Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T)
Disusun Oleh:
ALVIRA MANDAYANI
NPM.3332160029
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya,
shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Besar Muhammad
SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Laporan kerja praktik ini berjudul “Sistem Kendali Material Tracking Pusher
pada Furnace Bar mill menggunakan PLC Siemens S7-400 PT. Krakatau
Wajatama”.
Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan mata kuliah kerja praktik pada program studi S1 Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Selain itu,
diharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan akademik di
perkuliahan maupun dunia industri. Laporan ini disusun sebagai hasil kerja
praktik yang telah dilakusanakan di PT. Krakatau Wajatama periode 7 Januari
2019 sampai dengan 31 Januari 2019.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu selama kerja praktik berlangsung sampai dengan menyelesaikan
penyusunan laporan kerja praktik. Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa serta
dukungannya, baik materil maupun non materil.
2. Dr. Supriyanto., S.T., M.Sc. Selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Dr. Romi Wiryadinata, M. Eng. Selaku dosen pembimbing kerja praktik yang
telah membimbing penulis selama penyusunan laporan.
4. Muhammad Otong, S.T., M.T. Selaku koordinator kerja praktik Jurusan
Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Dr. Alimuddin, S.T., M.M., M.T. Selaku dosen pembimbing akademik.
6. Keluarga besar civitas akademika Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Bapak Yusuf selaku bagian Sumber Daya Manusia PT. Krakatau Wajatama.
iii
8. Bapak Husni Thamrin selaku Kepala Dinas Perawatan Listrik dan Instrument
PT. Krakatau Wajatama.
9. Bapak Samsul Hidayat selaku Seksi Instrumen PT. Krakatau Wajatama.
10. Bapak Safarudin, Bapak Diki, Bapak Imam, Bapak Fajar sebagai pembimbing
lapangan yang telah memberikan pengetahuan selama kerja praktik di PT.
Krakatau Wajatama sekaligus membantu penyusunan laporan.
11. Teh Mira dan Teh Pipit yang telah memberikan dukungan materil kepada
penulis.
12. Donni Yuantara Ramadhona selaku rekan kerja selama kerja praktik di di PT.
Krakatau Wajatama.
13. Teman-teman angkatan 2016 Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada
penulis.
14. Semua pihak yang telah membantu.
Mohon maaf apabila ada kekeliruan dalam hal penulisan pada laporan ini.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
menambah pengetahuan dan pemahaman. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi penulis serta pembacanya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
3.5 PLC (Programmable Logic Controller) ................................................. 15
3.5.1 Struktur PLC ................................................................................... 15
3.5.2 Model Pemrograman PLC............................................................... 16
3.5.3 Instruksi pada PLC .......................................................................... 17
3.6 Pengendali Motor Listrik 3 Fasa Menggunakan PLC ............................ 18
3.7 Solenoid Valve ........................................................................................ 19
3.8 Sistem Hidrolik....................................................................................... 20
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 21
4.1 Pengertian Material Handling pada Bar mill ......................................... 21
4.2 Proses Material Handling pada Bar mill ................................................ 21
4.3 Sistem Operasi pada Material Handling ................................................ 24
4.3.1 Control Remote ............................................................................... 24
4.3.2 Local................................................................................................ 26
4.4 HMI (Human Machine Interface) Material Handling pada Bar mill..... 26
4.4.1 HMI pada Pengoperasian Table dan Pusher ................................... 27
4.4.2 HMI pada Pengoperasian Pintu Furnace dan Ejector..................... 28
4.5 Wiring Pusher pada Furnace Bar mill ................................................... 28
4.6 Prinsip Kerja Pusher pada Furnace Bar mill ......................................... 29
4.7 Program PLC Pusher pada Furnace Bar mill ........................................ 32
4.7.1 Menyalakan Pompa Pusher............................................................. 32
4.7.2 Solenoid Pusher .............................................................................. 36
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 39
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 39
5.2 Saran ....................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 41
LAMPIRAN A Function Block Plc Siemens S7-400 ......................................... A-1
LAMPIRAN B Data Sheet Inductive Sensor ...................................................... B-1
LAMPIRAN C Form Kerja Praktik .................................................................... C-1
LAMPIRAN D Pertanyaan Audiens Saat Seminar ............................................. D-1
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
4
5
PT. Krakatau Steel (Persero) menjadi bagian BUMN (Badan Usaha Milik
Negara) sesuai keputusan Presiden No. 44 tanggal 28 Agustus 1989. Perusahaan
melakukan perluasan dengan membentuknya anak perusahan yang terdiri dari:
