Anda di halaman 1dari 11

Case Method

EVALUASI HASIL BELAJAR


“Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Motivasi Belajar
dan Hasil Belajar PPKn”

Disusun oleh:

NAMA ANGGUR ARIS (5213131010)


DOSEN PENGANPU Mega Silfiana Dewy, S.Pd., M.Pd, T
MATA KULIAH EVALUASI HASIL BELAJAR

PROGRAM STUDI S1

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIMED

TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
kasih karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas Case Method“ Evaluasi Hasil Belajar ”. Kami
juga berterima kasih kepada Ibu Dosen yang bersangkutan yang telah memberikan bimbingan nya
dalam penyelesaian tugas Case Method ini.

Dalam tugas ini di lampirkan 1journal " Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah
terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar PPKn”

Kami menyadari bahwa tugas ini masih ada kekurangan nya oleh sebab itu kami minta
maaf dan harap memaklumi apabila terdapat penjelasan dan dan hal-hal yang masih belum
sempurna. Akhir kata saya ucapkan terimakasih dan semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi
pembaca nya.

Medan,6 Oktober 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 4
PROFIL SEKOLAH ........................................................................................................................................... 5
1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN ................................................................................................................. 5
1.1 Pembatasan Masalah .......................................................................................................................... 5
1.2 Faktor Internal .................................................................................................................................... 5
1.3 Faktor Eksternal .................................................................................................................................. 6
2. SOLUSI UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN ......................................................................................... 7
2.1 Metode balajar.................................................................................................................................... 7
2.2 Keunggulan Metode belajar................................................................................................................ 8
2.3 Kesimpulan.......................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 11

3
PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan negara,
hal ini karena pendidikan merupakan proses budaya yang bertujuan untuk meningkatkan harkat
dan martabat manusia. Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 dinyatakan bahwa Pendidikan merupakan usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Artinya, pendidikan di sekolah merupakan proses yang
terencana dan mempunyai tujuan, sehingga segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dan peserta
didik dapat mencapai tujuan pembelajaran. Melalui proses pendidikan terencana diarahkan untuk
mewujudkan suasana belajar yang kondusif serta proses belajar yang menyenangkan, dengan
tujuan peserta didik dapat mengembangkan potensi diri.

Melihat tujuan dari pendidikan nasional tersebut, maka efektivitas pembelajaran harus
ditingkatkan, karena proses pembelajaran memegang peran penting dalam menghasilkan atau
menciptakan lulusan yang berkualitas. Oleh karena itu, perlu mendapatkan perhatian yang lebih
serius dari stakeholders untuk menciptakan kegiatan proses pembelajaran yang menyenangkan dan

4
efektif. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah pembaruan model pembelajaran yang dapat
menyentuh kemampuan peserta didik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Misalnya, model pembelajaran yang membiasakan peserta didik untuk aktif, sehingga peserta
didik dapat mengembangkan seluruh kemampuan untuk bisa belajar secara mandiri dengan
melihat isu-isu yang konvensional dalam kehidupan sehari-hari.

PROFIL SEKOLAH

Alamat lokasi : Jln.Raya Pandan, Mojokerto, Jatim, Indonesia

SMA NEGERI 1 PACET merupakan salah satu sekolah menengah atas negeri yang ada di
Kota Mojokerto. Adapun pelajaran yang diberikan meliputi semua mata pelajaran wajib sesuai
kurikulum yang berlaku dengan tambahan pilihan kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler sekolah
seperti karate, basket, futsal, grup belajar science dan lainnya.

SMA NEGERI 1 PACET memiliki staf pengajar guru yang kompeten pada bidang
pelajarannya sehingga berkualitas dan menjadi salah satu yang terbaik di Kota Mojokerto. Tersedia
juga berbagai fasilitas sekolah seperti ruang kelas yang nyaman, perpustakaan, lapangan olahraga,
kantin dan lainnya.

