Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN MINAT PESERTA DIDIK KELAS X


MULTIMEDIA SMKN 1 BARABAI PADA MATA PELAJARAN
MENGELOLA ISI HALAMN WEB DENGAN MELALUI METODE
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
TA. 2016/2017

OLEH:

NAMA : NOOR IHSAN AZHARY, S.Kom


NIP : 19851029 201402 1 001

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 1 BARABAI
TAHUN 2015
BAB I

A. Latar Belakang

Dalam rangka pembangunan sumber daya manusia, bidang pendidikan


merupakan sarana yang sangat baik dalam pembinaan sumber daya manusia.
Oleh karena itu, pendidikan perlu mendapat perhatian yang lebih serius baik itu
oleh pemerintah, keluarga, maupun pengelola pendidikan khususnya. Dengan
perkembangan teknologi yang semakin pesat, sarana dan prasarana
pendidikan pun harus mengikutinya, salah satunya dengan media
komputerisasi yaitu internet.

SMKN 1 Barabai adalah satu-satunya di kabupaten Hulu Sungai Tengah


yang memiliki program keahlian Multimedia, dengan fasilitas yang cukup
memadai, seharusnya SMKN 1 Barabai bisa membangun sebuah kerangka
pendidikan yang baik, khususnya dibidang teknologi, dengan harapan SMKN 1
Barabai mampu mencetak sumber daya manusia yang siap bersaing dalam
dunia kerja pada bidang teknologi.

Berdasarkan hasil pengamatan, proses belajar yang digunakan di SMKN


1 Barabai adalah pembelajaran yang bersifat Konvensional, dimana guru hanya
memberikan buku teknis penggunaan bahasa pemrograman dan siswa
menghapal dan menuliskan ulang pada sarana komputer masing-masing,
sehingga peserta didik merasa bosan dengan kegiatan belajar seperti ini, dan
pada akhirnya ini adalah pelemahan kemampuan siswa dalam mencerna dan
mengembangkan keahlian tersebut, siswa merasa bosan dengan hanya
menuliskan kode-kode program yang menurut siswa itu sangat membosankan.

Peneliti sadar bahwa apabila masalah ini dibiarkan maka akan berakibat
pada melemahnya sumber daya manuasia dalam bidang teknologi khususnya
di Barabai, sehingga minat masyarakat untuk mempercayakan pendidikan pada
SMKN 1 Barabai akan berkurang.
Berdasarkan masalah tersebut peneliti berpendapat perlunya dilakukan
perbaikan proses pembelajaran pada kelas X Multimedia, hal ini dilakukan
bertujuan agar siswa dapat berperan aktif selama proses pembelajaran
berlangsung, dengan ini minat siswa untuk mengembangkan ilmu yang
didapatnya akan semakin besar, untuk mewujudkan itu semua diperlukan
metode pembelajaran yang pas untuk mendorong keaktifan siswa, melalui
metode Contextual Teaching and Learning (CTL) diharapkan dapat
meningkatkan minat siswa untuk memperdalam dan mengembangkan materi
yang diajarkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas rumusan yang diajukan dalam penelitian


tindakan kelas ini adalah

1. Bagaimana upaya meningkatkan minat peserta didik kelas x multimedia


smkn 1 barabai pada mata pelajaran mengelola isi halamn web dengan
melalui metode Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat
meningkatkan minat siswa dalam belajar?
2. Bagaimana upaya meningkatkan prestasi peserta didik kelas x multimedia
smkn 1 barabai pada mata pelajaran mengelola isi halamn web dengan
melalui metode Contextual Teaching and Learning (CTL) ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan di atas, tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah

1. Meningkatkan minat siswa pada materi mengelola isi halaman web melalui
metode Contextual Teaching and Learning (CTL).
2. Meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi mengelola isi halaman web
melalui penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL).
D. Rencana pemecahan Masalah

Pembelajaran yang dilaksanakan pada SMKN 1 kelas X multimedia


bersifat kontekstual, oleh karena diperlukan metode pembelajaran yang mampu
meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa seperti metode pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL).

Pendekatan Kontekstual hanya sebuah strategi pembelajaran seperti


halnya strategi pembelajaran yang lain, Kontekstual dikembangkan dengan
tujuan agar pembelajaran lebih efektif. Pendekatan kontekstual dapat
dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tataan yang ada..

