Anda di halaman 1dari 19

PROJECT WORK

MK. MESIN-MESIN LISTRIK DC


S1 PENDIDIKAN TEKNIK
ELEKTRO

Skor Nilai:

MESIN ARUS SEARAH (DC)

KELOMPOK I:

Nama Anggota : Annisa Harahap (5192431004)


Aprida Valentina Hutagalung (5193331002)
Chintia Agatha Siahaan (5193131002)
Muhammad Irsyad Awaludin (5193131003)
Wahyudi (5193131018)
Mata Kuliah : Mesin-Mesin Listrik DC
Dosen Pengampu : Drs. Marsangkap Silitonga., M.Pd

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
saya rahmat kesehatan dan kesempatan. Sehingga saya bisa menyusun atau menyelesaikan
tugas PROJECT WORK Penulisan ini saya sajikan secara ringkas dan sederhana sesuai
dengan kemampuan yang saya miliki, dan tugas ini disususun dalam rangka memenuhi tugas
KKNI pada mata kuliah Mesin-Mesin Listrik DC.
Dalam penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik
yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan tugas ini, dan
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada pihak- pihak yang telah
membantu dan secara khusus saya berterimakasih kepada Bapak D r s . M A R S A N G K A P
S I L I T O N G A , M . P d . selaku dosen pengampu mata kuliah Mesin Listrik DC karena
telah memberikan bimbinganya kepada saya untuk menyelesaikan tugas PROJECT WORK
ini hingga selesai.

Medan, 5 Desember 2020

PENULIS

A. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui cara pengontrolan motor DC menggunakan Transistor H-
bridge
2. Mengetahui cara pengontrolan motor DC menggunakan Relay

3. Mengetahui cara pengontrolan motor DC menggunakan IC driver

B. Alat dan Bahan

1. Komputer/laptop

2. Software proteus

3. Software Codevision AVR

C. Dasar Teori

Motor DC memerlukan suplai tegangan yang searah pada kumparan medan untuk
diubah menjadi energi mekanik. Kumparan medan pada motor dc disebut stator
(bagian yang tidak berputar) dan kumparan jangkar disebut rotor (bagian yang
berputar). Jika terjadi putaran pada kumparan jangkar dalam pada medan magnet,
maka akan timbul tegangan (GGL) yang berubah-ubah arah pada setiap setengah
putaran, sehingga merupakan tegangan bolak-balik. Prinsip kerja dari arus searah
adalah membalik phasa tegangan dari gelombang yang mempunyai nilai positif
dengan menggunakan komutator, dengan demikian arus yang berbalik arah dengan
kumparan jangkar yang berputar dalam medan magnet. Bentuk motor paling
sederhana memiliki kumparan satu lilitan yang bisa berputar bebas di antara kutub-
kutub magnet permanen.

Gambar 1. Motor D.C Sederhana


Catu tegangan dc dari baterai menuju ke lilitan melalui sikat yang menyentuh komutator,
dua segmen yang terhubung dengan dua ujung lilitan. Kumparan satu lilitan pada
gambar di atas disebut angker dinamo. Angker dinamo adalah sebutan untuk komponen
yang berputar di antara medan magnet.

D. Prosedur

1. Praktik pengontrolan motor DC menggunakan Transistor H-bridge

Gambar 1 Driver motor dg H-Bridge

2. Praktik pengontrolan motor DC menggunakan Relay


Gambar 2 Driver motor dg Relay

Tabel Hasil Praktik:

SW SW Keterangan Motor DC
1 2
0 0
0 1
1 0
1 1

3. Praktik pengontrolan motor DC menggunakan IC driver

Gambar 3 Driver motor dg IC

Buat tabel hasil praktiknya!


E. Hasil

1. Praktik pengontrolan motor DC menggunakan Transistor H-bridge (NPN)


A B C D Aksi
1 0 0 1 Putar kanan
0 1 1 0 Putar kiri
0 0 0 0 Berhenti
0 0 1 1 Break
1 1 0 0 Break

2. Praktik pengontrolan motor DC menggunakan Transistor H-bridge (NPN-PNP)

A B C D Aksi
1 0 0 1 Putar kanan
0 1 1 0 Putar kiri
0 0 0 0 Berhenti
0 0 1 1 Break
1 1 0 0 Break

3. Praktik pengontrolan motor DC menggunakan Relay

SW SW Keterangan Motor
1 2 DC
0 0 Berhenti
0 1 Putar Kanan
1 0 Putar Kiri
1 1 Break

4. Praktik pengontrolan motor DC menggunakan IC


Logic Logic Logic Keterangan Motor
1 2 3 DC
0 0 0 Berhenti
0 0 1 Berhenti
0 1 0 Berhenti
0 1 1 Break
1 0 0 Berhenti
1 0 1 kanan
1 1 0 Kiri
1 1 1 Break

F. Analisis

1. Transistor H-Bridge

A=B=C=D=0

Karena input A, B, C, dan D mempunyai logika yg sama ’0′ (0V), maka keempat
transistor tidak akan mendapat picuan pada basisnya sehingga transistor bersifat
cut- off atau transistor bersifat spt saklar yg terbuka. Jadi, apabila tidak ada arus yg
mengalir pada keempat kolektor maka tidak akan terpicu akibatnya motor tidak
akan berputar atau berhenti.

