Laporan Praktik Industri ini disusun dalam rangka kelulusan Mata Kuliah Praktik
Industri dengan pembimbing
Disusun oleh :
Moch Ihsan Pauji
NIM : 1902255
TEKNIK ELEKTRO
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2023
i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI
Disusun Oleh:
Nama : Moch Ihsan Pauji
NIM : 1902255
Program Studi : Teknik Elektro – S1
Disetujui oleh,
Ketua Praktik Industri, Dosen Pembimbing,
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Teknik Elektro
ii
ABSTRAK
Dalam mewujudkan ketersediaan energi listrik yang andal, gardu induk memiliki
peran yang sangat penting sebagai pusat pengaman peralatan sistem tenaga listrik,
dan juga sebagai pengatur kebutuhan beban tenaga listrik. Gangguan yang sering
terjadi di gardu induk menjadi tolak ukur baik tidaknya atau andal tidaknya suatu
sistem dalam penyaluran dan penyediaan tenaga listrik. Gangguan yang terjadi bisa
dikurangi dengan melakukan tindakan pemeliharaan rutin yang mana salah satu
pemeliharaannya adalah pengukuran suhu pada peralatan gardu induk yang biasa
disebut dengan thermovisi. Thermovisi merupakan kegiatan pengukuran suhu yang
menggunakan alat thermal imagers dimana alat tersebut bisa memvisualkan juga
mendeteksi suhu yang bisa ditampilkan pada alat tersebut, karena dilengkapi
dengan teknologi inframerah sehingga kita bisa mengetahui nilai suhu dan juga titik
panas pada sambungan peralatan gardu induk. Tujuan diadakannya penelitian ini
adalah untuk mengetahui cara melakukan pengukuran thermovisi, mengetahui
kondisi peralatan melalui pengujian thermal imagers dengan melihat perbandingan
suhu antra sambungan klem dan konduktor pada peralatan dengan pendekatan
kriteria ΔT, mengetahui nilai emisivitas dari suatu peralatan yang ada di Gardu
Induk Padalarang Baru 150 kV pada Bay Trafo 4 Serta memberi rekomendasi
tentang tindakan yang dapat dilakukan pada peralatan setelah dilakukan analisis
thermovisi. Hasil dari penelitian ini didapat bahwa selisih suhu antara klem dan
kondukor yang diambil dari 27 sampel didapat bahwa 1 sambungan dalam kondisi
periksa saat pemeliharaan dan 26 sambungan dalam kondisi baik.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T , tidak lupa shalawat
beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada junjunan alam Nabi Muhammad
S.A.W. Semoga umatnya tetap dalam lindungan keberkahan Allah S.W.T.
Sehingga penulis bisa menyelesaikan Praktik Industri 2022 yang bertempat di PT.
PLN (persero) Gardu Induk Padalarang Baru dengan lancar. Laporan ini disusun
sebagai pertanggung jawaban kegiatan selama Praktik Industri berlangsung dan
bertujuan untuk memenuhi nilai mata kuliah Praktik Industri. Tidak lupa juga
penulis ucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang banyak membantu
diantaranya :
1. Bapak Dr. Yadi Mulyadi, M.T. selaku Ketua Departemen Pendidikan Teknik
Elektro, Universitas Pendidikan Indonesia.
2. Bapak Iwan Kustiawan, S.Pd.,M.T., Ph.D Selaku Ketua Program Studi Teknik
Elektro S-1, Universitas Pendidikan Indonesia.
3. Bapak Dr. H. Bambang Trisno, MSIE. selaku Ketua Praktek Industri
Departemen Pendidikan Teknik Elektro, Universitas Pendidikan Indonesia.
4. Bapak Dr. Elih Mulyana, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahannya kepada penulis selama menyusun laporan ini.
5. Pihak PT PLN (PERSERO) GARDU INDUK PADALARANG BARU, Bapak
Asep Solihudin S. Selaku spv GI Padalarang baru, Kang Megi Girah, Kang
Aceng Ridwan, dan Kang Hery Eryanto selaku pembimbing lapangan yang
telah membantu banyak dalam pelaksanaan Praktik Industri.
6. Seluruh keluarga terutama Ibunda tercinta Tin Kartini dan Bapak tersayang
Nana, yang telah memberi dukungan berupa limpahan do’a selama praktik
industri ini, terutama selama menjalani masa kuliah ini.
