Anda di halaman 1dari 45

PT PLN (Persero)UPT BANDA ACEH GARDU INDUK PANTON LABU

Telepon : 085358486061, Email : garduindukpantonlabu@yahoo.com


Jln. Medan Banda Aceh, Panton Labu. Kode Pos : 24394

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPANGAN

PANTO LABU
07 Oktober 2020 – 07 November 2020

PENGGUNAAN GAS SF6 PADA PEMUTUS TENAGA (PMT) KV DI GARDU


INDUK PANTON LABU

Di susun Oleh :

JUNIWAN GINTING
Nim : 170150109

Mengetahui:

Supervisor GI Pembimbing Materi,


Operator GI

JULIA RAHMAN HARRI TRI NOVALDI


NIP :8408006PBS NIP : 9615087PBY
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK

Tanggal 07 Oktober 2020 s/d 07 November 2020

PEMELIHARAAN PEMUTUS TENAGA (PMT) 150 KV di GARDU


INDUK PANTON LABU

Untuk melengkapi sebahagian dari syarat-syaratak akademik yang diperlukan


pada jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh

oleh :

JUNIWAN GINTING
NIM: 170150109

DosenPembimbing
Ketua Jurusan Teknik Elektro kerja praktek ,

ANDIK BINTORO, ST.,M.Eng


MUHAMMAD SADLI, S.T.,M.T
NIP. 1980071 0200604 1 016
NIP. 19750920 200812 1 001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya dapat diselesaikannyapenulisan laporan kerja praktek dengan judul
“PEMELIHARAAN PEMUTUS TENAGA(PMT) 150 KV di GARDU INDUK
PANTON LABU’’. Pada kesempataninijuga diucapkan terima kasih kepada
semuapihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan semangat kepada
penulis untuk menyelesaikan suatu tahapan proses pembelajaran yang berguna
untuk kehidupan ini. Adapun tujuan dari pembuatan laporan Kerja Praktek ini
adalah sebagai salah satu tugas mata kuliah untuk menempuh jenjang S1, pada
Fakultas Teknik dan Jurusan Teknik Elektro Universitas Malikussaleh. Untuk itu,
penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yang senantiasa mendoakan saya dan memberi
dukungan baik secara moral maupun material.
2. BPK Rektor Dr. Herman Fitra,ST.,M.T., IPM.,ASEAN.Eng
3. Andik Bintoro,ST.,M.Eng selaku ketua jurusan Teknik elektro.
4. Bapak T.Iqbal Fardiansyah, S.T.,M.T. selaku Koordinator Kerja Praktek
Teknik Elektro Universitas Malikussaleh.
5. Bapak Muhammad Sadli, S.T.,M.T Selaku dosen pembimbing yang tidak
henti – hentinya memberikan arahan kepada penulis hingga laporan ini
dapat diselesaikan.
6. Bapak julia rahman, Supervisor Gardu Induk panton labu.
7. Para operator Gi panton labu, Bapak harri tri novaldi, Bapak kiki riski,
Bapak kurniawan,

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan, maka dengan rendah hati penulis mengharapkan kepada semua pihak
untuk dapat sudi kiranya memberikan kritik dan saran serta masukan yang
membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Bukit Indah, 25 Januari 2020

Juniwan Ginting

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI…………..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Pengertian PMT.......................................................................................................1

1.3 Fungsi Utama PMT...................................................................................................1

1.4 Rumusan Masalah....................................................................................................2

1.5 Batasan Masalah......................................................................................................2

1.6 Tujuan penulisan......................................................................................................2

1.7 Waktu Kerja Praktek................................................................................................2

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN..........................................................................3


2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero).............................................................................3

2.2 Fungsi dan Tugas Pokok Unit Pelayanan Transmisi (UPT)........................................4

2.3 Visi dan Misi PT PLN (Persero) P3B Sumatera..........................................................5

2.4 Lokasi Perusahaan....................................................................................................6

2.5 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Gardu Induk panton labu..............................7

2.6Tugas Supervisor dan Operator Gardu Induk............................................................9

BAB III LANDASAN TEORI..................................................................................................10


3.1 Pengertian..............................................................................................................10

3.2 Perinsip Kerja PMT.................................................................................................10

3.3 Fungsi PMT.............................................................................................................11

3.4 Klasifikasi PMT........................................................................................................11

3.5 PMT PADA G.I PANTON LABU.................................................................................13

3.6 Rangkaian Singel Line PMT Gardu Induk Panton Labu.........................................15

3.7 Pengoperasian PMT...............................................................................................16

iii
BAB IV…………….................................................................................................................18
4.1 Pemutus Tenaga Sulfur Hexafluoride (SF6)............................................................18

4.2 Bagian-bagian Utama Pemutus Tenaga SF6...........................................................20

4.3 Pemakaian Pemutus Tenaga SF6 Pada Peralatan Hubung......................................23

4.4 Pemutus Tenaga Hampa Udara (Vacuum)..............................................................25

4.5. Pemakaian Pemutus Tenaga Hampa Udara Pada Peralatan Hubung....................30

4.6. Perhitungan Short Time Current Pada Pemutus Tenaga Saluran Tegangan
Menengah....................................................................................................................30

4.7. Perhitungan Waktu Hubung Singkat.....................................................................32

4.8 Perhitungan Jumlah Angka Pemutusan (Number of Switching).............................32

4.9. Perhitungan Daya..................................................................................................33

BAB V………………...............................................................................................................35
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................35

5.2. Saran.....................................................................................................................36

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada zaman modern ini kebutuhan akan tenaga listrik sudah menjadi
kebutuhan primer baik dikota besar maupun kota kecil, hampir semua peralatan
untuk kehidupan sehari-hari kita membutuhkan energi listrik. karena sebab itu kita
harus menyadari setidaknya secara umum bagaimana listrik itu bekerja dan
penyaluran sistem tenaga listrik dari hulu ke hilir. Sebagai mahasiswa fakultas
Teknik Jurusan Teknik Elektro saya tertarik untuk kerja praktek di Gardu Induk
Panton Labu terutama mengenai uji tahanan isolasi pada PMT dan pemeliharaan
PMT secara umum.

Pemutus/PMT (PMT) merupakan peralatan listrik yang berfungsi untuk


Memutuskan daya/tenaga dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau
sebaliknya. pemutus tenaga menggunakan prinsip hukum induksi faraday dan
hukum Lorenz dalam menyalurkan daya. Peranan trafo daya dalam sistem
transmisi tidak dapat tergantikan dan merupakan bagian terpenting dalam proses
distribusi energi dari pembangkit ke pusat beban.
1.2 Pengertian PMT

Berdasarkan IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-20


disebutkan bahwa Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan
peralatan saklar/ switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan
memutus arus beban dalam kondisi normal serta mampu menutup, mengalirkan
(dalam periode waktu tertentu) dan memutus arus beban dalam kondisi abnormal/
gangguan seperti kondisi hubung singkat (short circuit).

