Anda di halaman 1dari 75

ANALISIS SETTING RELAI PROTEKSI ARUS LEBIH PADA

GI DSSP KENDARI – 3

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T) pada
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Tenik Universitas Halu Oleo

Disusun oleh :

ADE BAYU PRASETYO

E1D1 19 084

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Analisa Setting Relai Proteksi Arus Lebih Pada GI DSSP
Kendari -3

Nama Mahasiswa : Ade Bayu Prasetyo

Stambuk : E1D119085

Jurusan : Teknik Elektro

Menyetujui ;

Kendari, November 2020

Pembimbing I, Pembimbing II,

Tachrir,ST.,MT Yuni Aryani Koedoes,ST.,MT


NIP. 196911212002121007 NIP.
Menyetujui:
Ketua Jurusan Teknik Elektro

i
Luther Pagiling,ST.,MT
NIP. 196603051998021002

HALAMAN PERSETUJUAN

ANALISIS SETTING RELAI PROTEKSI ARUS LEBIH PADA

GI DSSP KENDARI - 3

Oleh:

ADE BAYU PRASETYO


E1D1 19 085

Telah dipertahankan di Depan Tim Penguji dan Dinyatakan Lulus Pada Ujian Skripsi Jurusan
Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo

Pada 21 November 2020

Tim Penguji:
Penguji I : Bunyamin.,ST.,MT (……………..)

Penguji II : St.Nawal Jaya.,ST.,M.Si (……………..)

Penguji III : H.Gamal Abdel Nasser Masikki.,ST.,MT (……………..)

Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik, Ketua Jurusan Teknik Elektro

Dr. Edward Ngii,ST.,MT Luther Pagiling,ST.,MT


NIP. 197202212 199802 1 001 NIP. 196603051998021002.

ii
.

iii
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Mahasiswa : Ade Bayu Prasetyo


Tempat /Tgl Lahir :Surabaya / 17 April 1995

NIM : E1D1 19 084

Jurusan : Teknik Elektro

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

ANALISIS SETTING RELAI PROTEKSI ARUS LEBIH PADA

GI DSSP KENDARI - 3

Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan,
kecuali dalam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbernya.

Demikian pernyataan keaslian ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, kemi bersedia mendapat sanksi akademis.

Kendari, November 2020


Yang menyatakan

ADE BAYU PRASETYO


NIM. EID19084

iii
KATA PEGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul :

“ANALISIS KEANDALAN SISTEM KELISTRIKAN PLTU KENDARI – 3 “

Pembuatan dan penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T) pada jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo.
Dalam kesempatan ini pula, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua Orang Tua penulis, yang tiada henti memberi kasih sayang, mendoakan,
memberikan dukungan moril maupun dukungan materil kepada penulis.
2. Bapak Muhammad Zamrun F selaku Rektor Universitas Halu Oleo.
3. Bapak Dr. Edward Ngii,ST.,MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo.
4. Bapak Luther Pagiling,ST.,MT selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Halu
Oleo.
5. Bapak Tachrir,ST.,MT dan Yuni Aryani Koedoes,ST.,MT selaku dosen pembimbing
yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Rekan-rekan seperjuangan di Jurusan Teknik Elektro Angkatan 2019
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berusaha secara optimal dengan segala pengetahuan dan informasi yang
didapatkan dalam menyusun laporan skripsi ini. Namun, penulis menyadari berbagai
keterbatasannya, karena itu penulis memohon maaf atas keterbatasan materi laporan skripsi
ini. Penulis sangat mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan laporan skripsi ini.

Demikian besar harapan penulis agar laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, khususnya dalam mempelajari algoritma dalam mendeteksi manusia dalam
mengembangkan teknologi saat ini.

Kendari, 21 November 2020

Penulis

iv
ADE BAYU PRASETYO, (2020). ANALISIS KEANDALAN SISTEM KELISTRIKAN
PLTU KENDARI – 3. Skripsi. Dibawah bimbingan TACHRIR,ST.,MT
(PEMBIMBING I) dan YUNI ARYANI KOEDOES,ST.,MT (PEMBIMBING II).

ABSTRAK

Proteksi overcurrent bertugas untuk mengamankan unit pembangkit dari gangguan


tersebut. Oleh karena itu, ketepatan nilai setting pun sangat menentukan tingkat keberhasilan
sebuah rele dalam mengamankan unit yang di protect.Pada proteksi,nilai yang harus di
setting adalah nilai waktu tunda, jenis curva, dan nilai batas rele akan bekerja. Untuk
menganalisis setting proteksi Overcurrent pada sisi 150kV kendari pada PT DSSP Kendari
dilakukan perhitungan nilai dengan mengetahui nilai arus hubung singkat tertinggi,dan
mengevaluasi time delay dari setting proteksi,serta disimulasikan dengan menggunakan
software etap 12.6. Dari hasil Perhitungan yang dilakukan,dapat diketahui arus hubung
singkat terbesar adalah arus hubung singkat 3 fasa dengan besar arus 131563 A, nilai setting
proteksi HV side transformer adalah 352,932 , time delay 3 second dengan tipe curva
Deifinite time, dan setting proteksi overcurrent pada sisi Penyulang 150 kV adalah 220,96A,
time delay 2 second dengan tipe kurva definite time. Pada simulasi, saat terjadi gangguan
pada sisi 150 kV dan nilai arus melebihi nilai arus yang ditetapkan,maka PMT pada sisi GI
150 kV PT DSSP Kendari akan tebuka terliebih dahulu,selanjutnya jika gagal akan di backup
oleh proteksi overcurrent dari HV side Transformer

Kata Kunci : proteksi overcurrent, GI PT DSSP Kendari, HV Side Transformer,Setting


proteksi overcurrent

v
ADE BAYU PRASETYO, (2020). ANALISIS KEANDALAN SISTEM
KELISTRIKAN PLTU KENDARI – 3. Essay. Under adviser by TACHRIR,ST.,MT
(ADVISER I) and YUNI ARYANI KOEDOES,ST.,MT (ADVISER II).

ABSTRACT
Overcurrent protection is apllied to protect power plant unit from fault possibility. The
setting accuracy is really determined the successness of the relay to protect the powerplant
unit. In a protection setting, time delay, curve type, current threshold when the relay will
working must be determined. To analys overcurrent protection setting 150 kV side in PT
DSSP Kendari,the value of short circuit mus be calculated and the time delay must be
evaluated, And then make a simulation in ETAP 12.6 software. The result of the calculation,
the biggest short circuit current is three phase short circuit with.131563 A, Threshold setting
in HV side Transformer is 359,932A with time delay is 3 second and definite time curve type,
in GI 150 kV PT DSSP side overcurrent threshold is 220,96 A with 2 second time delay and
definite time curve type. In simulation,when fault happened and the current is more the
Threshold value,the CB in GI 150 kV PT DSSP Kendari will opened first, and whn it fail, the
HV side overcurrent protection will backup the protection

Keyword : Overcurrent protection, GI PT DSSP Kendari, HV Side Transformer


overcurrent protection

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN..................................................................................................iii
KATA PEGANTAR.................................................................................................................iv
ABSTRAK.................................................................................................................................v
ABSTRACT................................................................................................................................vi
DAFTAR ISI............................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL....................................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah........................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
1.4 Batasan Masalah..........................................................................................................2
1.5 Manfaat Penelitian.......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................3
2.1 Penelitian Terdahulu....................................................................................................3
2.2 Rele proteksi................................................................................................................5
2.2.1 Rele Arus lebih (Over Current Relay)...........................................................6
2.2.2 Schneider EASERGY Sepam 838.................................................................9
2.2.3 Siemens Siprotec 5 7SJ82............................................................................13
2.3 PMT...........................................................................................................................15
2.3.1 PMT minyak................................................................................................16
2.3.2 PMT Udara Hembus (Air circuit Breaker)..................................................16
2.3.3 PMT Vacuum (Vacuum circuit breaker).....................................................16
2.3.4 PMT Gas SF6 ( SF6 Gas circuit breaker)....................................................16
2.4 PMS............................................................................................................................17
2.5 Current Transformer..................................................................................................18
2.6 Potensial Transformer................................................................................................19
2.7 PLTU..........................................................................................................................20
2.8 Trafo Tenaga 3 Fasa...................................................................................................21
2.8.1 Delta Delta...................................................................................................24

vii
2.8.2 Delta Star.....................................................................................................24
2.8.3 Star Delta.....................................................................................................25
2.8.4 Star Star........................................................................................................25
2.9 Electrical Transient Analysis Program (ETAP).........................................................26
2.9.1 Load flow analysis.......................................................................................27
2.9.2 Short circuit analysis....................................................................................29
2.10 Analisa Hubung Singkat............................................................................................31
2.11 Impedansi...................................................................................................................33
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................................35
3.1 Studi Literatur............................................................................................................35
3.2 Pengambilan Data......................................................................................................35
3.3 Pembuatan Simulasi Pada Software ETAP................................................................35
3.4 Penerapan Setting Proteksi........................................................................................35
3.5 Perubahan Nilai Setting Proteksi...............................................................................35
3.6 Bagan Alur.................................................................................................................36
BAB IV HASIL DAN ANALISA...........................................................................................37
4.1 Single Line Diagram..................................................................................................37
4.2 Spesifikasi Data.........................................................................................................38
4.3 Perhitungan................................................................................................................41
4.3.1 Perubahan Nilai Impedansi Jaringan Dari Bentuk Rectangular ke Polar....41
4.3.2 Perhitungan Arus hubung singkat................................................................42
4.3.3 Penentuan nilai Threshold Overcurrent.......................................................44
BAB V PENUTUP...................................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Rele proteksi Overcurrent HV side Transformer..............................................................5


