Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Abad ke-21 telah banyak membawa kebiasaan baru dalam kehidupan


masyarakat termasuk di bidang pendidikan. Menurut trilling and fadel,2014
(dalam Kivunja, Charles. 2014). Saat ini guru dituntut memiliki kompetensi yang
mampu menjawab tantangan pembelajaran abad ke 21 (The 21st Century
Learning) seperti yang dimuat dalam kurikulum 2013 dalam menyusun
pembelajaran harus memperhatikan 4 hal yaitu menguatkan pendidikan karakter
(PPK), Literasi, HOTS (High Order Thinking Skill), 4C (communication,
collaboration, critical thinking and creativity). Dalam mewujudkan cita cita
pembelajaran abad 21 sejalan dengan PP Nomor 19 tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan membagi kompetensi guru ke dalam kompetensi pedagogik,
dan kompetensi kepribadian,(Sukaesih, Ridlo, dan Saptono 2017)
Shulman, 1987:8(dalam Rianasari, Utomo, dan Rudhito, 2020)
mendefinisikan ‘special amalgam of content and pedagogy that is uniquely the
province of teachers, their own special form of prefessional understanding’.
Artinya Pedagogical Content Knowledge (PCK) merupakan gabungan khusus
antara pedagogi dan konten untuk membentuk suatu pengetahuan bagaimana
suatu topik, masalah, atau isu-isu di organisasikan, direpresentasikan yang
disesuaikan dengan kemampuan perserta didik.
Saat ini, telah muncul teori baru yang dikembangkan oleh Mishra &
Koehler 2006:3 (dalam Hayati, Rahmadi, dan Nursyifa 2019) telah
mengembangkan PCK menjadi TPACK, dimana TPACK adalah pengetahuan
dan kerangka kerja yang digunakan untuk menganalisis kemampuan guru dalam
menggunakan teknologi yang tepat pada metode pedagogik yang sesuai untuk
mengajarkan suatu materi tertentu dengan baik. Oleh karena itu, guru harus
mampu untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam kontek materi dan
pengetahuan yang sesuai dengan keadaan lingkungan sekolah. Maka hal yang
dibutuhkan oleh guru untuk mewujudkan pembelajaran yang berbasis TPACK
7
maka guru diwajibkan mampu merancang sebuah model pembelajaran yang
kreatif dan terstruktur untuk mata pelajaran yang diampuhnya misalnya saja mata
pelajaran PPKn yang mengintegrasikan materi dengan karakter dan ide-ide harus
dirancang untuk kepentingan perserta didik yang diajarnya.

(Hayati, Rahmadi, dan Nursyifa 2019)