1
1.3 Fungsi Utama PMT
Fungsi utamanya adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu
rangkaian listrik dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau menutup
saat terjadi arus gangguan (hubung singkat) pada jaringan atau peralatann
lain.Memungkinkan kompensasi untuk faktor yang tidak diketahui secara akurat
pada saat perencanaan sistem tenaga listrik.

1.4 Rumusan Masalah


Adapun permasalahan yang akan dibahas pada laporan kerja praktek ini
adalah :

1. Apa itu PMT?


2. Apa saja bagian PMT?
3. Bagaimana pemeliharaan PMT?

1.5 Batasan Masalah


Dalam laporan Kerja Praktek ini, hanya membahas mengenai
Pemeliharaan PMT 150 KV di PT.PLN (persero) Unit Pelayanan Transmisi
(UPT) dan Tragi Langsa Gardu Induk Panton labu.

1.6 Tujuan penulisan


Adapun tujuan dari penulisan laporan kerja praktek ini adalah sebagai
berikut :

1. Mempelajari dan mengetahui mengenai PMT


2. Mengetahui apa saja komponen yang terdapat pada PMT
3. Mengetahui pegerjaan apa saja pada pemeliharaanPMT.

1.7 Waktu Kerja Praktek

1. Masuk pertama Kerja Praktek dimulai pada tanggal 07 Oktober 2020


sampai dengan tanggal 10 November 2020;
2. Sistem kerja praktek (senin sampai juma’t mengikuti kerja praktek
pada gardu induk panton labu);

2
3. Setiap pertemuan masing-masing 8 jam.

3
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero)

Sejarah kelistrikan di Sumatra bukanlah baru. Listrik mulai ada di wilayah


Indonesia tahun 1893 di daerah Batavia (Jakarta sekarang), maka 30 tahun
kemudian yaitu pada tahun 1923 listrik mulai ada di Medan. Sentralnya dibangun
ditanah pertapakan Kantor PLN Cabang Medan yang sekarang di Jln. Listrik
No.12 Medan, dibangun oleh NV NIGEM/OGEM perusahaan swasta milik
Belanda. Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung Pura dan
Pangkalan Brandan pada tahun 1924, Tebing Tinggi pada tahun 1927, Sibolga,
Brastagi dan Tarutung pada tahun 1929 yang dibangun oleh NV ANIWM,
sedangkan Labuhan Bilik, Tanjung Balai dan Tanjung Tiram dibangun pada tahun
1931 sampai 1937.

Pada masa penjajahan Jepang, Jepang mengambil alih pengelolaan


Perusahaan Listrik Swasta Belanda tanpa mengadakan penambahan mesin dan
perluasan jaringan. Daerah kerja dibagi menjadi Perusahaan Listrik Sumatra
Utara, Perusahaan Listrik Jawa dan seterusnya sesuai struktur organisasi
pemerintahan Jepang waktu itu. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945, dikumandangkanlah Kesatuan Aksi Karyawan
Perusahaan Listrik di seluruh penjuru tanah air untuk mengambil alih perusahaan
listrik milik swasta Belanda dari tangan Jepang.

Perusahaan listrik yang sudah diambil alih itu diserahkan kepada


Pemerintah RI dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum. Untuk mengenang
peristiwa ambil alih itu, maka dengan Penetapan Pemerintah No.1 SD/45
ditetapkan tanggal 27 Oktober sebagai Hari Listrik Nasional. Kemudian sejarah
membuktikan bahwa dalam suasana yang makin memburuk dalam hubungan
Indonesia-Belanda, pada tanggal 3 Oktober 1953 keluar Surat Keputusan Presiden

4
No.163 yang memuat ketentuan Nasionalisasi Perusahaan Listrik milik swasta
Belanda sebagai bagian dari perwujudan pasal 33 ayat 2 UUD 1945.

Di provinsi Aceh pertama kali dikenal listrik sekitar tahun 1930 dengan
Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Sigli dan Langsa. Pada akhir tahun 1959
dibangun lagi Pusat Listrik Tenaga Diesel di Lhokseumawe yang dioperasikan
secara resmi dengan status saat ini sebagai ranting. Pada tahun 1972 dibuka
cabang baru yaitu Perusahaan Listrik Negara Cabang Langsa. Perusahaan Listrik
Negara ranting Lhokseumawe saat ini masuk wilayah kerja Perusahaan Listrik
Negara Cabang Langsa.

Jumlah pelanggan PT PLN Wilayah Aceh secara keseluruhan 726.001


pelanggan dengan jumlah kWh yang terjual 839.232.572 kWh. Beban puncak
pemakaian energi listrik di seluruh wilayah Aceh saat ini mencapai 204,5 MW.
Dari beban puncak tersebut yang dibangkilkan oleh mesin pembangkit PLN
Wilayah Aceh adalah 58,2 MW, sisanya dipasok melalui system transmisi 150
KV dari PLN Pembangkitan Sumatera Bagian Utara khususnya untuk daerah
pesisir timur Aceh. Sedangkan pesisir barat masih merupakan system kelistrikan
yang isolated. 

Jumlah pegawai PLN di Aceh lebih kurang berjumlah 1.102 orang, dengan
jumlah pegawai  laki-laki berjumlah 950 orang dan pegawai wanita 152. PLN
juga menggunakan tenaga Out sourcing berjumlah 945 orang. Pendapatan yang
dihasilkan PLN hampir setiap tahun dibawah target.Kekurangan pendapatan PLN
tertutupi dengan adanya subsidi dari pemerintah.

Adapun tujuan perubahan status dari PT PLN adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan masyarakat dan


kesejahteraan bangsa dan negara.

5
2. Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan
merata serta mendorong kegiatan ekonomi dalam masyarakat.

3. Mengusahakan keuntungan agar dapat membiayai pengembangan tenaga


listrik untuk melayani kebutuhan masyarakat umum dimasa yang akan
datang.

4. Merintis kegiatan usaha penyedia tenaga listrik.


5. Menyelenggarakan usaha-usaha lain yang menunjang usaha penyediaan
tenaga listrik, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.2 Fungsi dan Tugas Pokok Unit Pelayanan Transmisi (UPT)

Khusus UPT Banda Aceh, berfungsi melakukan kegiatan operasi


penyaluran tenaga listrik dari pembangkit-pembangkit yang ada di wilayah
sumbagut diantaranya dari sektor Lueng Bata untuk melayani kebutuhan PLN
wilayah NAD. UPT Banda Aceh terdiri dari dua unit transmisi dan Gardu Induk,
yaitu :

1. Tragi Langsa, Membawahi 6 GI, yaitu:


a) GI Alur dua, Langsa, mulai beroperasi pada 22 Maret 1992
b) GI Tualang Cut, Mulai Beroperasi pada 30 oktober 1995
c) GI Alue Batee, Idi, mulai beroperasi pada 14 Mei 1997
d) GI Bayu, Lhokseumawe, mulai beroperasi pada 20 November 1998
e) GI Panton Labu mulai beroprasi pada 16 januari 2014
f) GI Arun
2. Tragi Banda Aceh, membawahi 6 GI, yaitu :
a) GI Juli Bireun, 11 Mei 2003
b) GI Tijue Sigli, 22 Maret 2004
c) GI Banda Aceh, 22 Juli 2004
d) GI Jantho
e) GI Nagan raya
f) GI Melaboh