Gambar 2. 2 Inverse Type curve............................................................................................................7
Gambar 2. 3 Instantaneous Time Curve.................................................................................................8
Gambar 2. 4 Definite Time Curve.........................................................................................................9
Gambar 2. 5 Interface rele Proteksi Schneider EASERGY Sepam 838...............................................10
Gambar 2. 6 Datasheet rele proteksi Schneider EASERGY Sepam 838..............................................11
Gambar 2. 7 Function rele proteksi Schneider EASERGY Sepam 838...............................................12
Gambar 2. 8 Rele proteksi Overcurrent Outgoing DSSP Kendari.......................................................13
Gambar 2. 9 Datasheet rele proteksi Siemens Siprotec 5 7SJ82..........................................................14
Gambar 2. 10 Setting value definite time rele proteksi Siemens Siprotec 5 7SJ82..............................15
Gambar 2. 11 PMT SF6 HV side Transformer PT DSSP Kendari.......................................................15
Gambar 2. 12 PMS Outgoing PT DSSP Kendari.................................................................................17
Gambar 2. 13 Current Transformer PT DSSP kendari.........................................................................18
Gambar 2. 14 Potensial Transformer PT DSSP kendari......................................................................19
Gambar 2. 15 Diagram rangkaian transformator.................................................................................19
Gambar 2. 16 Siklus PLTU.................................................................................................................20
Gambar 2. 17 Transformer tenaga 10,5 / 150 kV PT DSSP kendari....................................................21
Gambar 2. 18 Cara Kerja Transformator.............................................................................................22
Gambar 2. 19 Rangkaian Transformator..............................................................................................23
Gambar 2. 20 Rangkaian Transformator..............................................................................................23
Gambar 2. 21 Rangkaian Transformator Delta Delta...........................................................................24
Gambar 2. 22 Rangkaian Transformator Delta Star.............................................................................24
Gambar 2. 23 Rangkaian Transformator Star Delta.............................................................................25
Gambar 2. 24 Rangkaian Transformator Star Star...............................................................................25
Gambar 2. 25 Tampilan software ETAP..............................................................................................26
Gambar 2. 26 Edit toolbar software ETAP..........................................................................................27
Gambar 2. 27 Simulasi load flow analysis software ETAP.................................................................28
Gambar 2. 28 Short circuit analysis symbol software ETAP...............................................................29
Gambar 2. 29 Edit study case mene.....................................................................................................29
Gambar 2. 30 setting Bus fault window pada software ETAP.............................................................30
Gambar 2. 31 setting Bus fault window pada software ETAP.............................................................30
Gambar 2. 32 Simulasi Short circuir analysis 3 phase pada software ETAP.......................................31
Gambar 2. 33 Gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah....................................................................32
Gambar 2. 34 Gangguan hubung singkat 2 fasa ke tanah....................................................................32
Gambar 2. 35 Gangguan hubung singkat 3 fasa...................................................................................33
Gambar 2. 36 Komponen urutan positive............................................................................................34
Gambar 2. 37 Komponen urutan negative...........................................................................................34
Gambar 2. 38 Komponen urutan nol....................................................................................................35
Gambar 4. 1 Single line diagram Unit 1 PT DSSP Kendari.................................................................37
Gambar 4. 2 Spesifikasi penghantar line 150 kV.................................................................................38
Gambar 4. 3 Single Line diagram Rele Siemens 7SJ82 Definite time.................................................41
Gambar 4. 4 Pemodelan Single line Diagram PLTU DSSP Kendari...................................................46
Gambar 4. 5 Bus 10,5 kV Voltage.......................................................................................................47

ix
Gambar 4. 6 Frequensi Bus 10,5 kV....................................................................................................47
Gambar 4. 7 Bus 10,5 kV Power.........................................................................................................48
Gambar 4. 8 Bus 150 kV Voltage........................................................................................................48
Gambar 4. 9 frekuensi bus 150 kV......................................................................................................49
Gambar 4. 10 Main transformer rating setting pada ETAP 12.6..........................................................49
Gambar 4. 11 Generator rating setting pada ETAP 12.6......................................................................50
Gambar 4. 12 CT ratio (main transformer HV side) setting pada ETAP 12.6......................................50
Gambar 4. 13 CT ratio (Outgoing side) setting pada ETAP 12.6.........................................................51
Gambar 4. 14 Transformer Circuit breaker (HV side) setting pada ETAP 12.6...................................51
Gambar 4. 15 Bus 26 (HV side Transformer) setting pada ETAP 12.6...............................................52
Gambar 4. 16 Bus 27 (outgoing) setting pada ETAP 12.6...................................................................52
Gambar 4. 17 Bus 25 (LV side transformer) setting pada ETAP 12.6.................................................53
Gambar 4. 18 Simulasi Gangguan P-G PLTU DSSP Kendari pada bus 150 kV..................................54
Gambar 4. 19 Voltage sisi 150 kV.......................................................................................................55
Gambar 4. 20 Arus pada sisi 150 kV saat terjadi gangguan pada bus 26.............................................55
Gambar 4. 21 Simulasi Gangguan PLTU DSSP Kendari pada bus 150 kV.........................................56
Gambar 4. 22 Voltage sisi 150 kV.......................................................................................................57
Gambar 4. 23 Arus sisi 150 kV............................................................................................................57

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Transformator Daya 75000 kVA...................................................................................38


Tabel 2. Data Penyulang 150 kV GI DSSP – GI Kendari new............................................................39
Tabel 3. Data Setting Overcurrent protection Transformer 10,5/150..................................................40
Tabel 4. Data Setting Overcurrent protection pada penyulang 150 kV GI DSSP................................40
Tabel 5. Data Setting Overcurrent protection pada penyulang 150 kV GI DSSP................................43
Tabel 6. Data Setting Beban 7 hari tanggal 1 november 2020 – 7 november 2020..............................45
Tabel 7. Perbandingan Setting Pada sisi GI 150 kV DSSP Kendari antara nilai existing dan nilai
perhitungan..........................................................................................................................................53
Tabel 8. Perbandingan Setting Pada HV side Transformer Kendari antara nilai existing dan nilai
perhitungan..........................................................................................................................................54

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini,listrik adalah sumber energy yang sangat dibutuhkan untuk menunjang setiap
kepentingan individu ataupun perusahaan. Energy listrik juga berguna untuk pembangunan
infrastruktur sebuah negara yang tentu saja berhubungan dengan kemajuan sebuah negara
dalamberbagai sektor. Apabila sumber energi listrik tidak terpenuhi, maka pembangunan
infrastruktur akan terhambat. Dalam hal energy listrik, kestabilan dan keandalan system
energy listrik sangatlah penting. Dapat diketahui bahwa energi listrik diproduksi oleh
perusahaan pembangkit listrik dengan sumber pembangkitan yang berbeda beda dan
kapasitas yang berbeda beda. Tidak hanya pembangkit milik negara saja yang turut
menunjang rasio elektrifikasi sebuah negara, namun juga ada perusahaan milik swasta yang
turut serta dalam menunjang rasio elektrifikasi di Indonesia. Masing - masing Perusahaan ini
berperan penting dalam menjaga kestabilan energi listrik di suatu negara tersebut.Untuk
menunjang kestabilan energi listrik, masing - masing perusahaan harus mempunyai sistem
control yang stabil dan handal, agar kualitas listrik yang dihasilkan secara kontinyu sesuai
dengan standar yang ditentukan oleh masing masing negara.
Tidak hanya sistem control yang baik saja yang dibutuhkan dalam sebuah pembangkit.
Disamping sebuah pebangkit harus mensuplai listrik untuk konsumen, sebuah pembangkit
harus melindungi diri mereka sendiri dari gangguan yang terjadi dari dalam maupun luar
pembangkit. Hal ini dilakukan untuk melindungi peralatan sistem pembangkit yang sensitive
terhadap gangguan. Sistem ini diber nama sistem ptoreksi listrik. Oleh karena itu tidak hanya
sistem control saja yang harus handal tetapi juga sistem proteksi, yang dapat bekerja dengan
baik saat dibutuhkan.
Kestabilan sebuah sistem tak lepas dari kestablian komponen pendukungnya yang akan
sangat menentukan kwalitas dari sebuah sistem. Komponen tersebut adalah kumpulan device
yang mempunyai tugas masing masing dalam sebuah sistem. Pada sistem proteksi, device
yang digunakan mempunyai setting tertentu yang digunakan untuk mendapatkan sistem
proteksi yang terbaik. Banyak sekali sistem proteksi yang digunakan dalam satu unit
pembangkit . Proreksi Overfrequency, Overvoltage, Underfrequency, Undervoltage dan
overcurrent.Saat terjadi gangguan pada saluran yang menyebabkan melonkajnya nilai arus
pada jaluran transmisi, Proteksi overcurrent lah yang bertugas untuk mengamankan unit
pembangkit dari gangguan tersebut. Oleh karena itu, ketepatan nilai setting pun sangat
menentukan tingkat keberhasilan sebuah rele dalam mengamankan unit yang di protect.Pada
2

proteksi,nilai yang harus di setting adalah nilai waktu tunda, jenis curva, dan nilai batas rele
akan bekerja

1.2 Rumusan masalah


Adapun yang menjadi masalah dalam penulisan tugas akhir ini adalah
1. Bagaimana setting proteksi proteksi overcurrent yang terpasang GI DSSP Kendari?
2. Bagaimana setting proteksi overcurrent menurut perhitungan pada GI DSSP Kendari
?

1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi masalah dalam penulisan tugas akhir ini adalah
1. Mengetahui setting proteksi overcurrent yang terpasang GI DSSP Kendari
2. Mengetahui setting proteksi overcurrent menurut perhitungan pada GI DSSP
Kendari

1.4 Batasan Masalah


Untuk mendapatkan hasil pembahasan yang maksimal, maka penulis perlu membatasi
masalah yang akan dibahas. Adapun batasan masalah dalam Tugas Akhir ini adalah:

1. Analisa Setting dilakukan pada PLTU Kendari – 3.

2. Analisa dilakukan dengan melakukan simulasi pada software ETAP.

3. Analisa dilakukan dengan mengambil sistem proteksi overcurrent pada jaringan


150kV PLTU Kendari – 3.

1.5 Manfaat Penelitian


Laporan Tugas Akhir ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Bagi kalangan akademis dapat di gunakan sebagai bahan informasi studi lanjutan
yang diperlukan untuk pengembangan yang berkaitan dengan PLTU.
2. Untuk memenuhi persyaratan kelulusan sarjana teknik di Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo Kendari.
3. Bagi penulis sendiri untuk menambah wawasan dan juga pengetahuan mengenai
operasional PLTU.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


YUDHIF PRASETYO WIBIYANTORO dalam jurnalnya yang berjudul “analisa
seting relai arus lebih (over current relay) pada transformator daya 54 mva di pltu
tanjung jati b” memaparkan Transformator daya secara global sangat diperlukan,
mengingat banyaknya kebutuhan energi yang digunakan oleh masyarakat. Kebutuhan
energi tersebut ditanggapi oleh pemerintah dengan mengadakan program pemerintah
yaitu membuat pembangkit baru maupun pembangkit yang belum selesai hingga
memperoleh energi 35000 MW. Transformator daya merupakan komponen penting
untuk mentransmisikan energi tersebut. Transformator daya yang handal dapat didukung
dengan peralatan proteksi yang baik, salah satunya relai arus lebih. Relai arus lebih
bekerja mendeteksi kelebihan arus yang melewati sistem dan memberikan perintah
kepada PMT (pemutus) untuk trip atau memhentikan aliran daya ke beban yang
bertujuan untuk memberikan proteksi kepada transformator daya dari gangguan yang
ada. Syarat relai yang baik antara lain sensitive, cepat, selektif, handal dan ekonomis.
Metode yang digunakan pada penelitian adalah mengolah data yang diperoleh yang akan
digunakan untuk perhitungan matematis. Besaran yang dicari adalah arus nominal, rasio
CT yang terpasang, arus pickup, arus Instantaneous, time delay dan arus aktual. Besar
nilai CT yang terpasang sisi primer 1500:5 dan sisi sekunder yang terhubung ke baban
3500:5. Hasil yang diperoleh dengan perhitungan matematis, tidak boleh melebihi arus
4.7 A pada sisi primer dan 4,45 A pada sisi sekunder. Nilai arus terbaca oleh relai
melebihi atau sama dengan 4.7 A (primer) dan 4.45 A (sekunder) maka relai aktif dan
PMT akan berkerja atau trip.