1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

1.1 Pembatasan Masalah

Pembatasan Masalah Pembatasan masalah diperlukan agar tidak terjadi kesalahan persepsi
dan agar pembahasan tidak melebar. Penelitian dilakukan kepada pihak sekolah, guru dan peserta
didik terkait rendahnya minat belajar PPKn Pada Siswa SMA NEGERI 1 PACET Jln.Raya
Pandan, Mojokerto, Jatim, Indonesia . Peneliti berusaha menggali dan mengidentifikasi apa saja
faktro-faktor yang menyebabkan minat belajar PPKn menjadi rendah. Harapannya dengan
penelitian ini dapat menumbuhkan semangat belajar PPKn yang lebih di lingkup SMA NEGERI
1 PACET.

1.2 Faktor Internal

Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran ialah terdapat pada


penggunaan model pembelajaran yang digunakan oleh pendidik kurang efektif dan kurang
menumbuhkan pembelajaran yang demokratis, sehingga dibutuhkan inovasi dalam pembelajaran

5
dengan menerapkan model pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi belajar dan peserta
didik mendapatkan hasil belajar yang maksimal khususnya dalam mata pelajaran PPKn. Upaya
yang dapat memperbaiki suasana belajar yang efektif, sehingga lebih melibatkan peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran berlangsung yaitu melalui model pembelajaran berbasis masalah.
Tujuannya ialah agar dapat meningkatkan keterampilan peserta didik untuk bekerja sama,
menumbuhkan keterampilan berpikir kritis, dan mampu memecahkan masalah-masalah dalam
kehidupan sehari-hari, khususnya dalam pembelajaran PPKn.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) mempunyai peran yang sangat


penting sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan atau potensi peserta didik untuk
berfikir kritis menanggapi isu-isu atau permasalahan yang ada. Oleh karena itu, untuk mendorong
kemampuan yang telah dimiliki oleh peserta didik, maka diperlukan penerapan model
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis masalah untuk membangkitkan motivasi belajar
dan hasil belajar peserta didik melalui pemecahan masalah yang terjadi di kehidupan sehari-hari.
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah dalam kehidupan sehari-hari sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk
belajar tentang cara berpikir kritis, keterampilan pemecahan masalah, dan untuk memperoleh
pengetahuan serta konsep dari materi pelajaran yang disampaikan. Menurut Etherington (2011, p.
53), bahwa pembelajaran berbasis masalah memandu peserta didik untuk menggali fakta-fakta
yang berguna atau konsep yang telah ditemukan”.

1.3 Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah kebalikan dari faktor intrnal yaitu yang datang dari luar diri
seseorang. Faktor ini bisa datang dari keluarga serta lingungan sekitarnya. Faktor eksternal juga
memiliki peran penting dalam proses belajar mengajar karena dengan faktor eksternal ini
seseorang memiliki minat belajar. Faktor eksternal yang dimaksud adalah, contohnya ada yang
berupa motivasi untuk belajar, nasihat, bimbingan dan lain sebgainya. Baik atau tidaknya
lingkungan dan keluarga akan menjadi penentu dari capaian hasil belajar siswa. Anurrahman
(2014:187-188) mengemukakan bahwa faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri
siswa yang memiliki pengaruh terhadap kegiatan dan hasil belajar yang dicapai siswa. Sebagai
contoh, anggaplah ada seorang siswa yang memiliki ktekunan dalam belajar karena memiliki
motivasi tinggi dan rajin ke sekolah karena mendapat dorongan dari keluarga dan teman. Bisa

6
dilihat nilai-nilai yang diberikan 19 guru tentu saja tinggi sesuai dengan minat belajar yang
dimiliki, begitupun sebaliknya.

Lebih lanjut Anurrahman mengemukakan beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi


belajar, meliputi :

1. faktor guru

2. lingkungan sosial (termasuk teman sebaya)

3. kurikulum sekolah

4. sarana dan prasarana

Keempat hal yang dikemukakan di atas menjadi poin penting yang mampu mempengaruhi
belajar siswa. Dimulai dari guru yang meberikan pelajaran kepada siswa, lingkungan atau lebih
tepatnya pergaulan siswa sehari-hari diluar lingkungan sekolah. Selain itu kurikulum sekolah juga
berperan cukup penting karena menjadi acuan pembelajaran di sekolah serta sarana dan prasarana
sekolah, tanpa sarana dan prasarana yang memadai maka sebagus apapun kurikulum sekolah tidak
akan berjalan dengan baik.

