Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalalah
Pembelajaran adalah memotivasi dan memberikan fasilitas kepada peserta didik agar dapat
belajar sendiri. Akan tetapi, proses pembelajaran tersebut nyatanya sulit untuk dapat membuat
peserta didik termotivasi karena kurangnya semangat pada diri masing-masing peserta didik.
Faktor yang memengaruhi proses pembelajaran biasanya dikarenakan waktu belajar yang cukup
lama sehingga membuat peserta didik bosan dan menjadi tidak fokus dalam proses belajar.
Peserta didik memiliki keterbatasan baik secara fisiologis maupun secara psikologis.
Trianto (2010, hlm. 17) mengemukakan “pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia
yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”, karena dalam pembelajaran terdapat
masalah yakni yang membuat peserta didik tidak dapat secara maksimal untuk menyerap ilmu
yang telah di sampaikan oleh pendidik. Maka, dari itu pembelajaran tidak dapat dijelaskan secara
rinci. Dalam pembelajaran akan muncul dua aspek, yaitu pendidik dan peserta didik. Suatu
pembelajaran akan berhasil jika keduanya saling mendukung atau bekerja sama untuk terciptanya
proses pembelajaran yang baik dan benar. Pendidik dan peserta didik memegang peranannya
masing-masing.
Hal ini sejalan dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (2006, hlm. 17) belajar merupakan
hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari
peserta didik dan dari pendidik. Pembelajaran adalah memotivasi dan memberikan fasilitas
kepada peserta didik agar dapat belajar sendiri, akan tetapi nyatanya banyak hambatan yang
ditemui dalam proses belajar dan pembelajaran. Proses belajar dan pembelajaran dibatasi oleh
waktu, sumber, dan fasilitas sehingga banyak guru yang mengeluh karena merasa kurang puas
terhadap keberhasilan belajar siswanya.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia berperan penting dalam kurikulum 2013. Peran utama
Bahasa Indonesia adalah sebagai pengantar ilmu pengetahuan. 2 Dengan mengembangkan
kemampuan berfikir logis, kreatif dan inovatif. Maka peran utama Bahasa Indonesia sebagai
pengantar ilmu pengetahuan akan berkembang sesuai dengan perkembangan bahasa Indonesia itu
sendiri. Pembelajaran Bahasa Indonesia harus dilaksanakan dengan efektif agar pembelajaran
yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Page 1
Maka dengan mempelajari Bahasa Indonesia peserta didik dapat meningkatkan keterampilan
dalam berbahasa. Bahasa adalah sarana komunikasi antar manusia yang satu dengan yang lainnya.
Dengan bahasa, kita dapat berkomunikasi tanpa batas. Menurut Tarigan (2013, hlm. 1),
“Keterampilan berbahasa meliputi empat keterampilan yaitu keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara, kerampilan membaca, dan kerampilan menulis. Keempat keterampilan
tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Hubungan ini bisa berupa hubungan menulis
dan membaca, menulis dan berbicara, serta menulis dan menyimak. Keterampilan berbahasa
tersebut merupakan kemampuan yang harus ditingkatkan”.
Pembelajaran mengevaluasi suatu teks termasuk kedalam ranah keterampilan berbahasa yaitu
membaca. Menurut Tarigan (2013, hlm. 7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata-kata bahasa tulis. Membaca merupakan proses perubahan lambang atau
tulisan menjadi wujud makna untuk memperoleh suatu pesan yang akan disampaikan oleh
penulis. Selain itu, menurut Tarigan (2013, hlm. 9) tujuan utama dalam membaca adalah untuk
mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi dan memahami makna bacaan.
Maka dari itu membaca merupakan hal yang sulit dilakukan karena pembaca harus
memahami makna bacaan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata bahasa
tulis. Keterampilan membaca tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus terus dipelajari dan
dilatih secara terus menerus.
Banyak hal yang mempengaruhi kegagalan seseorang dalam membaca yang sering dialami
oleh siswa disekolah. Rendahnya minat membaca dan minimnya pemahaman siswa merupakan
permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia, khususnya didalam dunia pendidikan
ini. Sehingga berdampak pada berkurangnya pengetahuan siswa-siswi akan suatu hal. Kenyataan
itu harus dirubah dengan cara membuat buku itu lebih menarik untuk dibaca, agar dapat
menumbuhkembangkan minat baca buku”.
Akibat dari masalah tersebut menjadi hambatan bagi proses peningkatan kemampuan
keterampilan dan wawasan siswa. Padahal setiap siswa memiliki potensi untuk menjadi pribadi
yang terampil dalam membaca. Hal ini merupakan problematika menarik untuk dicermati oleh
guru Bahasa Indonesia dalam meningkatkan keterampilan membaca. Berdasarkan uraian di atas
maka untuk meningkatkan keterampilan membaca pada siswa adalah dengan memotivasi siswa
untuk mewujudkan minat baca yang tinggi.