7. Semua pihak yang sudah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan
praktik industri.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan ini. Karenanya,
penulis mengharapkan masukan atau saran yang membangun. Semoga dengan
adanya laporan ini dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya bidang elektro.
iv
Bandung, 9 Septermber 2022
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 44
LAMPIRAN .......................................................................................................... 46
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Energi listrik sudah menjadi suatu kebutuhan utama yang selalu diperlukan oleh
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari dalam berbagai bidang.
Kebutuhan energi listrik terus meningkat sampai saat ini karena adanya
perkembangan teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan yang mana kebutuhan
energi listrik akan terus bertambah dan diperkirakan tahun – tahun kedepanya akan
bertambah berkali – kali lipat dari tahun – tahun sebelumnya.(Utomo, 2018).
Menjaga kualitas dan kontinuitas energi listrik yang baik menjadi tanggung jawab
dari PT. PLN selaku perusahaan yang mengelola listrik di Indonesia agar peralatan
listrik yang digunakan masyarakat dan mesin yang ada di industri dapat bekerja
secara baik dan optimal (Wijaya, 2016). Dalam mencapai energi listrik dengan
kualitas dan kontinunitas yang baik maka di perlukananya keandalan suatu
peralatan listrik yang baik pula Dimana peralatan tersebut harus selalu dipantau
dan dirawat dengan baik, untuk itu perlu adanya pemeliharaan pada peralatan agar
mencegah terjadinya gangguan yang dapat mengakibatkan rusaknya sistem.
(Muhtar & Baqaruzi, 2020).
Salah satu bentuk gangguan yang dapat terjadi adalah adanya suhu panas atau hot
point pada bagian sambungan terminal antar konduktor dengan peralatan yang
terpasang pada gardu induk. Pada saat sedang pengoprasian gardu induk, peralatan
yang sedang beroprasi akan mengalami pemanasan dikarenakan rugi arus yang
mengalir pada konduktor oleh hambatan dan juga adanya peralatan yang digunakan
sudah lama. Adanya suhu panas ini dapat berakibat fatal terhadap peralatan apabila
terjadi terus menerus atnpa adannya pemeriksaan dan pemeliharaan yang rutin
(Anwar, 2018).
Berdasarkan hal tersebut dilakukan uji thermovisi pada Gardu Induk Padalarang
Baru 150 kV. Uji pengukuran ini menggunakan bantuan alat yang bernama thermal
imagers untuk mengetahui nilai suhu sambungan konduktor dengan melihat sinar
inframerah yang dipancarkan oleh thermal imagers yang kemudian divisualkan
1
melalui display/ monitor. Prinsip kerja dari pengukuran ini yaitu, dengan
menghitung nilai perbandingan energi yang diradiasikan oleh objek terhadap energi
yang diradiasikan oleh benda hitam pada suhu dan gelombang yang sama. Radiasi
thermal adalah energi yang dipancarkan oleh sebuah benda atau permukaan karena
temperatur yang dimilikinya. Temperatur merupakan besaran skalar yang dimiliki
oleh semua sistem termodinamika sehingga kesamaan suhu adalah syarat yang
perlu dan cukup untuk keseimbangan thermal. Alat untuk melakukan pengamatan
dan pencarian nilai emisivitas objek yaitu alat Thermovisi Satir D600. Dengan
demikian dapat dideteksi peralatan yang ada di switchyard dalam keadaan baik atau
rusak. Kemudian dari pengamatan tersebut akan dicari perhitungan dengan metode
validasi untuk mendapatkan uji presisi dan akurasi yang baik. Pengukuran
dilakukan pada bagian konduktor dan bagian klem yang ada pada bay TRAFO 4
Gardu Induk Padalarang Baru.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksaan Kerja Praktek di PT. PLN (Persero) Unit Induk
Transmisi Jawa Bagian Tengah-Unit Pelaksana Transmisi Bandung GI 150 kV
Padalarang Baru adalah:
1. Mengetahui cara melakukan pengukuran Thermovisi pada Peralatan GI
Padalarang Baru
2. Mencegah dan memperkecil Gangguan dengan memastikan suhu pada klem
peralatan masih berada pada kondisi baik/normal.
