Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI

Pengukuran tahanan isolasi pada transformator unit 2 pada saat


Pemeliharaan Periodik Major Inspection di PLTA Cikalong

Laporan Praktik Industri ini


Disusun dalam rangka kelulusan
Mata kuliah Praktik Indusri, dengan dosen pembimbing

Dr. Tasma Sucita, M. T.

Oleh:
Muhammad Hildan Ramadiansyah
NIM 2008133

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2023
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI
PT Indonesia Power UPB Saguling - Cangkuang Cikalong

Disusun oleh:
Nama : Muhammad Hildan Ramadiansyah
NIM : 2008133
Program Studi : Teknik Elektro S-1
Kosentrasi : Teknik Tenaga Elektrik

Disetujui Oleh,

Ketua Praktik Industri Dosen Pembimbing


DPTE – FPTK UPI

Dr. H. Bambang Trisno, Dr. Tasma Sucita, M. T.


MSIE. NIP.19641007 1991011001
NIP.19610309 198610 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Elektro

Iwan Kustiawan
NIP.19630727 199302 1 001

i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI
PT Indonesia Power UPB Saguling - Cangkuang Cikalong

Disusun oleh:
Nama : Muhammad Hildan Ramadiansyah
NIM : 2008133
Program Studi : Teknik Elektro S-1
Kosentrasi : Teknik Tenaga Elektrik

Disetujui Oleh,

Manager PLTA Cikalong Pembimbing Lapangan

HERI ERAWAN TUGUH AHMAD


HIDAYAT

ii
ABSTRAK
Salah satu bagian penting dari Sistem Pembangkit Tenaga Listrik adalah
Transformator. Guna mengetahui transformator masih dalam kondisi yang layak
pakai diperlukan sebuah pengecekan luar dan dalam pada bagian transformator,
salah satunya adalah pengukuran tahanan isolasi. Tujuan utama dari penelitian ini
adalah untuk mengevaluasi kondisi isolasi transformator dan memastikan
keandalan peralatan tersebut dalam rangka memenuhi persyaratan operasional yang
diperlukan. Pengukuran tahanan isolasi dilakukan dengan menggunakan metode
yang sesuai dan peralatan yang tepat. Hasil pengukuran dibandingkan dengan nilai
referensi dan data historis, jika tersedia, untuk mengidentifikasi perubahan kondisi
isolasi selama periode pemeliharaan. Hasil analisis menunjukkan bahwa tahanan
isolasi pada Transformator Unit 2 berada dalam kisaran standar yang diterima,
menunjukkan bahwa isolasi tersebut masih dalam kondisi baik. Oleh karena itu,
transformator tersebut masih layak untuk digunakan tanpa perlu tindakan perbaikan
yang mendesak. Laporan ini juga memberikan rekomendasi untuk pemeliharaan
dan pemantauan lebih lanjut, serta menekankan pentingnya pengukuran tahanan
isolasi secara berkala dalam menjaga kinerja dan keandalan transformator. Data
historis yang lebih lengkap dan analisis yang lebih mendalam mungkin diperlukan
untuk pemantauan jangka panjang.
Kata kunci: Transformator, Tahanan Isolasi

iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proses
praktik kerja serta menyusun laporan ini dengan sebaik mungkin. Tidak lupa
shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada jungjunan alam
Rasullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya
hingga akhir zaman.
Laporan Praktik Kerja ini diajukan sebagai salah satu syarat akademik
program studi S1 Teknik Elekrto di Departemen Pendidikan Teknik Elektro,
Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia,
yang terlebih dahulu melaksanakan praktik kerja selama dua bulan di PT.
INDONESIA POWER SAGULING POMU Sub Unit PLTA Cikalong. Adapun
judul dalam penyusunan laporan kerja praktik ini adalah “Pengukuran tahanan
isolasi dalam Preventive Maintenance pada transformator unit 2 pada saat
Major Inspection di PLTA Cikalong”.

Dalam penyusunan laporan praktik kerja ini penulis menyadari bahwa tanpa
adanya bantuan baik berupa semangat, motivasi, diskusi, konsultasi, dan informasi
dari pihak-pihak terkait baik secara langsung maupun tidak langsung laporan ini
tidak akan terwujud. Oleh sebab itu penulis ingin berterimakasih kepada semua
pihak yang membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan ini. Untuk itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah SWT yang masih memberikan nikmat karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
2. Enung Rostiani dan Jono Haryono selaku orang tua dari penulis yang
selalu memenuhi kewajibannya sebagai orang tua.
3. Bapak Teguh Ahmad Hidayat selaku pembimbing lapangan praktik
kerja di PT Indonesia Power UP Saguling - Cangkuang Cikalong, yang
senantiasa mendampingi, membimbing, dan mengarahkan penulis
selama praktik kerja.
4. Bapak Dr. Tasma Sucita, M.T. selaku dosen pembimbing yang
senantiasa memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan
laporan praktik kerja.

iv
5. Bapak Iwan Kustiawan, M.T., Ph. D. selaku Ketua Program Studi S1-
Teknik Elektro, Departemen Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia.
6. Bapak Dr. H. Bambang Trisno, MSIE. selaku Ketua Praktik Kerja
Departemen Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia.
7. Rizki Sulaeman, Jalu Satrio selaku rekan ketika menjalani praktik kerja
di PT Indonesia Power UP Saguling - Cangkuang Cikalong
8. Kang Faishal dan Kang Randi selaku pelaksana pemeliharaan Unit dari
PT. Cogindo yang senantiasa memberi arahan dan menemani selama
masa praktik kerja
9. Andini Haifa Nabilah yang selalu mengingatkan dan memberikan
motivasi serta semangat dalam penyusunan laporan praktik kerja ini.
10. Semua pihak yang terlibat dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalaskan kebaikan semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan praktik kerja ini. Penulis sadar dalam
penyusunan laporan praktik kerja ini masih dirasa banyak kekurangan, maka dari
itu kritik dan saran, penulis harapkan demi pengembangan lebih lanjut. Semoga
laporan praktik kerja ini bermanfaat bagi banyak pihak khusunya bagi penulis.

Bandung, 6 September 2023

Penulis

v
DAFTAR ISI

Contents
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI ................ i

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI ............... ii

ABSTRAK ................................................................................................. iii

KATA PENGANTAR................................................................................ iv

DAFTAR ISI .............................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... viii

DAFTAR TABEL .................................................................................... viii

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ....................................................................... 2

1.3 Ruang Lingkup Bahasan ............................................................... 2

1.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 3

1.5 Waktu Pelaksanaan ........................................................................ 3

BAB II PROFIL PERUSAHAAN .............................................................. 4

2,1 Sejarah Singkat PT. INDONESIA POWER ................................. 4

2.1 Visi, Misi dan Moto....................................................................... 4

2.1.1 Visi........................................................................................... 4

2.1.2 Misi .......................................................................................... 4

2.1.3 Moto......................................................................................... 5

2.2 Lambang perusahaan PT INDONESIA POWER.......................... 5

2.3 Struktur Organisasi PT. INDONESIA POWER ........................... 5

2.3.1 Struktur Umum PT. Indonesia Power...................................... 6

2.4 Tentang PT. Indonesia Power UP Saguling Sub Unit PLTA


Cikalong 6

vi
2.5 Lokasi dan Fasilitas PLTA Cikalong ............................................ 7

2.6 Struktur Organisasi PLTA Cikalong ............................................. 7

BAB III KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 7

3.1 Sistem Pembangkit Tenaga Listrik ................................................ 8

3.2 Pembangkit Listrik Tenaga Air ................................................... 11

3.2.1 Proses Pembangkitan Listrik di PLTA Cikalong .................. 14

3.3 Major Inspection .......................................................................... 15

3.4 Transformator .............................................................................. 17

3.4.1 Bagian-bagian Transformator ................................................ 19

3.5 Jenis-jenis Maintenance .............................................................. 24

3.6 Prosedur Preventive Maintenance pada Transformator .............. 25

3.7 Pengukuran tahanan isolasi pada Transformator ......................... 27

BAB IV ..................................................................................................... 30

HASIL PENGAMATAN .......................................................................... 30

4.1 Analisa Tahanan Isolasi pada Transformator .................................. 30

4.2 Data Tahanan Isolasi Transformator ............................................... 32

4.3 Logbook kegiatan ............................................................................ 37

BAB V ....................................................................................................... 42

PENUTUP ................................................................................................. 42

5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 42

5.2 Saran ................................................................................................ 43

Daftar Pustaka ......................................................................................... 44

Dokumentasi ............................................................................................ 45

vii
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

viii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada sistem tenaga listrik, sistem pembangkit tenaga listrik merupakan
komponen kunci dalam memenuhi kebutuhan energi pada saat ini. Dalam sistem
pembangkit, terdapat beberapa pemeliharaan komponen guna memastikan semua
komponen pada sistem pembangkit bekerja dengan efisien dan handal agar
menghasilkan energi listrik yang optimal dan dapat dipakai oleh konsumen untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu komponen pada sistem pembangkit
adalah Transformator yang berfungsi untuk menaik-turun kan tegangan sebelum di
distribusikan pada konsumen. Terdapat beberapa pemeliharaan pada transformator,
salah satunya adalah metode Preventive Maintenance.
Preventive Maintenance pada transformator adalah serangkaian kegiatan
perawatan yang dilakukan secara teratur dan sistematik untuk mencegah terjadinya
kerusakan, memperpanjang umur operasional dan menjaga kinerja optimal dari
transformator. Tujuan utama dari preventive maintenance adalah untuk
mengidentifikasi potensi masalah atau kerusakan sebelum mereka berkembang
menjadi masalah yang lebih serius, yang dapat menyebabkan gangguan
operasional, kerusakan komponen, atau bahkan kegagalan transformator secara
keseluruhan. Terdapat beberapa bagian transformator yang diperiksa pada saat
dilaksanakan preventive maintenance, salah satunya adalah pengukuran tahanan
isolasi.
Pada Preventive Maintenance transformator kali ini dilakukan pada saat
dilaksanakannya Major Inspection di Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
Cikalong. Major Inspection mengacu pada proses pemeriksaan besar yang
dilakukan pada komponen utama dalam sistem PLTA untuk memastikan
keandalan, kinerja, dan kemanan operasionalnya. PLTA Cikalong adalah sebuah
sebuah tempat pembangkit listrik yang menggunakan air sebagai sumber energi
untuk menghasilkan listrik.
Transformator memainkan peran sentral dalam mendistribusikan energi
listrik dari sumber ke beban dengan efisiensi dan keandalan tinggi. Transformator
mentransformasikan tegangan listrik dari satu tingkat ke tingkat lainnya,