Page 2
Selain peran serta guru dalam meningkatkan minat baca, orang tua pun berperan aktif
membantu meningkatkan minat baca siswa. Dengan adanya kerja sama antara guru dan orang tua
diharapkan dapat meningkatkan minat membaca pada siswa. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kemampuan berbahasa kita dalam aspek membaca yaitu dengan melatih dan
merangsang otak kita dengan cara mengevaluasi sebuah teks. Karena itu penulis ingin mengajak
para siswa kelas X SMA 04 MUHAMMADIYAH BENGKULU untuk meningkatkan
kemampuan mengevaluasi teks anekdot. Teks anekdot adalah teks yang berisi peristiwa-peristiwa
lucu, konyol, atau yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Pernyataan tersebut selaras dengan Kosasih (2014, hlm. 2) “anekdot adalah teks yang
berbentuk cerita di dalamnya mengandung humor sekaligus kritik, anekdot sering kali bersumber
dari kisahkisah faktual dengan tokoh nyata yang terkenal”. Menggunakan teks anekdot dalam
keterampilan membaca mampu menarik peserta didik, karena teks nya yang singkat dan
mengandung hal yang lucu. Agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik, pendidik dituntut
mampu menggunakan metode, teknik, atau media yang tepat dengan materi yang diajarkan.
Salah satu metode pembelajaran yang mengajak pesera didik untuk belajar aktif dalam
mengembangkan aspek keterampilan membaca tersebut yaitu dengan menggunakan metode
inquiry. Kunandar, dalam Shoimin (2014, hlm. 85) 4 menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri
adalah kegiatan pembelajaran dimana siswa di dorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif
mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk
memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-
prinsip untuk diri mereka sendiri.
Metode pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan materi yang akan dikomunikasikan
menjadi salah satu alternatif yang bisa dijadikan solusi. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
metode inquiry untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menganalisis permasalahan dan
argumen secara tepat. Dengan metode inquiry ini diharapkan dapat menumbuh-kembangkan
keterampilan menulis kreatif dan membangkitkan motivasi belajar siswa ke arah belajar yang
dinamis, optimal, dan tepat guna. Berdasarakan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pembelajaran mengevaluasi teks anekdot dari aspek makna tersirat
dengan menggunakan metode pembelajaran inquiry pada siswa kelas X SMK Pasundan 3
Bandung Tahun Pelajaran 2017/2018.

Page 3
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, terdapat beberapa permasalahan yang
dianggap sebagai permasalahan yang akan di bahas dalam hasil penelitian ini. Penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut.
1. Apakah penulis mampu merencanakan, melaksanakan, menilai pembelajaran
mengevaluasi teks anekdot dengan menggunakan metode inquiry pada peserta didik kelas
X SMA 04 Muhammadiyah Bengkulu?
2. Apakah peserta didik kelas X SMA 04 Muhammadiyah Bengkulu mampu mengevaluasi
teks anekdot?
3. Apakah metode inquiry efektif digunakan dalam pembelajaran mengevaluasi teks anekdot
pada peserta didik kelas X SMA 04 Muhammadiyah Bengkulu?

3. Tujuan
Tujuan penelitan merupakan target penulis untuk mencapai keberhasilan di dalam laporan
akhir. Tanpa adanya tujuan yang jelas, penelitian tidak akan dapat berakhir dengan laporan
penelitian yang meyakinkan. Dalam penelitian ini, penulis memiliki tujuan yang hendak diraih,
yaitu:
1. Untuk mengetahui keberhasilan penulis dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran mengevaluasi teks anekdot dengan menggunakan metode inquiry pada
peserta didik kelas X SMA 04 Muhammadiyah Bengkulu.
2. Untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam mengevaluasi teks anekdot dari unsur
makna tersirat pada siswa kelas X SMA 04 Muhammadiyah Bengkulu
3. Untuk mengetahui keefektifan metode inquiry yang digunakan dalam pembelajaran
mengevaluasi teks anekdot pada peserta didik kelasX SMA 04 Muhammadiyah Bengkulu.
Berdasarkan uraian di atas, penulis memiliki tujuan yang berkaitan erat dengan rumusan masalah
yang telah diuraikan sebelumnya. Tujuan penelitian ini berguna untuk mengetahui keberhasilan,
kemampuan serta keefektifan dalam pembelajaran mengevaluasi teks anekdot dari unsur makna
tersirat menggunakan metode inquiry pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah Bengkulu.

