Anda di halaman 1dari 12

2022

BEST
PRACTICE
LPTK Universitas Muhammadiyah Malang
Praktik Pengalaman Lapangan 2
Disusun Oleh :
EKO CAHYONO
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas Kehadirat Allah SWT
yang senantiasa memberikan rahmat serta
hidayahnya kepada kita semua, sehingga saya
dapat menyelesaikan Best Practice sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Pembelajaran dengan menggunakan metode
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
ini merupakan salah satu upaya untuk
memecahkan suatu permasalahan
pembelajaran khususnya pembelajaran
Matematika materi mengenal bangun datar
sederhana pada siswa kelas I SDN 2 Tegalrejo,
Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara masih banyak peserta didik yang
memiliki motivasi belajar yang rendah, belum memaknai sebuah pembelajaran
ehingga berdampak pada hasil belajar peserta didik. dengan menggunakan metode
metode pembelajaran ProblemBased Learning (PBL) yang sesuai dengan uraian
engalaman nyata diharapkan memiliki nilai kebermanfaatan baik yang dirasakan
leh penyusun Utamanya adalah peserta didik, yaitu meningkatkan motivasi dan
asil belajar peserta didik.
Dalam penyusunan Best Practice ini dapat terselesaikan atas bantuan berbagai
ihak, diantaranya rekan pendidik, peserta didik, dan ucapan terima kasih atas
imbingan Bapak Ibu Pengawas Korwil X yang telah memberikan motivasi dan
rahan selama proses pembuatan Best Practice ini.
Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan Best Practice ini masih banyak
ekurangan didalamnya. Sehingga, kritik dan saran dari pembaca akan menjadikan
enulis lebih baik lagi demi kesempurnaan penyusunan Best Practice selanjutnya.
erima Kasih

Ponorogo, 16 Desember 2023


Penulis

Eko Cahyono, S.Pd.SD


BEST PRACTICE

Lokasi
SDN 2 Tegalrejo

Lingkup Pendidikan
Sekolah Dasar Negeri

Tujuan Yang Ingin Dicapai


Melalui model pembelajaran problem based learning dan memanfaatkan media
pembelajaran benda konkrit peserta didik di harapkan mampu memaknai
pembelajaran Matematika materi Bangun datar sederhanadan ciri-cirinya
BEST PRACTICE