3. Mengetahui nilai Emisivitas pada peralatan.
2
1.4 Metode Pengumpulan data
3
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Perusahaan Listrik Negara (PLN) atau nama resminya adalah PT. PLN
(Persero) adalah sebuah BUMN yang mengurusi semua aspek kelistrikan yang ada
di Indonesia. Sripeni Inten Cahyani merupakan Plt Direktur Utama saat ini setelah
sebelumnya Direktur Utama PLN yaitu Sofyan Basyir mengundurkan diri dari
jabatanya.
PT. PLN (Persero) Gardu Induk Padalarang Baru yang terletak di Jalan Raya
Purwakarta No 66 Padalarang Bandung Barat ini merupakan salah satu unit PLN di
bawah kementerian BUMN bergerak dibidang kelistrikan. PT. PLN Gardu Induk
Padalarang Baru mengelola dan mengoperasikan sistem penyaluran tenaga listrik
di wilayah Padalarang dan sekitarnya khususnya menyalurkan tenaga listrik untuk
kebutuhan Industri. Aset yang dimiliki Gardu Induk Padalarang Baru ini yaitu 4
Buah Bay Trafo yang masing – masing memiliki kapasitan 60 MVA, 1 Bay Kopel
, dan 10 Bay Penghantar,dan 1 Bay Capasitor. Gardu Induk 150 kV Padalarang
Baru ini menerima energy listrik dari PLTA Jati Luhur dan PLTA Cirata.
4
2.2 Visi, Misi, Moto, Nilai Dasar Budaya, Logo Prusahaan dan
Kewajiban Pegawai PLN
“Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang, Unggul dan
Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani”
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada
kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan
2.2.3 Moto Perusahaan
Listrik Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik ( Electricity For better Life )
5
2. Berbagi pengetahuan dan pengalaman.
3. Berinovasi.
Pihak-pihak yang Wajib Melaksanakan Pedoman Perilaku PLN
a. Mulai dari Direksi, Komisaris, pemimpin Unit sampai dengan pegawai.
b Anak Perusahaan
c. Perusahaan Afiliasi.
d. Pihak ketiga (konsultan, pemasok, IPP, Outsourcing, mitra kerja,
kontraktor,AKLI, vgdan konsuil.
2.2.5 Logo Perusahaan
6
pelanggannya. Warnanya yang merah melambangkan kedewasaan PLN sebagai
perusahaan listrik pertama di Indonesia dan kedinamisan bergerak laju perusahaan
beserta tiap insan perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan
perkembangan zaman.
Memiliki arti gaya rambat energy listrik yang dialirkan oleh tiga bidang usaha
utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan distribusi
yang seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT. PLN (Persero) guna
memberikan layanan terbaik bagi pelanggan. Diberi warna biru untuk menampilkan
kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik tetap selalu diperlukan
dalam kehidupan manusia. Disamping itu biru juga elambangkan keandalan yang
dimiliki insan – insan perusahaan dalam memberikan layanan terbaik bagi para
pelanggannya.
7
Mendorong terbangunnya perilaku etis dalam melaksanakan pekerjaan agar
tercapai kinerja individu dan kinerja perusahaan yang terbaik.
Mencegah terjadinya masalah kepatuhan :
-Sosialisasikan kebijakan yang berlaku.
-Sediakan fasilitas informasi untuk memahami semua kebijakan yang
berlaku.
Mendeteksi permasalahan:
-Mengembangkan sistem pengaduan yang efektif.
- Mengontrol secara berkala untuk meminimalkan pelanggaran.
Merespon permasalahan.
- Melakukan tindakan koreksi bila ada permasalahan.
- Memberikan penghargaan kepada pegawai yang menjadi teladan di tempat
kerjanya.
- Memberikan hukuman bagi yang melanggar
- Melaporkan sesuai prosedur yang berlaku.
8
Terpercaya :
1. Memegang teguh etika bisnis.
2. Konsisten memenuhi standar layanan yang dijanjikan.
3. Menjadi perusahaan favorit para pihak yang berkepentingan.
Potensi Insani :
1. Berorientasi pada pemenuhan standar etika dan kualitas.
2. Kompeten, profesional dan berpengalaman.
9
4. Menyediakan informasi yang aktual, akurat dan prospektif.
C. Hubungan dengan mitra kerja/pemasok
1. Menjaga dan mengutamakan kepentingan perusahaan.
2.Menilai secara Obyektif.