WIDODO HADI PRABOWO (2018) dalam jurnalnya yang berjudul “analisa


koordinasi proteksi over current relay pada gardu induk wonogiri 150 kv” memaparkan
Gangguan yang disebabkan arus lebih pada sistem transmisi menimbulkan terputusnya
pasokan listrik kebeban dan menyebabkan kerugian pada sistem transmisi maupun
kerugian pada konsumen energi listrik. Salah satu cara untuk mengatasi gangguan
tersebut yaitu dengan memasang alat proteksi pada transformator. Alat proteksi di
gunakan pada Gardu Induk Wonogiri yaitu rele arus lebih (over current relay). Rele arus
lebih merupakan rele proteksi yang bekerja dengan pemutus tenaga (Circuit Breaker) dan
bekerja dengan membaca masukan berupa besaran arus kemudian membandingkan

3
4

dengan nilai setting. Penelitian ini bertujuan mengetahui gangguan arus lebih dan
menghitung nilai setting pada rele arus lebih. Metode yang digunakan yaitu dengan
menghitung tripping time tiap gangguan serta tanpa menggunakan software untuk media
simulasi. Hasil perhitungan setting rele di dapatkan waktu kerja rele untuk 3 zona yaitu
pada OCR, sisi penyulang dengan gangguan terkecil 3700 A dengan t = 907 ms dan
gangguan terbesar 8500 A dengan t = 639 ms, sisi 20 KV dengan gangguan terkecil 3700
A dengan t = 2317 ms dan gangguan terbesar 8500 A dengan t =1066 ms, sisi 150 KV
dengan gangguan terkecil 3700 A dengan t = 2967 ms dan gangguan terbesar 8500 A
dengan t = 1480 ms.

Yehezkiel Rondonuwu (2018),dalam jurnalnya yang berjudul “Analisa Setting Relai


Arus Lebih Jaringan Transmisi 150kV Pada Sistem Minahasa” Gangguan pada sistem
tenaga listrik disebabkan oleh gangguan dari dalam maupun gangguan dari luar. Untuk
itu diperlukan suatu sistem proteksi yang dapat menjamin kontinuitas energi listrik
sehingga keandalan sistem tetap terjaga. Relai adalah suatu peralatan penting dalam
rangkaian proteksi. Ada banyak macam relai yang diketahui dalam sistem tenaga listrik.
Salah satunya adalah relai arus lebih (over current relay), relai ini mengamankan
peralatan atau jaringan listrik dari gangguan arus lebih dan arus hubung singkat. Arus
hubung singkat terdapat hubung singkat tiga fasa, dua fasa dan fasa ke tanah. Setting
relai arus lebih untuk jaringan Lopana – Tanjung Merah di sistem Minahasa diperoleh
apabila terjadi gangguan pada GI Tanjung Merah maka PMT pada SJ 3.1 akan bekerja
dulu dengan setting waktu 0,689 detik dan yang menjadi backup 1 adalah PMT SN 3.1
dengan setting waktu 1,089 detik. PMT SL 3.8 adalah backup 2 dengan setting waktu
1,489 detik dan yang menjadi backup 3 adalah PMT S.P 3.6 dengan setting waktu 1,889
detik.
5

2.2 Rele proteksi

Gambar 2. 1 Rele proteksi Overcurrent HV side Transformer

Rele Proteksi Rele adalah salah satu komponen pada sistem proteksi yang berfungsi
untuk sensing atau mendeteksi letak gangguan. Rele bekerja secara otomatis untuk mengisolir
titik gangguan sehingga tidak mengganggu perangkat lain di industri. Ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi oleh rele proteksi, yaitu :
1. Sensitifitas
Suatu relay proteksi bertugas mengamankan suatu bagian tertentu dari suatu
sistem tenaga listrik, alat atau bagian sisitem yang termasuk dalam jangkauan
pengamanannya. Rele proteksi mendeteksi adanya gangguan yang terjadi di daerah
pengamanannya dan harus cukup sensitif untuk mendeteksi gangguan tersebut
dengan rangsangan minimum dan bila perlu hanya mengaktifkan pemutus tenaga
(PMT) yang berfungsi untuk memisahkan bagian sistem yang terganggu, sedangkan
bagian sistem yang tidak mengalami gangguan dalam hal ini tidak boleh terbuka.
2. Kecepatan
Reaksi Makin cepat rele proteksi bekerja, tidak hanya dapat memperkecil
kemungkinan akibat gangguan, tetapi dapat memperkecil kemungkinan meluasnya
akibat yang ditimbulkan oleh gangguan.
6

3. Selektifitas
Selektivitas dari rele proteksi adalah suatu kualitas kecermatan pemilihan dalam
mengadakan pengamanan. Bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh karena
terjadinya gangguan harus sekecil mungkin, sehingga daerah yang terputus menjadi
lebih kecil. Rele proteksi hanya akan bekerja selama kondisi tidak normal atau
gangguan yang terjadi didaerah pengamanannya dan tidak akan bekerja pada kondisi
normal atau pada keadaan gangguan yang terjadi diluar daerah pengamanannya.
Peralatan pengaman tidak boleh bekerja untuk arus starting motor, arus pengisian
(inrush current) pada transformator.
4. Keandalan
Dalam keadaan normal atau sistem yang tidak pernah terganggu rele proteksi
tidak bekerja selama berbulan-bulan mungkin bertahun-tahun, tetapi rele proteksi
bila diperlukan harus dan pasti dapat bekerja, sebab apabila rele gagal bekerja dapat
mengakibatkan 13 kerusakan yang lebih parah pada peralatan yang diamankan atau
mengakibatkan bekerjanya rele lain sehingga daerah itu mengalami pemadaman
yang lebih luas. Untuk tetap menjaga keandalannya, maka relay proteksi harus
dilakukan pengujian secara periodik. Keandalan rele dihitung berdasarkan intensitas
jumlah rele yang bekerja terhadap jumlah gangguan yang terjadi. Keandalan rele
yang baik adalah 90% keatas (90%-100%). Tergantung dari manipulasi kontrol yang
digunakan, rele tidak hanya dapat memerintah kerja circuit breaker agar trip, tetapi
bisa dimanipulasi untuk menutup suatu kontrol rangkaian alarm. Semakin baik
keandalan dari sebuah rele akan menjamin kontinuitas layanan menjadi semakin
baik pula.
5. Ekonomis
Dalam pemilihan rele pengaman harus disesuaikan dengan harga peralatan yang
diamankan. Sehingga harga rele pengaman yang digunakan tidak melebihi harga
peralatan yang diamankan. Hal ini sebagai salah satu syarat utama dikarenakan akan
mempengaruhi harga investasi serta jika salah perhitungan maka akan membuat rele
sia sia. Dari segi investor mengharapkan para perancang agar dapat memakai jenis
rele yang semurah murah nya tetapi dengan hasil yang maksimal.[1]
Berikut adalah jenis Rele proteksi berdasarkan jenis pembacaan
7

2.2.1 Rele Arus lebih (Over Current Relay)


Rele arus lebih adalah sebuah jenis rele proteksi yang bekerja berdasarkan prinsip
besarnya arus input yang masuk ke dalam peralatan sensing rele. Apabila besaran arus
yang masuk melebihi harga arus yang telah disetting (IP) sebagai standart kerja rele
tersebut, maka rele arus ini akan bekerja dan memberikan perintah pada CB untuk
memutuskan sistem. Pada umumnya karena kebanyakan rele arus lebih memakai trafo
arus ( CT ) sebagai alat bantu, maka besaran IP juga dinyatakan sebagai arus keluaran
gulungan sekunder dari CT. Begitu pula apabila terjadi arus gangguan (IF) yang terjadi
di dalam daerah pengamanan rele juga dinyatakan terhadap gulungan sekunder CT.
Secara singkat prinsip kerja rele arus lebih dapat ditulis sebagai berikut : Jika IF > IP
maka rele bekerja ( trip ) Sebaliknya IF < IP maka rele tidak bekerja ( block ) Jadi
apabila peralatan sensing daripada rele mendeteksi adanya besaran arus gangguan yang
lebih besar nilainya dari arus kerja yang telah disetting maka rele akan memberikan
perintah untuk trip. Sedangkan apabila rele mendeteksi adanya arus gangguan namun
besaran arus tersebut tidak melebihi besar nilai arus kerja maka rele akan memberikan
perintah untuk block. [2]

Rele arus lebih dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan kurva nya :
1. Rele Arus lebih Lebih Waktu Terbalik ( Invers Time)

Gambar 2. 2 Inverse Type curve


8

Relai dangan karakteristik waktu terbalik adalah jika jangka waktu dari
relai dan arus pick up dari operasi dengan besarnya nilai yang berbanding
terbalik dengan arus yang ada. Relai ini bekerja dengan Gangguan Rele CB 16
waktu operasi berbanding terbalik terhadap besarnya arus yang terukur oleh
relai. Relai ini mempunyai karakteristik kerja yang dipengaruhi baik oleh
waktu maupun arus. Sehingga ketikan arus gangguan hubung singkat semakin
besar maka waktu yang dibutuhkan untuk membuka atau memutus circuit
breaker menjadi semakin cepat dan ketika arus gangguan bernilai kecil maka
waktu yang dibutuhkan rele untuk beroperasi untuk membuka atau memutus
CB semakin lama.[1]

