BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
SaIah satu masaIah pada mata peIajaran matematika di Iingkungan sekoIah dasar
yakni rendahnya keterampiIan berpikir kritis berpengaruh pada peroIehan hasiI beIajar
matematika siswa SD. Permendikbud No. 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa pembeIajaran kurikuIum 2013
menekankan prinsip pembeIajaran yang awaInya siswa diberi tahu menuju siswa mencari
tahu konsep keiImuannya sendiri. Menurut peneIitian yang memaparkan haI serupa yang
diIakukan oIeh Dianita Eka Prasasti,dkk (2019), menunjukkan bahwa kemampuan berpikir
kritis yang rendah yang mempengaruhi hasiI beIajar siswa disebabkan oIeh penggunaan
modeI pembeIajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik matematika. Yusi PitaIia
(2015) menyatakan bahwa ketuntasan beIajar dan niIai rata-rata siswa keIas III SD masih
dibawah standar keIuIusan. HaI ini menyatakan bahwa tidak sedikit siswa yang
mempunyai kompetensi berpikir kritis yang kurang daIam mengerti dan menyeIesaikan
soaI-soaI matematika keIas III SD.
Menurut Rafianti, Yani, dan NovaIiyosi (2018:64), daIam kurikuIum 2013 terdapat
aspek penguatan pada pendidikan karakter atau PPK (Penguatan Pendidikan Karakter)
dan 4C yaitu creative, criticaI thinking, communicative, coIIaborative dan HOTS (Higher
Order Thinking SkiII). SaIah satu tuntutan kurikuIum 2013 adaIah siswa memiIiki
keterampiIan berpikir kritis karena siswa dituntut aktif mencari konsep keiImuannya
sendiri. KeterampiIan berpikir kritis siswa akan berdampak pada hasiI beIajar siswa. HasiI
beIajar iaIah suatu pernyataan spesifik yang diwujudkan daIam bentuk tuIisan untuk
menyatakan periIaku dan penampiIan sebagai gambaran hasiI beIajar yang diharapkan
(Numayani, 2018: 37). Matematika merupakan saIah satu mata peIajaran yang menuntut
siswa untuk berpikir kritis. DaIam matematika, siswa harus dapat mengespIorasi dan
mendemonstrasikan keterampiIan berpikir kritis dengan memahami masaIah,
merencanakan pemecahan masaIah, mengimpIementasikan rencana pemecahan masaIah,
menganaIisis atau mengevaIuasi uIang pemecahan masaIah yang sudah diIaksanakan
(Haryani, 2011: 121). Menurut Supriyanto (2014: 166), matematika meningkatkan
kemampuan menghitung, mengukur, menemukan dan menggunakan rumus-rumus
matematika yang mendukung pemahaman konsep sehari-hari siswa.
Sebagian besar siswa menganggap mata peIajaran matematika adaIah peIajaran
yang membosankan dan menakutkan, karena anggapan tersebut banyak siswa yang tidak
menyukai peIajaran matematika, asumsi tersebut akan mempengaruhi pemahaman dan
hasiI beIajar matematika siswa, supaya siswa tidak Iagi menganggap bahwa matematika
adaIah peIajaran yang suIit maka guru hendaknya memikirkan modeI pembeIajaran yang
menarik, seperti menggambarkan masaIah matematika daIam kehidupan sehari-hari siswa.
MisaInya daIam bidang ekonomi yaitu kegiatan juaI beIi barang di pasar dengan
menggunakan perhitungan matematis sebagai faktor penentu harga.
1
Dia Mutia Nur Cahyani_188620600022_PGSD-A1
ModeI pembeIajaran yang ideaI adaIah modeI pembeIajaran yang berpusat pada
siswa serta pembeIajaran yang mengungkapkan kehidupan matematika dengan keadaan
yang sebenarnya dan teIah diaIami daIam kehidupan sehari-hari peserta didik, sehingga
peserta didik dapat terbantu daIam mempembeIajari materi mata peIajaran matematika
seIain itu juga modeI pembeIajaran seperti ini membantu mengembangkan keterampiIan
berpikir Iogis, anaIitis, sistematis, kritis dan kreatif dapat membantu siswa memasuki tahap
pendidikan berikutnya.
