PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
manusia (SDM). Selain itu pendidikan berperan penting dalam pembangunan dan
merupakan satu hal penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa, sehingga
dapat dilaksanakan dimana saja, salah satu lembaga yang memberikan pendidikan
mutu pendidikan.
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, dan cara-cara belajar bagaimana
1
Menurut Rusman, pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas
berbagai komponen yang saling berhubungan satu sama lain. Komponen tersebut
meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen tersebut harus
diperhatikan guru dalam memilih dan menentukan model pembelajaran yang akan
positif pada penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diajarkan dan hasil
belajar siswa. Pada kenyataan di lapangan, proses pembelajaran yang ada selama
ini belum optimal karena siswa masih belum aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Siswa hanya duduk diam dan mendengarkan materi dari guru. Pembelajaran yang
yang merupakan proses pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered). Pada
model pembelajaran ini guru sangat aktif dalam proses pembelajaran tetapi siswa
sangat pasif, menerima dan mengikuti penjelasan dari guru. Sehingga dapat
berpusat pada guru (teacher centered), guru menjadi sumber dan pemberi
keterampilan berpikir kritis siswa kurang optimal dan hal ini tidak sesuai dengan
diikuti oleh siswa di sekolah dari jenjang pendidikan dasar. Hal ini dimaksudkan
kritis, kreatif, serta kemampuan bekerja sama (Daryanto, 2013: 411). Sebagian
siswa menganggapnya sebagai pelajaran yang sulit dan kurang diminati. Padahal
2
3
efisien dan efektif adalah menjadi ciri pelajaran matematika yang sangat
pelajaran yang sangat sulit tidak dapat disalahkan begitu saja karena anggapan itu
matematika.
Hal ini juga terlihat pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tomia yang
mata pelajaran matematika yang ditetapkan di sekolah tersebut yakni pada nilai
65. Berdasarkan nilai ulangan semester kelas VII SMP Negeri 2 Tomia semester
bawah 65, dan 60,9% yang lainnya mampu mencapai nilai lebih dari atau sama
dengan 65. Siswa SMP Negeri 2 Tomia dikatakan tuntas dalam mata pelajaran
Tomia sebabkan oleh banyak faktor yang terkait di dalamnya. Salah satunya
adalah siswa tidak terlibat secara aktif dalam pembelajaran disebabkan oleh
kehidupan sehari-hari. Sebagai salah satu sekolah menengah pertama yang telah
memahami konsep matematika. Salah satu peran guru adalah sebagai fasilitator
baik dalam memahami suatu konsep maupun dalam mengingat suatu konsep.
Dalam hal ini guru dituntut untuk kreatif dalam menggunakan pendekatan dan
model pembelajaran yang dapat mengaktifkan interaksi antara siswa dan guru,
siswa, antara lain: siswa terlihat kurang antusias, daya kreatifnya rendah, dan
siswa bersikap acuh tak acuh. Diskusi dengan guru-guru matematika SMP Negeri
tersebut, antara lain: (1) proses pembelajaran masih berpusat pada guru, (2) pola
pengajaran selama ini masih pada tahapan memberikan informasi tentang materi-
4
5
untuk menemukan jawaban soal, dan (4) siswa kurang diarahkan untuk
dan kemudian mencari solusi. Upaya yang dilakukan dapat dari segi materi,
materi menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana atau peningkatan mutu siswa
tugas dan tanggung jawab guru sehari-hari dan akan berdampak pada tugas-tugas
model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan
memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya, berpusat pada siswa
gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi
proses belajar yang baru, mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan
menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang akan diperoleh akan
tahan lama dalam ingatan, tidak mudah dilupakan siswa. Di dalam pembelajaran
Diharapkan jika siswa secara aktif terlibat didalam menemukan suatu prinsip
dasar sendiri, ia akan memahami konsep lebih baik, ingat lama dan akan mampu
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
6
7
dalam kehidupan nyata sehari-hari yang bersifat realistik. Selanjutnya siswa dapat
ke dalam model matematika lalu menggunakan konsep yang telah dimiliki untuk
realistik dunia nyata digunakan sebagai titik awal untuk pengembangan ide dan
realistik ini berangkat dari kehidupan siswa, yang dapat dengan mudah dipahami
oleh siswa, nyata dan terjangkau oleh imajinasinya, dan dapat dibayangkan
(2014) menegaskan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari hasil model
informasi model pembelajaran ini lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar
matematika siswa.
B. Rumusan Masalah
realistik?
siswa?
8
9
C. Tujuan Penelitian
matematika realistik.
siswa
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah
laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat
lingkungan. Dapat dikatakan juga bahwa belajar sebagai suatu aktivitas mental
atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan
relative tetap dari perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Tahun 1985
Gagne menyatakan belajar adalah suatu dalam kemampuan yang bertahan lama
dan bukan berasal dari proses pertumbuhan (Hamzah dan Muhlisrarini, 2014: 18).
Jihad dan Haris (2013:1) Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur
hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada
dalam (Slameto, 2010:11) Belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang
siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah. Sebab itu Bruner mempunyai
11
pendapat, alangkah baiknya bila sekolah dapat menyediakan kesempatan bagi
siswa untuk maju dengan cepat sesuai dengan kemampuan siswa dalam mata
pelajaran tertentu.
yang terjadi dalam belajar adalah perubahan yang disebabkan oleh proses
belajar. Dalam arti sempit pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau
cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar. Sedangkan
dalam arti luas, pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis
dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru)
dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan suatu
kelas maupun di luar kelas, dihadiri guru secara fisik atau tidak, untuk menguasai
dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Menurut Palaki (2015: 9),
pembelajaran adalah suatu proses interksi yang dilakukan oleh individu (pendidik)
yang baru secara keseluruhan. Usman dalam novita (2014: 130), pembelajaran
adalah usaha untuk mengubah struktur kognitif, afektif dan psikomotor siswa
12
13
melalui penataan belajar. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai output dari beberapa
perubahan positif yang relatif baik untuk menciptakan pengalaman baru dari
didalamnya terdapat suatu rancangan yang dibuat oleh guru untuk menghasilkan
adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk
materi matematika.
situasi nyata. Peran guru di sekolah sangat dibutuhkan dalam tercapainya tujuan
mencapai hasil belajar yang optimal (Uno dalam Fitri, dkk, 2014: 18).
itu, keterlibatan siswa secara aktif sangat penting dalam kegiatan pembelajaran.
dalam penalaran suatu hubungan antara suatu konsep dengan konsep yang
lainnya.
guru sebagai organisator dalam membantu siswa untuk berfikir logis kritis dan
Arikunto dalam ngatini (2012: 153) menyatakan hasil belajar adalah hasil
akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan
yang dapat diamati dan dapat diukur”. Juliah dalam jihad (2008: 15) menyatakan
hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari
bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah menerima materi
merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa.
Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu
pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian penilaian hasil
14
15
belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari disekolah, baik itu mencakup
pengetahuan sikap dan keterampilan. Hal ini sesuia dengan pendapat Hasibuan
(2009: 6) yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa mencakup perubahan pada
tiga ranah siswa yaitu ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotorik.
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu
sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang hasil belajar maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan nilai yang dicapai oleh siswa setelah
melalui kegiatan belajar dalam waktu tertentu. Jadi, hasil belajar matematika
memperoleh pengalaman atau proses belajar dalam tes hasil belajar. Hasil belajar
matematika dalam penelitian ini yaitu nilai yang diperoleh siswa di kelas
Model pembelajaran berasal dari dua kata yaitu model dan pembelajaran.
Model adalah sebuah gambaran mental yang membantu kita memahami sesuatu
yang tidak bisa kita lihat atau alami secara langsung (Smith, 2010: 73) sedangkan
pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar (Triyanto,
2011: 5).
situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan
sendiri. Agar peserta didik belajar melalui keterlibatannya secara aktif dengan
diberikan.
merupakan model pembelajaran yang bersifat student oriented dengan teknik trial
16
17
Selain dengan menghadapkan pada suatu masalah, guru juga dapat memulai
sementara).
mengamati objek, atau melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya untuk
membuktikan hipotesis yang telah dibuat. Pada tahap ini secara tidak langsung
dihitung untuk memperoleh jawaban apakah sesuai dengan hipotesis atau tidak
5. Verification (pembuktian)
Tahap ini, dilakukan penyimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan
berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan
18
19
penemuan,
3. model ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan kepada mereka
masalah,
6. melatih siswa agar tidak selalu tergantung pada faktor eksternal, seperti
7. materi pelajaran melalui penemuan memiliki retensi yang lebih lama daripada
materi yang diajarkan guru, sebab materi itu diorganisasi berdasarkan interes
20
21
itu sendiri, sehingga lebih siap direproduksi jika diperlukan (Ansyar, 2015:
233).
dan peserta didik yang suadah biasa dengan perencanaan dan pengajaran
secara tradisional,
6. model ini mungkin tidak akan meberi kesempatan untuk berfikir kreatif,
2015: 185).
memudahkan siswa dalam belajar matematika. Selain itu, siswa juga diberikan
diaplikasikan dalam masalah sehari-hari atau dalam bidang lain (Utari dkk., 2012:
Menurut Gravemeijer (Supinah, dkk. 2008: 16), ada tiga prinsip kunci RME
22
23
bimbingan guru. Ketika siswa melakukan proses belajar maka dalam dirinya
matematika yang sudah siap pakai untuk memecahkan masalah, diubah dengan
bahwa proses matematisasi horisontal antara lain meliputi proses atau langkah-
mengembangkan suatu model. Model ini diharapkan dibangun sendiri oleh siswa,
matematika realistik dapat dilaksanakan melalui 4 fase yaitu dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Aktivitas
No Fase
Guru Siswa
24
25
26
27
dikaitkan dengan kehidupan dunia nyata. Konteks dunia nyata yang digunakan
3) peserta didik merasa dihargai dan semakin terbuka karena setiap jawaban
telah ditemukan,
1) tidak mudah untuk mengubah pandangan yang mendasar tentang berbagai hal
misalnya mengenai siswa, guru, dan peranan sosial atau masalah kontekstual,
3) tidak mudah bagi guru dalam mendorong siswa agar biasa menemukan
terstruktur dan dapat dipelajari melalui tahap demi tahap. Model ini berpusat pada
guru (teacher centered) dan melandaskan pada tiga ciri: (1) tipe siswa yang
dihasilkan; (2) alur atau sintaks dalam proses pembelajaranya; dan (3) lingkungan
(suasana) belajarnya.
salah satu pendekatan mengajar yang dirancang secara khusus untuk menunjang
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan
28
29
atau keterampilan.
memberikan bimbingan.
a) guru dapat mengendalikan isi materi dan urutan materi yang akan diberikan
ke siswa,
b) model ini memungkinkan untuk diterapkan secara efektif dalam kelas yang
e) informasi yang banyak dapat tersampaikan dalam waktu yang realtif singkat
f) salah satu metode yang dipakai dalam model ini adalah ceramah,
30
31
(yang seharusnya terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka lihat), dan
i) model pembelajaran ini berguna bagi siswa yang tidak memiliki atau
dan mencakup dengan baik. Oleh karena itu, guru masih harus mengajarkan
ketertarikan siswa,
guru,
d) kesuksesan pembelajaran ini sangat tergantung pada guru. Jika guru siap,
dengan baik,
baik dari guru. Jika komunikasi tidak berlangsung efektif, dapat dipastikan
i) jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan
kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat isi
dipelajari oleh dirinya karena menganggap materi yang akan diajarkan oleh
learning. Sedangkan bagian yang tidak relevan dari penelitian ini melihat
32
33
Bagian yang relevan pada penelitian ini adalah sama-sama meneliti hasil
C. Kerangka Berpikir
Melalui discovery learning, siswa juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba
discovery learning adalah siswa tidak hanya aktif menyelidiki masalah sendiri
tetapi dengan menyelediki masalah, siswa dapat merasa puas dan senang dalam
belajar matematika serta pengetahuan yang diteliti sendiri dapat terekam di otak
lebih lama dibandingkan dengan pengetahuan yang diberikan oleh guru. Melalui
kehidupan nyata siswa sehingga siswa lebih mudah memahami masalah yang
dihadirkan. Pada tahap ini akan nampak aktivitas mental siswa yaitu menanggapi
soal dan menganalisis. Pada tahap kedua siswa diarahkan untuk menyelesaikan
masalah khusus yang dapat digenerarisasikan, dan penggunaan model agar dapat
menjembatangi antara konkret dan abstrak. Pada tahap ketiga, siswa diarahkan
kelompok. Pada tahap ini, akan terjadi tukar pikiran dan perbedaan pendapat.
