KOORDINASI OCR Dan GFR

PADA
JARINGAN DISTRIBUSI
 SISTEM TENAGA LISTRIK

Prime
over IBT GI Distribusi
EHV TT primer variasi
beban
3 , 38 kV 38/500 kV 500/150 kV 150/20 kV
generator

PASOKAN TENAGA LISTRIK : 20 kV/380 V

PEMBANGKIT : - PLTU ( MINYAK ATAU GREEN POWER )

- PLTD ( MINYAK )
- PLTG ( MINYAK ATAU GAS )
- PLTA (AIR)
- PLTP (PANAS BUMI)
TRANSMISI : - EXTRA HIGH VOLTAGE
- HIGH VOLTAGE
GARDU INDUK : - GI PEMBANGKIT
- TRANSMISI
- GI DISTRIBUSI
pri.k & wyd sn
 SISTEM TENAGA LISTRIK (INTERKONEKSI)

PUSAT LISTRIK

150 kV 150 kV
PUSAT LISTRIK

150 kV 150 kV

IBT GI
GI

20 kV 20 kV
70 kV

pri.k & wyd sn

 JARINGAN DISTRIBUSI :

MENGGUNAKAN
• KABEL TANAH 20 KV
• SUTM 20 KV  SEBAGIAN BESAR

BENTUK JARINGAN
• RADIAL ( SINGLE )
• RADIAL ( DOUBLE )
• LOOP
• SPINDLE

GANGGUAN-GANGGUAN YANG TERJADI DISEBABKAN

1. Jika mempergunakan kabel tanah : beban lebih atau terpacul
2. Jika mempergunakan kawat udara: Petir, Binatang dan pohon

GANGGUAN INI BISA MENYEBABKAN

1. Gangguan 3 fasa
2. Gangguan 2 fasa
3. &Gangguan
pri.k wyd sn 1 fasa - ketanah
 PENYEBAB GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

Pada SUTM

AWAN AWAN
RANTING
POHON
PETIR

I (DARI SUMBER)

pri.k & wyd sn

 PENGAMAN JARINGAN DISTRIBUSI

A. DI JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER

B. DI JARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER

SUTM

GI SKTM GH

GD TR
Jaringan Distribusi primer
Sambungan Rumah

Jaringan Distribusi sekunder

TR Rumah
konsumen
pri.k & wyd sn
 PENGAMAN JARINGAN DISTRIBUSI

PENGAMANAN JARINGAN  PENTING, WALAU KEMUNGKINAN

GANGGUAN HUBUNG SINGKAT KECIL
DAN DARI MANA PUN PASOKAN NYA
DIDAPAT
KARENA GANGGUAN HUBUNG SINGKAT ITU MERUSAK
BAIK DI TITIK GANGGUAN, MAUPUN PERALATAN YANG
DILALUI OLEH ARUS GANGGUAN ITU. ( KABEL, TRAFO
TENAGA, ATAU BAHKAN GENERATORNYA )

KERUSAKAN ALAT SEWAKTU GANG. HUB. SINGKAT :

SELAIN AKIBAT DARI BESAR ARUS YANG MENGALIR, JUGA
AKIBAT LAMANYA GANG. HUB. SINGKAT ITU BERLANGSUNG

PENGECILAN NILAI ARUS GANGGUAN :

• DENGAN MEMASANG REAKTOR SERI, TETAPI HAL INI BISA
BERPENGARUH KE OPERASI
• MEMASANG PENTANAHAN NETRAL MELALUI IMPEDANSI
ATAU TAHANAN
pri.k & wyd sn
 PENGAMAN JARINGAN DISTRIBUSI

JARINGAN RADIAL SINGLE

KOORDINASI DENGAN O.C INVERSE

SUMBER TRAFO UNIT,

KIT TRAFO DAYA

51 51 51 51

51G 51G 51G 51G

51N

PERHITUNGAN KOORDINASI SELALU DIMULAI DARI RELAI

PALING HILIR, DAN BERGERAK KE HULU

pri.k & wyd sn

 CONTOH

SISTEM PENGAMAN PADA SISTEM DISTRIBUSI

A B C D
1 2

1 2 3 4 5

1. Differential Relay Pengaman Utama Trafo

2. Over Current Relay Trafo sisi 150 kV   Pengaman Cadangan Lokal Trafo Pengaman
Cadangan Jauh Bus B
3. OCR dan GFR Trafo sisi 20 kV Pengaman Utama Bus B1 Pengaman Cadangan Jauh
saluran BC
4. OCR dan GFR di B2 Pengaman Utama saluran BC Pengaman Cadangan Jauh saluran CD