Page 4
4. Manfaat
Penelitian yang dilaksanakan tentu memiliki manfaat yang berarti baik bagi peneliti maupun
objek yang diteliti. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Bagi penulis Hasil dari penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan, wawasan dan
pengalaman. Penelitian ini juga mampu menjadikan motivasi bagi penulis serta
meningkatkan keterampilan penulis dalam pembelajaran mengevaluasi teks anekdot dari
unsur makna tersirat menggunakan model inquiry.
2. Bagi guru Bahasa Sastra dan Indonesia Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sarana
untuk menambah wawasan dalam menganalisis teks eksplanasi. Selain itu, sebagai bahan
pertimbahan dalam pemilihan model pembelajaran yang sesuai dan menarik bagi siswa.
Penelitian ini pun diharapkan dapat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan kreativitas
dalam melaksanakan pengajaran dan pembelajaran bahasa sastra dan Indonesia.
3. Bagi siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan siswa dalam
mengevaluasi teks anekdot. Selain itu, siswa dapat bekerjasama dalam mengevaluasi teks
anekdot dari unsur makna tersirat.

Page 5
BAB II
TELAAH PUSTAKA
1. Kompetensi
a. Kompetensi Inti
Kompetensi inti merupakan istilah yang dipakai dalam Kurikulum 2013 yang kedudukannya
sama dengan Standar Kompetensi pada kurikulum terdahulu, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Kompetensi inti menekankan kompetensi-kompetensi yang harus dihasilkan
menjadi saling berkaitan atau terjalinnya hubungan antar kompetensi guna mencapai hasil yang
diinginkan.Kompetensi inti merupakan perubahan istilah dari Standar Kompetensi dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ke dalam Kurikulum 2013. Hal tersebut
dikemukakan oleh Majid (2014, hlm. 50) bahwa, kompetensi inti merupakan terjemahan atau
operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu gambaran mengenai
kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang harus dipelajari setiap peserta didik.
Kompetensi inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu KI 1 berkenaan
dengan sikap keagamaan, KI 2 sikap sosial, KI 3 pengetahuan, dan KI 4 penerapan pengetahuan.
Keempat kelompok itu menjadi acuan dari kompetensi dasar dan harus dikembangkan dalam
setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap
keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu
peserta 13 didik belajar tentang pengetahuan yang terdapat dalam kompetensi inti 3, dan
penerapan pengetahuan yang terdapat dalam kompetensi inti 4.
Tim Kemendikbud No. 59 (2014, hlm. 6) mengatakan bahwa rumusan kompetensi inti
dibagi menjadi empat kelompok yaitu:
1) Kompetensi inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual,
2) Kompetensi inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial,
3) Kompetensi inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan, dan
4) Kompetensi inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Keempat kelompok tersebut menjadi acuan dari kompetensi dasar dan harus dikembangkan dalam
setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Berdasarkan uraian tesebut peneliti
menyimpulkan bahwa kompetensi inti adalah suatu standar kompetensi yang harus diprlajari

Page 6
peserta didik untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki oleh
seorang peserta didik.
Pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terdapat kompetensi inti yang saling
terkait yaitu sikap spiritual (kompetensi inti-1), sikap sosial (kompetensi inti-2), pengetahuan
(kompetensi inti-3), dan keterampilan (kompetensi inti-4). Terkait dengan uraian tersebut,
pembelajaran menganalisis teks debat yang berorientasi pada permasalahan dan argument.
b. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar merupakan acuan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan
pembelajaran, dan standar kompetensi lulusan untuk penilaian. Kompetensi dasar dirumuskan
untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan
memerhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.
Majid (2014, hlm. 57) mengemukakan bahwa: kompetensi dasar berisi tentang konten-konten
atau kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada
kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik.
Kompetensi dasar akan memastikan hasil pembelajaran tidak berhenti sampai pengetahuan
saja, melainkan harus berlanjut kepada keterampilan serta bermuara kepada sikap. 14 Senada
dengan hal tersebut Mulyasa (2006, hlm. 109) mengemukakan bahwa: “Rumusan kompetensi
dasar dikembangkan dengan memerhatikan karakteristik siswa, kemampuan awal serta ciri dari
suatu mata pelajaran”.
Kompetensi dasar merupakan gambaran umum tentang apa yang dapat dilakukan peserta
didik dan rincian yang lebih terurai tentang apa yang diharapkan dari peserta didik yang
digambarkan dalam indikator hasil belajar. Kompetensi dasar adalah konten atau kompetensi
yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang
harus dikuasai peserta didik. Kompetensi dasar dapat merefleksikan keluasan, kedalaman, dan
kompleksitas, serta digambarkan secara jelas dan dapat diukur dengan teknik penilaian tertentu.
Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti yang dikembangkan
dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata
pelajaran. Kompetensi dasar dalam pembelajaran mengevaluasi teks anekdot dengan
menggunakan metode inquiry pada siswa kelas X SMK Pasundan 3 Bandung yaitu:
3.5 Mengevaluasi teks anekdot dari aspek makna tersirat