2. Rele Arus Lebih Seketika (Instantaneous)

Gambar 2. 3 Instantaneous Time Curve

Relai arus lebih dengan karakteristik waktu kerja seketika bekerja dengan
jangka waktu rele yang dimulai saat relai arus lebih sensing sampai selesainya
kerja rele sangat singkat yaitu memiliki waktu (20-100 ms), yaitu tanpa
penundaan waktu. Relai ini pada umumnya dikombinasikan dengan relai arus
lebih dengan karakteristik waktu tertentu (definite time) atau waktu terbalik
(inverse time). Pada gambar 2.5 adalah karakteristik kerja dari rele arus lebih
ketika berkeadaan seketika (instantaneous).[1]
9

3. Rele Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time)

Gambar 2. 4 Definite Time Curve

Relai arus lebih yang menggunakan karakteristik waktu tertentu adalah


ketika jangka waktu respon oleh rele terhadap nilai arus pick up sampai selesai
kerja rele tidak bergantung berdasarkan besar arus yang melewati rele tersrbut.
Rele dalam keadaan ini bekerja berdasarkan waktu tunda yang telah ditentukan
sebelumnya dan tidak tergantung pada perbedaan besarnya arus. Gambar 2.6
menunjukkan kurva karakteristik rele arus lebih waktu tertentu. [1]

2.2.2 Schneider EASERGY Sepam 838


EASERGY Sepam 838 adalah salah satu jenis multifunction rele proteksi dari
Sepam 80 series bermanufakture Schneider, Dimana rele ini menyediakan banyak fitur
proteksi yang dapat diaktifkan sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Berikut adalah interface rele Sepam 838 beseta fungsinya
10

Gambar 2. 5 Interface rele Proteksi Schneider EASERGY Sepam 838


11

Berikut adalah spesifikasi singkat dari rele Sepam 838

Gambar 2. 6 Datasheet rele proteksi Schneider EASERGY Sepam 838


12

Pada rele ini terdapat beberapa fitur yag dapat digunakan sesuai dengan
kebutuhan pengguna :

Gambar 2. 7 Function rele proteksi Schneider EASERGY Sepam 838


13

2.2.3 Siemens Siprotec 5 7SJ82

Gambar 2. 8 Rele proteksi Overcurrent Outgoing DSSP Kendari

Siprotec 5 7SJ64 adalah sebuah rele proteksi Overcurrent yang diproduksi


oleh SIEMENS
14

Gambar 2. 9 Datasheet rele proteksi Siemens Siprotec 5 7SJ82


15

Gambar 2. 10 Setting value definite time rele proteksi Siemens Siprotec 5 7SJ82

2.3 PMT

Gambar 2. 11 PMT SF6 HV side Transformer PT DSSP Kendari

Circuit Breaker /PMT adalah sebuah peralatan yang diguakan untuk memutus rangkaian
listrik pada suatu sistem tenaga listrik, yang mampu untuk membuka dan menutup rangkaian
listrik pada semua kondisi termasuk arus hubung singkat,sesuai dengan ratingnya..ada
beberapa syarat untuk pemasangan PMT
1. Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara terus menerus
2. Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam geadaan berbeban
16

3. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus hubung
singkat tidak merusak peralatan.
PMT harus dapat beroperasi pada saat keadaan berbeban, oleh karna itu harus dapat
meredam busur api yang terbentuk akibat pemutusan pada saat keadaan berbeban.berikut
beberapa jenis PMT berdasarkan media peredam busur api .

2.3.1 PMT minyak


Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 10 kA dan pada
rangkaian bertegangan sampai 500 kV. Pada saat kontak dipisahkan, busur api akan
terjadi didalam minyak, sehingga minyak menguap dan menimbulkan gelembung gas
yang menyelubungi busur api, karena panas yang ditimbulkan busur api, minyak
mengalami dekomposisi dan menghasilkan gas hydrogen yang bersifat menghambat
produksi pasangan ion. Oleh karena itu, pemadaman busur api tergantung pada
pemanjangan dan pendinginan busur api dan juga tergantung pada jenis gas hasil
dekomposisi minyak.

2.3.2 PMT Udara Hembus (Air circuit Breaker)


Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 40 kA dan pada
rangkaian bertegangan sampai 765 kV. PMT udara hembus dirancang untuk mengatasi
kelemahan pada PMT minyak, yaitu dengan membuat media isolator kontak dari bahan
yang tidak mudah terbakar dan tidak menghalangi pemisahan kontak, sehingga
pemisahan kontak dapat dilaksanakan dalam waktu yang sangat cepat. Saat busur api
timbul, udara tekanan tinggi dihembuskan ke busur api melalui nozzle pada kontak
pemisah dan ionisasi media diantara kontak dipadamkan oleh hembusan udara tekanan
tinggi itu dan juga menyingkirkan partikel-partikel bermuatan dari sela kontak, udara ini
juga berfungsi untuk mencegah restriking voltage (tegangan pukul ulang).

2.3.3 PMT Vacuum (Vacuum circuit breaker)


Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus rangkaian bertegangan sampai
38 kV. Pada PMT vakum, kontak ditempatkan pada suatu bilik vakum. Untuk mencegah
udara masuk kedalam bilik, maka bilik ini harus ditutup rapat dan kontak bergeraknya
diikat ketat dengan perapat logam.

2.3.4 PMT Gas SF6 ( SF6 Gas circuit breaker)


Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 40 kA dan pada
rangkaian bertegangan sampai 765 kV. Media gas yang digunakan pada tipe ini adalah
gas SF6 (Sulphur hexafluoride). Sifat gas SF6 murni adalah tidak berwarna, tidak
17

berbau, tidak beracun dan tidak mudah terbakar. Pada suhu diatas 150º C, gas SF6
mempunyai sifat tidak merusak metal, plastic dan bermacam bahan yang umumnya
digunakan dalam pemutus tenaga tegangan tinggi.
Sebagai isolasi listrik, gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi (2,35
kali udara) dan kekuatan dielektrik ini bertambah dengan pertambahan tekanan. Sifat lain
dari gas SF6 ialah mampu mengembalikan kekuatan dielektrik dengan cepat, tidak terjadi
karbon selama terjadi busur api dan tidak menimbulkan bunyi pada saat pemutus tenaga
menutup atau membuka.
Selama pengisian, gas SF6 akan menjadi dingin jika keluar dari tangki
penyimpanan dan akan panas kembali jika dipompakan untuk pengisian kedalam
bagian/ruang pemutus tenaga. Oleh karena itu gas SF6 perlu diadakan pengaturan
tekanannya beberapa jam setelah pengisian, pada saat gas SF6 pada suhu lingkungan

2.4 PMS

Gambar 2. 12 PMS Outgoing PT DSSP Kendari

Pada umumnya pemisah tidak dapat memutuskan arus, tidak dapat memutuskan arus
yang kecil, misalnya arus pembangkitan trafo atau arus pemuat riil, tetapi pembukaan dan
penutupannya harus dilakukan setelah pemutus tenaga lebih dulu dibuka.
Untuk menjamin bahwa kesalahan urutan operasi tidak terjadi, maka harus ada keadaan
saling mengunci (interlock), antara pemisah dan pemutus beban. Seperti pemisah yang
terdapat di GI dalam rangkaian kontrolnya terdapat rangkaian interlock yang akan mencegah
18

bekerjanya saklar pemisah apabila pemutus tenaganya masih tertutup. Jika dikerjakan dengan
tangan (manual), maka untuk mencegah kesalahan kerja, dipakai lampu sebagai tanda “boleh
kerja” di dekat kontak operasi kontrol dari ruangn kontrol. Cara lain adalah dengan
menggunakan kunci untuk masing-masing kontak kontrol atau kunci rangkap (doublet).
Dalam pemakaiannya PMS ini berfungsi untuk memisahkan perlengkapan sistem dan
perlengkapan sistem rel-rel yang bertegangan sewaktu ada perbaikan. Pemisah dibagi
menjadi 2 :
1. Pemisah tanah
Saklar pemisah tanah berfungsi untuk mengamankan peralatan dari tegangan
sisayang timbul darisebuah jaringan SUTT yang telah diputuskan, dapat juga untuk
mengamankan dari tegangan induksi yang berasal dari kabel pengahantar atau
kabelkabel yang lainnya.
2. Pemisah Peralatan
Saklar pemisah peralatan ini berfungsi untuk mengisolasikan atau melindungi
peralatan listrik dari peralatan-peralatan lainnya pada suatu instalasi bertegangan
tinggi. Saklar pemisah ini harus dioperasikan saat kondisi tanpa beban. Jadi harus
diperhatikan bahwa pada waktu pelepasan sedang tidak ada arus yang mengalir pada
peralatan.

2.5 Current Transformer

Gambar 2. 13 Current Transformer PT DSSP kendari


Trafo Arus (Current Transformer, CT) Current transformer (CT) atau Trafo Arus adalah
peralatan pada sistem tenaga listrik yang berupa trafo yang digunakan untuk pengukuran arus
yang besarnya hingga ratusan ampere dan arus yang mengalir pada jaringan tegangan tinggi.
19

Di samping untuk pengukuran arus, trafo arus juga digunakan untuk pengukuran daya dan
energi, pengukuran jarak jauh, dan rele proteksi. Kumparan primer trafo dihubungkan seri
dengan rangkaian atau jaringan yang akan dikur arusnya sedangkan kumparan sekunder
dihubungkan dengan meter atau dengan rele proteksi. Trafo arus mempunyai beberapa
fungsi, antara lain :
 Memperkecil besaran arus listrik (ampere) pada sistem tenaga listrik menjadi besaran
arus untuk sistem pengukuran dan proteksi.
 Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer, yaitu memisahkan
instalasi pengukuran dan proteksi dari sistem tegangan tinggi.
Rating dari trafo arus ditentukan berdasarkan rasio arus primer dengan arus sekunder.
Umumnya rasio trafo arus yang digunakan adalah 24 (dalam ampere) 600:5, 800:5, 1000:5,
1600:1. Rating arus 5 ampere atau 1 ampere banyak digunakan sebagai standar pada trafo
arus. Beberapa rele proteksi menggunakan arus sekunder CT sebagai input masukan seperti
rele arus lebih, rele groundfault, dan lain-lain.