Melalui tukar pikiran dalam diskusi inilah yang akan semakin memantapkan
pemahaman siswa mengenai materi yang dipelajari. Tahap terakhir yaitu tahap
kesimpulan yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa dalam menarik
matematika yang terkait dengan masalah kontekstual yang telah dibahas. Melalui
serangkaian tahap tersebut siswa akan lebih mudah memahami konsep matematis
yang dipelajari.
34
35
D. Hipotesis Penelitian
matematika siswa.
Hipotesis statistik:
H0 : 𝜇1 = 0 vs H1 : 𝜇1 ≠ 0
Keterangan:
realistik
Hipotesis statistik:
H0 : 𝜇2 = 0 vs H1 : 𝜇2 ≠ 0
Keterangan:
𝜇2 = rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model
pembelajaran langsung
Hipotesis statistiknya :
𝐻0 : 𝜇1 ≤ 𝜇2
𝐻1 : 𝜇1 > 𝜇2
Keterangan:
H0: rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model
lebih rendah daripada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar
H1: rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model
36
37
lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar
langsung.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
dilakukan pada siswa kelas VII semester genap tahun ajaran 2017/2018 yang
dimulai pada tanggal 24 April 2018 sampai pada tanggal 22 Mei 2018.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri
2 Tomia yang tersebar dalam 4 kelas paralel yaitu VIIA – VIID. Gambaran
populasi kelas VII di SMP Negeri 2 Tomia diperlihatkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Populasi Siswa Kelas VII dengan Nilai Rata-rata hasil belajar Matematika
Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018
No. Kelas Jumlah Nilai Rata-Rata Varians
1. VIIA 20 70 41,80
2. VIIB 21 65 37,80
3. VIIC 19 64 42, 90
4. VIID 20 61 55,51
38
39
2. Sampel
teknik purposive sampling dimana dipilih dua kelas berbeda yang mempunyai
nilai rata-rata hasil belajar matematika yang relatif sama. Adapun penentuan kelas
yang akan digunakan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan secara
random (classical random sampling). Dari teknik tersebut diperoleh kelas VIIC
sebagai kelas eksperimen yang diajar dengan model discovery learning dengan
pendekatan matematika realistik dan kelas VIIB sebagai kelas kontrol yang diajar
D. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari suatu variabel
2. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar matematika (Y), siswa
1. Pengaruh merupakan daya yang timbul dari sesuatu yang berkuasa atau
menyelesaikan masalah.
4. Hasil belajar matematika adalah nilai yang diperoleh siswa berdasarkan hasil
F. Desain Penelitian
yaitu penelitian yang melibatkan dua kelompok sampel yang dipilih secara
Tabel 3.2
Desain Penelitian pretest-posttest group design
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O3 X2 O4
Keterangan:
langsung
langsung.
langsung.
G. Instrumen Penelitian
1. Lembar Observasi
selama penelitian. Lembar pengamatan ini terdiri atas 2 jenis, yaitu lembar
observasi untuk guru yang digunakan untuk mengamati aktivitas guru dalam
proses pembelajaran dan lembar observasi untuk siswa yang digunakan untuk
pembelajaran (RPP) yang telah dibuat sebelumnya yang mana lembar pengamatan
yang dibuat terdiri dari beberapa aspek observasi yang bertujuan untuk
mengontrol setiap aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kelas,
teknik yang digunakan guru dalam pembelajaran dimana setiap aktivitas yang
Dalam penelitian ini peneliti membuat instrumen tes berupa soal bentuk
uraian (essay) untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes uraian adalah suatu tes
yang meminta siswa untuk mengingat dan mengorganisasi gagasan atau hal hal
dalam bentuk uraian tertulis (Ahiri dan Hafid, 2011: 32). Tes hasil belajar
dilakukan sebanyak dua kali yaitu tes hasil belajar sebelum kelas diberi perlakuan
43
(pre test) dengan jumlah 5 butir soal dari 2 indikator pada materi garis dan sudut
dan tes hasil belajar setelah kelas tersebut diberikan perlakuan (post test) dengan
jumlah 5 butir soal dari 2 indikator pada materi segiempat dan segitiga
belajar. Tes hasil belajar ini dilakukan pada kelas yang menggunakan model
penelitian ini adalah uji coba instrument. Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Untuk tes uraian,
𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − ∑ 𝑋 ∑ 𝑌
𝑟𝑥𝑦 =
√(𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 ) (𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 ))
Keterangan:
N = Jumlah responden
a) Jika rXY ≥ rtabel dengan α = 0,05 maka butir soal tersebut valid
b) Jika rXY < rtabel dengan α = 0,05 maka butir soal tersebut tidak valid.
Perhitungan koefisien validitas tiap butir soal juga dapat dilakukan dengan
menggunakan bantuan SPSS. Berdasarkan uji validitas secara empiris yang telah
dilakukan pada tanggal 28 April 2018 dan 30 April 2018, diperoleh kesimpulan
bahwa dari 5 soal instrumen pretest terdapat 5 soal yang dinyatakan valid dan dari
5 soal instrumen posttest terdapat 5 soal yang dinyatakan valid. Hasil analisis
validitas instumen pretest dapat dilihat pada tabel 3.3 dan lampiran 12 halaman
205 dan posttest dapat dilihat pada tabel 3.4 dan lampiran 12 halaman 220.
Tabel 3.3
Hasil Analisis Validitas Pretest Hasil Belajar Matematika
Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5
Pearson 0,660 0,496 0,676 0,491 0,462
Correlation
N 22 22 22 22 22
Uji coba dilakukan pada 22 responden dengan nilai rtabel adalah 0,423 pada
taraf signifikan 5%. Berdasarkan tabel 3.3, secara berturut turut koefisien validitas
(rhitung) dari kelima soal instrumen tes yaitu: 0,660, 0,496, 0,676, 0,491, dan 0,462,
dimana koefisien validitas kelima soal tersebut rhitung ≥ rtabel sehingga dapat
Tabel 3.4
Hasil Analisis Validitas Posttest Hasil Belajar Matematika
Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5
Skor
N 22 22 22 22 22
Uji coba dilakukan pada 22 responden dengan nilai rtabel adalah 0,432 pada
taraf signifikan 5%. Berdasarkan tabel 3.4, secara berturut-turut koefisien validitas
(rhitung) dari keenam soal instrumen tes yaitu: 0,804, 0,763, 0,706, 0,878, dan
0,078, dimana koefisien validitas kelima soal tersebut koefisien validitas rhitung ≥
rtabel sehingga dapat disimpulkan bahwa kelima soal instrumen tes tersebut valid.