Page 7
2. Teori Sastra
a. Pengertian teks anekdot
Kosasih dalam bukunya jenis-jenis teks (2014, hlm. 2) mengatakan bahwa teks anekdot
adalah teks yang berbentuk cerita di dalamnya mengandung humor sekaligus kritik, anekdot
sering kali bersumber dari kisah-kisah faktual dengan tokoh nyata yang terkenal. Anekdot tidak
semata-mata menyajikan hal-hal yang lucu-lucu, goyonan, ataupun humor. Akan tetapi, terdapat
pula tujuan lain di balik cerita lucunya itu, yakni berupa pesan yang diharapkan bisa memberikan
pelajaran kepada khalayak.
Dengan format yang singkat dan pendek, sebuah anekdot memiliki sifat yang sangat lentur
dan liat, yang membuatnya memiliki banyak pembacaa, meskipun tujuan anekdot untuk
menghibur, namun sesungguhnya memiliki pesan tertentu (www.pengertianahli.com/2014 /08/)
Kata anekdot dalam situs http://id.wikipedia.org/wiki/Anekdot, berasal dari bahasa Yunani
anekdota yang artinya "tidak diterbitkan", secara harfiah "tidak dikeluarkan".
Teks anekdot adalah sebuah cerita singkat dan lucu atau menarik, yang mungkin
menggambarkan kejadian atau orang sebenarnya, dan selalu disajikan berdasarkan pada kejadian
nyata, melibatkan orang-orang yang sebenarnya, apakah terkenal atau tidak, biasanya di suatu
tempat yang dapat diidentifikasi Kemendikbud (2013, hlm. 111) mengatakan, bahwa ada dua
pengertian mengenai teks anekdot.
Pengertian yang pertama, teks anekdot adalah cerita 16 singkat yang menarik karena lucu dan
mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang
sebenarnya.
Pengertian yang ke dua, teks anekdot harus didasarkan pada kenyataan yang terjadi di
masyarakat adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, yang merupakan
cerita rekaan. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa teks anekdot
adalah jenis teks yang berisi peristiwa-peristiwa lucu, konyol, atau menjengkelkan yang terjadi di
dalam kehidupan masyarakat dan melibatkan berbagai partisipan baik yang terkenal maupun
kalangan biasa sebagai akibat dari krisis yang ditanggapi dengan reaksi.
b. Struktur Teks Anekdot Menurut Kosasih dalam jenis-jenis teks (2014, hlm. 9).
Anekdot berupa cerita, kisah, atau percakapan singkat. Di dalamnya terkandung tokoh, latar,
dan rangkaian peristiwa. Adapun rangkainya itu sendiri dibentuk oleh bagian-bagian seperti
berikut: abstraksi, orientasi, krisis, reaksi dan koda.

Page 8
1) Abstraksi merupakan pendahuluan yang menyatakann latar belakang atau gambaran
umum tentang isi suatu teks.
2) Orientasi merupakan bagian cerita yang mengarah pada terjadinya suatu krisis, konflik,
atau peristiwa utama. Bagian inilah yang menjadi penyebab timbulnya krisis.
3) Krisis atau komplikasi merupakan bagian dari inti peristiwa suatu anekdot. Pada bagian
itulah adanya kekonyolan yang mengelitik dan mengundang tawa.
4) Reaksi merupakan tanggapan atau respon atas krisis yang dinyatakan sebelumnya.
Reaksi yang dimaksud dapat berupa sikap mencela atau menertawakan.
5) Koda merupakan penutup atau kesimpulan sebagai pertanda berakhirnya cerita.
Di dalamnya dapat berupa persetujuan, komentar, ataupun penjelasan atas maksud dari cerita
yang dipaparkan sebelumnya. Bagian ini biasanya di tandai oleh kata-kata, seperti itulah,
akhirnya, demikianlah. Keberadaan koda bersifat opsional, biasa ada atau tidak ada. Sebagai suatu
jenis teks cerita, stuktur anekdot sama seperti jenis cerita (story genres) lainnya yang tidak harus
terpaku pada stuktur baku. Penulis memiliki kebebasan dalam menentukan stukturnya (licentia
poetica).
Oleh karena itu, stuktur anekdot sanagatlah beragam. Tidak sedikit anekdot yang tidak
memiliki 17 abstrak. Tiba-tiba saja dalam anekdot itu tersaji suatu orientasi tanpa penjelasan
situasi atau latar belakangnya. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 menitik beratkan pada pembelajaran
berbasis teks, salahsatunya teks anekdot, yang memiliki beberapa struktur teks.
Bagian pertama abstraksi berupa isyarat akan apa yang diceritakan berupa kejadian yang tidak
lumrah, tidak biasa, aneh, atau berupa rangkuman atas apa yang akan diceritakan atau dipaparkan
teks dijadikan gambaran awal. Bagian kedua orientasi pendahuluan atau pembuka berupa
pengenalaan tokoh, waktu dan tempat. Bagian ketiga krisis yaitu, pemunculan masalah. Bagian
keempat reaksi yaitu, tindakan atau langkah yang diambil untuk merespon masalah. Bagian
kelima koda yaitu, perubahan yang terjadi pada tokoh dan pelajaran yang dapat dipetik dari cerita.
c. Kaidah Kebahasaan Anekdot Menurut Kosasih dalam (2014, hlm. 9).
Anekdot tergolong ke dalam teks bergenre cerita. Berdasarkan hal tersebut, secara kebahasaan
(language feature) anekdot memiliki karakteristik sebagai berikut.
1) Banyak menggunakan kalimat langsung ataupun tidak langsung. Kalimatkalimat itu
dinyatakan dalam bentuk dialog para tokoh.

