TEKNIK PENGATURAN TEGANGAN PADA

SISTEM DISTRIBUSI

DISAJIKAN
PADA PEMBEKALAN PESERTA UJI KOMPETENSI
DIS.OPS.034(2).A
“MENGENDALIKAN OPERASI TEGANGAN MENENGAH TANPA SCADA”
DILINGKUNGAN PT.PLN (PERSERO)

1
 POKOK BAHASAN

I. TERMINOLOGI TEGANGAN.
II. CARA CARA PERBAIKAN TEGANGAN PADA
SISTEM DISTRIBUSI
III. REGULATOR TEGANGAN.
IV. KAPASITOR.

2
 POKOK BAHASAN I

TERMINOLOGI TEGANGAN

3
 TERMINOLOGI TEGANGAN
YANG BIASA DIGUNAKAN;
1. VOLTAGE DROP ( SUSUT TEGANGAN )
2. MAXIMUM VOLTAGE ( TEGANGAN MAKSIMUM )
3. MINIMUM VOLTAGE ( TEGANGAN MINIMUM )
4. VOLTAGE LEVEL( AVERAGE VOLTAGE=MEAN VOLTAGE ).
5. VOLTAGE SPREAD ( BEDA TEGANGAN )
6. NOMINAL VOLTAGE ( TEGANGAN NOMINAL )
7. RATED VOLTAGE ( TEGANGAN KERJA )
8. SERVICE VOLTAGE ( TEGANGAN PELAYANAN )
9. UTILIZATION VOLTAGE ( TEGANGAN PEMAKAIAN )
10. BASE VOLTAGE ( TEGANGAN DASAR )
11. VOLTAGE REGULATION ( PENGATURAN TEGANGAN)

4
1. VOLTAGE DROP (SUSUT TEGANGAN )
SUSUT TEGANGAN PADA SUATU SISTEM CATU
LISTRIK ADALAH PERBEDAAN NILAI TEGANGAN
ANTARA TEGANGAN PADA SISI PENGIRIMAN
( TRANSMITTING END ) DENGAN NILAI TEGANGAN
PADA SISI PENERIMAAN ( RECEIVING END ).

5
 2. MAXIMUM VOLTAGE
( TEGANGAN MAKSIMUM )

TEGANGAN MAKSIMUM SUATU SISTEM

ADALAH TEGANGAN TERTINGGI YANG
TERJADI DALAM KEADAAN KERJA NORMAL
PADA SETIAP SAAT DAN PADA SUATU TITIK
PADA SISTEM TERSEBUT

6
 TEGANGAN MAKSIMUM
PERALATAN
TEGANGAN MAKSIMUM SUATU PERALATAN
ADALAH NILAI MAKSIMUM “TEGANGAN
TERTINGGI SUATU SISTEM “ UNTUK MANA
PERALATAN TERSEBUT DAPAT
DIPERGUNAKAN.
TEGANGAN TERTINGGI PERALATAN
TERSEBUT DITENTUKAN DENGAN
MEMPERHATIKAN :
• ISOLASI
• KARAKTERISTIK LAIN YANG ADA
HUBUNGAN DENGAN REKOMENDASI
PERALATAN YANG BERSANGKUTAN.
7
 3. MINIMUM VOLTAGE
( TEGANGAN MINIMUM )

TEGANGAN MINIMUM SUATU SISTEM

ADALAH TEGANGAN TERENDAH YANG
TERJADI DALAM KEADAAN KERJA NORMAL
PADA SETIAP SAAT DAN PADA SUATU TITIK
PADA SISTEM TERSEBUT

8
4. VOLTAGE LEVEL ( LEVEL TEGANGAN )
( AVERAGE VOLTAGE = MEAN VOLTAGE )
TEGANGAN RATA RATA YANG TERJADI
PADA SUATU TITIK SELAMA PERIODE
WAKTU TERTENTU ( PENGAMATAN
BIASANYA PADA WAKTU YANG SINGKAT
MISALNYA SELAMA 5 MENIT )

9
 5. VOLTAGE SPREAD
( BEDA TEGANGAN )
SELISIH ANTARA NILAI TEGANGAN
MAKSIMUM DENGAN NILAI TEGANGAN
MINIMUM

10
 6. NOMINAL VOLTAGE
( TEGANGAN NOMINAL )
TEGANGAN NOMINAL SUATU SISTEM ADALAH
BESARNYA TEGANGAN YANG DITERAPKAN PADA
SISTEM TERSEBUT SEHINGGA KARAKTERISTIK
KERJA TERTENTU YANG DISYARATKAN DARI
SISTEM TERSEBUT DITUNJUKKAN

CONTOH:
TEGANGAN NOMINAL SISTEM TEGANGAN MENENGAH =20KV.
WALAUPUN DEMIKIAN TEGANGAN MEMUNGKINKAN UNTUK
BERVARIASI DARI 18 KV S/D 22 KV

11
 7. RATED VOLTAGE
(TEGANGAN KERJA)

• TEGANGAN YANG MENUNJUKKAN

OPERASI DAN PERFORMANCE DARI
SUATU PERALATAN. ( MISALNYA ; PADA
NAME PLATE SUATU PERALATAN ).

