PENDAHULUAN
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
a. Pengertian TPACK
Mishra & Koehler 2008(dalam Hayati, Rahmadi, dan Nursyifa
2019) telah mengembangkan PCK menjadi TPACK, dimana TPACK
adalahpengetahuan & kerangka kerja yang digunakan untuk
menganalisis kemampuan guru dalam menggunakan teknologi yang
tepat pada metode pedagogik yng sesuai untuk mengajarkan materi
tertentu dengan baik.
Lebih lanjut Koehler & Mishra (2008: 61) menyebut “teaching is
a complicated practice that requires an interweaving of many kinds of
specialized knowledge”. Pernyataan ini dimaksudkan bahwa guru
dalam mengajar harus mampu menerapkan struktur pengetahuan
yang kompleks dalam berbagai kasus dan konteks yang berbeda-beda
dari setiap situasi yang berbeda. Sehingga mengharuskan mereka
secara konstan untuk mengembangkan pemahaman mereka.
Sejalan dengan pendapat diatas menurut Hartati (2018:1)
Kemampuan TPACK pendidik, dibahas dalam Undang-Undang
SISDIKNAS yang dijabarkan dalam Permendiknas RI nomor 16 tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Kompetensi Profesional guru salah satunya memanfaatan TIK dalam
pembelajaran. Dapat disimpulkan menurut Schmidt.,dkk (2010:125)
TPCK adalah kemampuan mengintegrasikan teknologi dalam
pembelajaran agar dapat berjalan efisien dan efektif serta materi
pembelajaran lebih mudah dipahami oleh perserta didik.
Pengintegrasian tersebut meliputi kemampuan pendidik dalam
menyajikan konten sesuai dengan karakteristik perserta didik dan
13
diterapkan dalam bentuk kegiatan serta pengetahuan yang dibantu
oleh penggunaan teknologi yang tepat.
b. Konsep TPACK
TPACK adalah pengetahuan menggunakan teknologi dalam
pendidikan (Wijoyo, dkk, 2020: 254). Menurut Koehler &Mishra,
TPACK adalah keterampilan yang terintegrasi dalam materi, pedagogi,
dan teknologi (Oyanagi&Satake, 2016)
Menurut Koehler &Misrah (dalam Valtonen: 2017), TPACK terdiri
dari 3 komponen, yaitu
1) Technological Knowledge (TK) adalah, pengetahuan pendidik
tentang penggunaan teknologi sebagai sumber belajar dalam proses
pembelajaran.
2) Pedagogical Knowledge (PK),adalah pengetahuan pendidik tentang
teori dan praktik dalam kegiatan pembelajaran.
3) Content Knowledge (CK).adalah pengetahuan pendidik tentang
materi dalam pembelajaran.
Hasil perpaduan ketiga pengetahuan tersebut, menghasilkan
pengetahuan baru sebagai berikut:
a) Pedagogical,Content, Knowledge (PCK), adalah pengetahuan
pendidik tentang penerapan pedagogic terhadap konten materi
pembelajaran.
b) Technological Content Knowledge (TCK),adalah pengetahuan
pendidik tentang hubungan saling mempengaruhi antara teknologi
dan konten.
c) Technological Pedagogical Knowledge (TPK),adalah pengetahuan
pendidik tentang berbagai teknologi yang dapat memfasilitasi
pembelajaran.
d) TPACK adalah pengetahuan pendidik tentang penggunaan
teknologi dan pedagogic yang sesuai dengan materi pembelajaran.
(Suyamto, 2020:48)
14
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa TPACK
adalah kemampuan guru dalam memanfaatkan teknologi dengan
pengetahuan dan materi pembelajaran. Niess (2012) mendefinisikan level
kemampuan mengukur Technological Pedagocal Content Knowledge
(TPACK) guru dapat dinilai dengan 5 level berbeda dengan
menggunakan model Roger tentang proses keputusan yang inovatif,
sebagai berikut:
1) Recognizing (pengetahuan), dimana guru mampu mengoperasikan
teknologi dan sudah mengenali manfaat teknologi dalam proses
pembelajaran namun tidak mengintegrasikan teknologi dalam proses
pembelajaran yang lakukan. Contoh guru sudah mengetahui apa
kegunaan dari laptop dan internet dalam pembelajaran.
2) Accepting (persuasi), dimana guru sudah ada kemauan untuk
menyesuaikan teknologi dengan materi pembelajaran dalam proses
pembelajarannya. Contohnya guru sudah menggunakan laptop untuk
proses belajar mengajar.
3) Adapting (keputusan), dimana guru melibatkan dirinya untuk memilih
dan memakai atau menolak menggunakan teknologi dalam
pembelajaran PPKn.contoh guru sudah memilih akan menggunakan
teknologi apa dalam proses pembelajaran seperti apakah memilih
menggunakan PPT atau WEB dalam pembelajaran.