Situasi
Tantangan
Aksi
Dampak
Refleksi
Situasi Pembentukan kemampuan siswa di sekolah dipengaruhi oleh proses belajar yang
ditempuhnya. Proses belajar akan terbentuk berdasarkan pandangan dan pemahaman
guru tentang karakteristik siswa dan juga hakikat pembelajaran. Untuk menciptakan
proses belajar yang efektif, hal yang harus dipahami guru adalah fungsi dan peranannya
dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu sebagai pembimbing, fasilitator, nara sumber, atau
pemberi informasi. Proses belajar yang terjadi tergantung pada pandangan guru terhadap
makna belajar yang akan mempengaruhi aktivitas siswa-siswanya. Dengan demikian,
proses belajar perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Untuk mendukung
hal tersebut, diperlukan pemahaman para guru mengenai karakteristik siswa dan proses
pembelajarannya, khususnya di SD kelas rendah.
Pembelajaran di kelas rendah dilaksanakan berdasarkan rencana pelajaran yang telah
dikembangkan oleh guru. Proses pembelajaran harus dirancang guru sehingga kemampuan
siswa, bahan ajar, proses belajar, dan sistem penilaian sesuai dengan tahapan
perkembangan siswa. Hal lain yang harus dipahami, yaitu proses belajar harus
dikembangkan secara interaktif. Dalam hal ini, guru memegang peranan penting dalam
menciptakan stimulus respon agar siswa menyadari kejadian di sekitar lingkungannya.
Siswa kelas rendah masih banyak membutuhkan perhatian karena focks konsentrasinya
masih kurang, perhatian terhadap kecepatan dan aktivitas belajar juga masih kurang. Hal
ini memerlukan kegigihan guru dalam menciptakan proses belajar yang lebih menarik dan
efektif. 3 Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam
menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan
kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata, yaitu
sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada
dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses
asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan
akomodasi (proses memanfaatkan konsepkonsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek).
Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama
dan pengetahuan baru menjadi seimbang.
Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan
melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan uraian tersebut, maka perilaku
belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya.
Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam
konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya.
Kondisi demikian memerlukan diagnosis yang tepat agar mendapat solusi alternatif sesuai
dengan harapan. Diagnosis masih rendahnya motivasi dan hasil belajar peserta didik dalam
pelajaran Matematika materi mengenal bangun datar sederhana sebagai usaha yang
dilakukan untuk memahami dan menetapkan penyebabnya serta mempelajari faktor-
faktor yang mempengaruhinya serta cara menetapkan dan kemungkinan mengatasinya
Fakta empiris yang dialami pendidik penulis sebagai pendidik pengajar di kelas I SDN 2
Tegalrejo menunjukkan bahwa :
1. Terdapat beberapa peserta didik yang hasil belajarnya masih di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM).
2.Kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran.
3.Kurangnya penggunaan media pembelajaran yang interaktif.
4.Siswa masih pasif dalam pembelajaran.
5.Kurangnya kemampuan berkomunikasi siswa dalam pembelajaran.
6.Kurangnya pemanfaatan teknologi komunikasi dalam pembelajaran.
7.Kurangnya kemampuan pendidik dalam pengelolaan kelas, peran pendidik lebih
dominan.
8.Kurangnya motivasi pendidik untuk mengikuti pelatihan terkait model-model
pembelajaran inovatif.
9.Kurangnya pemahaman pendidik tentang sintaks model-model pembelajaran inovatif.
Berdasarkan fakta empiris tersebut, jelaslah bahwa rendahnya motivasi belajar
peserta didik berdampak pada prestasi belajar peserta didik. Perlunya diadakan diagnosis
belajar karena berbagai pertimbangan untuk mencari pemecahannya. Pertama, setiap
peserta didik hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara
maksimal, kedua; adanya perbedaan kemampuan, kecerdasan, bakat, minat dan latar