Page 9
2) Banyak mengunakan nama tokoh orang ketiga tunggal, baik dengan menyebutkan
langsung nama tokoh faktual atau tokoh yang disamarkan.
3) Banyak menggunakan keterangan waktu. Hal ini terkait dengan bentuk anekdot yang
berupa cerita, disajikan secara kronologis atau mengikuti urutan waktu.
4) Banyak menggunakan kata kerja material, yakni kata yang menunjukan suatu aktivitas.
Hal ini terkait dengan tindakan para tokohnya dan alur yang membentuk rangkaian
peristiwa ataupun kegiatan.
5) Banyak menggunakan kata penghubung (konjungsi) yang bermakna kronologis
(temporal), yakni dengan hadirnya kata-kata akhirnya, kemudian, lalu.
6) Banyak pula menggunakan konjungsi penerang atau penjelas, seperti, bahwa.ini terkait
dengan dialog para tokohnya yang diubah dari bentuk langsung ke kalimat tak langsung.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa teks anekdot memiliki ciri-ciri
kebahasaan yang berbeda dari teks yang lainnya, dilihat dari ceritanya yang lucu, menarik, dan
menggambarkan keunikan dari tingkah laku 18 partisipan, yang diikuti dengan sindiran
menggunakan ungkapan pengandaian.
Selain itu terdapat antonim/lawan kata, konjungsi yang menyatakan urutan peristiwa, dan
konjungsi menyatakan akibat perbuatan.
1) Langkah-langkah Mengevaluasi Teks Anekdot dari Unsur Makna Tersirat Mengaevaluasi
teks anekdot dapat dilakukan dengan cara membaca teks dari awal hingga akhir kemudian
menuliskannya pada kertas atau buku catatan. Menurut Tarigan (2008, hlm. 7) “membaca adalah
suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/tulisan”. Jadi dalam mengevaluasi
anekdot yang paling utama kita lakukan ialah membaca terlebih dahulu untuk memperoleh
maksud atau pesan yang dismapaikan penulis, kemudian dapat kita tuliskan.
1) Membaca teks anekdot Langkah pertama melakukan analisis adalah membaca teks debat
tesebut. Selain dibaca harus dipahami secara benar karena, jika tidak memahami hasil
dari teks tersebut kalian tidak akan bisa melalukan evaluasi.
2) Menemukan Makna Ketika sudah membaca teks anekdot yang diberikan kalian akan
menemukan makna yang ada di dalam teks anekdot tersebut.
3) Menuliskan Penilaian Setelah mengetahui permasalahan yang ada kalian dapat
memberikan penilaian mengenai kelebihan dan kekurangan dalam teks. Berdasarkan

