Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata
kuliah Kerja Praktek Industri Program Studi Teknik Elektro Universitas
Negeri Medan
Oleh:
Johannes Kevin Purba
5163230022
Oleh :
Johannes Kevin Purba
5163230022
_____________________________________________________
i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK INDUSTRI
PT. PLN (PERSERO) UNIT PELAKSANA PEMBANGKITAN BELAWAN
Oleh :
Johannes Kevin Purba
5163230022
_____________________________________________________
Safaruddin N.D
ii
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK INDUSTRI (KPI)
NIM : 5163230022
Dr. Juaksa Manurung. M.Si Ir. Abdul Hakim Butar Butar, MT., Ph.D
NIP. 195511241985031001 NIP. 19600429198601100
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya, penulis
dapat menyelesaikan laporan akhir pelaksanaan Kerja Praktek Industri ini.
Laporan akhir pelaksanaan Kerja Praktek Industri ini merupakan tugas individu
untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah Kerja Praktek Industri (semester VIII).
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan akhir pelaksanaan Kerja
Praktek Industri ini tidak terwujud tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Negeri Medan.
2. Bapak Dr. Salman Bintang, M.Pd., selaku ketua jurusan Pendidikan
Teknik Elektro
3. Bapak Dr. Adi Sutopo, MT., selaku ketua prodi Teknik Elektro.
4. Bapak Dadang Mulyana selaku sekretaris jurusan Pendidikan Teknik
Elektro.
5. Bapak Dr. Adi Sutopo, M.Pd., MT., selaku Pembimbing Akademik dan
Penguji
6. Bapak Dr. Agus Junaidi, ST., MT., selaku dosen pembimbing Kerja
Praktek Industri.
7. Bapak Drs. Juaksa Manurung, S.T., M.Si, selaku dosen Penguji.
8. Bapak Ir. Abdul Hakim Butar-butar, M.T., Ph.D selaku dosen Penguji.
9. Bapak Syahminan Siregar selaku Manager PT. PLN (Persero) Unit
Pelaksana Pembangkitan Belawan.
10. Bapak Safaruddin, selaku PLH Supervisor Pemeliharaan Listrik PLTU
11. Seluruh Staf pemeliharaan listrik PLTU.
12. Seluruh Outsourcing pemeliharaan listrik PLTU.
13. Keluarga tercinta yang telah begitu tulus memberikan semangat, dorongan
dan doa yang bermanfaat bagi penulis.
iv
14. Teman – teman Mahasiswa Teknik Elektro UNIMED angkatan 2016 yang
telah banyak membantu penulis dan memberikan dukungan dalam
menyusun laporan Kerja Praktek Industri ini sampai selesai.
15. Semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan Kerja Praktek
Industri ini yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.
Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan
yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan laporan Magang ini, saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya tulis ini ada manfaatnya bagi
pihak yang membutuhkan.
Penulis,
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
DAFTAR TABEL....................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Struktur Organisasi....................................................................................5
A. Landasan Teori..........................................................................................8
B. Pengalaman Lapangan.............................................................................21
C. Pembahasan.............................................................................................34
BAB IV PENUTUP..............................................................................................41
A. Kesimpulan..............................................................................................41
B. Saran........................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................43
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Area PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan Belawan
tampak atas...............................................................................................................4
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan
Belawan....................................................................................................................6
Gambar 3.6 Diagram Phasor Arus IR pada Negative Phase Sequence Relay........19
Gambar 3.7 Penjumlahan vektor arus urutan negatif pada sistem seimbang.........20
vii
Gambar 3.21 CCWE Unit 1 PLTU Belawan........................................................29
Gambar 3.37 Input trip time pada Smart Touch View Interface...........................40
viii
ix
DAFTAR TABEL
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi saat ini, listrik menjadi kebutuhan primer di masyarakat
hal ini berbanding lurus dengan perkembangan teknologi yang ada saat ini, listrik
banyak digunakan masyarakat baik dalam kegiatan Industri, kegiatan komersil,
maupun kegiatan sehaari-hari. Berbagai peralatan yang tersedia dimasyarakat saat
ini banyak yang menggunakan energi listrik baik dengan daya yang kecil maupun
besar.