4) Exploring (implementasi), dimana guru secara aktif
mengintegrasikan teknologi yang tepat untuk digunakan dengan
pembelajaran PPKn. Contoh guru menggunakan quiziz dalam
pembelajaran Materi demokrasi.
5) Advancing (konfirmasi), dimana guru mengevaluasi hasil dari
mengintegrasikan menggunakan teknologi dalam pembelajaran PPKn.
Contoh guru menilai hasil dari pemanfaat teknologi yang ia gunakan
untuk mengajar apakah efektif penggunaan media A untuk materi A
atau penggunaan media A cocok untuk materi B
15
2.1.2 Guru PPKn
2.1.2.1 Pengertian Guru
Guru sebagai pendidik profesional tentunya diharapkan
menguasai 4 kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional. Keempat kompetensi tersebut akan terus
dikembangkan agar profesionalitas guru sebagai fasilitator bagi
perserta didik dapat menyesuaikan diri dalam perkembangan
waktu. Dengan profesionalitasnya, pendidik tersebut disebut
sebagai pendidik yang bermutu. Guru yang bermutu adalah guru
yang menguasai keempat profesionalitas dalam memfasilitasi
peserta didiknya untuk belajar (Ridla, 2008).
Melalui kerangka berpikir TPACK, pendidik dapat
memanfaatkan teknologi sebagai media yang memfasilitas
siswa untuk dapat memahami konten pembelajaran PPKn
yang bersifat teori membosankan yang mempertimbangkan
aspek pedagogis.
16
– nilai ideologi pancasila yang didalamnya terdapat nilai – nilai dasar
berperikemanusiaan dan berkepribadian yang tentu menjadi dasar konsep
warga global. Sehingga menunjukkan bahwa bangsa indonesia
merupakan bangsa yang memiliki perilaku karakter baik.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa guru PPKn adalah
seseorang yang bertugas mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai
ideologi pancasila dan nilai nilai karakter baik kedalam diri perserta didik
untuk dapat dijadikan dasar bagi perserta didik untuk berperilaku dalam
pergaulan masyarakat dan menciptakan penerus bangsa yang
berintelektual dan berjiwa karakter pancasila.
17
Pendapat lainnya dari Maharani dan Hardini
(2017:552) mengatakan bahwa discovery learning adalah proses
pembelajaran yang penyampaian materinya tidak utuh, karena
model discovery learning menuntut siswa terlibat aktif dalam
proses pembelajaran dan menemukan sendiri konsep
pembelajaran. Pendapat diatas didukung pula oleh pendapat
menurut Kurniasih & Sani (2014:64) menyatakan bahwa
Discovery learning adalah strategi pembelajaran dimana materi
pembelajaran tidak disajikan seluruhnya oleh pendidik,
tetapi diharapkan perserta didik menemukan & menyusunnya
sendiri.
Jadi kesimpulan dari beberapa pendapat para ahli
tersebut, model discovery learning merupakan model
pembelajaran dimana perserta didik berperan aktif dalam proses
pembelajaran sebab materi atau bahan pelajaran yang dipelajari
mesti diorientasikan oleh perserta didik. Pada intinya, model
discovery learning ini mengubah suasana pembelajaran yang
pasif menjadi aktif dan kreatif dimana awalnya teacher oriented
menjadi student oriented. Dengan demikian perserta didiklah
yang lebih banyak melakukan kegiatan sendiri ataupun secara
berkelompok dalam memecahkan permasalahan yang
ditemuinya terkait materi pembelajaran dengan bimbingan
pendidik.
18
verification (pembuktian); dan (f) generalization (menarik
kesimpulan).
Berdasarkan informasi diatas dapat diartikan bahwa proses
pembelajaran discovery learning diawali oleh pendidik yang
memberikan rangsangan(stimulation) kepada perserta didik untuk aktif
berpikir mengenai pembelajaran, lalu meminta perserta didik
mengidentifikasi rangsangan (problem statement) lalu mencari
keberbagai sumber (data collection) kemudian setelah dirasa cukup
informasi yang diperoleh lalu perserta didik mengolah informasi(data
processing); tersebut menjadi informasi yang akurat dan terpecaya
dengan cara memberikan bukti-bukti (verification) berupa argumentasi
yang kuat dan alasan yang logis yang didukung oleh teori yang
kongkret kemudian informasi tersebut ditarik
kesimpulan(generalization). secara bersama-sama agar pendidik dan
semua perserta didik memiliki 1 pemahaman yang sama.