Dengan menggunakan metode pembelajaran Contextual Teaching and


Learning (CTL). siswa akan memiliki ketertarikan untuk memahami
pembelajaran yang berlangsung. Sehingga, siswa memiliki minat yang tinggi
untuk meningkatkan prestasi yang diperoleh. Selain itu, dengan menggunakan
metode tersebut siswa dapat memperoleh pengalaman secara langsung di
dalam pembelajaran.

Untuk melaksanakan metode Contextual Teaching and Learning (CTL),


diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Siswa bekerja dalam kelompok menyelesaikan permasalahan yang


diajukan guru. Guru berkeliling untuk
2. Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil penyelesaian dan alasan
atas jawaban permasalahan yang diajukan guru.
3. Siswa dalam kelompok menyelesaikan lembar kerja (LKS: soal cerita
perkalian terlampir) yang diajukan guru. Guru berkeliling untuk
mengamati, memotivasi, dan memfasilitasi kerja sama.
4. Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan
kelompok yang lain menanggapi hasil kerja kelompok yang mendapat
tugas
5. Dengan mengacu pada jawaban siswa, melalui tanya jawab, guru dan
siswa membahas cara penyelesaian masalah yang tepat
6. Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada siswa tentang hal-
hal yang dirasakan siswa, materi yang belum dipahami dengan baik, kesan
dan pesan selama mengikuti pembelajaran.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat meberikan manfaat


bagi :

1. Bagi guru

Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran


dengan tujuan agar dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.

2. Bagi siswa

Sebagai wahana baru dalam proses meningkatkan minat dan prestasi dalam
pemebelajaran mengelola isi halaman web.

3. Bagi kepala sekolah

Sebagai bahan atau sarana pertimbangan untuk memajukan prestasi sekolah.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pendekatan Kontekstual

Pendekatan Contextual Teaching and Learning ( CTL ) merupakan


konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. CTL juga merupakan suatu
reaksi terhadap teori yang pada dasarnya behaviorostik yang telah
mendominasi pendidikan selama puluhan tahun (Nur, 2002). Pendekatan CTL
mengakui bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kompleks dan banyak
fase berlangsung jauh melampaui drill oriental dan metologi stimulus dan
response yang dikembangkan oleh pembelajaran berorientasi pada psikologi
behaviorisme. Berdasarkan teori tersebut belajar terjadi hanya jika siswa
memproses informasi atau pengetahuan baru sehingga dirasakan masuk akal
sesuai dengan kerangka berfikir yang dimilikinya ( Nur, 2002).

Sedangkan menurut Cord yang dia ikuti ( Nur, 2002) menyatakan


bahwa pendekatan kontekstual terjadi apabila siswa memproses informasi dan
pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga informasi tersebut bermakna bagi
mereka dalam kerangka acuan mereka sendiri.

Pola pendekatan kontekstual berbeda dengan pendekatan konvensional yang


kita kenal selama ini. Beberapa perbedaan tersebut dapat kita gambarkan
dalam table berikut ini :
Tabel 2.1 : Perbedaan pola pendekatan konvensional dan kontekstual

Konvensional Kontekstual

 Berdasarkan pada hafalan  Berdasarkan pada ruang


 Khas memfokuskan pada suatu  Khas mengintegrasikan
mata pelajaran banyaknya mata pelajaran
 Nilai informasi ditentukan oleh  Nilai informasi didasarkan pada
guru kebutuhan individual
 Menjejali siswa dengan  Menghubungkan informasi
setumpuk informasi dengan pengetahuan awal
 Asesment pembelajaran hanya  Asesment autentik melalui
untuk kepentingan akademik penerapan atau pemecahan
formal, seperti ujian masalah realistic
Sumber : Nur, 2002

Menurut teori pembelajaran CTL terjadi hanya apabila siswa


memproses informasi dan pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga
informasi itu bermakna bagi mereka dalam kerangka acuan mereka sendiri.
Pendekatan kontekstual mengasumsikan bahwa otak secara alami mencari
makna dalam konteks yaitu dalam hubungan dengan lingkungan mutakhir
tersebut dan tampak berguna. Orang dapat secara baik dalam konteks, dalam
suatu yang terkait dengan kebutuhannya. Belajar terbaik dapat diakatakan
dengan mengerjakan pekerjaan itu sendiri dalam proses penyelaman kembali (
refleksi ).