Oleh karena itulah listrik sangat diperlukan seluruh lapisan masyarakat, dan
untuk memberikan energi listrik keseluruh lapisan masyarakat pemerintan banyak
membangun pusat-pusat pembangkit energi listrik di Indonesia, salah satuunya
adalah PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara Unit Pelaksana
Pembangkitan Belawan, yang terdiri dari beberapa pebangkit listrik yaitu
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap
(PLTGU), dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)
Secara umum pengertian sistem proteksi ialah cara untuk mencegah atau
membatasi kerusakan peralatan tehadap gangguan, sehingga kelangsungan
penyaluran tenaga listrik dapat dipertahankan.
Gangguan pada sistem distribusi tenaga listrik hampir seluruhnya merupakan
gangguan hubung singkat, yang akan menimbulkan arus yang cukup besar.
Semakin besar sistemnya semakin besar gangguannya. Arus yang besar bila tidak
segera dihilangkan akan merusak peralatan yang dilalui arus gangguan. Untuk
melepaskan daerah yang terganggu itu maka diperlukan suatu sistem proteksi,
yang pada dasarnya adalah alat pengaman yang bertujuan untuk melepaskan atau
membuka sistem yang terganggu, sehingga arus gangguan ini akan padam.
Relay adalah suatu peranti yang bekerja berdasarkan elektromagnetik untuk
menggerakan sejumlah kontaktor yang tersusun atau sebuah saklar elektronis yang
dapat dikendalikan dari rangkaian elektronik lainnya dengan memanfaatkan
tenaga listrik sebagai sumber energinya. Kontaktor akan tertutup (menyala) atau
1
terbuka (mati) karena efek induksi magnet yang dihasilkan kumparan (induktor)
ketika dialiri arus listrik. Berbeda dengan saklar, pergerakan kontaktor (on atau
off) dilakukan manual tanpa perlu arus listrik. Relay Negative Phase Sequence
yang digunakan pada PLTU Unit 4 PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana
Pembangkitan Belawan yaitu merk BBC dengan tipe IPX 132-b. Relay ini
terdapat dua tahap yang dapat diatur kisaran ketidakseimbanganny yang
digunakan untuk mentripkan generator pada Pada PLTU PT.PLN (Persero) Unit
Pelaksana Pembangkitan Belawan.
B. Tujuan Kerja Praktek Industri
Tujuan kerja praktek industri adalah memberikan kesempatan pada mahasiswa
untuk :
1. Mengetahui prinsip kerja dari proses dasar PLTU PT. PLN (Persero)
Pembangkitan Sumatera Bagian Utara Unit Pelaksana Pembangkitan
Belawan.
2. Mengetahui pengertian pengujian relay Negative Phase Sequence
3. Mengetahui pengujian relay Negative Phase Sequence
4. Mengetahui prinsip kerja pengujian relay Negative Phase Sequence
5. Mengetahui hal hal yang berhubungan dengan pengujian relay Negative
Phase Sequence
6. Mengetahui bagaimana cara pengujian relay Negative Phase Sequence.
2
e) Mendapatkan pengalaman dan penghayatan melalui pengamatan terhadap
proses kegiatan kerja di dunia usaha perusahaan.
f) Mendapatkan pengalaman melalui pengamatan terhadap proses
pembentukan kompetensi keahlian teknik, kepribadian, dan sosial di
perusahaan.
g) Memperoleh pengalaman tentang cara berfikir dan bekerja secara
interdisipliner, sehingga dapat memahami adanya keterkaitan ilmu dalam
mengatasi permasalahan teknologi yang ada di perusahaan.
h) Memperoleh kemampuan penalaran dalam melakukan penelaahan,
perumusan dan pemecahan masalah teknologi yang ada di perusahaan.
2. Bagi Perusahaan Tempat Kerja Praktek Industri
a) Memberikan bantuan pemikiran, tenaga, ilmu, dan teknologi dalam
merencanakan serta melaksanakan pengembangan industri.
b) Industri mendapat kepercayaan dan kesempatan untuk ikut serta dalam
menyiapkan calon sarjana teknik elektro yang profesional.
c) Memperoleh kesempatan untuk bermitra dengan pihak Universitas Negeri
Medan dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan khususnya proses
pembelajaran.
3. Bagi Universitas Negeri Medan
a) Menambah akses terhadap stakeholders Unimed, sehingga mempermudah
lulusan memperoleh pekerjaan.
b) Memperoleh masukan untuk penyempurnaan kurikulum program studi
teknik elektro.
c) Memperluas jejaring kerjasama antara Unimed dengan industri/perusahaan
tempat magang dan kerja praktek industry sehingga dapat meningkatkan
keterkaitan dan kesepadanan antara program akademik dengan
pengetahuan dan keterampilan lulusan.