Discovery learning merupakan salah satu model pembelajaran yang paling
sering digunakan oleh guru saat ini, Menurut Durajad 2008 (dalam Yuliana 2019)
Model Discovery learning adalah proses pembelajaran yang terjadi bila perserta
didik tidak disajikan proses pembelajaran yang materinya tidak dalam bentuk
finalnya, tetapi perserta didik yang menemukannya. sejalan dengan itu pandangan
Yuliana (2019:23) mengatakan discovery learning merupakan metode memahami
konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada
suatu kesimpulan. Dari pandangan diatas dapat dikatakan bahwa melalui model
ini perserta didik diminta untuk menemukan sendiri bahan-bahan yang diperlukan
terkait materi yang dipelajarinya kemudian melalukan analisis pengetahuan itu
dengan memahami maknanya. Dalam model ini pendidik berperan hanya sebagai
fasilitator pembelajaran dimana model ini lebih berorientasi pada Student center
atau dengan kata lain pusat proses pembelajaran ini terletak pada perserta didik
Berdasarkan penjelasan diatas penelitian yang serupa didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Luthfia Ulva Irmita1 dan Sri Atun(2017) dengan
judul penelitian Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menggunakan
Pendekatan Tpack Untuk Meningkatkan Literasi Sains Penelitian ini memiliki
tujuan mengembangkan TPACK calon guru PPKn. Penelitian bertujuan untuk
menganalisis dan membandingkan tingkat penguasaan TPACK calon guru PPKn
8
pada program studi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Pamulang pada program reguler A, B, dan C. Penelitian direncanakan
selama 8 bulan. Sampel penelitian sebanyak 300 mahasiswa calon guru PPKn
semester 7 dan 8. Penelitian ini berfokus pada pengembangan perangkat
pembelajaran yang dilihat dari sudut pandang penguasaan TPACK dalaam
meningkatkan literasi sains dan hal ini berbeda dengan fokus penelitian peneliti
yang berfokus pada penguasaan kompetensi TPACK guru PPKn SMP dengan
model discovery learning.
Penelitian selanjutnya yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh
Andreas Bayu Widiantoro(2016) yang berjudul analisis guru dalam
mengintegrasikan teknologi ke pembelajaran melalui Pendekatan TPACK (studi
kasus sma kristen 1 salatiga). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
penguasan pendidik untuk bisa menyatu padukan penggunaan teknologi dalam
proses pembelajaran di SMA Kristen 1 Salatiga dengan memperhatikan
pengintegrasian pengetahuan konten, pedagogi, serta teknologi untuk kegiatan
pembelajaran. Penelitian ini menggunakan analisis Technology Pedagogical
Content Knowledge (TPACK), hasil penelitian menunjukkan untuk setiap
kerangka TPACK, komponen Pedagogical Content Knowledge (PCK) dan
komponen Content Knowledge (CK) mendapat rata-rata tertinggi dengan kriteria
baik, sedangkan untuk komponen Teknologi Knowledge (TK) dan TPACK
mendapat rata-rata terendah dengan kriteria baik. Maka dapat di simpulkan, hasil
penelitian menunjukkan rata-rata keseluruhan kemampuan guru dalam ke tujuh
kerangka TPACK memiliki kriteria baik. Perbedaan, penelitian ini fokus pada
pengintegrasian TPACK di studi kasus SMK, dan penulis fokus pada
pengintegrasian TPACK pada pembelajaran metode discovery learning di SMP.
Penelitian yang relevan teakhir dijadikan referensi oleh penulis adalah
penelitian yang dilakukan Nabila Yuliana(2019) yang berjudul Penggunaan
Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Peningkatan Hasil Belajar
Siswa Di Sekolah Dasar melakukan riset dengan penggunaan model pembelajaran
discovery learning yang dipublikasikan di jurnal nasional. Dari penelitian yang
dilakukan terbukti bahwa model discovery learning mampu membantu
9
meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan siswa
menemukan informasi sendiri sehingga menunjukkan peningkatan hasil belajar
siswa baik di Sekolah Dasar maupun jenjang pendidikan di atasnya. Perbedaan
penelitian yang dilakukan oleh nabila dengan penulis terletak di titik fokus objek
penelitian dimana pada penelitiannya nabila berfokus pada penerapan model
pembelajaran yang akan mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa pada
sekolah dasar sedangkan penelitian yang dilakukan penulis berfokus pada
penerapan model pembelajaran discovery learning terhadap penguasaan tpack
guru pada tingkat SMP.
Keunikan yang membuat peneliti tertarik meneliti guru SMP Negeri 1
Sekayu yakni dari guru SMP Negeri 1 Sekayu terletak pada metode pembelajaran
yang menggunakan media pembelajaran yang membangun komunikasi guru dan
perserta didik yang interaktif, Rancangan media ini menggunakan program PPT
dimana pada media PPT terdapat banyak sekali pitur yang dapat dimanfaatkan
oleh guru supaya dapat membuat media pembelajaran yang menarik sehingga
akan berdampak pada proses pembelajaran yang menyenangkan dan perserta
didik dapat tertarik untuk belajar PPKn dan menganggap bahwa PPKn merupakan
pembelajaran yang tidak membosankan. Sehingga guru perlu sangat hati-hati
dalam mepertimbangkan seluruh aspek pendukung seperti aspek konten kreatif,
pedagogik, dan teknologi.
Berdasarkan kondisi diatas dan kondisi disekolah melalui sesi wawancar
singkat dengan salah satu guru PPKn SMP N 1 Sekayu yang seringkali ditemukan
dilapangan dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan di
SMP N 1 Sekayu telah melaksanakan proses pembelajaran yang mengacuh pada
kesesuaian dengan karakteristik perserta didik baik itu dalam hal berpikir dan
berperilaku. Sehingga proses pembelajaran dapat menyelaraskan performa yang
dimiliiki anak dengan yang seharusnya dia dapatkan agar sejalan dengan
kebutuhan perserta didik. Namun komunikasi selama proses pembelajaran antara
guru dan perserta didik masih belum mencapai tujuan dari penerapan model
discoveri learning, Oleh karena itu, penulis mengangkat judul penelitian yang
berjudul Analisis Kemampuan Technological Pedagogical Content Knowledge
10
(Tpack) Pada Guru PPKn Dalam Penerapan Metode Discovery Learning SMP
Negeri 1 Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana Kemampuan Kemampuan Technological Pedagogical
Content Knowledge (TPACK) Pada Guru PPKn Dalam Penerapan Metode
Discovery Learning SMP Negeri 1 Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin.?
2. Apa Faktor Pendukung Guru Melaksanakan Kemampuan Technological
Pedagogical Content Knowledge (TPACK) Pada Guru PPKn Dalam
Penerapan Metode Discovery Learning SMP Negeri 1 Sekayu Kabupaten
Musi Banyuasin?
3. Apa Faktor Penghambat Guru Melaksanakan Kemampuan Technological
Pedagogical Content Knowledge (TPACK) Pada Guru PPKn Dalam
Penerapan Metode Discovery Learning SMP Negeri 1 Sekayu Kabupaten
Musi Banyuasin.?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasaarkan rumusan masalah yang sudah ditemukan, didapatlah tujuan
dari penelitian ini.
1. Menunjukan Kemampuan Technological Pedagogical Content
Knowledge (TPACK) Pada Guru PPKn Dalam Penerapan Metode
Discovery Learning SMP Negeri 1 Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin.
2. Mengetahui Faktor Pendukung Guru Melaksanakan Technological
Pedagogical Content Knowledge (TPACK) Pada Guru PPKn Dalam
Penerapan Metode Discovery Learning SMP Negeri 1 Sekayu Kabupaten
Musi Banyuasin.
3. Mengetahui Faktor Penghambat Guru Melaksanakan Technological
Pedagogical Content Knowledge (TPACK) Pada Guru PPKn Dalam
Penerapan Metode Discovery Learning SMP Negeri 1 Sekayu Kabupaten
Musi Banyuasin.
11
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat,
diantaranya adalah:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat penelitian ini bagi peneliti dan pendidik adalah peneliti dan
pendidik dapat lebih memahami mengenai peran penting kemampuan
TPACK dalam proses pembelajaran pada metode Discovery learning.
Sehingga peneliti dan pendidik mengetahui bagaimana cara atau metode
yang tepat dalam memberikan pembelajaran atau perkuliahan mengenai
materi yang terkaid dengan pembelajaran PPKn kepada anak didiknya.
Selain itu, para pendidik dapat mengetahui peranan penting mengenai
integrasi teknologi dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas.
Sehingga pendidik bukan hanya memiliki komponen pengetahuan konten
dan pedagogik saja, melainkan harus juga ditunjang dengan kemampuan
dalam mengintegrasikan kedua komponen tersebut dengan teknologi.
2. Manfaat Praktis
Manfaat penelitian ini bagi sekolah yang menjadi objeknya adalah sekolah
dapat mengetahui kelemahan-kelemahan guru PPKn, sehingga secara tidak
langsung sekolah dapat mengevaluasi kinerja guru PPKn. Setelah itu, pihak
sekolah juga dapat mencari solusi untuk meningkatkan kinerja guru tersebut
berdasarkan hasil penelitian ini.