Suatu tes dikatakan reliabel jika hasil pengukuran yang dilakukan dengan
menggunakan tes tersebut berulang kali terhadap subjek yang sama, senantiasa
menunjukkan hasil yang tetap sama atau sifatnya stabil atau konsisten. Reliabilitas
2014: 69):
𝑛 ∑ 𝑆𝑖 2
𝑟11 =( ) (1 − 2 )
𝑛−1 𝑆𝑡
46
Keterangan:
belajar matematika digunakan alpha crobach dengan bantuan SPSS. Hasil analisis
reliabilitas pretest dan posttest hasil belajar matematika dengan menggunakan alat
bantu SPSS. Hasil analisis reliabilitas instumen pretest dapat dilihat pada tabel 3.5
dan lampiran 12 halaman 206 dan posttest dapat dilihat pada tabel 3.6 dan
Tabel 3.5.
Hasil Analisis Reliabilitas Pretest Hasil Belajar Matematika.
Reliability Statistics
0,427 5
47
Tabel 3.6.
Hasil Analisis Reliabilitas Posttest Hasil Belajar Matematika.
Reliability Statistics
0,803 5
0,427 yang dapat diinterpretasikan dalam kategori sedang dan pada tabel 3.6
berupa lembar observasi dan tes hasil belajar matematika berbentuk tes uraian.
Lembar observasi digunakan pada setiap pertemuan yang diisi oleh observer
dengan mencentang item-item kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa pada
tercentang pada pilihan “ya” maka bernilai 1 dan centang pada pilihan “tidak”
bernilai 0. Setelah diperoleh data dari lembar observasi kemudian data tersebut
dibuat dalam bentuk persentase dengan cara skor perolehan dibagi skor ideal
dikali dengan 100%. Untuk tes hasil belajar matematika dilakukan sebanyak dua
kali yaitu data pretest dan data posttest. Sebelum dilaksanakan kegiatan
pretest yang terdiri atas 5 soal yang kemudian dikerjakan oleh siswa. Setelah
maka diadakan posttest yang terdiri atas 5 soal kemudian soal pretest dan posttest
dikerjakan oleh siswa, selanjutnya hasil pekerjaan siswa dikumpul oleh peneliti
untuk diperiksa dan diberi skor. Jika siswa menjawab dengan benar maka skor
yang diberikan pada soal pretest nomor 1,2,3,4, dan 5 berturut-turut 4, 6, 6, 10,
dan 6 serta skor yang diberikan pada soal posttest nomor 1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-
turut 4, 6, 6, 10, dan 6. Setelah diberikan skor pada pekerjaan siswa kemudian
skor tersebut dikonversikan ke dalam nilai dengan skala 100 menggunakan rumus:
Nilai yang diperoleh siswa inilah yang dijadikan data dalam penelitian ini.
1. Analisis Deskriptif
berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2017: 147). Analisis deskriptif
digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas guru dan siswa, data ini
diperoleh dari lembar observasi yang digunakan untuk melihat intensitas aktivitas
guru dan siswa setiap pertemuan. Analisis deskriptif yang digunakan untuk
mendeskripsikan data dari hasil lembar observasi disajikan dalam bentuk tabel.
49
dilaporkan dalam bentuk mean, median, modus standar deviasi, varians, nilai
2. Analisis Inferensial
rata hasil belajar matematika antar siswa yang diajar dengan model pembelajaran
terlebih dahulu melalui tahapan uji prasyarat untuk melakukan uji hipotesis, yaitu
uji normalitas dan uji homogenitas. Data yang digunakan dalam uji normalitas, uji
homogenitas dan uji hipotesis. Data yang digunakan dalam uji normalitas, uji
homogenitas dan uji hipotesis berbentuk skor Normalized Gain (N-gain). Gain
merupakan gain absolut dibagi dengan gain maksimum yang mungkin (ideal).
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑧𝑒𝑑𝐺𝑎𝑖𝑛 =
Nilaimax 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − Nilai pretest
Tabel 3.7
Kriteria Gain Ternormalisasi (N-Gain)
Perolehan N_Gain Kriteria
(Hake, 1999: 1)
a. Uji normalitas
diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk
a) Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) ≥ α pada 0,05 maka data berasal dari populasi
b) Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) < α pada 0,05 maka data berasal dari populasi
Jika asumsi normal data dipenuhi maka dilanjutkan uji statistik parametrik, yakni
b. Uji Homogenitas
memiliki varians yang sama atau tidak. Uji homogenitas dilakukan apabila
kelompok data yang ada normal. Adapun uji homogenitas tidak perlu dilakukan
apabila dua kelompok data atau lebih mempunyai varians yang sama besar
sehingga data yang digunakan tersebut tidak dianggap homogen. Apabila kedua
homogen.
Dalam pengujian ini untuk menguji apakah data mempunyai varians yang
sama atau tidak digunakan uji Levene dengan bantuan SPSS 21 dengan kriteria
Jika nilai signifikan > 𝛼 = 0,05, maka kedua kelompok homogen, dan
jika nilai signifikan < 𝛼 = 0,05, maka kedua kelompok tidak homogen.
c. Pengujian Hipotesis
menggunakan statistik uji-t. Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada atau
tidaknya perbedaan antara hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran langsung.
𝐻0 : 𝜇1 ≤ 𝜇2
𝐻1 : 𝜇1 > 𝜇2
dimana:
H0: rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model
lebih rendah daripada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar
H1: rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model
lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar
langsung.
pengujian hipotesis yang digunakan adalah statistik uji-t. Rumus t-test yang
digunakan adalah
X1 X 2
t hitung
1 1
Sg
n1 n2
dengan
53
n 1 1S12 n 2 1S 22
Sg (Sundayana, 2014:146)
n1 n 2 2
Keterangan:
A. Hasil Penelitian
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu penelitian.