5. OCR dan GFR di C Pengaman Utama saluran CD Pengaman Cadangan Jauh seksi berikut
pri.k & wyd sn
 SYARAT PENTING UNTUK PENGAMAN

A. KEPEKAAN (Sensitivity)

HARUS PEKA THD GANGGUAN DALAM RANGSANGAN MINIMUM

B. KEANDALAN (Reliability)

Dependability : TIDAK BOLEH GAGAL

Security : TIDAK BOLEH SALAH KERJA

C. SELEKTIFITAS (Selectivity)
ISOLIR DAERAH TERGANGGU SEKECIL MUNGKIN

D. KECEPATAN (Speed)
MEMISAHKAN DAERAH TERGANGGU SECEPAT MUNGKIN

pri.k & wyd sn

 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT,

- BERBAHAYA BAGI : PERALATAN

- MENGGANGGU : PELAYANAN
- PERLU DIKETAHUI BESARNYA ARUS SEBELUM

KEJADIAN SESUNGGUHNYA.
DALAM PERENCANAAN SISTEM SPESIFIKASI PMT& CT, KONDUKTOR

DARI SEGI PENGUSAHAAN , BESAR ARUS GANGGUAN HUBUNG

SINGKAT TERUTAMA KONTRIBUSINYA
UNTUK KOORDINASI RELAI
OLEH SEBAB ITU :

DICARIKAN CARA MENGHITUNG YANG MUDAH, CEPAT

SEHINGGA BISA SEGERA DIGUNAKAN
LANGSUNG DAPAT DIPERGUNAKAN SEBAGAI LAPORAN

pri.k & wyd sn

 CARA MENGHITUNG ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

• BISA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM HUBUNG SINGKAT

MASUKKAN DATANYA, RUN PROGRAMNYA DAPAT HASIL

CARA INI MUDAH PELAKSANAANNYA, TAPI

ADA KERUGIANNYA :
KITA TIDAK TAHU CARA HITUNGNYA
AGAR CARA HITUNG DAPAT KITA KUASAI
• BISA DIHITUNG DENGAN CARA SEDERHANA MUDAH
MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM EXCEL
KARENA PAKET PROGRAM YANG BANYAK DIKENAL STAF PLN
BISA DIPAKAI UNTUK MENGHITUNG KOORDINASI
BISA DILACAK RUMUS YANG DIGUNAKAN
BELAJAR ULANG SETELAH TRAINING

UNTUK ITU PERLU BEKAL ILMU CARA MENGHITUNG

pri.k & wyd sn
 PERHITUNGAN ARUS HUBUNG SINGKAT

UNTUK : • GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 3 FASA

• GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 2 FASA

• GANGGUAN HUBUNG SINGKAT SATU FASA KETANAH

RUMUS DASAR YANG DIGUNAKAN ADALAH HUKUM OHM

V I = ARUS GANGGUAN H.S

I=
Z V = TEGANGAN SUMBER

Z = IMPEDANSI DARI SUMBER

KETITIK GANGGUAN,
IMPEDANSI EKIVALENT
BIASANYA NILAI IMPEDANSI EKIVALENT INI YANG
MEMBINGUNGKAN PARA PEMULA.

pri.k & wyd sn

 DARI KETIGA JENIS GANGGUAN, PERBEDAANNYA ADA PADA

UNTUK GANGGUAN 3 FASA : IMPEDANSI YANG DIGUNAKAN

ADALAH IMPEDANSI URUTAN
POSITIF NILAI EKIVALEN Z1
TEGANGANNYA ADALAH E FASA

UNTUK GANGGUAN 2 FASA : IMPEDANSI YANG DIGUNAKAN

ADALAH JUMLAH IMPEDANSI
URUTAN POS. + URUTAN NEG.
NILAI EKIVALEN Z1 + Z2
TEGANGANNYA ADALAH E FASA-FASA

UNTUK GANGGUAN 1 FASA KETANAH

IMPEDANSI YANG DIGUNAKAN
ADALAH JUMLAH IMPEDANSI
URUTAN POS. + URUTAN NEG. +
URUTAN NOL
NILAI EKIVALEN Z1 + Z2 + Z0
TEGANGANNYA ADALAH E FASA
pri.k & wyd sn
 BENTUK JARINGAN PERLU DIKETAHUI UNTUK MENGHITUNG
ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

UNTUK DISTRIBUSI YANG DIPASOK DARI GARDU INDUK / KIT :

