Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI

PENGUJIAN PEMUTUS TENAGA (PMT) BAY PENGHANTAR 70 KV


SUMADRA DI GARDU INDUK SANTOSA

Laporan Praktik Industri ini


Disusun dalam rangka kelulusan
Mata Kuliah Praktik Industri, dengan Pembimbing,
Dr. Tasma Sucita, M.T. (Dosen Pembimbing)
dan
Utep Rahmat Hidayat (Pembimbing Lapangan)

Oleh:
Siti Suryani
NIM 1901760

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI

PT PLN (PERSERO) UIT JBT UPT BANDUNG ULTG BANDUNG SELATAN

Oleh:
Nama : Siti Suryani
NIM : 1901760
Program Studi : Pendidikan Teknik Elektro S-1
Konsentrasi : Teknik Tenaga Elektrik

Disetujui oleh:
Ketua Praktik Industri Dosen Pembimbing
DPTE FPTK UPI

Dr. H. Bambang Trisno, MSIE. Dr. Tasma Sucita, M.T.


NIP. 19610309 1986100 1 001 NIP. 19641007 199101 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Teknik Elektro

Dr. H. Yadi Mulyadi, M.T.


NIP. 19630727 1993 02 1 001

ii
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN
LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI

PT PLN (PERSERO) UIT JAWA BAGIAN TENGAH UPT BANDUNG


ULTG BANDUNG SELATAN

Oleh:
Nama : Siti Suryani
NIM : 1901760
Program Studi : Pendidikan Teknik Elektro S-1
Konsentrasi : Teknik Tenaga Elektrik

Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II
Manajer ULTG Bandung Selatan Supervisi HARGI
ULTG Bandung Selatan

Indra Syamsu Utep Rahmat Hidayat


NIP. 7293487K3 NIP. 8909076P3B

iii
ABSTRAK
Sistem Transmisi adalah proses penyaluran listrik dari Sistem Pembangkit Listrik
ke Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Standar tegangan pada sistem transmisi di
Indonesia diklasifikasikan sebagai tegangan ekstra tinggi (TET) yaitu dengan
nominal 500 kV dan tegangan tinggi (TT) dengan nominal 70 kV dan 150 kV.
Dalam sistem transmisi tenaga listrik dari pembangkit listrik ke konsumen, Gardu
Induk memiliki peranan yang sangat penting. Gardu Induk merupakan penghubung
antara pembangkit listrik dengan jaringan distribusi yang akan disalurkan ke
konsumen. Gardu Induk juga merupakan pusat pembagi daya ke beban tertentu
pada suatu daerah tertentu. Peralatan di Gardu Induk terdiri dari beberapa macam,
diantaranya yaitu Busbar, Pemisah (PMS), Pemutus Tenaga (PMT), Current
Transformer (CT), Current Voltage Transformer (CVT), Lightning Arrester (LA),
Wrap Trap (WT), Traformator (Trafo). Salah satu pemeliharaan gardu induk, yaitu
Shutdown Measurement 2 Tahunan atau Pemeliharaan 2 Tahunan. Pada pemutus
tenaga (PMT), saat dilaksanakan Pemeliharaan 2 Tahunan akan ada kurang lebih 9
pengukuran atau pengujian. Pengukuran tersebut, diantaranya pengukuran tahanan
isolasi, tahanan kontak, dan keserempakan (Breaker Analyzer). Dari hasil
pengukuran atau pengujian Tahanan Isolasi, Tahanan Kontak, serta Keserempakan,
kondisi PMT bay Penghantar 70 kV Sumadra di Gardu Induk Santosa masih dalam
keadaan baik dan layak beroperasi.

Kata Kunci : Transmisi, Gardu Induk, Pemutus Tenaga (PMT)

iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat dan hidayat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktik Industri yang berjudul “Pengujian Pemutus Tenaga (PMT) Bay
Penghantar 70 KV Sumadra di Gardu Induk Santosa” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan Laporan Praktik Industri ini adalah untuk
memberikan laporan dari hasil Praktik Industri yang telah dilaksanakan.
Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah
terlibat dan membantu dalam proses penyusunan Laporan Praktik Industri ini.
Ucapan terima kasih ini, penulis tujukan kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat,
hidayat, serta kemampuan penulis untuk menyelesaikan penyusunan
Laporan Praktik Industri.
2. Orang tua, yang selalu memberikan dukungan, motivasi, serta doa dalam
menyelesaikan Laporan Praktik Industri.
3. Bapak Dr. H. Yadi Mulyadi, M. T., selaku Ketua Departemen Pendidikan
Teknik Elektro, Universitas Pendidikan Indonesia.
4. Bapak Dr. Tasma Sucita, M. T., selaku Ketua Program Studi S-1 Pendidikan
Teknik Elektro, dan juga selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan
arahan serta masukan dalam penyusunan Laporan Praktik Industri.
5. Bapak Dr. H. Bambang Trisno, MSIE., Selaku Ketua Praktik Industri
Departemen Pendidikan Teknik Elektro, Universitas Pendidikan Indonesia.
6. PT PLN (Persero) UIT JBT UPT Bandung ULTG Bandung Selatan, yang
telah memberikan kesempatan penulis untuk melaksanakan Praktik Industri.
7. Bapak Indra Syamsu, selaku manager ULTG Bandung Selatan yang telah
memberikan kesempatan dan bimbingan selama melaksanakan Praktik
Industri.
8. Bapak Utep Rahmat Hidayat, selaku Supervisor Hargi dan juga selaku
pembimbing lapangan yang selalu memberikan arahan serta bimbingan
selama melaksanakan Praktik Industri.

v
9. Tim Hargi ULTG Bandung Selatan dan seluruh pegawai ULTG Bandung
Selatan, yang selalu memberi dukungan serta doa kepada penulis selama
melaksanakan Praktik Industri.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam Praktik Industri yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dari berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Laporan Praktik Industri ini. Penulis menyadari
dalam penyusunan Laporan Praktik Industri ini masih terdapat banyak kekurangan,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar Laporan
Praktik Industri ini lebih baik. Semoga Laporan Praktik Industri ini dapat
bermanfaat serta memberikan wawasan baru, terkhusus untuk penulis dan
umumnya bagi seluruh pembaca. Atas perhatian dari pembaca, penulis ucapkan
terima kasih banyak.

Bandung, September 2022

Penulis

vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN ..................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ....................................................................................... 2
1.2.1 Tujuan ..................................................................................................... 2
1.2.2 Manfaat ................................................................................................... 2
1.3 Ruang Lingkup Bahasan................................................................................ 3
1.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 3
1.5 Waktu dan Tempat Praktik Industri ............................................................... 3
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................... 3

BAB II PROFIL PERUSAHAAN ........................................................................ 5


2.1 Sejarah Singkat PLN ..................................................................................... 5
2.2 Profil PT PLN (Persero) ................................................................................ 6
2.2.1 Visi dan Misi Perusahaan ........................................................................ 6
2.2.2 Moto Perusahaan..................................................................................... 7
2.2.3 Tata Nilai PLN ........................................................................................ 7
2.2.4 Lambang Perusahaan .............................................................................. 7
2.3 Lokasi Instansi ............................................................................................... 8
2.4 Struktur Organisasi ULTG Bandung Selatan ................................................ 9
2.5 Single Line Diagram Gardu Induk Santosa ................................................... 9

BAB III STUDI PUSTAKA ................................................................................ 10


3.1 Sistem Transmisi Tenaga Listrik ................................................................. 10
3.1.1 Pengertian Sistem Transmisi Tenaga Listrik......................................... 10
3.1.2 Klasifikasi Saluran Transmisi ............................................................... 10
3.1.3 Komponen Utama Saluran Transmisi ....................................................11
3.2 Gardu Induk ................................................................................................. 12
3.3 Pemeliharaan PMT ...................................................................................... 14

vii
3.3.1 Pengertian Pemeliharaan....................................................................... 14
3.3.2 Tujuan Pemeliharaan ............................................................................ 14
3.3.3 Jenis-jenis Pemeliharaan PMT.............................................................. 14
3.4 Pemutus Tenaga (PMT)/Circuit Breaker (CB) ............................................ 16
3.4.1 Pengertian ............................................................................................. 16
3.4.2 Klasifikasi PMT .................................................................................... 16
3.4.3 Komponen dan Fungsi .......................................................................... 18

BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 20
4.1 Pelaksanaan Kegiatan Praktik Industri ........................................................ 20
4.2 Uraian Kegiatan Praktik Industri ................................................................. 23
4.3 Persiapan Manuver Tegangan 70 kV ........................................................... 24
4.4 Prosedur Pemeliharaan/Pengujian Pemutus Tengan (PMT) ........................ 25
4.4.1 Persiapan Kerja ..................................................................................... 25
4.4.2 Langkah Kerja....................................................................................... 26
4.4.3 Persiapan Pengujian Pemutus Tenaga (PMT) ....................................... 27
4.5 Pemutus Tenaga (PMT) Gardu Induk Santosa ............................................ 33
4.6 Pelaksanaan Pengujian Pemutus Tenaga (PMT) ......................................... 34
4.6.1 Pengujian Tahanan Isolasi Terminal ..................................................... 34
4.6.2 Pengujian Tahanan Kontak ................................................................... 35
4.6.3 Pengujian Keserempakan (Breaker Analyzer) ...................................... 36
4.7 Analisis Pelaksanaan Praktik Industri ......................................................... 38
4.7.1 Materi di Lapangan yang tidak diberikan di Kampus (PTE) ................ 39
4.7.2 Materi-materi yang Relevan dengan Kondisi Lapangan ...................... 39
4.7.3 Pesan dan Kesan Praktik Industri ......................................................... 40

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 42


5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 42
5.2 Saran ............................................................................................................ 42