1. PT. Krakatau Wajatama,
2. PT. Krakatau Engineering
3. PT. Krakatau Tiara Industri,
4. PT. Krakatau Daya Listrik,
5. PT. Krakatau Bandar Samudra,
6. PT. KHI Pipe Industries,
7. PT. Krakatau Information Technology,
8. PT. Krakatau Latinusa,
9. PT. Krakatau Industrial Estate Company,
10. PT. Krakatau Medika [1].
PT. Krakatau Wajatama (Perusahaan) adalah perseroan terbatas yang
didirikan berdasarkan akte notaris Ny. R. Arie Soetardjo SH di Jakarta nomor: 96
tanggal 24 Juli 1992, dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-8933.HT.01.01.TH.92 tanggal 30
Oktober 1992 dan telah diumumkan dalam Tambahan No.6501 dari Berita Negara
Republik Indonesia No.100 tanggal 15 Desember 1992 [1].
Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan,
yaitu dengan Akta No: 75 tanggal 11 Agustus 2008 dari Notaris Imas Fatimah,
S.H., tentang perubahan seluruh anggaran dasar perusahaan untuk menyesuaikan
dengan undang-undang Nomor: 40 tahun 2007, tentang Perseroan Terbatas. Akta
perubahan ini telah disetujui oleh Menteri Hukum dan HAM RI berdasarkan Surat
Keputusan Nomor: AHU-71023.AH.01.02. Tahun 2008 tanggal 8 Oktober 2008
serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor: 17 tanggal 25
Februari 2010 tambahan Nomor: 2046. Perubahan terakhir dibuat berdasarkan
Akta Notaris No. 19 tanggal 27 Oktober 2009 dari Notaris Abdul Syukur,S.H.,
tentang jabatan dewan komisaris. Akta perubahan ini telah dilaporkan dan
diterima oleh Menteri Hukum dan HAM RI berdasarkan surat penerimaan
pemberitahuan perubahan anggaran dasar No: AHU-AH. 01.10-20524 tanggal 17
6
2.3 Pasar
1. Pasar produk baja tulangan antara lain:
a. Pembangunan property (apartment, hotel, mall, real estate),
b. Infrastruktur (fly over, jalan tol, pelabuhan, bandara, terminal bis,
irigasi),
c. Industri (pergudangan dan pabrik),
d. Utilities (power plant, substation, tpa,irigasi),
e. Pertambangan, Oil dan Gas (pabrik dan infrastrukturnya) [1].
2. Pasar produk baja profil antara lain:
a. Transmisi listrik,
b. Industri (pergudangan dan pabrik),
c. Tower atau Menara Seluler [1].
PT. Krakatau Wajatama juga punya core value atau nilai utama, yaitu BESI:
1. Berkepribadian mampu menunjukan sifat, sikap, karakter integritas pendirian
yang memiliki nilai positif sebagai tauladan bagi orang lain sesuai dengan
prinsip-prinsip kebeneran yang hakiki.
2. Etos kerja memiliki semangat tinggi dalam bekerja dengan cara benar untuk
perkembangan perusahaan.
3. Selaras mampu menciptakan, membina, dan menjaga keselarasan diri sendiri
baik di lingkungan internal maupun eksternal dalam rangka menciptakan
kondisi yang harmonis dan dinamis.