12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK)

a. Pengertian TPACK
Mishra & Koehler 2008(dalam Hayati, Rahmadi, dan Nursyifa
2019) telah mengembangkan PCK menjadi TPACK, dimana TPACK
adalahpengetahuan & kerangka kerja yang digunakan untuk
menganalisis kemampuan guru dalam menggunakan teknologi yang
tepat pada metode pedagogik yng sesuai untuk mengajarkan materi
tertentu dengan baik.
Lebih lanjut Koehler & Mishra (2008: 61) menyebut “teaching is
a complicated practice that requires an interweaving of many kinds of
specialized knowledge”. Pernyataan ini dimaksudkan bahwa guru
dalam mengajar harus mampu menerapkan struktur pengetahuan
yang kompleks dalam berbagai kasus dan konteks yang berbeda-beda
dari setiap situasi yang berbeda. Sehingga mengharuskan mereka
secara konstan untuk mengembangkan pemahaman mereka.
Sejalan dengan pendapat diatas menurut Hartati (2018:1)
Kemampuan TPACK pendidik, dibahas dalam Undang-Undang
SISDIKNAS yang dijabarkan dalam Permendiknas RI nomor 16 tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Kompetensi Profesional guru salah satunya memanfaatan TIK dalam
pembelajaran. Dapat disimpulkan menurut Schmidt.,dkk (2010:125)
TPCK adalah kemampuan mengintegrasikan teknologi dalam
pembelajaran agar dapat berjalan efisien dan efektif serta materi
pembelajaran lebih mudah dipahami oleh perserta didik.
Pengintegrasian tersebut meliputi kemampuan pendidik dalam
menyajikan konten sesuai dengan karakteristik perserta didik dan

13
diterapkan dalam bentuk kegiatan serta pengetahuan yang dibantu
oleh penggunaan teknologi yang tepat.
b. Konsep TPACK
TPACK adalah pengetahuan menggunakan teknologi dalam
pendidikan (Wijoyo, dkk, 2020: 254). Menurut Koehler &Mishra,
TPACK adalah keterampilan yang terintegrasi dalam materi, pedagogi,
dan teknologi (Oyanagi&Satake, 2016)
Menurut Koehler &Misrah (dalam Valtonen: 2017), TPACK terdiri
dari 3 komponen, yaitu
1) Technological Knowledge (TK) adalah, pengetahuan pendidik
tentang penggunaan teknologi sebagai sumber belajar dalam proses
pembelajaran.
2) Pedagogical Knowledge (PK),adalah pengetahuan pendidik tentang
teori dan praktik dalam kegiatan pembelajaran.
3) Content Knowledge (CK).adalah pengetahuan pendidik tentang
materi dalam pembelajaran.
Hasil perpaduan ketiga pengetahuan tersebut, menghasilkan
pengetahuan baru sebagai berikut:
a) Pedagogical,Content, Knowledge (PCK), adalah pengetahuan
pendidik tentang penerapan pedagogic terhadap konten materi
pembelajaran.
b) Technological Content Knowledge (TCK),adalah pengetahuan
pendidik tentang hubungan saling mempengaruhi antara teknologi
dan konten.
c) Technological Pedagogical Knowledge (TPK),adalah pengetahuan
pendidik tentang berbagai teknologi yang dapat memfasilitasi
pembelajaran.
d) TPACK adalah pengetahuan pendidik tentang penggunaan
teknologi dan pedagogic yang sesuai dengan materi pembelajaran.
(Suyamto, 2020:48)

14
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa TPACK
adalah kemampuan guru dalam memanfaatkan teknologi dengan
pengetahuan dan materi pembelajaran. Niess (2012) mendefinisikan level
kemampuan mengukur Technological Pedagocal Content Knowledge
(TPACK) guru dapat dinilai dengan 5 level berbeda dengan
menggunakan model Roger tentang proses keputusan yang inovatif,
sebagai berikut:
1) Recognizing (pengetahuan), dimana guru mampu mengoperasikan
teknologi dan sudah mengenali manfaat teknologi dalam proses
pembelajaran namun tidak mengintegrasikan teknologi dalam proses
pembelajaran yang lakukan. Contoh guru sudah mengetahui apa
kegunaan dari laptop dan internet dalam pembelajaran.
2) Accepting (persuasi), dimana guru sudah ada kemauan untuk
menyesuaikan teknologi dengan materi pembelajaran dalam proses
pembelajarannya. Contohnya guru sudah menggunakan laptop untuk
proses belajar mengajar.
3) Adapting (keputusan), dimana guru melibatkan dirinya untuk memilih
dan memakai atau menolak menggunakan teknologi dalam
pembelajaran PPKn.contoh guru sudah memilih akan menggunakan
teknologi apa dalam proses pembelajaran seperti apakah memilih
menggunakan PPT atau WEB dalam pembelajaran.
4) Exploring (implementasi), dimana guru secara aktif
mengintegrasikan teknologi yang tepat untuk digunakan dengan
pembelajaran PPKn. Contoh guru menggunakan quiziz dalam
pembelajaran Materi demokrasi.
5) Advancing (konfirmasi), dimana guru mengevaluasi hasil dari
mengintegrasikan menggunakan teknologi dalam pembelajaran PPKn.
Contoh guru menilai hasil dari pemanfaat teknologi yang ia gunakan
untuk mengajar apakah efektif penggunaan media A untuk materi A
atau penggunaan media A cocok untuk materi B

15
2.1.2 Guru PPKn
2.1.2.1 Pengertian Guru
Guru sebagai pendidik profesional tentunya diharapkan
menguasai 4 kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional. Keempat kompetensi tersebut akan terus
dikembangkan agar profesionalitas guru sebagai fasilitator bagi
perserta didik dapat menyesuaikan diri dalam perkembangan
waktu. Dengan profesionalitasnya, pendidik tersebut disebut
sebagai pendidik yang bermutu. Guru yang bermutu adalah guru
yang menguasai keempat profesionalitas dalam memfasilitasi
peserta didiknya untuk belajar (Ridla, 2008).
Melalui kerangka berpikir TPACK, pendidik dapat
memanfaatkan teknologi sebagai media yang memfasilitas
siswa untuk dapat memahami konten pembelajaran PPKn
yang bersifat teori membosankan yang mempertimbangkan
aspek pedagogis.