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 43
LAMPIRAN ......................................................................................................... 44

viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Logo PT PLN (Persero)...................................................................... 7
Gambar 2. 2 Struktur Organisasi ULTG Bandung Selatan ..................................... 9
Gambar 2. 3 Single One Diagram Gardu Induk Santosa ........................................ 9
Gambar 3. 1 Sistem Transmisi Tenaga Listrik ...................................................... 10
Gambar 3. 2 Gardu Induk 150 kV Bandung Selatan ............................................ 12
Gambar 3. 3 Jenis-jenis PMT ................................................................................ 16
Gambar 3. 4 PMT Single Pole .............................................................................. 17
Gambar 3. 5 PMT Three Pole ............................................................................... 17
Gambar 4. 1 Body Harnes ..................................................................................... 27
Gambar 4. 2 Safety Helmet ................................................................................... 28
Gambar 4. 3 Baju Kerja ........................................................................................ 28
Gambar 4. 4 Sarung Tangan Kerja ........................................................................ 28
Gambar 4. 5 Safety Shoes ..................................................................................... 29
Gambar 4. 6 Sepatu dan Sarung Tangan Berisolasi .............................................. 29
Gambar 4. 7 Kacamata Hitam ............................................................................... 29
Gambar 4. 8 Rambu Pekerjaan.............................................................................. 30
Gambar 4. 9 Tali Pembatas ................................................................................... 30
Gambar 4. 10 Tool Set........................................................................................... 30
Gambar 4. 11 Multimeter ...................................................................................... 31
Gambar 4. 12 Stick Ground .................................................................................. 31
Gambar 4. 13 Grounding Local ............................................................................ 31
Gambar 4. 14 Insulation Tester ............................................................................. 32
Gambar 4. 15 Circuit Breaker Analyzer ................................................................ 32
Gambar 4. 16 Tahanan Kontak .............................................................................. 32
Gambar 4. 17 PMT R, S, T ................................................................................... 33
Gambar 4. 18 Hasil Pengujian Tahanan Isolasi..................................................... 35
Gambar 4. 19 Hasil Pengujian Tahanan Kontak ................................................... 36
Gambar 4. 20 Hasil Pengujian Keserempakan ...................................................... 37

ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Laporan Kegiatan Harian Praktik Industri ........................................... 23
Tabel 4. 2 Klasifikasi PMT ................................................................................... 33

x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada abad ke-21 ini, listrik merupakan salah satu aspek penting dalam
kehidupan manusia. Suatu negara tidak akan pernah maju tanpa adanya listrik,
semua sektor pekerjaan tidak luput dari penggunaan listrik, dari sektor pertanian,
perdagangan, perusahaan, maupun pemerintahan.
PT PLN (Persero) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sangat
berperan penting dalam perkembangan listrik di Indonesia. Sebagai mahasiswa
yang memiliki peran untuk menjadi generasi penerus bangsa, sudah seharusnya
mengikuti semua perkembangan ilmu dan teknologi. Maka dari itu, mahasiswa
diberi kesempatan untuk terjun langsung ke lapangan.
Dalam sistem transmisi tenaga listrik dari pembangkit listrik ke konsumen,
Gardu Induk memiliki peranan yang sangat penting. Gardu Induk merupakan
penghubung antara pembangkit listrik dengan jaringan distribusi yang akan
disalurkan ke konsumen. Gardu Induk juga merupakan pusat pembagi daya ke
beban tertentu pada suatu daerah tertentu.
Salah satu Gardu Induk yang ada di daerah Bandung Selatan, yaitu Gardu Induk
Santosa, yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan listrik pada daerah tersebut.
Gardu Induk di dalamnya terdiri dari peralatan atau komponen-komponen yang
saling terhubung. Salah satu komponen atau alat yang ada di Gardu Induk, yaitu
PMT (Pemutus Tenaga) atau CB (Circuit Breaker). Pada setiap Gardu Induk
memiliki PMT, yang fungsi utamanya adalah alat pembuka atau penutup suatu
rangkaian listrik dalam kondisi berbeban dan terjadi gangguan pada peralatan lain
atau jaringan. Untuk menjaga keandalan dari PMT tersebut, diperlukan
pemeliharaan dan pengujian dalam jangka periode tertentu yang telah ditetapkan
pada SK DIR atau Buku Pedoman tentang PMT (PT. PLN (Persero) 2014).
Berdasarkan uraian di atas dan juga berdasarkan pengalaman penulis selama
melaksanakan Praktik Industri, penulis mengambil topik terkait PMT untuk
dijadikan bahan pada penyusunan Laporan Praktik Industri. Secara lengkap, judul
yang akan diambil oleh penulis adala “Pengujian PMT Bay Penghantar 70 KV
Sumadra di Gardu Induk Santosa”.

1
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan praktik industri ini adalah:
1. Mahasiswa mendapat pengetahuan mengenai peralatan yang digunakan
pada Gardu Induk, terkhusus mengenai Pemutus Tenaga (PMT).
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara Pemeliharan 2 Tahunan Pemutus Tenaga
(PMT).
3. Mahasiswa dapat mengetahui nilai pengukuran tahanan isolasi Pemutus
Tenaga (PMT).
4. Mahasiswa dapat mengetahui nilai pengukuran tahanan kontak Pemutus
Tenaga (PMT).
5. Mahasiswa dapat mengetahui nilai pengukuran keserempakan Pemutus
Tenaga (PMT).
1.2.2 Manfaat
1. Bagi Penulis
• Mahasiswa mendapatkan pengetahuan dan keterampilan secara teoritis
dan praktis mengenai peralatan yang digunakan di Gardu Induk.
• Mahasiswa dapat mengetahui berbagai permasalahan nyata di lapangan.
• Mahasiswa mendapatkan pengalaman bekerja dalam tim untuk
memecahkan suatu permasalahan.
• Mahasiswa dapat menjalin hubungan langsung dengan personal di dunia
kerja sebagai bekal jejaring sosial di kemudian hari.
2. Bagi DPTE FPTK UPI
• Terbinanya kerjasama antara institusi tempat praktik industri dalam
upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi
akademik dengan kompetensi yang dibutuhkan di tempat kerja.
• Tersusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan nyata di lapangan.
• Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan menghasilkan
peserta didik yang terampil.
3. Bagi Perusahaan
• Memanfaatkan pengetahuan mahasiswa, baik dalam kegiatan
manajemen maupun kegiatan operasional.

2
• Mengembangkan kemitraan dengan institusi lain yang terlibat untuk
kegiatan penelitian maupun pengembangan.

1.3 Ruang Lingkup Bahasan


Pada laporan praktik industri ini, akan membahas mengenai Pemeliharaan 2
Tahunan Pemutus Tenaga (PMT) Bay Penghantar 70 KV Sumadra di Gardu Induk
Santosa. Ruang lingkup bahasan, yaitu hanya akan membahas mengenai pengujian
tahanan isolasi, tahanan kontak dan keserempakan Pemutus Tenaga (PMT) Bay
Penghantar 70 KV Sumadra di Gardu Induk Santosa.

1.4 Metode Pengumpulan Data


Laporan praktik industri ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu
menggunakan jenis penelitian kualitatif sebagai berikut:
1. Observasi lapangan, yaitu mengamati atau meninjau secara cermat dan
langsung ke lapangan, tepatnya mengamati langsung di Gardu Induk
Santosa.
2. Wawancara, yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi melalui komunikasi secara langsung diantara penulis
dengan narasumber, tepatnya dalam menyusun laporan praktik industri ini,
penulis dibantu oleh narasumber, yaitu Pembimbing Lapangan.
3. Studi Literatur, yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan melalui
kajian pustaka atau studi literatur karya tulis lain sebagai landasan teori.

1.5 Waktu dan Tempat Praktik Industri


Waktu : 13 Juni s.d. 13 Agustus 2022
Tempat Praktik Industri : ULTG Bandung Selatan
Tempat Penelitian : Gardu Induk Santosa

1.6 Sistematika Penulisan


Laporan praktik industri ini memuat sistematika penulisan sebagai berikut:

3
BAB I PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang praktik industri dan latar belakang masalah, tujuan
dan manfaat, ruang lingkup bahasan, metode pengumpulan data, waktu dan tempat
praktik industri serta sistematika penulisam.
BAB II PROFIL PERUSAHAAN
Berisi mengenai sejarah singkat perusahaan, logo perusahaan, visi dan misi
perusahaan, struktur organisasi, serta single one line diagram.
BAB III STUDI PUSTAKA
Berisi mengenai studi Pustaka tentang pengertian pemeliharaan, jenis-jenis
pemeliharaan, sistem transmisi, gardu induk, pengertian pemutus tenaga, fungsi dan
cara kerja dari pemutus tenaga (PMT).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi mengenai hasil pengujian pemutus tenaga (PMT).
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi mengenai kesimpulan dan saran dari berbagai proses yang telah dilakukan
dalam pengerjaan laporan praktik industri.

4
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Singkat PLN
Dari sejak berdirinya PT PLN (Persero) telah mengalami banyak perubahan dan
perkembangan, secara singkat dapat dibagi menjadi beberapa periode, sebagai
berikut:
a. Periode 1894-1942
Adanya listrik di Indonesia dimulai sekitar abad ke-19, yaitu pada masa
penjajahan Belanda. Pada saat itu, bidang kelistrikan diselenggarakan oleh
pemerintah daerah setempat. Beberapa perusahaan Belanda yang didirikan juga
mempunyai pembangkit tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan perusahaan
sendiri. Salah satu contohnya adalah NG NIGM, perusahaan swasta Belanda yang
menangani bidang listrik untuk umum di Jakarta. Pada tahun 1931, pemerintah
Belanda menyerahkan pengolahan kelistrikan di wilayah Indonesia kepada
perusahaan asing Belanda, yaitu NV ANIEM.
b. Periode 1942-1945
Pada tahun 1952, Perusahaan Negara untuk Perusahaan Tenaga Listrik
(PENUPETEL) dan Perusahaan Negara untuk Distribusi Tenaga Listrik
(PENUDITEL) berada di bawah jawatan tenaga.
Pada tanggal 13 Oktober 1953 dikeluarkan Kepres RI No. 163 tentang
Nasionalisasi Perusahaan Listrik milik Belanda, jika dikasasi perusahaannya telah
berakhir. Berdasarkan Kepres tersebut, maka perusahaan-perusahaan listrik swasta
Belanda diambil alih dan digabungkan ke jawatan tenaga.
Pada tahun 1958 pemerintah mengeluarkan UU No. 86 tahun 1958 tentang
Nasionalisasi yang menetapkan bahwa semua perusahaan Belanda di bawah
penguasaan Pemerintah Republik Indonesia. Sebagai pelaksanaannya dikeluarkan
PP No. 18 tahun 1959, tentang penentuan perusaan listrik dan gas milik Pemerintah
Belanda yang dinasionalisasikan. Berdasarkan peraturan tersebut NV ANIEM dan
NG NIGN dinasionalisasikan dan digabung. Kemudian dibentuk Pengusaha-
pengusaha perusahaan Listrik dan Gas (P3LG).

