMS masih memiliki kinerja yang baik karena memiliki tahanan yang
kecil yang membuat rugi-tugi tegangannya sedikit.
33
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DS) adalah suatu peralatan
sistem tenaga listrik yang berfungsi sebagai saklar pemisah rangkaian
listrik tanpa arus beban.
2. Shutdown Measurement merupakan jenis pemeliharaan dengan sistem
pengukuran 2 tahunan dalam keadaan peralatan tidak berbeban.
Pengukuran yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi peralatan
dengan menggunakan alat ukur Micro Ohm Meter. Salah satu dari jenis
pemeliharaan shutdown measurement ini adalah pengukuran tahanan
kontak PMS.
3. Pertemuan dari beberapa konduktor menyebabkan suatu hambatan/resistan
terhadap arus yang melaluinya sehingga akan terjadi kerugian teknis. Rugi
ini sangat signifikan jika nilai tahanan kontaknya tinggi. Nilai hambatan
yang tinggi juga dapat menimbulkan hot spot pada sambungan, dan jikai
nilai hot spot itu tinggi akan menyebabkan kerugian teknis seperti
melelehnya klamp konduktor.
4. Faktor dari hasil pengukuran tahanan kontak PMS besar adalah jarak antar
kabel tegangan, kebersihan permukaan isolator bushing, suhu, faktor usia
dan kelembaban udara disekitarnya.
5. Hasil dari 10 kali percobaan pengukuran PMS dengan jarak kabel
tegangan yang berbeda juga menghasilkan hasil tahanan kontak yang
berbeda. Mengukur tahanan kontak dengan meletakkan 2 kabel tegangan
dengan jarak maksimal akan menghasilkan tahanan kontak yang bernilai
besar.
6. Dari hasil pengukuran PMS pengapit kopel pada pemeliharaan 2 tahunan
Bay Kopel Gardu Induk 150 kV Mranggen, tahanan kontak PMS masih
memiliki nilai tahanan kontak dibawah 100µΩ. Hal ini mengartikan bahwa
PMS pengapit kopel pada bus 1 dan bus 2 masih memiliki kinerja yang
34
baik karena memiliki tahanan yang kecil yang membuat rugi-tugi
tegangannya sedikit.
5.2 Saran
1. Pada saat briefing sebelum melakukan pekerjaan, pengawas K3 dapat
lebih mengingatkan kembali tentang pentingnya suatu keselamatan kerja
pada saat di area Gardu Induk.
2. Pada saat PMS berlangsung, para personil yang melakukan pemeliharaan
harus melakukan pemeliharaan secara baik, hati-hati dan beruntut agar
dapat menghemat waktu saat melakukan pemeliharaan serta dapat
memperkecil kemungkinan terjadi kesalahan manuver.
3. Pengukuran tahanan kontak harus dilakukan secara rutin dan berkala agar
dapat melihat kesiapan dari PMS tersebut, selain itu juga agar tidak
menyebabkan banyak rugi tegangan.
35