Page
10
uraian di atas menganalisis teks debat memiliki langkah-langkah yang dapat membantu
siswa dalam proses penganalisisan

d. Ciri-ciri Teks Anekdot


Setelah kita mengetahui pengertian dari teks anekdot, teks anekdot juga memiliki ciri-ciri
yang dapat berguna sebagai pembeda dari teks-teks lainya. Ciri-ciri tersebut dapat kalian lihat
sebagai berikut:
1. Teks anekdot bersifat humor atau lelucon, artinya teks anekdot berisikan kisah-kisah lucu
atau bualan.
2. Bersifat menggelitik, artinya teks anekdot akan membuat pembacanya merasa terhibur
dengan kelucuan yang ada dalam teks.
3. Bersifat menyindir
4. Bisa jadi mengenai orang penting
5. Memiliki tujuan tertentu
6. Kisah cerita yang disajikan hampir menyerupai dongeng
7. Menceritakan tentang karakter hewan dan manusia sering terhubung secara umum dan
realistis
e. Struktur teks anekdot
Selain itu, sebuah teks dengan bentuk anekdot juga memiliki struktur yang berbeda. Fungsi
dari adanya struktur teks anekdot ialah: untuk membuat teks menjadi lebih rapi dan sesuai, juga
benar-benar berbentuk.
Struktur tersebut ada lima macam dan wajib dimasukan dalam sebuah teks dengan bentuk
anekdot. Apa saja lima struktur itu? Ini dia:
1. Abstrak
Abstrak menjadi struktur teks humor paling awal yang ada dalam sebuah teks bernama anekdot.
Abstrak ditaruh di awal paragraf dengan fungsi untuk menggambarkan mengenai teks tersebut
secara umum agar pembaca dapat membayangkan.
2. Orientasi
Orientasi merupakan awal kejadian pada cerita atau juga bagian yang menjelaskan latar belakang
mengapa peristiwa utama dalam cerita dapat terjadi.
3. Krisis

Page
11
Struktur teks anekdot berikutnya adalah Krisis.Krisis merupakan bagian yang menjelaskan
mengenai pokok masalah utama dengan warna unik juga tidak biasa.Atau bahkan terjadi pasa
penulisnya sendiri.
4. Reaksi
Reaksi berhubungan besar dengan struktur krisis. Reaksi adalah bagian yang akan melengkapi
berupa penyelasaian masalah menggunakna cara-cara yang juga unik dan berbeda.
5. Koda
Seperti penutup, struktur teks anekdot yang terakhir ialah Koda.Koda merupakan bagian yang
menutup cerita dalam teks tersebut.
f. Kaidah teks anekdot
Selain adanya struktur dan ciri-ciri teks anekdot dalam sebuah teks dalam bentuk anekdot juga
memilii kaidah teks anekdot ataupun kaidah bahasa teks anekdot dimana juga dipakai sebagai
pegangan menulis cerita.Apa saja kaidah-kaidah tersebut? Kaidah-kaidahnya sebagai berikut:
1. Memakai pertanyaan dengan keterampilan bahasa yang kreatif dan efektif atau retorik
2. Menulis sesuai struktur yaitu diawali dengan bagian abstrak dan diakhir dengan bagian
koda
3. Menyatakan peristiwa serta bagian dari peristiwa menggunakan konjungsi
4. Memakai kata keterangan waktu lampau
5. Memakai kata predikat atau kata kerja
6. Memakai kalimat yang berbau peritah
7. Dibuat secara berurut dan kronologis

3. Model Pembelajaran yang Diterapkan


a. Pendekatan
Penelitian engan penelitian kuantitatif sering di sebut sebagai penelitian dengan metode
tradisional, karena metode ini sudah di gunakan cukup lama oleh para peneliti dalam berbagai
ilmu. Metode ini sebut pula sebagai metode scientific karena telah memenuhi kaiah-kaiah ilmiah
yang bercirikan ata yang konkrit atau empiris, objektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode
ini juga disebut sebagai metode konfirmasi, karena didasarkan pada teknik deduktif, sehingga
penelitian yang dilakukan lebih pada melakukan pemeriksaan kebenaran temuan-temuan
terdahulu.Metode ini juga disebut sebagai metode discovery, karena dengan metode ini dapat
ditemukan dan dikembangkan berbagai ilmu pengetahuan baru. Metode ini disebut metode

Page
12
kuantitatif, karena data penelitian bersandar pada angka-angka (quantity), dan analisis data
menggunakan analisis statistik, sebagai cara untuk dapat sampai pada kesimpulan hasil penelitian.

Dasar pemikiran filsafat positivisme memandang realitas, gejala, atau fenomena sebagai
sesuatu yang dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati (observable), terukur, dan
hubungan antar gejala menunjukkan kausalitas, mencerminkan hubungan sebab-akibat. Penelitian
kuantitatif pada umumnya dilakukan pada populasi, atau pada sampel tertentu yang representatif.
Proses penelitiannya bersifat deduktif, di mana untuk menjawab rumusan masalah dilandaskan
pada konsep atau teori, sehingga kemudian dapat ditetapkan dugaan (hipotesis) atas sebab-akibat
yang mungkin terjadi di antara variabel-variabel yang diteliti. Data diperoleh melalui penyajian
instrument penelitian, yang dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif
atau inferensial guna menjawab hipotesis yang telah diajukan, apakah diterima atau ditolak.