AMBIL DATA Z POS. NEG, Z NOL

PENYULANG 20 KV

GH GH
TRAFO
BUS BUS
DAYA
SUMBER KIT 150 KV 20 KV
ATAU PILIH LOKASI
TEG. AMBIL DATA GANGGUAN
DARI KIT IMPEDANSI 25% Z ATAU 10% Z ATAU 5% Z
DARI
KIT MVA, KV dll
SISTEM
150 KV, AMBIL
DATA
-Xd”
-MVA UNTUK
AMBIL
-kV SIMULASI
DATA
LOKASI GANG.
S C LEVEL

HITUNG
pri.k & wyd sn
Z SUMBER
 KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND

MEWAKILI SEKIAN BANYAK SUMBER PEMBANGKIT

YANG ADA DIDALAM SISTEM 150 KV
TERMASUK DIDALAMNYA :
• IMPEDANSI SUMBER PEMBANGKIT.
SUMBER KIT • IMPEDANSI TRAFO UNIT
• IMPEDANSI TRANSMISI

SEPERTI CONTOH BERIKUT : Trafo

unit

transmisi

KIT 1 Trafo transmisi KIT 2

unit
transmisi
Trafo
G.I A
unit
KIT 3 transmisi

pri.k & wyd sn

 BAGAIMANA MENGHITUNG IMPEDANSI SUMBER ?

SHORT CIRCUIT LEVEL DI BUS 150 KV (MVA) MINTA KE PLN P3B

UNTUK APA ?
KV 2
DENGAN RUMUS DAPAT DIHITUNG IMPEDANSI SUMBER
MVA
MISALKAN SHORT CIRCUIT LEVEL DIBUS 150 KV G.I A = 5500 MVA

150 2
MAKA, XS = = 4,09 OHM INGAT NILAI INI DISISI 150 KV
5500
KARENA AKAN MENGHITUNG I GANGG. SISI 20 KV, MAKA
IMPEDANSI DISISI 150 KV, TRANSFER KE SISI 20 KV CARANYA

150 KV 20 KV
4,09 OHM ?
20 KV

pri.k & wyd sn

 DASAR HITUNGANNYA

DAYA DISISI 150 KV = DAYA DISISI 20 KV

MVA SISI 150 = MVA SISI 20 KV

KV1 2 KV2 2
=
Z1 Z2

KALAU KV1 = 150 KV DAN Z1 = 4,09 OHM, DAN KV2 = 20 KV

20 2
MAKA Z2 = x 4,09 OHM
150 2

= 0.073 OHM , SEHINGGA GAMBARNYA

20 KV IMPEDANSI INI BERLAKU

0.072 OHM
UNTUK URUTAN POSITIF
DAN NEGATIF
pri.k & wyd sn
 MENGHITUNG REAKTANSI TRAFO TENAGA DI G.I

MISAL : TRAFO TENAGA DENGAN DATA :

DAYA = 60 MVA RATIO TEGANGAN 150/20 KV
REAKTANSI = 12 %

PERHITUNGAN :
IMPEDANSI DASAR PADA TRAFO (100 % ) SISI 20 KV
20 KV 2
ZB = = 6,67 OHM
60 MVA

REAKTANSI TRAFO = 12,79%

XT = 12,79% x 6,67 OHM

REAKTANSI YANG DIHASILKAN

= 0,85 OHM ADALAH REAKTANSI URUTAN
POSITIF DAN NEGATIF.
pri.k & wyd sn
 REAKTANSI URUTAN NOL TRAFO

MEMPERHATIKAN ADA ATAU TIDAKNYA BELITAN DELTA

• KAPASITAS DELTA SAMA DENGAN KAPASITAS BINTANG

NILAI XT 0 = XT 1 BERLAKU PADA TRAFO UNIT
MISAL XT 0 = 0,8 OHM
• TRAFO TENAGA DI G.I DENGAN HUBUNGAN Yy BIASANYA
PUNYA BELITAN DELTA DENGAN KAPASITAS SEPERTIGA x
KAPASITAS PRIM. (SEKUNDER)
NILAI XT 0 = 3 x XT 1
PADA CONTOH XT 0 = 3 x 0,8 OHM = 2,4 OHM

• TRAFO TENAGA DI G.I DENGAN HUBUNGAN Yy YANG TIDAK

PUNYA BELITAN DELTA DIDALAMNYA
NILAI XT 0 = BERKISAR ANTARA 9 S/D 14 KALI XT 1
MISAL HITUNGAN DIAMBIL NILAI XT 0 = 10 x XT 1
= 10 x 0,85 OHM
pri.k & wyd sn
= 8,5 OHM
 IMPEDANSI PENYULANG