4. Improvement mampu menunjukkan inovasi dan kreasi yang berdampak pada
perubahan dan perkembangan diri dan perusahaan ke arah yang lebih baik
[1].
BAB III
LANDASAN TEORI
Umpan Balik
10
11
Bagian pokok dari motor listrik sama seperti bagian pokok dari generator, terdiri
dari dua kumpulan lilitan yang dililitkan pada atau ditanamkan kedalam celah-
celah dalm besi. Lilitan tersebut dieksitasi oleh arus bolak-balik atau arus searah.
12
Arus bolak-balik dibekalkan kepada satu lilitan (lilitan armatur) dan arus searah
dibekalkan kepada lilitan medan, maka motor tersebut dikenal sebagai motor
sinkron AC (Alternating Current). Motor DC (Direct Current) muncul apabila
arus searah dibekalkan kepada kedua-dua lilitan rotor dan stator (lilitan armatur
dan lilitan medan) [3].
sedang dideteksi terlalu kecil, terlalu ringan atau terlalu lunak untuk dapat
mengoperasikan mekanis saklar [4].
(a) (b)
(c)
Gambar 3.3 Sensor Proximity Induktif (a)Operasi Sensor Induktif (b)Fisik Barrel
(c)Aplikasi Tipikal [4]
14
Target yang mencapai sisi sensor memasuki medan elektrostatis yang dibentuk
oleh elektroda, sehingga menyebabkan kenaikan kapasitansi pada rangkaian dan
mulai berosilasi. Saklar proximity induktif dapat diaktifkan hanya dengan logam
dan tidak peka terhadap kelembapan, debu, kotoran, dan sejenisnya. Proximity
kapasitif dapat diaktifkan meskipun ada kotoran apa saja di lingkungannya [4].
15
PLC
Catu Daya
Pompa hidrolik bekerja dengan cara menghisap oli dari tangki hidrolik dan
mendorongnya ke dalam sistem hidrolik dalam bentuk aliran (flow). Aliran ini
yang dimanfaatkan dengan cara merubahnya menjadi tekanan. Tekanan dihasilkan
dengan cara menghambat aliran oli dalam sistem hidrolik. Hambatan ini dapat
21
21
22
2. Transfer Car
Billet ditempatkan di sebuah alat transporatsi yang disebut transfer car
untuk nantinya diantarkan menuju tempat produksi, kemudian diangkat oleh crane
magnetic menuju transfer table, seperti pada Gambar 4.2 di bawah ini.
Crane Magnetic
Transfer Car
3. Transfer Table
Konveyor bertugas sebagai transfer table dari area penyimpanan
sementara billet menuju roll table. Chain conveyor dapat dilihat pada Gambar 4.3
di bawah ini.
Jenis konveyor yang digunakan pada bar mill ini berjenis chain conveyor.
Bagian dari chain conveyor terdiri dari lima meja rantai dan motor hidrolik,
23
Gear Box
Motor AC 3
Fasa
(a) (b)
Gambar 4.4 Roll table (a)Bentuk Roll Table (b)Motor AC dan Gear Box
(a) (b)
Gambar 4.5 Pendorong Billet pada Bar Mill (a) Pusher pada Bar Mill (b) Ejector
pada Bar Mill
Komponen inti dari pusher yaitu piston hidrolik yang dihubungkan dengan
pusher yang di desain sedemikian rupa agar dapat mendorong masuk billet ke
dalam furnace. Pusher dilengkapi dengan sensor proximity inductive berfungsi
sebagai batas jarak maju dan mundur pusher. Billet yang posisinya telah sejajar
dengan ejector akan didorong keluar sampai ke stand 1 untuk di cetak.
Indikator
Pusher Forward
Transfer Table
Close
Door 2
Door 1
Ejector
Forward
Open Open
Back
depan stand 1. Kendali ejector menggunakan joystick untuk bergerak maju dan
mundur.