Secara lebih rinci diuraikan tujuh prinsip dalam pendekatan kontekstual :

a. Penemuan ( Inquiry )
Kegiatan pembelajaran diawali dengan pengamatan dalam rangka untuk
memahami suatu konseop. Dalam praktek pembelajaran melewati siklus
mengamati, bertanya, menyelidiki, menganalisa dan merumuskan teori baik
secara individu maupun bersam - sama dengan teman lainnya. Penemuan
juga merupakan aktivitasn untuk mengembangkan dan sekaligus
menggunakan keterampilan berfikir secara kritis.

Cord Seperti telah dikemukakan diatas, pertanyaan merupakan alat


pembelajaran bagi guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai
kemampuan berfikir siswa. Pertanyaan digunakan oleh siswa selama
melaksanakan kegiatan yang berbasis penemuan.

b. Konstruktivisme ( Contructivism )
Siswa membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman –
pengalaman baru berdasarkan pengalaman awal. Pengalaman awal selalu
merupakan dasar dan tumpuan yang digabung dengan siswa dilatih untuk
mengenali ide – ide baru yang muncul. Bentuk refleksi yang digunakan
dalam penelitian berupa diskusi.

c. Pemodelan ( Modelling )
Aktivitas guru dikelas memiliki efek modal bagi siswa. Jika guru mengajar
dengan berbagai varian metode dan teknik pembelajaran, maka secara tidak
langsung siswa pun akan meniru metode atau teknik yang dilakukan guru.
Guru dapat melakukan aktivitas mengucapkan hal – hal yang difikirkan.
Guru juga dapat melakukan sesuatu yang diinginkan agar siswa
melakukannya.

Dalam pendekatan kontekstual siswa ditempatkan dalam suatu konteks yang


bermakna lama dengan pengetahuan yang dipelajari. Salah satu model
pembelajaran yang berasosiasi pada CTL antara lain adalah : belajar
berbasis kerja, pengajar autentik, belajar berbasis tugas terstuktur dan
belajar jasa layanan.

Selain model pembelajaran diatas masih banyak model pembelajaran yang


berasosiasi dengan pendekatan kontekstual yang dapat digunakan dalam
pembelajaran kontekstual ( Roestama, 2002 ).
B. Strategi Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual

Agar pelaksanaan pembelajaran kotekstual lebih efektif, guru harus


berperan dengan baik dalam merencanakan, mengimplementasikan,
merefleksikan dan menyempurnakan pembelajaran kontekstual dengan cara :

a. Menekankan pada pemecahan masalah atau problem. Pengajar diawali


dengan penyajian masalah nyata yang relevan dengan keluarga siswa,
pengalaman, sekolah, tempat kerja dan masyarakat yang mempunyai arti
penting bagi siswa. Siswa didorong berfikir kritis dan sistematis untuk
menemukan masalah dan menggunakan isi materi pembelajaran dalam
menyelesaikan masalah.
b. Mengakui bahwa kebutuahan belajar siswa terjadi dalam berbagai konteks,
seperti rumah, masyarakat dan tempat kerja. Pengetahuan yang diperoleh
siswa tidak lepas darimana dan bagaimana siswa mendapatkan
pengetahuan semakin bertambah jika siswa belajar dari lingkungan yang
bervariasi.
c. Mengontrol dan mengarahkan siswa menjadi pelajar yang mandiri, dengan
cara memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan uji coba.
d. Memahami keragaman konteks hidup siswa dan dapat memanfaatkan
sebagai daya dorong untuk belajar sekaligus menambah kompleksitas
pembelajaran itu sendiri, melalui kerjasama dan aktifitas kelompok belajar
sehingga siswa berfikir melalui komunikasi dengan orang lain.
e. Guru bertindak sebagai fasilitator, pelatih dan pembimbing akademis
dalam mendorong siswa untuk melakukan kerja sama dalam belajar.
Komunikasi pembelajaran terbentuk di dalam tempat kerja dan sekolah
kaitannya dengan suatu usaha bersama – sama menggunakan pengetahuan,
memusatkan tujuan pembelajaran dan memperkenalkan semua orang
untuk belajar dari sesamanya.
f. Menggunakan penilaian autentik. Penilaian ini tidak hanya mengukur
seberapa banyak pengetahuan yang telah dikumpulkan oleh siswa, tetapi
juga dapatkah siswa menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari – hari meskipun trafnya sederhana. Rumusan
intruksi guru dalam kelas dan dalam LKS yang mengarahkan siswa
menerapkan pemahaman untuk memecahkan masalah adalah contoh
teknik penilaian autentik.