DATA IMPEDANSI PENYULANG DIDAPAT • DIHITUNG

• DARI TABEL
• PER KM

IMPEDANSI PENYULANG PANJANG PENYULANG x Z PER KM

SIMULASIKAN LOKASI GANGGUAN

PER 25 % 50 % 75 % 100 % x PANJANG PENYULANG ATAU

PER 10 % 20 % 30 % .. 100 % x PANJANG PENYULANG ATAU
PER 5% 10 % 15 % .. 100 % x PANJANG PENYULANG

pri.k & wyd sn

 HITUNGAN Z0

HITUNGAN DIDASARKAN PADA SISTEM PENTANAHAN NETRAL

SISTEM PASOKAN DARI G.I PENTANAHAN TAHANAN 500 OHM

Z0 DIHITUNG • MULAI DARI TRAFO YANG DITANAHKAN

NILAI TAHANAN 3 RN
• IMPEDANSI PENYULANG

TRAFO DI G.I UMUMNYA PUNYA BELITAN DELTA KAP. 1/3

X0 TRAFO = 3 x X1 TRAFO

TRAFO DI G.I UMUMNYA TANPA BELITAN DELTA

X0 TRAFO = 10 x X1 TRAFO

Z0 penyulang = % panjang x Z0 total

pri.k & wyd sn

 HITUNGAN 3 RN

Z1 I0

Z1 I0

Z1 I0
V0
3I0
RN
ZN

HITUNGANNYA: Maka

V0 = I0 Z1+ 3I0 (ZN + RN) V0

= Z0 = Z1 + 3ZN + 3 RN
I0
V0 = I0 ( Z1 + 3ZN + 3 RN)
Z1 + 3ZN = Impedansi transmisi

pri.k & wyd sn

 MENGHITUNG IMPEDANSI EKIVALEN

Z1 eki = Z2 eki = Z1 s + Z1 t + Z1 penyulang

TERGANTUNG
INGAT HITUNGAN INGAT HITUNGAN LOKASI GANG.
IMPEDANSI SUMBER IMPEDANSI TRAFO

PERHITUNGAN Z0 ekivalen

Z0 eki = Z0 T + 3 RN + Z0 penyulang

TERGANTUNG
INGAT HITUNGAN INGAT TAHANAN LOKASI GANG.
Z0 TRAFO PENTANAHAN

pri.k & wyd sn

 PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN :

1. GANGGUAN TIGA FASA : RUMUSNYA : I = V

Z

V = TEGANGAN FASA - NETRAL

Z = IMPEDANSI Z1 ekivalen
Eph-ph / 3
GANGGUAN DI PANJANG PENYULANG I =
(R1 + j X1 )

IMPEDANSI MASIH
DALAM KOMPLEKS
KARENA ARUS DIAMBIL MAGNITUTENYA

Eph-ph / 3
I = AMP
(R1Jar + ( X1SC + X1T + X1Jar) )
2 2

pri.k & wyd sn

 ANALISA SISTEM TENAGA

GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 3 FASA

Z
A
IA IA = E A / Z

EA
IA+ IB + IC = 0 IB = EB / Z
N

C EC EB Z
I C = EC / Z
B IB
Z

IC
Impedansi Z sama urutannya dengan ggl yang dibangkitkan pada
masing-masing fasa
Gambar diatas mirip dengan kondisi gangguan tiga fasa yang
besar arus gangguan masing- masing fasanya dengan impedansi
hanya urutan positif E FASA
I3 FASA =
Z1
pri.k & wyd sn
 ANALISA SISTEM TENAGA

Gangguan H.S 2 Fasa

Z
A
I Pada kondisi ini fasa A dan B
dibebani oleh impedansi Z
EA yang tehubung seri
Sehingga arus I yang mengalir
N
dihitung dengan rumus :
C EC EB Z I
I=V:Z
Tegangan yang digunakan adalah
B tegangan antara fasa A dan fasa
Z B (VAB)

Impedansinya adalah impedansi yang menghubungkan fasa A dan fasa B

Arus yang mengalir di Impedansi yang terhubung di fasa A urutannya sama
dengan urutan tegangan yang dibangkitkan di fasa A (urutan positif)
Arus yang mengalir di Impedansi yang terhubung di fasa B urutannya ber-
lawanan dengan urutan tegangan yang dibangkitkan di fasa B (urutan negatif)

Bentuk rangkaian sedemikian sama dengan kondisi gangguan dua fasa, sehingga
I 2 FASA = VAB : (Zpos + Zneg) atau I 2 FASA = 3*Vph (Zpos + Zneg)
pri.k & wyd sn
 PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN :
RUMUSNYA :
V
2. GANGGUAN DUA FASA : I =
Z
V = TEGANGAN FASA - FASA