3
BAB II
GAMBARAN PERUSAHAAN
4
PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan Belawan memiliki
Visi :
“Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang, Unggul dan
Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani”
Misi :
Motto :
B. Struktur Organisasi
5
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana
Pembangkitan Belawan
D. Proses Bisnis Unit
Sebuah perusahaan memiliki suatu proses bisnis agar setiap bagian paham
dimana ruang lingkup kerjanya. Setiap bagian juga dapat mengetahui bagaimana
cara menyelesaikan setiap permasalahan secara efektif dan efisien. Berikut adalah
bagian-bagian dari proses bisnis di PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana
Pembangkitan Belawan.
Manager
Jabatan ini merupakan kepala bagian disetiap bidang, tugas dan tanggung
jawabnya adalah mengawasi serta bertindak dalam pelaksanaan setiap tugas yang
dilakukan dalam setiap bidang masing-masing.
6
Manager Bagian
Manager Bagian ini bertugas membantu Manager. Pada PT. PLN Unit
Pelaksana Pembangkitan Belawan ini ada 5 Asisten manager yang membawahi
bidangnya masing-masing, meliputi:
1. Engineering
meliputi perencanaan, evaluasi operasi dan pemeliharaan juga meliputi
lingkungan dan teknologi informasi serta keselamatan kelistrikan.
2. Operasi
meliputi pengoperasian pembangkit yang ada di PLN Unit Pelaksana
Pembangkitan Belawan yaitu PLTU, PLTG, dan PLTGU.
3. Pemeliharaan I
meliputi pemeliharaan Boiler, pemeliharaan Turbin Uap, pemeliharaan
Listrik, pemeliharaan Instrument & Control, bengkel dan sarana
pembangkit PLTU.
4. Pemeliharaan II
meliputi pemeliharaan Turbin Gas dan HRSG, pemeliharaan Turbin dan
alat bantu, pemeliharaan Listrik, pemeliharaan Instrument & Control,
pemeliharaan PLTG, dan sarana pembangkit PLTGU.
5. Sumber Daya Manusia
meliputi Sekretariat dan Umum, Kepegawaian
6. Administrasi, dan Keuangan
Diklat, Anggaran dan Keuangan, Akutansi, serta Logistik, dan K3.
Supervisor
Bagian ini merupakan pelaksana dalam kegiatan operasi dan bertanggung
jawab kepada Manager Bagian.
Operator
Operator ini merupakan pelaksana harian kegiatan operasi perusahaan
dilapangan baik kegiatan dalam perusahaan maupun diluar perusahaan yang
berhubungan dengan kegiatan dan kepentingan perusahaan.
7
BAB III
LANDASAN TEORI DAN PENGALAMAN LAPANGAN
A. Landasan Teori
8
Prinsip Kerja PLTU
PLTU bekerja berdasarkan siklus yang berulang-ulang atau close loop system
yaitu air menjadi uap dan uap menjadi air dan air kembali menjadi uap, begitu
seterusnya. Untuk memahami prinsip kerja dari PLTU, berikut gambar siklus dari
PLTU PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan Belawan, terdapat pada
gambar 3.2.
9
Pada PLTU PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan Belawan,
terdapat 4 unit pembangkit. Unit 1 dan 2 menggunakan bahan bakar HSD (High
Speed Diesel) dan MFO (Marine Fuel Oil). Sedangkan unit 3 dan 4 menggunakan
bahan bakar HSD (High Speed Diesel), MFO (Marine Fuel Oil), dan Gas.
Pertama-tama, Deep Well Pump digunakan untuk memompakan air. Air yang
diperoleh dari Deep Well masih mengandung zat-zat dan juga endapan lumpur.
Kemudian Air tersebut di pompakan menuju Water Treatment Plant (WTP) agar
endapan lumpur dan zat-zat tersebut tidak ada lagi. Air yang dihasilkan dari
Water Treatment Plant (WTP) tersebut berupa air demin.
Kemudian, air demin yang diperoleh tadi di pompakan kedalam tangki air
demin. Lalu air demin yang dari tangki air demin dipompakan menuju ke Hotwell
kemudian dipompakan menuju ke Feed Water Tank menggunakan Kondesat
Pump untuk ditampung sebelum air demin dimasukkan kedalam boiler. Air yang
disimpan lalu di masukkan kedalam Boiler Feed Pump untuk di pompakan
kedalam boiler. Air demin yang sudah ada didalam boiler tersebut lalu
dipanaskan. Agar pemanasan dapat berlangsung, maka udara dimasukkan secara
paksa kedalam boiler melalui Forced Draft Fan dengan bantuan motor listrik.