A = 1; B = 0; C = 0; D = 1

Saat input A diberi logika ’1′ dan input D diberi logika ’1′ maka keduanya akan
saturasi atau seperti saklar tertutup. Akibatnya arus akan mengalir dengan urutan
seperti berikut : Vs > A > motor > D > Ground, dan motor berputar kanan.
sedangkan B dan C tetap cut-off.

A = 0; B = 1; C = 1; D =0

Saat input B diberi logika ’1′ dan input C diberi logika ’1′ maka keduanya akan
saturasi atau seperti saklar tertutup. Akibatnya arus akan mengalir dengan urutan
seperti berikut : Vs > B > motor > C > Ground, dan motor berputar kiri. sedangkan
A dan D tetap cut-off.

A = B = 1 dan C = D
=0 A = B = 0 dan C =
D =1
Jika A dan B diberi logika 1 secara bersamaan maka akan mengakibatkan semua
transistor dalam kondisi saturasi. Secara logika motor tidak akan berputar karena
tidak ada beda potensial pada ujung2 konektornya. Namun hal ini akan
menyebabkan timbulnya panas yang berlebihan pada semua transistor sehingga
dapat menyebabkan kerusakan. Oleh karena itu hal ini harus dihindari.

2. Driver menggunakan relay

Pada Simulasi terdapat 2 buah relay untuk rangkaian driver. Kedua relay tersebut
berfungsi sebagai saklar elektrik yang akan merubah dari NO ke NC atau
sebaliknya apabila coil pada relay dialiri arus dengan spesifikasi yang sesuai.
Sedangkan sebuah saklar yaitu transistor digunakan sebagi pengontrolan dari
kinerja relay tersebut untuk keperluan pergerakan motor (CW/CCW maupun
break). Untuk pengendalian motor dapat langsung dikendalikan oleh kedua saklar
tersebut.

3. Driver menggunakan IC
Pengontrolan motor DC menggunakan IC L293D dapat dianalisis dan dijelaskan bahwa, Pada
saat EN1 mendapat logika 0 meskipun yang lain mendapat logika 1, maka motor akan selalu
nge-Break. Sedangkan pada saat EN1 mendapat logika 1 dan IN1 mendapat logika 1
sedangkan IN2 berlogika 0 maka motor akan berputar ke Kanan. Dan apabila pada saat EN1
mendapat logika 1 dan IN2 mendapat logika 1 sedangkan IN1 berlogika 0 maka motor akan
berputar ke Kanan.
G. Kesimpulan

Dari praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa Motor DC dapat dikendalikan atau dikontrol
dengan berbagai macam cara. Dalam praktikum ini menggunakan Driver Transistor, Relay,
dan IC. Ketiganya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dan dalam praktikum
ini hasil dan analisa sudah sesuai dengan dasar teori. Jadi dapat disimpulkan bahwa
praktikum ini berhasil.

H. Tugas:

1. Buat skema rangkaian pengontrol motor DC transistor dengan logika


3 logika inputan
2. Buat skema rangkaian pengontrol motor DC menggunakan mosfet dengan
driver H-Bridge
3. Buatlah skema rangkaian pengontrol kecepatan motor DC
menggunakan PWM (buat di Proteus) dan lampirkan listing programnya

Jawab

1. skema rangkaian pengontrol motor DC transistor dengan logika 3 logika inputan

A B Aksi

0 0 Break

1 0 Putar Kanan

0 1 Putar Kiri
2. skema rangkaian pengontrol motor DC menggunakan mosfet dengan driver H-
Bridge

3. skema rangkaian pengontrol kecepatan motor DC menggunakan PWM

List program :

/**************************************************
*** This program was produced by the
CodeWizardAVR V2.05.0
Professional Automatic Program
Generator
© Copyright 1998-2010 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l.
http://www.hpinfotech.com

Project : Robot Line


Follower Version : I
Date : 11/8/2012

Author : Mada Sanjaya WS, Ph.D


Company : Bolabot Techno Robotic
School Comments: www. bolabot.
com

Chip type :
ATmega16 Program type
:
Application
AVR Core Clock frequency:
12.000000 MHz Memory model :
Small
External RAM size 0

Data Stack size 256

*****************************************************/

#include
<mega16.h> #
include <delay.h>

// Alphanumeric LCD Module


functions #include <alcd.h>

// Declare your global variables here


void main(void)
{

// Declare your local variables here

// Input/Output Ports initialization

// Port A initialization

// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In


Func0=In

// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T


PORTA=0x00;
DDRA=0x00;

// Port B initialization

// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In


Func0=In

// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T


PORTB=0x00;
DDRB=0x00;