Sementara itu, metode penelitian kualitatif sering disebut sebagai metode penelitian
nauralistik, karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting).Penelitian
kualitatif dianggap sebagai metode baru atau modern, karena popularitasnya belum
lama.Kadangkala disebut metode etnographi, karena pada awalnya digunakan oleh peneliti di
bidang antropologi budaya.Metode ini dinamakan pula metode postpositivistik, karena
berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik,
karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola). Metode ini disebut juga metode
interpretif karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi peneliti terhadap data
yang ditemukan di lapangan.Dinamakan sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul
dianalisis atas dasar kualitasnya (menurut peneliti), tidak bersandarkan pada ang-angka sebagai
penelitian dengan pendekatan kuantitatif.

Dasar pemikiran filsafat postpositivisme atau paradigma interpretif, memandang realitas


sosial sebagai sesuatu yang holistic/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala
bersifat interaktif (reciprocal).Penelitian dilakukan pada setting alamiah, apa adanya, di mana
instrument penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh sebab itu, bekal yang harus dimiliki oleh
peneliti-peneliti dengan pendekatan kualitatif adalah wawasan yang luas sehingga sensitif akan
hal-hal yang layak diteliti dalam situasi sosial yang dinamis. Untuk meyakinkan kebenaran
penelitiannya, peneliti kualitatif menggunakan teknik triangulasi untuk mengecek keabsahan data
yang dikumpulkannya.Menurut Danzin (1978) ada empat macam triangulasi sebagai teknik

Page
13
pemeriksaan keabsahan data, yaitu triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi penyidik,
dan triangulasi teori.Dengan triangulasi, peneliti kualitatif dapat me-recheck temuannya, dalam
usaha menemukan “makna” dari penelitiannya itu.

b. Medel Pembelajaran

Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran langsung adalah model
pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan
mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) transformasi dan
ketrampilan secara langsung; (2) pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; (3) materi
pembelajaran yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan (5)
distruktur oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru
seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder, gambar,
peragaan, dan sebaganya. Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural
(yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu
pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Kritik
terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat digunakan setiap waktu
dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa.

c. Metode Pembelajaran

Metode yang digunakan dalam mengevaluasi teks anekdot adalah metode Inquiry.Metode
inquiry adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menganalisis permasalahan dan
argumen secara tepat.Dengan metode inquiry ini diharapkan dapat menumbuh-kembangkan
keterampilan menulis kreatif dan membangkitkan motivasi belajar siswa ke arah belajar yang
dinamis, optimal, dan tepat guna.
Metode pembelajaran inquiry merupakan salah satu metode yang dapat mendorong siswa
untuk aktif dalam pembelajaran. Kusnandar dalam Shoimin (2010, hlm. 371) menyatakan bahwa:
22 pembelajaran inkuiri adalah kegiatan pembelajaran di mana siswa didorong untuk belajar
melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru
mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan
siswa menemukan prinsipprinsip untuk diri mereka sendiri. Lebih lanjut, Wina (2006, hlm. 196)
menyatakan bahwa: “strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang

Page
14
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan”.
Berdasarkan pendapat ahli yang dikemukakandi atas, dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada keaktifan
siswa untuk memiliki pengalaman belajar dalam menemukan konsep-konsep materi berdasarkan
masalah yang diajukan.
Model pembelajaran inquiry ini merupakan salah satu model atau strategi pembelajaran yang
penting serta dapat meningkatkan kemampuan akademik siswa. Dalam model pembelajaran
inquiry siswa dilatih lebih aktif dalam melaksanakan pembelajaran. Shoimin (2014, hlm. 25)
mengemukakan langkah-langkah pembelajaran menggunakan model inquiry antara lain:
1) Membina sesuatu yang responsif di antara siswa.
2) Mengemukakan permasalahan untuk diinquiry (ditemukan) melalui cerita, film,
gambar, dan sebagainya. Kemudian, mengajukan pertanyaan kearah mencari,
merumuskan, dan memperjelas permasalahan dari cerita dan gambar.
3) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diajukan bersifat
mencari atau mengajukan informasi atau data tentang masalah tersebut.
4) Merumuskan hipotesis/perkiraan yang merupakan jawaban dari pernyataan tersebut.
Perkiraan jawaban ini akan terlihat setidaknya setelah pengumpulan data dan
pembuktian atau data. Siswa mencoba merumuskan hipotesis permasalahan tersebut.
Guru membantu dengan pertanyaanpertanyaan pancingan.
5) Menguji hipotesis, guru mengajukan pertanyaan yang bersifat meminta data untuk
pembuktian hipotesis.
6) Pengambilan kesimpulan dilakukan guru dan siswa (Piaget dalam Ida, 2005, hlm. 55).
23 c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Inquiry Model pembelajaran inquiry memiliki
keunggulan yang harus diperhatikan.
Menurut Shoimin (2014, hlm. 86) mengemukakan keunggulan metode inquiry adalah sebagai
berikut.
1) Merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran dengan
strategi ini dianggap lebih bermakna.