Analisis Kemampuan
TPACK Pada Guru Guru Sudah
PPKn Sesudah Kondisi Akhir menerapkan metode Tindakan
menerapkan metode Discovery Learning
Discovery Learning Di
SMP N 1 Sekayu
19
2.5 Alur Penelitian
Untuk melakukan suatu penelitian adanya suatu desain penelitian dengan
tujuan agar penelitian yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran dapat
berjalan dengan baik sesuai dengan aturan yang telah direncanakan dan dapat
dijadikan suatu pedoman dalam penelitian untuk itu maka disusunlah suatu
langkah-langkah alur penelitian
Alur Penelitian
Tahap Tahap
Pelaksanaan Tahap Akhir
Pendahuluan
Uji validasi
Studi intrumen
Pengelolaan dan
Pendahuluan Uji reliablitas
analisis data
Studi literature instrument
Pembahasan dan
Mengumpulkan Dokumentasi
penyusuan
data Penyebaran laporan
Menentukan angket pada Kesimpulan dan
sample dari objek yang saran
populasi ditujukan
wawncara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
21
3.3.2 Variable Y
Dalam penelitian ini variable Y diperankan oleh Metode Discovery
Learning dimana dalam penelitian ini metode discovery learning akan
dilihat seberapa besar akan dipengaruhi oleh kemampuan TPCK pada
guru PPKn. Maka dengan kata lain metode discovery learning berperan
sebagai variable terikat atau variable yang dipengaruhi oleh variable X
seringkali disebut dengan variable yang dipengaruhi.
23
pembelajaran discovery learning
pada proses pembelajaran
6. Memanfaatkan factor-faktor
pendukung dari diterapkannya
metode discovery learning pada
proses pembelajaran
7. Mengatasi bersama-sama
permasalahan yang telah guru
PPKn temui
24
Sumber data dalam penelitian adalah sumber informasi pertama data
dapat diperoleh. Apabila menggunakan wawancara sumber datanya
disebut informan, yaitu orang yang merespon atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan baik secara tertulis maupun lisan. Apabila
menggunakan observasi maka sumber datanya adalah berupa benda,
gerak, atau proses sesuatu. Apabila menggunakan dokumentasi, maka
dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber datanya.
Dalam penelitian ini sumber data primer berupa kata-kata diperoleh dari
wawancara dengan para informan yang telah ditentukan yang meliputi
berbagai hal yang berkaitan dengan kemampuan Technological
Pedagogical Content Knowledge (TPCK) pada guru PPKn SMP dalam
metode Discovery learning. Sedangkan sumber data sekunder dalam
penelitian ini berupa data kurikulum, daftar nama informan (guru
matematika), profil SMP N1 Sekayu serta foto-foto pendukung.
3.6 Sample
Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan peneliti adalah
purposive sampling, Purposive sampling adalah teknik pengampilan sampel
sumber data dengan pertimbangan tertentu, dalam hal ini informan dianggap
paling mengetahui tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai
penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi
sosial yang diteliti. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang
diperoleh belum mampu memberikan data yang lengkap, maka mencari
orang lain yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian
jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang
menggelinding, lama – lama menjadi besar. (Sugiyono, 2016: 300)
25
wawancara, analisis dokumen, atau observasi. Bentuk lain data kualitatif
adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.
2. Reduksi data
27
Dalam reduksi data, data yang diperoleh disortir karena data dari hasil
wawancara merupakan data yang memiliki sifat sangat luas informasinya
bahkan masih mentah (Moleong 2002: 114). Dengan ini kita akan bisa
memilih laporan hasil wawancara yang lebih penting, jadi bila ada hasil
laporan yang dirasa kurang penting bisa dibuang. Langkah reduksi data
melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama, melakukan editing,
pengelompokkan, dan meringkas data. Tahap kedua, menyusun kode-kode
dan catatan-catatan mengenai berbagai hal berkaitan dengan data yang
sedang diteliti sehingga peneliti dapat menentukan tema- tema, kelompok-
kelompok, dan pola-pola data. Pada tahap terakhir dari reduksi data adalah
menyusun rancangan konsep-konsep serta penjelasan- penjelasan berkenaan
dengan tema, pola, atau kelompok yang bersangkutan.
3. Penyajian data
Hasil dari pengorganisasian data yang di sajikan secara sistematis dapat
dibentuk dalam sebuah laporan. Bentuk penyajian laporan berupa diskriptif
analitik dan logis yang mengarah pada kesimpulan. Dalam tahap ini peneliti
dituntut untuk melakukan penefsiran terhadap data dalam wawancara.
4. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Penarikan kesimpulan menyangkut intepretasi peneliti, yaitu pengembangan
makna dari data yang ditampilkan. Kesimpulan yang masih kaku senantiasa
di verifikasi selama penelitian berlangsung, sehingga diperoleh kesimpulan
yang krediibilitas dan objektifnya terjamin. Verifikasi bisa berupa pemikiran
kembali yang melintas dalam pikiran peneliti saat mengadakan pencatatan
atau bisa berupa suatu tinjauan ulang terhadap catatan-catatan di lapangan.
28
dilaksanakan. Dalam penelitian ini, uji kredibilitas yang dilakukan peneliti
adalah dengan melaksanakan triangulasi dan member check.
29
DAFTAR PUSTAKA