3.Membuat perjanjian kerja yang saling menguntungkan.
D. Hubungan dengan pesaing
1. Melakukan persaingan yang sehat dengan mengandalkan keunggulan produk
dan pelayanan.
2. Menjadikan pesaing sebagai pemicu peningkatan diri.
3. Menjaga kerahasiaan data dan informasi.
E. Hubungan dengan pemerintah/ DPR
1. Mendukung program dan menjaga kepercayaan pemerintah/DPR.
2. Memberikan laporan data secara benar dan akurat.
3.Membina hubungan yang harmonis dan konstruktif.
F. Hubungan dengan masyarakat
1. Melaksanakan program Corporate Social Responsibility.
2. Menghormati tata nilai daerah
3. Menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan
G. Hubungan dengan media massa
1.Menerima dan menindaklanjuti kritik-kritik membangun dengan
memperhatikan bjaspek risiko dan biaya.
2. Memberikan informasi yang aktual, relevan dsn berimbang.
H. Hubungan dengan organisasi profesi/institusi pendidikan
1. Menerapkan standar-standar dan sertifikasi yang disepakati bersama.
2.Memberikan kesempatan dalam bidang pendidikan, penelitian,dan
pengembangan masyarakat.
3. Menjalin kerjasama secara berkelanjutan
I. Hubungan dengan penegak hukum
1. Obyektif, transparan, dan taat aturan.
2. Melaksanakan program konsultatif dan bantuan hukum sesuai peraturan yang
berlaku.
10
3. Menjalin kerjasama dalam upaya menjaga keamanan dan keselamatan asset
perusahaan.
Sesuai anggaran dasar, maksud dan tujuan PT. PLN (Persero) Gardu Induk
Padalarang Baru ialah untuk menyelenggarakan usaha ketenagalistrikan
bedasarkan prinsip industri dan niaga yang sehat dengan menerapkan prinsip-
prinsip perseroan terbatas. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, PT. PLN
(Persero) Gardu Induk Padalarang Baru mempunyai kegiatan usaha sebagai berikut:
1. Penyediaan dan penyaluran tenaga listrik yang bermutu dengan keandalan yang
baik.
2. Pemeliharaan dan pengoperasian peralatan ketenaga listrikan.
3. Kesiapan operasi di system ketenagalistrikan.
4. Usaha yang berkaitan dengan kegiatan perseroan dalam rangka memanfaatkan
secara maksimal potensi yang dimiliki.
Dalam sistem penyalurannya Gardu Induk 150 kV Padalarang Baru ini, awal
mulanya terinterkoneksi dengan diawali dari pembangkit Cirata dan Jati luhur , lalu
disalurkan energy itu ke 4 buah trafo daya dengan rata rata 30 MW setiap harinya.
1
TRAFO # 1 UNINDO (INDONESIA) 60 MVA
11
2
TRAFO #2 SHANDONG (CHINA) 60 MVA
3 CG PAUWELS
TRAFO #3 60 MVA
(INDONESIA)
4
TRAFO #4 UNINDO (INDONESIA) 60 MVA
Untuk menyalurkan energy listrik memerlukan media saluran udara yang terbuat
dari baja dan aluminium sebagai penghantar dan di topang oleh menara-menara
tower. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Jati Luhur – Padalarang
Baru merupakan asset yang dimiliki Gardu Induk 150 kV Padalarang Baru. Tower
yang terbentang dari GI ke GI ini memiliki jumlah 80 Tower. Dalam
pengelolaannya SUTT 150 kV Padalarang ada beberapa hal yang menjadi faktor
penentu tersalurkannya tenaga listrik secara terus menerus, diantaranya adalah
kondisi menara tower dan penghantar.
12
Job Description adalah pernyataan tertulis mengenai gambaran tugas suatu
pekerjaan yang berisi tujuan dari dibentuknya suatu jabatan tentang apa yang harus
dilakukan oleh si pemegang jabatan, bagaimana suatu pekerjaan di lakukan,
sehingga hubungan antara suatu posisi lainnya diluar lingkup pekerjaannya dapat
tercapai tujuan perusahaan secara luas.