5
c. Periode 1967-1985
Tahun 1972 pemerintah mengeluarkan PP No. 10 Tahun 1972 yang menetapkan
PLN sebagai Perusahaan Umum yang berada di lingkungan Departemen
Pertambangan dan Energi dengan tugas mengatur, membina, mengawasi, dan
melaksanakan pelaksanaan umum di bidang kelistrikan nasional disamping tugas-
tugasnya sebagai suatu perusahaan.
d. Periode 1985-1990
Tahun 1985 pemerintah mengeluarkan UU No. 15 Tahun 1958, tentang
peningkatan pembangunan di bidang kelistrikan. Sebagai pelaksanaannya
pemerintah menetapkan PP No. 10 Tahun 1989, tentang penyediaan dan
pemanfaatan tenaga listrik. Berdasarkan UU dan PP tersebut ditetapkan bahwa PLN
merupakan pemegang kekuasaan atas tenaga listrik.
e. Periode 1990-sekarang
Tahun 1994 pemerintah mengeluarkan PP No. 23 tahun 1994 tentang
pengalihan bentuk perum menjadi persero, Perum Listrik Negara dialih bentuk
menjadi PT PLN (Persero). Dengan dialihkan bentuknya PLN diharapkan dapat
melakukan kegiatan usahanya secara optimal.
2.2 Profil PT PLN (Persero)
Perusahaan Listrik Negara atau PLN adalah salah satu perusahaan persero
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengurusi semua aspek kelistrikan di
Indonesia, PLN mempunyai profil perusahaan sebagai berikut:
2.2.1 Visi dan Misi Perusahaan
Visi
Menjadi Perusahaan Listrik Terkemuka se-Asia Tenggara dan #1 Pilihan
Pelanggan untuk Solusi Energi.
Misi
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi
pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

6
2.2.2 Moto Perusahaan
Moto PT PLN (Persero) yaitu, “Listrik untuk kehidupan yang lebih baik”.
2.2.3 Tata Nilai PLN
Tata Nilai PLN adalah AKHLAK. AKHLAK merupakan akronim dari:
1. AMANAH : Memegang teguh kepercayaan yang diberikan
2. KOMPETEN : Terus belajar dan mengembangkan kapabilitas
3. HARMONIS : Saling peduli dan menghargai perbedaan
4. LOYAL : Berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara
5. ADAPTIF : Terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan ataupun
menghadapi perubahan
6. KOLABORATIF : Membangun kerjasama yang sinergis
2.2.4 Lambang Perusahaan
Berdasarkan SK Direksi No. 013/DIR/1976 tentang lambang PLN, dijelaskan
sebagai berikut:
1. Gambar lambang PLN tercantum dalam suatu bidang datar:
a. Warna kuning keemasan
b. Bentuk segi empat dan berskala 3:4
c. Tanpa garis pinggir bila diperlukan penggambaran segi empat dapat
digunakan garis pinggir sebagai batas
d. Tanpa tulisan “Listrik Negara” ataupun tulisan di dalamnya.
2. Gambar Lambang PLN terdiri atas:

Gambar 2. 1 Logo PT PLN (Persero)


a. Petir atau kilat yang berbentuk seperti gambar, di sebelah atas tebal dan
meruncing di sebelah bawah, berwarna merah darah dan
memotong/menembus ketiga garis gelombang.

7
b. Tiga buah gelombang yang berbentuk sinusoida (2,5 perioda) berwarna
biru langit, tersusun sejajar dalam arah mendatar, terletak di tengah-
tengan segi empat pada dasar kuning keemas an tersebut.
3. Gambar lambang PLN dapat diartikan sebagai berikut:
Arti gambar atau lambang dan warna PT PLN (Persero) diartikan
sebagai berikut:
a. Petir dan kilat melambangkan tenga listrik yang terkandung di
dalamnya.
b. Gelombang yang digunakan dalam lambang PLN karena segala macam
tenaga (energi) dapat dinyatakan sebagai gelombang (cahaya listrik,
akuistik, dll.). Kegiatan PLN antara lain, mencakup konversi segala
macam tenaga (energia) menjadi listrik.
c. Tiga buah gelombang sejajar diartikan sebagai tiga sikap karyawan PLN
dalam melaksanakan tugas negara, yaitu bekerja keras, bergerak cepat,
dan bertindak cepat. Sehingga dapat diartikan pelaksanaan tugas PT
PLN harus serempak dalam tiga bidang peningkatan, penyaluran, dan
pendistribusian tenaga listrik.
4. Warna gambar lambang PLN diartikan sebagai berikut:
a. Warna kuning keemasan melambangkan keagungan Tuhan Yang Maha
Esa, serta agungnya kewajiban PLN.
b. Warna merah darah melambangkan keberanian dan dinamika dalam
melaksanakan tugas untuk mencapai sasaran pebangunan.
c. Warna biru laut melambangkan kesetiaan dan pengabdian pada tugas
untuk menuju dan mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat
Indonesia seperti dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun
1972.
2.3 Lokasi Instansi
PT PLN (Persero) Unit Layanan Transmisi Gardu (ULTG) Bandung Selatan
berada di lokasi WHV9+CWG, Neglasari, Kec. Banjaran, Kabupaten Bandung,
Jawa Barat 40377.
Sedangkan tempat penelitiannya, yaitu Gardu Induk Santosa berada di
lokasi PJWJ+P6P, Santosa, Kec. Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat 40386.

8
2.4 Struktur Organisasi ULTG Bandung Selatan

Gambar 2. 2 Struktur Organisasi ULTG Bandung Selatan

2.5 Single Line Diagram Gardu Induk Santosa

Gambar 2. 3 Single One Diagram Gardu Induk Santosa

9
BAB III
STUDI PUSTAKA
3.1 Sistem Transmisi Tenaga Listrik
3.1.1 Pengertian Sistem Transmisi Tenaga Listrik

Gambar 3. 1 Sistem Transmisi Tenaga Listrik


Pusat pembangkit tenaga listrik biasanya letaknya jauh dari tempat-tempat
dimana tenaga listrik itu digunakan. Karena itu, tenaga listrik yang dibangkitkan
disalurkan melaui penghantar-penghantar dari pusat pembangkit tenaga listrik ke
pusat-pusat beban, secara langsung maupun melalui saluran penghubung, yaitu
Gardu Induk. Sistem transmisi tenga listrik merupakan proses penghantaran tenaga
listrik dari pembangkit listrik ke gardu listrik.
Transmisi adalah proses penyaluran listrik dari pembangkitan ke distribusi
listrik. Standar tegangan pada sistem transmisi di Indonesia diklasifikasikan sebagai
tegangan ekstra tinggi (TET) yaitu dengan nominal 500 kV dan tegangan tinggi
(TT) dengan nominal 70 kV dan 150 kV. Tujuan tegangan dinaikan agar dapat
meminimalisir rugi-rugi daya dan drop tegangan, karena penyaluran pasti melalui
jalur yang panjang, semakin panjang jalur maka akan semakin berpengaruh pada
rugi daya jika tegangan tidak dinaikan.
3.1.2 Klasifikasi Saluran Transmisi
Saluran transmisi dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu:
• Saluran Udara (Overhead Line), yaitu menyalurkan tenaga listrik melalui
penghantar-penghantar yang digantung pada tihang atau tower transmisi.
• Saluran bawah tanah (Underground), yaitu sistem saluran bawah tanah
menyalurkan tenaga listrik melalui kabel-kabel bawah tanah.

10
Tenaga listrik ini dapat disalurkan dengan beberapa tegangan nominal.
Berdasarkan IEC (International Electrotechnical Commission) 60038, tegangan
transmisi dapat dikelompokan menjadi : tegangan menengah (1 kV-35 kV),
tegangan tinggi (35 kV-230 kV), tegangan ekstra tinggi (230 kV-800 kV), dan
tegangan ultra tinggi (di atas 800 kV).
Menurut jenis arus yang dialirkan, saluran transmisi dapat dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu sistem arus bolak-balik atau AC (Alternating Current) dan sistem
arus searah atau DC (Direct Current). Di dalam sistem AC, penaikan dan penurunan
tegangan mudah untuk dilakukan, yaitu dengan menggunakan transformator. Pada
sistem ini terdapat AC satu fasa dan tiga fasa. Sistem tiga fasa mempunyai
kelebihan dibandingkan dengan satu fasa, karena daya yang disalurkan lebih besar.
3.1.3 Komponen Utama Saluran Transmisi
3.1.3.1 Menara Transmisi
Menara atau tiang transmisi adalah suatu bangunan penopang saluran
transmisi yang bisa berupa bangunan penopang saluran transmisi yang bisa berupa
menara baja, tiang beton bertulang dan tiang kayu. Menurut penggunaannya
diklasifikasikan menjadi:
• Tiang baja, tiang beton bertulang dan tiang kayu, umumnya digunakan
untuk saluran-saluran transmisi dengan tegangan kerja yang relative rendah
(di bawah 70 kV).
• Menara baja, digunakan untuk saluran transmisi yang tegangan kerjanya
tinggi (SUTT) dan ekstra tinggi (SUTET). Menara baja itu sendiri
diklasifikasikan berdasarkan fungsinya, yaitu menara dukung, menara
sudut, menara ujung, menara percabangan, menara transposisi.
3.1.3.2 Isolator
Jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin atau
gelas. Menurut penggunaam dan konstruksinya, isolator diklasifikasikan menjadi:
• Isolator jenis pasak
• Isolator jenis pos-saluran
• Isolator gantung
Isolator jenis pasak dan isolator jenis pos-saluran digunakan pada saluran transmisi
dengan tegangan kerja relative rendah (kurang dari 22 kV-33 kV), sedangkan

11
isolator gantung dapat digandeng menjadi rentengan atau rangkaian isolator yang
jumlahnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
3.1.3.3 Kawat Penghantar
Jenis-jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi
adalah:
• Tembaga dengan konduktivitas 100% (Cu 100%)
• Tembaga dengan konduktivitas 97,5% (Cu 97,5%)
• Alumunium dengan konduktivitas 61% (Al 61%)
Kawat penghantar tembaga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan
dengan kawat penghantar alumunium, karena konduktivitas dan kuat tariknya yang
lebih tinggi. Tetapi memiliki kelemahan, yaitu untuk besar tahanan yang sama,
tembaga lebih berat dan lebih mahal dari alumunium. Oleh karena itu, saat ini kawat
penghantar alumunium telah mulai menggantikan kedudukan kawat penghantar
tembaga.
3.1.3.4 Kawat Tanah
Kawat tanah atau ground wires juga disebut kawat pelindung (shield wires),
berfungsi untuk melindungi kawat-kawat penghantar atau kawat-kawat fasa
terhadap sambarah petir. Jadi kawat tanah dipasang di atas kawat fasa, sebagai
kawat tanah umumnya digunakan kawat baja (steel wires) yang lebih murah, tetapi
ada juga yang menggunakan ACSR.

