Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Strata Satu dalam
Bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S.Pd)
Oleh:
INNA MUTIA FIRDA
NIM: MI 18170023
2022
BAB I
Berdasarkan dari paparan latar belakang diatas, maka munculah rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu : “Adakah pengaruh model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik (materi perubahan
wujud benda) di kelas III MI Manbaul Chai’rot 1 Tambora, Jakarta Barat tahun pelajaran
2021/2022 ?”
C. Pertanyaan Penelitian
1. Apakah yang menyebabkan proses pembelajaran menjadi kurang menarik sehingga
peserta didik merasa cepat bosan ?
2. Mengapa peserta didik cenderung pasif dalam pembelajaran tematik pada materi
perubahan wujud benda ?
3. Mengapa masih banyak siswa yang kurang mengerti dan memahami tentang
penjelasan yang disampaikan oleh guru ketika pembelajaran Tematik ?
4. Mengapa masih banyak siswa yang tidak memperhatikan dan terlihat pasif ketika
guru menjelaskan ?
5. Apakah yang melatarbelakangi siswa tidak memiliki semangat tinggi ketika kegiatan
pembelajaran ?
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu dugaan atau terkaan tentang apa yang kita amati
dengan tujuan untuk memahaminya. Hipotesis juga bisa menjadi sebuah jawaban
sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji.
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
“Ada pengaruh model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap
hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik (materi perubahan wujud benda) di kelas
III MI Manbaul Chai’rot 1 Tambora, Jakarta Barat tahun pelajaran 2021/2022 ?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari latar belakang dan pertanyaan yang telah dipaparkan
sebelumnya, penelitian ini dilakukan dengan tujuan yaitu untuk mengetahui pengaruh
model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar
siswa pada pembelajaran tematik (materi perubahan wujud benda) di kelas III MI
Manbaul Chai’rot 1 Tambora, Jakarta Barat tahun pelajaran 2021/2022.
F. Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis kajian ini dapat dijadikan sebagai upaya untuk mengembangkan dan
menambah ilmu pengetahuan serta wawasan mengenai pengaruh model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning terhadap hasil belajar Tematik (materi perubahan
wujud benda.
b. Secara praktik hasil kajian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan dari
bahan penelitian, pertimbangan, masukan atau saran terhadap pengaruh model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning terhadap hasil belajar Tematik
(materi perubahan wujud benda).
1. Bagi Guru, diharapkan agar dapat memberikan sumbangan pemikiran bahwa
dengan menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) dalam kegiatan belajar mengajar Tematik khusus nya pada materi
perubahan wujud benda, dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dan juga dapat
mempermudah guru dalam mengkondisikan kelas.
2. Bagi Peserta didik, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran bagi para siswa
bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning dalam kegiatan pembelajaran dapat membantu mereka agar dapat
belajar dengan baik serta dapat meningkatkan hasil belajar tematik pada materi
perubahan wujud benda.
3. Bagi Peneliti, penelitian ini menjadi sebuah pengalaman baru dan memberikan
ilmu pengetahuan tambahan terkait dengan penerapan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Tematik dengan
materi perubahan wujud benda..
4. Bagi umum, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dan juga
acuan agar lebih mengetahui dan juga lebih memahami terkait dengan pengaruh
model pembelajaran terhadap hasil belajar siswa.
G. Sistematika Penelitian
Berdasarkan dari paparan manfaat penelitian bahwa sistematika penelitian ini
disusun untuk membantu segenap guru dan para siswa agar dapat menjalankan kegiatan
belajar mengajar dengan baik dan saling menumbuhkan keterhubungan antara guru
dengan murid, sehingga tujuan pembelajaranpun dapat terealisasikan.
Karena hakikatnya tujuan dari kegiatan belajar mengajar yang diingankan oleh
guru dan murid adalah agar mendapatkan pemahan dari materi yang guru sampaikan dan
murid pelajari. Sehingga dapat membantu murid untuk mendapatkan hasil belajar yang
baik selama mengikuti proses belajar di dalam kelas. terlihat dari adanya keterhubungan
antara proses pembelajaran dengan hasil yang dicapai. semakinakin besar usaha yang
guru upayakan untuk menciptakan kondisi belajar yang efektif dan baik, makin tinggi
pula hasil atau produk dari pembelajaran tersebut. semakin baik usaha dalam pengelolaan
kelas maka akan dapat mendukung ketercapaian proses dan hasil belajar yang baik pula.
Usaha yang dilakukan agar mencapai hasil yang baik dalam pembelajaran dapat
dipengaruhi pula oleh model pembelajaran. Yang mana Penerapan model pembelajaran
dalam kegiatan belajar mengajar bisa menjadi sebuah support untuk guru dalam
meningkatkan hasil belajar peserta didik, karena ketika guru menggunakan model
pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar maka pembelajaran akan terasa lebih
aktif, menarik, dan tidak monoton. Sehingga siswa tidak merasa bosan ketika mengikuti
pembelajaran. Selain itu ketika guru mampu menerapkan model pembelajaran yang tepat
maka materi yang diajarkanpun akan lebih bisa difahami dan dimengerti terlebih lagi
pada pokok materi-materi yang memerlukan praktik langsung, seperti pada pelajaran
Tematik dengan materi perubahan wujud benda.
Terbukti dari model pembelajan itu sendiri yang memiliki beberapa kelebihan,
diantaranya jika menerapkan model pembelajaran akan lebih menarik perhatian dari
siswa, menerpkan model pembelajaran juga dapat menumbuhkan motivasi belajar, materi
ajar yang disampaikan akan lebih mudah difahami, akan tercipta suasana belajar yang
interaktif dan komunikatif, serta pembelajaran tidak cepat membosankan.
Siswa yang dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik maka
kemungkinan terbesarnya adalah hasil belajar yang nanti diraihnya pun akan lebih baik
juga prestasi belajar yang diraihnyapun akan mengalami peningkatan.
BAB II
A. Kajian Teori
1. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk
menjadi alternative sebagai alat perubahan perilaku peserta didik secara adaptif
maupun generatif, dan model pembelajaran sangat berkaitan erat dengan gaya
belajar peserta didik dan gaya mengajar guru yang sering dikenal dengan style of
learning and teaching (solat). (Hanafiah, 2009)
Didalam buku yang berjudul Model-Model Pembelajaran dalam
Mengembangkan Profesionalisme Guru mengemukakan bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (sebagai suatu rencana pembelajaran dalam jangka
panjang), membuat rancangan pembelajaran, dan mengembangkan pembelajaran
didalam kelas atau yang lain. Beliau menjelaskan bahwa model pembelajaran
memiliki ciri sebagai berikut, yaitu : (1) berdasar teori pendidikan dan teori
belajar, (2) mempunyai misi dan tujuan tertentu, (3) sebagai pedoman untuk
perbaikan kegiatan belajar-mengajar didalam kelas, (4) mempunyai bagian yang
disebut (a) urutan langkah-langkah pembelajaran, (b) adanya prinsip-prinsip
reaksi, (c) sistem sosial, dan (d) sistem pendukung. (5) memiliki dampak sebagai
akibat terapan model pembelajaran, (6) membuat persiapan mengajar (desain
instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilih. (Rusman, 2010)
Iru dan Arihi (2012: 6-7) mengemukakan bahwa model pembelajaran
dapat dikembangkan atas beberapa asumsi, antara lain : (1) mengajar merupakan
sebuah upaya untuk menciptakan lingkungan yang sesuai, dimana terdapat
berbagai lingkungan mengajar yang memiliki ketergantungan; (2) terdapat
berbagai komponen yang meliputi isi, keterampilan peran-peran mengajar,
hubungan sosial, bentuk-bentuk kegiatan, sarana/fasilitas fisik dan
penggunaannya, yang keseluruhannya membentuk sebuah sistem lingkungan yang
bagian-bagiannya saling berinteraksi, yang mendesak perilaku seluruh partisipan,
baik guru maupun siswa; (3) antara bagian-bagian tersebut dapat menghasilkan
bentuk lingkungan yang berbeda dengan hasil yang berbeda pula; dan (4) karena
model mengajar menciptakan lingkungan, maka model menyediakan spesifikasi
yang masih bersifat kasar untuk lingkungan dalam proses belajar-mengajar di
kelas. (Iru, 2012)
Model-model pembelajaran memiliki ciri-ciri umum, yaitu (1) memiliki
prosedur yang sistematis, (2) hasil belajar diterapkan secara khusus, (3) ada
ukuran keberhasilan, dan (4) mempunyai cara interaksi dengan lingkungan. (Iru,
2012)
Fungsi model pembelajaran adalah (1) sebagai pedoman, (2) sebagai alat
bantu dalam mengembangkan kurikulum, (3) sebagai acuan dalam menetapkan
bahan pembelajaran, dan (4) untuk membantu perbaikan dalam mengajar. (Iru,
2012)
b. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
Model pembelajaran Kontekstual merupakan suatu konsep pembelajaran
yang dapat menjadi sebuah alternative untuk membantu guru dalam mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Sehingga dapat
mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.
Proses pembelajaran kontekstual berlangsung secara alamiah yakni siswa
mendapat kesempatan untuk bekerja dan mengalami sendiri materi yang tengah
dipelajari. Siswa tidak hanya menerima transfer pengetahuan dari guru, tetapi juga
dapat memberikan pengetahuan yang didapatinya melalui pengalaman.
Pembelajaran kontekstual menekankan pada tingkat berpikir yang tinggi,
yakni berpikir divergen (kreatif). Pembelajaran dengan menggunakan model
kontekstual merupakan suatu cara yang digunakan untuk membantu guru dalam
menghubungkan mata pelajaran dengan keadaan yang nyata, serta siswa diberi
kesempatan untuk berdiskusi terkait masalah yang diberikan oleh guru dalam
pembelajaran tematik. Pembelajaran lebih bermakna karena siswa mengalami
sendiri apa yang dipelajarinya.
Model pembelajaran kontekstual merupakan suatu strategi pembelajaran
yang menekankan kepada prospek keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa agar dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka. (Sanjaya, 2011)
Kelebihan model kontekstual juga dapat menjadikan pembelajaran lebih
bermakna dan real. Artinya, siswa dituntut agar dapat mengaitkan hubungan
antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat
penting sebab ketika siswa dapat mengorelasikan materi yang ditemukan pada
kehidupan nyata mereka, maka pembelajaran akan menjadi sangat fungsional,
dan materi yang dipelajarinyapun akan tertanam erat dalam memori siswa
sehingga tidak akan mudah dilupakan. (Hosnan, 2014)
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa model
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu model pembelajaran
yang sesuai untuk diterapkan pada pembelajaran tematik. Karena melalui
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yang dikenal dengan
pembelajaran kontekstual yaitu suatu model pembelajaran yang memiliki prinsip
bahwa dalam proses pembelajaran harus dimulai dari hal yang bersifat
kontekstual, dimana siswa akan lebih mudah dalam memahami materi, dan siswa
juga tidak akan mengalami kesulitan ketika memahami materi yang bersifat
abstrak.
Selain itu model Contextual Teaching and Learning (CTL) juga
menerapkan bahwa prinsip belajar yang bermakna adalah yang mengutamakan
pada proses berlajar, sehingga siswa dapat termotivasi untuk menemukan
pengetahuan sendiri dan bukan hanya mendapatkan transfer pengetahuan dari
guru. Melalui hal tersebut akan membuat pembelajaran menjadi lebih efektif, dan
hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.
c. Karakteristik Pembelajaran Contextual
Dalam menggunakan model Contextual Teaching and Learning ketika
pembelajaran tentunya terdapat beberapa kharakteristik yakni;
1) Pembelajaran dilaksanakan dalam proses autentik.
2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan
tugas-tugas yang bermakna.
3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman yang
bermakna kepada siswa.
4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, dan saling
mengoreksi antar teman.
5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa
kebersamaan, bekerjasama dan saling memahami antara satu dengan yang
lain secara mendalam.
6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif dan
mementingkan kerjasama.
7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan. (Idrus,
2014)
d. Komponen Pembelajaran Contextual
Dalam pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama
pembelajaran agar dapat efektif yaitu:
1. Konstruktivisme (Constructivisme)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam pendekatan
CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh mahusia sedikit demi sedikit,
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak
sekonyong-konyong, Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-
konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata.
Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan
mereka melalui keterlibatan secara aktif dalam proses belajar mengajar.
Dimana siswa menjadi pusat kegiatan dan guru menjadi fasilitator.
2. Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
CTL. Pengetahuan dan keterempailan yang diperoleh siswa bukanlah hasil
dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Guru harus merancang kondisi belajar mengajar yang merujuk pada kegiatan
menemukan, terkait dengan apapun materi yang diajarkanya.
Langkah-langkah kegiatan menemukan (inkuiri):
a) Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun).
b) Mengamati atau melakukan observasi.
c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,
bagan, tabel, dan karya lainya.
d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca,
teman sekelas, guru atau audien yang lain.
3. Bertanya (Questioning)
Questioning (bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran yang
berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru
untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:
a) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis.
b) Mengecek pemahaman siswa.
c) Membangkitkan respon kepada siswa.
d) Mengetahui sejauh mana keingin tahuan siswa.
e) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa.
f) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru.
g) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa.
h) Untuk menyegarkan pengetahuan siswa.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Dimana hasil belajar dapat
diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok dan antara yang tahu dan
yang belum tahu. Di ruang ini, di kelas ini, di sekitar sini, juga orang-orang
yang ada di luar sana adalah anggota masyarakat belajar.
Praktek masyarakat belajar dalam kegiatan pembelajaran terwujud dalam :
a) Pembentukan kelompok kecil.
b) Pemebentukan kelompok besar.
c) Mendatangkan ‘ahli’ kedalam kelas (tokoh olahragawan, dokter,
perawat, polisi, dsb).
d) Bekerja dengan kelas sederajat.
e) Bekerja kelompok dengan kelas diatasnya.
f) Bekerja dengan masyarakat.
5. Pemodelan (Modelling)
Pemodelan yang dimaksud adalah sebuah pembelajaran keterampilan atau
pengetahuan tertentu, ada model yang bisa di tiru. Model itu bisa berupa cara
mengoperasikan sesuatu, atau guru memberi contoh cara mengerjakan
sesuatu. Dalam pembelajaran CTL guru bukan satu-satunya model. Model
dapat di rancang dengan melibatkan siswa.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi cara berpikir tentang apa yang baru di pelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Siswa
mengendapkan apa yang baru di pelajarinya sebagai struktur pengetahuan
yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan
sebelumnya.
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan
yang baru diterima. Guru atau orang dewasa membantu siswa membuat
hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan
pengetahuan yang baru. Dengan begitu siswa akan memperoleh sesuatu yang
berguna bagi dirinya tentang apa yang dipelajarinya. Kunci dari semua itu
adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap ke benak siswa.
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)
Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data yang dikumpulkan
melalui kegiatan penilaian, bukanlah untuk mencari informasi tenteng belajar
siswa. Pembelajaran yang benar sudah seharusnya ditekankan pada upaya
membantu siswa agar mampu mempelajari, bukan di tekankan pada
diperolehnya sebanyak-banyak mungkin informasi di akhir pembelajaran.
Data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang diperoleh
siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. (Rosalin, 2008)
e. Langkah-langkah penggunaan model Contextual Teaching and Learning
Benda atau zat itu sendiri terdiri dari tiga jenis, yaitu padat, cair, dan gas.
Benda-benda tersebut bisa mengalami perubahan bentuk lantaran tidak bisa
mempertahankan bentuknya akibat faktor-faktor tertentu dan juga suatu
tindakan terhadap benda tersebut.
Pada kasus tertentu, perubahan wujud benda itu bisa terjadi secara permanen,
artinya ketika suatu benda sudah mengalami perubahan wujud, tidak bisa
dikembalikan ke wujud pertamanya.
b. Sifat-Sifat Benda
1) Benda Padat
Benda Padat merupakan benda yang wujudnya solid dan cenderung keras.
Benda cair adalah benda yang wujudnya cenderung fleksibel dan basah.
Contoh dari benda cair adalah air, minyak, dll.
Sekecil apapun celah, benda cair ini pasti bisa masuk dengan cara
meresap. Seperti misalnya tanah, kain, tisu, kertas, dll.
3) Benda Gas
Benda gas merupakan benda yang cenderung tidak tampak dengan jelas,
bahkan tidak bisa dilihat dengan kasat mata. Benda gas tidak bisa dilihat
dengan kasat mata karena wujudnya yang berupa molekul kecil.
Perubahan wujud terjadi pada satu jenis benda ke jenis yang lainnya,
dimana semua jenis bisa berubah menjadi jenis-jenis lainnya. Setidaknya ada
enam perubahan wujud benda yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari,
yaitu:
Mencair
Perubahan mencair ini bisa disebabkan oleh berbagai hal. Namun, salah
satu faktor utama perubahan benda padat menjadi cair adalah karena adanya
kalor atau panas yang terlibat. Misalnya es batu yang makin lama akan
kembali ke wujud aslinya, yaitu air karena terkena suhu yang tinggi.
Membeku
Menguap
Menguap adalah perubahan wujud dari benda cair menjadi gas. Sama
seperti mencair, perubahan ini dapat terjadi karena adanya panas atau kalor
yang terlibat.
Contoh terjadinya penguapan adalah ketika kita merebus air dengan air
panas, lama kelamaan air akan menguap dan bahkan bisa habis menguap
karena terlalu lama direbus.
Mengembun
Menyublim
Mengkristal
Contoh dari mengkristal adalah fenomena musim salju, dimana uap air
yang ada di atmosfer berubah menjadi kristal padat dan berjatuhan ke bumi.
Pemanasan
Pemanasan ini artinya suatu benda bisa berubah karena benda itu
dipanaskan baik itu secara sengaja maupun disengaja. Dipanaskan dalam hal
ini berarti suatu benda dinaikkan dari suhu yang lebih rendah ke suhu yang
lebih tinggi sehingga wujudnya berubah.
Pembakaran
Pendinginan
Pencampuran
1. Pembuatan es batu.
3. Es batu di dalam minuman yang makin lama akan kembali menjadi air jika
didiamkan.
4. Parfum atau pengharum ruangan yang bisa berubah dari zat cair menjadi
gas yang berbentuk bau-bauan.
8. Penggunaan kapur barus di dalam lemari yang makin lama makin makin
habis.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan diatas dapat diketahui bahwa
ada pengaruh terkait model pembelajaran dengan hasil belajar Tematik materi
Perubahan Wujud Benda. Dalam kegiatan belajar mengajar, semua elemen yang
tergabung didalamnya pasti menginginkan untuk tercapainya hasil belajar yang baik
dan selalu mendapatkan peningkatan. Karena melalui hasil belajar guru dan orang tua
dapat melihat sejauh mana siswa dalam menerima dan memahami materi pelajaran,
juga dapat menjadi bentuk indikasi kelancaran dan keberhasilan proses belajar
mengajar.
Beberapa asumsi dasar bahwa dalam proses pembelajaran yang optimal tentunya
akan sangat memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Ada korelasi antara
proses pembelajaran dengan hasil yang dicapai. Semakin besar usaha untuk
menciptakan kondisi pembelajaran yang optimal, makin tinggi pula hasil atau produk
dari pembelajaran tersebut. Makin baik usaha dalam pengelolaan kelas maka akan
dapat mendukung ketercapaian proses dan hasil belajar yang baik pula.
Usaha yang dilakukan untuk mencapai hasil yang baik dalam pembelajaran dapat
dipengaruhi oleh model pembelajaran. Penggunaan dan pemilihan model
pembelajaran dapat menjadi alternatif bagi guru dalam meningkatkan hasil belajar
siswa. Karena ketika guru menggunakan model pembelajaran yang tepat maka akan
membuat kondisi kelas menjadi lebih hidup, siswa akan semakin aktif, pembelajaran
menjadi menarik, dan membuat siswa menjadi tertarik dalam mempelajari materi
yang diajarkan. Selain itu ketika menggunakan model pembelajaran maka materi
yang diajarkanpun biasanya akan lebih bisa difahami dan dimengerti terlebih lagi
pada pokok materi-materi yang memerlukan praktik langsung, seperti halnya materi
perubahan wujud benda.
Oleh karena itu, guru harus mencoba dan terus berusaha untuk menerapkan model
pembelajaran atau strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang
diajarkan, sehingga dapat menumbuhkan minat siswa dan memancing kreativitas
siswa untuk mengeluarkan ide-idenya dalam belajar.
Dalam pembelajaran tematik, pembelajaran tidak semata-mata mendorong peserta
didik untuk mengetahui (learning to know), tapi belajar juga untuk melakukan
(learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be) dan belajar untuk
hidup bersama (learning to live together).
Sejalan dengan karateristik dan tujuan pembelajaran tematik, model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) akan sangat membantu guru untuk
menyampaikan materi-materi pada pembelajaran tematik. Konsep Contextual
Teaching and Learning (CTL) dalam belajar mengajar dapat membantu guru dalam
mengkaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan
sesuai dengan harapan bersama.
. Asumsi bahwa model pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa ini
karena model pembelajan memiliki beberapa kelebihan, diantaranya jika guru dapat
menerapkan model pembelajaran yang tepat maka siswa akan lebih tertarik untuk
memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru, penerapan model pembelajaran
yang tepat juga dapat menumbuhkan motivasi belajar, materi pembelajaran yang
disampaikan akan lebih mudah difahami, serta akan terciptanya suasana belajar yang
interaktif dan komunikatif. Dalam kegiatan belajar mengajarpun tidak akan merasa
cepat bosan atau ingin segera istirahat dan pulang.
Dari beberapa hal yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat mempengaruhi hasil
belajar. Maka dari itu, sangat perlu diadakan penelitian untuk mengetahui sejauh
mana model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat menjadi
alternatif dalam membantu guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran tematik materi perubahan wujud benda di kelas 3 MI Manbaul Chai’rot
1, tahun ajaran 2021/2022.
C. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti mengawali dengan menelaah penelitian terdahulu yang memiliki
keterkaitan serta relevansi dengan penelitian yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan
untuk memperkuat kajian pustaka berupa penelitian yang ada. Studi penelitian
terdahulu sangat penting sebagai bahan acuan yang membantu peneliti dalam
merumuskan asiansi dasar, untuk mengembangkan “Pengaruh Model Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada
Pembelajaran Tematik Materi Perubahan Wujud Benda di MI Manbaul Chai’rot 1
Tambora, Jakarta Barat” Berikut adalah beberapa hasil penelitian yang dijadikan
sebagai referensi.
Tabel 2.1.
Penelitian Terdahulu yang Sejenis
BAB III
A. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan Eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan metode
penelitian yang paling produktif, karena jika penelitian tersebut dilakukan dengan baik
dapat menjawab hipotesis yang utamanya berkaitan dengan sebab akibat.
Metode eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui
ada tidaknya akibat dari suatu yang dikenakan pada subjek yang diselidiki, dengan kata
lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab-akibat.
Caranya adalah dengan membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang
diberikan perlakuan dengan satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak menerima
perlakuan. Yaitu kelas III.A dan kelas III.B. Kelas III.A yang berjumlah 20 siswa sebagai
kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) dan kelas III.B berjumlah 20 siswa sebagai kelas kontrol dengan model
pembelajaran konvensional di MI Manbaul Chai’rot 1.
Variabel penelitian dalam penelitian ini, antara lain :
a. Variabel bebas (independent) yaitu pembelajaran dengan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai (𝑋).
b. Variabel terikat (dependent) yaitu hasil belajar Tematik siswa (𝑌)
2. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain “Post-Test Only
Control Design”. Peneliti melakukan perlakuan terhadap dua kelompok yang
kemudian setelah perlakuan diakukan pengukuran hasil belajar yaitu post-test untuk
masing-masing kelompok. Hasil Post-test dijadikan sebagai data untuk mengetahui
adakah pengaruh terhadap hasi belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Desain penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Tabel 3.2
Post-Test Only Control Design
r 𝑝𝑏𝑖s =
xi −xi
St √ pi
qi
Keterangan :
r 𝑏𝑖𝑠 = koefisien korelasi point biseral
x𝑖 = rata-rata skor total responden yang menjawab benar
x𝑡 = rata-rata skor total seluruh responden
P𝑖 = proporsi jawaban benar butir i
Q𝑖 = proporsi jawaban salah butir i
S𝑡 = standar deviasi skor total
Pi = 1 − Q𝑖
Qi = 1 − P𝑖
Nilai 𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 yang diperoleh dari perhitungan selanjutnya dikonsultasikan kepada
tabel “𝑟” product moment pada taraf signifikan 5%, sehingga diketahui signifikan
tidaknya korelasi tersebut jika harga 𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 lebih kecil dari harga 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka korelasi
tersebut tidak signifikan begitu juga arti sebaliknya dengan kata lain valid jika:
𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Dari perhitungan didapat hasil 𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 dan dari tabel pada taraf signifikan
α = 5% diperoleh 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,444.
2) Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kepercayaan
suatu instrumen. Reabilitas adalah kualitas yang menunjukkan kemantapan
(consistency) ekuivalensi atau stabilitas dari suatu pengukuran yang dilakukan.
(sugiyono, 2013)
Untuk mengetahui reliabilitas hasil belajar matematika digunakan rumus Kuder
dan Richardson (K-R20) sebagai berikut :
r 11 = ( k −1
k
)(1− ∑s pq )
2
Keterangan :
r 11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir soal
p = Proporsi subjek yang menjawab betul dalam tiap butir
q = Proporsi subjek yang menjawab salah dalam tiap butir
s2 = Varians
∑ pq = Jumlah total p dan q pada masing – masing butir yang sudah dikalikan
Tabel 3.5
Kriteria Reliabilitas
Keterangan:
D = Indeks daya pembeda soal
J𝐴 = Jumlah peserta tes kelompok atas
J𝐵 = Jumlah peserta tes kelompok bawah
B𝐴 = Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar
B𝐵 = Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar
P𝐴 = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
P𝐵 = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 3.6
Kriteria Daya Pembeda
Keterangan:
P = Indeks Kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab butir soal dengan benar
Js = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Tabel 3.7
Kriteria Taraf Kesukaran
Besarnya P Kriteria
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
Keterangan :
x = Mean
f i = frekuensi
n = banyaknya data
x i = nilai tengah
b. Menentukan Median ( Me ), dengan rumus :
( )
n
−F
2
M e=b+ P
f
Keterangan :
Me = Median, data yang berada di tengah setelah diurutkan
b = batas bawah kelas median
P = Panjang Kelas
n = ukuran data
F = Jumlah frekuensi sebelum kelas median
f = frekuensi kelas median
c. Menentukan Modus ( MO ), dengan rumus :
M O=b+ p
( b1
b1 +b 2 )
Keterangan:
𝑀𝑜 = Modus
𝑏 = Tepi bawah kelas modus
𝑝 = Panjang kelas
𝑏1 = frekuensi kelas modus – frekuensi kelas sebelumnya
𝑏2 = frekuensi kelas modus – frekuensi kelas sesudah
d. Variansi ( S2 ), dengan rumus :
2
∑ f i ( X i−X ) 2
S=
n−1
Keterangan :
S2 = Variansi
Xi = nilai tengah
x = rata - rata
e. Simpangan baku ( S2 ), dengan rumus :
S = √ s2
Keterangan:
𝑆 = Simpangan baku
S2 = Varians
2) Uji Persyaratan Data
Uji persyaratan yang digunakan sebelum data dianalisis adalah uji
normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah
sampel yang akan diselidiki berasal dari distribusi normal atau tidak. Uji
homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varians.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
yang diteliti berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak, dan
menjadi syarat untuk menentukan jenis statistik yang akan digunakan pada
analisis selanjutnya, data yang digunakan dengan uji lilliefors, uji ini
dilakukan untuk membuktikan bahwa sampel tersebut berasal dan
distribusi normal, perhitungan uji normalitas mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Hipotesis yang diajukan adalah:
H0 : Sempel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
2. Menentukan taraf signifikan (α), dalam penelitian ini diambil α =
5% (0,05)
3. Menentukan rumus statistik yang digunakan :
a. Urutkan data sampel dari terkecil sampai terbesar X 1, X 2, ... X n
untuk dijadikan bilangan baku Z 1, Z 2, ... Z n dengan menggunakan
rumus :
Z X i−X
i=
S
Keterangan:
Z i : Bilangan baku
X : Rata-rata
s : Simpangan baku
X i : Data ke-i
F ( Zi) = P ( Z Zi)
banyaknya Z 1 , Z
S ( Z i) = 2,… Z n
L0 = | F ( Z i) - S ( Z i) |
Keterangan:
4. Kesimpulan
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah untuk mengetahui apakah dari beberapa kelompok
data memiliki varians yang sama. Homogenitas berarti himpunan data
yang kita teliti memiliki karakteristik yang sama. Untuk pengujian
homogenitas pada penelitian ini digunakan hipotesis sebagai berikut:
𝐻𝑜: 𝜎2a = 𝜎2b
𝐻1: 𝜎2a ≠ 𝜎2b
Dimana:
𝜎2a : Varians kelompok data hasil belajar kelas eksperimen.
𝜎2b : Varians kelompok data hasil belajar kelas kontrol.
Hipotesis tersebut dicari dengan menggunakan rumus Fisher atau uji F
dengan langkah – langkah sebagai berikut :
1) Menentukan nilai varians terbesar dan varians terkecil
2) Menentukan nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔dengan menggunakan rumus:
VariansTerbesar
F hitung=
Varians Terkecil
3) Menentuka nilai Ftabel untuk taraf signifikansi ∝,
1
F hitung= F ( dk variansterbesar −1 , dk varians terkecil−1 )
2a
√
t = Sgab 1 + 1
n A nB
dimana Sgab =
√ ( n A −1 ) S 2A +(nB −1) S 2B
n A +n B−2
Keterangan:
X𝐴 = Nilai rata-rata dengan menggunakan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (kelas eksperimen)
X𝐵 = Nilai rata-rata dengan menggunakan model pembelajaran
Konvensional (kelas kontrol)
S𝐴2 = Varians dengan menggunakan model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (kelas eksperimen)
S𝐵2 = Varians dengan menggunakan model pembelajaran
Konvensional (kelas kontrol)
n𝐴 = Jumlah siswa yang menggunakan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (kelas eksperimen)
n𝐵 = Jumlah siswa yang menggunakan model pembelajaran
Konvensional (kelas kontrol)
S𝑔𝑎𝑏 = Simpangan baku gabungan
Kriteria Uji:
1. Terima H 0, jika t hitung < ¿ t tabel
2. Terima H 1, jika t hitung > ¿ t tabel
d. Hipotesis Statistik
Berdasarkan hipotesis penelitian, maka hipotesis statistik dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut :
H 0 : μ 1 ¿ μ2
H 1 : μ1 ¿ μ2
Keterangan :
μ = rata-rata nilai tiap kelompok yang diteliti
H 0 = “Tidak terdapat pengaruh yang positif terhadap hasil belajar tematik
pada pokok bahasan perubahan wujud benda dengan menggunakan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)”.
H 1 = “Terdapat pengaruh yang positif terhadap hasil belajar Tematik pada
pokok bahasan perubahan wujud benda dengan menggunakan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning”.