12
 8. SERVICE VOLTAGE
(TEGANGAN PELAYANAN )

• TEGANGAN YANG DIUKUR PADA

TERMINAL DARI SUATU SALURAN MASUK
( YANG MERUPAKAN BATAS INSTALASI
PRODUSEN DENGAN INSTALASI MILIK
KONSUMEN ).
• TEGANGAN YANG DIUKUR PADA METER
KONSUMEN ( VERSI PLN )

13
 9. UTILIZATION VOLTAGE
( TEGANGAN PEMAKAIAN )

• TEGANGAN YANG DIUKUR PADA

TERMINAL SUATU PEMAKAIAN.

• BIASANYA MERUPAKAN TEGANGAN PADA

TERMINAL DARI SUATU PERALATAN
PEMAKAIAN.

14
 10. BASE VOLTAGE
( TEGANGAN DASAR )

TEGANGAN YANG DIPAKAI SEBAGAI REFERENSI

PADA PERHITUNGAN TERHADAP TEGANGAN
NOMINAL DARI SUATU BESARAN SISTEM.

15
 11. VOLTAGE REGULATION
( PENGATURAN TEGANGAN )

ADALAH PERBANDINGAN ANTARA NILAI

SUSUT TEGANGAN ( DALAM % )
TERHADAP TEGANGAN PENERIMAAN

% REGULASI = 100 X ( |Es| –|Er| )

|Er|

16
 POKOK BAHASAN II

CARA CARA PERBAIKAN

TEGANGAN PADA SISTEM
DISTRIBUSI

17
 METODE PERBAIKAN TEGANGAN
1. PEMBANGKIT PEMBANTU TEGANGAN
2. REGULATOR TEGANGAN PADA GARDU INDUK.
3. REGULATOR TEGANGAN PADA JARINGAN.
4. KAPASITOR SHUNT
5. KAPASITOR SERI
6. MEMBUAT BEBAN SEIMBANG
7. MEMPERBESAR PENAMPANG SALURAN.
8. PERUBAHAN 1 PHASA MENJADI 3 PHASA.
9. PEMINDAHAN BEBAN KE PENYULANG LAIN.
10. MEMBANGUN GARDU INDUK BARU DAN ATAU JARINGAN BARU.
11. MEMPERBESAR TEGANGAN SUPPLY ( PADA PENYULANG KELUAR
DI GI ATAU PERUBAHAN SADAPAN PADA TRAFO DISTRIBUSI )
18
1. PEMBANGKIT PEMBANTU TEGANGAN
• BIASANYA DIPASANG PEMBANGKIT PADA PUSAT
BEBAN.
• DIOPERASIKAN UNTUK MEMPERBAIKI
TEGANGAN PADA SAAT BEBAN PUNCAK
• METODE INI TIDAK LAZIM DIGUNAKAN
(ALASAN : BIAYA BESAR TIDAK SEBANDING
DENGAN KEGUNAANNYA ).

19
2. REGULATOR TEGANGAN PADA GI
• MENGGUNAKAN “ON LOAD TAP CHANGER
( SADAPAN DALAM KEADAN BERBEBAN )”
PADA TRANSFORMATOR GI
• MENGGUNAKAN REGULATOR TEGANGAN
PADA SISI SEKUNDER TERPISAH DENGAN
TRANSFORMATOR TENAGA.
• MENGGUNAKAN KAPASITOR PADA SISI
TEGANGAN RENDAH.
• MENGGUNAKAN REGULATOR TEGANGAN
PADA SISI TEGANGAN RENDAH
TERPASANG PADA SETIAP PENYULANG.
20
3. MEMBUAT SEIMBANG BEBAN
• ARUS YANG MENGALIR PADA SETIAP
PHASA AKAN MENDEKATI HARGA YANG
SAMA.
• AKIBATNYA SUSUT TEGANGAN MASING
MASING PHASA AKAN MENDEKATI SAMA.
• JUMLAH SUSUT TEGANGAN KETIGA
PHASA YANG SEIMBANG << DARI PADA
JUMLAH SUSUT TEGANGAN KETIGA
PHASA YANG TIDAK SEIMBANG.