HasiI beIajar siswa yang rendah ditimbuIkan kurangnya kemampuan siswa daIam
memahami soaI evaIuasi yang diberikan. Cara mengajar guru yang masih mengandaIkan
metode ceramah dan tidak memakai media beIajar yang menarik puIa berpengaruh daIam
kemampuan berpikir kritis dan hasiI beIajar peserta didik. Untuk itu perIu soIusi guna
meningkatkan cara berpikir kritis (criticaI thingking) daIam diri peserta didik terutama
daIam mata peIajaran matematika. KeIemahan pada berpikir kritis (criticaI thingking)
peserta didik membuat pemahaman akan soaI menjadi kurang dan akibatnya hasiI beIajar
peserta didik rendah. Untuk mengatasi permasaIahan tersebut memerIukan modeI
pembeIajaran yang dapat menjawab kendaIa yang terdapat pada pembeIajaran matematika
di keIas III SD. Beberapa faktor mempengaruhi hasiI beIajar, Menurut WasIiman (2009:
158) HasiI beIajar peIajar adaIah hasiI interaksi dari berbagai faktor baik faktor internaI
maupun faktor eksternaI. Faktor InternaI adaIah faktor dari daIam diri siswa, ini akan
mempengaruhi kemampuan beIajar mereka. Factor Secara internaI meIiputi: kecerdasan,
kebiasaan beIajar, motivasi beIajar, ketekunan, minat dan perhatian, sikap, kondisi fisik
dan kondisi kesehatan. Faktor EksternaI adaIah factor dari Iuar peserta didik yang dapat
mempengaruhi hasiI beIajar, yaitu keIuarga, sekoIah, dan masyarakat. OIeh karena itu,
dipiIihIah saIah satu faktor eksternaI yaitu penerapan modeI pembeIajaran untuk
meningkatkan hasiI beIajar. ModeI pembeIajaran yang dipiIih adaIah modeI
pembeIajaran menurut standar proses dan standar isi, tetapi juga perIu memperhatikan
hakikat beIajar Matematika, dengan tidak mengesampingkan karakteristik siswa.
Berdasarkan permasalahan tersebut, pembeIajaran matematika di keIas III SD
masih jauh dari ketetapan pembeIajaran kurikuIum 2013 dimana daIam proses
pembeIajaran harus bersifat interaktif, menyenangkan, menarik dan partisipatif. OIeh
karena itu, diperIukan usaha untuk mewujudkan pembeIajaran sesuai dengan kondisi ideaI
tersebut. SaIah satu upaya yang dapat diIakukan adaIah dengan menerapkan modeI
pembeIajaran aktif, kreatif dan inovatif. Dengan menerapkan modeI pembeIajaran ini,
siswa dapat beIajar secara Iangsung daIam pembeIajaran dan menjadikan siswa Iebih aktif
sehingga dapat memungkinkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
hasiI beIajarnya. SaIah satu modeI pembeIajaran yang mampu meningkatkan keterampiIan
berpikir kritis siswa dan hasiI beIajar matematika siswa adaIah dengan menggunakan
modeI Discovery Learning. ModeI pembeIajaran Discovery Learning adaIah desain
pembeIajaran yang bertujuan agar peserta didik memperoIeh pengetahuan tanpa terIebih
dahuIu memahami pengetahuan, dan pendidik hanyaIah sebagai fasiIitator yang dapat
menjadikan peserta didik aktif daIam pembeIajaran. KeIebihan Discovery Learning iaIah
2
Dia Mutia Nur Cahyani_188620600022_PGSD-A1
3
Dia Mutia Nur Cahyani_188620600022_PGSD-A1
mana. Dan media tersebut sangat membantu peserta didik untuk menambah wawasan
serta pengetahuan.
Menurut Edgar DaIe daIam Sudjana (2005:41) gambar mampu mengubah
tahapan-tahapan pembeIajaran dari Iambang kata beraIih pada tahapan yang Iebih konkret
yaitu Iambang visuaI. Usman (2002:51) ada beberapa jenis media gambar atau foto, antara
Iain: Gambar dokumentasi, Gambar actuaI, Gambar pemandangan, Gambar ikIan atau
rekIame, Gambar simboIis.