2. SOLUSI UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN

2.1 Metode balajar

Analisis yang digunakan dalam menentukan model yang paling efektif dalam pembelajaran
PPKn di SMA Negeri 1 Pacet Kabupaten Mojokerto ialah uji gain score dari ketiga model
pembelajaran tersebut juga dapat dilihat dari perolehan gain score motivasi belajar ialah sebagai
berikut.

7
Berdasarkan hasil analisis menggunakan gain score menunjukkan bahwa peserta didik
yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah memperoleh gain score sebesar 0,35
dalam kategori sedang. Peserta didik yang menggunakan model pembelajaran inquiry memperoleh
gain score sebesar 0,16 dalam kategori rendah dan perolehan gain score pada kelas kontrol yang
menggunakan model pembelajaran konvensional sebesar 0,03 dalam kategori rendah. Selanjutnya
untuk mengetahui keefektifan dari tiga model pembelajaran yang telah digunakan dalam penelitian
ini dilihat dari hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari perolehan gain score hasil belajar peserta
didik ialah sebagai berikut.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan gain score menunjukkan bahwa peserta didik
yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah memperoleh gain score sebesar 0,37
dalam kategori sedang. Peserta didik yang menggunakan model pembelajaran inquiry memperoleh
gain score sebesar 0,19 dalam kategori rendah dan perolehan gain score pada kelas kontrol yang
menggunakan model pembelajaran konvensional sebesar 0,04 dalam kategori rendah.

2.2 Keunggulan Metode belajar

Berdasarkan hasil penelitian di atas didukung pendapat dari Armigate, Pihl, & Ryberg
(2015, p. 1) bahwa “pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan pedagogis yang
mendorong orang-orang yang mengambil bagian dalam proses untuk bertindak baik agen
perubahan sebagai mendukung bekerja sama dengan rekanrekan, dan juga sebagai individu untuk
menggunakan kreativitas mereka dalam menemukan solusi untuk masalah-masalah praktis”.

Melalui kegiatan pembelajaran berbasis masalah peserta didik diajak membentuk


kelompok-kelompok untuk melakukan investigasi dalam pemecahan masalah dalam satu
kelompok, sedangkan peran pendidik adalah sebagai fasilitator untuk membantu jalannya diskusi
serta membantu untuk mengarahkan mencari berbagai informasi atau sumber sebagai bahan
peserta didik untuk mencari solusi sampai dapat menarik kesimpulan atas permasalahan-

8
permasalahan yang telah dibahas. Dengan demikian kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan
materi yang disampaikan oleh pendidik lebih mudah diterima.

2.3 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut.

1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan model pembelajaran berbasis masalah terhadap
motivasi belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Pacet Kabupaten Mojokerto. Hal ini ditunjukkan
dari nilai F hitung > F tabel (10,933 > 3,09) atau nilai p lebih kecil dari 0,05 (p= 0,000 < 0,05).

2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan model pembelajaran berbasis masalah terhadap
hasil belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Pacet Kabupaten Mojokerto. Hal ini ditunjukkan dari
nilai F hitung > F tabel (32,737 > 3,09 atau nilai p lebih kecil dari 0,05 (p= 0,000 < 0,05).

3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan model pembelajaran berbasis masalah terhadap
motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Pacet Kabupaten Mojokerto. Hal
ini ditunjukkan dari nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p= 0,000 < 0,05).

4. Model yang paling efektif dalam pembelajaran ppkn di SMA Negeri 1 Pacet yaitu model
pembelajaran berbasis masalah. Hal ini ditunjukkan hasil skor gain scor motivasi belajar siswa
sebesar 0,35 dan didukung hasil gain scor pada hasil belajar peserta didik sebesar 0,37. Artinya
model pembelajaran berbasis masalah termasuk model yang paling efektif dalam pembelajaran
ppkn dibandingkan model yang lain.

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan maka implikasi dalam


penelitian ini ialah sebagai berikut.