belakang lingkungan masing-masing peserta didik. Ketiga, sistem pengajaran di sekolah
seharusnya memberi kesempatan pada peserta didik untuk maju sesuai dengan
kemampuannya. Dan, keempat, untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh
peserta didik, hendaknya pendidik lebih inovatif dan kreatif dalam pembelajaran, harus
keluar dari zona nyaman mengajar dengan pola lama, kurangnya pemanfaatan teknologi di
era digital. Apalagi kurkulum sudah menganjurkan bahwa sebagai pendidik tugasnya
sebagai fasilitator dan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
Dalam rangka menyelesaikan masalah tersebut, pendidik kelas I telah mencoba formulasi
yang relatif efektif mengatasi hal tersebut melalui kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Model Problem Based
Learning dipandang memiliki keunggulan dalam proses pembelajaran. Keunggulan
tersebut sesuai yang dipaparkan dalam kemendikbud (2013b) sebagai berikut: (1) proses
pembelajaran bermakna bagi peserta didik dimana siswa belajar memecahkan masalah
melalui penerapan pengetahuan yang dimilikinya; (2) peserta didik mengintegrasikan
pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks
yang relevan; (3) meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan
hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. pembelajaran berbasis proyek adalah
metode pembelajaran yang mendorong murid untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan. Pemberian proyek-proyek tersebut melibatkan tantangan dan masalah yang
dapat mereka hadapi di dunia nyata. Metode yang bersifat student-centered pedagogy ini
memungkinkan murid untuk terus berinovasi secara mandiri dalam proses belajar.
Mengutip dari The Hun School of Princeton, inilah manfaat yang didapatkan dari
menerapkan pendekatan problem-based learning.
1. Meningkatkan kemandirian dalam belajar
Pendekatan ini mendorong anak-anak untuk berinisiatif dan tanggung jawab untuk
pembelajaran mereka sendiri. Saat mereka didorong untuk menggunakan penelitian dan
kreativitas, mereka mengembangkan keterampilan yang akan bermanfaat bagi mereka
hingga dewasa.
2. Mendorong partisipasi aktif anak dalam belajar
Berbeda dengan pembelajaran tradisional yang cenderung mengharuskan siswa untuk
duduk, mendengar, dan mencatat, pada pendekatan ini, siswa duduk di kursi kemudi.
Mereka harus tetap tajam, menerapkan pemikiran kritis, dan berpikir out of the box untuk
memecahkan masalah.
3. Mengembangkan keterampilan dalam dunia nyata
Kemampuan yang dikembangkan siswa tidak hanya diterapkan ke dalam satu kelas atau
materi pelajaran, tetapi juga dapat diterapkan pada sejumlah besar mata pelajaran
sekolah serta kehidupan sehari-hari di luar sekolah. Mulai dari kepemimpinan hingga
kemampuan menyelesaikan masalah dalam konteks kehidupan nyata.
4. Meningkatkan kemampuan kerja sama
Beragam aktivitas dalam pendekatan problem-based learning meminta siswa untuk
berkolaborasi dengan teman sekelasnya untuk menemukan solusi. Pendekatan kerja sama
ini mendorong anak-anak untuk membangun keterampilan seperti kolaborasi, komunikasi,
kompromi, dan mendengarkan.
5. Mendorong penghargaan intrinsik
Penghargaan yang diperoleh dari problem-based learning jauh lebih besar daripada sekadar
nilai A. Siswa mendapatkan rasa self-respect dan kepuasan karena mengetahui bahwa ia
telah memecahkan teka-teki, menciptakan solusi inovatif, atau membuat produk yang
nyata.
Berdasarkan paparan di atas maka pada penulisan best practice ini, penulis
mengetengahkan judul “MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS I MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATA PELAJARAN
MATEMATIKA MATERI MENGENAL BANGUN DATAR SEDERHANA DI SDN 2 TEGALREJO
KECAMATAN PULUNG KABUPATEN PONOROGO”
Tantangan
Tantangan untuk mencapai tujuan dalam penerapan model pembelajaran ProblemBased
Learning (PBL) khususnya kelas rendah yang memerlukan penanganan secara tatap muka,
kurangnya kemampuan siswa dalam berkomunikasi, Kurangnya sikap percayadiri siswa, belum
terbiasanya pembelajaran siswa daring menggunakan aplikasi Gmeet, kurangnya peran aktif