1
2

memungkinkan transmisi energi listrik melalui jaringan distribusi dengan


kehilangan yang minimal. Salah satu aspek kritis dalam menjaga transformator
beroperasi dengan baik adalah memastikan integritas tahanan isolasi yang tepat.
Tahanan isolasi pada transformator mengacu pada kemampuan isolasi,
seperti bahan dielektrik dan lapisan insulasi, untuk mencegah aliran arus listrik
melalui isolasi tersebut. Kehandalan isolasi memiliki dampak langsung pada
performa transformator, keamanan personel, dan kesinambungan pasokan listrik.
Penurunan tahanan isolasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti kelembaban,
kerusakan fisik, pencemaran, atau penuaan bahan isolasi akibat panas dan tegangan.
. Dari latar belakang yang telah di paparkan, penulis bermaksud untuk
mengetahui prosedur Preventive Maintenance pada transformator terutama pada
proses pengukuran tahanan isolasi. pentingnya tahanan isolasi dalam menjaga
transformator beroperasi dengan efisiensi, mencegah potensi kegagalan, serta
menghindari gangguan dan risiko keamanan. Berdasarkan hal tersebut lah penulis
membuat laporan praktik kerja ini dengan judul “Pengukuran tahanan isolasi dalam
Preventive Maintenance pada transformator unit 2 pada saat Major Inspection di
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cikalong”.

1.2 Tujuan dan Manfaat


1. Mengetahui dan memahami prosedur Preventive Maintenance pada
transformator
2. Mengetahui dan memahami tahanan isolasi pada transformator
3. Mengetahui dan memahami bagaimana tahanan isolasi dapat
digunakan sebagai alat pencegahan dan pemeliharaan dalam operasi
transformator
4. Mengetahui dan memahami cara untuk melakukan pengukuran
tahanan isolasi pada transformator

1.3 Ruang Lingkup Bahasan


Untuk memfokuskan pembahasan, laporan praktik industry ini akan
membahas tentang
3

1. Prosedur Preventive Maintenance pada transformator unit 2 di PLTA


Cikalong
2. Prosedur pengukuran tahanan isolasi pada transformator unit 2 di
PLTA Cikalong

1.4 Metode Pengumpulan Data


Dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan berbagai cara untuk
memperoleh data yang diperlukan, antara lain:
1. Metode Observasi, yaitu:

Cara mengumpulkan data dengan mengamati secara langsung objek-


objek yang dituju.
2. Metode diskusi, yaitu:

Cara mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan cara bertanya


langsung kepada pembimbing lapangan, supervisor operasi dan
pemeliharaan, teknisi listrik, dan beberapa staff yang bekerja di PLTA
Cikalong.
3. Metode Library Research, yaitu:

Cara mengumpulkan data yang diperoleh dari buku pedoman


perusahaan dan literatur lain yang berhubungan dengan objek
penelitian.

1.5 Waktu Pelaksanaan


Berdasarkan kalender akademik Universitas Pendidikan Indonesia Semester
Genap tahun ajaran 2022/2023, maka pada praktik kerja ini penulis mengusulkan
untuk melaksanakan Praktik Kerja mulai tanggal 19 Juni s.d. 18 Agustus 2023
(delapan minggu).
Praktik Kerja dilaksanakan di
Nama lembaga : PT Indonesia Power UP Saguling - Cangkuang
Cikalong
Alamat : Jl. Raya Pangalengan, Cikalong, Kec. Cimaung,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat 40374
4

BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2,1 Sejarah Singkat PT. INDONESIA POWER


PT Indonesia Power merupakan salah satu anak perusahaan dari PT PLN
(Persero), perusahaan penyedia layanan listrik terbesar di Indonesia. PT Indonesia
Power didirikan pada tanggal 3 Oktober 1995 dengan nama PT PLN Pembangkitan
Jawa Bali I (PT PJB I), yang kemudian berganti nama menjadi Indonesia Power
sebagai penegasan atas tujuan perusahaan untuk menjadi Perusahaan pembangkit
tenaga listrik independent yang berorientasi bisnis murni. Kegiatan utama bisnis
Perusahaan ini adalah sebagai penyedia tenaga listrik melalui pembangkitan tenaga
listrik dan sebagai penyedia jasa operasi dan pemeliharaan pembangkit listrik yang
mengoprasikan pembangkit yang tersebar di Indonesia.
Dalam perjalanannya, PT Indonesia Power juga telah melakukan investasi
dalam pembangunan dan pengoprasian berbagai jenis pembangkit listrik, seperti
thermal, hydro, dan energi panas bumi. Selain itu, perusahaan ini juga turut
berperan dalam mendukung program pemerintah Indonesia dalam meningkatkan
akses listrik di berbagai wilayah, terutama wilayah yang terpencil.
PT Indonesia Power memiliki 5 Anak Perusahaan, diantaranya adalah, 2
Perusahaan Patungan (Joint Venture Company), 1 Perusahaan Asosiasi, 3 Cucu
Perusahaan (Afiliasi dari anak perusahaan) untuk mendukung strategi dan proses
Bisnis Perusahaan
Sebagai salah satu pemain utama di sektor pembangkitan listrik di
Indonesia, PT Indonesia Power memiliki peran penting dalam memastikan pasokan
listrik yang handal dan berkelanjutan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat.

2.1 Visi, Misi dan Moto

2.1.1 Visi
Menjadi Perusahaan Energi terbaik yang tumbuh berkelanjutan

2.1.2 Misi
Menyediakan solusi energi yang Andal, Inovatif, Raman Lingkungan dan
Melampaui Harapan Pelanggan
5

2.1.3 Moto
Energy of Things

2.2 Lambang perusahaan PT INDONESIA POWER

Gambar 2.1. Logo Indonesia Power


(Sumber : www.indonesiapower.co.id )
Logo mencerminkan identitas dari PT Indonesia Power sebagai Power
Utility Company terbesar di Indonesia

2.3 Struktur Organisasi PT. INDONESIA POWER


Dengan dikeluarkannya Keputusan Direksi 57/K/010/IP/2019 tentang
struktur Organisasi Indonesia Power tanggal 28 Mei 2019, maka Struktur
Organisasi Indonesia Power adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2 Stuktur Organisasi PT. Indonesia Power


(Sumber : www.indonesiapower.co.id )
6

2.3.1 Struktur Umum PT. Indonesia Power

Gambar 2.3 Struktur Grup Perusahaan


(Sumber : www.indonesiapower.co.id )

Struktur Grup diatas terdiri dari 4 anak perusahaan, 1 perusahaan patungan


(Joint Venture Company), 2 anak perusahaan Asosiasi, serta 5 Special Purpose
Company (SPC) dan 1 anak perusahaan di bawah PT Putra Indotenaga.

2.4 Tentang PT. Indonesia Power UP Saguling Sub Unit PLTA Cikalong
PLTA Cikalong merupakan perusahaan pembangkit listrik yang bergabung
pada PT. Indonesia Power dibawah Unit Bisnis Pembangkitan Saguling yang
berlokasi di Desa Cikalong, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung. PLTA
Cikalong dibangun pada tahun 1957 dan mulai beroprasi pada tahun 1961 setelah
diresmikan oleh Presiden RI Pertama yaitu Ir. Soekarno.
Pada tahun pertama operasi, PLTA Cikalong masih termasuk ke dalam
Perusahaan PLN. PLTA Cikalong dibangun atas kerja sama antara PLN (dari pihak
Indonesia) dan Negara Perancis. Pada tahun 1994, PLN merubah bentuk
Perusahaan dari Perum menjadi Persero. Satu tahun kemudian, PT. PLN (Persero)
membentuk dua anak perusahaan yang bertujuan untuk memisahkan misi social dan
misi komersial yang diemban dalam hal ini adalah menjalankan usaha pada bidang
pembangkitan tenaga listrik. Kedua anak perusahaan tersebut adalah PT.
7

Pembangkitan Jawa Bali I (PJB I) dan PT. Pembangkitan Jawa Bali II (PJB II).
PLTA Cikalong berada di ketinggian 1500 m diatas permukaan air. Air yang
digunakan berasal dari curahan air hujan, mata air yang disatukan dari Situ Cileunca
dan Situ Patuja yang kemudian air tersebut digunakan oleh 3 pembangkit listrik,
diantaranya PLTA Plengan, PLTA Lamajan, dan PLTA Cikalong.
PLTA Plengan berada di posisi awal, lalu diikuti oleh PLTA Lamajan, dan
kemudian terakhir diikuti oleh PLTA Cikalong. Aliran air sungai yang sebelumnya
berasal dari PLTA Lamajan, aliran airnya akan diteruskan ke PLTA Cikalong dan
terakhir dialirkan lagi ke Perusahaan air minum untuk khususnya daerah Bandung
dan sekitarnya.

2.5 Lokasi dan Fasilitas PLTA Cikalong


PLTA Cikalong beralamat di Jl Raya Pangalengan KM. 28, Desa Cikalong,
Kecamatan Cikalong, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 40374. PLTA Cikalong
merupakan salah satu dari tiga PLTA yang berada di wilayah Bandung Selatan.
Ketiga PLTA ini saling terhubung, berawal dari PLTA Plengan, lalu ke PLTA
Lamajan, dan yang terakhir PLTA Cikalong. Air limbah hasil pembangkitan
dibuang ke sungai Cisangkuy yang sebagian besarnya dimanfaatkan untuk diolah
menjadi air minum oleh PDAM Kota Bandung.
PLTA Cikalong memiliki 3 bangunan utama, yaitu kolam penampung air
(kolam tando dan kolam harian), Powerhouse, dan Gedung administrasi. Serta
terdapat fasilitas lainnya, berupa bendungan, saringan air, pipa pesat yang tertanam
di bawah tanah, serta gardu induk sebagai media untuk transmisi listrik.