2.6 Potensial Transformer

Gambar 2. 14 Potensial Transformer PT DSSP kendari


Potensial Transformer adalah peralatan listrik yang berfungsi untuk mengkonversi
tegangan tinggi ke tegangan rendah untuk kebutuha pengukuran.
20

Gambar 2. 15 Diagram rangkaian transformator


E1 N 1
= =a………………………………………………………………………………..
E2 N 2
(2.1)
Dimana :
A = Ratio transformasi
N1 = Jumlah kumparan primer
N2 = Jumlah kumparan sekunder
E1 = tegangan primer
E2 = tegangan sekunder

Fungsi dari PT adalah :


 Mentransformasikan besaran tegangan sistem dari yang tinggi ke besaran tegangan
listrik yang lebih rendah sehingga dapat digunakan untuk peralatan proteksi dan
pengukuran yang lebih aman, akurat dan teliti.
 Mengisolasi bagian primer yang tegangannya sangat tinggi dengan bagian sekunder
yang tegangannya rendah untuk digunakan sebagai sistem proteksi dan pengukuran
peralatan dibagian primer.
 Sebagai standarisasi besaran tegangan sekunder (100, 100/√3, 110/√3 dan 110 volt)
untuk keperluan peralatan sisi sekunder.
 Memiliki 2 kelas, yaitu kelas proteksi (3P, 6P) dan kelas pengukuran (0,1; 0,2; 0,5;
1;3).

2.7 PLTU
PLTU (pembangkit listrik tenaga uap adalah jenis pembangkit yang menggunakan uap
kering untuk memutar turbin.uap ini dihasilkan dari proses pemanasan air didalam boiler
dengan menggunakan bahan bakar baru bara atau soalr untuk memanaskan air.
21

Gambar 2. 16 Siklus PLTU


Tingginya jumlah batu bara dan rendahnya harga batubara menjadikan baru bara menjadi
bahan bakar pilihan untuk memanaskan air.uap panas kemudian akan memutar turbin yang di
couple dengan generator. Dalam proses pemanasan air dibutuhkan parameter parameter yang
harus dipenuhi agar sebuah PLTU dapat bekerja se-efisien mungkin.

2.8 Trafo Tenaga 3 Fasa

Gambar 2. 17 Transformer tenaga 10,5 / 150 kV PT DSSP kendari


Transformator (Trafo) merupakan peralatan listrik yang berfungsi untuk menyalurkan
daya/tenaga dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya. Trafo merupakan
peralatan statis dimana rangkaian magnetik dan belitan yang terdiri dari 2 atau lebih belitan,
secara induksi elektromagnetik, mentransformasikan daya (arus dan tegangan) sistem AC ke
sistem arus dan tegangan lain pada frekuensi yang sama (IEC 60076 -1 tahun 2011). Trafo
menggunakan prinsip hukum induksis faraday dan hukum lorentz dalam menyalurkan daya,
22

dimana arus bolak balik yang mengalir mengelilingi suatu inti besi maka inti besi itu akan
berubah menjadi magnet. Dan apabila magnet tersebut dikelilingi oleh suatu belitan maka
pada kedua ujung belitan tersebut akan terjadi beda potensial.

Gambar 2. 18 Cara Kerja Transformator

Transformator 3 fasa adalah transformator yang mempunya 3 belitan primer dan 3


belitan sekunder yang dapat mengkonversi 3 tegangan sekaligus,baiku step up maupun step
down.
Sebuah transformator tidak dapat bertindak sebagai perangkat pengubah fasa dan
mengubah fasa tunggal menjadi tiga 3-fasa atau tiga 3-fasa menjadi fasa tunggal. Untuk
membuat koneksi transformator kompatibel dengan supply tiga 3-fasa, kita perlu
menghubungkannya bersama-sama dengan cara tertentu untuk membentuk Konfigurasi
Transformator Tiga 3-Fasa.
Sebuah transformator tiga 3-fasa atau 3φ transformator dapat dibangun baik dengan
menghubungkan bersama-sama tiga trafo 1-fasa tunggal, sehingga membentuk apa yang
disebut tiga 3-fasa transformator bank, atau dengan menggunakan satu transformator tiga 3-
fasa pra-assembled dan seimbang yang terdiri dari tiga pasang tunggal gulungan fasa
dipasang ke satu inti laminasi tunggal.
Keuntungan membangun trafo tiga 3-fasa tunggal adalah bahwa untuk peringkat kVA
yang sama akan lebih kecil, lebih murah dan lebih ringan daripada tiga trafo fasa tunggal
individu yang dihubungkan bersama karena inti tembaga dan besi digunakan lebih efektif.
Metode menghubungkan belitan primer dan sekunder adalah sama, apakah hanya
menggunakan satu Transformator Tiga 3-Fasa atau tiga Transformator Fasa Tunggal yang
terpisah.
23

Gambar 2. 19 Rangkaian Transformator

Gambar 2. 20 Rangkaian Transformator

Ada beberapa macam kombinasi dari koneksi transformator


24

2.8.1 Delta Delta

Gambar 2. 21 Rangkaian Transformator Delta Delta

Pada jenis ini ujung fasa dihubungkan dengan ujung netral kumparan lain yang
secara keseluruhan akan terbentuk hubungan delta/ segitiga. Hubungan ini umumnya
digunakan pada sistem yang menyalurkan arus besar pada tegangan rendah dan yang
paling utama saat keberlangsungan dari pelayanan harus dipelihara meskipun salah satu
fasa mengalami kegagalan.

2.8.2 Delta Star

Gambar 2. 22 Rangkaian Transformator Delta Star


25

Pada hubung ini, sisi primer transformator dirangkai secara segitiga sedangkan
pada sisi sekundernya merupakan rangkaian bintang sehingga pada sisi sekundernya
terdapat titik netral. Biasanya digunakan untuk menaikkan tegangan (Step -up) pada awal
sistem transmisi tegangan tinggi. Dalam hubungan ini perbandingan tegangan kali
perbandingan lilitan transformator dan tegangan sekunder mendahului sebesar 300.

2.8.3 Star Delta

Gambar 2. 23 Rangkaian Transformator Star Delta


Pada hubung ini, kumparan pada sisi primer di rangkai secara bintang (wye) dan
sisi sekundernya di rangkai segitiga. Umumnya digunakan pada transformator untuk
jaringan transmisi dimana tegangan nantinya akan diturunkan (Step- Down). Pada
hubungan ini, perbandingan tegangan jala-jala 1/3 kali perbandingan lilitan transformator
dan tegangan sekunder tertinggal 300 dari tegangan primer.

2.8.4 Star Star

Gambar 2. 24 Rangkaian Transformator Star Star


26

Pada jenis ini ujung ujung pada masing masing terminal dihubungkan secara
bintang. Titik netral dijadikan menjadi satu. Hubungan dari tipe ini lebih ekonomis untuk
arus nominal yang kecil, pada transformator tegangan tinggi Jumlah dari lilitan perfasa
dan jumlah isolasi minimum karena tegangan fasa tegangan jala-jala (Line), juga tidak
ada perubahan fasa antara tegangan primer dengan sekunder. Bila beban pada sisi
sekunder dari transfor-mator tidak seimbang, maka tegangan fasa dari sisi beban akan
berubah kecuali titik bintang dibumikan.

2.9 Electrical Transient Analysis Program (ETAP)


Etap adalah sebuah software yang digunakan untuk menganalisa sebuah sistem
kelistrikan secara rinci Mulai dari Power hinggak networking. Banyak fitur yang terdapat
pada software ETAP sepert load flow analysis, short circuit analysis, motor acceleration
analysis hingga dapat mensimulasikan koordinasi sistem proteksi.

Gambar 2. 25 Tampilan software ETAP


27

Gambar 2. 26 Edit toolbar software ETAP

2.9.1 Load flow analysis


Percobaan load flow atau aliran daya ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik
aliran daya yang berupa pengaruh dari variasi beban dan rugi-rugi transmisi pada aliran
daya dan juga mempelajari adanya tegangan jatuh di sisi beban . Aliran daya pada suatu
sistem tenaga listrik secara garis besar adalah suatu peristiwa daya yang mengalir berupa
daya aktif (P) dan daya reaktif (Q) dari suatu sistem pembangkit (sisi pengirim) melalui
suatu saluran atau jaringan transmisi hingga sampai ke sisi beban (sisi penerima). Pada
kondisi ideal, maka daya yang diberikan oleh sisi pengirim akan sama dengan daya yang
28

diterima beban. Namun pada kondisi real, daya yang dikirim sisi pengirim tidak akan
sama dengan yang diterima beban

Untuk melakukan simulasi Load flow dari rancangan sistem yang telah dibuat
langkah yang harus dilakukan adalah :

1. klik Load flow pada select mode bar

2. klik run load flow


3. Hasil simulasi akan didapatkan seperti :

Gambar 2. 27 Simulasi load flow analysis software ETAP


29

Pada gambar 2.26 adalah gambar pada saat simulasi Load Flow Analysis, dapat
dilihat besar arus dan tegangan terbaca ditunjukkan dengan tulisan berwarna
merah,dimana pada sisi 10,5 kV besar arus adalah 3090,5,dengan besar tergangan
terbaca adalah 10,5 kV sedangkan pada sisi 150 kV, tegangan terbaca adalah 150 kV dan
arus yang terbaca adalah 216,3

2.9.2 Short circuit analysis

1. Pilih (klik kiri) short circuit analysis untuk masuk ke jendela analisis hubung
singkat

Gambar 2. 28 Short circuit analysis symbol software ETAP

2. Pilih (klik kiri) edit study case untuk dapat mengatur skenario dan standar
analisis hubung singkat yang digunakan maka akan muncul tampilan seperti
dibawah:

Gambar 2. 29 Edit study case menu


30

Gambar 2. 30 setting Bus fault window pada software ETAP


3. Pilih bus yang akan disimulasikan terjadinya hubung singkat dg mengklik
nomor bus lalu klik fault.
4. Tentukan standard dg mengklik toolbar standard kemudian pilih apakah IEC
atau ANSI
5. KLIK OK
6. Pilih gangguan apa saja yang akan terjadi,contoh hubung singkat 3 fasa

Gambar 2. 31 setting Bus fault window pada software ETAP

7. Bus      yang   terkena   gangguan   akan   berwarna   merah   dan  


dida[patkan   hasil   simulasi sebagai berikut:
31

Gambar 2. 32 Simulasi Short circuir analysis 3 phase pada software ETAP


Dapat dilihat dai gmabar diatas nilai hasil simulasi adalah tulisan dengan warna merah,
short circuit (fault) disimulasikan terjadi pada bus 58, dimana dapat dillihat besar tegangan
pada bus 58 adalah 1,43 kV, dengan besar arus short circuitnya adalah 2,8 kA.