Keterangan :
MAN : Manager
SPV : Supervisi
JT : Junior Technision
13
HARJAR : Pemeliharaan Jaringan
1. Manager ( MAN )
Bertanggung jawab atas rencana kerja dan anggaran (RKA) di area Unit Pelayanan
Transmisi, melaksanakan pengelolaan aset sistem transmisi, pengendalian investasi
sistem transmisi dan logistik, melaksanakan pemeliharaan instalasi penyaluran
tenaga listrik di wilayah kerjanya yang meliputi fungsi pemeliharaan melakukan
penyelesaian permasalahan sosial dan hukum terkait right of way (ROW) serta
mengelola bidang administrasi dan keuangan, hubungan masyarakat dan
Coorporate Social Renponsibility (CSR), untuk mendukung kegiatan pemeliharaan
instalasi dengan mengacu pada strategi dan kebijakan Unit Induk Transmisi.
14
Mengusulkan perencanaan dan evaluasi pengembangan instalasi penyaluran,
rancangan desain enjiniring, perencanaan dan evaluasi instalasi penyaluran,
mengelola data pengusahaan, kesiapan penyaluran, teknologi informasi, serta
sistem lingkungan dan keselamatan ketenaga listrikan untuk mencapai target
kinerja.
Mengelola operasi dan Pemeliharaan (Inspeksi Level 1 dan 2) secara real time,
sarana dan keamanan fisik serta melaksanakan trouble shooting untuk memperoleh
15
kesiapan instalasi Gardu Induk & Jaringan, serta melaksanakan program Aman,
Bersih, Hijau (ABH).
16
2. Remote GI, yaitu sistem pengoperasian remote melalui panel control di Gardu
Induk 150 kV.
3. Remote Supervisi, yaitu sistem pengoperasian remote dari area pengaturan
Beban Control Center/RCC
BAB III
STUDI PUSTAKA
Gardu induk merupakan suatu sistem Instalasi listrik yang terdiri dari
jaringan Transmisi ke jaringan Distribusi Primer. Dalam sebuah gardu induk itu
terdiri dari beberapa bay, yang mana bay merupakan suatu area di Gardu Induk
peralatan yang terpasang misalnya Bay penghantar, Bay Trafo, Bay Kapasitor, Bay
tenaga, Saluran Udara TT, Saluran Kabel TT dan peralatan listrik lainnya untuk
17
menerima dan menyalurkan tenaga listrik/daya listrik (PT. PLN (Persero)
B. Ligthning Arrester
pengaman instalasi (peralatan listrik pada instalasi Gardu Induk) dari gangguan
tegangan lebih akibat sambaran petir (ligthning Surge) maupun oleh surja hubung
( Switching Surge ) (PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban
Jawa-Bali, 2013).
18
Gambar 3. 2 Lighting arrester
sumber : dokumentasi pribadi
C. Transformator instrument atau Transformator ukur
Transformator Tegangan t
menurunkan tegangan tinggi menjadi tegangan rendah yang dapat diukur dengan
Voltmeter yang berguna untuk indikator, relai dan alat sinkronisasi (PT. PLN
19
Gambar 3. 3 trafo tegangan
sumber : dokumentasi pribadi
Transformator Arus
ratusan amper lebih yang mengalir pada jaringan tegangan tinggi. Jika arus yang
mengalir pada tegangan rendah dan besarnya dibawah 5 amper, maka pengukuran
dapat dilakukan secara langsung sedangkan untuk arus yang mengalir besar, maka
harus dilakukan pengukuran secara tidak langsung dengan menggunakan trafo arus
(sebutan untuk trafo pengukuran arus yang besar). Disamping itu trafo arus
berfungsi juga untuk pengukuran daya dan energi, pengukuran jarak jauh dan rele
proteksi (PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa-Bali,
2013).