21
4. MEMPERBESAR PENAMPANG KAWAT.

UNTUK SISTEM SEARAH V = SUSUT TEGANGAN

I = ARUS
V=I.R |Z| = IMPEDANSI KAWAT
R = TAHANAN
UNTUK SISTEM BOLAK -BALIK
XL = REAKTANSI INDUKTIF
 V = I . |Z| Xc = REAKTANSI KAPASITIP

|Z| = R + j (XL –Xc) = TAHANAN JENIS KAWAT

R = . L
L = PANJANG KAWAT
O = PENAMPANG KAWAT.
o

22
4. MERUBAH 1 PHASA MENJADI 3 PHASA.
UNTUK SISTEM 1
VD (1 ) = 2.I(1 ) . |Z|
% VD (1 ) = 2. I(1 ) . |Z|.100
E

UNTUK SISTEM 3  %VD (1 )

=6
VD (3) = I(3 ) . |Z| % VD (3 )
% VD (3 ) = I(3 ) . |Z|.100
E
I (1 ) = 3.I(3 )

23
MUTU TEGANGAN BERDASARKAN TEGANGAN
DASAR 220 VOLT

MUTU TEGANGAN
NO LOKASI MINIMUM MAKSIMUM (VOLT)
( VOLT)
1 TRAFO DI GARDU INDUK 228 242

2 REL DI GARDU INDUK 226,5 231

3 TRAFO DISTRIBUSI PADA 214,5 231

SAMBUNGANPRIMER
4 METER KONSUMEN 203 231

5 PENGGUNAAN KONSUMEN 198 231

24
 DROP TEGANGAN PADA BEBAN MAKSIMUM
BERDASARKAN TEGANGAN DASAR 220 VOLTS
DROP TEGANGAN

NO LOKASI MAKSIMUM % DARI

( VOLT) TEGANGAN
DASAR 220 VOLT
1 TRAFO DISTR PADA SISI 12 5,45
PRIMER
2 TRAFO DISTRIBUSI 3 1,36

3 JARINGAN SEKUNDER 6,5 2,95

4 SAMBUNGAN RUMAH 2 0,90

TOTAL DI METER KONSUMEN 23,5 10,66

6 KAWAT INSTALASI 5 2,27

7 TOTAL DI PENGGUNAAN 28,5 12,93

25
 POKOK BAHASAN III

REGULATOR TEGANGAN
PADA SISTEM DISTRIBUSI
TEGANGAN MENENGAH

26
 GAMBAR 01 a GAMBAR 01 b

 GAMBAR 01 a. OTO TRAFO PENAIK TEGANGAN

 GAMBAR 01 b. OTO TRAFO PENURUN TEGANGAN.