6
2.3 Visi dan Misi PT PLN (Persero) P3B Sumatera
a. Visi PT PLN (Persero)

Diakui sebagai pengelola penyaluran dan pengatur beban sistem tenaga


listrik dengan tingkat pelayanan setara kelas dunia yang bertumbuh
kembang, unggul, dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.

b. Misi PT PLN (Persero)

- Mengelola operasi sistem tenaga listrik secara andal

- Melakukan dan mengelola penyaluran tenaga listrik tegangan tinggi


secara efisien, andal dan akrab terhadap lingkungan

- Mengelola transaksi tenaga listrik secara kompetitif, transparan, dan


adil

- Melakukan pemeliharaan instansi sistem transmisi tenaga listrik


sumatera

- Nilai-nilai : Saling percaya, integritas, peduli dan pembelajar.

2.4 Lokasi Perusahaan

PT.PLN (Persero) Gardu Induk panton labu tempat saya melakukan kerja
praktek berjarak Km 4 dari pusat Kota panton labu, di Jalan utama Medan Banda
Aceh, Desa Meunasah bujok, kecamatan baktia barat, kabupaten Aceh Utara.

7
Gambar 2.5 Tampak atas GI Panton labu

Gardu induk Langsa sebagai pintu gerbang penyaluran tenaga listrik Aceh,
mempuyai dua Trafo daya dengan kapasitas masing masing 30MVA,TD1
bermerek UNINDO dan TD 2 bermerk PAUWELS. Kemudian gardu induk
langsa memiliki lima penghantar 150KV dan lima penyulang
20KVyaitu :Penghantar 150KV

8
1. Pangkalan Brandan 1 dan 2 dengan panjang jalur 156.94 Km
2. Penghantar Idi dengan panjang jalur 46.30 Km
3. Penghantar Lhokseumawe dengan panjang jalur 128.49 Km
4. Dan penghantar Tualang Cut dengan panjang jalur 24.7 Km

Penghantar 20KV

1. LS1 untuk industry


2. LS3 untuk GH BireunBayeun
3. LS4 dan LS6 untuk GH kotaLangsa
4. LS5untuk Area Sungai Pauh dan Kuala Langsa

Gambar 2.6 Diagram satu garis GI Langsa

9
2.5 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Gardu Induk panton labu

Struktur organinasi adalah bagian atau suatu kerangka yang disusun untuk
mempermudah organisasi dalam mempelajari tujuan. Untuk pencapaian tersebut
PT PLN (Persero) UPT Banda Aceh pada Gardu Induk Sigli membentuk struktur
organisasi sesuai dengan pembagian kerja sehingga pelaksanaan kegiatan dapat
tercapai secara efektif dan efisien. Setiap badan usaha dibentuk karena adanya
tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan tersebut menentukan macam – macam
dan luasnya pekerjaan yang dilakukan. Karena itu diperlukan suatu desain
organisasi atau struktur organisasi untuk menerangkan diskripsi tugas,
wewenang,dan tanggung jawab setiap elemen dalan organisasi tersebut.

PT PLN (Persero) UPT Banda Aceh Gardu Induk panton labu berdasarkan
fungsi dan struktur organisasinya menganut bentuk struktur organisasi fungsional
atau departementasi. Dengan supervisor sebagai pemimpin tertinggi dari PT PLN
(Persero) UPT Banda Aceh Gardu Indukpanton labu. Secara sistematis struktur
organisasi fungsional atau departemensasi yang ada pada PT PLN (Persero) UPT
Banda Aceh Gardu Induk panton labu, dapat dilihat dalam Gambar .

Dari gambar di bawah dapat diketahui bahwa struktur organisasi PT PLN


(Persero) Gardu Induk (GI)panton labu hanya terdiri 1 orang supervisor dan 3
orang Operator dan diantara operator ada yang berstatus pegawai dan ada yang
berstatus kontrak (Out Sourcing)

Supervisor

Julia rahman

10
Operator

Pegawai
Out Sourcing ( OS )
1. HARRI TRI NOVALDI
KIKI RISKI
h2.
KURNIAWAN

Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Gardu Induk panton labu

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa struktur organisasi PT PLN


(Persero) Gardu Induk (GI) Panton labu hanya terdiri 1 orang supervisor dan 3
orang Operator dan diantara operator ada yang berstatus pegawai dan ada yang
berstatus kontrak (Out Sourcing).
2.6Tugas Supervisor dan Operator Gardu Induk

Supervisor merupakan pimpinan Gardu Induk yang bertanggung jawab


penuh terhadap kinerja operator dalam menjalankan tugasnya untuk menjaga serta
melakukan maintance service terhadap peralatan yang ada pada Gardu Induk.

1) Tugas Supervisor Gardu Induk

Berikut merupakan tugas dari supervisor Gardu Induk dalam menjalankan


tugas dan tanggung jawabnya, yaitu :

a. Melaporkan segala permasalahan pada UPT apabila Gardu Induk perlu


dilakukan pemeliharaan dan pengujian terhadap peralatan yang ada pada
Gardu Induk.

b. Memberi arahan kepada Operator untuk menjalankan tugasnya dengan


semestinya.

11
2) Tugas Operator Gardu Induk

Adapun tugas dari operator Gardu induk adalah sebagai berikut :

a. Mengamati dan mencatat parameter yang ada pada panel control .

b. Melakukan Cheklist harian, mingguan, dan bulanan pada peralatan Gardu


Induk

c. Mengoperasikan peralatan Gardu Induk.

Dengan demikian maka tugas supervisor dan operator gardu induk memiliki
peranan yang sangat penting guna memenuhi kebutuhan daya Listrik pada
masyarakat, sehingga selain operator yang berstatus pegawai PLN juga
menambah operator dengan kontrak Out Sourcing (OS) sehingga dapat
mencukupi petugas operator pada tiap-tiap Gardu Induk.

12
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Pengertian

Berdasarkan IEV ( International Electrotchnical Vocabulary) 441-14-20


disebutkan bahwa CB/ Circuit Breaker atau pemutus tenaga/ PMT meupakan
peralatan saklar mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan, dan memutus arus
beban dalam kondisi normal serta abnormal / saat terjadi gangguan seperti kondisi
short circuit / hubung singkat.

Suatu pemutus tenaga harus mempunyai beberapa syarat antara lain :

1. Mampu menyalurkan arus maksimum system secara terus menerus sesuai


kapasitas nominalnya.

2. Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan berbeban maupun


terhubung singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada PMT itu sendiri.

3. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus
hubung singkat tidak sampai merusak peralatan system atau membuat system
kehilangan kestabilan, dan merusak pemutus tenaga itu sendiri.

3.2 Perinsip Kerja PMT

Pada kondisi normal PMT dapat dioperasikan lokal oleh operator untuk
maksud switching dan perawatan. Pada kondisi abnormal/gangguan pada CT
(Current Transformer) akan membaca arus lebih yang lewat apabila sudah di
tentukan kemudian relay akan mendeteksi gangguan dan menutup rangkaian trip
circuit, sehingga trip coil energized, lalu mekanis penggerak PMT akan dapat
perintah buka dari relay dan beroperasi membuka kontak – kontak PMT, maka
gangguan pun akan hilang. Mekanis penggerak yang digunakan pada Gardu Induk
150 KV PALUR ini adalah menggunakan mekanis penggerak Spring(Pegas) dan
ada beberapa yang dikombinasikan dengan mekanis penggerak pneumatic, dengan
maksud hanya sebagai penggerak pada pegas membuka atau menutup. Pada waktu
pemutusan / menghubungkan daya listrik akan terjadi busur api, yang terjadi pada
kontak – kontak di dalam ruang pemutus. Pemadam busur api dapat dilakukan

13
oleh beberapa macam bahan peredam, diantaranya yaitu dengan minyak, udara,
dan gas. bahan GAS SF6 (Sulphur Hexafluoride).

3.3 Fungsi PMT

Fungsi utama PMT adalah sebagai alat membuka / menutup suatu rangkaian
listrik dalam kondisi berbeban, serta dapat membuka / menutup saat terjadinya
arus gangguan (hubung singkat) pada jaringan / peralatan lain. Pada dasarnya
PMT terdiri satu atau lebih ruang pemutus yang terdapat satu unit kontak tetap dan
ketika terjadinya pemutusan / menghubungkan arus daya listrik akan terjadi busur
api diantara kontak – kontak dalam ruang pemutus.

3.4 Klasifikasi PMT

Klasifikasi PMT dapat dibagi atas beberapa jenis, antara lain berdasarkan
tegangan rating / nominal, jumlah mekanik penggerak, media isolasi.

3.4.1 Berdasarkan besar/ kelas tegangan

- PMT tegangan rendah

Dengan range tegangan 0,1 s/d 1kV (SPLN 1.1995-3.3).

- PMT tegangan menengah

Dengan range tegangan 1 s/d 35kV (SPLN 1.1995-3.4).

- PMT tegangan tinggi

Dengan range tegangan 35 s/d 245kV (SPLN 1.1995-3.5).

- PMT tegangan extra tinggi

Dengan range tegangan lebih besar dari 245kVAC (SPLN 1.1995-3.6).

14
3.4.2 Berdasarkan jumlah mekanik penggerak/ tripping coil.

PMT dapat dibedakan menjadi:

- PMT single pole


PMT type ini mempunyai mekanik penggerak pada masing- masing pole,
umumnya PMT jenis ini dipasang pada bay penghantar agar PMT bisa reclose
satu fasa.

Gambar 3.1 PMT Single Pole

- PMT three pole one drive

PMT jenis ini mempunyai satu penggerak mekanik untuk tiga fasa, guna
menghubungkan satu fasa dengan fasa yang lain dilengkapi dengan kopel
mekanik. Umumnya PMT ini dipasang pada bay trafo dan bay kopel serta PMT
20kV untuk saluran distribusi.

15
Gambar 3.2 PMT Three Pole

3.4.3 Berdasarkan media isolasi

Jenis PMT dapat dibedakan menjadi:

- PMT gas SF6

- PMT Minyak

- PMT Udara Hembus (air blast)

- PMT Hampa Udara (vacuum)

3.4.4 Berdasarkan proses pemadaman busur api listrik diruang pemutus


Pada PMT SF6 dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

 Tipe tekanan tunggal (single pressure type)

PMT tipe tekanan tunggal terisi gas SF6 dengan tekanan kira-kira 5 Kg / cm2,
selama terjadi proses pemisahan kontak – kontak , gas SF6 ditekan( fenomena
thermal overpressure ) kedalam suatu tabung / cylinder yang menempel pada
kontak bergerak selanjutnya saat terjadi pemutusan gas SF6 ditekan melalui

16
nozzle yang menimbulkan tenaga hembus / tiupan dan tiupan ini yang
memadamkan busur api.  Tipe tekanan ganda (double pressure type)

PMT tipe tekanan ganda terisi gas SF6 dengan sistim tekanan tinggi kira-kira
12 Kg / cm2 dan sistim tekanan rendah kira-kira 2 Kg / cm2, pada waktu
pemutusan busur api gas SF6 dari sistim tekanan tinggi dialirkan melalui nozzle
ke sistim tekanan rendah. Gas pada sistim tekanan rendah kemudian dipompakan
kembali ke sistim tekanan tinggi, saat ini PMT SF6 tipe ini sudah tidak diproduksi
lagi.

3.5 PMT PADA G.I PANTON LABU

Pada G.I Panton Labu, PMT menggunakan media pemadaman gas SF6. Gas
SF6 berfungsi sebagai pemadam busur api listrik yang terjadi di antara kontak –
kontak pada waktu membuka dan sebagai isolasi di antara bagian – bagian yang
bertegangan dan bagian yang bertegangan pada body.

Gas SF6 dalam keadaan murni adalah lembam (inert) mempunyai stabilitas
thermal yang baik dan sebagai pemadam busur api yang baik sekali juga sebagai
isolasi yang tinggi. Gas SF6 adalah salah satu senyawa kimia yang stabil hingga
suhu 500oC, lembab, tidak berbau, tidak beracun, tidak mudah menyala dan tidak
berwarna.

Berat jenis gas SF6 sekitar 5 kali udara. Ada tekanan yang sama, kemampuan
menstransfer panas sekitar 2 sampai dengan 2,5 kali udara dan dielektrik –
strengthnya sekitar 2,4 kali udara. Pada tekanan 3kg per cm2 sama dengan
dielektrik strength minyak, sifat ini dimungkinnya jarak yang lebih pendek yang
memungkinkan ukuran yang lebih kecil dari peralatan untuk besar kilovolt (kV)
yang sama.

Ada penurunan nilai gas dari gas setelah periode pemadaman busur api, tapi
sangat sedikit dan tidak ada efek terhadap dielektrik strengthnya dan kemampuan
pemutusan. Setelah proses pemadaman busur apai gas SF6 menjadi SF4, SF2 dan

17
menyatu kembali saat proses pendinginan dan membentuk gas SF6 semula. Sisa
yang dihasilkan yang di bentuk oleh busur api adalah metallic florida yang
terlihat dalam bentuk power keabuan – abuan dan di hilangkan dengan filter yang
mengandung alumunia aktif (Al2O3).

Keuntungan Pemutus Tenaga (PMT) / Circuit Breaker SF6 :

1. Kecepatan dan tekanan gas yang rendah digunakan untuk


memperkecil beberapa kecenderungan terhadap chopping current (proses
pemutus arus sebelum mencapai titik nol) dan arus kapasitif dapat
diputuskan tanpa pelayanan kembali.