20
Gambar 3. 4 trafo arus
sumber : dokumentasi pribadi
D. Saklar Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DS)
instalasi lain yang bertegangan. PMS ini boleh dibuka atau ditutup hanya pada
rangkaian yang tidak berbeban (PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur
21
Gambar 3. 5 PMS atau DS
sumber : dokumentasi pribadi
E. Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB)
PMT atau Circuit Breaker adalah peralatan switching mekanis, yang mampu
menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi normal dan mampu
menutup, mengalirkan (dalam waktu periode tertentu) dan memutus arus beban
Fungsi utamanya adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu rangkaian listrik
dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau menutup saat terjadi arus
gangguan (hubung singkat) pada jaringan atau peralatan lain (PT. PLN (Persero)
22
Gambar 3. 6 PMT
pada konduktor pada saat akan dilakukan perawatan atau pengisolasian suatu
sistem. Sakelar Pentanahan ini dibuka dan ditutup hanya apabila sistem dalam
keadaan tidak bertegangan (PMS dan PMT sudah membuka) (PT. PLN (Persero)
23
Gambar 3. 7 PMS tanah
sumber : dokumentasi pribadi
G. Rele Proteksi dan Papan Alarm (Announciator)
Rele proteksi yaitu alat yang bekerja secara otomatis untuk mengamankan
pelayanan penyaluran tenaga listrik dengan mutu dan keandalan yang tinggi.
gangguan yang dilengkapi dengan lampu dan suara sirine pada saat terjadi
bekerja dan jenis gangguan yang terjadi (PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat
24
Gambar 3. 8 Rele Proteksi
sumber : dokumentasi pribadi
H. Transformator
menyalurkan daya/tenaga dari tegangan listrik tinggi ke tegangan yang lebih rendah
hukum lorentz dalam menyalurkan daya, dimana arus bolak balik yang mengalir
mengelilingi suatu inti besi maka inti besi itu akan berubah menjadi magnet. Dan
apabila magnet tersebut dikelilingi oleh suatu belitan maka pada kedua ujung
25
Gambar 3. 9 Transformator
sumber : dokumentasi pribadi
Salah satu gangguan internal yang sering terjadi adalah suhu panas pada
sambungan terminal antar kabel konduktor dengan peralatan yang terdapat pada
gardu induk. Suhu (hot point) ini berkaitan erat dengan proteksi dan keandalam
sistem yang ada di switchyard (Anwar, 2018).
26
A. Membandingkan hasil ukur dengan suhu operasi objek.
Yang dimaksud dengan objek lain yang sama yaitu komponen yang mempunyai
1. 0 - 10 : Kondisi Baik
27
jhfjStandar kondisi ini dilihat dari pengukuran suhu perbandingan antara klem dan
konduktor serta arus maksimal yang pernah dicapai dan arus pada saat shooting.
Tahapan untuk mengetahui titik hot spot bay trafo GI Padalarang Baru
digambarkan pada diagram alir penelitian seperti yang ditunjukkan pada Gambar
berikut
Seperti halnya alat pengukur suhu lainnya, alat thermovisi ini juga berfungsi
untuk mengukur suhu pada suatu objek tetapi tanpa harus menyentuh objek
tersebut. Hal ini bisa terjadi karena alat tersebut memancarkan sinar inframerah
28
kemudian menangkapnya kembali radiasi dari objek yang diukur. Pengukuran suhu
dua titik untuk setiap objek titik ukur yaitu Temperatur pada konduktor (T1) dan
Temperatur pada klem (T2). Berikut ilustrasi pengukuran suhu klem terhadap
29
Setelah pengambilan gambar dilakukan,selanjutnya adalah meng-edit hasil dari
untuk mengubah dan menyempurnakan posisi tanda spot pada layar alat
Emisivitas
Emisitivitas dari sebuah bahan adalah rasio dari total energi yang
dipancarkan oleh permukan bahan terhadap energy yang dipancarakan oleh black
body pada suhu dan panjang gelombang yang sama. Emisitivitas adalah sebuah
memperoleh nilai suhu yang akurat dari sebuah pengukuran, jadi harus
acuan di ambil dari table emisivitas yg dikeluarkan oleh fluke Corporation yaitu
2018).
30
Nilai emisivitas akan dicari menggunakan rumus perpindahan radiasi
Keterangan :
e = Emisivitas
A. Uji Presisi
Reference Material (SRM). Pada analisa ini, SRM yang digunakan adalah nilai
emisivitas dari ACSR Alumunium yang memiliki nilai sebesar 0,5. Untuk menguji
tingkat presisi dari pengukuran, maka diperlukan Coeffisien Variation (CV) dan
𝛴(𝑥−𝜶)𝟐
SD = √ (3.2)
𝑛−1
Keterangan :
31
SD = Standard devation (simpangan baku)
B. Uji Akurasi
Reference Material (RSM) yang sesungguhnya. Hasil hitung dari metode validasi
𝜶−𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑺𝑹𝑴
%Recovery = ( ) x 100% (3.3)
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑅𝑀
Keterangan :
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Dapatkan gambar yang fokus. Jika gambar tidak fokus, maka pengukurannya
menjadi salah.