orang tua sebagai pendamping dan pembimbing pengganti peran pendidik di rumah,
perlunyajaringan dan perangkat untuk menunjang pembelajaran daring yang belum memadai
sehingga perlu kerja keras dan ketelatenan pendidik untuk terus membimbing dan melatih cara
berfikir mereka. Selain hal tersebut pendidik di haruskan untuk memberikan suasana
pembelajaran baru yang menyenangkan dan bermakna bagi peserta didik terlebih pembelajaran
moda daring.
Untuk mencapai tujuan tersebut banyak pihak yang penulis libatkan seperti pendidik senior
yang memiliki pengalaman lebih di bidang pedagogik sebagai sumber pengetahuaan untuk
menambah wawasan cara dalam menghadapi peserta didik, apakah yang akan penulis
laksanakan sudah memenuhi standart mengajar aatau belum. Kepala sekolah sebagai pemangku
kebijakan sekolah sebagai penentukebijakan pelaksanaan pembelajaran tersebut boleh penulis
laksanakan atau tidak. Dosen pembimbing dan pendidik pamong sebagai pembimbing mahasiswa
dalam mengembangkan perangkat ajar terbaru yang telah sesuai dengan kurikulum terbaru dan
memenuhi standart untuk dapat diterapkan kepada peserta didik. Peserta didik kelas I sebagai
subjek penerapan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL)
Aksi
Adapun Langkah-langkah yang harus saya lakukan sesuai
dengan tantangan yang dihadapi antara lain:
1.Penggunaan media pembelajaran
a. Strategi yang dilakukan pendidik dalam pemilihan media
pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi dan
karakteristik siswa. Disini pendidik menggunakan media benda
kongkrit. Pendidik juga menggunakan media berbasis TPACK
berupa canva dan video pembelajaran yang ditayangkan
melalui Gmeet dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan evaluasi
b. Proses pembuatan media ini dimulai dengan membuatcanva
yang diberi gambar-gambar yang berkaitan dengan materi,
membuat video pembelajan untuk mendukung penyampaian
materi, serta pembuatan soal evaluasi.
c. Sumber daya yang diperlukan untuk membuat media
pembelajaran adalah laptop, internet, bahan-bahan untuk
mendukung pembelajaran yang dikemas melalui misteri box
yang sebelum pembelajaran telah diserahkan kepada orang tua
2. Penggunaan metode pembelajaran yang variatif
a. Strategi yang dilakukan pendidik dalam pemilihan
metode pembelajaran adalah dengan memahami
karakteristik siswa dan kesesuaian dengan materi.
Disini pendidik memilih menggunakan metode,
tanya jawab, diskusi, dan eksperimen.
b. Proses pemilihan metode ini dengan cara mempelajari
metode-metode pembelajaran melalui youtube, kemudian
menyesuaikan metode yang sesuai dengan keadaan siswa dan
materi di buku pendidik dan buku siswa.
c. Sumber daya yang diperlukan dalam
pemilihan metode ini antara lain
pemahaman/ kompetensi pendidik
tentang metode pembelajaran dan
materi pembelajaran. Kemudian pada
metode eksperimen diperlukan alat
dan bahan untuk menyususn sebuah
objek dari kumpulan bangun datar
3. Pemilihan model pembelajaran
a. Strategi yang dilakukan pendidik dalam pemilihan model pembelajaran
adalah dengan memahami karakteristik siswa dan
karakteristik materi. Disini pendidik memilih model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
b. Proses pemilihan model pembelajaran adalah
dengan cara mempelajari sintaks-sintaks pada
beberapa model pembelajaran di internet, dan
juga penjelasan dosen pembimbing kemudian
menyesuaikan dengan karakteristuk materi pada
buku pendidik dan buku siswa.
c. Sumber daya yang diperlukan dalam pemilihan
metode ini antara lain pemahaman/ kompetensi
pendidik tentang sintaks-sintaks pada model pembelajaran
PBL.
4. Meningkatkan motivasi siswa
a. Strategi yang dilakukan pendidik untuk meningkatkan motivasi siswa
adalah dengan merancang kegiatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Disini pendidik mengembangkan modul ajar dengan kegiatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pemberian
reward dan ice breaking dalam proses pembelajaran.
b. Proses pengembangan modul ajar yang berpusat
pada siswa dilakukan dengan cara menentukan
kegiatan-kegiatan yang dilak