Analisis data tes hasil belajar siswa kelas VIIC SMP Negeri 2 Tomia yang diajar
matematika realistik dan kelas VIIB SMP Negeri 2 Tomia yang diajar dengan
dengan menggunakan dua analisis yaitu hasil analisis deskriptif dan hasil analisis
Matematika Realistik
pendekatan matematika realistik pada materi segitiga dan segiempat dapat dilihat
Tabel 4.1
Hasil Observasi Aktivitas Guru Dalam
Pembelajaran Discovery Learning dengan Pendekatan Matematika Realistik
54
55
pada pertemuan pertama sudah baik dengan tingkat keberhasilan sebesar 81,81%
dalam kriteria efektif. Hal ini, dikarenakan peneliti yang bertindak sebagai guru
masih menyesuaikan diri dengan kondisi kelas juga kondisi siswa dengan model
pembelajaran yang baru diterapkan dikelas eksperimen ditambah lagi guru belum
mengenai materi segitiga dan segiempat selain mengacu pada buku paket dan
bahan ajar. Selanjutnya guru juga tidak meminta perwakilan tiap siswa untuk
mencapai 90,9% dengan kategori sangat baik. Pada pertemuan kedua, guru tidak
membimbing siswa dalam mencermati masalah. Pada kegiatan inti, guru juga
tidak lagi membimbing siswa dalam pengelolaan data di karenakan agar siswa
lebih mengerti dengan permasalahan yang diberikan oleh guru. Sedangkan pada
pertemuan ketiga, guru tidak meyampaikan tujuan pembelajaran dan guru juga
56
tidak memberikan PR kepada para siswa tentang materi tersebut karena siswa
sudah mulai memahami dan dapat menyelesaikan soal–soal yang ada pada buku
sangat baik dengan peningkatan yang cukup besar yakni dengan tingkat
Matematika Realistik
Data yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas siswa selama proses
Tabel 4.2
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Model Pembelajaran
Discovery Learning dengan Pendekatan Matematika Realistik
Pertemuan Skor perolehan Persentase
(keterlaksanaan)
Pertama 9 64,3%
Kedua 11 78,57%
Ketiga 13 92,85%
Keempat 14 100%
Berdasarkan tabel 4.2, keaktifan atau partisipasi siswa menggunakan
matematika realistik pada materi segitiga dan segiempat untuk pertemuan pertama
57
serta siswa tidak berani mengemukakan pendapat karena siswa takut jika pendapat
atau jawaban yang mereka sampaikan itu salah, serta siswa belum mampu
sangat kurang.
pertemuan kedua ini, siswa sudah bisa mengamati masalah dan menggali
pasa LKS hanya saja siswa kurang dalam menemukan sendiri penyelesaian suatu
siswa mencapai 92,85%. Pada pertemuan ini siswa sudah mampu menemukan
mengemukakan pendapatnya.
100%. Pada pertemuan ini sudah mulai terbiasa menyelesaikan masalah yang
diberikan oleh guru, siswa sudah mulai aktif secara individu dalam menyelesaikan
soal yang diberikan dan siswa terlibat aktif pula dalam kelompoknya dengan
antusias dalam bertanya dan mengikuti proses pembelajaran dengan sangat baik,
meskipun masih ada juga sebagian siswa yang belum berani mengemukakan
mereka anggap baru, hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan persentase
c. Hasil Analisis yang Diperoleh dari Data Pretest dan Posttest Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan hasil analisis deskriptif hasil belajar siswa dari data pretest dan
Posttest pada kelas eksperimen yang berjumlah 19 siswa dan kelas kontrol dengan
jumlah 21 siswa. Diperoleh data pretest dan Posttest hasil belajar siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran 15 halaman 236 yang
Tabel 4.3
Deskriptif Pretest dan Posttest Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Pretest Posttest
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Mean 57,06 50,49 80,09 70,53
Median 57,81 51,15 78,90 70,97
Mode 59,37 56,25 78,12 75,00
Standard Deviation 4,97 7,47 5,43 5,09
Sample Variance 24,78 55,91 29,52 25,94
Kurtosis 0,42 -1,02 4,26 -1,17
Skewness -0,75 -0,49 1,91 -0,21
Minimum 46,87 37,50 75,00 62,50
Maximum 65,62 59,37 96,87 78,12
Count 19 21 19 21
hasil belajar matematika pada siswa kelas eksperimen dan kontrol berturut-turut
mempunyai nilai rata-rata 57,06 dan 50,49. Median atau nilai tengah kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah 57,81 dan 51,15. Modus atau nilai yang
sering muncul kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 59,37 dan 56,25.
Varians kelas eksperimen dan kelas kontrol berturut-turut 24,78 dan 55,91.