3.2 Gardu Induk

Gambar 3. 2 Gardu Induk 150 kV Bandung Selatan

12
Gardu induk adalah suatu bagian sistem transmisi yang memiliki peranan
sangat vital. Gardu induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas
beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik dari
jaringan transmisi ke jaringan distribusi primer. Sebelum tegangan masuk ke
konsumen maka tegangan yang dikirim oleh pembangkit energi listrik yang
memiliki tegangan tinggi atau extra tinggi diubah terlebih dahulu di gardu induk
menjadi tegangan yang lebih rendah lalu disalurkan ke sistem distribusi melalui
feeder-feeder yang ada di cubicle. Peranan yang sangat vital tersebut menyebakan
gardu induk tidak dapat terpisahkan dari sistem transmisi. Fungsi dari gardu induk,
diantaranya adalah:
• Untuk mengubah tegangan, yaitu gardu induk menurunkan tegangan dari
tegangan yang besar menjadi lebih rendah.
• Sebagai media pengubah jaringan transmisi ke jaringan distribusi
• Untuk pengukuran, pengaman, serta pengawasan operasi dari sistem
transmisi tenaga listrik
• Sebagai media pengatur pelayanan ke gardu induk lain dan juga ke gardu
distribusi
• Sebagai sarana telekomunikasi untuk internal PLN
Untuk dapat bekerja dalam suatu instalasi listrik, maka gardu induk terdiri atas
beberapa peralatan diantaranya adalah:
a. Transformator daya
b. Trafo pemakaian sendiri
c. Trafo arus (current transformer)
d. Trafo tegangan (potensial transformer)
e. Pemutus tenaga (PMT)
f. Pemisah (PMS)
g. Sel 20 kV P(Cubicle)
h. Busbar (rel)

13
3.3 Pemeliharaan PMT
3.3.1 Pengertian Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah bentuk kegiatan yang dilakukan guna menjaga dan
memperbaiki suatu perlalatan atau aset agar umur pakai alat tersebut panjang dan
juga untuk menjaga agar peralatan tersebut selalu dalam kondisi sesuai dengan
standar yang berlaku.
3.3.2 Tujuan Pemeliharaan
Tujuan Pemeliharaan adalah untuk mempertahankan kondisi aman operasi
suatu alat dan juga memperpanjang umur pakai alat tersebut, serta memperkecil
frequensi kegagalan dalam operasi sehingga harapannya alat tersebut dapat
beroperasi dengan baik dan juga terhindar dari situasi yang tidak inginkan.
3.3.3 Jenis-jenis Pemeliharaan PMT
3.3.3.1 In Service/Visual Inspection
In Service Inspection adalah inspeksi atau pemeriksaan terhadap peralatan
yang dilaksanakan dalam keadaan peralatan beroperasi atau bertegangan (on-line)
dengan menggunakan 5 panca indera (five senses) dan metering secara sederhana,
dengan pelaksanaan periode tertentu, yaitu:
• Pemeriksaan Harian
• Pemeriksaan Mingguan
• Pemeriksaan Bulanan
• Pemeriksaan Triwulan
• Pemeriksaan Tahunan
Inpeksi ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui atau memonitor kondisi
peralatan dengan menggunakan alat ukut sederhana atau umum (contoh Thermo
Gun) yang dilaksanakan oleh pertugas operator atau asisten supervisor di gardu
induk atau petugas pemeliharaan atau supervisor gardu induk.
3.3.3.2 In Service Measurement/On Line Monitoring
Merupakan pengukuran yang dilakukan pada periode tertentu dalam keadaan
peralatan bertegangan (on-line). Periode pelaksanaannya, yaitu:
• Pemeriksaan 2 mingguan
• Pemeriksaan Bulanan

14
Pengukuran atau pemantauan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui atau
memonitor kondisi peralatan dengan menggunakan alat ukur canggih (contoh
Thermal Imager) yang dilakukan oleh petugas pemeliharaan.
3.3.3.3 Shutdown Measurement/Shutdown Function Check
Merupakan pengukuran yang dilakukan pada periode 2 tahunan dalam
keadaan peralatan tidak bertegangan (off-line). Pengukuran dilakukan bertujuan
untuk mengetahui kondisi peralatan dengan menggunakan alat ukur sederhana serta
advanced yang dilakukan oleh petugas pemeliharaan. Shutdown Measurement (2
tahunan) meliputi:
a. Pengukuran tahanan isolasi terminal
b. Pengukuran tahanan kontak PMT
c. Pengukuran waktu buka PMT
d. Pengukuran waktu tutup PMT
e. Pengukuran/pengujian keserempakan kontak buka fasa R, S, T
f. Pengukuran/pengujian keserempakan kontak tutup fasa R, S, T
g. Pengukuran kapasitansi kapasitor PMT (conditional)
h. Pengukuran tahanan closing resistor (conditional)
i. Pengukuran tahanan magnetic coil
j. Pengukuran tegangan opening coil
k. Pengukuran tegangan closing coil
l. Pengujian velocity test (optional)
m. Pengujian arus motor penggerak
n. Pengujian tegangan tembus PMT bulk oil (conditional)
o. Tangen delta bushing PMT bulk oil
p. Pengujian kualitas gas SF6 (conditional)
q. Pengukuran tahanan pentanahan PMT
3.3.3.4 Conditional
Pekerjaan pemeliharaan yang dilaksanakan dipicu oleh kondisi tertentu atau
pasca gangguan atau relokasi peralatan, misalnya karena bencana alam/gempa atau
kondisi abnormal setelah pemeliharaan dilakukan.

15
3.3.3.5 Overhaul
Overhaul adalah pemeliharaan yang dilaksanakan sekurang-kurangnya
sekali dalam tiga tahun atau lebih berdasarkan manual instruction, ketentuan
pabrikan atau pengalaman atau ketentuan unit setempat.
3.4 Pemutus Tenaga (PMT)/Circuit Breaker (CB)
3.4.1 Pengertian
Berdasarkan IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-20
disebutkan bahwa Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan
peralatan saklar/switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan
memutus arus beban dalam kondisi normal serta mampu menutup, mengalirkan
(dalam periode waktu tertentu) dan memutus arus beban dalam kondisi
abnormal/gangguan seperti kondisi hubung singkat (short circuit).
Sedangkan definisi PMT berdasarkan IEEE C37.100:1992 (Standard
definitions for power switchgear) adalah merupakan peralatan saklar/ switching
mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam
kondisi normal sesuai dengan ratingnya serta mampu menutup, mengalirkan (dalam
periode waktu tertentu) dan memutus arus beban dalam spesifik kondisi
abnormal/gangguan sesuai dengan ratingnya.
Fungsi utamanya adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu rangkaian
listrik dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau menutup saat terjadi
arus gangguan (hubung singkat) pada jaringan atau peralatann lain.
3.4.2 Klasifikasi PMT
Klasifikasi Pemutus Tenaga dapat dibagi atas beberapa jenis, antara lain
berdasarkan tegangan rating/nominal, jumlah mekanik penggerak, media isolasi,
dan proses pemadaman busur api jenis gas SF6.
3.4.2.1 Berdasarkan Besar/Kelas Tegangan (Um)

Gambar 3. 3 Jenis-jenis PMT

16
• PMT tegangan rendah (Low Voltage)
Dengan range tegangan 0.1 – 1 kV (SPLN 1.1995 – 3.3)
• PMT tegangan menengah (Medium Voltage)
Dengan range tegangan 1 – 35 kV (SPLN 1.1995 – 3.4)
• PMT tegangan tinggi (High Voltage)
Dengan range tegangan 35 – 245 kV (SPLN 1.1995 – 3.5)
• PMT tegangan extra tinggi (Extra High Voltage)
Dengan range tegangan 245 kVAC (SPLN 1.1995 – 3.6)
3.4.2.2 Berdasarkan Jumlah Mekanik Penggerak/Tripping Coil
• PMT Single Pole

Gambar 3. 4 PMT Single Pole


PMT tipe ini mempunyai mekanik penggerak pada masing-masing pole,
umumnya PMT jenis ini dipasang pada bay penghantar agar PMT bisa re-close
satu fasa.
• PMT Three Pole

Gambar 3. 5 PMT Three Pole

17
PMT jenis ini mempunyai satu mekanik penggerak untuk tiga fasa, guna
menghubungkan fasa satu dengan fasa lainnya dilengkapi dengan kopel
mekanik, umumnya PMT jenis ini di dipasang pada bay trafo dan bay kopel
serta PMT 20 kV untuk distribusi.
3.4.2.3 Berdasarkan Media Isolasi
• PMT Gas SF6
• PMT Minyak
• PMT Udara Hembus (Air Blast)
• PMT Hampa Udara (Vacuum)
3.4.2.4 Berdasarkan Proses Pemadam Busur Api Listrik
• PMT Jenis Tekanan Tunggal (Single Pressure Type)
• PMT Jenis Tekanan Ganda (Double Pressure Type)
3.4.3 Komponen dan Fungsi
Sistem Pemutus (PMT) terdiri dari beberapa sub-sistem yang memiliki
beberapa komponen. Pembagian komponen dan fungsi dilakukan berdasarkan
Failure Modes Effects Analysis (FMEA), sebagai berikut:
• Primary
• Dielectric
• Driving Mechanism
• Secondary
3.4.3.1 Primary
Primary merupakan bagian PMT yang bersifat konduktif dan berfungsi untuk
menyalurkan energi listrik dengan nilai losses yang rendah dan mampu
menghubungkan atau memutuskan arus beban saat kondisi normal atau tidak
normal. Primary terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
• Interrupter, merupakan bagian terjadinya proses membuka atau menutup
kontak PMT. Didalamnya terdapat beberapa jenis kontak yang berkenaan
langsung dalam proses penutupan atau pemutusan arus.
• Asesoris Interrupter, terdiri dari resistor dan kapasitor.
• Terminal Utama, bagian dari PMT yang merupakan titik sambungan atau
koneksi antara PMT dengan konduktor luar yang berfungsi untuk
mengalirkan arus dari atau ke konduktor luar.

18
3.4.3.2 Dielectric
Dielectric berfungsi sebagai isolasi peralatan dan memadamkan busur api
dengan sempurna pada saat moving contact berkerja. Bagian-bagian dielectric,
yaitu:
• Electrical Insulation (Isolator), terdiri dari:
- Isolator Ruang Pemutus (Interrupting Chamber)
- Isolator Penyangga (Isolator Support)
• Media Pemadam Busur Api, berfungsi sebagai media pemadam busur api
yang timbul pada saat PMT bekerja membuka atau menutup.
3.4.3.3 Driving Mechanism
Driving Mechanism berfungsi menyimpan energi untuk dapat menggerakan
kontak gerak (moving contact) PMT dalam waktu tertentu sesuai dengan
spesifikasinya. Terdapat beberapa jenis sistem penggerak pada PMT, antara lain:
• Penggerak Pegas (Spring Drive)
• Penggerak Hidrolik
• Penggerak Pneumatic
• SF6 Gas Dynamic
3.4.3.4 Secondary
Sub-sistem secondary berfungsi mengirim sinyal kontrol atau trigger untuk
mengaktifkan sus-sistem mekanik pada waktu yang tepat, bagian sub-sistem
secondary adalah:
• Lemari Mekanik/Kontrol
• Terminal dan Wiring Control
3.4.4 Failure Modes Effects Analysis (FMEA)
Failure Modes Effects Analysis (FMEA) adalah prosedur Analisa dari model
kegagalan (failure modes) yang dapat terjadi dalam sebuah sistem untuk
diklasifikasikan berdasarkan hubungan sebab-akibat dan penentuan efek dari
kegagalan tersebut terhadap sistem.