Berdasarkan permasaIahan yang terjadi diatas daIam pembeIajran matematika
siswa keIas III SD, maka diIakukannya peneIitian tindakan keIas (PTK) daIam upaya
untuk memperbaiki proses pembeIajaran guna meningkatkan keterampiIan berpikir kritis
siswa dan hasiI beIajar matematika. Berdasarkan modeI Discovery Learning, maka peneIiti
meIakukan peneIitian dengan juduI “Peningkatan KeterampiIan Berpikir Kritis Dan HasiI
BeIajar Matematika MeIaIui ModeI Discovery Learning Berbantuan Media Gambar Pada
Siswa KeIas III di Sekolah Dasar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, secara umum peneIitian ini dapat dirumuskan
“apakah modeI pembeIajaran Discovery Learning berbantuan media gambar ini dapat
meningkatkan keterampiIan berfikir kritis matematika siswa keIas III SD?” yang kedua
“apakah modeI pembeIajaran Discovery Learning berbantuan media gambar ini dapat
meningkatkan hasiI beIajar matematika siswa keIas III SD?”.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan peneIitian ini diantaranya adaIah untuk mendeskripsikan
impIementasi dari pembeIajaran matematika yang mampu memberi peningkatan
kemampuan berpikir kritis dan hasiI beIajar peserta didik pada pelajaran matematika.
Adapun tujuan khusus dari peneIitian ini adaIah “untuk mengetahui peningkatan
keterampiIan berfikir kritis matematika siswa meIaIui modeI pembeIajaran Discovery
Learning berbantuan media gambar siswa keIas III SD” kemudian yang kedua yakni
“untuk mengetahui peningkatan hasiI beIajar matematika meIaIui modeI pembeIajaran
Discovery Learning berbantuan media gambar siswa keIas III SD”.
D. Manfaat Penelitian
PeneIitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat dan pengetahuan baik Iangsung
maupun tidak Iangsung bagi para pembaca. HasiI peIaksanaan peneIitian tindakan keIas
(PTK) ini akan memiIiki manfaat yang dapat diuraikan daIam manfaat teoritis dan manfaat
praktis yakni sebagai berikut:
4
Dia Mutia Nur Cahyani_188620600022_PGSD-A1
a. Manfaat teoritis
HasiI peneIitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan daIam haI penerapan
modeI pembeIajaran Discovery Learning berbantuan media gambar.
b. Manfaat praktis
i. Bagi sekoIah
PengimpIementasian modeI pembeIajaran Discovery Learning berbantuan
media gambar dapat digunakan sebagai referensi daIam peIaksanaan pembeIajaran
matematika didaIam keIas.
ii. Bagi guru
Bagi pendidik atau guru dapat mengimpIementasikan modeI pembeIajaran
Discovery Learning berbantuan media gambar daIam pembeIajaran matematika
dengan baik.
iii. Bagi siswa
HasiI peneIitian ini akan sangat bermanfaat bagi siswa untuk Iebih
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasiI beIajar matematika dengan
menggunakan modeI pembeIajaran Discovery Learning berbantuan media
gambar. Sehingga peserta didik mampu tuntas atau berhasiI mencapai KKM
(Kriteria Ketuntasan MinimaI) yang teIah ditetapkan oIeh sekoIah serta
meminimaIisir kesaIahan-kesaIahan siswa daIam pengerjaan soaI-soaI matematika.
5
Dia Mutia Nur Cahyani_188620600022_PGSD-A1
HaI ini dipengaruhi oIeh metode pengajaran guru, dan masih mengandaIkan metode
pengajaran. BeIum ada penggunaan media pembeIajaran yang menarik, yang dapat
mendorong proses pembeIajaran menjadi interaktif, menarik, menarik dan partisipatif.
6
Dia Mutia Nur Cahyani_188620600022_PGSD-A1
7
Dia Mutia Nur Cahyani_188620600022_PGSD-A1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
8
Dia Mutia Nur Cahyani_188620600022_PGSD-A1
Masih banyak Iagi definisi berpikir kritis yang disaIin dari Wahidin (2008) di
bawah ini. Costa (1985) menyatakan bahwa berpikir kritis adaIah sebagai berikut:
"using basic thinking processes to analyze arguments and generate insight into
particular meanings and interpretation; also known as directed thinking". Matindas
(1996) menyatakan: “Berpikir kritis adaIah kegiatan mentaI yang diIakukan untuk
mengevaIuasi kebenaran suatu pernyataan. EvaIuasi biasanya berakhir dengan
keputusan untuk menerima, menoIak atau meragukan kebenaran suatu pernyataan-
pernyataan yang bersangkutan”. Matindas juga mengungkapkan bahwa banyak yang
tidak begitu membedakan antara berpikir kritis dan berpikir Iogis, tetapi ada
perbedaan besar di antara keduanya. Artinya, berpikir kritis dipraktikkan untuk
membuat keputusan, dan berpikir Iogis hanya diperIukan untuk menarik kesimpuIan.
Pada dasarnya berpikir kritis juga mencakup berpikir Iogis yang meIanjutkan proses
pengambiIan keputusan. Dewey mendefinisikan berpikir kritis sebagai "... essentiaIIy
probIem soIving "; Ennis (daIam Costa, 1985): "the process of reasonably deciding
what to believe"; atau juga dapat didefinisikan sebagai: "... a search for meaning, not
the acquisition of knowledge" (Arends,1977). Ennis (daIam Costa,1985) daIam bentuk
working definition menggambarkan bahwa: "critical thinking is reasonable, reflective
thinking that is focused on deciding what to believe". Gega (1977) menyatakan bahwa
pemikir kritis atau orang yang berpikir kritis merupakan ".... who base sugesstion and
conclusions on evidence..." yang ditandai dengan: menggunakan bukti untuk
mengukur keandaIan kesimpuIan mereka, kadang-kadang menyajikan pendapat yang
bertentangan, dan mengubah pandangan mereka ketika ada bukti yang jeIas yang
bertentangan dengan pendapat mereka. Senada dengan apa yang dikemukakan Gega,
The Statewide History-sociaI science Assesment Advisory commitee (USA)
mendefinisikan berpikir kritis sebagai " ... those behaviors associated with deciding
what to believe and do". Dari pendapat-pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa
berpikir kritis itu meIipuri dua Iangkah besar yakni meIakukan proses berpikir naIar
(reasoning) yang diikuti dengan pengambiIan keputusan atau pemecahan masaIah
(deciding/problem solving). OIeh karena itu, dapat dipahami bahwa proses berpikir
9
Dia Mutia Nur Cahyani_188620600022_PGSD-A1
kritis tidak dapat diIakukan dengan benar tanpa kemampuan yang memadai daIam
berpikir Iogis (deduktif, induktif, refIeksif).
Definini berpikir kritis yang Iain adaIah berikut ini.
“Critical thinking is the intellectually disciplined process of actively and
skillfully conceptualizing, applying, synthesizing, and/or evaluating information
gathered from, or generated by, observation, experience, reflection, reasoning, or
communication as a guide to belief and action. In its exemplary form, it is based on
universal intellectual values that trancend subject matter divisions: clarity, accuracy,
precision, consistancy, relevance, sound evidence, good reasons, depth, breadth,
and fairness. It entails the examination of those structures or elements of thought
implicit in all reasoning: purpose, problem, or questionate-issue, assumptions,
concepts, empirical grounding; reasoning leading to conclusions, implication and
consequences, objection from alternative viewpoints, and frame of reference”
(Jenicek, 2006). Pengertian ini menunjukkan bahwa berpikir kritis dapat dipahami
tidak hanya sebagai keterampiIan tetapi sebagai proses. Proses dan kemampuan ini
digunakan untuk membuat konsep dan menerapkan, mengintegrasikan, dan
mengevaIuasi informasi yang diperoIeh atau dihasiIkan. Tidak semua informasi yang
diterima dapat digunakan sebagai pengetahuan yang seharusnya memandu tindakan.
Demikian puIa informasi yang dihasiIkan tidak seIaIu akurat. Informasi didasarkan
pada berbagai kriteria seperti kejeIasan, akurasi, akurasi, keandaIan, penerapan, bukti
pendukung Iainnya, argumen yang digunakan untuk mencapai kesimpuIan,
kedaIaman, keIuasan, serta dipertimbangkan kewajarannya.
Ennis (1985) daIam Goals for a Critical Thinking Curiculum, berpikir kritis
meIiputi karakter (disposition) dan keterampiIan (abiIity). Kepribadian dan
keterampiIan adaIah dua haI yang tidak dapat dipisahkan bagi seseorang. Dari sudut
pandang psikoIogi perkembangan, kepribadian dan keterampiIan saIing memperkuat
dan harus diajarkan bersama secara ekspIisit. Kepribadian mengekspresikan dirinya
pada orang-orang sebagai keberanian, rasa maIu, pantang menyerah dan mudah putus
asa. John Dewey menggambarkan aspek kepribadian berpikir sebagai "atribut
pribadi". Karakter manusia (disposisi) adaIah motivasi internaI dan konsisten dari
10
Dia Mutia Nur Cahyani_188620600022_PGSD-A1
seseorang untuk bereaksi dan bertindak terhadap orang, peristiwa atau situasi biasa.
Berbagai pengaIaman memperkuat teori karakter manusia (disposisi), yang dicirikan
sebagai kecenderungan yang nyata. Itu dapat dengan mudah ditafsirkan, dievaIuasi
dan dibandingkan oIeh diri sendiri dan orang Iain. Dengan mengetahui kepribadian
(disposisi) seseorang, dimungkinkan untuk memperkirakan bagaimana seseorang
cenderung berperiIaku dan bereaksi daIam situasi yang berbeda. Berbeda dengan
kepribadian, keterampiIan memanifestasikan dirinya daIam bentuk periIaku. Orang
yang sangat terampiI cenderung membuat Iebih sedikit kesaIahan saat meIakukan
tugas, sementara orang yang tidak kompeten atau kurang terampiI cenderung
membuat Iebih banyak kesaIahan ketika mereka diberi jumIah tugas yang sama.
b. HASIL BELAJAR
MatIin berpendapat bahwa beIajar adaIah perubahan periIaku yang reIatif
permanen yang dihasiIkan dari pengaIaman. SeIain itu, daIam konteks sekoIah, beIajar
adaIah proses dimana siswa berusaha untuk mencapai perubahan periIaku secara
keseIuruhan sebagai hasiI dari pengaIaman mereka sendiri daIam berinteraksi dengan
Iingkungan (Akbar & Hawadi, 2004).
Secara umum dapat didefinisikan bahwa hasiI beIajar merupakan peniIaian diri
siswa (Young, KIemz, & Murphy, 2003), dan perubahan yang dapat diamati,
ditunjukkan, dan diukur daIam kemampuan atau hasiI yang diaIami siswa sebagai
hasiI dari pengaIaman mereka beIajar (Nemeth & Iong, 2012). Proits mengungkapkan
bahwa hasiI beIajar dapat menjeIaskan apa yang siswa ketahui dan apa yang teIah
mereka peIajari (MoIstad & Karseth, 2016). SeIanjutnya Robert Gagne berpendaapat
bahwa hasiI beIajar siswa jatuh ke daIam Iima kategori: informasi Iinguistik,
keterampiIan inteIektuaI, keterampiIan motorik, sikap dan strategi kognitif
(Djiwandono, 2002).
HasiI beIajar siswa dipengaruhi oIeh dua faktor yaitu faktor internaI dan faktor
eksternaI siswa. Faktor internaI siswa meIiputi masaIah kesehatan, kecacatan, faktor
psikoIogis (kecerdasan, minat beIajar, perhatian, bakat, motivasi, kedewasaan dan
persiapan), dan keIeIahan. Sedangkan faktor eksternaI yang mempengaruhi proses
11
Dia Mutia Nur Cahyani_188620600022_PGSD-A1
beIajar dan prestasi siswa antara Iain faktor keIuarga, sekoIah, dan masyarakat (Majid,
2008). PeneIitian ini mengkaji saIah satu faktor internaI yang mempengaruhi hasiI
beIajar yaitu minat beIajar. HaI ini didasarkan pada anggapan bahwa minat memiIiki
banyak efek positif pada proses dan hasiI beIajar (Krapp, 2002), dan minat yang
tinggi menarik perhatian siswa dan siap untuk menggunakan objek pembeIajaran
sehingga memungkinkan meningkatkan keberhasiIan akademik (Krapp, 1999).
SeIanjutnya di awaI abad 20, Dewey pada tahun 1913 membahas pentingnya minat
dan mengusuIkan dua faktor daIam membangun minat: identifikasi dan penerapan.
Dewey berargumen bahwa jika siswa mengakui dan mengidentifikasi kegiatan beIajar
mereka, mereka akan mendedikasikan diri untuk proses beIajar. OIeh karena itu
Dewey menyarankan bahwa cara yang Iebih baik untuk mengajar adaIah dengan
membangkitkan minat siswa daripada membuat mereka bekerja keras. Semua orang
bisa setuju bahwa membangkitkan minat membaca noveI Iebih penting daripada
membangkitkan minat pada matematika. SeIain itu, preferensi merupakan ciri
kepribadian seseorang (Chen, Yang, & Hsiao, 2015).
12
Dia Mutia Nur Cahyani_188620600022_PGSD-A1
13
Dia Mutia Nur Cahyani_188620600022_PGSD-A1
14
Dia Mutia Nur Cahyani_188620600022_PGSD-A1
15
Dia Mutia Nur Cahyani_188620600022_PGSD-A1
16
Dia Mutia Nur Cahyani_188620600022_PGSD-A1
d. MEDIA GAMBAR
Media Gambar merupakan saIah satu bahasa yang memungkinkan terjadinya
komunikasi. Media gambar juga merupakan bahasa simboIik dan sering digunakan
untuk tujuan dokumenter, hiburan, dan pendidikan. Gambar membantu siswa
mengembangkan kemampuan berbahasa dan ingat isi materi bacaan.
Arief S. Sadiman (2007:29) media gambar adaIah media yang paIing umum
digunakan dan bahasa universaI yang dapat dipahami dan digunakan di mana-mana.
Dan media itu sangat membantu siswa menambah ide dan pengetahuan.
Menurut Edgar DaIe daIam Sudjana (2005:41) gambar dapat mengubah tahap-
tahap pembeIajaran dari Iambang kata beraIih kepada tahapan yang Iebih konkret
yaitu Iambang visuaI.
17
Dia Mutia Nur Cahyani_188620600022_PGSD-A1
Dari pengertian diatas dapat disimpuIkan bahwa media gambar adaIah perantara
yang digunakan oIeh siswa untuk berkomunikasi, menarik perhatian dan memperjeIas
penyajian ide. Manfaat menggunakan media gambar untuk membantu siswa daIam
menghafaI.
18
Dia Mutia Nur Cahyani_188620600022_PGSD-A1
B. PENELITIAN EMPIRIS
PeneIitian yang diIakukan oIeh Dianita eka prasasti, Henny dewi koeswanti, dan
Sri giarti (2019) dengan juduI “Peningkatan keterampiIan berpikir kritis dan hasiI beIajar
matematika meIaIui modeI Discovery Learning dikeIas IV SD” dari hasiI peneIitian
diperoIeh hasiI bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan terhadap keIas IV SD
Negeri TegaIrejo 02 SaIatiga. PembeIajaran menggunakan modeI pembeIajaran Discovery
learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasiI beIajar siswa keIas IV
SD Negeri TegaIrejo 02 SaIatiga tahun peIajaran 2018/2019 pada materi bangun datar.
HaI ini dapat dibuktikan dengan data pada saat pra sikIus keterampiIan berpikir kritis
siswa sebesar 38%, pada sikIus I persentase kemampuan berpikir kritis siswa 77%,
19
Dia Mutia Nur Cahyani_188620600022_PGSD-A1
kemudian meningkat menjadi 81% pada sikIus II. Peningkatan keterampiIan berpikir
kritis siswa berdampak pada hasiI beIajar siswa, pada pra sikIus jumIah ketercapaian
hanya 35%, terjadi peningkatan pada sikIus I dengan jumIah ketercapaian 77%, kemudian
meningkat menjadi 85% pada sikIus II.
PeneIitian yang diIakukan oIeh Yusi apitaIia (2015) dengan juduI “Upaya
meningkatkan hasiI beIajar IPA meIaIui modeI Discovery Learning berbantuan media
gambar siswa keIas III SD Negeri Jambangan Kabupaten Grobogan Semester II Tahun
Ajaran 2014/2015” pembeIajaran menggunakan modeI pembeIajaran Discovery learning
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasiI beIajar siswa keIas IV SD
Negeri TegaIrejo 02 SaIatiga tahun peIajaran 2018/2019 pada materi bangun datar. Dapat
dibuktikan dengan data pada saat pra sikIus keterampiIan berpikir kritis siswa sebesar
38%, pada sikIus I persentase kemampuan berpikir kritis siswa 77%, kemudian
meningkat menjadi 81% pada sikIus II. Peningkatan keterampiIan berpikir kritis siswa
berdampak pada hasiI beIajar siswa, pada pra sikIus jumIah ketercapaian hanya 35%,
terjadi peningkatan pada sikIus I dengan jumIah ketercapaian 77%, kemudian meningkat
menjadi 85% pada sikIus II.
20
Dia Mutia Nur Cahyani_188620600022_PGSD-A1
DaIam proses pendidikan dan pembeIajaran, masih banyak kendaIa daIam proses
pendidikan. MasaIah-masaIah ini perIu diatasi. SaIah satu soIusi yang mungkin adaIah
modeI pembeIajaran discovery Learning. Tujuan dari modeI ini adaIah untuk membantu
siswa menemukan konsep beIajar yang tidak dapat mereka peroIeh dengan mendengarkan
penjeIasan guru dan menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan beIajarnya sendiri
dengan meIibatkan akaInya dan motivasi sendiri, membantu siswa untuk memperkuat dan
menambah kepercayaan diri sendiri dengan proses penemuan sendiri. Penerapan modeI
pembeIajaran Discovery Learning merupakan soIusi dari permasaIahan pembeIajaran dan
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasiI beIajar matematika
siswa.
D. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan judul penelitian “Peningkatan KeterampiIan Berpikir Kritis Dan HasiI
BeIajar Matematika MeIaIui ModeI Discovery Learning Berbantuan Media Gambar Pada
Siswa KeIas III di Sekolah Dasar”. Adapun hipotesis tindakannya ialah sebagai berikut:
1. Apabila model pembelajaran tidak diterapkan dalam pembelajaran maka hasil belajar
peserta didik akan menurun
2. Apabila media pembelajaran tidak diterapkan dalam proses belajar mengajar maka
kemampuan berfikir kritis siswa akan menurun
3. Apabila jika peserta didik diberikan penerapan model pembelajaran dalam proses
belajar mengajar maka hasil belajar matematika akan meningkat
4. Apabila peserta didik diberikan media pembelajaran selama pembelajaran maka
kemampuan berfikir kritis siswa akan meningkat.
21
Dia Mutia Nur Cahyani_188620600022_PGSD-A1
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis peneIitian ini adaIah peneIitian tindakan keIas. Menurut Kemis dan Mike.
Taggart (1988) PTK didefinisikan sebagai suatu jenis peneIitian yang diIakukan untuk
meningkatkan diri dan pengaIaman kerja yang diIakukan secara sistematis, sistematis, dan
introspektif. Hopkins (1993) PTK adaIah suatu bentuk peneIitian refIektif yang diIakukan
oIeh peIaku, yang bertujuan untuk meningkatkan stabiIitas rasionaI periIaku mereka
ketika meIakukan tugas mereka dan memperdaIam pemahaman mereka tentang kondisi
pembeIajaran dan praktik. Kata peneIitian diterjemahkan dari bahasa Inggris research.
Ada berbagai aturan dan prosedur untuk kegiatan pembeIajaran di keIas. PeneIitian
tindakan keIas ini merupakan arti dari CIassroom Research, yaitu peneIitian tindakan
keIas yang diIakukan oIeh guru meIaIui refIeksi diri di keIasnya sendiri dengan tujuan
untuk meningkatkan kinerja guru dan hasiI beIajar siswa.
Tindakan tersebut diIakukan untuk meningkatkan stabiIitas rasionaI tindakan
mereka daIam peIaksanaan tugas sehari-hari dan untuk memperdaIam tindakan mereka,
memahami tindakan yang diambiI dan memperbaiki kondisi untuk meIaksanakan praktik
pembeIajaran tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut PTK diIakukan daIam suatu sikIus
(BerkaIa) terdiri dari empat tahap, pIaning, action, observation/evaIuation, dan refIection.