2. Gunakan mode Auto Span/level temperatur pada saat awal, lalu gunakan mode
Manual jika diperlukan untuk mendapatkan contrast dan brightness yang lebih
baik. Pilihlah Palette warna yang sesuai.
3. Target yang diinginkan harus dapat menutupi tanda spot (lingkaran crosshair).
4. Target yang diinginkan harus mencakup spot. Sedapat mungkin gambar diambil
pada jarak terdekat yang bisa dicapai.
5. Saat pengambilan gambar, perhatikan sudut pandang, jangan mengambil
gambar objek pada sudut lebih besar dari 45/50°. Hati hati juga dengan saat
berhadapan dengan objek, jika tegak lurus kita akan berhadapan dengan
pantulan dari tubuh kita.
33
6. Pilihlah suatu daerah pada objek yang memiliki Emisiviti yang tinggi untuk
melakukan pengukuran temperatur.
7. Simpan gambar infra merah yang didapat. Juga simpan gambar visualnya
pada switchyard tidak lepas dari adanya konduktor dan sambungan yang
menyalurkan energi listrik dari satu peralatan ke peralatan lainnya. Konduktor ini
tidak hanya dialiri oleh energi listrik saja tetapi juga bisa melepaskan suhu panas.
pengepresan (untuk tipe press), dan perbedaan bahan pada bidang sambungan.
Gardu Induk yang bertugas. Adapun titik pengukuran antara lain adalah bay
nilai suatu acuan yang ditentukan seperti, suhu sekitar saat pengukuran, ataupun
𝐼𝑚𝑎𝑥
ΔT = (𝐼 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑇ℎ𝑒𝑟𝑚𝑜𝑣𝑖𝑠𝑖)2. ( T klem – T konduktor) (3.4)
Keterangan :
34
ΔT = Selisih suhu klem terhadap konduktor
Klem Kondisi
2 1272 1131 89% 28,3 28,6 0,379
Fasa S Baik
Klem Kondisi
3 1272 1131 89% 28,3 27,5 1,012
Fasa T Baik
Klem Kondisi
4 PMS (1) 1272 1131 89% 29 31 2,530
Baik
Fasa R
Klem Kondisi
5 PMS (2) 1272 1131 89% 28,3 27,3 1,265
Baik
Fasa R
Klem Kondisi
6 PMS (1) 1272 1131 89% 29 31,8 3,542
Baik
Fasa S
Klem Kondisi
7 PMS (2) 1272 1131 89% 28,3 27,4 1,138
Baik
Fasa S
Klem Kondisi
8 PMS (1) 1272 1131 89% 29 29,2 0,253
Baik
Fasa T
35
Klem Kondisi
9 PMS (2) 1272 1131 89% 28,3 27,8 0,632
Baik
Fasa T
Klem Kondisi
10 PMT (1) 1272 1131 89% 27,9 28,2 0,379
Baik
Fasa A R
Klem Kondisi
11 PMT (2) 1272 1131 89% 28,3 27,7 0,759
Baik
Fasa R
Klem Kondisi
12 PMT (1) 1272 1131 89% 27,9 28,2 0,379
Baik
Fasa S
Klem Kondisi
13 PMT (2) 1272 1131 89% 28,3 27,9 0,506
Baik
Fasa S
Klem Kondisi
14 PMT (1) 1272 1131 89% 27,9 28,6 0,885
Baik
Fasa T
Klem Kondisi
15 PMT (2) 1272 1131 89% 28,3 27,5 1,012
Baik
Fasa T
Klem CT Kondisi
16 (1) Fasa 1272 1131 89% 28 27,2 1,012
Baik
R
Klem CT Kondisi
17 (2) Fasa 1272 1131 89% 28,3 25,1 4,048
Baik
R
Klem CT Kondisi
18 (1) Fasa 1272 1131 89% 28 27,2 1,012
Baik
S
Klem CT Kondisi
19 (2) Fasa 1272 1131 89% 28,3 26 2,909
Baik
S
Klem CT Kondisi
20 (1) Fasa 1272 1131 89% 28 26,9 1,391
Baik
T
Klem CT Kondisi
21 (2) Fasa 1272 1131 89% 28,3 27,4 1,138
Baik
T
Klem LA Kondisi
22 1272 1131 89% 28 27,4 0,759
Fasa R Baik
36
Klem LA Kondisi
23 1272 1131 89% 28 27,8 0,253
Fasa S Baik
Klem LA Kondisi