Sebelum udara tersebut masuk, udara tersebut harus dipanaskan dulu di Air
Preheat dengan menggunakan gas buang yang dihasilkan dari turbin. Setelah
udara melewati Air Preheat, maka udara masuk kedalam Air Heater untuk
dipanaskan lagi dengan menggunakan gas buang dari boiler.
Air dipanaskan didalam economizer, uap yang dihasilkan masih dalam uap
basah. Dari economizer uap tersebut akan masuk kedalam boiler drum. Dimana
fungsi dari Boiler Drum untuk memisahkan antara air dengan uap. Uap yang ada
pada Boiler Drum tersebut masuk kedalam Low Temperature Superheater (LTS).
Kemudian uap Low Temperature Superheat (LTS) masuk kedalam High
Temparature Superheater (HTS). Uap yang dihasilkan pada High Temperature
Superheat (HTS) sudah berupa uap kering, lalu disalurkan ke Auxilary Steam
Header (ASH) agar uap tersebut dapat dibagikan ke beberapa peralatan seperti
Feed Water Tank (FWT) dan turbin.
10
Kemudian uap jenuh tersebut digunakan untuk memutar turbin yang dikopel
dengan generator. Setelah tegangan dari generator sudah dibangkitkan yang
besarnya 11 KV. Maka uap tersebut diubah lagi menjadi air di Condensor melalui
proses pendinginan dengan menggunakan air laut. Air laut tersebut di pompakan
dari Circulating Water Pump (CWP) melalui pipa-pipa ke Condesor kemudian
dibuang kembali ke laut. Air laut yang digunakan sebagai pendingin terlebih
dahulu di Treatment agar biota-biota laut tesebut tidak lengket pada pipa-pipa
pendingin.
Kemudian uap yang sudah berubah menjadi air lalu di pompakan ke dalam
Low Pressure Heater (LPH). Tujuannya adalah untuk memanaskan kembali air
tersebut dengan menggunakan uap yang diperoleh dari Low Temperature Turbin.
Dari Low Pressure Heater (LPH) air yang sudah dipanaskan tadi kembali
dipompakan kedalam Feed Water Tank (FWT). Lalu dipompakan lagi ke dalam
Boiler Feed Pump (BFP). Dari Boiler Feed Pump (BFP). Sebagian air tersebut
dipanaskan lagi pada High Pressure Heater (HPH) dengan menggunakan uap
yang diperoleh dari High Temperature Turbin. Tujuannya adalah untuk
penghematan bahan bakar.
Lalu, dari High Pressure Heater (HPH) air tesebut di pompakan lagi ke
economizer untuk dipanaskan kembali menjadi uap. Pada PLTU unit 1 dan 2
menggunakan bahan bakar HSD (High Speed Diesel) digunakan untuk proses
pembakaran awal dan MFO (Marine Fuel Oil) digunakan untuk proses
pembakaran utamanya. Sedangkan pada PLTU unit 3 dan 4 menggunakan Bahan
bakar HSD (High Speed Diesel) dan Gas digunakan untuk proses pembakaran
awal dan MFO (Marine Fuel Oil) digunakan untuk proses pembakaran utamanya.
11
pembangkit. Karena itu diperlukan suatu sistem proteksi yang dapat melindungi
setiap bagian dari sistem pembangkit listrik.
12
3. Kecepatan Operasi
Sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir, semakin
besar kerusakan peralatan. Hal yang paling penting adalah perlunya
membuka bagian-bagian yang terganggu sebelum generator-generator
yang dihubungkan sinkron kehilangan sinkronisasi dengan sistem
selebihnya. Waktu pembebasan gangguan yang tipikaldalam sistem sistem
tegangan tinggi adalah 140 ms. Dimana mendatang waktu ini hendak
dipersingkat menjadi 80 ms sehingga memerlukan relay dengan kecepatan
yang sangat tinggi (very high speed relaying).
4. Sensitivitas (kepekaan)
Yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat
dinyatakan dengan besarnya arus dalam jaringan aktual (arus primer) atau
sebagai presentase dari arus sekunder (trafo arus).
5. Pertimbangan ekonomis
Dalam sistem aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis, oleh karena
jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal saja
persyaratan keamanan yang pokok dipenuhi. Dalam sistem-sistem
transmisi justru aspek teknis yang penting. Proteksirelatif mahal, namun
demikian pula sistem atau peralatan yang dilindungi dan jaminan terhadap
kelangsungan peralatan sistem adalah vital. Biasanya digunakan dua
sistem proteksi yang terpisah, yaitu proteksi primer atau proteksi utama
dan proteksi pendukung (back up).