C. Evaluasi Pendekatan Kontekstual

Untuk menentukan apakah lingkungan pembelajaran kontekstual dapat


meningkatkan hal belajar siswa, diperlukan strategi penilaian yang beragam.
Hal yang berkaitan dengan hasil belajar meliputi penilaian apakah dengan
pembelajaran kotekstual dapat membangun dan memperluas pengalaman
siswa dibandingkan sebelumnya. Apakah pembelajaran kontekstual dapat
membantu siswa dalam menyelesaikan atau memecahkan persoalan dalam
kehidupan sehari – hari, atau siswa mengalami peningkatan dalam
mengekspresikan apa yang mereka ketahui termasuk bagaimana menggunakan
pengetahuan didalam dan diluar sekolah.

Strategi penilaian dan alat ukurnya dikaitkan baik jika ada kesesuaian
dengan tujuan dan dampak nyata yang diharapkan dari materi pembelajaran
tertentu. Dari tujuan dan umpan balik materi pembelajaran, muncul ragam
strategi penilaian yang dapat mengukur prestasi siswa dan pengetahuan proses
di dalam aktivitas pembelajaran.

Salah satu prinsip penilaian pada pendekatan kontekstual sangat


berbeda dengan teknik penilaian pendekatan konvensional. Sasaran penilaian
berubah dari mengukur seberapa banyak pengetahuan siswa ke arah mengukur
bagaimana siswa mengunakan pengetahuannya untuk membedahkan
persoalan yang ada di dunua nyata.

D. Pendekatan Kontrstruktual

Vigotsky ( dalam Nur, 2002 ) menyatakan bahwa kostruktivis adalah


suatu pendapat yang menyatakan bahwa siswa membangun pemahaman oleh
dirisendiri dari pengalaman – pengalaman awal. Pengalaman awal selalu
merupakan dasar atau tumpuhan yang digabungkan dengan pengalaman baru
untuk mendapatkan pemahaman baru. Pemahaman yang mendalam
dikembangkan melalui pengalaman yang bermakna.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa


prinsip konstuktivisme yang dapat diambil untuk pengembangan kegiatan
pembelajaran, yaitu : (a) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara
personal maupun social; (b) pengetahuan tidak dapat dialihkan dari guru
kepada siswa tanpa aktivitas siswa itu sendiri untuk menalar; (c) siswa secara
terus-menerus aktif mengkostruksikan realita, sehingga selalu terjadi
perubahan menuju konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan
konsep ilmiah, dan (d) tugas guru adalah membantu menciptakan situasi yang
memungkinkan terjadinya proses kostruksi oleh siswa ( Jalal dan Supriyadi
dalam Rahma Y. 2000 ). Pembelajaran konstruksi dalam pengajaran
menerapkan pembelajaran kooperatif secara luas, berdasarkan teori bahwa
siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep – konsep yang sulit
jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.

Dalam kegiatan pembelajaran, guru menekankan pada penjembatan (


Scoffolding ), yaitu memberi siswa tugas-tugas yang kompleks, sulit namun
realistic dan memberi cukup bantuan menyelesaikan tugas ini ( Nur, 2002 ).
Bantuan dikurangi sedikit demi sedikit sampai siswa dapt menyelesaikan
tugas-tugasnya dengan baik. Pengajaran ditekannkan pada proses top-down
yang berarti siswa mulai dengan masalah masalah yang kompleks untuk
dipecahkan dan selanjutnya memecahkan atau menemukan keterampilan –
keterampilan dasar yang diperlukan.
E. Pembelajaran

Unsur – unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar
pembelajaran lebih efektif adalah sebagai berikut ( Lundgren, 1994:5 ).

a. Para siswa harus mempunyai presepsi bahwa mereka tenggelam atau


berenang bersama.
b. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam
kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam
mempelajari materi yang dihadapi.
c. Para siswa harus berpandangan mereka semua memiliki tujuan yang sama.
d. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama
besarnya diantara para anggota kelompoknya.
e. Para siswa akan diberi satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
f. Para siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok.
Beberapa keuntungan dalam pembelajaran CTL, antara lain adalah
sebagai berikut :

a. Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan menjunjung tinggi norma –


norma kelompok.
b. Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama – sama
berhasil.
c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan
keberhasilan kelompok.
d. Interksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam
berpendapat.
e. Interaksi antar siswa juga membantu meningkatkan perkembangan
kognotif yang non – konservatif.
F. Pelaksanaan Pembelajaran CTL