4.3.2 Local
Sistem operasi manual menggunakan local merupakan cara operator
mengendalikan jalannya material handling pada bar mill langsung di panel boks
yang ada di luar ruangan (outdoor), sehingga operator akan stand by di area panel
boks, terdiri atas push button dan selektor seperti pada Gambar 4.8 berikut ini.
Motor A/B
Remote/Local EmergencyStop
Hydraulic Pump On
Possible Charger
Solenoid
(a) (b)
Gambar 4.8 Box Panel (a)Bentuk Box Panel (b)Fungsi Box Panel
Gambar 4.8 yang merupakan box panel yang memiliki fungsi seleksi mode
remote atau local, selektor ini merupakan syarat utama yang harus di penuhi
sebelum beroperasinya alat-alat yang ada pada material handling. Selain itu,
terdapat fungsi seleksi pengoperasian motor A atau B. Push button solenoid
pusher berfungsi memberikan gerakan maju dan mundur. Push button hydraulic
pump untuk fungsi start dan stop. Indikator possible charger akan aktif jika posisi
billet telah menyentuh stopper dan telah siap didorong oleh pusher.
4.4 HMI (Human Machine Interface) Material Handling pada Bar mill
HMI (Human Machine Interface) pada material handling khususnya
digunakan sebagai tampilan penghubung antara operator yang ada di pulpit dan
mesin. HMI pada material handling area bar mill dapat dilihat pada Gambar 4.9
di bawah ini.
27
(a)
(b)
Gambar 4.9 HMI Material Handling pada Furnace Bar Mill (a)Tampilan HMI
Material Handling (b)Fungsi-Fungsi HMI Material Handling
untuk mengoperasikan pompa secara otomatis. Status pompa mana yang aktif
hasil dari pengoperasian local panel. Status charge possible indicator akan aktif
apabila posisi billet telah menyentuh stopper dan telah siap didorong oleh pusher.
Status fault (kerusakan) pada masing-masing alat akan aktif jika terjadi error.
Level Oli
(a) (b)
Gambar 4.11 Tangki Oli (a)Bentuk Tangki Oli (b)Level Oli
Tekanan oli akan melalui dua buah selang yang terhubung dengan piston,
masing-masing selang terdapat di bagian depan dan belakang piston hidrolik.
Selang bagian depan bertugas melakukan input dorongan mundur (backward)
sedangkan selang bagian belakang bertugas melakukan input dorongan maju
(forward). Gambar piston ditunjukkan pada Gambar 4.12 di bawah ini.
Selang Belakang
Selang Depan
Prinsip sistem kendali loop tertutup (close loop) terdapat umpan balik
berupa sensor yang berfungsi menunjukan atau mengembalikan hasil pencacatan
ke detektor sehingga bisa dibandingkan terhadap harga yang diinginkan. Harga
yang diinginkan agar pusher dapat bekerja maju (forward) yaitu posisi initial,
31
pusher harus menyentuh batas backward (mundur) terlebih dahulu, diagram blok
kendali pusher ditunjukkan pada Gambar 4.13 di bawah ini.
Umpan Balik
(a) (b)
Gambar 4.14 Sensor Proximity Induktif
Di bawah ini alur kinerja pusher berdasarkan prinsip kerja sensor proximity
induktif:
1. Dalam keadaan pusher stand by, metal menyentuh sensor proximity initial
backward.
2. Tombol forward pusher ditekan, Solenoid valve akan aktif, menyebabkan
tekanan oli yang akan mengalir melalui selang belakang, sehingga piston akan
mendorong pusher sampai billet masuk ke dapur (furnace) untuk proses
pemanasan sampai metal menyentuh proximity initial forward. Proximity ini
memiliki dua fungsi, yaitu sebagai batas dorongan pusher (forward), sekaligus
32
keduanya bersifat normally open (NO) jadi sebelum ada perlakuan lebih lanjut,
tidak memiliki arus listrik. Input 2 IN2 dengan alamat 118.5 merupakan selektor
untuk memilih pengoperasian motor melalui local dengan logika 0 (Loc=0) atau 1
untuk control remote (Rem=1) pada pulpit. Input 3 IN3 dengan alamat 125.2
merupakan pemilihan operasi motor melalui control desk dengan logika 0 (HW=0)
atau 1 untuk input HMI (HMI=1), sehingga keduanya dioperasikan dari pulpit.