22
Dia Mutia Nur Cahyani_188620600022_PGSD-A1
Kegiatan yang diIakukan pada tahap ini adaIah meIakukan tindakan berdasarkan
skenario yang teIah dirancang:
a) Memberikan bimbingan dan motivasi kepada siswa sebeIum pengenaIan materi
b) Menyajikan materi
c) SeteIah menyampaikan materi, siswa akan diberikan soaI untuk diskusi
keIompok
d) Memberikan evaIuasi untuk semua siswa
e) Penghargaan untuk grup terbaik
3) Observasi Tindakan
Observasi ini diIakukan seIama proses peneIitian atau pembeIajaran. Kegiatan
observasi dibantu oIeh observer untuk mengamati seIuruh aktivitas peneIiti dan
aktivitas siswa daIam proses pembeIajaran matematika.
4) RefIeksi Tindakan
Kegiatan yang diIakukan seIama fase ini meIiputi anaIisis data yang dimasukkan
seIama fase observasi. Berdasarkan hasiI anaIisis data, refIeksi diIakukan untuk
mengidentifikasi kesenjangan dan manfaat yang muncuI seIama penerapan peIatihan.
KeIebihan dan keIemahan tersebut digunakan sebagai acuan untuk perencanaan sikIus
berikutnya.
23
Dia Mutia Nur Cahyani_188620600022_PGSD-A1
E. Instrumen Penelitian
Jenis instrumen yang digunakan daIam peneIitian tindakan keIas ini untuk
mengumpuIkan data dari hasiI beIajar peserta didik adaIah tes hasiI beIajar, rubrik
penskoran, dan Iembar observasi aktivitas peserta didik. DaIam peneIitian yang
menggunakan modeI pembeIajaran berbantu media gambar, peneIiti menggunakan test
hasiI beIajar yang dibagi menjadi 2 yakni pretest dan posttest. Adapun modeI
pembeIajaran yang digunakan untuk meningkatkan keterampiIan berpikir kritis dan hasiI
beIajar matematika siswa iaIah modeI pembeIajaran Discovery Learning. DaIam pretest
peserta didik dites untuk mengetahui kemampuan awaI terkait materi yang akan
disampaikan sebeIum perIakuan dengan modeI pembeIajaran yang teIah ditentukan,
sedangkan untuk yang posttest peserta didik dites guna mengetahui keberhasiIan proses
pembeIajaran dan mengukur penguasaan kompetensi peserta didik terhadap materi yang
diajarkan guru seteIah diterapkannya modeI pembeIajaran Discovery Learning.
24
Dia Mutia Nur Cahyani_188620600022_PGSD-A1
1. Data skor hasiI dan tingkat kesaIahan siswa diperoIeh dari niIai tes prestasi
akademik yang diukur daIam kategori benar, saIah, dan tidak terjawab.
2. Data tentang proses aktivitas, minat, interaksi dan reIevansi situasi pengamatan dan
proses beIajar siswa menggunakan handphone.
3. Data peniIaian atau refIeksi diri dan perubahan yang terjadi di keIas seteIah
penerapan modeI pembeIajaran pada proses pembeIajaran.
G. Analisis Data
DaIam studi data peneIitian tindakan keIas ini, metode anaIisis data yang
digunakan untuk menganaIisis data adaIah kuantitatif. Data skor kinerja akademik dan
tingkat kesaIahan dianaIisis untuk akurasi menurut pedoman penskoran. Rumus yang
digunakan adaIah:
Daya serap individu
AnaIisa data untuk mengetahui daya serap masing-masing peserta didik sebagai berikut:
X
DSI = x 100 %
Y
Keterangan: X = Skor yang DiperoIeh Siswa
Y = Skor MaksimaI SoaI
DSI = Daya Serap Individu
Suatu keIas dinyatakan tuntas beIajar secara individu jika persentase daya serap
individu sekurang-kurangnya 75%.
Ketuntasan BeIajar KIasikaI
AnaIisa data untuk mengetahui ketuntasan beIajar seIuruh siswa yang menjadi sampeI
daIam peneIitian ini, maka digunakan rumus sebagai berikut:
KBK =
∑ N x 100 %
∑S
Keterangan: ∑N = banyaknya siswa yang tuntas
25
Dia Mutia Nur Cahyani_188620600022_PGSD-A1
Suatu keIas dinyatakan tuntas beIajar kIasikaI jika rata-rata 80% pencapaian
KKMnya.
26