Z = IMPEDANSI ( Z1 + Z2 ) ekivalen

Eph-ph
GANGGUAN DI PANJANG PENYULANG I =
( Z1 + Z2 ) eki
KARENA Z1 = Z2 , MAKA Z1 + Z 2 = 2 * Z 1

Eph-ph Eph-ph 3
I = I =
2 * Z1 2 * Z 1* 3

Eph-ph / 3 3 * If3
If3 = MAKA : If2 = Amp
2(Z1 ) 2

pri.k & wyd sn

 ANALISA SISTEM TENAGA

Gangguan H.S 1 Fasa ketanah

Z Uraian mengenai gangguan
A
I satu fasa ketanah memang
I1 lebih sulit.
EA

N Z I Pertama :
Arus mengalir dari sumber
C EC EB yang urutannya sama dengan
urutan tegangan (mis fasa A)
B
Urutan positif

Adanya arus itu, timbul fluks yang searah dengan fluks yang dibangkitkan di
Generator, lihat gambar fluks

pri.k & wyd sn

 ANALISA SISTEM TENAGA

Generator 3 Fasa Belitan

Fasa A Fluks yang timbul
akibat arus yang
sama urutannya
dengan urutan te-
gangan fasa A

Fluks tersebut -
berputar melalui
Fasa B dan C

Di Fasa B dan C
akan melawan Fluks
yang dibangkitkan -
di Fasa 2 tersebut
(Negatif)
Belitan
Fasa C
Jadi ada hambatan
tambahan.

pri.k & wyd sn Belitan

Fasa B
 ANALISA SISTEM TENAGA

Gangguan H.S 1 Fasa ketanah

Z Uraian mengenai gangguan
A
I = I1+I2+I0 satu fasa ketanah memang
I0 I2 lebih sulit.
I1
EA
Pertama :
N
Z I = 3I0 Arus mengalir dari sumber
yang urutannya sama dengan
C EC EB urutan tegangan (mis fasa A)
Urutan positif
I0 I0 B
I2
I2
Adanya arus itu, timbul fluks yang searah dengan fluks yang dibangkitkan di
Generator, lihat gambar fluks
Karena aliran fluks di Fasa B dan C ini timbullah arus yang melawan urutan ggl
Fasa B dan C, yang biasa dikenal dengan Urutan Negatif
Karena di Fasa B dan C pada kenyataanya tidak ada arus yang mengalir keluar
maka ada arus lain yang mengkompensirnya yang biasa disebut Urutan Nol.

I = V : ( Z1 + Z2 + Z0 )
0
atau I 1 FASA = 3*I0 = 3*Vph : (Z1 + Z2 + Z0 )
pri.k & wyd snph
 PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN :

3. GANGGUAN SATU FASA KETANAH :

V V = 3 x TEGANGAN FASA
RUMUSNYA : I =
Z Z = IMPEDANSI ( Z1 + Z2 + Z0 ) eki
3 x Eph-ph / 3
GANGGUAN DI PANJANG PENYULANG I =
( Z1 + Z2 + Z0 ) eki

3 x Eph-ph / 3
If1 =
(%R1jar +% R2jar + %R0jar + 3Rn)2 + (X1sc+X2sc+X1T+X2T+% X1jar+%X2jar+X0T+%X0jar)2

Karena: (Z1 + Z2) eki = 2 x Z1 eki

3 x Eph-ph / 3
If1 = AMP
(% 2*R1jar+ %R0jar+ 3Rn)2 + (2*X1sc+2*X1T+%2* X1jar+X0T+%X0jar)2

pri.k & wyd sn

 SETELAN RELAI OCR DAN GFR

PERHITUNGAN KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH

SETELAN RELAI ; • SETELAN ARUS
BERDASARKAN ARUS BEBAN
RELAI DEFINITE : 1.2 x IBEBAN
RELAI INVERSE : 1.05 x IBEBAN

• SETELAN WAKTU
RELAI DEFINITE : LANGSUNG PADA TAP
RELAI INVERSE : DIHITUNG BERDASAR
KAN ARUS GANGGUAN
DALAM CONTOH HITUNGAN

PENYULANG 20 KV RASIO C.T 300/5 RELAI : O.C INVERSE

DARI GH 2
BEBAN PENYULANG DARI GH 2 : 150 AMPER

BERAPA NILAI SETELAN ARUS PADA RELAI ARUS LEBIHNYA ??

pri.k & wyd sn
 NILAI SETELAN ARUS RELAI ARUS LEBIH UNTUK INVERSE:

ISET primer = 1.05 x IBEBAN

= 1.05 x 150 AMPER

= 157,5 AMPER

BERAPA NILAI SETELAN YANG DILAKUKAN PADA RELAI ??