2.1.3 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


PPKn merupakan penjelmaan nyata dari pendidikan karakter. Hal
ini karena telah diuraikan dalam tujuan pembelajaran PKn yang
bercerminkan pancasila yaitu: Membina moral peserta didik, yang iman
dan takwa kepada Tuhan YME dalam masyarakat yang bergam
perbedaan serta berperilaku yang mencerminkan rasa kemanusiaan yang
adil dan beradab, perilaku yang mendukung persatuan indonesia supaya
tidak terpecah belah, perilaku yang mendukung kerakyatan dengan
melakukan keputusan berdasarkan hasil musyawarah dan mufakat, serta
selalu berperilaku mendukung upaya dalam mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan kata lain Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam menanamkan nilai

16
– nilai ideologi pancasila yang didalamnya terdapat nilai – nilai dasar
berperikemanusiaan dan berkepribadian yang tentu menjadi dasar konsep
warga global. Sehingga menunjukkan bahwa bangsa indonesia
merupakan bangsa yang memiliki perilaku karakter baik.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa guru PPKn adalah
seseorang yang bertugas mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai
ideologi pancasila dan nilai nilai karakter baik kedalam diri perserta didik
untuk dapat dijadikan dasar bagi perserta didik untuk berperilaku dalam
pergaulan masyarakat dan menciptakan penerus bangsa yang
berintelektual dan berjiwa karakter pancasila.

2.1.4 Metode Pembelajaran Discovery learning


2.1.4.1 Pengertian Discovery learning
Kurikulum yang berlaku secara nasional dinegara
Indonesia saat ini adalah menggunakan kurikulum 2013 dimana
pusat proses pembelajarann dilakukan hampir seluruh
tahapannya dilakukan oleh perserta didik dan peran guru hanya
sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Berdasarkana
penyesuaian diatas model pembelajaran saintifik menggunakan
pendekatan model discovery Learning dirasa cocok mewadahi
tujuan dari kurikulum 2013 tersebut. Oleh sebab itu peneliti tertarik
untuk meneliti lebih jauh terkait perihl tersebut.
Menurut Durajad 2008 (dalam Yuliana 2019)
mengatakan bahwa Model Discovery learning merupakan proses
pembelajaran yang terjadi dimana perserta didik diharapkan
mampu menemukan, mengorganisasi sendiri materi
pembelajaran sedangkan pendidik fungsinya hanya sebagai
fasilitator bagi perserta didik saja. Sejalan dengan Durajad
menurut Effendi (2012) Discovery learning merupakan suatu
pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk pemecahan
masalah, pengembangan pengetahuan serta ketrampilan.

17
Pendapat lainnya dari Maharani dan Hardini
(2017:552) mengatakan bahwa discovery learning adalah proses
pembelajaran yang penyampaian materinya tidak utuh, karena
model discovery learning menuntut siswa terlibat aktif dalam
proses pembelajaran dan menemukan sendiri konsep
pembelajaran. Pendapat diatas didukung pula oleh pendapat
menurut Kurniasih & Sani (2014:64) menyatakan bahwa
Discovery learning adalah strategi pembelajaran dimana materi
pembelajaran tidak disajikan seluruhnya oleh pendidik,
tetapi diharapkan perserta didik menemukan & menyusunnya
sendiri.
Jadi kesimpulan dari beberapa pendapat para ahli
tersebut, model discovery learning merupakan model
pembelajaran dimana perserta didik berperan aktif dalam proses
pembelajaran sebab materi atau bahan pelajaran yang dipelajari
mesti diorientasikan oleh perserta didik. Pada intinya, model
discovery learning ini mengubah suasana pembelajaran yang
pasif menjadi aktif dan kreatif dimana awalnya teacher oriented
menjadi student oriented. Dengan demikian perserta didiklah
yang lebih banyak melakukan kegiatan sendiri ataupun secara
berkelompok dalam memecahkan permasalahan yang
ditemuinya terkait materi pembelajaran dengan bimbingan
pendidik.

2.1.5 Langkah-langkah Pembelajaran


Menurut Darmadi (2017: 114-117)Langkah-langkah
pengaplikasian metode Discovery learning dalam proses
pembelajaran: yaitu (a) stimulation (pemberian rangsangan); (b)
problem statement (identifikasi masalah); (c) data collection
(pengumpulan data); (d) data processing (pengolahan data); (e)

18
verification (pembuktian); dan (f) generalization (menarik
kesimpulan).
Berdasarkan informasi diatas dapat diartikan bahwa proses
pembelajaran discovery learning diawali oleh pendidik yang
memberikan rangsangan(stimulation) kepada perserta didik untuk aktif
berpikir mengenai pembelajaran, lalu meminta perserta didik
mengidentifikasi rangsangan (problem statement) lalu mencari
keberbagai sumber (data collection) kemudian setelah dirasa cukup
informasi yang diperoleh lalu perserta didik mengolah informasi(data
processing); tersebut menjadi informasi yang akurat dan terpecaya
dengan cara memberikan bukti-bukti (verification) berupa argumentasi
yang kuat dan alasan yang logis yang didukung oleh teori yang
kongkret kemudian informasi tersebut ditarik
kesimpulan(generalization). secara bersama-sama agar pendidik dan
semua perserta didik memiliki 1 pemahaman yang sama.