6. Realiabilitas (keandalan)
Sifat ini jelas, penyebab utama dari “outage” rangkaian adalah tidak
bekerjanya proteksi sebagaimana mestinya (mal operation).
7. Proteksi Pendukung
Proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya
terpisah dan yang bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu
apabila proteksi utama tidak bekerja (fail). Sistem pendukung ini sedapat
mungkin indenpenden seperti halnya proteksi utama, memiliki trafo-trafo
13
dan rele-rele tersendiri. Seringkali hanya triping CB dan trafo-trafo
tegangan yang dimiliki bersama oleh keduanya.
Tiap-tiap sistem proteksi utama melindungi suatu area atau zona sistem daya
tertentu. Ada kemungkinan suatu daerah kecil diantara zona-zona yang berdekatan
misalnya antara trafo-trafo arus dan circuit breaker tidak dilindungi. Dalam
keadaan seperti ini sistem back up (yang dinamakan remote back up) akan
memberikan perlindungan karena berlapis dengan zona-zona utama seperti pada
gambar 3.3.
14
Komponen Sistem Proteksi
Komponen-komponen sistem proteksi terdiri dari :
Circuit Breaker (PMT)
Relay
Trafo arus (CT)
Trafo tegangan (PT)
Kabel kontrol
Supplay (baterai)
15
Tabel 3.1 Relay-Relay Proteksi Generator.
16
Relai frekuensi Untuk mendeteksi besaran frekuensi
16
(frequency relay) rendah/lebih di luar harga yang ditentukan
Relai differensial Untuk mendeteksi gangguan hubung singkat
17
(differential relay) pada daerah yang diamankan
Susunan skematik dari negative phase sequence relay ditunjukkan pada Gambar
3.5
17
.
18
Gambar 3.6 Diagram Phasor Arus IR pada Negative Phase Sequence
Relay
Arus IR dapat dibagi menjadi dua bagian yang sama I1 dan I2. I2 tertinggal I1 60o.
Misalkan I1 = I2 = I. Dari titik A, di tarik garis tegak lurus terhadap I R dan berpoto
ngan di titik B. Diperoleh:
IR
OB=
2
OB
cos 30=
OA
IR
IR
√ 3 2 I = =I 1=I 2
= √3
2 I
Arus yang masuk ke relay pada titik B (Gambar 3.5) adalah penjumlahan vektor
dari I1, I3, dan IY.
19
Irelay = I1+I2+IY
IR I
¿ IY+ ( mendahului I R 30° ) + B ( tertinggal I B 30 ° )
√3 √3
Ketika beban seimbang, maka arus urutan negatif adalah nol. Dari Gambar 3.7
terlihat bahwa,
I1+I3 = -IY
I1+I3+ IY = 0
Dengan demikian, arus yang memasuki relay pada titik B adalah nol. Dengan cara
yang sama, penjumlahan arus di titik D adalah nol. Maka relay tidak bekerja untuk
sistem yang seimbang.
Ketika beban pada generator tidak seimbang, maka terdapat arus urutan
negatif. Urutan phasa dari arus sekunder C.T. ditunjukkan Gambar 3.8(a).
Diagram vektor dari I1, I3, dan IY ditunjukkan pada Gambar 3.8 (b) pada kondisi
ini.
Komponen I1 dan I3 saling meniadakan satu sama lain pada titik B. Maka koil
pada relay membawa arus IY dan saat arus melebihi dari batas yang telah
ditentukan, relay bekerja dan akan membuka circuit breaker.
20
(a) arus sekunder C.T.(b) penjumlahan vektor
Untuk membuat relay hanya sensitif pada arus urutan negatif tanpa
dipengaruhi arus urutan nol adalah dengan menghubungkan trafo arus (CT) pada
rangkaian delta seperti ditunjukkan Gambar 3.9. Pada hubungan delta dari CT,
arus urutan nol tidak mengalir dalam rangkaian. Terdapat pada gambar 3.9.
B. Pengalaman Lapangan
PLTU adalah pembangkit listrik yang memanfaatkan uap kerig untuk
menggerakkan turbin. Energi mekanik yang dihasilkan turbin digunakan untuk
menggerakkan generator sehingga generator akan mengubah energi mekanik
menjadi energi listrik. Berikut adalah beberapa peralatan yang digunakan di PLTU
PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan Belawan.