2.6 Struktur Organisasi PLTA Cikalong


PLTA Cikalong menerapkan struktur organisasi dengan sistem jaringan dan
staff organization, dengan jabatan tertinggi yaitu Assisten Manager dan jabatan
bawahannya adalah Teamleader OPHAR

- Assisten Manager : Heri Erawan

- Teamleader OPHAR : Teguh Ahmad Hidayat

BAB III
KAJIAN PUSTAKA
8

3.1 Sistem Pembangkit Tenaga Listrik


Sistem Pembangkit Tenaga Listrik adalah rangkaian proses dan peralatan
yang digunakan untuk mengubah berbagai sumber energi menjadi energi listrik.
Energi listrik ini kemudian dapat digunakan untuk memasok kebutuhan listrik
dalam berbagai sektor seperti rumah tangga, industri, komersial, dan lain-lain.
Proses pembangkitan tenaga listrik melibatkan beberapa tahap, tergantung pada
jenis sumber energi yang digunakan. [1]
Berikut adalah penjelasan umum tentang sistem pembangkit tenaga listrik:

1. Sumber Energi Primer: Energi listrik dapat dihasilkan dari berbagai


sumber energi primer, seperti batu bara, minyak bumi, gas alam,
nuklir, matahari, angin, air (hidro), dan lain-lain. Setiap sumber
energi memiliki karakteristik unik dan memerlukan teknologi dan
proses yang berbeda untuk mengubahnya menjadi energi listrik. [1]

2. Proses Pembangkitan Energi: Proses pembangkitan tenaga listrik


bervariasi tergantung pada jenis sumber energi yang digunakan.
Beberapa contoh proses meliputi:

o Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU): Batu bara, minyak


bumi, atau gas alam digunakan untuk memanaskan air menjadi
uap yang kemudian menggerakkan turbin uap. Turbin ini
terhubung dengan generator listrik yang menghasilkan energi
listrik. [2]

o Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir: Proses fisika nuklir


digunakan untuk memanaskan air dan menghasilkan uap yang
akan menggerakkan turbin dan generator. [2]

o Pembangkit Listrik Tenaga Surya: Panel surya menangkap


energi matahari dan mengubahnya menjadi listrik melalui efek
fotovoltaik. [2]

o Pembangkit Listrik Tenaga Angin: Turbin angin digerakkan oleh


energi angin, dan gerakan ini kemudian diubah menjadi energi
listrik oleh generator. [2]
9

o Pembangkit Listrik Tenaga Air (Hidro): Energi air


menggerakkan turbin air, yang kemudian menggerakkan
generator.

3. Generator: Generator adalah komponen utama dalam pembangkit


tenaga listrik. Ini mengubah energi mekanis dari turbin atau sumber
lainnya menjadi energi listrik. Prinsip dasarnya adalah bahwa
pergerakan relatif antara medan magnet dan kawat konduktif akan
menghasilkan arus listrik. [3]

Gambar 3.1. Generator

(Sumber: dokumen penulis)

4. Distribusi dan Transmisi: Setelah energi listrik dihasilkan, ia harus


didistribusikan dan ditransmisikan melalui jaringan listrik ke
berbagai tujuan. Ini melibatkan penggunaan jaringan transmisi tinggi
tegangan untuk mentransmisikan energi listrik jarak jauh, dan
kemudian melalui jaringan distribusi rendah tegangan di daerah
pemakaian.
10

Gambar 3.2. Sistem Distribusi dan Transmisi

(Sumber : www.kompas.com )

5. Transformasi Tegangan: Transformator digunakan untuk mengubah


tegangan listrik menjadi level yang sesuai dengan kebutuhan
pengguna. Tegangan tinggi dari jaringan transmisi dikonversi
menjadi tegangan yang lebih rendah dan sesuai untuk digunakan di
rumah tangga dan industri.

Gambar 3.3 Transformator

(sumber : Dokumen Penulis)

6. Pengendalian dan Manajemen: Sistem pembangkit tenaga listrik juga


melibatkan pengendalian dan manajemen yang kompleks. Hal ini
11

termasuk pengaturan beban, pemantauan kondisi peralatan,


peningkatan efisiensi, dan penanganan gangguan.

Sistem Pembangkit Tenaga Listrik terus berkembang dengan adanya


penemuan teknologi baru dan peningkatan dalam efisiensi dan keberlanjutan.
Berbagai sumber energi yang berbeda digunakan untuk memenuhi kebutuhan
energi yang terus meningkat di seluruh dunia.

3.2 Pembangkit Listrik Tenaga Air


Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah sistem pembangkit tenaga
listrik yang menggunakan energi potensial air yang ada di sungai, danau, atau
waduk untuk menghasilkan energi listrik. PLTA merupakan salah satu sumber
energi terbarukan yang umum digunakan karena minim emisi gas rumah kaca dan
memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah dibandingkan dengan sumber
energi fosil. [4]
Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai PLTA:

1. Prinsip Kerja: PLTA mengandalkan perubahan ketinggian air (tinggi


jatuh air) untuk menghasilkan energi. Air yang mengalir dari
ketinggian potensial lebih tinggi ke ketinggian yang lebih rendah
memiliki energi kinetik. Energi ini dapat diubah menjadi energi
mekanis dengan menggunakan turbin air. [3]

2. Komponen Utama:

o Waduk atau Bendungan: Tempat di mana air disimpan dan diatur


aliran masuknya. Waduk ini dapat membentuk danau buatan
atau diperbesar aliran sungai dengan membangun bendungan.

o Saluran Pengalir Air: Saluran yang mengarahkan air dari waduk


atau sungai menuju turbin dengan memanfaatkan gradien alami
atau sistem pompa.

o Turbin: Alat yang dipasang di saluran pengalir air dan


digerakkan oleh aliran air. Turbin mengubah energi kinetik air
menjadi energi mekanis berupa putaran.
12

o Generator: Komponen yang dikaitkan dengan turbin dan


mengubah energi mekanis dari turbin menjadi energi listrik
melalui prinsip elektromagnetik. [3]

3. Tipe PLTA:

o PLTA Mengalir (Run-of-River): Air dialirkan langsung dari


sungai melalui turbin tanpa memerlukan waduk besar. Ini lebih
cocok untuk sungai dengan aliran stabil. Pada PLTA run of river
ini, air sungai dialihkan dengan menggunakan bendung (weir)
yang dibangun memotong aliran sungai. Pada PLTA run of river
sangat tergantung pada besarnya debit air, kelebihannya adalah
biaya yang relatif lebih murah. [3]

o PLTA Waduk Atas (Reservoir): Memanfaatkan waduk besar


untuk menyimpan air dan mengontrol aliran. Aliran sungai
ditahan oleh bendungan untuk mengakumulasi air dan
membentuk sebuah reservoir. Setelahnya, air dari reservoir
dialirkan menuju pusat pembangkitan melalui pipa pesat.
Dengan adanya reservoir yang mampu menampung air terlebih
dahulu, pada saat musim hujan saat aliran sungai melebihi
kapasitas salurannya, air dapat disimpan terlebih dahulu dalam
reservoir. Pada saat musim kemarau, ketika aliran sungai lebih
rendah dari kapasitas saluran, kekurangan air dapat diatasi
dengan menggunakan cadangan air yang ada di dalam reservoir.
Kekurangan dari PLTA kolam tando ini adalah memiliki biaya
konstruksi yang cukup besar karena membutuhkan area luas. [3]

4. Kelebihan PLTA:

o Ramah Lingkungan: Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca


atau limbah berbahaya, dan hanya memiliki dampak lingkungan
minimal terhadap ekosistem sungai. Tidak hanya itu, PLTA
tidak menghasilkan polusi udara karena dalam operasinya, tidak
ada kebutuhan untuk bahan bakar atau tahap pembakaran. Oleh
13

karena itu, tidak ada emisi gas hasil pembakaran yang mungkin
merugikan lingkungan sekitar. PLTA merupakan jenis
pembangkit yang lebih ramah lingkungan dibandingkan opsi
lainnya. Dengan memanfaatkan PLTA, tidak hanya konsumsi
Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dapat dihemat, tetapi juga
membantu mengurangi dampak dari perubahan iklim global.

o Energi Terbarukan: Mengandalkan siklus air alami untuk


menghasilkan energi, sehingga sumber energinya dapat
diperbaharui. Tenaga air akan terus menerus ada selama
peprsediaan air di bumi terjaga

o Stabilitas: PLTA menghasilkan energi listrik yang relatif stabil


karena aliran air cenderung lebih konsisten dibandingkan
sumber energi seperti angin atau matahari.

o Jangka panjang: PLTA memiliki umur pengoprasian yang


relative panjang, hal ini dikarenakan bagian mesin pembangkit
dari PLTA mengalami tekanan relatif rendah dan sangat stabil
tanpa perubahan beban yang tiba-tiba. [3]

5. Kekurangan PLTA:

o Terbatas pada Lokasi: PLTA memerlukan kondisi geografis


tertentu, seperti sungai dengan ketinggian potensial yang cukup
besar.

o Dampak Sosial dan Lingkungan: Pembangunan waduk dan


bendungan dapat memengaruhi ekosistem, habitat, dan
komunitas lokal, serta dapat menyebabkan relokasi penduduk.

o Variabilitas Musim: Ketersediaan air dapat bervariasi musiman,


yang dapat memengaruhi produksi energi.

o Waktu persiapan dan pembangunan yang relatif lama:


Pembangunan PLTA harus dipersiapkan dari jauh-jauh hari,
karena membutuhkan waktu survey pra-studikelayakan, studi
14

kelayakan, desain (basic dan detail plant design). Untuk


pembangunannya pun membutuhkan waktu yang lama. [3]

3.2.1 Proses Pembangkitan Listrik di PLTA Cikalong


PLTA Cikalong mulai beroprasi pada tahun 1961 dan merupakan salah
satu PLTA tertua yang ada di Indonesia. PLTA Cikalong berada di
bawah naungan manajemen PT. Indonesia Power Unit Bisnis
Pembangkitan Saguling. PLTA Cikalong memiliki 3 unit generator dan
turbin yang masing-masing berkapasitas 6,4 MW. PLTA Cikalong
memanfaatkan air yang berasal dari tail race PLTA lamajan yang akan
ditampung di kolam tando terlebih dahulu. Terdapat dua jenis kolam
tando di PLTA Cikalong, yaitu kolam tando pengendap dan kolam tando
harian. Kolam tando pengendap berfungsi untuk mengendapkan lumpur
dan kotoran-kotoran lainnya yang mungkin terbawa. Kolam tando
pengendap rutin dibersihkan dalam jangka waktu 3 bulan 1 kali untuk
membersihkan lumpur dan mencegah proses pendangkalan kolam.
Setelah dilakukan pengendapan di kolam tando pengendap, selanjutnya
air disalurkan ke kolam tando harian. Kolam tando harian berfungsi
untuk memantau ketinggian air sebelum air dialirkan ke pipa pesat.
Pemantauan ketinggian air ini sangat penting, karena apabila air
melebihi batas maksimum, dan kolam pelimpasan tidak bekerja, maka
air akan membanjiri daerah di sekitar kolam tando, sebaliknya, jika
ketinggian air kurang dari batas maksimum, pembangkit tidak akan
beroperasi dengan optimal, dan akan mengalami kekurangan pasokan
air. Batas minimum ketinggian air adalah 3 meter dengan titik krisis 2,5
meter, dan batas maksimumnya adalah 5 meter.
Selain kolam tando pengendap dan kolam tando harian, terdapat juga
kolam pelimpasan. Kolam pelimpasan ini berfungsi untuk tempat
pembuangan air apabila ketinggian air melebihi batas maksimum yang
ditetapkan yaitu 5 meter. Setelah melewati kolam tando harian, air
kembali disaring dari pengotor yang tidak terendapkan di kolam tando
pengendap. Lalu air dialirkan ke power house melalui pipa pesat. PLTA
15

Cikalong mempunyai 2 pipa pesat, pipa 1 sebagai penyalur air untuk


turbin unit 1 dan unit 2, dan pipa 2 sebagai penyalur air untuk turbin unit
3. Terjadi perubahan energi air didalam pipa pesat, yaitu energi potensial
air diubah menjadi energi kinetik, lalu air dialirkan ke turbin dan air
menjadi penyebab turbin bergerak atau berputar. Jenis turbin di PLTA
Cikalong adalah France Turbin. Turbin mengubah bentuk energi kinetik
menjadi energi mekanik yang dapat menyebabkan generator ikut
berputar. Dan generator mengubah energi mekanik menjadi energi
listrik. Tegangan yang dihasilkan dari generator adalah sebesar 6,3 kV.
Setelah air melewati turbin, lalu pembuangan air kemudian
dimanfaatkan oleh PDAM Kota Bandung sebagai bahan baku air bersih
yang di manfaatkan oleh masyarakat di Kota Bandung.
Listrik yang dihasilkan oleh generator ditransmisikan ke Gardu Induk
(GI). Di gardu induk, terjadi penaikan tegangan menggunakan
Transformator, dari 6,3 kV menjadi 70 kV. Lalu kemudian, listrik
didistribusikan kepada konsumen, yang dimana PLTA Cikalong ini
menyuplai listrik untuk wilayah Bandung Selatan.

3.3 Major Inspection


Major inspection adalah proses penilaian dan perawatan menyeluruh yang
dilakukan pada komponen-komponen utama dan kritis dari berbagai fasilitas
industri, seperti pembangkit listrik, pabrik pengolahan, pabrik manufaktur, dan
lainnya. Tujuan dari major inspection adalah untuk memastikan fungsi keseluruhan,
keamanan, dan keandalan fasilitas dengan mengidentifikasi masalah potensial,
keausan, serta perbaikan atau penggantian yang diperlukan. [5]
Poin-poin penting terkait major inspection adalah sebagai berikut:

- Lingkup dan Intensitas: Major inspection lebih komprehensif


dibandingkan dengan pemeriksaan perawatan rutin. Ini melibatkan
pemeriksaan menyeluruh terhadap komponen-komponen kritis, sistem,
dan struktur. Ini bisa mencakup pemeriksaan visual rinci, pengujian
non-destruktif, evaluasi performa, dan lainnya.
16

- Jadwal Terjadwal: Major inspection biasanya dilakukan secara


terjadwal, seringkali setelah sejumlah jam operasi atau tahun,
tergantung pada jenis fasilitas dan standar industri. Pendekatan preventif
ini membantu mengidentifikasi dan menangani masalah sebelum
menyebabkan downtime atau kegagalan yang signifikan.

- Penghentian atau Pengoperasian Terbatas: Major inspection seringkali


memerlukan penghentian sementara atau pengurangan operasi fasilitas.
Ini memungkinkan inspektur dan tim perawatan untuk mengakses
komponen yang biasanya beroperasi atau berada dalam tekanan tinggi
dengan aman.

- Penilaian Rinci: Selama major inspection, insinyur dan teknisi


melakukan penilaian menyeluruh terhadap peralatan dan sistem kritis,
seperti turbin, boiler, reaktor, bejana tekan, dan sistem kontrol. Ini
melibatkan pemeriksaan visual, pengukuran, pengujian, dan analisis
untuk mengidentifikasi tanda-tanda keausan, korosi, kelelahan, atau
masalah potensial lainnya.

- Pengujian dan Analisis: Major inspection dapat melibatkan berbagai


jenis pengujian, termasuk pengujian non-destruktif (seperti ultrasonik,
radiografi, dan pengujian partikel magnetik) untuk mendeteksi cacat
tersembunyi. Pengujian performa juga dilakukan untuk memastikan
bahwa peralatan memenuhi parameter operasional yang ditentukan.

- Perawatan dan Perbaikan: Jika masalah diidentifikasi selama inspeksi,


dilakukan pekerjaan perawatan dan perbaikan. Ini dapat berkisar dari
penyesuaian dan pembersihan sederhana hingga perbaikan ekstensif
atau bahkan penggantian komponen. Tujuannya adalah mengembalikan
fungsi dan keandalan peralatan.

- Keamanan dan Kepatuhan: Major inspection memiliki peran penting


dalam memastikan kepatuhan terhadap standar keselamatan, peraturan
industri, dan persyaratan lingkungan. Dengan mengidentifikasi dan
17

memperbaiki potensi bahaya keselamatan, fasilitas dapat beroperasi


lebih andal dan bertanggung jawab.

- Dokumentasi: Dokumentasi yang cermat tentang proses inspeksi,


temuan, perbaikan, dan kegiatan perawatan sangat penting.
Dokumentasi ini memberikan catatan historis yang membantu melacak
sejarah perawatan, mengambil keputusan yang berdasarkan fakta, dan
merencanakan inspeksi di masa depan.

- Efisiensi Operasional: Setelah major inspection berhasil dilakukan,


diharapkan fasilitas akan beroperasi lebih efisien dan aman. Penanganan
masalah potensial secara proaktif mengurangi risiko downtime yang
tidak terencana dan perbaikan darurat yang mahal.

- Manfaat Jangka Panjang: Major inspection berkontribusi dalam


memperpanjang umur operasional fasilitas industri, mengoptimalkan
performa, mengurangi kemungkinan kegagalan besar, dan
meningkatkan produktivitas secara keseluruhan.

Dalam berbagai industri, major inspection merupakan aspek penting untuk


menjaga operasi yang aman dan andal. Inspeksi ini tidak hanya mencegah potensi
kecelakaan dan kerusakan, tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan fasilitas.[5]

3.4 Transformator
Transformator adalah perangkat listrik yang digunakan untuk
mentransformasikan tegangan listrik dari satu level ke tegangan yang lain, baik
lebih tinggi (step-up) atau lebih rendah (step-down), dengan menjaga frekuensi
tetap. Ini merupakan komponen kunci dalam sistem kelistrikan, terutama dalam
distribusi dan transmisi tenaga listrik, serta dalam berbagai aplikasi industri. [6]
Prinsip kerja transformator didasarkan pada hukum elektromagnetisme
Faraday yang menyatakan bahwa perubahan medan magnet yang melintasi kawat
konduktif akan menginduksi arus listrik di dalamnya. Transformator terdiri dari dua
gulungan kawat, yang disebut sebagai gulungan primer dan gulungan sekunder,
yang dihubungkan oleh inti feromagnetik. [7]
18

Berikut adalah beberapa komponen dan konsep penting yang terkait dengan
transformator:

- Gulungan Primer: Ini adalah kumparan pertama dari transformator yang


terhubung ke sumber tegangan. Arus yang mengalir melalui gulungan
primer menghasilkan medan magnet di sekitar inti transformator. [8]

- Gulungan Sekunder: Ini adalah kumparan kedua dari transformator yang


terhubung ke beban. Induksi medan magnet yang dihasilkan oleh arus
di gulungan primer menginduksi arus listrik di gulungan sekunder. [8]

- Inti Feromagnetik: Inti transformator terbuat dari bahan feromagnetik,


seperti besi atau baja, yang memperkuat medan magnet dan memastikan
transfer energi yang efisien antara gulungan primer dan sekunder. [7]

- Rasio Transformasi: Rasio antara jumlah lilitan di gulungan primer dan


gulungan sekunder menentukan perubahan tegangan. Misalnya, rasio
1:10 berarti tegangan keluaran akan sepuluh kali lebih rendah dari
tegangan masukan.