1
ISET sekunder = ISET primer x
RASIO C.T
5
= 157,5 x AMPER
300
NILAI INI YANG DITERAP
= 2,625 AMPER
KAN UNTUK SETELAN DI
RELAI ARUS LEBIH

BAGAIMANA SETELAN WAKTUNYA ??

pri.k & wyd sn

 NILAI SETELAN WAKTU RELAI ARUS LEBIH

DIHITUNG BERDASARKAN ARUS GANGGUAN YANG MENGALIR

DIBUAT RELAI PALING HILIR BEKERJA DALAM WAKTU

0.3 DETIK UNTUK GANGGUAN YANG YERJADI
DI DEPANNYA (DEPAN GH 2)

DALAM HAL INI : RELAI DI PENYULANG 20 KV

UNTUK GANGGUAN H.S DI
DEPAN PENYULANG TSB.

MISALKAN UNTUK GANGGUAN 3 FASA TERJADI DI

5%, 10% atau 25 % PANJANG PENYULANG.
ARUS GANGGUAN = 680,4 AMPER PRIMER
SETTING RELAI = 157,5 AMPER PRIMER
WAKTU KERJA = 0.3 DETIK
0.14 x tms
RUMUS SETELAN WAKTU RELAI INVERSE t=
IF 0.02
-1
pri.k & wyd sn ISET
 SETELAN OCR UNTUK INVERSE

PENYULANG 20 KV

1 2 3 4
GH1 GH2
Karena terdapat 3 buah setelan rele:
1. Incoming feeder
2. Out going feeder
3. Out going GH1
4. Outgoing GH2

Setelan di mulai dari outgoing GH2

CATATAN:
IF 0.02
t set x -1 0.14 x tms
Iset
TmsGH2 = tGH2 =
IF 0.02
0.14 -1
ISET
1
ISET = Ibeban x
RASIO C.T

pri.k & wyd sn

 SETELAN OCR

PENYULANG 20 KV

1 2 3 4
GH1 GH2

Setelan di mulai dari outgoing GH1

IF 0.02
tGH2 x -1
Iset
TmsGH1 =
0.14

CATATAN:
1 0.14 x Tms
ISET = Ibeban x tGH1 =
RASIO C.T IF 0.02
-1
ISET

pri.k & wyd sn Dst nya

 NILAI SETELAN PADA OUTGOING GH 2

0.14 x tms
t=
IF 0.02
-1
ISET tms DAPAT DIHITUNG

0.14 x tms
0.3 =
680,4 0.02
-1
157,5

680,4 0.02
0.3 x -1
157,5
tmsGH2 =
0.14

TANPA SATUAN
= 0.06

pri.k & wyd sn

 NILAI SETELAN PADA OUTGOING GH 2

0.14 x tms
t=
IF 0.02
-1
ISET

0.14 x 0,06
tGH2 =
680,4 0.02
-1
157,5

= 0.3 detik

CATATAN: SETIAP SETELAN Tms DARI GH 2 S/D OUT GOING

FEEDER HARUS DIHITUNG KEMBALI WAKTU
SETTINGNYA

pri.k & wyd sn

 SETELAN RELAI INCOMING 20 KV

TRAFO TENAGA KAPASITAS = 60 MVA

TEGANGAN = 150/ 20 KV

IMPEDANSI = 12,79 %

C.T RASIO = 2000/ 5 ( SISI 20 KV )

I nominal TRAFO :

KVA
I =
KV x 3
60.000
=
20 x 3
= 1732,05 AMPER

pri.k & wyd sn

 NILAI SETELAN ARUS RELAI ARUS LEBIH SISI INCOMING 20 KV :

ISET primer = 1.05 xINOMINAL

= 1.05 x 1732,05 AMPER

= 1818,65 AMPER

BERAPA NILAI SETELAN YANG DILAKUKAN PADA RELAI ??