Artinya, bahwa keragaman data posttest pada kelas eksperimen tergolong kecil
dibandingkan dengan data pada kelas kontrol. Nilai skewness dari data pretest
kelas eksperimen dan kontrol berturut- turut -0,75 dan -0,49. Hal ini menunjukkan
bahwa pada kelas eksperimen lebih banyak siswa yang hasil belajarnya di atas
rata-rata dibanding siswa yang berada pada kelas kontrol. Nilai kurtosis dari data
pretest kelas eksperimen dan kontrol berturut-turut 0,42 dan -1,02. Tanda negatif
60
dari nilai kurtosis kelas kontrol ini menunjukan bahwa kurva runcing
(leptokurtic). Sehingga data pretest hasil belajar pada kelas kontrol terkonsentrasi
menunjukkan bahwa kurva runcing platikurtik, Sehingga data pretest hasil belajar
matematika siswa kelas eksperimen tidak terkonsentrasi pada nilai rata-rata. Nilai
minimum hasil pretest kelas eksperimen dan kontrol berturut-turut 46,87 dan
37,50, sedangkan nilai maksimum hasil pretest kelas eksperimen dan kontrol
hasil belajar matematika pada siswa kelas eksperimen dan kontrol berturut-turut
mempunyai nilai rata-rata 80,09 dan 70,53. Median atau nilai tengah kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah 78,90 dan 70,97. Modus atau nilai yang
sering muncul kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 78,12 dan 75. Varians
kelas eksperimen dan kelas kontrol berturut-turut 29,52 dan 25,94. Artinya, bahwa
dengan data pada kelas kontrol. Nilai skewness dari data post tesi kelas
eksperimen dan kontrol berturut- turut 1,91 dan -0,21. Hal ini menunjukkan
bahwa pada kelas eksperimen lebih banyak siswa yang hasil belajarnya di atas
rata-rata dibanding siswa yang berada pada kelas kontrol. Nilai kurtosis dari data
posttest kelas eksperimen dan kontrol berturut-turut 4,26 dan -1,17. Tanda negatif
dari nilai kurtosis ini menunjukan bahwa kurva runcing (leptokurtic). Selanjutnya
data posttest hasil belajar pada kelas eksperimen dan kontrol terkonsentrasi pada
nilai rata-rata. Nilai minimum hasil Posttest kelas eksperimen dan kontrol
61
Tampak bahwa perubahan nilai standar deviasi pada data posttest lebih
kecil dari data pretest baik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Ini
menunjukkan terdapat perubahan ke arah yang lebih baik dalam pemerataan hasil
kelas kontrol setelah diajar dengan model pembelajaran langsung. Selain itu,
tampak bahwa perubahan data standar deviasi pada data pretest dan posttest pada
kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Ini menunjukkan bahwa hasil
belajar matematika siswa pada kelas eksperimen lebih tersebar secara merata
Data kuantitatif diperoleh dari pretest dan Posttest hasil belajar matematika
siswa. Skor yang diperoleh dalam pretest dan Posttest diolah menjadi normalized
gain (N-Gain) agar terlihat peningkatan yang diperoleh oleh siswa. Berdasarkan
hasil analisis deskriptif dengan bantuan aplikasi SPSS diperoleh data hasil belajar
matematika pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran
Tabel 4.4
Statistik Deskriptif N-gain Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas kontrol
Eksperimen Kontrol
Mean 0,52 0,38
Median 0,49 0,40
Mode 0,46 0,50
Standard Deviation 0,13 0,16
Sample Variance 0,01 0,02
Kurtosis -1,17 3,66
Skewness 1,80 0,01
Minimum 0,38 0,14
Maximum 0,92 0,65
Count 19 21
Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada Tabel 4.4 diperoleh hasil belajar
nilai rata-rata 0,52 dan 0,38. Median atau nilai tengah kelas eksperimen dan kelas
kontrol adalah 0,49 dan 0,40. Modus atau nilai yang sering muncul kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah 0,46 dan 0,5. Varians kelas eksperimen dan
kelas kontrol berturut-turut 0,01 dan 0,02. Artinya, bahwa keragaman data
peningkatan hasil belajar pada kelas kontrol tergolong besar dibandingkan dengan
data pada kelas eksperimen. Nilai skewness dari data peningkatan hasil belajar
kelas eksperimen dan kontrol berturut - turut 1,80 dan 0,01. Hal ini menunjukkan
bahwa pada kelas eksperimen lebih banyak siswa yang hasil belajarnya di atas
rata-rata dibanding siswa yang berada pada kelas kontrol. Nilai kurtosis dari data
n-gain kelas eksperimen dan kontrol berturut-turut-1,17 dan 3,66. Tanda negatif
dari nilai kurtosis ini menunjukan bahwa kurva runcing (leptokurtic). Sehingga
data n-gain hasil belajar pada kelas eksperimen dan kontrol terkonsentrasi pada
63
nilai rata-rata. Nilai minimum hasil n-gain kelas eksperimen dan kontrol berturut-
turut 0,38 dan 0,14, sedangkan nilai maksimum hasil n-gain kelas eksperimen dan
normalized gain dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 232 yang disajikan pada
Tabel 4.5
Tabel 4.5
Daftar Distribusi Frekuensi dan Klasifikasi Normalized Gain Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen
terdapat pada klasifikasi yang “sedang” yakni pada interval 0,30 ≤ N-Gain ≤ 0,70
dengan jumlah siswa 17 orang dan terdapat 2 orang siswa berada pada klasifikasi
tinggi. Ini menunjukkan bahwa, lebih dari setengah jumlah siswa memiliki
sebesar 89%. Rerata normalized gain yang diperoleh pada kelas eksperimen yaitu
0,52 sehingga memiliki klasifikasi “sedang” dengan nilai normalized gain terbesar
yang diperoleh pada kelas ekspeimen sebesar 0,92 dan nilai normalized gain
normalized gain hasil belajar matematika kelas eksperimen, seperti dimuat pada
gambar 4.1.
17
18
16
14
12
10
8
6
4
2 0
0
rendah sedang tinggi
Gambar 4.1. Grafik Frekuensi Data Klasifikasi Normalized Gain Hasil Belajar
normalized gain dapat dilihat pada lampiran 14 yang disajikan pada Tabel 4.6
Tabel 4.6
Daftar Distribusi Frekuensi dan Klasifikasi Normalized Gain Hasil Belajar
Matematika SiswaKelas Kontrol
Perolehan N_Gain Kriteria F Frekuensi Relatif (%)
N_Gain< 0,30 Rendah 7 33%
0,30 ≤N_Gain ≤ 0,70 Sedang 14 64%
N_Gain > 0,70 Tinggi 0 0
Jumlah 21 100%
65
Tabel 4.6 menunjukkan nilai normalized gain paling banyak terdapat pada
klasifikasi yang “sedang” yakni pada interval 0,30 ≤ N-Gain ≤ 0,70 dengan
jumlah siswa 14 orang dan terdapat 7 orang siswa berada pada klasifikasi rendah.
Ini menunjukkan bahwa, lebih dari setengah jumlah siswa memiliki kualitas
64%. Rerata normalized gain yang diperoleh pada kelas kontrol yaitu 0,38
yang diperoleh pada kelas kontrol sebesar 0,65 dan nilai normalized gain terkecil
normalized gain hasil belajar matematika kelas kontrol, seperti dimuat pada
gambar 4.2.
14
14
12
10
8 7
2
0
0
rendah sedang tinggi
Gambar 4.2. Grafik Frekuensi Data Klasifikasi Normalized Gain Hasil Belajar
inferensial. Melalui analisis inferensial ini kita dapat mengetahui apakah hipotesis
penelitian ini diterima atau ditolak. Dalam analisis inferensial ini terdapat
beberapa tahap analisis yang menjadi prasyarat untuk melakukan uji hipotesis
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Setelah melalui syarat uji normalitas dan
uji homogenitas maka dilanjutkan dengan uji hipotesis. Data hasil analisis
Tabel 4.7
Hasil uji K – S (Uji normalitas) data pretest
Berdasarkan tabel tersebut, kelas eksperimen mempunyai nilai Sig > 0,05 dan
kelas kontrol mempunyai nilai Sig > 0,05, sehingga diputuskan terima H0.