Terdapat enam langkah utama atau tahapan didalam pembelajaran yang


mempergunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dimulai dengan guru
menyampaikan tujuan pelajaran atau indicator pencapaian dan memotivasi
siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi. Selanjutnya
siswa dikelompokkan kedalam tim-tim belajar. Untuk lebih jelasnya tahap
pembelajaran kooperatif lebih lanjut terdapat pada table dibawah ini :

Tabel 2.2 “ Tahapan Pembelajaran CTL “

FASE TINGKAH LAKU GURU

Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan yang ingin


dicapai pada pembelajaran tersebut dan
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa belajar
memotivasi siswa

Fase 2 Guru menyampaikan informasi kepada siswa


dengan demonstran atau lewat bacaan
Menyajikan informasi

Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk


kelompok belajar dan membantu setiap kelompok
Mengorganisasikan siswa
agar bekerja sama
kedalam kelompok belajar

Fase 4 Guru membimbing kelompok belajar pada saat


mereka mengerjakan tugas
Membimbing kelompok bekerja
dan belajar

Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi


yang telah dipelajari atau mempresentasikan hasil
Evaluasi
kerja masing – masing kelompok
G. Tujuan Pembelajaran Dan Hasil Belajar Siswa

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak


– tidaknya tiga tujuan pembelajaran, yaitu :

a). Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kerja siswa


memahami konsep – konsep yang sulit. Pembelajaran kooperatif ini dapat
memberi keuntungan pada siswa kelompok rendah maupun kelompok
tinggi yang bekerjasama menyelesaikan tugas – tugas akademik. Siswa
kelompok tinggi akan menjadi tutor bagi kelompok rendah. Dalam proses
tutorial ini, siswa kelompok tinggi akan meningkatkan kemampuan
akademiknya karena memberikan pelayanan sebagai tutor.

b). Penerimaan terhadap perbedaan individu

Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda


latar belakang dan kondisi untuk saling bekerjasama, saling bergantung
satu sama lain atas tugas – tugas bersama dan melalui penggunaan
structural penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama
lain atas tugas bersama dan melalui penggunaan structural penghargaan
kooperatif, belajar menghargai satu sama lain.

H. Kelebihan Dan Kelemahan Pembelajaran CTL

Tujuan dari pembelajaran CTL adalah menciptakan situasi dimana


keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik – teknik
pembelajaran kooperatif lebih banyak meningkatkan hasil belajar daripada
pembelajaran kooperatif dan kelompok pembelajaran tradisional adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.3 “ Perbedaan Pembelajaran CTL dan Pembelajaran Traditional “

Kelompok Pembelajaran
Kelompok Pembelajaran CTL
Traditional

 Kepemimpinan Bersama  Satu pemimpin


 Saling ketergantungan positif  Tidak ada saling ketergantungan
 Keanggotan yang heterogen  Keanggotaan yang homogen
 Mempelajari keterampilan –  Asumsi adanya keterampilan –
keterampilan kooperatif keterampilan social yang efektif
 Tanggung jawab terdapat hasil  Tanggung jawab terhadap hasil
belajar seloruh anggota belajar sendiri
kelompok
 Menekankan pada tugas dan  Hanya menekan pada tugas
hubungan kooperatif
 Ditunjang oleh guru  Diarahkan oleh guru
 Satu hasil kelompok  Beberapa hasil individu
 Evaluasi kelompok  Evaluasi individu

Berdasarkan hasil penelitian Thomson ( Lundgren 1, 1994 )


pembelajaran CTL sangat kooperatif karena mempunyai beberapa manfaat
sebagai berikut :

a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas


b. Meningkatkan rasa harga diri
c. Memperbaiki kehadiran
d. Saling memahami adanya perbedaan individu
e. Mengurangi perilaku yang mengganggu
f. Mengurangi konflik antara pribadi
g. Mengurangi siakp apatis
h. Meningkatkan hasil belajar
i. Memperbesar retensi
j. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
Selain mempunyai kelebihan pembelajaran kooperatif juga mempunyai
kekurangan yang harus dihindari, yakni adanya anggota kelompok yang tidak
aktif. Hal ini terjadi bila dalam satu kelompok hanya mempunyai
permasalahan. Kelemahan ini dapat dihindari dengan cara sebagai berikut :

a. Tiap – tiap anggota kelompok bertanggung jawab pada bagian – bagian


kecil dari permasalahan kelompok.
b. Tiap – tiap anggota kelompok mempelajari materi secara keseluruhan. Hal
ini dikarenakan hasil kelompok ditentukan pada hasil kuis dari anggota
kelompok yang ada, maka tiap anggota kelompok harus benar – benar
mempelajari isi permasalahan secara keseluruhan.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Persiapan Penelitian