19
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Kegiatan Praktik Industri
Pelaksanaan kegiatan praktik industri dijelaskan lebih terperinci dalam bentuk
laporan kegiatan harian (logbook). Laporan kegiatan harian ditulis sebagai catatan
penulis selama pelaksanaan praktik industri. Adapun pelaksanaan kegiatan praktik
industri di PT PLN (Persero) UIT JBT UPT Bandung ULTG Bandung Selatan
ditunjukan pada tabel 4.1 sebagai berikut:

No. Hari, tgl Aktivitas

• Penyerahan surat izin kegiatan pelaksanaan


Praktik Industri
• Perkenalan dengan dosen pembimbing
1 Senin, 13 Juni 2022
lapangan dan juga pegawai
• Pematerian secara singkat mengenai sistem
penyebaran listrik di Indonesia
Pematerian mengenai Gardu Induk Bandung
2 Selasa, 14 Juni 2022
Selatan
Mengikuti Pemeliharaan 2 Tahunan Bay 70 kV
3 Rabu, 15 Juni 2022
Kopel dan Busbar A di Gardu Induk Santosa
Mengikuti Pemeliharaan 2 Tahunan Bay 70 kV
4 Kamis, 16 Juni 2022
Busbar B di Gardu Induk Santosa
5 Jumat, 17 Juni 2022 Ujian Akhir Semester (UAS) di Kampus
Mengikuti Pemeliharaan Pemutus Tenaga
6 Senin, 20 Juni 2022
(PMT) di Gardu Induk Lagadar
Mengikuti Pemeliharaan 2 Tahunan Bay Trafo
7 Selasa, 21 Juni 2022 4 150/20 kV 60 MVA hari ke satu di Gardu
Induk 150 kV Bandung Selatan
Mengikuti Pemeliharaan 2 Tahunan Bay Trafo
8 Rabu, 22 Juni 2022 4 150/20 kV 60 MVA hari ke dua di Gardu
Induk 150 kV Bandung Selatan

20
Mengikuti check list di GITET 500 kV
9 Kamis, 23 Juni 2022
Bandung Selatan
Olahraga bersama dengan pegawai ULTG
10 Jumat, 24 Juni 2022 Bandung Selatan dan juga pegawai Gardu
Induk Bandung Selatan
Mengikuti Pemeliharaan 2 Tahunan Bay 150
11 Senin, 27 Juni 2022
kV Busbar A di Gardu Induk Lagadar
Mengikuti Pemeliharaan 2 Tahunan Bay 150
12 Selasa, 28 Juni 2022
kV Busbar B di Gardu Induk Lagadar
Mengikuti penggantian minyak trafo IBT di
13 Rabu, 29 Juni 2022
GITET 500 kV Bandung Selatan
Mengikuti Pemeliharaan 2 Tahunan di GITET
14 Kamis, 30 Juni 2022
500 kV Bandung Selatan
Olahraga bersama dengan pegawai ULTG
15 Jumat, 1 Juli 2022 Bandung Selatan dan juga pegawai Gardu
Induk Bandung Selatan
Mengikuti Pemeliharaan 2 Tahunan Bay
16 Senin, 4 Juli 2022
Busbar A di Gardu Induk Cikalong
Mengikuti Pemeliharaan 2 Tahunan Bay
17 Selasa, 5 Juli 2022
Busbar B di Gardu Induk Cikalong
Konsultasi dengan pembimbing lapangan
18 Rabu, 6 Juli 2022 mengenai judul laporan praktik industri yang
akan diambil
Ikut ke divisi HARJAR mengunjungi warga
19 Kamis, 7 Juli 2022 yang mengeluhkan jika ada radiasi dari
penghantar 500 kV
Olahraga bersama dengan pegawai ULTG
20 Jumat, 8 Juli 2022 Bandung Selatan dan juga pegawai Gardu
Induk Bandung Selatan
Mengikuti Pengujian Pemutus Tenaga (PMT)
21 Senin, 11 Juli 2022 Reaktor 7R1 di GITET 500 kV Bandung
Selatan

21
Mengikuti pemeriksaan dan pengisian Gas
22 Selasa, 12 Juli 2022
SF6 di Gardu Induk Wayang Windu
Mengikuti Pemeliharaan 2 Tahunan Bay Trafo
23 Rabu, 13 Juli 2022
2 70/20 kV hari ke satu di Gardu Induk Santosa
Mengikuti Pemeliharaan 2 Tahunan Bay Trafo
24 Kamis, 14 Juli 2022
2 70/20 kV hari ke dua di Gardu Induk Santosa
Olahraga bersama dengan pegawai ULTG
25 Jumat, 15 Juli 2022 Bandung Selatan dan juga pegawai Gardu
Induk Bandung Selatan
26 Senin, 18 Juli 2022
27 Selasa, 19 Juli 2022
28 Rabu, 20 Juli 2022
29 Kamis, 21 Juli 2022
30 Jumat, 22 Juli 2022 Izin tidak melaksanakan praktik industri
31 Senin, 25 Juli 2022 dikarenakan sakit
32 Selasa, 26 Juli 2022
33 Rabu, 27 Juli 2022
34 Kamis, 28 Juli 2022
35 Jumat, 29 Juli 2022
Mengikuti Pemeliharaan Pemutus Tenaga
36 Senin, 1 Agustus 2022 (PMT) 20 kV di Gardu Induk 150 kV Bandung
Selatan
Mengikuti Pemeliharaan 2 Tahunan Bay
37 Selasa, 2 Agustus 2022 Penghantar 70 kV Sumadra di Gardu Induk
Santosa
Mengikuti Pemeliharaan 2 Tahunan Bay
38 Rabu, 3 Agustus 2022 Penghantar 70 kV Sumadra di Gardu Induk
Lamajan
Mengikuti Pemeliharaan Pemisah (PMS) di
39 Kamis, 4 Agustus 2022
Gardu Induk Lamajan

22
Olahraga bersama dengan pegawai ULTG
40 Jumat, 5 Agustus 2022 Bandung Selatan dan juga pegawai Gardu
Induk Bandung Selatan
Melihat persiapan untuk melaksanakan
41 Senin, 8 Agustus 2022 pemeliharaan trafo di GITET 500 kV Bandung
Selatan
Mengikuti Pemeliharaan Pemutus Tenaga
42 Selasa, 9 Agustus 2022 (PMT) Bay 150 kV Kopel di Gardu Induk
Lagadar
Menyusun Laporan Praktik Industri di kantor
43 Rabu, 10 Agustus 2022
ULTG Bandung Selatan
Menyusun Laporan Praktik Industri di kantor
44 Kamis, 11 Agustus 2022
ULTG Bandung Selatan
• Olahraga bersama dengan pegawai ULTG
Bandung Selatan dan juga pegawai Gardu
Induk Bandung Selatan
45 Jumat, 12 Agustus 2022
• Perpisahan hari terakhir melaksanakan
Praktik Industri dengan seluruh pegawai
ULTG Bandung Selatan
Tabel 4. 1 Laporan Kegiatan Harian Praktik Industri

4.2 Uraian Kegiatan Praktik Industri


Praktik industri dilaksanakan dengan tujuan agar penulis dapat mengetahui
keadaan di lapangan dan mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di kampus ke
lapangan atau ke dunia industri. Penulis memilih tempat di PT PLN (Persero)
dikarenakan agar selaras dengan konsentrasi yang ditempuh di bangku perkuliahan,
yaitu Pendidikan Teknik Elektro dengan konsentrasi Teknik Tenaga Elektrik.
Tempat pelaksanaan praktik industri yang penulis pilih, yaitu di ULTG
Bandung Selata. Kepanjangan dari ULTG, yaitu Unit Layanan Transmisi Gardu
yang di dalamnya terdapat 3 divisi, yaitu divisi HARGI (Pemeliharaan Gardu
Induk), divisi HARJAR (Pemeliharaan Jaringan), divisi HARPRO (Pemeliharaan
Proteksi) dan 1 pejabat K3L. Penulis berada pada divisi HARGI (Pemeliharaan

23
Gardu Induk), yang bekerja pada bagian pemeliharaan gardu induk. ULTG
Bandung Selatan ini, membawahi 8 gardu induk yang ada di sekitar Bandung
Selatan. Gardu induk yang termasuk ke dalam cakupan ULTG Bandung Selatan,
yaitu sebagai berikut:
1. GITET 500 kV Bandung Selatan
2. Gardu Induk 150 kV Bandung Selatan
3. Gardu Induk Wayang Windu
4. Gardu Induk Santosa
5. Gardu Induk Lagadar
6. Gardu Induk Lamajan
7. Gardu Induk Cikalong
8. Gardu Induk Plengan
9. Gardu Induk Patuha
10. Gardu Induk Panasia
Penulis melaksanakan praktik industri selama 2 bulan, yaitu dimulai dari
tanggal 13 Juni 2022 sampai dengan tanggal 13 Agustus 2022. Selama pelaksanaan
praktik industri, bagian divisi HARGI sedang melaksanakan HAR 2 Tahunan, yaitu
pemeliharaan rutin yang dilaskanakan dalam jangka waktu 2 tahun sekali.
Pemeliharaan 2 Tahunan ini disebut juga pemeliharaan Shutdown
Measurement/Shutdown Function Check, yaitu pengukuran yang dilakukan dalam
keadaan peralatan tidak bertegangan (off-line). Pengukuran tersebut dilakukan
bertujuan untuk mengetahui kondisi peralatan dengan menggunakan alat ukur
sederhana serta advanced yang dilakukan oleh petugas pemeliharaan.
Selain mengikuti HAR 2 Tahunan, penulis juga diajak untuk melakukan
pemeliharaan ketika ada anomali yang terjadi pada peralatan di gardu induk.
Anomali tersebut, seperti kebocoran gas SF6 atau kebocoran pada minyak di trafo,
dan anomali lainnya. Ketika anomali terjadi, maka divisi HARGI akan memeriksa
dan mengatasi anomali yang terjadi.