- Hukum Induksi Elektromagnetik: Hukum ini menyatakan bahwa


besarnya tegangan yang diinduksi di gulungan sekunder sebanding
dengan laju perubahan fluks magnetik yang dilalui oleh inti
transformator. [7]

- Kehilangan: Transformator memiliki beberapa jenis kehilangan,


termasuk kehilangan inti (core loss) karena perubahan arus magnetik di
inti feromagnetik dan kehilangan gulungan (copper loss) karena
resistensi kawat yang menghasilkan panas. [7]

- Aplikasi: Transformator digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti


pembangkitan, distribusi, dan transmisi tenaga listrik, peralatan rumah
tangga seperti charger, pengatur tegangan dalam alat-alat elektronik,
dan banyak lagi.
Transformator merupakan elemen penting dalam infrastruktur listrik dan
memungkinkan efisiensi dalam distribusi energi listrik dengan mengubah tegangan
ke level yang sesuai dengan kebutuhan. Transformator (trafo) dengan fungsi "step-
19

up" dan "step-down" mengacu pada kemampuannya untuk meningkatkan atau


menurunkan tegangan listrik dari satu tingkat ke tingkat lainnya, sambil
mempertahankan frekuensi yang sama. Ini memungkinkan pengiriman energi
listrik yang efisien melalui jaringan distribusi dan transmisi dengan
mengoptimalkan tegangan sesuai kebutuhan. [7]

- Trafo Step-Up: Trafo step-up adalah transformator yang meningkatkan


tegangan masukan menjadi tegangan keluaran yang lebih tinggi. Ini
dilakukan dengan memiliki jumlah lilitan yang lebih banyak pada
gulungan sekunder daripada pada gulungan primer. Trafo step-up
biasanya digunakan di pembangkit listrik untuk meningkatkan tegangan
dari pembangkit listrik sebelum diantar melalui jaringan transmisi jarak
jauh. Ini membantu mengurangi kerugian energi yang terjadi akibat
hambatan kawat pada jarak yang panjang.[8]

- Trafo Step-Down: Trafo step-down adalah transformator yang


mengurangi tegangan masukan menjadi tegangan keluaran yang lebih
rendah. Ini dilakukan dengan memiliki jumlah lilitan yang lebih sedikit
pada gulungan sekunder daripada pada gulungan primer. Trafo step-
down biasanya digunakan dalam aplikasi distribusi energi listrik, seperti
di tiang listrik di sekitar permukiman dan industri, untuk mengurangi
tegangan tinggi yang dihasilkan dari pembangkit dan transmisi menjadi
tingkat yang lebih aman dan sesuai dengan kebutuhan rumah tangga dan
peralatan.[8]

3.4.1 Bagian-bagian Transformator


Transformator adalah perangkat yang terdiri dari beberapa bagian penting
yang bekerja bersama-sama untuk mentransformasikan tegangan listrik dari satu
tingkat ke tingkat lainnya.[9] Berikut adalah penjelasan mengenai bagian-bagian
utama dalam transformator:

- Kumparan Transformator

Kumparan trafo terbuat dari beberapa putaran kawat tembaga yang


dilapisi oleh lapisan isolasi seperti karton atau pertinax. Hal ini
20

dilakukan untuk memastikan isolasi baik terhadap inti besi dan


kumparan lainnya. Pada trafo dengan daya besar, lilitan-lilitan
dimasukkan ke dalam minyak trafo sebagai media pendingin. Jumlah
lilitan yang digunakan akan mempengaruhi besarnya tegangan dan arus
pada sisi sekunder. Terkadang, transformator juga dapat memiliki
kumparan tertier. Kumparan tertier ini penting untuk mendapatkan
tegangan tertier atau untuk keperluan lainnya. Untuk kedua tujuan
tersebut, kumparan tertier selalu dihubungkan dalam konfigurasi delta.
Kumparan tertier juga sering digunakan untuk menghubungkan
peralatan bantu seperti kondensator sinkron, kapasitor shunt, dan reaktor
shunt.

Gambar 3.4 Kumparan Transformator

- Inti Besi

Inti besi digunakan sebagai alat untuk mengalirnya fluks yang timbul
akibat induksi arus bolak-balik pada kumparan yang melingkupi inti
besi. Ini memungkinkan induksi kembali ke kumparan lainnya. Inti besi
dibentuk dari lempengan-lempengan untuk mengurangi arus eddy yang
merupakan arus sirkulasi pada inti besi sebagai hasil dari induksi medan
magnet. Arus tersebut dapat menyebabkan kerugian. Inti transformator
bisa dibuat dari bahan lain selain dari besi dengan syarat memiliki
konduktivitas listrik yang baik.
21

Gambar 3.5 Inti Besi

- Bushing

Bushing merupakan perangkat penghubung antara belitan dan jaringan


luar. Bushing terdiri dari konduktor yang dilapisi oleh isolator. Isolator
ini memiliki fungsi sebagai pembatas antara konduktor bushing dan bodi
utama transformator.

Gambar 3.6 Bushing

- Pendingin

Suhu pada transformator yang sedang beroperasi akan dipengaruhi oleh


kualitas tegangan di jaringan, rugi-rugi pada transformator itu sendiri,
dan suhu lingkungan sekitar. Suhu operasional yang tinggi dapat
menyebabkan kerusakan pada isolasi kertas dalam transformator. Oleh
karena itu, sistem pendinginan yang efektif sangatlah penting. Minyak
22

isolasi dalam transformator, selain berfungsi sebagai isolator, juga


berperan sebagai pendingin. Ketika minyak bergerak dalam sirkulasi,
panas yang berasal dari belitan transformator akan diangkut oleh minyak
sesuai arah pergerakannya dan kemudian didinginkan oleh sirip-sirip
radiator. Proses pendinginan ini bisa ditingkatkan dengan menggunakan
kipas dan pompa sirkulasi untuk meningkatkan efisiensi pendinginan.

- Tanki dan konservator

Tangki Konservator berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan


minyak serta uap atau udara yang timbul akibat pemanasan trafo akibat
arus beban. Antara tangki dan transformator, dipasang relai bucholzt
yang bertujuan untuk menyerap gas yang dihasilkan oleh kerusakan
minyak. Tujuannya adalah agar minyak tidak terkontaminasi oleh air.
Ujung masuk saluran udara melalui saluran pelepasan atau venting
dilengkapi dengan bahan penyerap uap air, yang sering disebut dengan
silica gel. Hal ini dilakukan untuk mencegah udara di sekitarnya
tercemar oleh partikel air yang keluar bersama udara.[10]

Gambar 3.7 Tanki dan Konservator

- Tap charger

Kestabilan tegangan dalam suatu jaringan merupakan salah satu hal


yang dinilai sebagai kualitas tegangan. Transformator dituntut
memiliki nilai tegangan output yang stabil sedangkan besarnya
tegangan input tidak selalu sama. Dengan mengubah banyaknya
23

belitan pada sisi primer diharapkan dapat mengubah ratio antara


belitan primer dan sekunder dan dengandemikian tegangan
output/sekunderpun dapat di. proses perubahan ratio belitan ini
dapat dilakukan pada saat transformator sedang berbeban (On load
tap changer) atau saat transformator tidak berbeban (Off loadtap
changer).[10]

- NGR (Netral Ground Resistant)

Salah satu cara untuk melakukan pentanahan adalah melalui penggunaan


NGR. NGR merupakan suatu resistor yang dipasang secara seri dengan netral
sekunder pada transformator sebelum terhubung dengan tanah. Tujuan utama
dari pemasangan NGR adalah untuk mengatur arus gangguan yang mengalir
dari sisi netral ke tanah. Dengan adanya NGR, arus gangguan dapat dikontrol
sehingga dapat mencegah kerusakan yang lebih besar pada sistem kelistrikan.
- Alat pernapasan (Dehydrating Breather)

Suhu minyak dalam transformator cenderung berfluktuasi karena dipengaruhi


oleh variasi beban serta suhu udara lingkungan. Ketika suhu minyak naik,
minyak akan meluas dan mendorong udara di atas permukaannya. Ketika
volume minyak berlebihan, risiko minyak keluar dari tangki juga meningkat.
Sebaliknya, jika suhu minyak turun, minyak akan menyusut dan udara luar
akan masuk ke dalam tangki. Kedua proses ini dikenal sebagai pernapasan
trafo. Hasilnya adalah minyak selalu berinteraksi dengan udara dari luar, yang
pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan tegangan tembus minyak dalam
transformator. Untuk mengatasi potensi masalah ini, pada pipa penghubung ke
luar, biasanya diterapkan sistem pernapasan. Sistem ini terdiri dari tabung yang
berisi kristal zat higroskopis, seperti silica gel, yang membantu menjaga
keseimbangan kelembaban di dalam tangki. Ini membantu mengurangi
dampak fluktuasi suhu dan menjaga tegangan tembus minyak tetap stabil.[10]

- Peralatan proteksi
Terdapat beberapa peralatan proteksi pada transformator, diantaranya:
o Relai Bucholz
Merupakan relai untuk mendeteksi gangguan di dalam trafo yang
menimbulkan gas, dan gas tersebut dihasilkan oleh:
▪ Hubung singkat antar lilitan pada/dalam fasa
24

▪ Hubung singkat antar fasa


▪ Hubung singkat antar fasa ke grounding
▪ Busur api listrik antar laminasi
▪ Busur api listrik karena kontak yang kurang baik

o Arrester

Merupakan alat perlindungan untuk peralatan listrik dari tegangan


yang berlebihan yang dihasilkan oleh lonjakan petir dan lonjakan dari
pemutusan aliran listrik (switching surge). Alat ini bertindak sebagai
jalur alternatif di sekitar isolasi untuk memberikan jalur mudah bagi
arus kilat menuju sistem pentanahan, sehingga tidak menyebabkan
lonjakan tegangan tinggi yang dapat merusak isolasi peralatan listrik.
Saat dalam kondisi normal, arrester berperilaku seperti isolator, tetapi
ketika ada lonjakan tegangan, alat ini berubah menjadi konduktor
dengan resistansi yang relatif rendah, sehingga memungkinkan arus
yang sangat besar mengalir ke tanah.[10]