Tabel 4.8
Hasil Uji F (Uji Homogenitas) data pretest
F ( 0.05 )
Data Kelas Varians Keputusan
Hitung Tabel
Eksperimen 24,78
Pretest 2,25 4,09 Terima H0
Kontrol 55,91
67
diterima. Kesimpulannya adalah data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol
Tabel 4.9
Hasil uji - t (uji perbedaan rata – rata) data pretest
Berdasarkan tabel 4.9 tersebut, nilai Sig thit (2 – tailed) = 0,03, dalam hal ini
Sig thit (2 – tailed) < 0,05, sehingga diputuskan tolak H0. Kesimpulannya adalah
siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak mempunyai kemampuan
Tabel 4.10
Hasil uji K – S (Uji normalitas) data posttest
Uji paired merupakan uji beda dua sampel berpasangan. Sampel berpasangan
Tabel 4.11
Paired Samples Statistics
Tabel 4.12
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Tabel 4.13
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Berdasarkan table 4.13 tersebut, nilai Sig thit (2 – tailed) = 0,000, dalam hal
ini Sig thit (2 – tailed) < 0,05, sehingga diputuskan tolak H0. Kesimpulannya
adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematika siswa
pada data pretest dan posttest yang artinya terdapat pengaruh penggunaan model
Tabel 4.14
Paired Samples Statistics
Tabel 4.15
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Tabel 4.16
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Berdasarkan table 4.16 tersebut, nilai Sig thit (2 – tailed) = 0,000, dalam hal
ini Sig thit (2 – tailed) < 0,05, sehingga diputuskan tolak H0. Kesimpulannya
adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematika siswa
pada data pretest dan posttest yang artinya terdapat pengaruh penggunaan model
yaitu uji normalitas (Uji K – S) dan uji homogenitas (Uji F) data. Berikut hasil uji
prasyarat disajikan:
Tabel 4.17
Hasil uji K – S (Uji normalitas) data n – gain
Data Kelas Sig Keputusan Kesimpulan
Berdasarkan tabel 4.17 tersebut, mempunyai nilai Sig > 0,05 dan kelas
kontrol mempunyai nilai Sig > 0,05, sehingga diputuskan terima H0.
berdistribusi normal.
Setelah dilakukan uji normalitas, berikut disajikan hasil uji homogenitas data
n – gain.
Tabel 4.18
Hasil uji F (Uji Homogenitas) data n - gain
F ( 0,05 ) Keputusan
Data Kelas Varians
Hitung Tabel
Eksperimen 0,01 Terima H0
N – gain 2 3,02
Kontrol 0,02
diterima. Kesimpulannya adalah data n - gain kelas eksperimen dan kelas kontrol
Setelah uji prasyarat, diperoleh hasil bahwa data n - gain siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu,
Tabel 4.19
Hasil uji t (uji perbedaan rata – rata) data n – gain
Berdasarkan tabel 4.19 tersebut, nilai Sig thit (2 – tailed) = 0,04, dalam hal
ini Sig thit (2 – tailed) < 0,05, sehingga keputusannya adalah tolak H0. Dengan
pembelajaran langsung.
B. Pembahasan
Penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu kelas VIIC sebagai kelas
learning dengan pendekatan matematika realistik dan kelas VIIB sebagai kelas
kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama, masing-masing 10 jam pelajaran.
72
Kemudian kedua kelas diberikan waktu 80 menit pada pertemuan keenam yang
Kedua kelas diberikan materi yang sama yaitu materi pokok segitiga dan
segiempat. Kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan bahan
ajar yang sama. Perbedaan yang diberikan kepada kedua kelas ini yaitu model
model pembelajaran langsung. Salah satu instrumen dalam penelitian ini yang
dianalisis berupa lembar observasi untuk guru dan siswa pada kelas eksperimen.
pertemuan pertama sebesar 81,81%. Hal ini karena guru masih dalam tahap
penyesuaian diri di kelas. Selain itu, ada kegiatan yang tidak dilaksanakan sesuai
guru tidak memotivasi siswa dan guru tidak memberikan penjelasan tambahan
tentang segitiga dan segiempat karna keterbatasan waktu. Pada kegiatan penutup
guru tidak memberikan tugas rumah karena siswa sudah memahami soal-soal
73
95,45%. Hal ini karena guru sudah dapat menyesuaikan diri dengan model
yang sangat baik hal ini didukung dengan keatifan siswa yang terus meningkat
pada setiap kali pertemuan. Pada pertemuan pertama keaktifan siswa mencapai
64,3% yang mana terus meningkat hingga mencapai persentasi 100%, Pada
pertemuan pertama ini beberapa siswa kurang menggali informasi dari LKS dan
sumber belajar lainnya, beberapa siswa juga tidak mau bekerjasama dan berbagi
menggali informasi dari LKS dan sumber belajar lainnya, dan keaktifan siswa
LKS lebih baik dari pertemuan sebelumnya. Selain itu siswa mulai berani
guru dengan model pembelajaran langsung tidak jauh berbeda. Sedangkan, hasil
lebih tinggi dari pada persentase keberhasilan aktivitas siswa dalam pelaksanaan
pretest hasil belajar matematika siswa yang diujikan pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata siswa secara berturut-turut yaitu 57,06 dan
50,49. Nilai pretest hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen lebih besar
dari kelas kontrol meskipun demikian perbedaan rata-rata hasil belajar matematika
kedua kelas tidak terlalu jauh berbeda. Median atau nilai tengah kelas eksperimen
dan kelas kontrol adalah 57,81 dan 51,15. Modus atau nilai yang sering muncul
kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 59,37. dan 56,25. Varians kelas
eksperimen dan kelas kontrol berturut-turut 24,78 dan 55, 91. Artinya, bahwa
dengan data pada kelas kontrol. Nilai skewness dari data pretest kelas eksperimen
dan kontrol berturut- turut -0,75 dan -0,49. Hal ini menunjukkan bahwa pada
kelas eksperimen lebih banyak siswa yang hasil belajarnya di atas rata-rata
dibanding siswa yang berada pada kelas kontrol. Nilai kurtosis dari data pretest
kelas eksperimen dan kontrol berturut-turut 0,42 dan -1,02. Tanda negatif dari
nilai kurtosis kelas kontrol ini menunjukan bahwa kurva runcing (leptokurtic).