2. Peredaran gas merupakan siklus tertutup yang dihubungkan dengan


kecepatan gas yang rendah memberikan operasi yang cepat dan tidak ada
aliran keatmosfir seperti Air Blast Circuit Breaker.

3. Siklus gas tertutup memelihara bagian dalam tetap kering sehingga


tidak ada masalah kelembaban.

4. Sifat pemadaman busur api dari gas SF6 menghasilkan busur api
sangat singkat dan erosi kontak hanya sedikit. Kontak dapat dilepas pada
temperature yang tinggi tanpa merugikan pemeliharaan kontak.

5. Tidak ada endapan karbon juga tracking atau kegagalan isolasi


dieliminir.

6. Interupter Chamber dari Circuit breaker seluruhnya tertutup dari


atmosfir, oleh karena itu cocok digunakan dalam tambang batu bara atau
dibeberapa industry dimana terdapat bahaya letupan.

18
3.6 Rangkaian Singel Line PMT Gardu Induk Panton Labu

Adapun untuk rangkaian Single Line PMT Gardu Induk Panton Labu dapat di
lihat pada gambar di bawah ini .

Gambar 3.3 Single Line diagram PMT Gardu Induk Panton Labu

Gardu Induk Panton Labu menggunakan system double busbar yaitu:

- Gardu induk yang mempunya dua (double) busbar


- Gardu induk system double busbar sangat efektif untuk mengurangi terjadi
pemadaman beban khususnya pada saat melakukan perubahan system (manuver
system)
- Jenis gardu induk ini umumnya yang banyak di gunakan

19
3.7 Pengoperasian PMT
3.7.1 Pembukaan Jaringan

PMT dioperasikan lebih dahulu lepas (≠), baru kemudian pemisah –


pemisahnya lihat gambar 3.1.

Sebelum pemisah dikeluarkan / dioperasikan harus diperiksa apakah


PMT sudah terbuka sempurna (dilihat secara visual atau dengan melihat
penunjuk ampermeter ketiga fasanya apakah sudah menunjukkan nol).

Gambar 3.1 Diagram satu garis urutan pembukaan jaringan

Keterangan Urutan Pembukaan Jaringan

1. PMT a. PMT ≠

2. PMS LINE b. PMS bus ≠

3. PMS TANAH c. PMS Line ≠

4. PMS Bus d. PMS Tanah //

// : CLOSE

≠ : OPEN

3.7.2 Penutupan Jaringan

20
PMT dioperasikan setelah pemisah – pemisah dimasukkan (//) lihat pada
gambar 3.2.

Setelah PMT dimasukkan (//) diperiksa apakah terjadi kebocoran


isolasi(misalnya gas SF6) pada PMT.

Gambar 3.2 Diagram satu garis urutan penutupan jaringan.

Keterangan
1. PMS Tanah Urutan Penutupan Jaringan:

2. PMS Line a) PMS Tanah ≠

3. PMT b.) PMS Line //

4. PMS Bus c) PMS Bus //

// : CLOSE d) PMT //

≠ : OPEN

21
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pemutus Tenaga Sulfur Hexafluoride (SF6)


Penggunaan gas SF6 sebagai media di dalam pemutus tenaga, karena gas ini
sangat stabil terhadap perubahan temperatur dan tidak ada tanda-tanda perubahan
secara kimiawi. Fungsi gas SF6 yang digunakan pada pemutus tenaga tegangan
menengah ini adalah sebagai pemadam busur api listrik dan sebagai isolasi antara
bagian-bagian yang bertegangan dan bagian yang bertegangan dengan badan.

4.1.1 Sifat-sifat dari Gas SF6

Gas SF6 mempunyai beberapa sifat, yaitu :

a. Sifat-sifat fisik

b. Sifat-sifat dielektrik

c. Sifat-sifat kimiawi

4.1.1.1 Sifat-sifat Fisik


SF6 yang murni adalah tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun dan
tidak mudah tercampur. Berat jenis SF6 pada temperatur 200C dan pada tekanan
760 mmHg adalah 6,135 kg/m3. Jika dibandingkan dengan berat jenis udara
adalah lima kalinya.

Gas ini akan mencair pada temperatur yang rendah, temperatur pencairan
bergantung pada tekanan yang diberikan. Pada temperatur 100C dan tekanan 15
atm, gas akan mencair. Jika tekanan gas ini tinggi, temperatur pencairan tinggi.

Biasanya tekanan yang digunakan pada pemutus tenaga tegangan


menengah adalah 7 bar (kopling galvanic/cm2). Dengan tekanan sebesar itu,
kekuatan dielektrik menjadi besar sehingga dapat menahan tegangan transien yang
terjadi pada waktu pembukaan kontak-kontaknya.

22
4.1.1.2 Sifat-sifat Dielektrik SF6
Kekuatan dielektrik dari SF6 dapat direpresentasikan yaitu : kekuatan
dielektrik SF6 adalah 5 kali kekuatan dielektrik udara pada tekanan beberapa
atmosphere. Kekuatan dielektrik unsur gas ini akan bertambah besar menurut
tekanannya.

4.1.1.3 Sifat-sifat Kimiawi SF6

Di dalam sebuah molekul SF6, atom sulfurnya terdapat pada daerah valensi
tertinggi dari daerah valensi molekulnya. Sedangkan keenam ikatan molekulnya
ialah kovalen, yang mana ini merupakan kelebihan dari molekul ini yang stabil.
Susunan molekul dari SF6 merupakan bidang delapan yang pada keenam sudutnya
ditempati atom fluoride.
SF6 adalah g s yang tidak mempu yai sifat kimia yang aktif sampai di atas
1500C dan tidak akan merusak logam, plastik dan bahan lain yang biasa
digunakan pada komponen pemutus tenaga. Hal ini dapat dibuktikan dengan
memanaskan gas tersebut sampai 5000C tanpa terjadi penguraian. Pada temperatur
tinggi yang disebabkan oleh busur api listrik, gas akan terurai dalam beberapa
unsur, yaitu SF2 dan SF4 dalam jumlah yang kecil dan unsur-unsur S2, F2, S, F.
Bila unsur SF2 ini bereaksi dengan air, akan membentuk unsur hydrogen fluoride
yang mempunyai sifat korosif terhadap porcelain.

Semua unsur yang terurai akan berkombinasi kembali menjadi unsur SF 6


seperti semula setelah temperaturnya turun. Unsur SF 6 yang murni terdiri dari
21,95% sulfur dan 78,05% fluoride.

Atom fluoride mempunyai sifat elektronegatif, dan ini berfungsi untuk


menangkap elektron bebas ke bentuk muatan ion yang negatif, yang tidak dapat
digunakan sebagai pembawa arus. Sifat elektronegatif ini menyebabkan waktu
pembusuran pendek, kekuatan dielektrik dengan cepat dapat terbentuk.