Persiapan ini merupakan tindakan kelas ( Action Research Classroom )


karena penelitian ini bertujuan menganalisis atau memecahkan suatu masalh
yang nyata dalam pendidikan. Hal – hal yang perlu dipersiapkan sebelum
melakukan penelitian adalah memilih model pembelajaran yang dinilai sesuai
dengan materi yang akan disampaikan. Dalam hal ini penelititan memilih
metode pembelajaran CTL yang kemudian membuat satuan pelajaran, rencana
pelajaran dan perangkat pembelajaran dll.

B. Siklus Penelitian

Penelitian tindakan kelas ( PTK ) ini dilakukan dalam 2 siklus, sesuai


dengan waktu yang telah direncanakan, yakni 3 jam pelajaran untuk pokok
bahasan sebagai berikut :

1. Materi pembelajaran siklus 1 : Menuliskan scrpit program

2. Materi pembelajaran siklus 2 : Mengimplementasikan program yang dibuat

Pada tiap putaran terdiri atas 4 tahap, yaitu :

1. Rancangan

2. Kegiatan dan pengamatan

3. Refleksi

4. Revisi

Adapun putaran dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat


digambarkan sebagai berikut :
SILABUS I

Revisi

Revisi

Kegiatan dan Pengamatan

SILABUS II

Revisi

Revisi

Kegiatan dan Pengamatan

Gambar 1 : “ Alur Penelitian Tindakan Kelas ( Tim PGSM, 1999 ) “

C. Instrumen

Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :


a. Lembar Tes
Dalam penelitian ini post tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana
ketuntasan belajar yang dapat dicapai dengan menggunakan model
pembelajaran CTL. Berdasarkan GBPP SMK Tahun 2006 : bahwa
siswa akan tuntas belajar bila ia telah memperoleh skor 65% atau nilai
65. Tuntas dalam hal ini adalah siswa telah berhasil belajar pada materi
pengelolaan isi halaman web.

b. Lembar Observasi
Lembar Observasi yang dipergunakan berupa lembar pengamatan
pengelolaan pembelajaran CTL dan lembar observasi aktifitas guru dan
siswa, apakah kegiatan pembelajaran tersebut berpusat pada guru atau
berpusat pada siswa.

D. Analisis Dan Refleksi

a) Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi penelitian ini dilakukan secara langsung pada saat


pembelajaran konvensional dikelas X MM pada kompetensi dasar “
Mengoperasikan mengelola isi halaman web “.

2. Metode Tes

Dalam penelitian ini digunakan tes setelah mendapat perlakuan untuk


mengetahui sejauh mana tingkat ketuntasan belajar siswa terhadap materi
yang disampaikan melalui model pembelajaran CTL.

b) Metode Analisis Data

Dalam penelitiaan ini analisis data yang digunakan adalah analisis


deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis ini adalah nilai tes presentasi
belajar mengelola isi halaman web pada kompetensi dasar “mengelola isi
halaman web“, data pengamatan keterampilan guru dalam pengelolaan
pembelajaran CTL. Analisis data yang dipergunakan adalah sebagai
berikut :

1. Data hasil ketuntasan belajar siswa.

Secara individual, siswa telah tuntas belajar jika mencapai skor 65 %


atau nilai 65 dengan perhitungan sebagai berikut ( Depdikbud, 1994 ):

Skoryangdiperoleh
Skor Siswa = x 100%
Skormaksimum

Suatu kelas dinyatkan tuntas belajar jika terdapat  85 % dari jumlah siswa telah
tuntas belajar. Perhitungan untuk menyatakan ketuntasan belajar siswa secara
klasikal :

jumlahsiswayangtuntas
Skor Siswa = x 100%
jumlahsiswakeseluruahan

2. Data hasil pengamatan aktifitas guru dan aktifitas siswa

Observasi terhadap aktifitas siswa terhadap aktifitas siswa yang


dilakukan selama pembelajaran berlangsung 1 menit. Hasil observasi
dianalisis dengan jumlah aktifitas siswa yang dilakukan dibagi jumlah
siswa yang melakukan aktifitas dibagi waktu keseluruhan dikali 100
%.

Anda mungkin juga menyukai