27
 GAMBAR 02 a GAMBAR 02 b

 GAMBAR 02 a. OTO TRAFO DILENGKAPI PERUBAH SADAPAN

 GAMBAR 02 b. OTO TRAFO DILENGKAPI PERUBAH SADAPAN
DAN SAKLAR PEMBALIK

28
 DIAGRAM “ STEP - VOLTAGE REGULATOR “

SUMBER
LILITAN SERI

SADAPAN

LILITAN Preventive
PRIMER Autotransformer

SAKLAR DARI
PEMBALIK MEKANIK
PERUBAH
KE OTOMATIS
BEBAN

29
PRINSIP KERJA LINE DROP KOMPENSATOR
( KOMPENSATOR SUSUT JARINGAN )

30
31
32
 PENGOPERASIAN REGULATOR
DENGAN SISTEM KONTROL TYPE CL-5

33
 PENGOPERASIAN REGULATOR
DENGAN SISTEM KONTROL TYPE CL-5

34
 PENGOPERASIAN REGULATOR
DENGAN SISTEM KONTROL TYPE CL-5

35
 PENGOPERASIAN REGULATOR
DENGAN SISTEM KONTROL TYPE CL-5

36
 TAHAPAN PENGOPERASIAN REGULATOR
DENGAN SISTEM KONTROL TYPE CL-5 C
1) SET SAKLAR POWER KE POSISI “OFF”
2) SET SAKLAR KONTROL KE POSISI “OFF”
3) PASTIKAN DAHULU SKALAR PISAU V1 DAN C DALAM KONTROL
PANEL DALAM POSISI “BUKA” ( SEBELUM DS DISISI SUMBER
DIMASUKKAN ).
4) MASUKKAN DS DISISI SUMBER “S” MASING MASING FASE R-S-T
5) MASUKAN SAKLAR PISAU V1 (DALAM KONTROL PANEL)
6) SET SAKLAR POWER PADA POSISI “INTERNAL”
7) SET SAKLAR KONTROL KE POSISI “MANUAL”
8) TES TAP CHANGER KE ATAS ATAU KE BAWAH
9) KEMBALIKAN TAP CHANGER KE POSISI SEMULA ( DIMANA LAMPU
NETRAL PADA KONTROL BOX AKAN MENYALA ) DAN INDIKATOR
DIATAS AKAN PADA POSISI NOL.HAL INI WAJIB DILAKUKAN
SEBELUM BY PASS SWITCH (=ABSW) DILEPAS. 37
 TAHAPAN PENGOPERASIAN REGULATOR
DENGAN SISTEM KONTROL TYPE CL-5
10) LAKSANAKAN SETTING ( BILA BELUM DI SETTING)
11) SET KEMBALI SAKLAR KONTROL KE POSISI “OFF”
12) SET KEMBALI SAKLAR POWER KE POSISI “OFF”
13) BUKA FUSE MOTOR YANG DIDEPAN PANEL
14) BUKA SAKLAR PISAU V1 YANG BERADA DIBELAKANG PINTU PANEL
15) TUTUP DS DISISI BEBAN “L” PADA NMASING MASING AVR R-S-T
16) BUKA BY PASS SWITCH (=ABSW)
17) MASUKKAN SAKLAR PISAU V1 ( BELAKANG PINTU PANEL)
18) SET SAKLAR POWER KE “INTERNAL”
19) YAKINKAN AVR SIAP DIOPERASIKAN
20) SET SAKLAR KONTROL KE OTOMATIS “AUTO”
21) AMATI BEBERAPA SAAT AVR AKAN BEKERJA.
38
 TAHAPAN PE - NON AKTIF-AN REGULATOR
DENGAN SISTEM KONTROL CL-5
1) PERHATIKAN APAKAH JARUM KUNING DIATAS PANEL SUDAH POSISI
“NOL” DAN LAMPU KUNING PADA PANEL SUDAH “MENYALA”
2) PINDAHKAN SAKLAR KONTROL KE POSISI “MANUAL”
3) GERAKAN “RAISE” DAN “LOWER” SAMPAI JARUMKUNING PADA
POSISI “NOL” DAN LAMPU PADA PANEL “MENYALA”
4) SET SAKLAR POWER PADA POSISI “OFF”
5) SET SAKLAR KONTROL KE POSISI “OFF”
6) BUKA PISAU V1 PADA DIBELAKANG PANEL
7) BUKA FUSE MOTOR DI PANEL DEPAN
8) MASUKKAN BY PASS SWITCH (=ABSW)
9) BUKA DS DISISI LOAD “L” MASING MASING R-S-T
10) BUKA DS DISISI SUMBER “S” MASING MASING R-S-T

CATATAN;
UNTUK MENGAKTIFKAN KEMBALI AVR IKUTI PROSEDUR
39
PENGOPERASIAN BERURUTAN NOMOR 4,13,14,15,16,17, 18,19,20 DAN 21
 TAHAPAN JOINT FEEDER BILA TERDAPAT
REGULATOR DENGAN SISTEM KONTROL CL-5
SYARAT JOINT ;
1) JARUM KUNING HARUS PADA POSISI “NOL”
2) LAMPU INDIKATOR KUNING PADA KONTROL “MENYALA”
3) FUNCTION 12 PADA DISPLAY HARUS POSISI NOL

CARANYA ;
• KONTROL YANG TADINYA POSISI “AUTO” DIPINDAHKAN KE POSISI
“MANUAL”
• LIHAT PADA DISPLAY FUNCTION 12 ENTER (-/+)
• KALAU “+” TEKAN SWITCH KE “LOWER”
• KALAU “-” TEKAN SWITCH KE “RAISE”
• SETELAH JARUM KUNING DIPOSISI “NOL” DAN LAMPU MENYALA SERTA
FUNCTION 12 NOL MAKA POSISIKAN SAKLAR KONTROL PADA “OFF”
• DIPERSILAHKAN UNTUK JOINT SETELAH KETIGA AVR POSISI “NOL”
CATATAN;
UNTUK MENGAKTIFKAN KEMBALI AVR,MAKA KONTROL YANG TADINYA
40
MANUAL “OFF” KEMBALIKAN KE POSISI “AUTO”
 POKOK BAHASAN IV