3.5 Jenis-jenis Maintenance


Secara garis besarnya, pemeliharaan (maintenance) dapat dibagi menjadi 4
bagian, diantaranya:

1. Preventive Maintenance

Merupakan pemeliharaan yang sifatnya teratur, terencana, dan


terjadwal. Biasanya dilakukan rutin sebelum terjadinya kegagalan.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kerusakan yang mungkin
terjadi pada peralatan sebelum kondisi alat tersebut rusak atau
bermasalah. Tujuannya adalah mencegah potensi masalah dan
memastikan peralatan tetap beroperasi dengan baik. Ini melibatkan
pemeriksaan, pelumasan, penggantian komponen yang aus, dan
tindakan lain untuk mempertahankan kondisi optimal.[11]

2. Predictive Maintenance

Metode ini melibatkan penggunaan data dan analisis untuk


memprediksi kapan kerusakan mungkin terjadi. Pemantauan
kontinyu terhadap kondisi peralatan dilakukan untuk
25

mengidentifikasi tanda-tanda awal masalah. Hal ini memungkinkan


tindakan pemeliharaan dilakukan sebelum terjadinya kerusakan yang
signifikan.[11]

3. Corrective Maintenance

Jenis maintenance ini terjadi setelah terjadinya kegagalan atau


masalah pada peralatan. Tujuannya adalah untuk memperbaiki
kerusakan dan mengembalikan peralatan ke kondisi operasional
secepat mungkin. Pemeliharaan ini umumnya dilakukan dalam
situasi darurat[11]

4. Breakdown Maintenance

Metodi ini merupakan jenis pemeliharaan yang tidak terencana.


Biasanya dilakukan ketika alat atau mesin telah mengalami
kerusakan. [11]

3.6 Prosedur Preventive Maintenance pada Transformator


Prosedur Preventif Maintenance pada transformator melibatkan serangkaian
langkah yang dirancang untuk menjaga kinerja optimal, memperpanjang umur
layanan, dan mencegah masalah yang mungkin timbul pada transformator. Tujuan
utama dari maintenance preventif adalah untuk mengidentifikasi dan mengatasi
potensi masalah sebelum mereka menyebabkan gangguan dalam operasi
transformator. Berikut adalah beberapa langkah umum yang terlibat dalam prosedur
preventif maintenance pada transformator:

- Inspeksi Visual: Melakukan pemeriksaan visual secara rutin untuk


mengidentifikasi tanda-tanda keausan, korosi, kerusakan fisik, atau
tanda-tanda masalah lainnya pada permukaan transformator.

- Pengujian Isolasi: Pengujian terhadap isolasi adalah langkah penting.


Dengan pengujian seperti Power Factor Test (PFT) atau Dielectric
Frequency Response (DFR), kondisi isolasi dapat dievaluasi untuk
mendeteksi kemungkinan kerusakan atau penurunan kualitas isolasi.
26

- Pengujian Pengaman: Memeriksa dan menguji komponen pengaman


seperti relay, proteksi overcurrent, dan perangkat pelindung lainnya
untuk memastikan bahwa mereka berfungsi dengan benar dan akan
merespon dengan cepat jika terjadi gangguan.

- Pengujian Tanpa Beban dan Beban Penuh: Melakukan pengujian tanpa


beban dan beban penuh untuk memastikan bahwa transformator
beroperasi sesuai dengan spesifikasi. Pengujian ini juga membantu
dalam mendeteksi perubahan kinerja yang tidak normal.

- Pemeriksaan Minyak: Memeriksa kondisi minyak isolasi dalam


transformator. Pengujian minyak termasuk pengujian gas terlarut
(Dissolved Gas Analysis) untuk mendeteksi potensi masalah di dalam
transformator.

- Pembersihan dan Pengecekan Koneksi: Melakukan pembersihan


terhadap kotoran atau kerak yang dapat mengganggu kinerja
transformator. Memeriksa koneksi listrik untuk memastikan koneksi
yang baik dan mengatasi potensi masalah yang mungkin timbul akibat
koneksi yang longgar atau berkarat.

- Pelumasan: Jika transformator memiliki komponen yang memerlukan


pelumasan, pastikan bahwa pelumasan dilakukan sesuai dengan jadwal
yang ditentukan untuk mencegah keausan berlebihan.

- Pengujian Grounding: Memeriksa sistem grounding untuk memastikan


bahwa transformator memiliki grounding yang baik, yang penting untuk
keamanan dan perlindungan terhadap tegangan berlebih.

- Pengujian Pendingin: Jika transformator memiliki sistem pendingin,


pastikan bahwa sistem tersebut berfungsi dengan baik. Pengujian ini
melibatkan pemeriksaan sirkulasi cairan pendingin dan kinerja peralatan
pendingin.

Prosedur preventif maintenance pada transformator sangat penting untuk


menjaga kinerja yang optimal, mencegah gangguan yang tidak diinginkan, dan
27

memaksimalkan umur layanan transformator. Dengan melaksanakan langkah-


langkah ini secara rutin, transformator dapat beroperasi secara efisien dan andal
dalam jangka waktu yang lebih lama.

3.7 Pengukuran tahanan isolasi pada Transformator


Pengukuran tahanan isolasi pada transformator adalah salah satu proses
penting dalam pemeliharaan dan pengujian transformator. Transformator adalah
perangkat listrik yang digunakan untuk mengubah tegangan listrik dari satu tingkat
ke tingkat lainnya. Salah satu komponen penting dalam transformator adalah
isolasi, yang berfungsi untuk memisahkan gulungan kumparan primer dan sekunder
serta melindungi transformator dari korsleting atau hubung singkat. Oleh karena
itu, menjaga tahanan isolasi yang baik sangat penting untuk memastikan kinerja
yang stabil dan aman dari transformator.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai pengukuran tahanan isolasi pada
transformator:

1. Tujuan Pengukuran Tahanan Isolasi:


Pengukuran tahanan isolasi pada transformator dilakukan untuk beberapa
alasan penting, yaitu:

- Memastikan keandalan operasi transformator.

- Mencegah kegagalan atau gangguan dalam sistem tenaga listrik.

- Membantu dalam menentukan kebutuhan pemeliharaan transformator.

- Mengidentifikasi potensi masalah isolasi sebelum terjadi kerusakan


serius.

- Memastikan keselamatan operator dan fasilitas.

2. Prinsip Pengukuran Tahanan Isolasi:


Pengukuran tahanan isolasi dilakukan dengan mengukur resistansi
(tahanan) antara gulungan kumparan primer dan sekunder transformator
terhadap tanah atau antara dua kumparan yang berbeda. Prinsip dasarnya
adalah mengukur seberapa besar arus yang mengalir melalui isolasi
28

transformator saat tegangan DC diterapkan. Semakin tinggi tahanan isolasi,


semakin sedikit arus yang mengalir.

3. Alat Pengukuran Tahanan Isolasi:


Untuk melakukan pengukuran tahanan isolasi, digunakan alat khusus yang
disebut dengan "megger" atau "insulation resistance tester." Alat ini
menghasilkan tegangan DC tinggi (biasanya 500V, 1000V, atau lebih) dan
mengukur arus yang mengalir melalui isolasi. Hasil pengukuran
ditampilkan dalam ohm (Ω).

4. Prosedur Pengukuran:
a. Transformator harus terlebih dahulu dalam keadaan mati dan terputus dari
sumber tegangan.
b. Kabel pengukuran dari alat megger dihubungkan ke dua sisi isolasi yang
akan diuji.
c. Alat megger kemudian menghasilkan tegangan DC dan mengukur arus
isolasi.
d. Hasil pengukuran dibaca dan dicatat.
e. Nilai tahanan isolasi harus dibandingkan dengan nilai referensi atau nilai
ambang batas yang telah ditentukan.

5. Interpretasi Hasil Pengukuran:


Nilai tahanan isolasi yang ditemukan harus dibandingkan dengan standar
industri atau spesifikasi produsen. Biasanya, nilai tahanan isolasi yang baik
harus tinggi, dalam kisaran megohm (jutaan ohm). Nilai yang rendah bisa
menunjukkan adanya masalah isolasi, seperti kelembaban, pencemaran,
atau kerusakan fisik pada isolasi.

6. Tindakan Lanjut:
Jika pengukuran tahanan isolasi menunjukkan nilai yang rendah atau
menurun dari nilai referensi, tindakan lanjut diperlukan. Ini bisa termasuk
membersihkan isolasi, mengeringkan transformator, atau bahkan mengganti
isolasi yang rusak. Tindakan pemeliharaan lebih lanjut juga bisa diperlukan
untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah lebih lanjut jika diperlukan.
29

Penting untuk diingat bahwa pengukuran tahanan isolasi pada transformator


adalah bagian penting dari program pemeliharaan preventif yang dapat membantu
mencegah kegagalan transformator yang mahal dan berpotensi berbahaya. Oleh
karena itu, pengukuran ini sebaiknya dilakukan secara teratur sesuai dengan
rekomendasi produsen dan standar industry
30

BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Analisa Tahanan Isolasi pada Transformator
Analisis tahanan isolasi pada transformator adalah proses pengukuran
resistansi atau tahanan isolasi yang dimiliki oleh bahan isolasi di dalam
transformator. Tahanan isolasi merupakan salah satu parameter penting dalam
peralatan listrik, termasuk transformator, karena menentukan seberapa baik isolasi
tersebut dalam mencegah aliran arus listrik melalui bahan isolasi, yang seharusnya
tidak terjadi. Analisis tahanan isolasi dilakukan untuk memastikan bahwa isolasi
transformator berfungsi dengan baik, mencegah potensi gangguan atau kerusakan,
dan memperpanjang umur pakai transformator. Berikut adalah penjelasan lebih
rinci tentang analisis tahanan isolasi pada transformator:
Tujuan Analisis Tahanan Isolasi:

- Pemantauan Kualitas Isolasi: Analisis tahanan isolasi digunakan untuk


memantau kondisi isolasi transformator selama waktu. Hal ini
membantu dalam mendeteksi perubahan kondisi isolasi yang mungkin
terjadi akibat penuaan, kelembaban, atau kerusakan lainnya.