2.10 Analisa Hubung Singkat


Perhitungan hubung singkat adalah suatu analisa kelakuan suatu sistem tenaga listrik
pada keadaan gangguan hubung singkat, dimana dengan cara ini diperoleh nilai besaran-
besaran listrik yang dihasilkan sebagai akibat gangguan hubung singkat tersebut. Menurut
Stevenson (1996), Secara umum untuk suatu gangguan pada rel k, dan dengan mengabaikan
arus-arus pragangguan, yaitu :

V
If = …………………………………………………………………………….(2.2)
Z
Dimana :
If = Arus gangguan yang mengalir (A)
V = Tegangan Sumber (V)
32

Z = Impedansi jaringan, nilai ekuivalen dari seluruh impedansi di dalam jaringan


(ohm).

Ada beberapa hari arus hubung singka yaitu :


a) Gangguan Hubung Singkat 1 Fasa ke Tanah

Gambar 2. 33 Gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah

Vf
If = …………………………………………………………..….(2.3)
Z 1+ Z 2+ Z 0
Dimana :
If = Arus gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah (A)
Vf = Tegangan pragangguan (V)
Z1 = Impedansi urutan positif (ohm)
Z2 = Impedansi urutan negatif (ohm)
Z0 = Impedansi urutan nol (ohm)

b) Gangguan Hubung Singkat 2 Fasa ke Tana

Gambar 2. 34 Gangguan hubung singkat 2 fasa ke tanah


Vf
If = …………………………...…………………………………….(2.4)
Z 1+ Z 2

If = Arus gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah (A)


Vf = Tegangan pragangguan (V)
33

Z1 = Impedansi urutan positif (ohm)


Z2 = Impedansi urutan negatif (ohm)
c) Gangguan Hubung Singkat 3 Fasa

Gambar 2. 35 Gangguan hubung singkat 3 fasa


Gangguan hubung singkat tiga fasa termasuk dalam klasifikasi
gangguan simetris, dimana arus maupun tegangan setiap fasanya tetap
seimbang setelah gangguan terjadi. Sehingga pada sistem seperti ini dapat
dianalisa hanya dengan menggunakan komponen urutan positif saja yaitu :
Vf
If = ……………………………………...…………………………….(2.5)
Z1
If = Arus gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah (A)
Vf = Tegangan pragangguan (V)
Z1 = Impedansi urutan positif (ohm)

2.11 Impedansi
Impedansi Listrik atau secara singkat sering disebut dengan Impedansi adalah ukuran
hambatan listrik pada sumber arus bolak-balik (AC atau Alternating Current). Impedansi
listrik juga sering disebutkan sebagai jumlah hambatan listrik sebuah komponen
elektronik terhadap aliran arus dalam rangkaian pada frekuensi tertentu dan dapat juga
disebut sebagai ukuran penolakan terhadap arus bolak-balik sinusoid. Impedansi atau
dalam bahasa Inggris disebut dengan Impedance ini biasanya dilambangkan dengan
huruf Z.
Dalam aplikasinya impedansi sering sekali menggunakan bilangan kompleks dalam
bentuk rectangular (sudut siku) dimana pada bilangan tersebut terdapat bilangan imajiner
j
Z= R + jx ……………………………………...………………………..…………….(2.6)
Dimana :
Z = impedansi
R = Baban resistansi
34

X = Reaktansi
Dalam perhitungan arus hubung singkat salah satu parameter yang digunakan
adalah impedansi dalam bentuk polar,oleh karena itu harus terlebih dahulu di rubah
dalam bentuk polar supaya dapat digunakan untuk perhitungan,untuk mengubah dari
bentuk rectangular ke bentuk polar dapat menggunakan rumus :
2 2 x
Z = √ R + x ∠arctan …………..……….………………………..…………….(2.7)
R
Impedansi mempunyai komponen urutan positf, urutan negative dan urutan 0
Urutan positive terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah satu dengan yang
lain dalam fasa sebesar 120° , dan mempunyai urutan fasa yang sama seperti fasor
aslinya

Gambar 2. 36 Komponen urutan positive

Komponen urutan negative terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah
satu dengan yang lain dalam fasa sebesar 120° , dan mempunyai urutan fasa yang
berlawanan dengan fasor aslinya. Urutan negative mempunya nilai impedansi yang
sama dengan impedansi positive, namun tidak terdapat sumber pada rangkaian
ekuivalennya

Gambar 2. 37 Komponen urutan negative


35

Komponen urutan nol yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan dengan
penggeseran fasa nol antara fasor yang satu dengan yang lain.

Gambar 2. 38 Komponen urutan nol


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Studi Literatur


Pada tahap ini beberapa identifikasi yaitu identifikasi perumusan masalah yang diangkat,
studi pustaka mengenai materi yang diperlukan dalam penelitian.

3.2 Pengambilan Data


Pengambilan data pembebanan dilakukan selama 1 minggu hari dari tanggal 1
novermber (00.00) hingga 7 november (00.00) dengan mengambil data pada beban
maksimum,dan dengan cara melihat dokumen sistem proteksi, Serta Drawing electrical pada
pada PT PLTU Kendari 3 data yang diambil diperlukan untuk keperluan simulasi keandalan
sistem pada saat terjadi gangguan pada sisi penyulang 150 kV

3.3 Pembuatan Simulasi Pada Software ETAP


Dengan mengumpulkan data dan melihat single line diagram dan data PLTU Kendari –
3,pembuatan simulasi dapat dilakukan.

3.4 Penerapan Setting Proteksi


Penerapan Setting proteksi dilakukan pada software ETAP untuk mengevaluasi nilai
setting proteksi overcurrent pada PLTU Kendari -3.

3.5 Perubahan Nilai Setting Proteksi


Perubahan nilai setting proteksi dilakukan apabila hasil yang didapat dari simulasi tidak
handal

35
36

3.6 Bagan Alur

Start

Study literatur

Pengambilan Data

Pembuatan Simulasi pada


Software ETAP

Simulasi dengan menggunakan Mengitung nilai setting Rele


nilai existing proteksi Overcurrent

Simulasi Dengan menggunakan


nilai perhitungan

Finish

Gambar 3. 1 Diagram Alur penelitian


BAB IV
HASIL DAN ANALISA

4.1 Single Line Diagram

Proteksi Sisi 150 kV

Proteksi Sisi
HV side
Transformer

Gambar 4. 1 Single line diagram Unit 1 PT DSSP Kendari

37
38

pada proteksi 150 kV dan HV side Transformer (kotak merah) ,masing masing
mempunyai current transformer dan PMT/CB sendiri sendiri dimana current transformer
berfungsi sebagai sensor sekaligus pemisah antara rangkaian sekunder dan primer,sisi
sekunder CT akan masuk pada bagian input rele proteksi,dimana untuk sisi 150 kV
menggunakan siemens SIPROTEC 7SJ64 dan untuk HV side transformer menggunakan
Schneider EASERGY Sepam 838

4.2 Spesifikasi Data


Untuk menghitung nilai setting overcurrent, maka diperlukan data data penyulang dan
data transformator daya yang digunakan,berikut adalah data data spesifikasi yang diperlukan :
Data Spesifikasi Transformer 10,5 / 150 kV
Tabel 1. Data Transformator Daya 75000 kVA

Data Spesifikasi Penyulang 150 kV Gi DSSP – GI Kendari new


Untuk nilai resistansi penyulang digunakan data berikut

Gambar 4. 2 Spesifikasi penghantar line 150 kV

Dapat diketahuia resistansi dari jenis kabel yang dipakai adalah 0,1126 Ohm,dan untuk
reaktansi nya dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
dm
X l =2,022 x 10−3 f ln ………………………………………(4.1)
ds
Untuk menghitung nilai DM dan DS digunakan rumus

Dm= √3 D 12 D 23 D 31
39

Dimana D12 =D23 adalah jarak antar fasa penghantar yaitu 4,75 m
Maka dapat dihitung

Dm= √3 4,7 x 4,7 x 9,4


Dm=5,921m
Dan untuk menghitung DS (GMR),sebelumnya harus menghitung jarak inti kawat aluminium
dengan kawal lainnya,dimana untuk aluminium adalah kawat stranded 26

D 1=33√ d 11d 12d 13 … … d 1.33


33
D 1= √ 0,788 x 3,4533
D 1=3 mm
Dimana D1 – D26 menggunakan bahan yang sama yaitu aluminium maka d1=d2=d3……=
d26
Selanjutnya menghitung jarak inti kawat stainless steal dengan lawat lainnya

D 1=√7 d 11 d 12 d 13 d 14 d 15 d 16 d 17
7
D 1=√ 0,788 x 2,6833
D 1=91,7 mm
Dimana D1 – D7 adalah bahan yang sama yaitu stainless steal mala D1=D2=D3…..=D7
Setelah itu untuk menghitung DS (GMR) menggunakan rumus :
33
Ds= √ 326 x 91,77
Ds = 0,00688 m
Selanjutnya menghitung nilai reaktansi
Dm
X l =2,022 x 10−3 f ln
Ds
1
X l =2,022 x 10−3 f ln + 2,022 x 10−3 f ln Dm
Ds
1
X l =2,022 x 10−3 f ln + 2,022 x 10−3 f ln3
0,00688
X l =0,0137 ohm/m atau 13,7 ohm/km

Tabel 2. Data Penyulang 150 kV GI DSSP – GI Kendari new

Panjang Saluran 23,7 km


Tegangan 150 kV
Kuat hantar 1276 A
Jenis konduktor ACSR-AS 2X240/40
40

Resistansi konduktor 0,1126 Ohm /km


Reaktansi konduktor 13,7 Ohm /km
Impedansi Urutan positif (Z1) 1,432 + j6,552 Ohm
Impedansi Urutan Nol (Z0) 5,838 + j20,019 Ohm

Dikarenakan evaluasi setting overcurrent yang diambil berada di sisi 150 kV, Berikut
adalah data setting Proteksi Transformer pada sisi 150 kV
Tabel 3. Data Setting Overcurrent protection Transformer 10,5/150

Relay Manufacture Schneider EASERGY Sepam 838


CT ratio 1000/5
I setting 426 A
Tipe kurva Definite Time
Time delay 1S

Pada jaringan penyulang 150 kV GI DSSP, Overcurrent digunakan sebagai Backup


protection apabila terjadi kegagalan pada rele distance,Berikut adalah setting Overcurrent
pada GI DSSP

Tabel 4. Data Setting Overcurrent protection pada penyulang 150 kV GI DSSP

Relay Manufacture Siemens 7SJ64


CT startpoint Towards Line
CT primary 800
CT secondary 1
Rated Frequency 50 Hz
Pickup 1 IN
Time Dial 2S
Iec Curve DT
41