24 1272 1131 89% 28 27,9 0,126
Fasa T Baik
Tabel 2 merupakan data hasil thermovisi serta perhitungan suhu klem terhadap
suhu konduktor di Gardu Induk Padalarang Baru pada bulan September 2022. Dari
data hasil perhitungan suhu di atas dapat dilihat bahwa terdapat 26 sambungan
dalam kondisi baik dan 1 sambungan yang mengisyaratkan kondisi “Periksa saat
Emisivitas adalah rasio dari total energi yang diradiasikan oleh permukaan
energi inframerah oleh black body pada kondisi suhu dan panjang gelombang yang
sama. Nilai emisivitas dari suatu bahan pada dasarnya sudah memiliki nilainya
masing-masing, namun tetap dapat berubah sesuai dengan kondisi bahan tersebut
atau karena keadaan lingkungan dan pembiasan. Nilai emisivitas akan dicari dengan
37
Berikut adalah tabel hasil perhitungan nilai emisivitas dari hasil pengukuran
thermovisi pada bay Trafo 4 Gardu Induk Padalarang Baru pada bulan September
2022:
Suhu klem
Nilai
Nama Peralatan saat
No Emisivitas
shooting
(oC)
1 Klem Fasa R 28,3 0,5057
38
21 Klem CT (2) Fasa T 28,3 0,5057
RSM yang digunakan adalah emisivitas ACSR Alumunium yang bernilai 0,5.
Untuk menguji presisi, maka diperlukan Coeffisien Variation (CV). Sampel yang
39
2 Klem Fasa S 0,5057 0,5033 0,0024 0,0000058
40
23 Klem LA Fasa S 0,5077 0,5033 0,0044 0,0000194
Total 0,0024626
Keterangan :
X = nilai emisivitas
𝛴(𝑥−𝜶)𝟐
SD = √ 𝑛−1
0,0024626
SD = √ = 0,009732183
27−1
0,009732183
CV = ( ) x 100%
0,5
CV = (0,019464366) x 100%
CV = 1,9 %
41
B. Uji Akurasi
Berikut adalah hitungan akurasi pada nilai thermovisi di bay trafo 4 gardu induk
𝜶−𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑺𝑹𝑴
%Recovery = ( )
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑅𝑀
𝟎,𝟓𝟎𝟑𝟑−𝟎,𝟓
%Recovery = ( )
0,5
%Recovery = 0,0066
%Recovery = 0,66%
Di temukan bahwa akurasinya = 100% - 0,66%= 99,34%
Dari hasil perhitungan akurasi di atas, akurasi perhitungan pada bay trafo 4 GI
42
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
43
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, S. (2020). Analisa Pengecekan Peralatan Arrester Menggunakan
Thermovisi pada Bay Indarung 1 Gardu Induk Pauh Limo. Jurnal Teknik
Elektro ITP, 9(1), 1–5. https://doi.org/10.21063/jte.2020.3133901
PT. PLN (Persero). (2014). Buku Pedoman Trafo Arus. Buku Pedoman
Pemeliharaan, 0520-2.K/DIR, 1–4.
PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa-Bali. (2013).
Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali.
PT PLN (Persero), September, 513. https://pdfcoffee.com/buku-rele-
proteksipdf-pdf-free.html
44
Putra, R. R. (2018). Thermovisi Dalam Melihat Hot Point Pada Gardu Induk 150
KV PALUR. Fakultas Teknik Elektro, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
15.
Utomo, M. (2018). Dampak lingkungan pusat listrik tenaga fosil dan prospek pltn
sebagai sumber energi listrik nasional . Jurnal BATAN, 1, 39–50.
45
LAMPIRAN
46
47
48
49
50
51
52