Generator, Turbin, dan Exciter, dapat dilihat pada gambar 3.10
21
Gambar 3.10 Generator, Turbin, dan Exciter PLTU Pembangkitan
Belawan
Berikut merupakan gambar stator dan rotor pada PLTU PT. PLN (Persero) Unit
Pelaksana Pembangkitan Belawan. Dapat dilihat pada gambar 3.12 dan 3.13.
22
Gambar 3.12 Stator pada PLTU Unit Pembangkitan Belawan
Exciter (Penguat)
Exciter adalah bagian penguat yang digunakan generator untuk
membangkitkan sumber tenaga sebagai penggerak mula generator.
Exciter merupakan jenis yang sama dengan generator sinkron konvensional. Rotor
AC exciter ditempatkan pada poros yang sama dengan rotating rectifier. AC
exciter sendiri mendapatkan eksitasi pada statornya dari PMG setelah disearahkan
dalam AVR (Automatic Voltage Regulator). Penggunaan main exciter ini
bertujuan untuk memperbesar arus eksitasi agar bisa digunakan untuk
mengeksitasi generator utama, setelah disearahkan dulu oleh rotating recitifer.
Exciter PLTU dapat kita lihat pada gambar 3.14
23
Gambar 3.14 Exciter Unit 1 PLTU Pembangkitan Belawan
Turbin Uap (Steam Turbine)
Turbin adalah suatu perangkat yang mengkonversikan energi uap yang
bertemperatur tinggi dan tekanan tinggi menjadi energi mekanik (putaran).
Ekspansi uap yang dihasilkan tergantung dari sudu-sudu (nozzle) pengarah dan
sudu-sudu putar. Ukuran nozzle pengarah dan nozzle putar adalah sebagai
pengatur distribusi tekanan dan kecepatan uap yang masuk ke Turbin. Akibat
melakukan kerja di turbin, tekanan dan temperatur uap keluar turbin turun hingga
menjadi uap basah. Uap ini kemudian dialirkan ke kondensor, sedangkan tenaga
putar yang dihasilkan digunakan untuk memutar generator. Saat ini hampir semua
mesin turbin uap adalah dari jenis turbine condensing atau uap keluar turbin
(exhaust steam) dialirkan ke kondensor.
Pada gambar 3.15 kita dapat melihat gambar turbin uap pada PLTU Unit 1 PT.
PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan Belawan.
24
Gambar 3.15 Turbin Uap Unit 1 PLTU Pembangkitan Belawan
Boiler
Boiler digunakan untuk memanaskan air demin sehingga dapat menghasilkan
uap yang berupa uap kering. Adapun beberapa bagian-bagian dari pada boiler
yaitu Economizer, Low Temperature Superheater (LTS), dan High Temperature
Superheater (HTS). Pada gambar 3.16 kita dapat melihat gambar Boiler pada
PLTU Unit 1 PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan Belawan.
Kondensor
Kondensor digunakan untuk mengubah uap menjadi air demin kembali.
Sehingga dapat digunakan kembali untuk dipanaskan pada boiler. Cara
pendinginannya dengan menggunakan bantuan dari air laut. Dari gambar 3.17 kita
dapat melihat Kondensor yang ada di PLTU Belawan
25
Gambar 3.17 Kondensor PLTU Belawan
Hotwell
Hotwell adalah sebuah bak penampungan yang berada dibawah kondensor.
Bak tersebut digunkan sebagai penampung air yang telah mengalami
pengkondensasian atau pengembunan antara uap panas dari turbin dengan air laut
yang mengalir melalui pipa-pipa yang berada didalam kondensor. Dari gambar
3.18 kita dapat melihat yang ada di PLTU Belawan
Condensat Pump
Condensat Pump (CP) adalah motor yang digunakan untuk memompa air
demin (murni) dari Hotwell yang melewati Low Pressure Heater (LPH) menuju
Feed Water Tank (FWT).
Water Treatment Plant
Water Treatment Plant (WTP) adalah suatu alat yang mengubah air yang
dihasilkan dari Deep Well Pump menjadi air demin. Sehingga dapat digunakan
pada PLTU. Dari gambar 3.18 kita dapat melihat Water Treatment Plant yang ada
di PLTU Belawan
26
Gambar 3.18 Water Treatment Plant (WTP) Belawan
Vacum Pump
Vacum Pump berfungsi untuk menyedot udara yang ada didalam kondensor
dikarenakan sifat uap (steam) naik keatas, sehingga perlu adanya penyedotan atau
penghisapan udara didalam kondensor. Hal tersebut dilakukan bertujuan untuk
memperlancar putaran turbin, dikarenakan uap (steam) yang masuk dengan uap
27
(steam) yang keluar tidak ada hambatan atau perlawanan sehingga putaran turbin
menjadi lebih lancar. Disamping itu, uap (steam) tersebut akan lebih mudah turun
menuju kondensor sehingga proses pengkondensasian pun lebih cepat. Vacuum
Pump dapat kita lihat pada gambar 3.19.