// Port C initialization

// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In


Func0=In

// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T


PORTC=0x00;
DDRC=0x00;

// Port D initialization

// Func7=In Func6=In Func5=Out Func4=Out Func3=In Func2=In Func1=In


Func0=In

// State7=T State6=T State5=0 State4=0 State3=T State2=T State1=T State0=T


PORTD=0x00;
DDRD=0x30;

// Timer/Counter 0 initialization
// Clock source: System Clock

// Clock value: Timer 0 Stopped

// Mode: Normal top=0xFF

// OC0 output: Disconnected


TCCR0=0x00;
TCNT0=0x00;
OCR0=0x00;

// Timer/Counter 1 initialization

// Clock source: System Clock

// Clock value: 11.719 kHz

// Mode: Fast PWM top=0x00FF

// OC1A output: Non-Inv.

// OC1B output: Non-Inv.

// Noise Canceler: Off

// Input Capture on Falling Edge

// Timer1 Overflow Interrupt: Off

// Input Capture Interrupt: Off

// Compare A Match Interrupt: Off

// Compare B Match
Interrupt: Off
TCCR1A=0xA1;
TCCR1B=
0x0D;
TCNT1H=
0x00;
TCNT1L=
0x00;
ICR1H=0x
00;
ICR1L=0x
00;
OCR1AH=
0x00;
OCR1AL=
0x00;
OCR1BH=
0x00;
OCR1BL=0x00;

// Timer/Counter 2 initialization

// Clock source: System Clock

// Clock value: Timer2 Stopped

// Mode: Normal top=0xFF

// OC2 output:
Disconnected
ASSR=0x00;
TCCR2=
0x00;
TCNT2=
0x00;
OCR2=0
x00;

// External Interrupt(s) initialization

// INT0: Off

// INT1: Off

// INT2: Off
MCUCR=0x00;
MCUCSR=0x00;

// Timer(s)/Counter(s) Interrupt(s) initialization


TIMSK=0x00;

// USART initialization

// USART
disabled
UCSRB=0x00;

// Analog Comparator initialization

// Analog Comparator: Off

// Analog Comparator Input Capture by Timer/Counter 1: Off


ACSR=0x80;
SFIOR=0x00;

// ADC initialization

// ADC disabled
ADCSRA=0x00;

// SPI initialization

// SPI disabled
SPCR=0x00;

// TWI initialization

// TWI disabled
TWCR=0x00;

// Alphanumeric LCD initialization

// Connections specified in the


// Project|Configure|C Compiler|Libraries|Alphanumeric LCD menu:

// RS - PORTC Bit 0

// RD - PORTC Bit 1

// EN - PORTC Bit 2

// D4 - PORTC Bit 4

// D5 - PORTC Bit 5

// D6 - PORTC Bit 6

// D7 - PORTC Bit 7

// Characters/line: 16
lcd_init(16);

// mendefinisikan input output


DDRB.
0=0;
DDRB.
1=0;
DDRD.
0=1;
DDRD.
1=1;
DDRD.
2=1;
DDRD.
3=1;

// mendefinisikan kecepatan motor


PWM OCR1A=200;
OCR1B=200;

// mendefinisikan kondisi
awal PORTB.0=1; //sensor
kiri PORTB.1=1; //sensor
kanan PORTD.0=0;
PORTD
.1=0;
PORTD
.2=0;
PORTD
.3=0;

while (1)

if (PINB.0==1 & PINB.1==0) // sensor kiri hitam, kanan putih, maka belok kiri

{
PORTD
.0=0;
PORTD
.1=0;
PORTD
.2=0;
PORTD
.3=1;
lcd_clear ();
lcd_gotoxy(0,0);

lcd_putsf("B0=1
B1=0");
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf("BELOK KIRI");
delay_ms(100);
}
else if (PINB.0==0 & // sensor kiri putih, kanan hitam, maka
PINB.1==1) belok
kanan
{
PORTD.0=0;
PORTD.1=1;
PORTD.2=0;
PORTD.3=0;
lcd_clear();
lcd_gotoxy(0,0);
lcd_putsf("B0=0 B1=1");
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf("BELOK KANAN");
delay_ms(100);
}
else if (PINB.0==1 & // sensor kiri hitam, kanan hitam, maka
PINB.1==1) mati
{
PORTD.0=0;
PORTD.1=0;
PORTD.2=0;
PORTD.3=0;
lcd_clear ();
lcd_gotoxy(0,0);
lcd_putsf("B0=1 B1=1");
lcd_gotoxy(0,1)
;
lcd_putsf("MA
TI");
delay_ms(100);
}

else // sensor kiri putih, kanan putih, maka bergerak maju

{
PORTD
.0=0;
PORTD
.1=1;
PORTD
.2=0;
PORTD
.3=1;
lcd_clear();
lcd_gotoxy(0,0);
lcd_putsf("B0=0
B1=0");
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf("MAJU");
delay_ms(100);
}

Anda mungkin juga menyukai