Gambar 4. 3 Single Line diagram Rele Siemens 7SJ82 Definite time


4.3 Perhitungan

4.3.1 Perubahan Nilai Impedansi Jaringan Dari Bentuk Rectangular ke Polar


Untuk merubah nilai Impedansi dari bentuk rectangular menjadi bentuk polar pada
jaringan masing masing urutan dengan menggunakan rumus
2 2 x
Z = √ R + x ∠arctan ………….…………………..……………………………….(4.1)
R
Dengan data yang didapat,dapat dihitung :

2 2 6,552
Z1 = Z2 = √ 1,432 + 6,552 ∠arctan
1,432
= 6,706662956 ∠ 77.65o Ohm
2 2 20,019
Z0 = √ 5,838 +20,019 ∠ arctan
5,838
= 20,85288002 ∠ 73.70120362 Ohm
42

Karna Panjang penyulang dari GI DSSP menuju GI Kendari new adalah 23,7 maka
diperoleh impedansi per kilometer yaitu
Z1 = Z2 = 6,706662956 / 23,7 = 0,282981559 Ohm/km
Z0 = 20,85288002 / 23,7 = 0,879868355 Ohm/km

4.3.2 Perhitungan Arus hubung singkat


Iset adalah arus yang akan di set pada Overcurrent,sebelum mencari I set terlebih dahulu
di cari arus hubung singkat pada sisi penyulang diantaranya :
 Arus hubung singkat 1 fasa ke tanah
 Arus hubung singkat antar fasa (2 fasa)
 Arus hubung singkatanatar fasa (3 fasa)
Rumus dasar untuk menghitung arus hubung singkat adalah
V
If = …………………………………………………………………………………(4.2)
Z
Sehingga arus hubung singkat 3 fasa dapat dihitung dengan menggunakan rumus

Vph
I3 fasa = …………………………...…………………………………………………
z1
(4.3)
Dimana
I3 fasa = Arus gangguan hubung singkat tiga fasa (A)
Vph = Tegangan fasa – netral sistem 150 kV
Z1 = Impedansi Urutan Positif (ohm)
Maka arus nilai arus hubung singkat 3 fasa menurut perhitungan pada titik terjauh adalah
150
I3 fasa = √3 x 1000
6,706662956
= 13156 A

Arus hubung singkat 2 fasa menggunakan rumus dasar yang sama sehingga diperoleh

Vph-ph
I2 fasa = …………………………………………………….………………………
z1+ z2
(4.4)
43

Dimana :
I2 fasa = Arus gangguan hubung singkat 2 fasa (A)
Vph-ph = Tegangan Fasa – Fasa sistem 150 kV
Z1 = Impedansi urutan positif (ohm)
Z2 = Impedansi urutan negative (ohm)
Maka arus nilai arus hubung singkat 2 fasa menurut perhitungan pada titik terjauh adalah

150 kV
I2 fasa = x 1000
6,706662956 x 6,706662956
= 11184 A
Salah satu penyebab gangguan arus hubung singkat 1 fasa ke tanah adalah jika salah
satu kawat fasa terkena pohon yang cukup tinggi,rumus yang digunakan untuk menghitung
arus 1 fasa ke tanah aalah sebagai berikut

3 x Vph
I1 fasa = …………………………………………………………………………
z1+ z2+ z0
(4.5)
Dimana :
I1 fasa = Arus gangguan hubung singkat 1 fasa ketanah (A)
Vph = Tegangan Fasa – Fasa sistem 150 kV
Z1 = Impedansi urutan positif (ohm)
Z2 = Impedansi urutan negative (ohm)
Z0 = Impedansi urutan nol (ohm)

Maka arus nilai arus hubung singkat 1 fasa ke tanah pada titik terjauh menurut
perhitungan adalah

150
3x kV
√ 3
I = x 1000
6,706662956 x 6,706662956 x 20,85288002
= 7729 A

Dari data yang didapatkan, dapat diketahui besar arus hubung singkat dari titik 10 % - 100 %
44

Tabel 5. Data Setting Overcurrent protection pada penyulang 150 kV GI DSSP

Posisi Jarak Hubung singkat Hubung singkat Hubung singkat 1


(km) 3 fasa (A) 2 fasa (A) fasa ke tanah (A)
10% 2,37 131563,6326 111829,0877 77249,57953
20% 4,74 65781,81631 55914,54386 38624,78976
30% 7,11 43854,54421 37276,36257 25749,85984
40% 9,48 32890,90815 27957,27193 19312,39488
50% 11,85 26312,72652 22365,81754 15449,91591
60% 14,22 21927,2721 18638,18129 12874,92992
70% 16,59 18794,80466 15975,58396 11035,65422
80% 18,96 16445,45408 13978,63597 9656,197441
90% 21,33 14618,1814 12425,45419 8583,286614
100% 23,7 13156,36326 11182,90877 7724,957953

4.3.3 Penentuan nilai Threshold Overcurrent


Selanjutnya menghitung nilai Full load ampere (FLA) pada transformer, FLA adalah
suatu kondisi ketika dalam berbeban tertinggi,rumus yang digunakan adalah :

KVA
FLA = ……………………………………………………………………(4.6)
√ 3 xkV
75000
FLA =
√ 3 x 150
FLA = 294,11 A

Menurut standar IEEE Std C37.91-2000 di setting 1.2 – 1.5 dari arus beban
maksimum
Inominal = 1.2 x FLA
Inominal = 1.2 x 294,11
Inominal = 352,932 A

Setelah itu menentukan arus pickup yang digunakan untuk mencari arus minimum
untuk mengaktifkan rele agar memberikan perintah pada PMT (pemutus), rumus yang
digunakan sebagai berikut :

1.2 x FLA 0,8 x Isc min


≤ Ip ≤ ………………………………………………………………
CTprimer CT primer
(4.7)
45

1.2 x 294,11 0,8 x 131563


≤ Ip ≤
1000 1000
0,352 ≤ Ip ≤ 105

Settingan yang dipilih adalah 1 x Inominal


I set=1 x 352,932

Tabel 6. Data Setting Beban 7 hari tanggal 1 november 2020 – 7 november 2020

Waktu Daya (MW) Tegangan (kV) Arus (A)


01/11/2020 18:00 56.659 152.487 190.171
01/11/2020 19:00 56.400 152.400 189.360
01/11/2020 20:00 56.381 152.400 189.374
01/11/2020 21:00 56.516 153.166 190.107
01/11/2020 22:00 56.527 152.200 193.678
02/11/2020 18:00 56.512 152.487 180,912
02/11/2020 19:00 56.323 152.200 189.520
02/11/2020 20:00 56.313 152.410 189.292
02/11/2020 21:00 56.521 153.320 190.430
03/11/2020 18:00 56.412 152.200 189,912
03/11/2020 19:00 56.422 152.200 189.520
03/11/2020 20:00 56.321 152.333 189.292
03/11/2020 21:00 56.122 153.422 190.430
03/11/2020 22:00 56.444 153.210 190.430
04/11/2020 19:00 56.622 152.300 189.320
04/11/2020 20:00 56.212 152.333 189.444
04/11/2020 21:00 56.321 153.343 190.434
04/11/2020 22:00 56.614 153.323 190.555
04/11/2020 23:00 56.544 153.214 190.467
05/11/2020 18:00 56.233 152.234 189,268
05/11/2020 19:00 56.123 152.444 190.320
05/11/2020 20:00 56.321 152.324 190.792
05/11/2020 21:00 56.121 153.314 192.430
05/11/2020 22:00 56.223 153.315 191.530
05/11/2020 23:00 56.634 153.346 189.930
06/11/2020 18:00 56.123 152.357 189,912
06/11/2020 19:00 56.222 152.157 189.920
06/11/2020 20:00 56.413 152.267 190.392
06/11/2020 21:00 56.231 153.268 190.130
06/11/2020 22:00 56.631 153.384 190.230
06/11/2020 23:00 56.611 153.598 189.930
07/11/2020 18:00 56.633 152.388 189,912
07/11/2020 19:00 56.233 152.354 190.120
07/11/2020 20:00 56.424 152.355 190.392
07/11/2020 21:00 56.443 153.367 190.630
46

07/11/2020 22:00 56.412 153.366 190.330


Dari data diatas dapat dilihat bahwa beban paling tinggi selama pengambilan data
selam 7 hari adalah 56,6 MW.Untuk menghitung nilai OCR pada sisi penyulang 150 kV,
untuk menghitung arus beban digunakan rumus
P
I= …………………………………………………………………………………(4.8)
√3 x V
56,6 x 106
I=
√3 x 150 x 103
I load =220,96 A
Setelah itu ditentukan nilai dari I setting menurut standari SPLN 52-1 yaitu 5% - 10%
dengan menggunakan rumus
Iset=1,1 xIload …………………………………………………………………………(4.9)
Iset=1,1 x 220,96
Iset=243,056

Setelah I setting ditentukan,maka dilakukan simulasi dengan membandingkan nilai


existing dengan nilai perhitungan
47

Gambar 4. 4 Pemodelan Single line Diagram PLTU DSSP Kendari


48

Gambar 4. 5 Bus 10,5 kV Voltage


Grafik diatas menunjukkan tegangan pada sisi 10,5 kV,dimana pada sumbu Y adalah
besar nilai tegangan,dan pada sumbu X adalah waktu simulasi, dapat dilihat saat keadaan
normal,tegangan akan stabil pada nilai 10,5 kV pada sisi LV side transformer

Gambar 4. 6 Frequensi Bus 10,5 kV


49

Grafik diatas menunjukkan nilai frequensi pada sisi 10,5 kV, dimana pada sumbu Y
adalah besar nilai % frequency dimana padatitik 100% nya sebesar 50 hZ, dan pada sumbu X
adalah waktu simulasi dapat dilihat saat keadaan normal, frequency pada sisi 10,5 kV adalah
sebesar 50 Hz

Gambar 4. 7 Bus 10,5 kV Power


Grafik diatas menunjukkan nilai Generator Power pada sisi generator, dimana pada
sumbu Y adalah besar nilai daya ,dan pada sumbu X adalah waktu simulasi dapat dilihat saat
keadaan normal, generator power sebesar 56 MW

Gambar 4. 8 Bus 150 kV Voltage


50

Grafik diatas menunjukkan tegangan pada sisi 150 kV, dimana pada sumbu Y adalah
besar nilai tegangan,dan pada sumbu X adalah waktu simulasi, dapat dilihat saat keadaan
normal,tegangan akan stabil pada nilai 150 kV