- Pencegahan Kegagalan: Dengan mengukur tahanan isolasi secara


berkala, Anda dapat mendeteksi potensi masalah isolasi sebelum mereka
berkembang menjadi kerusakan yang lebih serius atau kegagalan
transformator.

- Perawatan Preventif: Hasil analisis tahanan isolasi dapat digunakan


untuk merencanakan tindakan perawatan preventif yang diperlukan,
seperti membersihkan atau mengganti isolasi yang rusak.

Pengukuran Tahanan Isolasi: Tahanan isolasi diukur dengan menggunakan


alat khusus yang disebut "Megger" atau "Insulation Resistance Tester". Megger
mengirimkan tegangan DC tinggi ke isolasi transformator dan mengukur tahanan
31

isolasi dengan mengamati arus yang mengalir. Semakin tinggi tahanan isolasi,
semakin baik isolasi tersebut.
Hasil pengukuran tahanan isolasi harus diinterpretasikan dengan hati-hati.
Nilai tahanan isolasi yang rendah bisa menjadi indikasi adanya masalah dalam
isolasi, seperti kelembaban berlebihan, pencemaran, atau kerusakan fisik. Hasil ini
perlu dibandingkan dengan nilai referensi atau batas yang telah ditetapkan untuk
transformator tersebut.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tahanan Isolasi:

- Kelembaban: Kelembaban yang tinggi dapat menurunkan tahanan


isolasi.

- Pencemaran: Pencemaran atau kotoran pada isolasi juga dapat


menyebabkan penurunan tahanan isolasi.

- Penuaan: Seiring berjalannya waktu, isolasi dapat mengalami penuaan


alami, yang bisa mengurangi tahanan isolasi.

- Kerusakan Fisik: Kerusakan fisik pada isolasi, seperti retakan atau


robekan, akan mengurangi tahanan isolasi.

- Kualitas Isolasi: Kualitas bahan isolasi yang digunakan dalam


transformator juga mempengaruhi tahanan isolasi.

- Tindakan Perbaikan: Jika analisis tahanan isolasi menunjukkan nilai


yang rendah dan potensi masalah isolasi, tindakan perbaikan perlu
diambil. Ini bisa mencakup penggantian isolasi yang rusak,
membersihkan isolasi, atau mengatasi faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi tahanan isolasi.
Pengukuran tahanan isolasi belitan merupakan proses pengukuran yang
dilakukan pada isolasi yang memisahkan antara konduktor belitan dan inti besi
dalam transformator. Tujuan dari pengukuran ini adalah untuk membatasi aliran
arus antara belitan dan inti besi. Nilai tahanan isolasi yang diperoleh menjadi
semakin tinggi seiring dengan meningkatnya nilai Indeks Polaritas, yang
mengindikasikan kualitas isolasi yang lebih baik atau sebaliknya. Pengukuran
tahanan isolasi belitan, dikenal juga dengan Indeks Polaritas, dilakukan melalui dua
32

percobaan yang berbeda, yakni satu kali pada R1 (setelah 1 menit) dan satu kali
pada R10 (setelah 10 menit). Kedua percobaan ini menggunakan tegangan DC
steady-state. Dalam asumsi tertentu, diasumsikan bahwa nilai tahanan isolasi yang
diukur pada kedua waktu tersebut akan sama pada temperatur yang sama untuk
kedua nilai tahanan yang akan dibandingkan.

4.2 Data Tahanan Isolasi Transformator


Data tahanan isolasi transformator diambil di PT Indonesia Power UPB
Saguling - Cangkuang Cikalong, dimana Design of transformer di PLTA Cikalong
adalah sebagai berikut

Transformer dengan ID TR unit 2, diproduksi oleh Savoisienne, adalah


transformator tiga fasa dengan serial number C 594. Dengan daya terpasang sebesar
8 MVA, transformator ini dirancang untuk digunakan pada tegangan tinggi sebesar
77 KV dan tegangan rendah sebesar 6,3 KV. Meskipun data tertier voltage tidak
disebutkan, transformator ini memiliki rated current HV sebesar 60 A dan rated
current LV sebesar 739 A.
33

Transformator ini diproduksi pada tahun 1955 dan sesuai dengan standar
A.S.A. Dengan impedansi sebesar 6,83%, transformator ini beroperasi pada
frekuensi 50 Hz dan memiliki massa minyak seberat 4500 Kg. Total berat
transformator adalah 22800 Kg. Jenis tap changer yang digunakan adalah DETC
(tap2), meskipun serial number dari tap changer tersebut tidak disebutkan.
Transformator ini memiliki tipe pendinginan ONAF dan termasuk dalam kelompok
vektor YNd11.

Berikut adalah langkah-langkah pengukuran tahanan isolasi pada


transformator menggunakan Megger (Insulation Resistance Tester):

1. Persiapan Alat dan Peralatan:

- Pastikan Megger dalam kondisi baik, terkalibrasi, dan siap digunakan.

- Siapkan transformator dengan memastikan bahwa ia dalam keadaan


mati dan diberi tanda yang jelas untuk menghindari kesalahan.

2. Kondisikan Transformator:

- Pastikan transformator dalam keadaan mati dan seluruh sumber daya


terputus.

- Pastikan keamanan area kerja dengan memastikan tidak ada bahaya


listrik atau lingkungan yang berbahaya.

3. Hubungkan Megger:

- Hubungkan kabel pengukuran positif (biasanya warna merah) dari


Megger ke titik pengukuran isolasi pada transformator. Titik ini
biasanya adalah kumparan tinggi tegangan (High Voltage / HV) atau
kumparan rendah tegangan (Low Voltage / LV), tergantung pada
pengaturan yang diinginkan.

- Hubungkan kabel pengukuran negatif (biasanya warna hitam) dari


Megger ke tanah atau titik referensi grounding yang aman.
34

4. Atur Parameter Megger:

- Atur tegangan pengujian yang sesuai pada Megger. Nilai tegangan ini
akan bergantung pada transformator yang diuji, tetapi biasanya
digunakan tegangan DC tinggi.

- Setel durasi pengukuran yang diinginkan, seperti 1 menit atau 10 menit.


Biasanya, pengukuran dilakukan dalam beberapa tahap waktu
(misalnya, 1 menit, 2 menit, 5 menit, 10 menit) untuk memantau
perubahan tahanan isolasi seiring waktu.

5. Lakukan Pengukuran:

- Nyalakan Megger dan mulai pengukuran dengan menekan tombol


"Test" atau sesuai dengan petunjuk pengguna Megger Anda.

- Megger akan mengirimkan tegangan pengujian ke isolasi transformator


dan mengukur tahanan isolasi.

- Catat nilai tahanan isolasi yang ditampilkan pada layar Megger.

6. Pengukuran dengan Durasi Waktu Tertentu:

- Jika diperlukan, lakukan pengukuran dengan durasi waktu yang telah


diatur sebelumnya. Ini akan memberikan informasi tentang bagaimana
tahanan isolasi berubah seiring waktu.

7. Analisis Hasil:

- Evaluasi hasil pengukuran tahanan isolasi. Perhatikan apakah nilai


tahanan isolasi berada dalam batas yang diterima sesuai dengan standar
dan spesifikasi.

- Tinjau perubahan tahanan isolasi seiring berjalannya waktu, karena ini


bisa mengindikasikan kondisi isolasi transformator.
35

8. Tindakan Lanjutan:

- Berdasarkan hasil pengukuran, tentukan tindakan lanjutan yang


diperlukan. Jika nilai tahanan isolasi rendah atau menunjukkan
perubahan yang signifikan, perlu dilakukan pemeliharaan atau
perbaikan isolasi transformator.

Pada Transformator tersebut terdapat nilai tahanan isolasi sebagai berikut:

Tabel 4.1 Nilai Tahanan Isolasi

Di dapat perhitungan Indeks Polarisasi (IP) adalah sebagai beikut :


𝑅10
𝐼𝑃 =
𝑅1
Keterangan :
IP : Indeks Polarisasi
R10 : pengukuran pada menit ke-10
R1 : Pengukuran pada menit ke-1

Dari data yang diperoleh diatas, terdapat perhitungan indeks polarisasi sebagai
berikut :
36

Pada HV/G, 70KV


𝑅10
𝐼𝑃 =
𝑅1
78,0
𝐼𝑃 =
53,0
𝐼𝑃 = 1,47

Pada LV/G:
57,6
𝐼𝑃 =
38,4
𝐼𝑃 = 1.50
Pada HV/LV
103,1
𝐼𝑃 =
41,6
𝐼𝑃 = 2.48
Pada perhitungan diatas menyatakan bahwa indeks polarisasi pada transformator
unit 2 di PLTA Cikalong masih dalam keadaan baik, standar indeks polarisasi
adalah sebagai berikut

Tabel 4.2 Standar Indeks Polarisasi

Standar indeks polarisasi transformator, jika hasil pengujian di bawah 1,1 hingga
1,25, harus mengalami tindak lanjut. Apakah transformator tersebut terkena
kontaminasi, kelembaban, atau memiliki potensi kerusakan isolasi, maka perlu
37

tindakan lanjut seperti uji kadar minyak dan uji tan delta. Namun, jika hasil
pengujian berada di atas 1,1 hingga 1,25, transformator dianggap dalam keadaan
baik dan tidak memerlukan pemantauan lanjutan. Meskipun demikian, hasil
pengujian dengan nilai antara 1,1 hingga 1,25 tetap perlu dipantau secara berkala.