Pada gambar 4.1 diberikan bentuk struktur molekul unsur SF6.

23
Gambar 4.1 Struktur molekul unsur SF6

Pada gambar 4.1 dapat direprese tasikan, yaitu : kestabilan yang tinggi dari
gas ini disebabkan enam ikatan kovalen dari molekul-molekulnya. Di samping itu,
ikatan ini berada diantara atom sulfur, sedangkan enam atom fluoride membentuk
suatu bangun octahedron.

Karena unsur SF6 tidak mempunyai sifat kimia yang aktif, maka akan sangat
menguntungkan bila dipakai pada pemutus tenaga tegangan menengah. Bagian-
bagian logam dan kontak-kontak yang dialiri arus dalam unsur SF6 tidak akan
rusak.

4.2 Bagian-bagian Utama Pemutus Tenaga SF6


Bagian-bagian utama dari pemutus tenaga SF6, adalah sebagai berikut :

a. Ruang pemutus tenaga SF6, berupa ruangan yang diselubungi oleh


porcelain dan dalam ruangan ini terdapat :

• Kontak-kontak

• Silinder bergerak/silinder penghembus (moving


cylinder/blast cylinder)

24
• Torak tetap (fixed piston), ruangan pemutus tenaga ini terletak di atas
bagian penyangga. Setiap kutub dapat terdiri atas satu ruangan
pemutus tenaga. Fungsi kapasitor pada pemutus tenaga dengan
media gas SF6 adalah untuk mendapatkan pembagian tegangan
(voltage distribution) yang sama pada setiap celah kontak, sehingga
kapasitas pemutusan (breaking capacity) pada setiap celah adalah
sama besarnya.

b. Kontak-kont k, terdiri atas ko tak tetap (fixed contact) dan kontak


bergerak (moving contact). Dapat dijelaskan pada gambar 4.4.

K eterangan gambar : 1. Isolator, 2. Bagian penyangga kontak tetap, 3. Jari-jari kontak tetap, 4.

Gambar 4.2 Kontak-kontak pemutus tenaga gas SF6

Terminal atas, 5. Piston tetap, 6. Kontak busur bawah, 7. Batang


penggerak, 8. Tabung kontak bergerak, 9. Silinder bergerak, 10. Jari-jari kontak
bergerak, 11. Kontak busur bergerak, 12. Noozle dari bahan isolasi, 13. Isolator
penyangga, 14. Terminal bawah.

25
c. Pengatur busur api listrik, pada pemutus tenaga dengan media gas SF6 ini

prinsip kerjanya adalah seperti terlihat pada gambar 4.3.

Gambar4 3 Prinsip kerja pengatur busur api listrik


.. .
.
.
Prinsip kerja pengatur
3 busur api dapat dijelaskan, yaitu :
3
(a) proses penutupan,
3 yaitu : tabung kontak bergerak yang berhubungan
.
dengan kontak tetap bawah, begerak ke arah bagian-bagian kontak tetap
atas. Sehingga kontak tetap dan kontak bergerak akan terhubung yang
merupakan penghubung arus dari terminal atas ke terminal bawah,

(b) proses pembukaan, yaitu : tabung kontak begerak yang berhubungan


dengan kontak tetap bawah meninggalkan kontak tetap atas. Pertamatama,

26
silinder bergerak akan terpisah dengan jari-jari kontak tetap. Kemudian
jari-jari busur akan terpisah dengan batang-batang busur,

(c) pada saat ujung busur terpisah dengan batang-batang busur akan terjadi
loncatan, busur api segera dipadamkan oleh hembusan gas SF 6, untuk
membuka dan menutup dari pemutus tenaga adalah dengan menaikkan dan
menurunkan posisi dari kontak bergerak yang terhubung pada batang
penggerak yang digerakkan oleh mekanis penggerak.

(d). .Bagian penyangga, terbuat dari porcelain, dipasang vertikal pada


rangka tangki dan berfungsi sebagai penyangga dari ruangan pemutus
tenaga. Dalam bagian ini terdapat batang penggerak dari bahan isolasi dari
mekanis penggerak pemutus tenaga. Sedangkan gas SF6 di dalam bagian
penyangga berfungsi untuk mengisolasi antara bagian-bagian yang
bertegangan dan bagian yang bertegangan dengan badan.

(e)Mekanis penggerak, mekanis penggerak berfungsi untuk menggerakkan


kontak bergerak, sebagai media untuk pemutusan dan penutupan dari
pemutus tenaga.

Pemutusan dan penutupan oleh mekanis penggerak dapat secara :

a. Mekanis

b. Pneumatic

c. Hidrolis

d. Elektris

Pemilihan mekanis penggerak ini tergantung pada perencanaan pemutus


tenaga dan letak pengoperasiannya.

27
4.3 Pemakaian Pemutus Tenaga SF6 Pada Peralatan Hubung
Hal utama yang penting dari pemutus tenaga ini di dalam pemakaiannya pada
peralatan hubung jaringan tegangan menengah, yaitu :

a. Instalasinya yang mudah

b. Perawatan yang tidak rumit

c. Pada operasi mekanis, kekuatan dan daya tahan dapat mencapai lebih dari
30 tahun

d. Operasi optimum yang aman

Kontak-kontak pemutus tenaga media SF6 tidak memerlukan perawatan,


karena kontak-kontak tertutup rapat dalam tabung. Pemutus tenaga ini diperlukan
penggantian jika telah memutuskan arus hubung singkat yang besar sebanyak 10
kali.

Permukaan elektroda kontak-kontak pemutus tenaga media SF6 harus halus,


agar proses ionisasinya merata. Dengan permukaan elektroda yang kasar akan
mempengaruhi tegangan breakdown.
Gas SF6 bersifat elektronegatif, yang membuat pemutus tenaga dengan media ini
sangat ideal, yaitu :

a. Pada panas yang tinggi yang dihasilkan oleh busur api terjadi
penghamburan gas yang sangat cepat.

b. Terjadi penggabungan kapasitansi kekuatan dielektrik yang sangat cepat


antar kontak secara spontan.

Pada gambar 4.6 diberikan grafik tegangan breakdown antara dua elektroda
dengan jarak 1 cm sebagai fungsi pemutus tekanan absolut.

28
G ambar 4.4 G rafik tegangan breakdown dua elektroda

Dari gambar 4.4 terlihat bahwa tegangan breakdown akan bertambah sesuai
dengan bertambahnya tekanan.

Pada tabel 4.1 diberikan karakteristik listrik pemutus tenaga SF 6 yang


dipergunakan pada panel tegangan menengah.