2.4 Kerangka Berpikir


Kerangka berpikir dalam penelitian memiliki peran yang sangat penting
berupa pola piker penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti selama meneliti
objek penelitiannya. Dalam penelitian ini kerangka berpikir yang dilakukan oleh
peneliti adalah sebagai berikut:

3 Kemampuan Guru Belum


Kondisi
Analisis Awal TPACK Guru menerapkan metode
4 Discovery Learning
PPKn

Analisis Kemampuan
TPACK Pada Guru Guru Sudah
PPKn Sesudah Kondisi Akhir menerapkan metode Tindakan
menerapkan metode Discovery Learning
Discovery Learning Di
SMP N 1 Sekayu

19
2.5 Alur Penelitian
Untuk melakukan suatu penelitian adanya suatu desain penelitian dengan
tujuan agar penelitian yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran dapat
berjalan dengan baik sesuai dengan aturan yang telah direncanakan dan dapat
dijadikan suatu pedoman dalam penelitian untuk itu maka disusunlah suatu
langkah-langkah alur penelitian

Alur Penelitian

Tahap Tahap
Pelaksanaan Tahap Akhir
Pendahuluan

 Uji validasi
 Studi intrumen
 Pengelolaan dan
Pendahuluan  Uji reliablitas
analisis data
 Studi literature instrument
 Pembahasan dan
 Mengumpulkan  Dokumentasi
penyusuan
data  Penyebaran laporan
 Menentukan angket pada  Kesimpulan dan
sample dari objek yang saran
populasi ditujukan
 wawncara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Menurut Sugiyono (2008: 8) metode penelitian kualitatif sering disebut
metode penelitian naturalistik, atau metode penelitian yang tidak melakukan
rekayasa dan mengharuskan peneliti untuk melakukan penelitian sendiri tidak boleh
diwakilkan oleh orang lain. Metode penelitian kualitatif berlandaskan pada
filsafat pospositvisme digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah (sebagai lawannya eksperimen) melalui pengamatan, wawancara dan
penelaahan dokumen.
20
Sedangkan penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan
untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada,
baik fenomena alamiah maupun rekayasa manusia.
Maka Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif metode deskripsi yang
bertujuan mendeskripsikan kesimpulan dari data-data yang telah dikumpulkan
sesuai dengan teori dan konsep sebelumnya,

3.2 Metode Penelitian


Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah
pendekatan kualitatif metode deskriptif, Berdasarkan pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa penelitian kulitatif adalah penelitian yang dilakukan
secara alamiah (naturalistik) tanpa direkayasa dengan mengumpulkan data
berupa narasi bukan merupakan angka, serta digunakan dalam mengungkap
fenomena sosial secara mendalam.
Dengan demikian, melalui pendekatan kualitatif diharapkan akan memperoleh
pemahaman dan penafsiran yang mendalam tentang analisis kemampuan
TPACK pada guru PPKn terhadap penerapan metode pembelajaran discovery
learning pada proses pembelajaran di SMP N1 Sekayu.
3.3 Variable Penelitian
3.3.1 Variable X
Dalam penelitian yang dilakukan penneliti variable X di perankan oleh
Kemampuan Technological Pedagogical Content Knowledgc (TPCK)
pada Guru PPKn dimana TPCK adalah sebuah kerangka konseptual
yang memperlihatkan hubungan antara tiga pengetahuan yang harus
dikuasai oleh guru, yaitu pengetahuan teknologi, pedagogi dan konten.
Technological Pedagogical Content Knowledgc (TPCK) ini perlu
dikuasai oleh guru agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif
dan efisien. Kemampuan TPCK pada guru PPKn akan menjadi
variable bebas atau variable yang keberadaanya digunakan untuk
mempengaruhi variable Y.

21
3.3.2 Variable Y
Dalam penelitian ini variable Y diperankan oleh Metode Discovery
Learning dimana dalam penelitian ini metode discovery learning akan
dilihat seberapa besar akan dipengaruhi oleh kemampuan TPCK pada
guru PPKn. Maka dengan kata lain metode discovery learning berperan
sebagai variable terikat atau variable yang dipengaruhi oleh variable X
seringkali disebut dengan variable yang dipengaruhi.

3.4 Definisi Operasi Variable


Definisi Operasional Variabel digunakan untuk mengukur suatu variabel
Penelitian. Menurut Fathoni (2011 : 28) definisi operasional variabel adalah
definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat
diamati (diobservasi) ini penting karena hal yang dapat diamati itu membuka
kemungkinan bagi orang lain selain peneliti untuk melakukan hal yang
serupa, sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali
oleh orang lain. Definisi Variabel dalam penelitian ini yaitu

Variable Indikator Descriptor


Penelitian
Kemampuan Kemampuan 1. Melakukan pemanfaatan
TPACK Guru TPACK yang terhadap teknologi pada proses
PPKn SMP N 1 digunakan oleh pembelajaran
Sekayu guru PPKn 2. Guru PPKn mengetahui apa itu
dalam Proses kemampuan TPACK
pembelajaran 3. Guru PPKn menggunakan
kemampuan TPACK
4. Perencanaan guru PPKn dalam
menerapkan kemampuan
TPACK pada proses
pembelajaran
5. Strategi guru PPKn dalam
menerapkan kemampuan
22
TPACK dalam proses
pembelajaran
6. Perencanaan guru PPKn dalam
memanfaatkan peluang
kemajuan teknologi di dalam
proses pembelajaran
7. Menemukan hambatan yang
ditemui oleh Guru PPKn dalam
menerapkan kemampuan
TPACK pada proses
pembelajaran
8. Solusi yang dilakukan oleh guru
PPKn dalam mengatasi
hambatan penerapan
kemampuan TPACK pada
proses pembelajaran
Penerapan Metode 1. Mengetahui Metode
Metode Pembelajaran pembelajaran yang dulu sering
Pembelajaran Discovery digunakan oleh guru PPKn pada
Discovery Learning proses pembelajaran
Learning 2. Mengetahui Metode
pembelajaran yang sering guru
PPKn gunakan saat ini
3. Apakah guru PPKn mengetahui
apa itu metode pembelajaran
discovery learning
4. Guru PPkn menggunakan
metode Disovery Learning pada
proses pembelajaran
5. strategi guru PPKn dalam
menerapkan metode