4.3 Logbook kegiatan


Tabel 4.3 Logbook Kegiatan
No. Hari, Tanggal Kegiatan
1. Senin, 19 Juni 2023
- Pengenalan perusahaan

- Penyerahan surat izin kegiatan berupa surat


cetak

- Perkenalan dengan pembimbing lapangan


2. Selasa, 20 Juni 2023
- Apel pagi dan pengarahan dari K3

- Pengenalan tempat Pembangkit atau Power


House

- Sedang berlangsung Major Inspecrtion


3. Rabu, 21 Juni 2023
- Apel Pagi dan pengarahan dari K3

- Sedang berlangsung Major Inspecrtion

- Pemberian materi mengenai PLTA di


Cikalong oleh pembimbing
4. Kamis, 22 Juni 2023
- Pembersihan Stator pada saat
dilaksanakannya Major Inspection
5. Jum’at, 23 Juni 2023
- Olahraga pagi dan apel pagi

- Maintenancr korektif pada turbin


6. Senin, 26 Juni 2023
- Apel pagi dan pengarahan dari K3
38

- Melakukan pembersihan pada masjid, mess,


Gudang

- Melanjutkan progress Major Inspection pada


unit 2
7. Selasa, 27 Juni 2023
- Melanjutkan progress Major Inspection pada
unit 2

- Measuring devices 6 Kv,

- Pembersihan stator unit 2


8. Rabu, 28 Juni 2023
- Melanjutkan progress Major Inspection pada
unit 2
9. Kamis, 29 Juni 2023
- Melanjutkan progress Major Inspection pada
unit 2
10. Jum’at, 30 Juni 2023
- Olahraga dan apel pagi

- Melanjutkan progress Major Inspection pada


unit 2
11. Senin, 3 Juli 2023
- Preventif Maintenance battery

- Melanjutkan progress Major Inspection pada


unit 2

- Pengecekan drainage pump


12. Selasa, 4 Juli 2023
- Melanjutkan progress Major Inspection pada
unit 2

- Metering unit 1 dan 3


13. Rabu, 5 Juli 2023
- Pengenalan ruang kabel

- Pemasangan rotor pada stator generator


39

14. Kamis, 6 Juli 2023


- Pengecekan kolam tando harian dan kolam
tando pengendap

- Pengenalan tempat Gardu Induk 70 Kv


15. Jum’at 7 Juli 2023
- Olahraga dan apel pagi

- Pembersihan sampah yang bertumpuk di


kolam tando harian
16. Senin, 10 Juli 2023
- Pemasangan carbon brush ke exciter

- Melanjutkan progress Major Inspection pada


unit 2
17. Selasa, 11 Juli 2023
- Penyettingan dexcel pada turbin

- Pemasangan sudu pada dexcel


18. Rabu, 12 Juli 2023
- Penyettingan sudu atur / guide vane
19. Kamis, 13 Juli 2023
- Pengukuran tahanan isolasi pada generator
menggunakan insulation resistance tester
20. Jum’at 14 Juli 2023
- Olahraga dan apel pagi

- Pengecekan relief valve


21. Senin, 17 Juli 2023
- Terdapat kunjungan dari PLN UP2B Jabar
22. Selasa, 18 Juli 2023
- Penyelerasan poros runner pada turbin dan
rotor pada generator
23. Rabu, 19 Juli 2023
- Preventif maintenance transformator unit 1
dan 3
24. Kamis, 20 Juli 2023
- Preventif maintenance transformator unit 2
pada saat Major Inspection

- Pengukuran tahanan isolasi pada


transformator unit 2
40

25. Jum’at, 21 Juli 2023


- Pengecekan silica gel dan oli minyak
transformator unit 2

- Penggantian silica gel pada transformator


unit 2
26. Senin, 24 Juli 2023
- Preventif Maintenance Gudang, mess
27. Selasa, 25 Juli 2023
- Pembersihan oli pembuangan relief valve
pada drainage pump

- Perbaikan brake sistem unit 2 yang tidak


berfungsi
28. Rabu, 26 Juli 2023
- Preventif maintenance Kolam tando harian
dan kolam tando pengendap

- Perbaikan bearing 1 unit 3


29. Kamis, 27 Juli 2023
- Preventif maintenance penstock, surge tank,
bangunan intake, intake gate kolam tando
harian
30. Jum’at, 28 Juli 2023
- Preventif maintenance generator set, brake
sistem unit 1,2,3.
31. Senin, 31 Juli 2023
- Preventif maintenance panel battery
32. Selasa, 1 Agustus
- Preventif Maintenancr control panel 1,2,3
2023
- Perbaikan runner unit 1
33. Rabu, 2 Agustus 2023
- Preventif maintenance panel proteksi

- Perbaikan runner unit 1


34. Kamis, 3 Agustus
- Preventif maintenance fan cooler trafo, PMT
2023
70 Kv
35. Jum’at, 4 Agustus
- Olahraga pagi
2023
41

- Pengecekan control panel gate kolam tando


harian
36. Senin, 7 Agustus 2023
- Preventif maintenance Bypass valve dan deksel
unit 1,2,3
37. Selasa, 8 Agustus
- Preventif maintenance cooler generator
2023
38. Rabu, 9 Agustus 2023
- Preventif maintenance bantalan 3 dan 4 di unit
1,2,3
39 Kamis, 10 Agustus
- Preventif maintenance turbin guide bearing,
2023
governor unit 1,2,3
40. Jum’at 11 Agustus
- Preventif Maintenance guide vane, shaft seal
2023
unit 1,2,3
42

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengukuran tahanan isolasi pada transformator Unit 2 di PLTA
Cikalong, maka didapatkan kesimpulan yaitu :

1. Pengukuran tahanan isolasi pada transformator adalah suatu proses yang


dilakukan untuk mengukur seberapa baik isolasi atau bahan dielektrik yang
digunakan dalam transformator mampu menghalangi aliran arus listrik
antara berbagai komponen dalam transformator, seperti gulungan kumparan
atau inti transformator. Ini penting karena isolasi yang baik adalah aspek
kunci dalam menjaga kinerja dan keandalan transformator, serta mencegah
potensi gangguan atau kegagalan.

2. Hasil pengukuran indeks polarisasi menunjukan bahwa transformator unit


2 masih dalam keadaan baik dan layak pakai. Dimana nilai indeks polarisasi
adalah sebagai berikut:

- Pada HV/G, 70KV

𝐼𝑃 = 1,47

- Pada LV/G:
𝐼𝑃 = 1.50

- Pada HV/LV

𝐼𝑃 = 2.48

3. Dalam inspeksi ini, tahanan isolasi pada transformator telah diukur, dan
indeks polarisasi yang diperoleh berada dalam standar yang ditetapkan,
menunjukkan bahwa isolasi pada transformator tersebut masih dalam
kondisi yang baik dan tidak mengalami degradasi yang signifikan
43

4. transformator Unit 2 di PLTA Cikalong dapat terus digunakan dengan


keyakinan bahwa kinerjanya tetap memenuhi persyaratan operasional yang
diperlukan.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengukuran tahanan isolasi pada transformator unit 2 di
PLTA Cikalong didapatkan nilai indeks polarisasi yang masih besar dan memenuhi
standar, oleh karena itu lebih baik lagi jika melakukan perawatan serta pengecekan
nilai tahanan isolasi pada transformator yang sering dilakukan agar selalu bisa
mengetahui nilai tahanan isolasi pada transformator di PLTA Cikalong yang
memenuhi standar
44

Daftar Pustaka
[1] A. Wasri Hasanah, A. Makkulau, and Z. Faisal Fadhilah, “Perencanaan
Pengembangan Sistem Pembangkit Listrik Di Pulau Jawa,” J. Sutet, vol. 5,
no. 1, pp. 8–13, 2015, [Online]. Available: https://stt-pln.e-
journal.id/sutet/article/view/604
[2] R. Syahputra, “Teknologi Pembangkit Tenaga Listrik,” no. September, 2020.
[3] W. Hidayat, “Prinsip Kerja dan Komponen - Komponen Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA)Wahyu Hidayat”.
[4] A. D. Pangestu and N. Kn, “Pembangkit Listrik Tenaga Air Dengan Teknik
Turbulent Whirlpool,” vol. 5, no. 3, pp. 58–65.
[5] F. Vokasi, “PENGARUH COMBUSTION INSPECTION , TURBINE
INSPECTION , DAN MAJOR INSPECTION TERHADAP UNJUK
KERJA TURBIN GAS UNIT 1 . 2 PLTGU PT . PJB UP GRESIK
INSPECTION , DAN MAJOR INSPECTION TERHADAP UNJUK
KERJA TURBIN GAS UNIT 1 . 2 PLTGU PT . PJB UP GRESIK,” 2018.
[6] J. Siburian, D. Jurusan, T. Elektro, and U. Darma, “Karakteristik
transformator,” vol. VIII, no. 21, pp. 21–28, 2019.
[7] U. K. Petra, “digunakan untuk pengukuran yang terdiri atas transformator
arus (,” pp. 4–32.
[8] M. Ilham, A. Afgani, J. T. Mesin, F. Teknik, and U. N. Surabaya, “Rancang
Bangun Trainer Trafo Step Up dan Step Down Dalam Satu Sistem Dyah
Riandadari,” pp. 73–77, 2009.
[9] Badaruddin.(2000). “ANALISA MINYAK TRANSFORMATOR PADA
TRANSFORMATOR TIGA FASA DI PT X”.
[10] F. Teknik, P. Pasca, S. Bidang, I. Teknik, and D. T. Elektro,
“UNIVERSITAS INDONESIA STUDI GANGGUAN INTERBUS
TRANSFORMER ( IBT-1 ) 500 / 150 kV DI GITET 500 kV
KEMBANGAN - JAKARTA BARAT STUDI GANGGUAN INTERBUS
TRANSFORMER ( IBT-1 ) 500 / 150 kV DI GITET 500 kV
KEMBANGAN - JAKARTA BARAT,” 2010.
[11] Sugiarto, Indra (2017) LKP : Rancang Bangun Aplikasi Preventive
Maintenance Mesin Pendukung Pada PT.Cahaya Fajar Kaltim.
45

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai