Anda di halaman 1dari 32

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSTEKTUAL UNTUK

MENINGKATKAN MINAT DAN KEAKTIFAN BELAJAR PESERTA

DIDIK PADA MATERI IPA DI SD

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Tim Pertimbangan Penyusun Skripsi (TPPS)

Untuk Mengikuti Seminar Proposal Skripsi


Pada Jurusan Pedagogik Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Alma Muftiviani

41154030180002

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LANGLANG BUANA

BANDUNG

2021
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : ALMA MUFTIVIANI

NPM : 41154030180002

Bandung, 26 November 2021

Pembahas Utama

Alma Muftiviani

Ketua

Koordinator Tim Pertimbangan Penyusunan Skripsi (TPPS)

………………………………….

Mengetahui

Dekan Ketua
Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Program Studi PGSD

Dr. Hj. Euis Eka Pramiarsih, Dra., M. Pd. Popon Mariam, S. Pd., M. Pd.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, Masyarakat, Bangsa dan Negara.

Pendidikan di Negara Indonesia mengacu pada tujuan pendidikan nasional

secara umum. Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pasal 3 disebutkan: “Tujuan Pendidikan Nasional adalah

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepadan Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung

jawab”.

Dengan adanya pendidikan, sumber daya manusia dapat berkembang menuju

kearah yang lebih baik. Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses sebab akibat.

Guru sebagai pengajar merupakan penyebab utama terjadinya proses

pembelajaran dan seorang Guru harus menciptakan suasana pembelajaran yang

kondusif dan menyenangkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara

optimal.
Di sekolah dasar, siswa mempelajari berbagai mata pelajaran. Salah satunya

adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Menurut Sumaji (2013: 1)

dalam Hidayatul Muslimah menyatakan bahwa “melalui mata pelajaran IPA,

manusia dapat berminat untuk meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya

tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tidak ada habis-habisnya”.

Mata Pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang diujikan secara nasional,

IPA merupakan salah satu mata pelajaran wajib pada kurikulum pendidikan dasar

dan menengah. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan pendidikan

Dasar dan Menengah, Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

pada sekolah dasar dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, mengapresiasi ilmu

pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku

ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri.

Peserta didik sebagai pelaku utama pembelajaran memiliki karateristik yang

berbeda-beda. Perbedaan karakteristik yang dimiliki peserta didik tersebut dapat

memunculkan minat belajar yang berbeda dalam mengikuti pembelajaran IPA.

Dalam satu kelas belum tentu peserta didik memiliki minat belajar yang sama

terhadap pembelajaran IPA. Apabila peserta didik mempunyai minat belajar

terhadap materi IPA maka ketika dalam pembelajaran bisa terlihat apakah peserta

didik tersebut memiliki keinginan untuk belajar dan dapat dilihat dari hasil belajar

peserta didik apakah hasil belajar peserta didik tersebut sudah diatas batas

minimum nilai pada mata pelajaran IPA.


Dalam mata pelajaran IPA dibutuhkan minat belajar yang tinggi dan keaktifan

ketika belajar. Jika siswa tidak memiliki minat dan aktif ketika pembelajaran

berlangsung maka akan terasa sulit dalam proses pembelajaran. Minat belajar

adalah kecenderungan individu untuk memiliki rasa senang tanpa adanya paksaan

sehingga dapat menyebabkan perubahan pengetahuan, keterampilan dan tingkah

laku.

Menurut Hurlock, 1999 (dalam Makmun, 2017 yang dikutip oleh Khairani,

2013:136) “Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk

melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Ketika

seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan menjadi berminat,

kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun

maka minatnya juga akan menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen,

tetapi minat bersifat sementara atau dapat berubah-ubah”.

Cara atau upaya untuk mengatasi minat peserta didik dalam mengikuti

pembelajaran IPA di kelas yaitu dengan menerapkan strategi pembelajaran yang

aktif.

Keaktifan pada saat belajar adalah salah satu strategi dalam meningkatkan

pembelajaran. maka dari itu keaktifan belajar menurut peneliti adalah untuk

menekankan pemahaman peserta didik dalam proses pembelajaran dan keaktifan

belajar merupakan hal yang penting dalam keberhasilam pembelajaran. Keaktifan

belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 19), keaktifan belajar

berasal dari kata dasar aktif yang memiliki arti giat dan menurut Sudjana

keaktifan belajar adalah proses kegitan belajar mengajar yang subjek didiknya
secara intelektual dan emosional sehingga siswa mampu berpartisipasi secara aktif

dalam melakukan kegiatan belajar (Sudjana, 2010). Keaktifan belajar siswa

diamati ketika proses pembelajaran berlangsung pada aktivitas peserta didik di

kelas. Selain minat dan keaktifan belajar salah satu strategi pembelajaran yang

digunakan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yaitu model

pembelajaran Kontekstual/CTL (Contextual Teaching and Learning).

Model pembelajaran Kontekstual/CTL (Contextual Teaching and Learning)

adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang

diajarkanya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan

dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Trianto dalam Fayakun dan Joko

mengatakan bahwa Model pembelajaran Kontekstual/CTL (Contextual Teaching

and Learning) bertujuan untuk menekankan pada pengembangan minat

pengalaman peserta didik. Model pembelajaran ini tidak hanya sekedar menghafal

tetapi perlu pemahaman, mengajak anak pada suatu aktivitas yang mengkaitkan

materi akademik dengan kehidupan sehari-hari (Fayakun & Joko, 2015).

Berkaitan dengan permasalahan pembelajaran IPA tersebut maka model

pembelajaran kontekstual dapat membantu guru mengkaitkan antara materi yang

diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan konsep itu hasil pembelajaran diharapkan lebih

optimal.
Model pembelajaran Konstektual/CTL (Contextual Teaching and Learning)

akan membuat peserta didik memiliki kemampuan diri secara aktif, mempelajari

konsep sekaligus menerapkan dan mengkaitkannya dengan dunia nyata. peserta

didik harus diberi kesempatan untuk melakukan, mencoba dan mengalami sendiri.

Model pembelajaran kontekstual merupakan suatu model pembelajaran yang

memberikan fasilitas kegiatan belajar peserta didik untuk mencari, mengolah, dan

menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkrit melalui keterlibatan

aktivitas peserta didik dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis mengambil judul “Pengaruh

Model Pembelajaran Konstektual dalam Meningkatkan Minat dan

Keaktifan Belajar Peserta Didik Pada Materi IPA di SD”

1.2 Pertanyaan Masalah

Bagaimana pengaruh model pembelajaran konstektual/CTL (Contextual

Teaching and Learning) dapat meningkatkan minat dan keaktifan belajar peserta

didik pada materi IPA?

1.3 Tujuan penelitian

Untuk mengetahui apakah model pembelajaran konstektual dapat

meningkatkan minat belajar dan keaktifan peserta didik pada materi IPA di SD.
1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Adapun manfaat secara teoritis dari hasil penelitian ini adalah :

Hasil penelitian ini dapat memberikan pemikiran untuk memperkaya

pengetahuan tentang minat belajar siswa dengan menggunakan Model

Pembelajaran Kontekstual/CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam

pembelajaran khususnya dalam materi IPA di SD yang sesuai dengan definisi

model pembelajaran kontekstual/CTL (Contextual Teaching and Learning) yang

dimana materi pembelajarannya dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari/dunia

nyata.

1.4.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini dilaksanakan dengan harapan

dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak diantaranya :

1) Bagi Sekolah

Model Pembelajaran Konstektual/CTL (Contextual Teaching and

Learning) dapat digunakan untuk mengetahui minat dan keaktifan belajar

peserta didik pada materi IPA di SD.

2) Bagi Pendidik

Model Pembelajaran Konstektual/CTL (Contextual Teaching and

Learning) upaya pendidik dalam meningkatkan minat dan keaktifan belajar

peserta didik pada materi IPA di SD.


3) Bagi Peserta didik

Meningkatkan minat dan keaktifan belajar terhadap mata pelajaran IPA dan

Memudahkan peserta didik dalam memahami materi IPA dengan

mengaitkan materi dengan situasi dunia nyata.

1.4.3 Manfaat dari Segi Isu dan Aksi Sosial

Memberikan informasi kepada semua pihak mengenai pengaruh model

pembelajaran kontekstual/CTL (Contextual Teaching and Learning) untuk

meningkatkan minat dan kekaktifan belajar di Sekolah Dasar pada mata pelajaran

IPA sehingga dapat menjadi pengetahuan mengenai pengaruh model

pembelajaran kontekstual/CTL (Contextual Teaching and Learning) bagi peneliti

selanjutnya yang tertarik untuk meneliti.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang telah disusun secara

sistematis untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran agar pembelajaran

terorganisasi dan tujuan pengalaman belajar peserta ddik tercapai sehingga dapat

melaksanakan tujuan kegiatan belajar dan mengajar. Model pembelajaran harus

disesuaikan dengan keadaan suatu kelas dan model pembelajaran merupakan

bentuk kerja sama antara guru dan peserta didik. Joyce & Weil (2012: 133) dalam

Rusman berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola

yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka

panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran

di kelas atau yang lain.

2.2 Model Pembelajaran Kontekstual/CTL (Contextual Teaching and

Learning)

Model Pembelajaran Konstektual/CTL (Contextual Teaching and Learning)

adalah model pembelajaran yang dikaitan dengan kehidupan nyata atau kehidupan

sehari-hari. Model Pembelajaran ini mengharuskan seorang guru memberikan

penjelasan mengenai materi dengan memberikan contoh dalam kehidupan nyata

atau kehidupan sehari-hari mereka.

33
2.2.1 Karakteristik Pembelajaran Kontekstual/CTL (Contextual Teaching

and Learning)

Menurut Nurhadi (2002:20) bahwa ada beberapa karakteristik pembelajaran

berbasis kontekstual, yaitu:

1) Adanya kerja sama, sharing dengan teman dan saling menunjang.

2) Peserta didik aktif dan kritis, belajar dengan bergairah, menyenangkan dan

tidak membosankan, serta guru kreatif.

3) Pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber.

4) Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya peserta didik

misalnya; peta, gambar, diagaram, dll.

5) Laporan kepada orang tua bukan sekedar rapor akan tetapi hasil karya

peserta didik, laporan praktikum.

Untuk memahami pembelajaran kontekstual maka ada kata kunci dalam

pembelajaran kontekstual yaitu Real world learning, mengutamakan pengalaman

nyata, Berpusat pada peserta didik, peserta didik aktif, Pengetahuan bermakna

dalam kehidupan, dekat bukan menghafal, Learning bukan Teaching, pendidikan

bukan pengajaran, Memecahkan masalah dan berpikir tingkat tinggi, dan Hasil

belajar di ukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.


2.2.2 Tujuan Model Pembelajaran Kontekstual/CTL (Contextual Teaching

and Learning)

Tujuan Model pembelajaran Kontekstual/CTL (Contextual Teaching and

Learning) menurut Elaine B Johnson. mengatakan bahwa, “Sistem CTL

(Contextual Teaching and Learning) adalah sebuah proses pendidikan yang

bertujuan menolong para peserta didik melihat makna di dalam materi akademik

yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik

dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu konteks keadaan

pribadi, sosial, dan budaya mereka” Jhonson (2009). Adapula tujuan Model

pembelajaran Kontekstual/CTL (Contextual Teaching and Learning) antara lain :

1) Memotivasi peserta didik agar memahami makna materi pelajaran yang

dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan kehidupan

mereka sehari-hari.

2) Belajar itu tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu dengan adanya

pemahaman,

3) Model pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat

pengalaman peserta didik untuk melatih peserta didik agar dapat berfikir

kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan

dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang

lain.

4) Pembelajaran lebih produktif dan bermakna.

5) Mengajak peserta didik pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi

akademik dengan kehidupan sehari-hari.


6) Pembelajaran Model Kontekstual/CTL (Contextual Teaching and

Learning) ini bertujuan agar peserta didik secara individu dapat

menemukan dan mentransfer informasi-informasi kompleks dan peserta

didik dapat menjadikan informasi itu miliknya sendiri.

2.2.3 Strategi Pembelajaran Kontekstual/CTL (Contextual Teaching and

Learning)

Beberapa strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru secara

kontekstual antara lain :

1) Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu dengan memunculkan problem yang

dihadapi bersama, peserta didik ditantang untuk berfikir kritis untuk

memecahkan.

2) Menggunakan konteks yang beragama, yaitu dalam CTL (Contextual

Teaching and Learning) guru memaknakan ragam konteks sehingga makna

yang diperoleh peserta didik menjadi berkualitas.

3) Mempertimbangkan kebhinekaan peserta didik, yaitu Guru mengayomi

individu dan menyakini bahwa perbedaan individual dan sosial

seyogyanya dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar saling

menghormati dan toleransi untuk mewujudkan ketrampilan interpersonal.

4) Memberdayakan peserta didik untuk belajar sendiri, yaitu Pendidikan

formal merupakan kawah candra dimuka bagi peserta didik untuk

menguasai cara belajar untuk belajar mandiri di kemudian hari.


5) Belajar melalui kolaborasi, yaitu dalam setiap kolaborasi selalu ada peserta

didik yang menonjol dibandingkan dengan peserta didik lain dan peserta

didik ini dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam kelompoknya.

6) Menggunakan penelitian autentik, yaitu penilaian autentik menunjukkan

bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan konstektual dan

memberi kesempatan pada peserta didik untuk dapat maju terus sesuai

dengan potensi yang dimilikinya.

7) Mengejar standar tinggi, yaitu setiap sekolah seyogyanya menentukan

kompetensi kelulusan dari waktu ke waktu terus ditingkatkan dan setiap

sekolah hendaknya melakukan Benchmarking dengan melakukan studi

banding ke berbagai sekolah di dalam dan luar negeri.

2.2.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kontekstual/CTL (Contextual

Teaching and Learning)

Langkah-langkah pembelajaran kontekstual/ CTL (Contextual Teaching

and Learning) adalah sebagai berikut :

1) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna

dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi

sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.

2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topic.

3) Mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya.

4) Menciptakan masyarakat belajar.

5) Menghadirkan model sebagian contoh belajar.


6) Melakukan refleksi diakhir pertemuan.

7) Melakukan penialain yang sebenarnya dengan berbagai cara.

2.2.5 Kelebihan Model Pembelajaran Kontekstual/CTL (Contextual

Teaching and Learning)

Kelebihan Model Pembelajaran Kontekstual/CTL (Contextual Teaching

and Learning) yaitu sebagai berikut :

1) Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk dapat maju terus sesuai

dengan potensi yang dimiliki peserta didik sehingga peserta didik terlibat

aktif dalam PBM.

2) Peserta didik dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data,

memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih

kreatif.

3) Menyadarkan peserta didik tentang apa yang mereka pelajari.

4) Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan peserta didik tidak ditentukan

oleh guru.

5) Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

6) Membantu peserta didik bekerja dengan efektif dalam kelompok.

7) Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
2.2.6 Kekurangan Model Pembelajaran Kontekstual/CTL (Contextual

Teaching and Learning)

Kekurangan Model Pembelajaran Kontekstual/CTL (Contextual Teaching

and Learning) adalah sebagai berikut :

1) Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada

kebutuhan peserta didik padahal dalam kelas itu tingkat kemampuan

peserta didik nya berbeda-beda sehingga guru akan kesulitan dalam

menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya peserta didik tadi

tidak sama.

2) Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM.

3) Dalam proses pembelajaran dengan model CTL (Contextual Teaching and

Learning) akan nampak jelas antara peserta didik yang memiliki

kemampuan tinggi dan peserta didik yang memiliki kemampuan kurang

yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi peserta didik

yang kurang kemampuannya.

4) Bagi peserta didik yang tertinggal dalam proses pembelajaran

dengan Kontekstual/CTL (Contextual Teaching and Learning) ini akan

terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam

model pembelajaran ini kesuksesan peserta didik tergantung dari keaktifan

dan usaha sendiri jadi peserta didik dengan baik mengikuti setiap

pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal

dan mengalami kesulitan.


5) Tidak setiap peserta didik dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan

mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan

Model CTL (Contextual Teaching and Learning) ini.

6) Kemampuan setiap peserta didik berbeda-beda, dan siswa yang memiliki

kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya

dalam bentuk lisan akan mengalami kesulitan sebab CTL (Contextual

Teaching and Learning) ini lebih mengembangkan ketrampilan dan

kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.

7) Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak

merata.

8) Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL

(Contextual Teaching and Learning) ini peran guru hanya sebagai pengarah

dan pembimbing, karena lebih menuntut peserta didik untuk aktif dan

berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan

pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan.

2.3 Minat Belajar Peserta Didik

Minat belajar adalah suatu ketertarikan peserta didik terhadap materi

pelajaran yang tidak ada unsur paksaan sehingga peserta didik mampu mengikuti

pembelajaran dengan baik dan aktif. Minat belajar mampu mendorong peserta

didik untuk mempunyai motivasi dan keinginan untuk belajar sehingga hasil dan

tujuan pembelajarannya tercapai. Ketika peserta didik memiliki minat untuk

belajar maka peserta didik dapat memahami materi pelajaran yang guru ajarkan
tetapi minat setiap peserta didik itu berbeda-beda. Menurut para ahli Slameto

(1995) Pengertian minat ialah kecenderungan jiwa yang konsisten untuk

memperhatikan dan mengenang sejumlah aktivitas. Seseorang dengan minat pada

sebuah kegiatan dan memperhatikannya secara tetap dengan perasaan senang.

2.3.1 Ciri-ciri Minat Belajar.

Dalam minat belajar memiliki beberapa ciri-ciri. Menurut Elizabeth

Hurlock, (2013: 62) dalam Susanto (2013: 62) menyebutkan ada 7 ciri minat

belajar sebagai berikut :

1) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental

2) Minat tergantung pada kegiatan belajar.

3) Perkembangan minat mungkin terbatas.

4) Minat tergantung pada kesempatan belajar.

5) Minat dipengaruhi oleh budaya.

6) Minat berbobot emosional

7) Minat berbobot egoisentris, artinya jika seseorang senang terhadap sesuatu,

maka akan timbul hasrat untuk memilikinya


2.3.2 Karakteristik Minat Belajar

Minat belajar mempunyai karakteristik, diantaranya yaitu :

1) Tumbuh dengan perkembangan fisik dan mental seseorang.

2) Bergantung pada minat belajar individu.

3) Bergantung pada kesempatan belajar seseorang.

4) Terbatas sebab kondisi fisik yang tak memungkinkan.

5) Mendapat pengaruh dari budaya.

6) Berkaitan dengan emosional atau perasaan seseorang.

7) Bersifat egosentris, yang berarti individu yang senang pada suatu hal akan

memiliki keinginan memiliki.

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Peserta Didik

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Peserta didik Dalam

pengertian sederhana, minat adalah keinginan terhadap sesuatu tanpa ada paksaan.

Dalam minat belajar seorang peserta didik memiliki faktor-faktor yang

mempengaruhi minat belajar yang berbeda-beda, Menurut Syah, (2003:132)

membedakannya menjadi tiga macam, yaitu:

1) Faktor internal adalah faktor dari dalam diri peserta didik yang meliputi dua

aspek, yakni:

a) Aspek Fisiologis : Kondisi Jasmani dan Tegangan Otot yang menandai

tingkat kebugaran tubuh peserta didik, hal ini dapat mempengaruhi

semangat dan intensitas peserta didik dalam pembelajaran.


b) Aspek Psikologis : Merupakan aspek dari dalam diri peserta didik yang

terdiri dari, intelegensi, bakat peserta didik, sikap peserta didik, minat

peserta didik, motivasi peserta didik.

2) Faktor Eksternal peserta didik Faktor eksternal terdiri dari dua macam,

yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial

a) Lingkungan Sosial Lingkungan social terdiri dari sekolah, keluarga,

masyarakat dan teman sekelas.

b) Lingkungan Non-sosial Lingkungan social terdiri dari gedung sekolah dan

letaknya, faktor materi pelajaran, waktu belajar, keadaan rumah tempat

tinggal, alat-alat belajar.

3) Faktor Pendekatan Belajar Faktor pendekatan belajar yaitu segala cara atau

strategi yang digunakan peserta didik dalam menunjang keefektifan dan

efisiensi proses mempelajari materi tertentu.

2.3.4 Indikator Minat Belajar

Ada sejumlah indikator minat belajar pada peserta didik menurut Safari

(Safari:2003), diantaranya:

1) Perasaan Senang peserta didik yang senang pada suatu mata pelajaran akan

terus mempelajarinya tanpa ada paksaan.

2) Ketertarikan Peserta didik akan memiliki minat pada suatu hal apabila

menarik perhatiannya.

3) Perhatian Peserta didik yang menaruh minat pada suatu hal maka ia akan

memperhatikan hal tersebut dengan sendirinya.


4) Keterlibatan Minat belajar peserta didik akan muncul apabila ia terlibat

atau ikut serta dalam pengerjaan objek yang dipelajari.

2.4 Keaktifan Belajar

Kektifan belajar menurut peneliti adalah keaktifan menekankan pemahaman

peserta didik dalam proses pembelajaran dan keaktifan belajar merupakan hal

yang penting dalam keberhasilam pembelajaran. menurut Hamalik (2009)

menjelaskan bahwa keaktifan belajar peserta didik adalah suatu proses

pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa di dalam kelas secara fisik,

mental, intelektual dan emosional guna memperoleh prestasi belajar. Sedangkan

menurut Siregar & Nara (Siregar&Nara, 2010: 106) pembelajaran aktif (Active

Learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang

dimiliki oleh peserta didik, sehingga peserta didik dapat mencapai hasil belajar

yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.

2.4.1 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Keaktifan Belajar

Keaktifan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran dapat

merangsang dan mengembangkan bakat dan kemampuan peserta didik yang

dimilikinya. Menurut Gagne dan Briggs (dalam Martinis, 2007: 84) mengatakan

bahwa faktor-faktor yang dapat menumbuhkan timbulnya keaktifan peserta didik

dalam proses pembelajaran, yaitu :

1) Memberikan dorongan atau menarik perhatian peserta didik, sehingga

mereka dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran;


2) Menjelaskna tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa);

3) Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.

4) Memberikan stimulus (masalah, topik dan konsep yang akan dipelajari)

5) Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.

6) Memunculkan aktivitas, partisipasi peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran.

7) Memberi umpan balik (Feedbak)

8) Melakukan tagihan-tagihan kepada peserta didik berupa tes, sehingga

kemampuan peserta didik selalu terpantau dan terukur.

9) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pembelajaran.

2.5 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut Iskandar (2001: 2) IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-

peristiwa yang terjadi di alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran

di SD yang dimaksudkan agar peserta didik mempunyai pengetahuan, gagasan

dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari

pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan,

penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya, mempelajari IPA

sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan dan membantu

peserta didik untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam hakikat

pembelajaran IPA (Depdiknas dalam Suyitno, 2002: 7).


2.5.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Hakikatnya IPA terdiri atas 3 unsur utama. Ketiga unsur tersebut yaitu

produk, proses ilmiah, dan pemupukan sikap. IPA bukan hanya pengetahuan

tentang alam yang disajikan dalam bentuk fakta, konsep, prinsip atau hukum (IPA

sebagai produk), tetapi sekaligus cara atau metode untuk mengetahui dan

memahami gejala-gejala alam (IPA sebagai proses ilmiah) serta upaya

pemupukan sikap ilmiah (IPA sebagai sikap).

2.5.2 Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Ruang lingkup IPA meliputi alam semesta secara keseluruhan baik yang

ada di luar angkasa, dalam bumi dan di permukaan bumi. Trianto (2011: 137)

menyatakan bahwa secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan

berkembang melalui langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan

hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan serta

penemuan teori dan konsep. sedangkan Menurut Asy’ari (2006, hlm. 24) secara

rinci ruang lingkup materi Sains/IPA di SD terbagi dalam 5 topik yaitu :

1) Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan yang Meliputi Manusia, Hewan,

Tumbuhan dan Interaksinya dengan Lingkungan serta Kesehatan.

2) Benda atau Materi, Sifat-Sifat dan Kegunaannya yang meliputi Cair, Padat

dan Gas.

3) Energi dan Perubahannya meliputi Gaya, Bunyi, Panas, Magnet, Listrik,

Cahaya dan Pesawat Sederhana.


4) Bumi dan Alam Semesta meliputi Tanah, Bumi, Tata Surya dan Benda-

Benda Langit Lainnya. dan

5) Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat merupakan Penerapan

Konsep Sains dan Masyarakat melalui pembuatan Suatu Karya Teknologi

Sederhana.

2.5.3 Karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam

IPA mempunyai nilai ilmiah yaitu IPA dapat dibuktikan kebenarannya

menggunakan metode ilmiah sesuai prosedur berdasarkan peneliti sebelumnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Christopher Columbus menjelajah

dunia dengan pelayaran, kita juga dapat melakukan penelitian dengan cara melihat

matahari tenggelam di laut, seolah-olah matahari masuk ke dalam laut. Selain itu,

saat kita melihat para nelayan yang berlaut dari tengah, menuju ke daratan,

seolah-olah kita seperti melihat para nelayan muncul dari dalam laut.

2.6 Hasil Penelitian Yang Relevan

1) Ida Fitriani : Peningkatan Minat Belajar IPA melalui Model Pembelajaran

CTL (Contextual Teaching And Learning) pada peserta didik kelas V MI

Raden Intan Wonodadi Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.

Penelitian ini dikatakan berhasil karena terdapat peningkatan yang signifikan

antara peserta didik dengan menggunakan Model Pembelajaran

Kontekstual/CTL (Contextual Teaching and Learning).


2) I Ketut Ngurah Ardiawan : Komang Puteri Yadnya Diari : Penerapan Model

Pembelajaran Kontekstual untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar

IPA siswa sekolah dasar pada siswa kelas V SD No 1 Paket Agung.

Penelitian ini berhasil karena model pembelajaran kontekstual dapat

meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD No. 1

Paket Agung, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.

2.7 Fokus Penelitian

Fokus Penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif sekaligus

membatasi penelitian guna memilih data mana yang relevan dan data mana yang

tidak relevan (Moeleong, 2010). Pembatasan dalam penelitian kualitatif ini lebih

didasarkan pada tingkat kepentingan atau urgensi dari masalah yang dihadapi

dalam penelitian ini. Penelitian ini akan difokuskan pada “Pengaruh Model

Pembelajaran Konstektual dalam Meningkatkan Minat dan Keaktifan Belajar

Peserta Didik Pada Materi IPA di SD”.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Sifat Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, penelitian kualitatif

(Qualitative Research) adalah sebuah metode riset yang bersifat deskriptif,

menggunakan analisis yang mengacu pada data, memanfaatkan teori yang ada

sebagai bahan pendukung yang menghasilkan suatu teori.

Metode penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat

penemuaan. Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang diamati (Bogdan dan Taylor, 1975). Oleh karena itu penelitian

ini dilakukan sesuai dengan permasalahan dan fakta yang ada di lapangan.

3.1.1 Sumber Data

Sebagai penelitian kepustakaan maka sumber data ada dua macam yaitu

sebagai berikut :

1) Data Primer

Data Primer adalah data yang membantu peneliti dalam mencari jawaban

dari rumusan masalah yang telah disusun. Data primer ini didapatkan dari objek

riset. Menurut Wardiyanta dalam Sugiarto (2017:87), data primer merupakan

informasi yang diperoleh dari sumber-sumber primer yaitu informasi dari

narasumber.
2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah diolah terlebih dahulu dan baru

didapatkan oleh peneliti dari sumber yang lain sebagai tambahan informasi.

Menurut Wardiyanta dalam Sugiarto (2017:87), data sekunder merupakan

informasi yang diperoleh tidak secara langsung dari narasumber melainkan dari

pihak ketiga.

3.2 Definisi Operasional

1) Model Pembelajaran Kontekstual/CTL (Contextual Teaching and

Learning)

Model Pembelajaran Konstektual/CTL (Contextual Teaching and Learning)

adalah model pembelajaran yang dikaitan dengan kehidupan nyata atau kehidupan

sehari-hari. Model Pembelajaran ini mengharuskan seorang guru memberikan

penjelasan mengenai materi dengan memberikan contoh dalam kehidupan nyata

atau kehidupan sehari-hari peserta didik.

2) Minat Belajar Peserta Didik

Minat belajar adalah suatu ketertarikan peserta didik terhadap materi

pelajaran yang tidak ada unsur paksaan sehingga peserta didik mampu mengikuti

pembelajaran dengan baik dan aktif. Minat belajar mampu mendorong peserta

didik untuk mempunyai motivasi dan keinginan untuk belajar sehingga hasil dan

tujuan pembelajarannya tercapai. Ketika peserta didik memiliki minat untuk

belajar maka peserta didik dapat memahami materi pelajaran yang guru ajarkan

tetapi minat setiap peserta didik itu berbeda-beda.


3) Keaktifan Belajar Peserta Didik

Kektifan belajar menurut peneliti adalah keaktifan menekankan pemahaman

peserta didik dalam proses pembelajaran dan keaktifan belajar merupakan hal

yang penting dalam keberhasilan pembelajaran. menurut Hamalik (2009)

menjelaskan bahwa keaktifan belajar peserta didik adalah suatu proses

pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa di dalam kelas secara fisik,

mental, intelektual dan emosional guna memperoleh prestasi belajar.

4) Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut Iskandar (2001: 2) IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-

peristiwa yang terjadi di alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran

di SD yang dimaksudkan agar peserta didik mempunyai pengetahuan, gagasan

dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari

pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan,

penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.

3.3 Lokasi dan Jadwal Penelitian

3.3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan penelitian ini adalah SDN 008 Mohamad Toha yang

beralamat di Jl. Mohamad Toha No. 22 Kec. Regol Kota Bandung, Jawa Barat

40252. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas V.