4.3 Persiapan Manuver Tegangan 70 kV


Manuver tegangan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
memodifikasi aliran listrik yang disebabkan karena adanya gangguan atau

24
pelaksanaan pekerjaan (pemeliharaan atau perbaikan), agar daerah pekerjaan
terbebas dari tegangan maka di perlukan manuver tegangaan. Manuver tegangan
dilakukan dengan cara memodifikasi atau memindahkan teganagn dari jaringan
yang bertegangan ke jaringan yang tidak bertegangan atau sebaliknya, dalam
bahasa sederhanya manuver tegangan itu berfungsi mengurangi daerah padam.
Manuver jaringan berfungsi untuk membebaskan tegangan atau sisa-sisa
tegangan sehingga ketika dilakukan pekerjaan daerah tersebut telah bebas dari
tegangan. Langkah-langkah manuver pembebas tegangan bay penghantar adalah
sebagai berikut :
1. Petugas operator gardu induk berkoordinasi dengan pengawas manuver,
pengawas pekerjaan dan juga pejabat K3L. Apabila pengawas tersebut tidak
berada dilokasi maka manuver jaringan belum bisa dilaksanakan.
2. Laksanakan manuver tegangan sesuai urutan SOP yang telah di terbitkan
oleh AP2B (Area Penyaluran dan Pengatur Beban). SOP (Standart
Operational Product) adalah suatu bentuk ketentuan tertulis yang berisi
prosedur/langkah-langkah kerja yang dipergunakan untuk melaksanakan
suatu kegiatan. Pekerja yang melaksanakan menuver adalah operator yang
sedang bertugas yang diawasi oleh supervisor jaringan.
3. Perhatikan single line diagram jaringan yang akan dimanuver. Pada saat
manuver terlebih dahulu buka tegangan di PMT. Kemudian buka PMS
busbar dan PMS line yang dilakukan secara remote di ruang control AP2B.
Apabila PMT, PMS busbar dan PMS line tidak bisa dibuka secara remote
maka di coba sekali lagi. Apabila masih tetap tidak bisa terbuka secara
remote maka operator berkoordinasi dengan petugas manuver untuk
memanuver secara lokal untuk membuka PMT, PMS busbar, PMS line.
4. Setelah pelaksanaan manuver selesai maka informasikan kepada pengawas
manuver, pengawas K3, dan pengawas pekerjaan bahwa instalasi telah
dibebaskan dari tegangan untuk dilakukan pekerjaan atau pemeliharaan.

4.4 Prosedur Pemeliharaan/Pengujian Pemutus Tengan (PMT)


4.4.1 Persiapan Kerja
Pada tahapan persiapan kerja ini terdapat beberapa langkah yaitu :

25
1. Dasar pelaksanaan pekerjaan adalah PK dari atasan yang berwenang
(Pemberi Pekerjaan) yang dibuat oleh Area dengan menunjuk pengawas
lapangan serta pengawas K3 dari Gardu induk.
2. Pengawas Lapangan membuat jadwal pemadaman sebelum melaksanakan
pekerjaan dan berkoordinasi dengan pengawas jaringan gardu induk 30 hari
sebelum dilaksanakan pekerjaan.
3. Pengawas memastikan sebelum dilaksanakan perkerjaan, siapkan peralatan
kerja, peralatan K3 dan material yang dibutuhkan.
4. Pengawas K3 Gardu Induk menerima dan memeriksa Working Permit &
JSA dari vendor pelaksana serta melaksanakan safety briefing sebelum
mulai pekerjaan.
5. Pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah disepakati dan
berkoordinasi dengan unit pengawas jaringan gardu induk untuk
pemadaman.
6. Setelah selesai pekerjaannya, Pengawas memastikan kondisi lapangan
dalam kondisi aman sebelum dilakukan penormalan sistem.
7. Pengawas berkoordinasi dengan unit pengawas jaringan gardu induk untuk
menormalkan sistem jaringan.
8. Pengawas memastikan sumber tegangan listrik sampai kearah pelanggan.
9. Setelah pekerjaan selesai Pengawas memastikan peralatan yang digunakan
dikembalikan dalam kondisi semula dan lokasi pekerjaan dalam keadaan
rapi kembali.
10. Pengawas membuat Laporan hasil pekerjaan dan dokumentasi hasil
pekerjaan kepada atasan yang menugaskan.
4.4.2 Langkah Kerja
Pada suatu langkah kerja diantaranya terdiri dari beberapa pengawas, yaitu
sebagai berikut:
4.4.1.1 Pengawas Pekerjaan
Pada suatu langkah pengawasan ini ada sebuah prosedur yang harus
dilaksanakan di dalam suatu pekerjaan seperti dibawah ini :
1. Mengecek SPTI.
2. Mengecek surat tugas.

26
3. Mempersiapkan material kerja.
4. Untuk Pekerjaan yang membutuhkan pembebasan tegangan Pengawas
berkordinasi dengan unit pengawas jaringan gardu induk.
5. Apabila peralatan sudah aman, dipasang grounding sebelum pekerjaan
dilaksanakan.
4.4.1.2 Pengawas K3 Gardu Induk
Sedangkan pada pengawan K3 Gardu Induk ada 2 langkah yaitu :
1. Memeriksa Working Permit dan JSA.
2. Safety Briefing sebelum dimulai pekerjaan.
4.4.3 Persiapan Pengujian Pemutus Tenaga (PMT)
Sebelum melaksanakan pengujian PMT, terlebih dahulu harus melakukan
persiapan agar proses pemeliharaan berjalan dengan lancar, aman, tepat waktu, dan
tanpa ada hambatan. persiapan tersebut meluputi :
4.4.1.3 Persiapan Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat yang berfungsi untuk
melindungi tubuh pekerja dari kemungkinan bahaya dalam melakukan pekerjaan.
Alat-alat pelindung diri yang harus dipersiapkan sebelum melakukan pekerjaan :
1. Body Harnes
Body Harnes adalah bentuk Peralatan pelindung yang dirancang untuk
melindungi diri pekerja dari bahaya terjatuh pada saat memanjat peralatan yang
tinggi.

Gambar 4. 1 Body Harnes


2. Safety Helmet
Safety Helmet adalah alat yang digunakan untuk melindungi kepala dari jatuhan
benda-benda yang dapat membahayakan kepala pekerja.

27
Gambar 4. 2 Safety Helmet
3. Baju Kerja
Baju Kerja adalah baju yang digunakan pekerja saat melakukan pekerjaan.
Baju ini juga yang membedakan antara pekerja dan lainnya.

Gambar 4. 3 Baju Kerja


4. Sarung Tangan Kerja
Sarung Tangan Kerja adalah benda yang digunakan untuk melindungi tangan
pada saat melakukan pekerjaan yang berfungsi melindungi tangan dari
kemungkinan bahaya saat melakukan pekerjaan.

Gambar 4. 4 Sarung Tangan Kerja


5. Safety Shoes
Safery Shoes adalah sepatu yang yang digunakan untuk melindungikaki dari
bahaya tertimpa benda berat, benda tajam, benda panas, cairan kimia dan lainnya
yang dapat membahayakan pekerja.

28
Gambar 4. 5 Safety Shoes
6. Sepatu dan Sarung Tangan Berisolasi
Seperti namanya sepatu dan sarungan tangan berisolasi 20 kv memiliki fungsi
untuk menjegah pekerja tersengat langsung dari tegangan 20 kV.

Gambar 4. 6 Sepatu dan Sarung Tangan Berisolasi


7. Kacamata Hitam
Kacama Hitam adalah suatu benda yang digunakan untuk melindungi mata dari
bedu dan sinar matahari pada saat melakukan pekerjaan. Sinar matahari dapat
mengganggu pekerja saat melakukan pekerjaan karna menyilaukan mata oleh karna
itu digunakan lah kacamata hitam.

Gambar 4. 7 Kacamata Hitam


8. Rambu Pekerjaan
Rambu Pekerjaan adalah media yang digunakan sebagai rambu-rambu atau
peringatan yang dipasang disekitar Kawasan kerja yang berisi peringata atau
informasi bahwa ada pekerjaan.

29
Gambar 4. 8 Rambu Pekerjaan
9. Tali Pembatas
Tali Pembatas adalah alat yang digunakan sebagai pembatas pekerjaan.

Gambar 4. 9 Tali Pembatas


4.4.1.4 Persiapan Alat Uji PMT
Untuk melaksanakan pengujian PMT, tentu harus menyiapkan alat-alat uji atau
alat ukur. Berikut alat-alat yang digunakan untuk proses pengujian PMT :
1. Tool Set
Tool set adalah alat-alat yang digunakan untuk mempermudah pekerja
melakukan pekerjaannya biasa nya toolset berisi kunci pas, kunci ring, kunci L,
tang, obeng dan alat alat lainnya.

Gambar 4. 10 Tool Set

30
2. Multimeter
Multi Meter adalah alat ukur yang dipakai untuk mengukur tegangan listrik,
arus listrik dan tahanan (resistansi).

Gambar 4. 11 Multimeter
3. Stick Ground
Stick Ground adalah alat yang digunakan untuk membantu dalam memasang
Grounding Lokal pada peralatan bay line dan sebagai isolasi pada pemasangan
Grounding Lokal. Stick Ground terbuat dari fiber.

Gambar 4. 12 Stick Ground


4. Grounding Local
Grounding Local adalah alat yang digunakan sebagai konduktor untuk
mengaliri sisa induksi ke tanah (ground) pada peralatan bay line.

Gambar 4. 13 Grounding Local


5. Insulation Tester
Insulation Tester adalah alat yang digunakan untuk mengukur nilai tahanan atau
resistan dari isolasi yang membungkus bahan penghantar pada kabel listrik.

31
Gambar 4. 14 Insulation Tester
6. Circuit Breaker Analyzer
Circuit Breaker Analyzer adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur
keserempakan Pemutus Tenaga (PMT).

Gambar 4. 15 Circuit Breaker Analyzer


7. Tahanan Kontak

Gambar 4. 16 Tahanan Kontak

32
4.5 Pemutus Tenaga (PMT) Gardu Induk Santosa
Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB) yang digunakan di bay
penghantar 70 kV Sumadra di Gardu Induk Santosa, gambarnya sebagai berikut:

Gambar 4. 17 PMT R, S, T
Gambar di atas merupakan foto pemutus tenaga (PMT) dan spesifikasi dari
PMT yang digunakan di Gardu Induk Santosa 70 kV bay SMDRA (Sumadra).
No. Klasifikasi PMT Bay Penghantar 70 kV Sumadra
PMT tegangan tinggi (High Voltage)
1 Berdasarkan Kelas Tegangan
Dengan range tegangan 35 s/d 245 kV
Berdasarkan jumlah mekanik PMT Single Pole, mempunyai mekanik
2
penggerak/tripping coil penggerak pada masing-masing pole.
PMT Gas SF6, karena menggunakan
3 Berdasarkan Media Isolasi
media isolasi gas SF6.
Berdasarkan proses
4 pemadaman busur api listrik PMT jenis tekanan tunggal
di ruang pemutus
Tabel 4. 2 Klasifikasi PMT

33
4.6 Pelaksanaan Pengujian Pemutus Tenaga (PMT)
4.6.1 Pengujian Tahanan Isolasi Terminal
Pengukuran tahanan isolasi pemutus tenaga (PMT) yaitu proses pengukuran
dengan suatu alat ukur untuk memperoleh nilai tahanan isolasi pemutus tenaga
antara bagian yang diberi tegangan (fasa) terhadap bagian badan (case) yang
ditanahkan maupun antara terminal atas dengan terminal bawah pada fasa yang
sama.
Pada dasarnya pengukuran tahanan isolasi PMT adalah untuk mengetahui
besar (nilai) kebocoran arus (leakage current) yang terjadi antara bagian yang
bertegangan terminal atas dan terminal bawah terhadap tanah.
Proses pengukuran meliputi kesiapan alat ukur dan kesiapan obyek yang
diukur. Kesiapan alat ukur mengacu pada intruksi kerja masing-masing peralatan
uji. Sedangkan kesiapan obyek yang diukur adalah merupakan kegiatan yang
tujuannya membebaskan obyek (misal PMT) dari tegangan sesuai dengan prosedur.
Dan dilanjutkan dengan pelepasan klem-klem terminal atas dan terminal bawah.
Kesiapan obyek yang akan diukur dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
1) Pemasangan pentanahan lokal (Local Grounding) disisi terminal atas dan
terminal bawah dengan tujuan membuang tegangan sisa (Residual) yang masih
ada.
2) Pembersihan permukaan porselin bushing memakai material cleaner dan lap
kain yang halus dan tidak merusak permukaan isolator dengan tujuan agar
pengukuran memperoleh nilai (hasil) yang akurat.
3) Melakukan pengukuran tahanan isolasi PMT kondisi terbuka (open) antara:
a. Terminal atas (Ra, Sa, Ta) terhadap cashing (body) atau tanah.
b. Terminal bawah (Rb, Sb, Tb) terhadap cashing (body) atau tanah.
c. Terminal fasa atas – bawah (Ra-Rb, Sa-Sb, Ta-Tb).
4) Melakukan pengukuran tahanan isolasi PMT kondisi tertutup (closed) :
a. Terminal fasa R / merah (Ra+Rb) terhadap tanah.
b. Terminal fasa S / kuning (Sa+Sb) terhadap tanah.
c. Terminal fasa T / biru (Ta+Tb) terhadap tanah.
5) Mencatat hasil pengukuran tahanan isolasi serta suhu atau temperature sekitar.

34
6) Hasil pengukuran ini merupakan data terbaru hasil pengukuran dan sebagai
bahan evaluasi pembanding dengan hasil pengukuran sebelumnya.
7) Memasang kembali terminasi atas dan bawah seperti semula.
8) Melepas pentanahan lokal dengan pemeriksaan final untuk persiapan pekerjaan
selanjutnya.
Berikut hasil pengujian tahanan isolasi pemutus tenaga (PMT) bay penghantar
70 kV Sumadra di Gardu Induk Santosa pada Pemeliharaan 2 Tahunan :

Gambar 4. 18 Hasil Pengujian Tahanan Isolasi


Gambar di atas merupakan blangko atau lembar hasil pengukuran tahanan
isolasi pemutus tenaga (PMT) pada saat Pemeliharaan 2 Tahunan dan dibandingkan
dengan Pemeliharaan 2 Tahunan sebelumnya.
4.6.2 Pengujian Tahanan Kontak
Rangkaian tenaga listrik sebagian besar terdiri dari banyak titik sambungan.
Sambungan adalah dua atau lebih permukaan dari beberapa jenis konduktor
bertemu secara fisik sehingga arus atau energi listrik dapat disalurkan tanpa
hambatan yang berarti. Pertemuan dari beberapa konduktor menyebabkan suatu
hambatan atau resistan terhadap arus yang melaluinya sehingga akan terjadi panas
dan menjadikan kerugian teknis. Rugi ini sangat signifikan jika nilai tahanan
kontaknya tinggi.
Sambungan antara konduktor dengan PMT atau peralatan lain merupakan
tahanan kontak yang syarat tahanannya memenuhi kaidah Hukum Ohm sebagai
berikut:
E=I.R
Jika didapat kondisi tahanan kontak sebesar 1 ohm dan arus yang mengalir adalah
100 Amp, maka ruginya adalah:
W = I2 . R
W = 10.000 Watt

35
Prinsip dasarnya adalah sama dengan alat ukur tahanan murni (Rdc), tetapi
pada tahanan kontalk arus yang dialirkan lebih besar I = 100 Amp. Kondisi ini
sangat signifikan jika jumlah sambungan konduktor pada salah satu jalur terdapat
banyak sambungan sehingga kerugian teknis menjadi besar, tetapi masalah tersebut
dapat dikendalikan dengan cara menurunkan tahanan kontak dengan membuat dan
memelihara nilai tahanan kontak sekecil mungkin.
Berikut hasil pengujian tahanan kontak pemutus tenaga (PMT) bay penghantar
70 kV Sumadra di Gardu Induk Santosa pada Pemeliharaan 2 Tahunan :

Gambar 4. 19 Hasil Pengujian Tahanan Kontak


Gambar di atas merupakan blangko atau lembar hasil pengukuran tahanan
kontak pemutus tenaga (PMT) pada saat Pemeliharaan 2 Tahunan dan dibandingkan
dengan Pemeliharaan 2 Tahunan sebelumnya. Pengujian dilakukan pada fasa R, S
dan T dengan mengukur terminal atas dan terminal bawah pada PMT. Hasil dari
pengujian tidak berbeda jauh dengan hasil pengujian sebelumnya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa nilai tahanan kontaknya baik.
Pengujian Keserempakan (Breaker Analyzer)
Tujuan dari pengujian keserempakan PMT adalah untuk mengetahui waktu
kerja PMT secara individu serta untuk mengetahui keserempakan PMT pada saat
menutup atau membuka.
Berdasarkan cara kerja penggerak, maka PMT dapat dibedakan atas jenis
three pole (penggerak PMT tiga fasa) dan single pole (penggerak PMT satu fasa).
Untuk T/L Bay biasanya PMT menggunakan jenis single pole dengan maksud PMT
tersebut dapat trip satu fasa apabila terjadi gangguan satu fasa ke tanah dan dapat
reclose satu fasa yang biasa disebut SPAR (Single Pole Auto Reclose). Namun
apabila gangguan pada penghantar fasa – fasa maupun tiga fasa maka PMT tersebut
harus trip 3 fasa secara serempak. Apabila PMT tidak trip secara serempak akan
menyebabkan gangguan, untuk itu biasanya terakhir ada sistem proteksi namanya
pole discrepancy relay yang memberikan order trip kepada ketiga PMT phasa
R,S,T.

36
Hal yang sama juga untuk proses menutup PMT maka yang tipe single pole
ataupun three pole harus menutup secara serentak pada fasa R,S,T, kalau tidak maka
dapat menjadi suatu gangguan didalam sistem tenaga listrik dan menyebabkan
sistem proteksi bekerja.
Pada waktu PMT trip akibat terjadi suatu gangguan pada sistem tenaga
listrik diharapkan PMT bekerja dengan cepat sehingga clearing time yang
diharapkan sesuai standard SPLN No 52-1 1983 untuk system 70 KV = 150 milli
detik dan SPLN No 52-1 1984 untuk system 150 kV = 120 milli detik, dan Grid
Code Jawa Bali untuk sistem 500 kV = 90 milli detik dapat terpenuhi.
Langkah pengukuran keserempakan beserta konfigurasi alat uji dengan
PMT dapat mengacu pada instruksi kerja alat uji keserempakan PMT. Perbedaan
waktu yang terjadi antar phasa R , S , T pada waktu PMT membuka dan menutup
kontak dapat diketahui dari hasil pengukuran. Sehingga pengukuran keserempakan
pada umumnya sekaligus meliputi pengukuran waktu buka tutup PMT. Nilai yang
dapat diketahui dalam pengukuran keserempakan adalah Δt yang merupakan selisih
waktu tertinggi dan terendah antar phasa R, S, T sewaktu membuka atau menutup
kontak.
Berikut hasil pengujian keserempakan (Breaker Analyzer) pemutus tenaga
(PMT) bay penghantar 70 kV Sumadra di Gardu Induk Santosa pada Pemeliharaan
2 Tahunan :

Gambar 4. 20 Hasil Pengujian Keserempakan


Gambar di atas merupakan blangko atau lembar hasil pengukuran tahanan
kontak pemutus tenaga (PMT) pada saat Pemeliharaan 2 Tahunan dan
dibandingkan dengan Pemeliharaan 2 Tahunan sebelumnya. Hasil pengujian di atas
merupakan delta t, yaitu selisih tertinggi dan terendah antar fasa R, S, T, saat
membuka atau menutup kontak.

37
4.7 Analisis Pelaksanaan Praktik Industri
Selama 2 bulan pelaksanaan Praktik Industri di ULTG Bandung Selatan,
tepatnya di divisi Pemeliharaan Gardu Induk (HARGI), sangat banyak ilmu baru
yang didapatkan. Di ULTG Bandung Selatan terdapat 4 sub atau divisi, yaitu
Pejabat K3L, HARGI (Pemeliharaan Gardu Induk), HARJAR (Pemeliharaan
Jaringan), Proteksi dan Meter. Divisi HARGI memiliki tugas pemeliharaan
peralatan-peralatan yang ada di gardu induk, contohnya peralatan gardu induk yang
ada di switch yard. ULTG Bandung Selatan memiliki cakupan wilayah pekerjaan
dan harus bertanggung jawab untuk gardu induk yang ada di bawah ini:
1) JARGI Patuha
2) JARGI Wayang Windu
3) JARGI GITET Bandung Selatan
4) JARGI Santosa
5) JARGI Plengan, Lamajan, dan Cikalong
6) JARGI Lagadar
Pada saat pelaksanaan Praktik Industri di bulan Juni – Agustus, bertepatan juga
sedang dilaksanakan HAR 2 Tahunan atau Pemeliharaan 2 Tahunan Gardu Induk,
sering dikenal juga dengan Pemeliharaan Shutdown Measurements dikarenakan
semua peralatan gardu induk yang akan dipelihara dimatikan terlebih dahulu atau
dalam keadaan off. Selain bertugas untuk pemeliharaan gardu induk, divisi HARGI
juga bertugas dalam memperbaiki peralatan gardu induk yang terdeteksi adanya
anomali.
Jika pelaksanaan praktik industri dihubungkan dengan perkuliahan, ada
beberapa mata kuliah yang berhubungan. Jadi di perkuliahan mendapat materi saja,
dan di lapangan ketika praktik industri implementasi dari materi di perkuliahan.
Tetapi banyak juga ilmu baru yang didapat saat praktik industri dan sebelumnya
belum didapat di bangku kuliah. Selain ilmu baru, juga banyak sekali pengalaman
yang didapat ketika praktik industri. Contohnya, mendapat cerita pengalaman di
dunia kerja khususnya bekerja di PT PLN (Persero), pengalaman terjun langsung
ke lapangan dan melihat serta mencoba peralatan ukur yang digunakan. Menambah
pengetahuan juga mengenai struktur organisasi di PT PLN (Persero) dan menjadi
tahu mengenai sistem kerja di ULTG Bandung Selatan, khususnya di divisi HARGI.