23
pembelajaran discovery learning
pada proses pembelajaran
6. Memanfaatkan factor-faktor
pendukung dari diterapkannya
metode discovery learning pada
proses pembelajaran
7. Mengatasi bersama-sama
permasalahan yang telah guru
PPKn temui

3.5 Populasi dan Sample


3.5.1 Populasi
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi
oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri
atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas
(activity) yang berinteraksi secara sinergis.

3.5.2 Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di salah satu SMP tertua di Kecamatan Sekayu
yaitu SMP Negeri 1 Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin.

3.5.3 Sumber Informasi Penelitian


Berdasarkan jenis data yang diperlukan peneliti menetapkan
sekelompok objek yang dijadikan sumber data dalam penelitian yang
bentuknya dapat berupa manusia, benda – benda, dokumen – dokumen
dan sebagainya, Maka dalam penelitian ini yang menjadi sumber data
penelitian adalah:
No Sumber daya dan informan Jumlah
1 Kepala Sekolah 1
2 Guru PPKn 3

3.5.4 Objek Penelitian

24
Sumber data dalam penelitian adalah sumber informasi pertama data
dapat diperoleh. Apabila menggunakan wawancara sumber datanya
disebut informan, yaitu orang yang merespon atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan baik secara tertulis maupun lisan. Apabila
menggunakan observasi maka sumber datanya adalah berupa benda,
gerak, atau proses sesuatu. Apabila menggunakan dokumentasi, maka
dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber datanya.
Dalam penelitian ini sumber data primer berupa kata-kata diperoleh dari
wawancara dengan para informan yang telah ditentukan yang meliputi
berbagai hal yang berkaitan dengan kemampuan Technological
Pedagogical Content Knowledge (TPCK) pada guru PPKn SMP dalam
metode Discovery learning. Sedangkan sumber data sekunder dalam
penelitian ini berupa data kurikulum, daftar nama informan (guru
matematika), profil SMP N1 Sekayu serta foto-foto pendukung.

3.6 Sample
Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan peneliti adalah
purposive sampling, Purposive sampling adalah teknik pengampilan sampel
sumber data dengan pertimbangan tertentu, dalam hal ini informan dianggap
paling mengetahui tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai
penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi
sosial yang diteliti. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang
diperoleh belum mampu memberikan data yang lengkap, maka mencari
orang lain yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian
jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang
menggelinding, lama – lama menjadi besar. (Sugiyono, 2016: 300)

3.7 Jenis dan Metode Pengumpulan Data


3.7.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif artinya
data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif ini
diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya

25
wawancara, analisis dokumen, atau observasi. Bentuk lain data kualitatif
adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.

3.7.2 Metode Pengumpulan Data


1. Metode Observasi
Observasi atau pengamatan dapat diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematis yang dilakukan dengan cara bertanya kepada
kepala sekolah dari SMP Negeri 1 Sekayu untuk mendapatkan informasi
terkait profil sekolah dan informasi terhadap gejala yang tampak pada
objek penelitian. Observasi langsung ini dilakukan peneliti untuk
mengoptimalkan data mengenai pelaksanaan metode pembelajaran PPKn
dengan menerapkan Technological Pedagogical Content Knowledge
(TPCK) dengan menggunakan metode discovery learning yang dilakukan
oleh guru selama pembelajaran.
2. Metode Wawancara (Interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewees) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan. Dalam hal ini, peneliti menggunakan
wawancara terstruktur, di mana seorang pewawancara menetapkan
sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan untuk
mencari jawaban atas hipotesis yang disusun dengan ketat.
Peneliti melalui pertanyaan yang muncul ketika kegiatan wawancara
berlangsung. Metode wawancara peneliti gunakan untuk menggali data
terkait pelaksanaan pembelajaran PPKn menggunakan metode discovery
learning yang diaktualisaikan dalam TPCK. Adapun informannya antara
lain:
a. Guru PPKn di SMP Negeri 1 Sekayu berjumlah 2 orang maka total
informan untuk menunjang kevalitan data penelitian ini
b. Kepala Sekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 untuk
mendapatkan informasi tentang profil sekolah tersebut.
26
3. Metode Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi
merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen, baik tertulis, gambar, maupun
elektronik. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil
penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel dan dapat
dipercaya kalau didukung oleh dokumen-dokumen dari narasumber
Melalui metode dokumentasi, peneliti gunakan untuk menggali data
berupa dokumen berdasarkan fokus penelitan yang sudah dirancang
peneliti sebelum penelitian dilaksanakan.
3.8 Metode Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif, yaitu
dengan cara menghimpun data-data faktual dan mendiskripsikan. Data berasal dari
seluruh informasi yang diperoleh dari hasil wawancara serta dokumen-dokumen
melalui beberapa tahap. Setelah pengumpulan data, pencatatan data, peneliti
melakukan analisis interaksi yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan
verifikasi.
Analisis dari penelitian ini berlangsung bersama dengan proses
pengumpulan data, maupun dilakukan setelah data data terkumpul. Menurut
Moleong (2002: 103), analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar
dengan demikian maka data-data yang lebih mudah dibaca dan disimpulkan.
1. Pengumpulan data
Menggali informasi dan data dari berbagai sumber atau responden. yaitu
dengan wawancara, observasi, analisis dokumen dan foto-fot0 kegiatan