Input 4 IN4 dengan alamat 119.0 merupakan lampu untuk mengetes operasinya
motor dari local panel di lapangan.
Output yang diinginkan untuk mengoperasikan pompa pusher yang
pertama kali yaitu pump out initial aktif ditandai dengan OUT17 alamat M2.5.
Beroperasinya pompa maka lampu indikator akan menyala, yaitu pada local di
lapangan dengan ouput OUT18 alamat Q7.0 serta indikator pompa pada control
desk di pulpit dengan output OUT19 alamat Q9, selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran A halaman A-1.
Input 5 IN5 merupakan lampu untuk mengetes operasinya motor dari
control desk di pulpit. Semua syarat dari input 0 sampai dengan 5 telah dipenuhi,
maka pengoperasian pompa dapat segera dimulai. Input 6 IN6 alamat 119.1
digunakan untuk start (memulai) pompa dengan input push button local panel di
lapangan. Input 7 IN7 alamat 119.2 berupa kontak normally close (NC) untuk
stop (mematikan) pompa pusher melalui push button local panel yang mana
kontaknya telah terhubung arus listrik, jadi saat tombol stop ditekan maka pompa
akan mati.
Input 8 IN8 alamat 125.7 digunakan untuk start (memulai) pompa
dengan input push button control desk di pulpit. Input 9 IN9 alamat 126.0 berupa
kontak normally close (NC) untuk stop (mematikan) pompa pusher melalui push
button control desk yang mana kontaknya telah terhubung arus listrik, jadi saat
tombol stop ditekan maka pompa akan mati. Input 10 IN10 alamat DB111 dengan
nomor digital DBX4.0 merupakan input start pompa melalui HMI, sedangkan
input 11 IN11 alamat DB111 dengan nomor digital DBX4.1 merupakan input stop
pompa melalui HMI. Input 13 IN13 alamat 114.4 merupakan acknowledge
(ACK) dari pompa 1 pusher, perintah ACK digunakan untuk pemberitahuan
failure atau kerusakan pada pompa 1, kontaknya berupa normally open (NO)
34
sehingga apabila ditekan maka pemberitahuan ini akan aktif. Begitupun untuk
pompa 2 alamat 114.6. Input 14 IN14 merupakan timer (waktu) untuk
mengaktifkan ACK saat terjadi failure. Input 15 IN15 menujukkan timer sebesar 5
detik saat ACK ditekan, setelah 5 detik berlalu maka timer-nya akan berhenti dan
akan menunggu jika terjadi error kembali. Function block untuk mengoperasikan
motor latching dapat dilihat pada lampiran A halaman A-3.
Pemilihan pompa mana yang akan dioperasikan dapat terbagi atas dua
cara, sebagai berikut:
a. Menyalakan Pompa A
Output OUT17 alamat M2.5 telah aktif maka pengoperasian pompa telah
siap. Namun untuk menggerakkan pusher disediakan dua motor pompa hidrolik
yang hanya dapat dioperasikan salah satunya saja. Program untuk mengoperasikan
pompa A dapat di lihat pada Gambar 4.15.
Gambar 4.15 diawali dengan alamat M2.5 normally open (NO) sehingga
ketika dialiri arus listrik baru akan aktif. Interlock dengan alamat 118.6 yang
merupakan selektor pemilihan motor A atau B di local panel yang mana untuk
mengoperasikan motor A dibutuhkan logika 1 ( A=0), sehingga kontaknya
normally open (NO). Interlock pusher pompa 1 alamat 114.5 tidak fault sehingga
kontaknya normally close (NC), karena jika terdapat fault maka kontaknya
langsung terputus atau berubah menjadi NO dan pompa 1 tidak dapat beroperasi.