Tabel 4.1 Karakteristik listrik pemutus tenaga SF6 pada panel tegangan menengah

Tegangan 24 kv
Arus 630 A
Luas penampang 78,54 mm2
Massa material 0,699 kg / m
Tahanan panas 100 mm2 / km
Spesifik heat 40 cal / gr / detik
Panjang konduktor 0,5 km
Arus gangguan ( I2 ) 325 A
Temperatur tertinggi 500C
Temperatur tertinggi pada material 400C
Panas yang diberikan pada bahan kontak 300C

29
Panas yang ditimbulkan 200C

4.4 Pemutus Tenaga Hampa Udara (Vacuum)


Berbeda dengan pemutus tenaga lain, pemutus tenaga hampa ini tidak
menggunakan media seperti cairan atau gas. Di dalam pemutus tenaga hampa
udara ini terdapat suatu wadah dengan kehampaan yang tinggi (+ 10-7 mmHg).
Elemen-elemen kontak dibuka dan ditutup dari luar. Karena ruang yang hampa
sekali mempunyai daya isolasi yang sangat tinggi, gerakan elemen kontak sangat
kecil.

Pada umumnya pemutus tenaga media hampa yang digunakan pada tegangan
menengah/distribusi ini mempunyai penampilan yang kompak dan ringan, waktu
hidupnya panjang, operasinya aman dan bebas pencemaran.
Bentuk yang kompak dari pemutus tenaga membuat ukuran panel hubung
diperkecil dan mengurangi ruang instalasinya. Bentuk yang ringan dari pemutus
tenaga membuat lebih mudah untuk ditempatkan pada panel (cubicle).

Waktu hidup dari kontak pemutus tenaga adalah panjang, dan penggantian dari
pemutus tenaga hampa udara jarang dilakukan.

Pada waktu pengoperasian, suara yang terdengar sangat rendah. Tidak perlu takut
adanya bahaya ledakan dan api. Operasi mekanis dari pemutus tenaga terlindungi
dari debu dan kotoran, karena tertutup oleh rumah dari bahan pelat baja.

Pada gambar 4.5 dijelaskan konstruksi dari pemutus tenaga hampa udara.

30
Gambar 4.5 Pemutus tenaga hampa udara

Keterangan gambar : 1. Plat-plat penahan, 2. Rumah pemutus dari bahan isolasi, 3.


Pelindung kondensasi uap, 4. Kontak bergerak, 5. Kontak tetap, 6. Penahan
fleksibel dari bahan logam, 7. Pelindung penahan fleksibel, 8. Ujung kontak
pemutus tenaga hampa udara dikenal memiliki dua hal penting, yaitu :

a. Kekuatan isolasi yang tinggi

b. Kecepatan pemadaman busur api yang tinggi

Ketika rangkaian arus bolak-balik terbuka oleh pemisahan kontak-kontak di dalam


hampa udara (gambar 3.7), pemutusan terjadi pada arus nol yang pertama dengan
kekuatan dielektrik melalui kontak-kontak dengan kecepatan ribuan kali lebih
tinggi daripada media yang digunakan pada pemutus tenaga konvensional. Hal ini
membuat pemutus hampa udara ini lebih efisien, lebih kecil, dan lebih murah.

31
Waktu hidup pemutus tenaga ini juga lebih panjang dibandingkan pemutus tenaga
konvensional dan tidak diperlukan perawatan.

Pemutus tenaga hampa ini adalah tipe kedap udara (hermentically sealed),
sehingga tidak memasukkan udara luar.

Dengan sepasang kontak-kontak, yang satu bergerak dan yang satunya diam.
Gerakan diatur dari sistem mekanis luar yang dihubungkan dengan kontak
bergerak pemutus tenaga hampa udara.

Ketika kontak tertutup, rangkaian akan bekerja. Ketika kontak terpisah, busur api
listrik akan terbentuk. Busur api akan diikuti dengan uap yang berasal dari katoda.
Partikel uap ini di dalam ruang hampa udara akan dikondensasikan ke dalam
pelindung (metal vapor condensing shield).

Busur api akan padam dengan sendirinya karena tidak ada zat antara (kehampaan
yang tinggi) dalam tabung pemutus tenaga.

Pada arus nol dari gelombang arus bolak-balik, kebanyakan partikel uap telah
dikondensasikan dan kekuatan dielektrik hampa udara kembali seperti semula.
Permasalahan pada pemutus tenaga hampa udara ini adalah pada bahan kontak-
kontak pemutusnya.

4.4.1. Bahan-bahan Kontak


Hal terpenting pada pemutus tenaga hampa udara adalah pemilihan dari bahan
kontak. Bahan kontak pemutus tenaga hampa udara ini harus memenuhi beberapa
syarat tertentu, yaitu :

a. Konduktivitas listrik yang tinggi, baik untuk dapat membawa arus beban

b. Konduktivitas panas yang baik untuk menghamburkan panas yang tinggi


dengan cepat selama terjadinya pembusuran.

32
c. Kerapatan (density) yang tinggi

d. Titik didih yang tinggi untuk mengurangi pengikisan yang disebabkan oleh
busur api

e. Tingkat chopping arus yang rendah, ini diperlukan untuk mencegah


tegangan lebih bilamana terjadi pemutusan arus induktif yang kecil.

Bahan yang mempunyai titik lebur dan titik didih tinggi mempunyai tekanan
uap yang rendah pada temperatur yang tinggi, tetapi sebagai konduktor yang jelek.
Untuk itu dibutuhkan bahan yang dapat memenuhi kriteria di atas.

Karena itu, untuk mendapatkan penggabungan bahan yang berlawanan dalam


satu bahan, harus dikombinasikan dari dua atau lebih logam dan bahan non logam.
Copper, bismuth, copper tellurium, copper thalium, silver bismuth, silver
tellurium adalah beberapa contohnya.

Biasanya bahan campuran yang digunakan pada kontak-kontak pemutus


tenaga hampa adalah dari bahan copper bismuth dan copper chromium. Keandalan
pemutus tenaga akan berkurang jika dalam pemutus terdapat gas.

Jika terdapat gas dalam ruangan pemutus tenaga akan terjadi ionisasi yang lebih
banyak karena benturan partikel dengan atom dan molekul.

33
Gambar 4.6 Waktu hidup busur rata-rata dengan arus dari campuran logam

4.4.2 Konstruksi Dari Kontak Hampa Udara


Pemutus tenaga hampa udara adalah peralatan yang sangat sederhana
seperti yang diperlihatkan pada gambar 4.6. Dua buah kontak terdapat di dalam
tabung yang berisi hampa udara.

Kontak satu diam dan kontak satunya bergerak dengan jarak yang pendek.

Pelindung logam yang mengelilingi kontak dan melindungi isolasi tabung.

Konstruksi hampa udara ini terdiri dari dua bagian, yaitu :

a. Ruangan/kamar (chamber)

b. Operasi mekanis

34
4.4.2.1 Kamar (chamber) Hampa Udara
Terbuat dari bahan sintetik seperti urathane foam yang tertutup bahan
fibre glass atau porcelain. Di dalam chamber terdapat dua buah kontak dan
fleksibel logam. Fleksibel logam, umumnya terbuat dari baja yang digunakan
untuk penghembus gerakan batang kontak gerak yang dihubungkan dengan
mekanis penggerak luar.