ukan selama pembelajaran yang membuat siswa selalu
aktif, pemberiana semangat seperti reward dan juga
ice breaking.
c. Sumber daya yang diperlukan adalah pemahaman
dan kreatifitas pendidik dalam merancang desain pem
belajaran agar siswa aktif dalam proses pembelajaran.
Pemutaran video pembelajaran, lagu-lagu untuk ice
breaking dan stiker untuk pemberian reward.
Selain langkah-langkah/strategi di atas,yang dilakukan
untuk menghadapi tantangan ialah dengan mengondi
sikan suasana belajar. Dalam pembelajaran, siswa
diberikan kesempatan untuk terlibat aktif dalam proses
belajar mengajar. Mereka melakukan pemecahan
terhadap suatu permasalahan yang disajikan bersama
anggota kelompoknya untuk menciptakan kerja sama,
gotong royong, dan komunikasi, kemudian setiap
kelompok mempresentasikan hasilnya. Dalam kegiatan
presentasi juga diberi kesempatan tanya jawab antar
kelompok sehingga terciptalah pembelajaran yang
aktif, berkesan, dan bermakna.
Dampak & Refleksi
Dampak dari aksi dan langkah-langkah yang dilakukan pendidik sangat efektif
dikarenakan :
1.Penggunaan media pembelajaran yang berbasis TPACK dan juga bersifat konkret dapat
membuat pembelajaran berpusat pada siswa.
2.Pemilihan metode pembelajaran yang inovatif sangat efektif untuk meningkatkan hasil
belajar siswa yang terlihat dari kegiatan siswa pada saat pembelajaran serta dibuktikan
dengan hasil evaluasi pembelajaran semua siswa di atas KKM.
3.Pemilihan model pembelajaran PBL menumbuhkan siswa untuk berfikir kritis, yang dapat
dilihat dari beberapa pertanyaan, tanggapan, dan masukan masing-masing siswa pada saat
pembelajaran.
4.Desain kegiatan yang berpusat pada siswa dapat meningkatkan keaktifan siswa sehingga
dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
Keberhasilan dari proses pembelajaran dapat dilihatdari hasil evaluasi yang dilakukan.
Sebelum pendidik membuat rencana aksi dengan memilih media, metode, model
pembelajaran yang inovatif, baru 30% siswa yang hasil belajarnya mencapai nilai di atas
KKM (75), dengan nilai rata-rata 60. Setelah pendidik menerapkan model pembelajaran PBL,
pendekatan TPACK, dan media benda kongkrit untuk siswa Kelas I SDN 2 Tegalrejo pada
materi mengenal bangun datar sederhana, hasil belajar peserta didik di atas KKM sebanyak
90-100 %, dengan nilai rata-rata 85. Pemahaman siswa mengenaibangun datar sederhana
dapat meningkat cukup signifikan.
Adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas I SDN 2 Tegalrejo,
Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Kepala sekolah memberikan respon positif
dengan memberikan motivasi untuk selalu berkarya dan meningkatkan kompetensi agar
menjadi contoh pendidik-pendidik yang lain. Pendidik/ teman sejawat memberikan
responpositif dengan beberapa alasan anata lain pendidik sudah mulai menggunakan
metode pembelajaran yang tepat yaitu metode PBL, kemudian tampilan Materi melalui
canva dan video pembelajaran yang menarik sehingga pembelajaran bisa kondusif dan
menyenangkan sehingga siswa menjadi antusias dan aktif dalam berdiskusi,
mempresentasikan hasil LKPD. Pendidik - pendidik lain berharap bisa menerapkan
kegiatan pembelajaran trersebut. Siswa sangat menyukai kegiatan pembelajaran dan
selalu aktif bertanya jawab. Pada saat pendidik menampilkan Baham ajar dan video, siswa
mengikutinya dengan antusias.
Faktor – faktor yang menunjang keberhasilan ditunjukkan dengan meningkatnya rata-rata
hasil belajar siswa, keberanian anak dalam berbicara atau berkomunikasi, serta
meningkatnya keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran.
pendidik bisa mengidentifikasi berbagai permasalahan yang dialami dan kesulitan siswa
dalam mengikuti pembelajaran untuk berfikir kritis, sehingga pendidik dapat memperbaiki
setiap kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Selain itu,
penggunakan bahan ajar atau media pembelajaran yang interaktif dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
LPTK
Universitas Muhammadiyah Malang

TERIMAKASIH
PPG DALJAB KATEGORI 1 GELOMBANG 2
Ponorogo, 15 Nopember
2022

Penulis
Eko Cahyono,S.Pd.SD

Anda mungkin juga menyukai