Gambar 4. 9 frekuensi bus 150 kV


Grafik diatas menunjukkan nilai frequency pada sisi 150 kV, dimana pada sumbu Y
adalah besar nilai frekuensi,dan pada sumbu X adalah waktu simulasi dapat dilihat saat
keadaan normal, frequency pada sisi 150 kV adalah sebesar 50 Hz.
Berikut adalah setting yang digunakan pada software ETAP 12.6 :

Gambar 4. 10 Main transformer rating setting pada ETAP 12.6


51

Gambar 4. 11 Generator rating setting pada ETAP 12.6

Gambar 4. 12 CT ratio (main transformer HV side) setting pada ETAP 12.6


52

Gambar 4. 13 CT ratio (Outgoing side) setting pada ETAP 12.6

Gambar 4. 14 Transformer Circuit breaker (HV side) setting pada ETAP 12.6
53

Gambar 4. 15 Bus 26 (HV side Transformer) setting pada ETAP 12.6

Gambar 4. 16 Bus 27 (outgoing) setting pada ETAP 12.6


54

Gambar 4. 17 Bus 25 (LV side transformer) setting pada ETAP 12.6


Berikut adalah hasil saat dilakukan simulasi dengan menggunakan ETAP 12.6 dengan
mengguanakan gangguan Phase ke tanah (P-G)

Sebelumnya dilakukan simulasi dengan menggunakan setting existing sebagai berikut

Tabel 7. Perbandingan Setting Pada sisi GI 150 kV DSSP Kendari antara nilai existing dan
nilai perhitungan

Existing Perhitungan
Iec Curve DT Iec Curve DT
I set existing 800 A I set perhitungan 243,056 A
Time Dial 2S Time Dial 2S

Pada table diatas,Iec curve adalah jenis kurva yang digunakan pada setting rele
proteksi, dimana setting yang digunakan pada kedua setting baik secara perhitungan atau
existing adalah Definite time (DT), dan untuk setting nilai batas atas untuk nilai existing
adalah 800A dan secara perhitungan adalah 243,056A, Time dial adalah jeda waktu dari rele
merasa gangguan samapi rele trip pada nilai existing ataupun perhitungan adalah sama yaitu
2 detik
55

Tabel 8. Perbandingan Setting Pada HV side Transformer Kendari antara nilai existing dan
nilai perhitungan

Existing Perhitungan
Iec Curve DT Iec Curve DT
I set existing 426 A I set existing 352,392 A
Time Dial 1S Time Dial 3S

Pada table diatas,Iec curve adalah jenis kurva yang digunakan pada setting rele
proteksi, dimana setting yang digunakan pada kedua setting baik secara perhitungan atau
existing adalah Definite time (DT), dan untuk setting nilai batas atas untuk nilai existing
adalah 426A dan secara perhitungan adalah 352,392 A, Time dial adalah jeda waktu dari rele
merasa gangguan samapi rele trip pada nilai existing adalah 2 detik dan pada perhitungan
yaitu 3 detik
Selanjutnya dilakukan simulasi dengan menggunakan setting existing dengan meggunakan
ETAP 12.6
56

Gambar 4. 18 Simulasi Gangguan P-G PLTU DSSP Kendari pada bus 150 kV
Dapat dilihat pada hasil simulasi 1 phase ke tanah gangguan disimulasikan dengan
memberi fault pada bus 58, dimana hasilnya circuit breaker CB4 pada sisi transformer
terbuka terlebih dahulu baru CB15 pada sisi 150 kV,hal ini dikarenakan nilai TD pada sisi
transformer lebih cepat daripada sisi 150 kV, dengan teganan pada sisi bus 26 adalah 73,95
kV , dan pada bus 58 adalah 73,81,serta arus gangguan pada bus 58 adalah sebesar 30 kA,dan
nilai arus ini sudah melebihi dari setting yang digunakan di kedua rele

Gambar 4. 19 Voltage sisi 150 kV


Pada diagram diatas dapat terlihat,pada saat terjadi gangguan P-G,tegangan pada sisi
150 kV drop menjadi 73,8 kV ,selama 1 detik,kemudian,lalu tegangan akan menjadi 0 karena
efek pelepasan CB4 karena proteksi overcurrent pada proteksi HV side transformer
57

Gambar 4. 20 Arus pada sisi 150 kV saat terjadi gangguan pada bus 26
Pada diagram diatas dapat terlihat,pada saat terjadi gangguan P-G,arus pada sisi
150kV melonjak menjadi sekitar 30 kA.dan setelah 1 detik drop menjadi 0 efek pelepasan
CB4 karena proteksi overcurrent pada proteksi HV side transformer

Sehingga diperoleh hasil simulasi dari ETAP 12.6

Gambar 4. 21 Simulasi Gangguan PLTU DSSP Kendari pada bus 150 kV


Dapat dilihat,setelah diganti dengan waktu tunda dan nilai Arus setting,pada saat
terjadi gangguan di sisibus 58, CB 15 bekerja terlebih dahulu,dimana CB 15 adalah CB pada
sisi transmisi, dan jika gagal baru CB 4 lepas kemudian,hal ini karena CB4 diberi waktu
tunda lebih lama yaitu 3 detik ,dan dapat dillihat teganan pada sisi bus 26 adalah 73,95 kV ,
dan pada bus 58 adalah 73,81,serta arus gangguan pada bus 58 adalah sebesar 30 kA,serta
terjadi tegangan drop pada sisi LV side transformer
58

Gambar 4. 22 Voltage sisi 150 kV


Pada diagram diatas dapat terlihat,pada saat terjadi gangguan P-G,tegangan pada sisi
150 kV drop menjadi sekitar 75 kV selama 2 detik, dan setelah itu drop menjadi 0 karena
pelepasan CB15 ,dimana CB 15 adalah CB pada sisi transmisi 150 kV

Gambar 4. 23 Arus sisi 150 kV

Pada diagram diatas dapat terlihat,pada saat terjadi gangguan P-G,arus pada sisi
150kV melonjak menjadi sekitar 30 kA.dan setelah 2 detik drop menjadi 0 efek pelepasan
CB4 karena proteksi overcurrent pada proteksi HV side transformer
BAB V
PENUTUP

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan,diperoleh kesimpulan sebagai berikut


1. Nilai setting existing untuk rele overcurrent pada sisi sekunder transformer adalah
dengan nilai existing pada rele adalah 426 Adeng an waktu tunda 1 detik sedangkan nilai
setting existing untuk rele overcurrent pada sisi GI DSSP Kendari nilai existing pada rele
adalah 800 Adengan waktu tunda sebesar 2 detik, Pada nilai existing,TD pada sisi 150
kV lebih lama daripada sisi sekunder transformer,hal ini mengakibatkan rele pada sisi
transformer bekerja terlebih dahulu daripada pada sisi 150 kV saat ada gangguan disisi
penyulang
2. Nilai setting existing untuk rele overcurrent pada sisi sekunder transformer adalah
dengan nilai existing pada rele adalah 426 Adeng an waktu tunda 1 detik sedangkan nilai
setting existing untuk rele overcurrent pada sisi GI DSSP Kendari nilai existing pada rele
adalah 800 Adengan waktu tunda sebesar 2 detik, Pada nilai existing,TD pada sisi 150
kV lebih lama daripada sisi sekunder transformer,hal ini mengakibatkan rele pada sisi
transformer bekerja terlebih dahulu daripada pada sisi 150 kV saat ada gangguan disisi
penyulang.

58
DAFTAR PUSTAKA
[1] Muhammad Reza Adzani,” ANALISIS EVALUASI SETTING RELAY DOCR
(DIRECTIONAL OVERCURRENT RELAYS) SEBAGAI PROTEKSI PADA PT. LINDE
INDONESIA SITUS GRESIK JAWA TIMUR”, Teknik Elektro ITS, Surabaya, Bab 2, 2016
[2] Albertus Rangga P,” STUDI KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SISTEM
KELISTRIKAN PT. BOC GASES GRESIK JAWA TIMUR ”, Teknik Elektro ITS Surabaya
[3] Nanda Dicky Wijayanto, “Koordinasi Proteksi Tegangan Kedip dan Arus Lebih pada
Sistem Kelistrikan Industri Nabati”, Teknik Elektro ITS Surabaya
[4] Hadi, A., Ervianto, E. Studi Pelepasan Beban dengan Menggunakan Relai Frekuensi
Kurang Pada Sitem Tenaga Listrik. Riau : Jom FTEKNIK, 2016. Volume 3.
[5] Bhrama Sakti K.P,” STUDI ANALISIS UFR (UNDER FREQUENCY RELAY) PADA
GARDU INDUK PESANGGARAN”, Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana
[6] Erwin Darussalam Pratama,” STUDI PERENCANAAN KOORDINASI PROTEKSI
ARUS LEBIH PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. SEMEN INDONESIA PABRIK
ACEH”, JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi
Sepuluh Nopember,Surabaya November 2016
[7] Siemens, Instruction Manual 7UT512.”Numerical Differential Protection Relay for
Transformer, Generator, Motor and Branch Points”, German.
[8] REIMERT, DONALD. 2006, “Protective Relaying for Power Generation System”, CRC
Press, Taylor & Francis Group, LLC, 6000 Broken Sound Parkway NW, Suite 300 Boca
Raton, FL 33487-2742.
[9] Jendry B. Sepang, Analisa Koordinasi Setting Relai Jarak Sistem Transmisi 150 KV Area
Gardu Induk Otam – Gardu Induk Isimu, Jurusan Teknik Elektro-FT, UNSRAT, Manado
[10] Hari Wisatawan, Evaluasi Setting Rele Overall Differential GT 1.1 PLTGU Grati dan
Rele Jarak GITET Grati pada Bus 500 kV, Jurusan Teknik Elektro FTI – ITS
[11] Adhitya Indrajaya Putra, EVALUASI SETTING RELAY ARUS LEBIH DAN
SETTING RELAY GANGGUAN TANAH PADA GARDU INDUK 150KV BAWEN,
Departemen Teknik Elektro, Universitas Diponegoro
[12] Yehezkiel Rondonuwu, Analisa Setting Relai Arus Lebih Jaringan Transmisi 150kV
Pada Sistem Minahasa, Teknik Elektro Universitas Sam Ratulangi Manado
[13] Topan Wijaksono, ANALISIS SETTING DAN KOORDINASI RELE JARAK DAN
RELE ARUS LEBIH PADA GI 150KV CILEGON BARU-SERANG-CIKANDE DAN
ARAH SEBALIKNYA , Departemen Teknik Elektro, Universitas Diponegoro
[14] Hestikah Eirene Patoding.2019, Buku Ajar Energi Dan Operasi Tenaga Listrik Dengan
Aplikasi Etap

Anda mungkin juga menyukai