1
ISET sekunder = ISET primer x
RASIO C.T
5
= 1818,65 x AMPER
2000
NILAI INI YANG DITERAP
= 4,55 AMPER
KAN UNTUK SETELAN DI
RELAI ARUS LEBIH

BAGAIMANA SETELAN WAKTUNYA ??

pri.k & wyd sn
 UNTUK GANGGUAN 3 FASA TERJADI DI
25 % PANJANG PENYULANG DARI GH2

ARUS GANGGUAN = 4785 AMPER PRIMER

SETTING RELAI = 1818,65 AMPER PRIMER
WAKTU KERJA = DIPEROLEH DARI WAKTU KERJA OUTG
FEEDER = 1,5 DETIK

0.14 x tms
RUMUS SETELAN WAKTU RELAI INVERSE t=
IF 0.02
-1
ISET
0.14 x tms
1,5 =
4785 0.02 tms DAPAT DIHITUNG
-1
1818,65

4785 0.02
1,5 x -1
1818,65
tms =
pri.k & wyd sn
0.14
 NILAI SETELAN PADA INCOMING

1,5 x 4785 0.02

-1
1818,65
tms =
0.14

TANPA SATUAN
= 0.21

= 0.2 DIBULATKAN

NILAI - NILAI SETELAN MASIH HARUS DIUJI DULU

UNTUK MASING-MASING LOKASI GANGGUAN,
MISAL PADA LOKASI GANGGUAN 25%, 50%, 75%, 100%
PANJANG SALURAN

CARANYA BAGAIMANA ??? SILAHKAN MENCOBA

pri.k & wyd sn

 SETTING OCR DAN GFR

150 kV GH1 GH2

20 kV
END
GI

MVA S C
di Bus 150 kV 5500 MVA
Reaktansi Sumber = (0+j 0,07273 ) Ohm

DATA TRAFO
           
Kapasitas 60 MVA    
Impedansi Trafo 12,79 % = 0,8527 Ohm
Volt Primer 150 kV    
Volt Sekunder 20 kV    
Belitan Delta 0 Xo = 8,5267 Ohm
Kapasitas Delta 20,00 MVA    
I Nominal 20 kV 1732 Amper    
Ratio C.T ( 20 kV ) 2000 5    
Pentanahan 20 kV 40 Ohm    
  pri.k & wyd
  sn        
 DATA PENYULANG

GI - GH 1   R jX GH1 - GH2   R jX
                   
0,134 0,134 0,313
Z1 / km     4 0,3135 Z1 / km     4 5
Z0 / km     0,564 1,060 Z0 / km     0,564 1,060
Saluran terpanjang 18 km Saluran terpanjang 20 km
2,419 Z1 Saluran   2,688 6,27
Z1 Saluran   2 5,643 11,28 21,20
10,15 Z0 Saluran   0 8
Z0 Saluran   2 19,087
GH2 - END   R jX
         
Z1 / km     0,1344 0,3135
Z0 / km     0,564 1,060
Saluran terpanjang   37 km
Z1 Saluran   4,9728 11,6
Z0 Saluran   20,868 39,235

pri.k & wyd sn

 PERHITUNGAN ARUS HUBUNG SINGKAT

ARUS HUBUNG SINGKAT PENY.1 - GH1

           
Lokasi Gangguan 3 Fasa 2 fasa 1 fasa
           
25% Panjang Saluran 4785,0 4143,94 277,0
50% Panjang Saluran 2932,7 2539,81 266,4
75% Panjang Saluran 2111,9 1829 255,9
100% Panjang Saluran 1649,6 1428,62 245,7
           

ARUS HUBUNG SINGKAT.GH1 - GH2

           
Lokasi Gangguan 3 Fasa 2 fasa 1 fasa
           
25% Panjang Saluran 1326,7 1148,98 234,7
50% Panjang Saluran 1109,5 960,839 224,3
75% Panjang Saluran 953,3 825,618 214,4
100% Panjang Saluran 835,7 723,749 205,0
           

pri.k & wyd sn

 ARUS HUBUNG SINGKAT .GH2 - END
           
Lokasi Gangguan 3 Fasa 2 fasa 1 fasa
           
25% Panjang Saluran 680,4 589,23 189,2
50% Panjang Saluran 573,7 496,88 175,2
75% Panjang Saluran 496,0 429,55 162,8
100% Panjang Saluran 436,8 378,28 151,8
           

pri.k & wyd sn

 SETTING RELAY OCR DAN GFR

Relay O.C/ G.F di GH1 - GH2 Relay O.C/ G.F di GH2 – END
Arus     Karakteristik Relay Arus     Karakteristik Relay
Beban C.T Definite Inverse Beban C.T Definite Inverse
(A) Ratio I set t set I set tms (A) Ratio I set t set I set tms
                           
200 300 5 4.00 0.7 3.50 0.12 150 300 5 3.00 0.3 2.63 0.06
            0.70             0.30
      0.33 0.7 0.30 0.24       0.25 0.3 0.35 0.09
            0.70             0.30