KAPASITOR PADA SISTEM

DISTRIBUSI TEGANGAN
MENENGAH

41
 PEMASANGAN KAPASITOR
 DAYA REAKTIF ADALAH DAYA YANG TIDAK MENGHASILKAN
KERJA DAN SELALU TERSIMPAN DALAM SISTEM, YAITU DALAM
BENTUK ENERGI MAGNETIS.
 PADA GAMBAR SEGITIGA DAYA SEPERTI TERLIHAT BAHWA
DAYA REAKTIF SANGAT BERPENGARUH TERHADAP FAKTOR
DAYA.
 UNTUK DAYA REAKTIF YANG BERLEBIHAN, MAKA FAKTOR
DAYA AKAN RENDAH SEHINGGA MEMPENGARUHI JATUH
TEGANGAN.
 OLEH SEBAB ITU DIPERLUKAN SUATU SUMBER DAYA REAKTIF
YANG DAPAT MEMBANGKITKAN DAYA REAKTIF ATAU DAPAT
PULA MENYERAP KELEBIHAN DAYA REAKTIF YANG DILUAR
BATAS.
42
 MEMASANG KAPASITOR SERI PADA JARINGAN

 PADA DASARNYA PEMAKAIAN KAPASITOR SERI

UNTUK MEMPERBAIKI TEGANGAN PADA
JARINGAN TENAGA LISTRIK ADALAH BERUSAHA
MENGURANGI SUSUT TEGANGAN DENGAN CARA
MENGKOMPENSIR KOMPONEN INDUKTIF YANG
TERJADI PADA JARINGAN TERSEBUT.

 SUSUT TEGANGAN AKIBAT IMPEDANSI

JARINGAN DAPAT DINYATAKAN SEBAGAI :

VD = I . (RL COS Ø + XL SIN Ø)

43
 DENGAN DIPASANG KAPASITOR SERI, MAKA
PERSAMAANNYA MENJADI SEBAGAI BERIKUT :
VD = I . RL COS Ø + I (XL - XC) SIN Ø

 BILA (XL - XC) = 0, MAKA BESARNYA SUSUT

TEGANGAN HANYA AKAN DIPENGARUHI
TAHANAN SALURAN SAJA, SEHINGGA NILAINYA
AKAN LEBIH KECIL DARIPADA TANPA DIPASANG
KAPASITOR.

 PERLU DIPERHATIKAN BAHWA PEMASANGAN

KAPASITOR HANYA BILA BEBAN BERSIFAT
INDUKTIF, ARTINYA ARUS MENGIKUTI
TEGANGAN.
44
MEMASANG KAPASITOR SHUNT PADA JARINGAN

DAMPAK PEMASANGAN SHUNT KAPASITOR PADA

JARINGAN TENAGA LISTRIK DITUNJUKKAN DALAM
GAMBAR SEBAGAI BERIKUT;

45
MENGURANGI KOMPONEN ARUS INDUKTIF YANG
BERSIFAT MENGIKUTI TEGANGAN.
MENAMBAH LEVEL TEGANGAN PADA SISI BEBAN
MEMPERBAIKI REGULASI TEGANGAN.
MENGURANGI RUGI RUGI DAYA AKTIF = I2.R
DIKARENAKAN BERKURANGNYA ARUS.
MENGURANGIRUGI-RUGIDAYAREAKTIF = I2.X
DIKARENAKAN BERKURANGNYA ARUS.
MENAMBAH BESARNYA FAKTOR DAYA PADA
SISI GENERATOR.
MENGURANGI BEBAN KVA PADA GENERATOR
SEHINGGA MENAMBAH BEBAN NYATA (KW) TURBIN
46
GENERATOR.
 PROSENTASE KENAIKAN TEGANGAN PADA
TITIK PEMASANGAN KAPASITOR SHUNT

(ckva)( d )( X )
%V =
(10)( KV ) 2
dimana :
ckva = kapasitas kapasitor (KVA atau KVAR)
d = panjang jaringan
X = reaktansi jaringan pada satuan panjang jaringan
BILA KAPASITOR MERUPAKAN KAPASITOR SATU PHASA,
MAKA PERHITUNGAN KENAIKKAN TEGANGAN ADALAH
BERDASARKAN KAPASITAS KAPASITOR SATU PHASA.
SEDANGKAN TEGANGAN SAMA DENGAN TEGANGAN
ANTARA SALURAN PHASA NETRAL, DAN REAKTANSINYA
SAMA DENGAN DUA KALI REAKTANSI SALURAN.
47
(a) = tanpa kapasitor

(b) = fixed kapasitor

(c) = fixed dan switch

kapasitor
48