1. Model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap hasil belajar dan motivasi
belajar peserta didik. Model pembelajaran secara efektif dapat mengembangkan kemampuan
berpikir peserta didik dengan memecahkan masalah yang dapat berdampak pada aktivitas kognitif
tingkat tinggi pada peserta didik, sehingga hasil belajar menjadi lebih optimal. Melalui model
pembelajaran berbasis masalah proses pembelajaran yang dilalui peserta didik menjadi lebih
menyenangkan dan lebih disukai peserta didik, sehingga mendorong motivasi belajar;

9
2. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah tidak dapat diterapkan di keseluluhan
materi yang terdapat di kurikulum satuan pendidikan. Sehingga perlu menyesuaikan antara model
yang digunakan dengan pokok materi yang akan disampaikan.

Materi pokok yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah ialah materi yang
berkaitan dengan analisis kasus dan materi yang memuat isu-isu kontroversial. Adapun
kompetensi dasar yang sesuai dengan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah ialah
sebagai berikut. (a) mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), SMA
pada Kelas X mencakup; 1) Kompetensi Dasar 3.1 dengan pokok bahasan menganalisis kasus-
kasus pelanggaran HAM dalam rangka pelindungan dan pemajuan HAM sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; 2). Kompetensi Dasar 3.4
dengan pokok memahami hubungan struktural dan fungsional pemerintahan pusat dan daerah
menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945).

Kompetensi Dasar 3.5 dengan pokok bahasan memahami sistem hukum dan peradilan
nasional dalam lingkup NKRI; 4). Kompetensi Dasar 3.6 dengan pokok bahasan menganalisis
kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban sebagai warga negara; dan 5). Kompetensi
Dasar 3.7 dengan pokok bahasan menganalisis indikator ancaman terhadap negara dalam
membangun integrasi nasional dengan bingkai Bhinneka Tunggal Ika. (b) mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), SMA pada Kelas XI mencakup:

1). Kompetensi Dasar 3.1 dengan pokok bahasan menganalisis kasus pelanggaran HAM
dalam rangka pelindungan, pemajuan, dan pemenuhan HAM;

2). Kompetensi Dasar 3.2 dengan pokok bahasan menganalisis pasal-pasal yang mengatur
tentang wilayah Negara, warga Negara dan penduduk, agama dan kepercayaan, pertahanan dan
keamanan;

3). Kompetensi Dasar 3.3 dengan pokok bahasan menganalisis perkembangan demokrasi
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;

4). Kompetensi Dasar 3.5 dengan pokok bahasan menganalisis praktik perlindungan dan
penegakan hukum dalam masyarakat untuk menjamin keadilan dan kedamaian; dan

10
5). Kompetensi Dasar 3.6 dengan pokok bahasan menganalisis kasus pelanggaran hak dan
pengingkaran kewajiban sebagai warga Negara.

Beberapa saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:

1. guru diharapkan mampu untuk melanjutkan penggunaan model pembelajaran berbasis


masalah dalam pembelajaran PPKn sehingga hasil belajar dan motivasi belajar pada peserta didik
akan terus meningkat

2. peneliti lainnya diharapkan dapat memanfaatkan penelitian ini sebagai bahan acuan
dalam melaksanakan penelitian berikutnya dan dapat memaksimalkan upaya penerapan model
pembelajaran berbasis masalah disertai media, sehingga hasil belajar dan motivasi belajar peserta
didik menjadi lebih optimal; dan

3. sebelum diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah diperlukan terlebih dahulu


memilih atau menentukan pokok pembahasan yang sesuai dengan langkah-langkah dalam model
pembelajaran, hal ini diharapkan dapat membantu peserta didik mencapai kompetensi.

DAFTAR PUSTAKA

Moh. Wahyu Kurniawan dan Wuri Wuryandani .“Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis
Masalah terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar PPKn”. Jurnal Civics, Volume 14,
Nomor 1, Mei 2017.

Dian Asmara, Muslim. “Faktor Penyebab Rendahnya Motivasi Belajar Siswa Terhadap Mata
Pelajaran PPKN Kelas VII diSMPN 2 Muara Bungo”

Adhe Mega Mauliddia, Khairun Nisa, Ilham Syahrul Jiwandono. “Pengembangan Media
Pembelajaran Ritatoon untuk Menarik Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PPKn
Kelas IV SDN 1 Kerumut”. Volume 7, Nomor 2c, Juni 2022.

Christina Banuareah,Tri Sara Sijabat, Rafiah Ardiyati. “Case Method Perilaku Konsumen”.

11

Anda mungkin juga menyukai