28
Gambar 3.21 CCWE Unit 1 PLTU Belawan
29
tersebut akan mengalami kenaikan sebelum dipompa menuju Boiler. Pada gambar
3.23 kita dapat melihat High Pressure Heater di PLTU Belawan.
Air Preheat
Air Preheat digunakan untuk memanaskan udara dengan mengguakan uap
yang dihasikan oleh turbin. Tujuan pemanasan ini agar tidak terjadi thermal stress
akibat perbedaan ekstrim suhu sebelum memasuki Air Heater
30
Air Heater
Air Heater digunakan untuk memanaskan kembali udara yang terlebih dahulu
dipanaskan oleh Air Preheat Coil, dengan menggunakan uap hasil pembuangan
dari boiler ke stack. Tujuannya agar menghemat pemakaian bahan bakar. Pada
gambar 3.25 kita dapat melihat Air Heater di PLTU Belawan.
31
(BFP). Pada gambar 3.26 menunjukkan unit Feed Water Tank yang ada di PLTU
Belawan.
32
Forced Draft Fan (FDF)
Forced Draft Fan (FDF) adalah alat yang digunakan untuk memasukkan
udara secara paksa kedalam ruang bakar, dengan bantuan motor listrik. Pada
gambar 3.28 menunjukkan unit Forced Draft Fan yang ada di PLTU Belawan.
Daily Tank
Daily Tank merupakan tangki harian yang berfungsi untuk menampung bahan
bakar berupa minyak MFO (Marine Fuel Oil) atau biasa disebut minyak residu
yang digunakan dalam sehari-hari yaitu dilayani oleh Daily Tank. Pada gambar
3.29 menunjukkan unit Daily Tank yang ada di PLTU Belawan.
33
Cerobong (Stack)
Untuk mengurangi polusi maka gas buang dari boiler yang sudah disaring
akan dibuang melalui cerobong (Stack), yang tujuannya untuk menjaga kelestarian
lingkungan. Pada gambar 3.30 menunjukkan unit cerobong (Stack) yang ada di
PLTU Belawan.
E. Pembahasan
Relay negative phase sequence yang digunakan pada PLTU Unit 4 PT. PLN
(Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan Belawan yaitu merk BBC dengan tipe
IPX 132-b. Bentuk relay tersebut ditunjukkan pada Gambar 3.31.
34
Relay tipe IPX 132-b terdiri dari dua tahap tripping yang dapat diatur secara
terpisah. Tahap pertama dapat diatur dalam kisaran ketidakseimbangan 3-15%,
tahap ini digunakan untuk indikator berupa alarm. Sedangkan pada tahap kedua
dapat diatur pada kisaran ketidakseimbangan yang lebih tinggi yaitu 15-40%,
tahap ini digunakan untuk tripping generator. Pada PLTU PT.PLN (Persero) Unit
Pelaksana Pembangkitan Belawan, tahap pertama di atur sebesar 8% dan tahap
kedua diatur sebesar 20%.
35
Terminal sekunder dari CT dihubungkan ke input relay 5A. Terminal
sekunder CT phasa R dihubungkan ke terminal 4/1 pada relay dan terminal
sekunder CT phasa T dihubungkan ke terminal 4/7 pada relay. Terminal netral
dari CT terhubung ke 4/3 dan 4/9 pada relay.
Output relay terdiri dari dua tahap tripping (tripping stage). Pada stage 1,
terminal 1/5 terhubung ke indikator berupa alarm. Jika unbalance arus mencapai
8%, maka relay akan bekerja (kontak no.7 close) dan menghidupkan alarm. Pada
stage 2, terminal 1/7 terhubung ke CB generator. Apabila unbalance arus tidak
segera ditangani dan mencapai 20%, maka relai bekerja (kontak no.6 close) dan
akan mentripkan CB generator.