Relay O.C/ G.F di Incoming Relay O.C/ G.F di outg GI - GH1

        Karakteristik Relay Arus     Karakteristik Relay
Relai In Trafo C.T Definite Inverse Beban C.T Definite Inverse
I t I
    Ratio set set set tms (A) Ratio I set t set I set tms
                           
O.C 1732.05 400 5.20 1.5 4.55 0.21 270 300 5 5.40 1.1 4.73 0.25
                          1.10
G.F     0.35 1.5 0.04 0.57       0.45 1.1 0.25 0.40
                          1.00
pri.k & wyd sn
 PEMERIKSAAN WAKTU KERJA RELAI
Relay di
Incoming     Relay GI - GH1
      tms O.C =   0,21 tms O.C= 0,25 Gang.
Lokasi Gangguan tms G.F =   0,57 tms G.F= 0,40 Pen. 1
      3 fasa 2 fasa 1 fasa 3 fasa 2 fasa 1 fasa
                 
25% Panjang Saluran 1,50 1,76 1,34 0,59 0,63 0,94
50% Panjang Saluran 3,05 4,37 1,36 0,72 0,77 0,95
75% Panjang Saluran 9,79 258,36 1,38 0,84 0,91 0,97
100% Panjang Saluran tdk krja tdk krja 1,40 0,96 1,05 0,98
25% Panjang Saluran tdk krja tdk krja 1,42 1,10 1,21 1,00
50% Panjang Saluran tdk krja tdk krja 1,45 1,25 1,40 1,02
75% Panjang Saluran tdk krja tdk krja 1,47 1,40 1,60 1,04
100% Panjang Saluran tdk krja tdk krja 1,50 1,58 1,82 1,05
25% Panjang Saluran tdk krja tdk kerja 1,55 1,95 2,34 1,09
50% Panjang Saluran tdk krja tdk kerja 1,60 2,43 3,06 1,12
75% Panjang Saluran tdk krja tdk kerja 1,65 3,06 4,13 1,16
100% Panjang Saluran tdk krja tdk kerja 1,70 3,97 5,96 1,19
25% Panjang Saluran tdk krja tdk kerja tdk kerja tdk kerja tdk kerja tdk kerja
50% Panjang Saluran tdk krja tdk kerja tdk kerja tdk kerja tdk kerja tdk kerja
75% Panjang Saluran tdk krja tdk kerja tdk kerja tdk kerja tdk kerja tdk kerja
pri.k & wydPanjang
100% sn Saluran tdk krja tdk kerja tdk kerja tdk kerja tdk kerja tdk kerja
                 
 PEMERIKSAAN WAKTU KERJA RELAI
Ry Peny. GH1 - GH2 Ry Peny. GH2 - END
tms O.C= 0,12 Gang. tms O.C= 0,06 Gang.
tms G.F= 0,24 Pen. 2 tms G.F= 0,09 Pen. 3
3 fasa 2 fasa 1 fasa 3 fasa 2 fasa 1 fasa
                 
25% Panjang Saluran            
50% Panjang Saluran            
75% Panjang Saluran            
100% Panjang Saluran            
25% Panjang Saluran 0,44 0,48 0,64      
50% Panjang Saluran 0,49 0,54 0,65      
75% Panjang Saluran 0,54 0,60 0,66      
100% Panjang Saluran 0,59 0,66 0,68      
25% Panjang Saluran 0,70 0,80 0,70 0,30 0,33 0,27
50% Panjang Saluran 0,82 0,96 0,72 0,34 0,38 0,28
75% Panjang Saluran 0,96 1,16 0,75 0,38 0,44 0,29
100% Panjang Saluran 1,13 1,41 0,77 0,43 0,50 0,30
25% Panjang Saluran tdk kerja tdk kerja tdk kerja tdk kerja tdk kerja tdk kerja
50% Panjang Saluran tdk kerja tdk kerja tdk kerja tdk kerja tdk kerja tdk kerja
75% Panjang Saluran tdk kerja tdk kerja tdk kerja tdk kerja tdk kerja tdk kerja
100% Panjang Saluran tdk kerja tdk kerja tdk kerja tdk kerja tdk kerja tdk kerja
pri.k & wyd sn
                 
 Kurva Koordinasi OC 3 fasa Ry Inc
Ry-Peny.1
Ry-REC1
4,50
Ry-REC2

4,00

3,50

3,00

2,50
detik

2,00

1,50

1,00

0,50

0,00
25% 25% 25%

persen panjang
pri.k & wyd sn
 CARANYA BAGAIMANA ??? SILAHKAN MENCOBA

Terima Kasih

pri.k & wyd sn