3.3.2 Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, dimulai dari bulan Januari

sampai bulan April dan dilakukan 3 hari dalam seminggu selama penelitian

berlangsung.

3.4 Prosedur Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2010:265), pengumpulan data adalah alat bantu yang

dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data

agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah. Data-data yang

telah didapatkan akan dikumpulkan menjadi kesatuan dokumen yang

digunakan untuk menjawab permasalahan pada penelitian.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data. Karena berupa alat, maka instrument penelitian ini berupa lembar

wawancara dan studi dokumen berupa gambar.

3.6 Prosedur Penelitian

Menurut Sugiyono (2007), terdapat 3 tahap utama penelitian kualitatif, yaitu :

1) Tahap Deskripsi

Pada tahap ini, peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar

dan dirasakan. Peneliti baru mendata sepintas tentang informasi yang diperoleh.
2) Tahap Reduksi

Pada tahap ini, peneliti mereduksi segala informasi yang diperoleh

pada tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah tertentu.

3) Tahap Seleksi

Pada tahap ini, peneliti menguraikan focus penelitian yang telah

ditetapkan menjadi lebih rinci kemudian melakukan analisis secara mendalam

tentang fokus masalah.

Hasilnya adalah tema yang dikontruksi berdasarkan data yang telah diperoleh

menjadi suatu pengetahuan, hipotesis, bahkan teori baru.

3.7 Prosedur Analisis Data

Analisis data adalah suatu proses atau upaya pengolahan data menjadi sebuah

informasi baru agar karakteristik data tersebut menjadi lebih mudah dimengerti

dan berguna untuk solusi permasalahan, khususnya yang berhubungan dengan

penelitian.

Analisis data juga dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan

untuk mengubah data hasil penelitian menjadi sebuah informasi baru yang dapat

digunakan dalam membuat kesimpulan.

Secara umum, tujuan analisis data adalah untuk menjelaskan suatu data agar

lebih dipahami, selanjutnya dibuat sebuah kesimpulan.

Dalam melakukan analisis dataharus berdasarkan prosedur dan langkah-

langkah tertentu. Berikut ini beberapa langkah-langkah dalam analisis data :

1) Pengumpulan Data yaitu Tahap awal dari aktivitas analisis data adalah

pengumpulan data yang akan dianalisis.


2) Tahap Editing yaitu proses pemeriksaan kejelasan dan kelengkapan terkait

pengisian instrument pengumpulan data.

3) Tahap Koding yaitu Proses identifikasi dan klasifikasi terhadap semua

pernyataan yang ada pada instrument pengumpulan data berdasarkan variable

yang sedang diteliti.

4) Tahap Pengujian yaitu proses pengujian kualitas data, baik dari sisi validitas

dan rehabilitas instrument dari pengumpulan data.

5) Tahap Mendeskripsikan Data yaitu proses membuat deskripsi data dengan

menyajikannya dalam bentuk tabel frekuensi atau diagram dengan beragam

ukuran tendensi sentral maupun ukuran disperse, tujuannya agar memahami

karakteristik data sampel dari suatu penelitian.


Format Pedoman Wawancara

No Variable Pertanyaan Wawancara


1. Pengaruh Model 1. Bagaimana pengaruh model pembelajaran
Pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan minat belajar?
Konstektual 2. Bagaimana pengaruh minat belajar terhadap
dalam keaktifan belajar peserta didik?
Meningkatkan
3. Apa yang menjadi faktor utama peserta didik
Minat dan
kurang minat dalam belajar?
Keaktifan
4. Apa yang menyebabkan peserta didik kurang aktif
Belajar Peserta
pada saat pembelajaran berlangsung?
Didik Pada
Materi IPA di 5. Bagaimana cara meningkatkan minat belajar dan
SD keaktifan belajar peserta didik?

6. Apakah model pembelajaran kontekstual dapat


diterima peserta didik?
7. Seperti apa hasil dari diterapkannya model
pembelajaran kontekstual?
8. Dengan menggunakan model pembelajaran
kontekstual dalam materi IPA apakah model
tersebut sudah relevan?

9. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran


kontekstual dapat meningkatkan minat belajar
peserta didik terutama pada materi ipa?

10. Apakah peserta didik diharuskan untuk selalu


aktif pada saat pembelajaran berlangsung?

Anda mungkin juga menyukai