Anda di halaman 1dari 13

NASKAH PRAKTIK BAIK

EFEKTIFITAS KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN MODEL INQUIRI


PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI PELAJARAN MATEMATIKA
MATERI PENGUKURAN NILAI PECAHAN

Muhammad Hana Wijayanto, M.Pd

SDN 1 Srobyong

Mlonggo Jepara

Paguyuban Guru Penggerak Kecamatan Mlonggo

2023
ABSTRAK

Cara belajar Matematika yang terjadi sekolah SDN 1 Srobyong Mlonggo Jepara
masih memprihatinkan. Proses pembelajaran Matematika materi pengukuran nilai
pecahan belum banyak melibatkan murid dalam menemukan penerapan di
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru hanya
membawa pada kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan
menghitung saja tanpa mengajak tahu angka-angka itu berasal dari mana. Proses
pembelajaran juga kurang memperhatikan kebutuhan setiap murid yang tentunya
berbeda antara satu murid dengan murid lain. Bisa berbeda kesiapan cara belajar,
minat dan profil gaya belajar (visual, auditori, kinestetik). Proses pembelajaran
juga jarang merencanakan lingkungan sekolah sebagai bahan pembelajaran. Dalam
menjawab tantangan tersebut, maka penulis membuat aksi dengan menerapkan
model pembelajaran yang berpusat pada murid. Salah satu model pembelajaran
yang berpusat pada murid adalah Model Inkuiri. Model pembelajaran yang
melibatkan keaktifan murid dalam memecahkan masalah. Untuk memenuhi
kebutuhan setiap individu dalam kelas, digunakan Pembelajaran Diferensiasi
Konten. Proses pelaksanaan pembelajaran berpusat pada murid sesuai roh filosofi
KHD yaitu menghamba pada murid. Murid merasakan mengalami sendiri proses
belajarnya. Menyelaraskan pelajaran di kelas dengan masalah kehidupan sehari-
hari. Pembelajaran Berdiferensiasi Konten yang dihasilkan juga beragam sesuai
dengan minat dan bakat setiap murid. Guru telah berhasil melatih nilai-nilai dan
peran guru, membimbing dengan kompetensi Coaching, Sebagai pemimpin
pembelajaran, guru berhasil memberi contoh menumbuhkan karakter murid yang
membiasakan Profil Pelajar Pancasila. Praktik pembelajaran ini sangat efektif
meningkat kualitas pembelajaran jika dilihat dari sisi guru dan sisi murid yaitu
keaktifan murid, hasil produk murid dan evaluasi murid dengan kategori
memuaskan.
Kata Kunci: Inkuiri, Coaching, Berdiferensiasi.
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pandangan konstruktivisme mempengaruhi arah pendidikan di Indonesia,


yang secara eksplisit juga tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional No 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(UUSPN/20/2003).
Hal ini mengisyaratkan bahwa pendidik dalam melakukan pembelajaran
perlu melakukan perencanaan yang matang, melihat karakteristik siswa sehingga
diharapkan akan dapat terlaksana pembelajaran yang efektif dan efisien dalam
mencapai tujuan pembelajarannya. Konsekuensi logisnya adalah bahwa keberadaan
sumber daya manusia yang unggul di masa mendatang menempati posisi yang
sangat penting dan strategis. Pendidik hendaknya menyiapkan peserta didik agar
memiliki kemampuan berkolaborasi, memecahkan masalah, berpikir kritis dan
berpikir kreatif (Mukminan, 2014; Afandi, 2016).
Dalam proses pembelajaran roh filosofi Ki Hajar Dewantara (KHD): Ing
Ngarso Sung Tulodho¸ Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani tetap
menjadi inspiratif bagi kita sebagai pendidik agar murid-murid berkarakter sesuai
Profil Pelajar Pancasila: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
mandiri, bergotong-royong, berkebinekaan global, bernalar kritis dan kreatif. Untuk
itu guru perlu menguatkan nilai-nilainya: berpihak pada murid, reflektif, mandiri,
kolaboratif dan inovatif. Begitu juga peran sebagai guru harus ditingkatkan: sebagai
pemimpin pembelajaran, coach bagi guru lain, pendorong kolaborasi, mewujudkan
kepemimpinan murid dan penggerak komunitas praktisi.
Salah satu metode yang sesuai dengan pandangan konstruktivisme adalah
pembelajaran penemuan (inkuiri). Lin (2012) dalam Yang (2015: 265)
menganalisis bahwa tujuan utama dari pendidikan adalah memperkuat belajar
siswa. Ada tiga dimensi kekuatan pembelajaran yaitu alat, metode pembelajaran
dan pengaturan. Tiga dimensi yang mendukung pembelajaran adalah pendekatan
analitik untuk perubahan penilaian. Bahasa dan berpikir merupakan dua alat yang
dibutuhkan, dimana membaca dan menemukan (inkuiri) merupakan dua metode
pokok yang penting.
Cara memandang matematika mempengaruhi cara menyampaikan
matematika kepada siswa. Turmudi (2008: 6) menyatakan bahwa matematika yang
dipandang sebagai strict body of knowlege” telah meletakkan pondasi bahwa siswa
adalah objek yang pasif karena yang diutamakan adalah knowledge of mathematics.
Guru menjadi pusat perhatian karena harus mendemonstrasikan matematika yang
sudah siap saji dan dipandang sebagai ilmu yang ketat, siswa bukan lagi sebagai
subjek yang aktif karena dipandang sebagai “mesin copy” hanya sekedar menirukan
apa yang dicontohkan guru dan berlatih soal dari apa yang diberikan guru.
Dampaknya menurut Turmudi (2008:6) ketika siswa menemukan situasi dan
kondisi lain di luar konsteks yang diajarkan, siswa mudah menyerah dan tidak dapat
melakukan proses penyelesaian matematika.
Proses pembelajaran dengan mengedepankan pada pengalaman langsung dan
proses penemuan diharapkan dapat memunculkan nilai karakter siswa.
Kemandirian belajar merupakan salah satu karakter yang perlu dikembangkan
melalui pembelajaran tersebut. Kemandirian merupakan keadaan dapat berdiri
sendiri tanpa bergantung pada orang lain (Hudojo, H., 1988: 625).
Menurut Sumarmo dalam Fahradina, dkk (2014:56) indikator kemandirian
belajar siswa meliputi : (1) inisiatif belajar, (2) mendiagnosa kebutuhan belajar, (3)
menetapkan target atau tujuan belajar, (4) memonitor, (5) mengatur dan mengontrol
belajar, (6) memandang kesulitan sebagai tantangan, (7) memanfaatkan dan
mencari sumber yang relevan, (8) memilih dan menerapkan strategi belajar, (9)
mengevaluasi proses dan hasil belajar, dan (10) self efficacy (konsep diri).
Pembelajaran yang berlangsung selama ini, juga kurang memperhatikan
kebutuhan setiap murid. Tentunya berbeda murid satu dengan murid yang lain. Bisa
berbeda kesiapan cara belajarnya, minat belajarnya dan profil gaya belajar murid
(visual, auditori, kinestetik). Semua itu perlu diperhatikan dalam merencanakan
suatu proses pembelajaran yang disebut pembelajaran Berdiferensiasi.
Tujuan
Tujuan yang diharapkan dalam praktik baik ini adalah pembelajaran yang
berpusat pada murid, sehingga murid merasakan mengalami sendiri proses
belajarnya. Murid merasa memiliki ilmu yang didapat karena guru hanya
memberikan arahan dan bimbingan. Menyelaraskan pelajaran di kelas (Matematika
materi nilai pecahan) dengan problem yang ada di kehiduapan sehari-hari. Dan
murid mampu mengerjakan evaluasi yang diberikan oleh guru. Tujuan bagi guru
adalah melatih nilai-nilai dan peran guru dalam proses pembelajaran yang
mempunyai roh filosofi KHD dan membimbing murid dengan kompetensi
Coaching yaitu murid dapat menemukan solusi sendiri dari permasalahan yang ada.
Dan sebagai pemimpin pembelajaran maka tindakan guru diharapkan dapat
membentuk karakter murid yang membiasakan Profil Pelajar Pancasila.
Hasil yang Diharapkan
Dari praktik baik ini, maka diharapkan akan muncul murid yang mempunyai
karakter Profil Pelajar Pancasila: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
mandiri, bergotong-royong, berkebinekaan global, bernalar kritis dan kreatif.
Dalam hal ini mempunyai rasa peduli kepada lingkungan sekolah dengan cara dapat
memanfaatkan sampah sebagai bahan pelajaran dan mengerti mengelola sampah
secara benar. Dengan melakukan dengan senang hati maka empat ranah kompetensi
dapat tercapai yaitu kemampuan spritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan.
Bekerja bergotong-royong maka kompetensi sosialnya meningkat.
Mengintegrasikan materi pelajaran dengan problem kehidupan sehari-hari maka
akan meningkatkan pengetahuan tentang ilmu bermakna. Dan melakukan kegiatan
untuk memecahkan masalah akan meningkatkan keterampilannya.
Bagi guru, hasil yang diharapkan adalah bisa dijadikan evaluasi pada diri
sendiri apakah nilai-nilai dan peran guru sudah berjalan sesuai harapan atau
mempunyai catatan-catatan yang perlu diperbaiki dalam proses pembelajaran
berikutnya. Dengan demikian guru dapat memberikan pelajaran yang berkualitas
terhadap murid.
BAB II
ISI
Situasi
Proses pembelajaran Matematika materi nilai pecahan belum banyak
melibatkan murid dalam menemukan konsep dan terapan di kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru hanya membawa pada kegiatan-
kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan menghitung dan memberikan
angka-angka tanpa mengajak tahu angka-angka itu berasal dari mana. Murid
menerima bahan pelajaran melalui informasi yang disampaikan guru. Materi
disampaikan hingga bentuk akhir, sedangkan cara belajar siswa merupakan belajar
menerima (reception learning) yang pastinya kurang bermakna.
Proses pembelajaran yang berlangsung selama ini, juga kurang
memperhatikan kebutuhan setiap murid yang tentunya berbeda antara satu murid
dengan murid yang lain. Bisa berbeda kesiapan cara belajarnya, minat belajarnya
dan profil gaya belajar murid (visual, auditori, kinestetik). Semua itu perlu
diperhatikan dalam merencanakan suatu proses pembelajaran yang disebut
pembelajaran Berdiferensiasi. Sehingga perlu direncanakan juga dalam kegiatan
proses mengajar apakah menggunakan Pembelajaran Berdiferensiasi: konten,
proses, produk. Dalam proses pembelajaran yang berlangsung hanya mengejar
materi yang ada untuk secepatnya segera diselesaikan, tanpa melibatkan karakter
murid yang akan diharapkan tumbuh dalam proses pembelajaran tersebut.
Tantangan
Tantangannya adalah pemetaan kebutuhan setiap murid tentunya berbeda
antara satu murid dengan murid yang lain. Bisa berbeda kesiapan cara belajarnya,
minat belajarnya dan profil gaya belajar murid (visual, auditori, kinestetik). Semua
itu perlu diperhatikan dalam merencanakan suatu proses pembelajaran. Dalam
proses ini disebut pembelajaran Berdiferensiasi. Sehingga perlu direncanakan juga
dalam kegiatan proses mengajar apakah menggunakan Pembelajaran
Berdiferensiasi: konten, proses, produk. Ketepatan penentuan model pembelajaran
akan menentukan tujuan pembelajaran yang akan kita laksanakan sehingga
menentukan kualitas proses pembelajaran yang kita lakukan.
Aksi
Aksi praktik proses pembelajaran ini dilakukan pada murid kelas VI B
SDN 1 Srobyong Mlonggo Kabupaten Jepara semester 1 tahun ajaran 2023/2024.
Dalam menjawab tantangan dalam merencanakan proses pembelajaran, maka
penulis membuat aksi dengan merencanakan menerapkan model pembelajaran
yang berpusat pada murid (menghamba murid/roh filososfi KHD) yaitu model
Inkuiri.
Prosedur pembelajaran berbasis inkuiri menurut Silberman (1998: 103-
104; Menezes, et.al. (2012) secara umum terdiri dari: 1) memberikan masalah
kepada siswa; 2) memberikan dukungan siswa untuk belajar secara mandiri; dan 3)
melakukan diskusi terhadap tugas. Tabel 1. menggambarkan contoh prosedur
pembelajaran inkuiri berdasarkan hasil pengalaman penelitian Menezes, et.al.
(2012: 361).
Tabel 1. Tahapan Pembelajaran Inkuiri

Tahap Kegiatan yang dilakukan Manajemen Kelas


Memberikan 1. Memperjelas istilah yang 1. Menetapkan waktu
masalah kurang dipahami siswa untuk masing-masing
kepada siswa 2. Mengarahkan dan tahapan
memverifikasi 2. Mengatur kinerja
pengetahuan utama siswa melalui
3. Mengarahkan tujuan individu, pasangan,
4. Memberikan masalah kelompok kecil dan di
yang menantang kelas
5. Meminta apa yang 3. Mengatur materi
diharapkan siswa
6. Mengaitkan siswa
dengan pengalaman
sebelumnya
Memberikan 1. Memusatkan pada hasil 1. Menciptakan
dukungan dan gagasan hubungan antara
siswa untuk 2. Menyediakan gagasan siswa.
belajar pembanding 2. Menyediakan materi.
mandiri 3. Berikan tantangan untuk 3. Menjamin siswa untuk
mengungkapkan alasan mempresentasikan
4. Memberikan penjelasan hasil.
dalam rangka 4. Menyediakan waktu
melanjutkan pekerjaan khusus untuk
siswa presentasi.
Tahap Kegiatan yang dilakukan Manajemen Kelas
5. Melakukan presentasi 5. Mempertimbangkan
6. Meminta hasil dan memilih urutan
penyelesaian tugas presentasi dengan
mengidentikasi sedikit
banyaknya materi,
komprehensif dan
kompleksitas materi
dan kesalahan secara
umum.
Melakukan 1. Meminta penjelasan 1. Menciptakan
diskusi dengan bukti lingkungan positif saat
terhadap 2. Meminta alasan hasil dan presentasi dan diskusi.
tugas penyajian yang 2. Memfokuskan siswa
digunakan secara kelompok
3. Mendorong tanya jawab 3. Menjamin catatan
untuk mengklarifikasi tertulis dari ide-ide
tentang gagasan yang hasil secara sistematis
diajukan 4. Menyimpan di
4. Mendorong untuk komputer atau sumber
menganalisis, fisik seperti
mendebatkan dan (papan, papan
melakukan interaktif,
perbandingan gagasan transparansi, poster)
5. Mengidentifikasi dan oleh siswa atau guru
mendiskusikan 5. Meminta catatan atau
pertanyaan atau laporan tertulis hasil
kesalahan di dalam pekerjaan siswa
presentasi

Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan setiap individu dalam kelas, maka


digunakan Pembelajaran Berdiferensiasi. Guru merespon bagaimana memenuhi
kebutuhan setiap murid dalam komunitas kelas. Pembelajaran berdiferensiasi
adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru
yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Sebagai guru, kita semua tentu tahu
bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang
diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki
sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu
keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu
memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka
sukai (profil belajar). Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri
(visual, auditori, kinestetik). Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar
guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka.
https://lms25-gp.simpkb.id/mod/icontent/view.php?id=3842
Setelah berdiskusi dengan rekan sejawat lainnya tentang pemetaan
kebutuhan murid, maka kita putuskan menggunakan Pembelajaran
Berdiferensiasi Konten. Proses pembelajaran di mulai sesuai sintak pembelajaran
yang telah direncanakan yaitu: Model Inkuri. Guru dan murid melaksanakan
kegiatan-kegiatan sesuai langkah kerja. Tentunya dengan bimbingan guru dan data
yang diperoleh nyata setiap harinya. Demikian dapat menjadi pengalaman menarik
bagi murid-murid karena melakukan kegiatan secara langsung dalam mengambil
data-data untuk proses pembelajaran.

Setelah semua dilakukan, maka kita diskusi dengan rekan guru lainnya
tentang semua hal yang kita lakukan dalam praktik ini. Dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pemilihan metode, bahan ajar, dan sumber belajar. Dari respon rekan
sejawat menunjukkan komentar yang positif dan mendukung kegiatan yang kita
rencanakan.

Refleksi

Setelah melakukan semua langkah kerja dan memberikan penghargaan


kepada murid-murid atas hasil karya produknya, maka guru meminta teman sejawat
lainnya untuk berdiskusi dan evaluasi tentang kegiatan praktik proses pembelajaran
yang telah dilakukan. Dari diskusi dengan rekan sejawat didapat beberapa catatan,
yaitu: penanganan sampah harus dilakukan oleh semua warga sekolah, pemetaan
kebutuhan setiap murid dalam satu kelas perlu mendiskusikan dengan rekan guru
lainnya dan kalau perlu dengan Kepala Sekolah, perlu dicoba proses pembelajaran
berdiferensiasi konten dan proses, dan yang lebih penting lagi adalah hasil praktik
baik ini didiskusikan dengan warga sekolah lainnya dan dengan komunitas praktisi
lainnya.
Dampak yang terjadi setelah melakukan praktik proses pembelajaran ini
adalah kita sebagai rekan sejawat membuka diri untuk berkolaborasi tentang semua
hal masalah yang kita hadapi, murid-murid menjadi lebih bahagia dan merdeka
dalam mempelajari suatu ilmu di sekolah.

Faktor yang menjadi keberhasilan dalam praktik ini adalah kita mau
mendiskusikan permasalahan dengan rekan sejawat lainnya. Disisi lain murid juga
antusias melakukan kegiatan-kegiatan sesuai langkah-langkah. Sedangkan faktor
yang mempengaruhi ketidakberhasilan adalah faktor kebiasaan murid-murid yang
kurang litersi proses soal-soal cerita.

Dari berbagai kegiatan-kegiatan praktik yang sudah dilakukan mengandung


beberapa makna yaitu pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan dapat
menumbuhkan karakter yang mencerminkan perilaku Profil Pelajar Pancasila.
Sehingga setiap kegiatan dalam lingkup sekolah diusahakan agar bisa
menumbuhkan karakter budaya positif terutama kemandirian murid. Dengan
pembiasaan secara terus menerus, diharapkan akan tumbuh budaya positif dalam
diri setiap murid. Makna lain adalah dalam proses pembelajaran sebaiknya
melakukan perencanaan perangkat pembelajaran secara keseluruhan baik:
pemetaan kebutuhan murid, media, bahan ajar, evaluasi dan penerapan dalam
kehidupan sehari-hari. Dan tentunya kita harus selalu berkolaborasi dengan rekan
sejawat dalam perencanaan maupun evaluasi kegiatan setiap pelaksanaan.
BAB III

PENUTUP

Simpulan

Dari kegiatan yang sudah dilakukan maka penulis mempunyai kesimpulan


yaitu: pembelajaran sudah berpusat pada murid (filosofi KHD, menghamba pada
murid), murid merasakan mengalami sendiri proses belajarnya. Murid merasa
menemukan ilmu yang didapat karena guru hanya memberikan arahan dan
bimbingan. Menyelaraskan pelajaran di kelas dengan masalah kehidupan sehari-
hari, sehingga murid sangat antusias melakukan setiap tahap kegiatan dalam
praktik. Termasuk Pembelajaran Berdiferensiasi konten yang menjadi bahan belajar
murid yang disesuaikan dengan minat dan profil belajar murid.
Dalam pelajaran Matematika materi pengukuran nilai pecahan yang
berkaitan dengan problem yang ada di kehiduapan sehari-hari, murid mengerti dan
memahami tentang soal-soal cerita dengan bukti murid-murid dalam evaluasi
sebagian besar mampu menyelesaikan soal dan mendapat nilai diatas KKM.
Bagi guru, telah berhasil melatih nilai-nilai dan peran guru dalam proses
pembelajaran yang mempunyai roh filosofi KHD dan membimbing murid dengan
kompetensi Coaching, karena murid dapat menemukan solusi sendiri dari
permasalahan yang ada. Dengan bukti berhasil menentukan pilihan produk sendiri
sesuai dengan kemampuannya. Dan sebagai pemimpin pembelajaran, guru berhasil
memberi contoh dalam menumbuhkan karakter kemandirian murid yang
membiasakan Profil Pelajar Pancasila.
Pembelajaran menggunakan Model Inkuiri dalam Pembelajaran
Berdiferensiasi Konten pelajaran Matematika materi pengukuran nilai pecahan
sangat efektif meningkat kualitas pembelajaran, jika dilihat dari keaktifan murid,
hasil produk murid dan evaluasi murid dengan kategori memuaskan
Rekomendasi dan Tindak Lanjut
Rekomendasi dari kegiatan praktik ini adalah semua kegiatan sebaiknya
direncanakan terlebih dahulu. Diskusikan dengan rekan sejawat atau warga sekolah
lainnya. Jika berhubungan dengan kebijakan maka sebaiknya dikonsultasikan
dengan pimpinan sekolah (Kepala Sekolah).
Tindak lanjut dari kegiatan ini adalah menyebarluaskan praktik baik ini baik
dengan warga sekolah maupun dengan praktisi Pendidikan lainnya, sehingga
praktik baik ini bisa ditiru atau dievaluasi. Membuka diskusi dan menerima saran
atau kritik tentang pelaksanaan praktik ini. Mau membuka diri untuk melakukan
evaluasi demi perbaikan proses pembelaran berikutnya agar menjadi lebih baik.

NAMA : MUHAMMAD HANA


WIJAYANTO M.Pd

NIP : 197404272014061001

TTL : JEPARA, 27 APRIL 1974

INSTANSI : SDN 1 SROBYONG MLONGGO


JEPARA

MOTTO : SEBAIK-BAIK MANUSIA,


ADALAH YANG BERMANFAAT UNTUK
ORANG LAIN.
Referensi

Hudojo, H.(1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta:Depdikbud.

https://lms25-gp.simpkb.id/mod/icontent/view.php?id=3842

Menezes, L.A.P., at.al.(2012). “Teacher Practice in an Inquiry-BasedMathematics


Classroom”. Hellenic Mathematical Society.International Journal for Mathematics
in Education.Vol 4.357-362.

Mukminan. 2014. ”Tantangan Pendidikan di Abad 21”. Seminar Nasional Teknologi


Pendidikan 2014. Diselenggarakan oleh Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pascasarjana - Universitas Negeri Surabaya, 29 November 2014

Siberman, M. (1998). Active Training. San Fransisco: Josey-Bass.

Turmudi, (2008).Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika


(Paradigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta: Leuser Cita Pustaka.

Yang, K. (2015). “The Effects of PISA in Taiwan: Contemporary Assessment


Reform”. Assessing Mathematical Literacy. DOI 10.1007/978-3-319-10121-7_14.

Anda mungkin juga menyukai