2. Reduksi data

27
Dalam reduksi data, data yang diperoleh disortir karena data dari hasil
wawancara merupakan data yang memiliki sifat sangat luas informasinya
bahkan masih mentah (Moleong 2002: 114). Dengan ini kita akan bisa
memilih laporan hasil wawancara yang lebih penting, jadi bila ada hasil
laporan yang dirasa kurang penting bisa dibuang. Langkah reduksi data
melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama, melakukan editing,
pengelompokkan, dan meringkas data. Tahap kedua, menyusun kode-kode
dan catatan-catatan mengenai berbagai hal berkaitan dengan data yang
sedang diteliti sehingga peneliti dapat menentukan tema- tema, kelompok-
kelompok, dan pola-pola data. Pada tahap terakhir dari reduksi data adalah
menyusun rancangan konsep-konsep serta penjelasan- penjelasan berkenaan
dengan tema, pola, atau kelompok yang bersangkutan.
3. Penyajian data
Hasil dari pengorganisasian data yang di sajikan secara sistematis dapat
dibentuk dalam sebuah laporan. Bentuk penyajian laporan berupa diskriptif
analitik dan logis yang mengarah pada kesimpulan. Dalam tahap ini peneliti
dituntut untuk melakukan penefsiran terhadap data dalam wawancara.
4. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Penarikan kesimpulan menyangkut intepretasi peneliti, yaitu pengembangan
makna dari data yang ditampilkan. Kesimpulan yang masih kaku senantiasa
di verifikasi selama penelitian berlangsung, sehingga diperoleh kesimpulan
yang krediibilitas dan objektifnya terjamin. Verifikasi bisa berupa pemikiran
kembali yang melintas dalam pikiran peneliti saat mengadakan pencatatan
atau bisa berupa suatu tinjauan ulang terhadap catatan-catatan di lapangan.

3.9 Uji Keabsahan


3.9.1 Uji Kredibilitas
Dalam sebuah penelitian, uji kredibilitas terhadap hasil data penelitian
sangat begitu penting. Karena, dengan melaksanakan uji kredibilitas
terhadap hasil penelitian kualitatif, maka peneliti memang mencari
kebenaran, keabsahan, serta keakuratan dari hasil penelitian yang

28
dilaksanakan. Dalam penelitian ini, uji kredibilitas yang dilakukan peneliti
adalah dengan melaksanakan triangulasi dan member check.

3.9.2 Uji Transferability


Dalam penelitian ini, uji transferability yang dilakukan peneliti adalah
dengan menjelaskan gambaran hasil penelitian tradisi kawin massal secara
jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Sehingga, bila ada pembaca laporan
penelitian ini dan memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya, maka
laporan penelitian tersebut telah memenuhi standar transferability.

3.9.3 Uji Dependability


Dalam sebuah penelitian, uji dependability dilakukan dengan mengaudit
keseluruhan proses penelitian. Tujuan dilakukannya uji dependability
adalah untuk mengetahui apakah peneliti melakukan proses penelitian ke
lapangan secara langsung atau tidak. Yang dibuktikan dengan data yang
valid dan benar dari hasil penelitian yang dilakukan.
3.9.4 Uji Konfirmability
Dalam sebuah penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji
dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan.
Menguji konfirmability berarti sama dengan menguji sebuah hasil
penelitian, yang dikaitkan dengan proses penelitian yang dilakukan. Bila
hasil penelitian tersebut merupakan fungsi dari proses penelitian yang
dilakukan, maka penelitian yang dilakukan telah memenuhi standar
konfirmability. (Sugiyono, 2016: 378)

29
DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin & Saebani. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung :


Penerbit Pustaka Setia
Bayu Widiantoro, Andreas. “Analisis Guru Dalam Mengintegrasikan Teknologi
Ke Pembelajaran Melalui Pendekatan Tpack (Studi Kasus Sma Kristen 1
Salatiga).” Universitas Kristen Satya Wacana (2016).
Fathoni, Abdurahmat. (2011). Metodelogi Penelitian & Teknik Penyusunan
Skirpsi. Jakarta : Rineka Cipta
Hartati, T., & Annisa, N. (2018). Technological Pedagogical Content Knowledge
(TPACK) dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pembelajaran di Sekolah
Dasar. Primaria Educationem Journal (PEJ).1(2).
Hayati, E, I F Rahmadi, dan A Nursyifa. “Analisis Technological Pedagogical and
Content Knowledge (TPACK) Calon Guru Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn).” Prosiding Seminar Nasional Enhancing
Innovations for Sustainable Development: Dissemination of Unpam’s
Research Result (2019): 1–13.
Irmita, Luthfia Ulva, dan Sri Atun. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Menggunakan Pendekatan Tpack Untuk Meningkatkan Literasi Sains.” JTK
(Jurnal Tadris Kimiya) 2, no. 1 (2017): 84–90.
Kivunja, Charles. (2014). Do You Want Your Students to Be Job-Ready with 21st
Century Skills? Change Pedagogies: A Pedagogical Paradigm Shift from
Vygotskyian Social Constructivism to Critical Thinking, Problem Solving
and Siemens’ Dgital Connectivism. Jurnal : Intrnational Journal Of Higher
Education. 3(3)
Koehler, M. J., Mishra, P., & Cain, W. (2009). What is Technological
Pedagogical Content Knowledge (TPACK)? Contemporary Issues in
Technology and Teacher Education, 9(1), 60=70.
https://doi.org/10.1177/00220574131930 0303
Maharani, Bekti Yuni, dan Agustina Tyas Asri Hardini. “Penerapan Model
Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan Benda Konkret Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Ipa.” E-Jurnalmitrapendidikan 1, no. 5 (2017):
549–561.
Moleong, L.J. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Rasyid, Abdul. 2016. Technological Pedagogical Content Knowledge : Sebuah
Kerangka Pengetahuan Bagi Guru Indonesia di Era MEA. Prosiding
Seminar Nasional Inovasi Pembelajaran Berbasis Karakter dalam
Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Rianasari, Veronika Fitri, Beni Utomo, dan Marcellynis Andy Rudhito. “Analisis
Kompetensi Guru Sebagai Bagian Dari Pedagogical Content Knowledge
Guru Dalam Menerapkan Pendekatan Saintifik Dalam Program PLPG.”
Jurnal Derivat: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika 3, no. 1
(2020): 1–14.
Sukaesih, Sri, Saiful Ridlo, dan Sigit Saptono. “Profil Kemampuan Pedagogical
Content Knowledge (PCK) Calon Guru Biologi.” Lembaran Ilmu
Kependidikan 46, no. 2 (2017): 68–74.
Schmidt, D. A., et all “Technological Pedagogical Content Knowledge
(TPACK): The Development and Validation of an Assessment Instrument
for Preservice Teachers”, Journal of Research on Technology in Education,
Vol. 42 No. 2 (2009) h. 125.
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suryosubroto.
Sugiyono. (2016). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Suryosubroto
Suyamto and M. Masykuri, “ANALISIS KEMAMPUAN TPACK
( TECHNOLGICAL , PEDAGOGICAL , AND CONTENT ,
KNOWLEDGE ) GURU BIOLOGI SMA DALAM MENYUSUN
PERANGKAT,” vol. 9, no. 1, 2020, doi: 10.20961/inkuiri.v9i1.41381.
Wijoyo. H., dkk. (2020). Blended learning: Suatu panduan. Solok : Insan
Cendekia Mandiri.
W. Oyanagi, “Capacity Building in Technological Pedagogical Content
Knowledge for Preservice Teacher,” vol. 10, no. 1, pp. 33–44, 2016.
Yuliana, Nabilah. “Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam
Peningkatan Hasil Belajaran Siswa Di Sekolah Dasar.” Pedagogi: Jurnal
Ilmu Pendidikan 18, no. 2 (2019): 56.
Lampiran-lampiran
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

No Variable Indikator Deskriptor Instrumen Item Pertanyaan

Analisis Kemampuan Penerapan 1. Melakukan pemanfaatan Wawancara 1. Bagaimana tanggapan


TPACK pada Guru TPACK pada terhadap teknologi pada proses bapak/ibu mengenai
PPKn dalam guru PPKN pembelajaran pembelajaran PPKn
Penerapan Metode SMP dalam 2. Apakah bapak/ibu
Discovery Learning Metode sudah menggunakan
di SMP N 1 Sekayu Discovery teknologi dalam
Learning pembelajaran PPKn
dikelas?
2. Guru PPKn mengetahui apa itu wawancara 2. Apakah bapak/ibu
kemampuan TPACK mengetahui apa itu
TPACK?
3. Apakah bapak ibu tahu
apa saja komponen
TPACK ?
3. Guru PPKn menggunakan wawancara 4. Apakah ibu/bapak
kemampuan TPACK sudah menggunakan
kemampuan TPACK
dalam pembelajaran ?
4.Perencanaan guru PPKn dalam Wawancara 5. Bagaimana
menerapkan kemampuan perencanaan bapak/ibu
TPACK pada proses untuk menerapkan
pembelajaran TPACK dalam
5. Strategi guru PPKn dalam perencanaan ?
menerapkan kemampuan 6. Bagaimana strategi
TPACK dalam proses bapak ibu dalam
pembelajaran menerapkan
kemampuan TPACK
dalam proses
pembelajaran?
6. Menemukan hambatan yang wawancara 7. Apakah ibu/bapak
ditemui oleh Guru PPKn menemukan kendala
dalam menerapkan saat menerapkan
kemampuan TPACK pada TPACK dalam proses
proses pembelajaran pembelajaran?
7.Solusi yang dilakukan oleh 8. Apakah ibu/bapak
guru PPKn dalam mengatasi sudah menemukan
hambatan penerapan solusi dari hambatan
kemampuan TPACK pada yang ibu bapak
proses pembelajaran temukan dalam
penerapan TPACK
2 Metode 9. Mengetahui Metode 10. Metode apa yang
Pembelajaran pembelajaran yang sering guru digunakan oleh
Discovery PPKn gunakan saat ini bapak.ibu dalam proses
Learning pembelajaran?
10 Apakah guru PPKn 11. Apakah ibu /bapak tahu
mengetahui apa itu metode apa itu metode
pembelajaran discovery discovery learning?
learning
11. strategi guru PPKn dalam 12. Bagaimana bapak
menerapkan metode ibu menerapkan metode
pembelajaran discovery discovery learning
learning pada proses dalam proses
pembelajaran?
13. Bagaimana
ibu/bapak
menggunakan
kemampuan TPACK
dalam penerapan
metode discovery
learning?
12Menemukan hambatan yang 14. Apakah bapak/ibu
ditemui oleh Guru PPKn Menemukan hambatan
dalam menerapkan dalam menerapkan
kemampuan TPACK dalam kemampuan TPACK
penerapan metode discovery dalam penerapan
learning metode discovery
learning?
13. Solusi yang dilakukan oleh 15. Bagaimana tips
guru PPKn dalam mengatasi dan trik yang bapak/ibu
hambatan penerapan lakukan dalam
kemampuan TPACK dalam mengatasi kendala yang
penerapan metode discovery ditemukan ketika
learning menerapkan
kemampuan TPACK
dalam penerapan
metode discovery
learning

Anda mungkin juga menyukai