4.4.2.2 Operasi Mekanis


Pada umumnya pemutus tenaga ini menggunakan mekanis penggerak
untuk menggerakkan kontak gerak yang terdapat dalam tabung. Mekanis
penggerak ini terdapat di luar tabung yang dihubungkan dengan kontak gerak.
Operasi mekanis umumnya menggunakan sistem pegas.

Pada umumnya operasi mekanis dikenal dalam dua macam, yaitu operasi solenoid
dan operasi mekanis spring. Kedua metode tersebut adalah :

a. Tipe solenoid, pada operasi penutupan, dilakukan dengan menggunakan


gaya tarik dari listrik magnet.

b. Tipe motor spring (pegas), ada operasi penutupan dengan menggunakan


energi yang tersimpan dalam sebuah pegas pengisian oleh motor listrik.

4.5. Pemakaian Pemutus Tenaga Hampa Udara Pada Peralatan Hubung

Pemutus tenaga hampa udara mempunyai waktu hidup yang panjang,


operasinya aman, bentuknya yang kompak dan ringan serta bebas dari
pencemaran. Penggantian dari pemutus tenaga hampa udara jarang dilakukan.
Pada waktu pengoperasian, suara yang terdengar sangat rendah. Tidak perlu takut
adanya bahaya ledakan dan api.
4.6. Perhitungan Short Time Current Pada Pemutus Tenaga Saluran
Tegangan Menengah
Persamaan untuk menghitung temperatur rise dari material, adalah [2] :
θ=θ2 − θ1 (4.1)

35
Dan, persamaan untuk menghitung tahanan konduktor atau kontak adalah sebagai
berikut [2] :

l
R=p. A (4.2)

Dimana :

p = tahanan spesifik

l = panjang konduktor

A = luas penampang

Dan persamaan untuk menghitung efisiensi thermis, adalah [3] :

Panas yang diberikan pada bahan kontak


n= (4.3)
Panas yang di timbulkan

Bila dimisalkan :

M = masa dari material yang dipanaskan oleh arus

S = spesifik heat dari material kontak (cal / gr / detik)

θ = temperatur rise dari material

n = efisiensi thermis maka

maka [3] :

36
M θ S = 0,24. I 2 . R. t. n

Jadi, apabila diketahui M, θ, S, R, n dan t = 1 detik, maka besarnya I (short


time current test) dapat ditentukan, yaitu [3] :

I=
√M θ S
0,24 R .t . n
(4.5)

4.7. Perhitungan Waktu Hubung Singkat

Lamanya waktu hubung singkat, adalah [2] :

K 2 A2
t= (4.6)
I2

Dimana :

t = lamanya hubung singkat (detik)

K = konstanta (0,0113)

A = luas penampang (mm2)

I = harga dari arus hubung singkat (ampere)

4.8 Perhitungan Jumlah Angka Pemutusan (Number of Switching)

Jumlah angka pemutusan (number of switching) n, adalah sekian kali PMT


membuka atau memutus arus. Pada saat terjadi pemutusan arus beban atau
manipulasi jaringan n adalah l, tetapi bila pembukaan pemutus tenaga disebabkan
karena arus gangguan (lebih besar dari arus nominal) pemutus tenaga, maka n ≠ l.

37
Tetapi dinyatakan n1 (n Ekivalen) dan besarnya tergantung pada arus gangguan,
dan dinyatakan dengan rumus [3] :

1,5
I2
n1=¿ ¿
300
[]
I1
(4,7)

Dimana :

I1 = arus kapasitas pemutusan (breaking capacity)

I2 = arus gangguan

I2 atau arus gangguan daoat diukur pada gardu-gardu distribusi yang dilengkapi
dengan alat antara lain oscillopertubograph.
4.9. Perhitungan Daya

Untuk perhitungan daya yang dapat disalurkan melalu pemutus tenaga,


digunakan persamaan [1] :

P = √3 . V . I (3.8)

Dimana :

P = daya yang disalurkan (KVA)

V = tegangan nominal (volt)

I = arus nominal (ampere)

BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil yang didapat selama praktek kerja di Gardu Induk 150 KV
Panton Labu , maka penulis dapat menarik kesimpulan yaitu:

38
1. Tipe pemutus tenaga dengan media gas SF6 mempunyai sifat pemadaman
yang lebih baik dibandingkan pemutus tenaga lainnya, karena sifatnya
yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak mudah terbakar, dan tidak
beracun.

2. Pemeliharaan terhadap PMT suatu kegiatan yang penting, karena


pemeliharaan yang baik akan memperpanjang umur  peralatan dan akan
menjamin berfungsinya  peralat dengan baik. Pemeliharaan tersebut
dilakukan pada pengukuran tahanan isolasi, tahanan kontak,
breakeranalizer dan juga tahanan pentanahan pada PMT

3. Di dalam Gardu Induk 150 KV Panton  bahwa PMT (Pemutus Tenaga)


berfungsi sebagai alat pembuka atau penutup suatu rangkaian listrik dalam
kondisi berbeban, serta mampu membuka atau menutup saat terjadinya
arus gangguan (hubung singkat)  pada jaringan atau peralatan lain

4. Pemeriksaan atau monitoring dilaksanakan oleh operator setiap saat


dengan sisten chek list atau catatan saja. Untuk pemeliharaan harus
dilaksanakan oleh regu pemeliharaan.
5. Pemeliharaan dapat dibedakan antara pemeriksaan atau monitoring, dalam
keadaan operasi dan pemeliharaan (kalibrasi/pengujian, koreksi/resseting,
serta perbaikan) dalam keadaan padam.
6. Faktor yang paling dominan dalam pemeliharaan peralatan listrik tegangan
tinggi adalah pada sistem isolasi. Atas dasar kemampuan isolasi inilah
kemampuan pengoperasian peralatan dapat ditentukan. Isolasi dapat
terbuat dari bahan padat atau cair (minyak).

5.2. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan hasil selama
mengikuti Praktek Kerja adalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jaringan perlu di pertahankan sehingga


dapat meningkatkan kualitas pelayanan maupun kualitas penyaluran
tenaga listrik secara keseluruhan.

39
2. Bila dilihat dari analisis, PMT memang masih mampu melindungi
peralatan dari trip/hubung singkat, tetapi kemungkinan kegagalan
perlindungan masih terjadi, untuk itu disarankan melakukan
pengecekan/pengujian terhadap PMT untuk memastikan umur komponen
lebih lama dan unjuk kerja yang lebih baik, normal sesuai dengan
fungsinya
3. Pemeliharaan PMT 150kv dengan thermovisi sebaiknya juga dilakukan
saat pagi menjelang siang hari, hal ini bertujuan untuk menghindari
meningkatnya temperatur PMT 150KV akibat sinar matahari.
4. Perlu penambahan fasilitas belajar yang mendukung seperti buku-buku
yang ada di  perpustakaan.

40

Anda mungkin juga menyukai