Pompa A dapat dioperasikan apabila pompa B tidak fault ditandai alamat
114.7 dengan kontak NO sehingga pompa B tidak dapat terhubung arus listrik
35
jika sewaktu-waktu terjadi fault. Alamat M13.2 merupakan pusher initial saat
motor pompa telah beroperasi yaitu dengan tegangan dan breaker yang telah
masuk. Output telah operasinya pompa A dinyatakan dengan Q4.4 sebagai
midline output (#) berupa lampu dan output berupa DB111, digital output DBX4.2
pompa A telah beroperasi yang dapat dilihat pada HMI.
b. Menyalakan Pompa B
Output OUT17 alamat M2.5 telah aktif maka pengoperasian pompa telah
siap. Menggerakkan pusher disediakan dua motor pompa hidrolik yang hanya
dapat dioperasikan salah satunya saja. Program untuk mengoperasikan pompa B
pada Gambar 4.16.
Gambar 4.16 diawali dengan alamat M2.5 normally open (NO) sehingga
ketika dialiri arus listrik baru akan aktif. Interlock dengan alamat 118.6 yang
merupakan selektor pemilihan motor A atau B di local panel yang mana untuk
mengoperasikan motor B dibutuhkan logika 1 ( B=0), sehingga kontaknya
normally close (NC). Interlock pusher pompa 2 alamat 114.7 tidak fault sehingga
kontaknya normally close (NC), karena jika terdapat fault maka kontaknya
langsung terputus atau berubah menjadi NO dan pompa 2 tidak dapat beroperasi.
Pompa B dapat dioperasikan apabila pompa A tidak sedang fault ditandai
alamat 114.5 dengan kontak NO sehingga pompa A tidak dapat terhubung arus
listrik jika sewaktu-waktu ada fault. Alamat M13.2 merupakan pusher initial saat
motor pompa telah beroperasi yaitu dengan tegangan dan breaker yang telah
masuk. Output telah operasinya pompa B dinyatakan dengan Q4.5 sebagai
36
midline output (#) berupa lampu dan output berupa DB111, digital output DBX4.3
pompa B telah beroperasi yang dapat dilihat pada HMI.
Gambar 4.17 terdapat alamat M13.4 merupakan set dari OUT17 yang
sebelumnya berada di network 5 untuk memberikan perintah forward pusher,
sehingga kontak normally open (NO) pada alamat ini akan menjadi normally close
(NC) jika diberikan sinyal set. Perintah set yang diinginkan adalah pusher dapat
bergerak maju, tentunya solenoid menginstruksikan forward. Untuk memberikan
perintah pusher forward dapat dilakukan dengan menekan push button pada local
panel alamat 119.3, selain itu dapat melalui control desk alamat 126.1 dan HMI
alamat DB111 digital DBX4.4 yang ada di pulpit. Input dengan alamat M1.0
merupakan set reset saat pusher telah bekerja forward, lebih lanjutnya set forward
dapat dlihat pada program di bawah ini Gambar 4.18.
37
Limit switch aktif, piston akan berhenti sehingga perintah pusher mundur
aktif. Alamat M1.0 sama dengan alamat reset karena berfungsi mematikan
perintah set, sehingga perintah maju akan berhenti. Perintah pusher selama
bergerak mundur dapat dilihat pada program network 9 di bawah ini, pada
Gambar 4.19 dan Gambar 4.20.
5.1 Kesimpulan
Kerja praktik yang telah dilaksanakan di PT. Krakatau Wajatama
mengenai sistem kendali material handling pusher pada furnace yang ada pada
pabrik bar mill dapat disimpulkan bahwa:
1. Proses material handling pada bar mill diawali dari transfer billet yang
berada di gudang penyimpanan, lalu menghantarkan billet menuju roll table.