38
4.7.1 Materi di Lapangan yang tidak diberikan di Kampus (PTE)
Adapun beberapa ilmu baru di lapangan yang tidak diberikan di perkuliahan,
yaitu sebagai berikut:
1) Tata cara mengajukan permohonan untuk pelaksanaan praktik industri, di
perkulihan tidak diberi tahu tata cara mengajukan permohonan untuk
pelaksanaan praktik industri, sehingga penulis pun kebingungan saat akan
mengajukan surat permohonan praktik industri.
2) Alat ukur atau alat uji untuk peralatan gardu induk, di kampus tidak diajarkan
cara menggunakan alat ukur yang digunakan di lapangan. Bahkan ada beberapa
alat ukur yang penulis baru tahu ketika di lapangan. Alat ukur tersebut,
diantaranya:
- Insulation Tester
- Circuit Breaker Analyzer
- Tahanan Kontak
- Alat uji tangen delta
3) Cara kerja peralatan dan fungsi dari peralatan gardu induk, di kampus hanya
dikenalkan sekilas mengenai peralatan yang ada di gardu induk, tidak dijelaskan
mengenai cara kerja dan fungsi dari peralatan gardu induk. Contohnya, tidak
dikenalkan mengenai switch yard.
4) Cara pengujian peralatan gardu induk, di kampus tidak diajarkan cara menguji
peralatan gardu induk menggunakan alat ujinya. Contohnya, menguji pemisah
(PMS) menggunakan Insulation Tester, menguji pemutus tenaga (PMT)
menggunakan Insulation Tester, Circuit Breaker Analyzer.
5) Perlengkapan APD dan K3 yang digunakan untuk pekerjaan di tegangan tinggi,
di kampus hanya dijelaskan sedikit mengenai K3, tidak dijelaskan secara detail
mengenai zona aman dan zona berbahaya serta perlengkapan APD dan K3 yang
lengkap.
4.7.2 Materi-materi yang Relevan dengan Kondisi Lapangan
Ada juga beberapa materi yang relevan antara di perkuliahan dengan di
lapangan, jadi di perkuliahan sudah diajarkan materinya dan di lapangan sebagai
implementasinya, materi tersebut diantaranya:

39
1) Sistem transmisi tenaga listrik, di perkuliahan ada mata kuliah Sistem Transmisi
Tenaga Listrik dan di lapangan materi tersebut relevan, dikarenakan penulis
melaksanakan praktik industri di PT PLN (Persero), maka mata kuliah tersebut
sangat relevan. Di lapangan, penulis melihat secara langsung mulai dari
peralatan sistem transmisi sampai alur atau sistem kerja dari sistem transmisi
tenaga listrik.
2) Sistem proteksi tenaga listrik, di perkuliahan ada mata kuliah Sistem Transmisi
Tenaga Listrik dan di lapangan materi tersebut relevan, di lapangan penulis bisa
melihat langsung peralatan sistem proteksi tenaga listrik yang di kampus hanya
belajar mengenai materi saja, tetapi saat praktik industri penulis bisa melihat
langsung peralatan sistem proteksi tersebut. Contohnya, relay, grounding, dsb..
3) Mata Kuliah Sistem pembangkit tenaga listrik, materinya relevan dengan di
lapangan, karena tegangan pada sistem transmisi bersumber dari sistem
pembangkit tenaga listrik.
4) Mata Kuliah Sistem Distribusi Tenaga Listrik, materinya relevan dengan di
lapangan, karena tegangan dari sistem transmisi masuk ke gardu induk dan
selanjutnya tegangan akan masuk ke sistem distribusi tenaga listrik.
5) Mata Kuliah Praktikum Dasar Teknik Elektro dan K3, materi K3 relevan dengan
di lapangan, walaupun materi K3 di kampus tidak diajarkan secara detail.
4.7.3 Pesan dan Kesan Praktik Industri
Selama perlaksanaan praktik industri dengan waktu 2 bulan, sangat banyak
sekali pesan dan kesan yang didapatkan dan sebelumnya belum didapatkan di
bangku perkuliahan. Pesan dan kesan tersebut jika diceritakan, yaitu sebagai
berikut:
1) Kesan Praktik Industri
Ketika awal pelaksanaan praktik industri, penulis kurang percaya diri
dikarenakan merasa kurang bekal ilmu, dan juga tidak memiliki kenalan di
instansi tersebut. Tapi ternyata, di hari pertama praktik indutri pun, pegawai di
ULTG Bandung Selatan sangat terbuka dan menyambut baik kedatangan dari
penulis dan kawan-kawan. Sehingga, selama pelaksanaan praktik industri
dengan waktu 2 bulan sangat berkesan untuk penulis, dikarenakan pegawai-
pegawai ULTG Bandung Selatan yang sangat baik dan seperti keluarga baru.

40
Penulis mendapat ilmu, pengetahuan, dan wawasan baru serta mendapat
keluarga baru juga. Penulis pun menjadi termotivasi untuk mencari ilmu lagi
sebanyak-banyaknya, tidak hanya di bangku kuliah saja. Dan setelah selesai
praktik industri pun, silaturahmi tetap berlanjut. Penulis terkadang berkunjung
ke ULTG Bandung Selatan untuk berdiskusi mengenai laporan praktik industri.
2) Pesan Praktik Industri
Ucapan terima kasih banyak penulis sampaikan kepada seluruh pegawai ULTG
Bandung Selatan karena telah memberi kesempatan serta menerima dengan
sangat baik penulis dan kawan-kawan untuk mencari ilmu di lapangan. Tidak
hanya mendapat ilmu, penulis juga mendapat keluarga baru. Terima kasih untuk
ilmu, pengalaman, dan juga materi yang diberikan. Semoga PT PLN (Persero)
semakin maju, dan menjadi garda terdepan untuk masyarakat Indonesia dalam
hal kelistrikan. Dan juga semoga semakin banyak inovasi yang diberikan untuk
Indonesia. Terkhusus seluruh pegawai ULTG Bandung Selatan, semoga selalu
dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa, serta dalam menjalankan tugas selalu
diberikan kesehatan dan keselamatan.
Ucapan terima kasih banyak juga penulis sampaikan kepada pihak Departemen
Pendidikan Teknik Elektro (DPTE), terkhusus program studi Pendidikan Teknik
Elektro (PTE), yang telah memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
melaksanakan praktik industri. Semoga pelaksanan praktik industri di DPTE
bisa lebih baik lagi, dan waktu yang diberikan kepada mahasiswa bisa
dipertimbangan kembali, karena jika dalam waktu 2-3 bulan, penulis rasa kurang
untuk mengenal dunia kerja di lapangan.

41
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari seluruh pembahasan dan pengamatan di lapangan selama 2
bulan pelaksanaan praktik industri di ULTG Bandung Selatan, dapat disimpulkan
bahwa:
1) Peralatan di Gardu Induk terdiri dari beberapa macam, diantaranya yaitu Busbar,
Pemisah (PMS), Pemutus Tenaga (PMT), Current Transformer (CT), Current
Voltage Transformer (CVT), Lightning Arrester (LA), Wrap Trap (WT),
Traformator (Trafo).
2) Salah satu pemeliharaan gardu induk, yaitu Shutdown Measurement 2 Tahunan
atau Pemeliharaan 2 Tahunan. Pada pemutus tenaga (PMT), saat dilaksanakan
Pemeliharaan 2 Tahunan akan ada kurang lebih 9 pengukuran atau pengujian.
Pengukuran tersebut, diantaranya pengukuran tahanan isolasi, tahanan kontak,
dan keserempakan (Breaker Analyzer).
3) Dari hasil pengukuran atau pengujian Tahanan Isolasi, Tahanan Kontak, serta
Keserempakan, kondisi PMT bay Penghantar 70 kV Sumadra di Gardu Induk
Santosa masih dalam keadaan baik dan layak beroperasi.
5.2 Saran
1) Berdasarkan hasil pengamatan selama melaksanakan praktik industri di ULTG
Bandung Selatan, berkaitan dengan perbaikan untuk ke depannya, penulis
mengusulkan beberapa saran, yaitu pergantian alar ukur dengan yang baru, atau
penambahan alat ukur, dikarenakan selama pekerjaan khususnya tim HARGI,
terkadang pekerjaan terhambat dikarenakan alat ukur yang harus diperbaiki
dulu, atau ada alat ukur yang rusak sehingga untuk pengujian tertentu harus
meminjam alat ke tim yang lain.
2) Untuk perbaikan pelaksanaan praktik industri, penulis memiliki saran untuk
pihak Departemen Pendidikan Teknik Elektro (DPTE), yaitu dalam persiapan
pelaksanaan praktik industri harus lebih diarahkan lagi, atau diberi tahu untuk
tata cara mengajukan kerja sama dengan beberapa instansi yang menerima
mahasiswa yang akan melaksanakan praktik industri.

42
DAFTAR PUSTAKA

PT. PLN (Persero). 2014. “Pemutus Tenaga.” Buku Pedoman Pemeliharaan


Pemutus Tenaga (PMT) 1–30.

Ii, B. A. B., Pengertian Dan, Fungsi Dari, and Gardu Induk. n.d. “GARDU
INDUK.” 4–11.

Patkur, Hadi, Debby Wilar, and R. J. M. Mandagi. 2018. “Implementasi


Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Proyek-Proyek Transmisi Dan
Jaringan 150 KV.” Jurnal Ilmiah Media Engineering 8(2):997–1010.

PT. PLN (Persero). 2014. “Pemutus Tenaga.” Buku Pedoman Pemeliharaan


Pemutus Tenaga (PMT) 1–30.

Susanto Ari, Kurnianto rudi, Rajaguk guk. 2021. “Analisa Kelayakan Pemutus
Tenaga (Pmt) 150 Kv Berdasarkan Hasil Uji Tahanan Isolasi, Tahanan Kontak
Dan Keserempakan Kontak Di Gardu Induk Singkawang.”

Syahputra, Romadoni. 2015. “Estimasi Lokasi Gangguan Hubung Singkat Pada


Saluran Transmisi Tenaga Listrik.” Semesta Teknika 17(2):106–15. doi:
10.18196/st.v17i2.418.

Syariyudin, and Muhammad Suyatno. 2021. “Penerapan K3 Listrik Pada Pekerjaan


Pemasangan Pembanglit Listrik Tenaga Surya (Plts).” Jurnal Dharma Bakti-
LPPM IST AKPRIND 4(1):31–40.

43
LAMPIRAN
Dokumentasi Kegiatan Praktik Industri

44
45

Anda mungkin juga menyukai