Data Teknis Relay Negative Phase Sequence
Data teknis dari relay negative phase sequence tipe IPX 132-b yang digunakan
pada generator PLTU Unit 4 PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan
Belawan. Data teknis dapat dilihat pada table 3.2
Tabel 3.2 Data Teknis dari Relay Negative Phase sequence
36
Pengujian Relay Negative Phase Sequence
Pada pengujian relay negative phase sequence tipe IPX 132-b ini, relay akan
di uji apakah relay bekerja sesuai dengan besarnya arus yang telah disetting, yaitu
sebesar 8% untuk trip stage 1 dan sebesar 20% untuk trip stage 2.
Relay ini akan diuji menggunakan alat test bernama SMRT36. Adapun bentuk
dari alat test relay SMRT36 dapat dilihat pada Gambar 3.33 berikut.
Untuk menampilkan hasil dari pengujian relay digunakan monitor bernama Smart
Touch View Interface yang dihubungkan dengan SMRT36 ditunjukkan Gambar
3.34.
37
Prosedur Percobaan
1. Sebelum melakukan pengujian, pastikan menggunakan alat pelindung diri.
2. Koordinasikan kepada operator PLTU Unit 3&4 bahwa ada pengujian
pada relay negative phase sequence.
3. Keluarkan relay negative phase sequence dari panel seperti
4. Setiap peralatan di rangkai sesuai dengan rangkaian pengujian pada
Gambar 3.35.
5. Hidupkan alat test relay SMRT36 beserta Smart Touch View Interface.
6. Input data supply tegangan DC melalui Smart Touch View Interface yaitu
sebesar 24 V DC.
38
7. Pada Smart Touch View Interface, input sudut antar phasa sebesar 120 o,
yaitu pada phasa R = 0o, pada phasa S = 120o, dan pada phasa T = 240o.
8. Atur trip time pada Smart Touch View Interface.
Gambar 3.37 Input trip time pada Smart Touch View Interface
9. Untuk pengujian trip stage 1, input nilai arus pada phasa R dan T dimana
selisih arus phasa R dan T adalah 8% arus nominal relay (8% x 5 A = 0.4
A). Misalkan arus pada phasa R adalah 0 A, maka arus pada phasa T
adalah 0,4 A.
10. Jalankan program untuk melihat hasil dari relay.
11. Untuk pengujian trip stage 2, atur kembali besarnya arus pada phasa R dan
T dimana selisih arus pada phasa R dan T adalah 20% arus nominal relay
(IN).
12. Jalankan program untuk melihat hasil relay.
Hasil Pengujian
Dari hasil pengujian relay negative phase sequence tipe IPX 132-b, diperoleh
bahwa pada unbalance sistem 8%, maka kontak relay pada stage 1 bekerja
menghidupkan indikator berupa alaram. Begitu juga pada unbalance sistem 20%,
kontak pada stage 2 bekerja dimana fungsinya adalah mentripkan CB generator.
Dengan demikian, diperoleh bahwa relay negative phase sequence tipe IPX 132-b
39
pada PT. PLN Unit Pelaksana Pembangkitan Belawan masih dalam kondisi baik
dan layak operasi.
40
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.
41
keluarkan relay negative phase sequence dari panel dan setiap panel
dirangkasi sesuai dengan rangkaian pengujian. Kemudian hidupkan alat
tes relay SMRT36 beserta Smart Touch View Inrerface untuk mengimput
data supply dengan tegangan DC melalui Smart Touch View Inrerface
yaitu sebesar 24 V DC. Dan pada Smart Touch View Inrerface, input sudut
antar phasa sebesar 120o, yaitu pada phasa R = 0o, pada phasa S = 120o,
dan pada phasa T = 240o. Atur trip time pada Smart Touch View Inrerface,
dan untuk pengujian trip stage 1, input nilai arus pada phasa R dan T
dimana selisih arus pada R dan T adalah 8% arus nominal relay (8% x 5 A
= 0.4 A). Misalkan arus pada phasa R adalah 0 A, maka arus pada phasa T
adalah 0,4 A.Kemudian jalankan program untuk melihat hasil relay. Dan
untuk pengujian trip stage 2, atur kembali besarnya arus pada phasa R dan
T dimana selisih arus pada phasa R dan T adalah 20% arus nominal relay
(IN). Dan yang terakhir jalankan program untuk melihat hasil dari relay
tersebut
F. Saran
Jika dalam penulisan laporan kerja praktek industri ini terdapat kekurangan
baik dari segi penulisan maupun bahasa agar dapat dimaklumkan. Terima kasih.
42
DAFTAR PUSTAKA
43
Lampiran-lampiran
44
Gambar 4. Starting Transformer PLTU Belawan
45
46