Billet tersebut nantinya akan didorong oleh pusher menuju furnace.
2. Prinsip kerja dari pusher ditentukan dari perbandingan nilai yang dihasilkan
dari sensor proximity induktif sebagai limit switch untuk memberi instruksi
forward ataupun backward kepada pusher. Sistem kendali pusher pada
furnace bar mill merupakan sistem kendali loop tertutup dengan input jarak
metal dan gaya gerak sebagai output yang diinginkan dari sistem kendali ini.
3. Program PLC Siemens S7-400 pada pusher furnace berjenis pemrograman
function block, didalamnya terdiri dari network (lembar kerja) sebagai lembar
kerja. Terbagi atas perintah-perintah untuk motor pompa, mengaktifkan
solenoid valve baik forward dan backward.
5.2 Saran
Berakhirnya masa kerja praktik dan proses penulisan laporan ini, berikut
saran dari penulis:
1. Mahasiswa yang hendak melaksanakan kerja praktik sebaiknya telah
membekali pemahaman khususnya mengenai proses otomasi industri yang
ada pada perusahan yang akan dijadikan sebagai tempat kerja praktik.
2. Pada area lapangan khususnya area motor pompa sebaiknya tidak terdapat
genangan oli pada permukaan tanah yang sering dilalui operator, karena
dikhawatirkan dapat membuat permukaan tanah tersebut licin dan dapat
menyebabkan kecelakaan kecil.
39
40
3. Sensor proximity induktif yang ada pada furnace alangkah lebih baik
diperbaiki agar ejector dapat reverse secara otomatis, tanpa perlu di
operasikan melalui joystick yang ada pada control remote.
DAFTAR PUSTAKA
41
LAMPIRAN A
Function Block PLC Siemens S7-400
A-1
A-2
A-3
A-4
A-5
A-6
A-7
LAMPIRAN B
Data Sheet Inductive Sensor
B-1
B-2
B-3
LAMPIRAN C
Form Kerja Praktik
C-1
C-2
C-3
C-4
C-5
C-6
C-7
C-8
C-9
LAMPIRAN D
Pertanyaan Audiens Saat Seminar
D-1
1. Apakah ada jarak sentuh yang ditentukan oleh sensor proximity induktif ? lalu
apakah yang mendasari kinerja sensor dalam membedakan bahan metal
ataupun bukan?
Jawab:
Berdasarkan datasheet sensor terdapat rated operating distance yang
merupakan nilai jarak agar sensor dapat beroperasi, yaitu 5 mm. Sebuah
sensor proximity induktif mampu mendeteksi logam berdasarkan jarak yang
diperolehnya, agar prinsip itu terpenuhi maka digunakan prinsip induksi
medan elektromagnet dimana menggunakan kumparan dan benda yang
dideteksi harus sebuah logam agar dapat membuat elektron-elektron mengalir
dan terdeteksi. Sehingga hanya benda yang terbentuk dari bahan fero yang
dapat terdeteksi.
2. Apa fungsi HMI (Human Machine Interface) yang ada pada Material
Handling?
Jawab:
Fungsi HMI yang ada Material Handling khususnya pada Bar Mill yaitu
untuk memberikan perintah kepada alat untuk menjalankan proses yang ada
pada Material Handling, dibantu dengan kamera CCTV yang terpasang di
lapangan.
D-2
Jawab:
Pemberitahuan adanya alat atau sensor yang rusaknya dapat dilihat pada HMI
yang ada di ruang kendali sebagai interface bahasa mesin ke bahasa manusia.
Nantinya pada tampilan HMI akan muncul peringatan failure pada keterangan
alat yang mengalami kerusakan (error). Selanjutnya teknisi akan memperbaiki
sumber failure tersebut yang ada di lapangan.
PT. Krakatau Wajatama tidak melakukan kalibrasi terhadap sensor yang
dipakai, sehingga jika sensor telah mengalami error maka akan digantikan
dengan sensor yang baru.
D-3
D-4