Sehingga data pretest hasil belajar pada kelas kontrol terkonsentrasi pada nilai
bahwa kurva runcing platikurtik. Sehingga data pretest hasil belajar matematika
siswa kelas eksperimen tidak terkonsentrasi pada nilai rata-rata. Nilai minimum
hasil pretest kelas eksperimen dan kontrol berturut-turut 46,87 dan 37,50,
sedangkan nilai maksimum hasil pretest kelas eksperimen dan kontrol berturut-
nilai rata-rata 80,09 dan 70,53. Median atau nilai tengah kelas eksperimen dan
kelas kontrol adalah 78, 90 dan 70,97. Modus atau nilai yang sering muncul kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah 78,12 dan 75. Varians kelas eksperimen dan
kelas kontrol berturut-turut 29,52 dan 25, 94 Artinya, bahwa keragaman data
posttest pada kelas eksperimen tergolong lebih besar dibandingkan dengan kelas
kontrol. Nilai skewness dari data posttest kelas eksperimen dan kontrol berturut-
turut -1, 91 dan -0,21. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen lebih
banyak siswa yang hasil belajarnya di atas rata-rata dibanding siswa yang berada
76
pada kelas kontrol. Nilai kurtosis dari data posttest kelas eksperimen dan kontrol
berturut-turut 4,26 dan -1,17. Tanda negatif dari nilai kurtosis kelas kontrol ini
eksperimen tidak terkonsentrasi pada nilai rata-rata Nilai minimum hasil posttest
maksimum hasil posttest kelas eksperimen dan kontrol berturut-turut 96,87 dan
78,12.
Tampak bahwa perubahan nilai standar deviasi pada data posttest lebih
kecil dari data pretest baik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Ini
menunjukan terdapat perubahan kearah lebih baik dalam pemerataan hasil belajar
kelas kontrol setelah diajar dengan model pembelajaran langsung. Selain itu,
tampak bahwa perubahan data standar deviasi pada data pretest dan posttest pada
kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.Ini menunjukan bahwa hasil
belajar matematika siswa pada kelas eksperimen lebih tersebar secara merata
Nilai pretest dan posttest yang diperoleh kemudian diolah menjadi nilai n-
gain. Hasil analisis deskriptif n-gain hasil belajar matematika pada siswa kelas
eksperimen dan kontrol berturut-turut mempunyai nilai rata-rata 0,52 dan 0,38.
77
Median atau nilai tengah kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 0,49 dan 0,40.
Modus atau nilai yang sering muncul kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah
0,46 dan 0,5. Varians kelas eksperimen dan kelas kontrol berturut-turut 0,01 dan
0,02. Artinya, bahwa keragaman data n-gain hasil belajar pada kelas eksperimen
tergolong besar dibandingkan dengan data pada kelas kontrol. Nilai skewness dari
data n-gain hasil belajar kelas eksperimen dan kontrol berturut- turut 1,80 dan
0,01. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen lebih banyak siswa yang
hasil belajarnya di atas rata-rata dibanding siswa yang berada pada kelas kontrol.
Nilai minimum hasil n-gain kelas eksperimen dan kontrol berturut-turut 0,38 dan
0,14, sedangkan nilai maksimum hasil n-gain kelas eksperimen dan kontrol
89% dan 2 siswa berada pada klasifikasi tinggi dengan persentase 11%.
Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh 7 siswa berada pada klasifikasi rendah
dengan persentase 33% dan 14 siswa berada pada klasifikasi sedang dengan
persentase 64%.
Kesimpulan ini berdasar pada hasil uji statistik, bahwa terdapat perbedaan rata –
rata hasil belajar matematika siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran.
Rata – rata hasil belajar matematika siswa mengikuti pembelajaran lebih baik
setelah pembelajaran. Dan dilain sisi, menggunakan uji independent sample t-test
terhadap data n – gain dua kelas sampel penelitian, terungkap bahwa rata – rata
peningkatan kelas eksperimen lebih baik dari rata – rata peningkatan kelas
A. Kesimpulan
1. Hasil belajar matematika pada siswa kelas VIIC SMP Negeri 2 Tomia yang
matematika realistik pada materi segitiga dan segiempat memiliki nilai rata-
rata 80,09, median,78, 90, modus 78,12, standar deviasi 5,43, varians 29,52,
nilai skewness 1, 91, nilai kurtosis -4,26, nilai minimum 75 dan nilai
0,49, modus 0,46, standar deviasi 0,13, varians 0,01, nilai skewness 1,80, nilai
2. Hasil belajar matematika pada siswa kelas VIIB SMP Negeri 2 Tomia yang
segiempat memiliki nilai rata-rata 70,53, median,70, 97, modus 75, standar
deviasi 5,09, varians 25, 94, nilai skewness -0,21, nilai kurtosis -1,17, nilai
Gain sebesar 0,38, median, 0,40, modus 0,50, standar deviasi 0,16, varians
0,02, nilai skewness 0,01, nilai kurtosis 3,66, nilai minimum 0,14 dan nilai
maksimum 0,65.
79
80
belajar matematika siswa. Hal ini terlihat dari nilai sig = 0,000 < 0,05 = α
terhadap hasil belajar matematika siswa. Hal ini terlihat dari nilai sig = 0,000
B. SARAN
berikut:
1. Kepada para guru yang mengajar mata pelajaran matematika sekiranya dapat
matematika realistik pada materi segitiga dan segiempat sebagai salah satu
2. Bagi siswa, khususnya siswa SMP Negeri 2 Tomia untuk belajar lebih giat lagi
pada materi atau pokok bahasan lainnya dalam upaya meningkatkan hasil
belajar matematika.
belajar matematika siswa mendapat perhatian yang serius dari pihak guru untuk
Fitri, R., Helma dan H. Syarifuddin. 2014. Penerapan Strategi The Firing Line
pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1
Batipuh. Jurnal Pendidikan MatematikaPart 2. 3 (1) :18-22.
Hamzah, Ali dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran
Matematika. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Mulyatiningsih, Endang. 2011. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.