Page
15
2) Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
mereka.
3) Merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar
modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman.
4) Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas ratarata.
Disamping dari keunggulan yang ada, model pembelajaran inquiry memiliki kekurangan yang
harus diperhatikan dalam suatu pembelajaran. Shoimin (2014, hlm. 87) mengemukakan
kekurangan dari metode pembelajaran inquiry adalah sebagai berikut.
1) Pembelajaran dengan inquiry memerlukan kecerdasan siswa yang tinggi. Bila siswa
kurang cerdas hasil pembelajarannya kurang efektif.
2) Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari
guru apa adanya.
3) Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi
informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar.
4) Karena dilakukan secara kelompok, kemungkinan ada anggota yang kurang aktif.
5) Pembelajaran inkuiri kurang cocok pada anak yang usianya terlalu muda, misalnya SD.
6) Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yanglebih baik.
7) Untuk kelas dengan jumlah siswa yang lebih banyak, akan sangat merepotkan guru
8) Membutuhkan waktu yang lama dan hasilnya kurang efektif jiga pembelajaran ini
iterapkan pada situasi kelas yang kurang mendukung. 9) Pembelajaran akan kurang
efektif jika guru kurang menguasai kelas.
Prinsip-prinsip penerapan model pembelajaran inquiry adalah:

1. Pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa menemukan sendiri.
2. Informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila diikuti dengan bukti-bukti atau
data yang ditemukan sendiri oleh siswa.
3. Siklus inquiry adalah observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan
(hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan (conclussion)
4. Langkah-langkah kegiatan inquiry: (a) merumuskan masalah, (b) mengamati atau
melakukan observasi, (c) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar,

Page
16
laporan, bagan, tabel, dan karya lain, (d) mengomunikasikan atau menyajikan hasilnya
pada pihak lain (pembaca, teman sekelas, guru, audiens yang lain).

4. Teori Model Pengembangan Yang Digunakan


Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada
penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif,
dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung; (2)
pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran yang telah terstuktur; (4)
lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan (5) distruktur oleh guru. Guru berperan sebagai
penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang
sesuai, misalnya film, tape recorder, gambar, peragaan, dan sebaganya. Informasi yang
disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana
melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat
berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Kritik terhadap penggunaan model ini antara lain
bahwa model ini tidak dapat digunakan setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran
dan semua siswa.

Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai
berikut:

1. Orientasi. Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong
siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan
disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan untuk
mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (2)
mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3) memberikan
penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan
materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama
pembelajaran; dan(5) menginformasikan kerangka pelajaran.
2. Presentasi. Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-
konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi dalam
langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif
pendek;(2) pemberian contoh-contoh konsep; (3) pemodelan atau peragaan keterampilan

Page
17
dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; dan (4)
menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
3. Latihan terstruktur. Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan.
Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon
siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi
respon siswa yang salah.
4. Latihan terbimbing. Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru
untuk mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran
guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
5. Latihan mandiri. Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini
dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase
bimbingan latihan.

Di lain pihak, Slavin (2003) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran
langsung, yaitu sebagai berikut.

1. Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa.


Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja siswa
yang diharapkan.
2. Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru mengajukan
pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa.
3. Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan materi,
menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh, mendemontrasikan konsep dan
sebagainya.
4. Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap ini, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau menggunakan
informasi baru secara individu atau kelompok.

Page
18
6. Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru memberikan reviu terhadap
hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang
benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan.
7. Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas
mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah
mereka pelajari.

Kelebihan model pembelajaran langsung:

1. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan
informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa
yang harus dicapai oleh siswa.
2. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
3. Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang
mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
4. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual
yang sangat terstruktur.
5. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-
keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
6. Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif
singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
7. Memungkinkanguru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran
(melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan
antusiasme siswa.
8. Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa
yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan
menafsirkan informasi.
9. Secara umum, ceramah adalah cara yang paling memungkinkan untuk menciptakan
lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres bagi siswa. Para siswa yang pemalu,
tidak percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa dan
berpartisipasi dan dipermalukan.

Page
19
10. Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran
dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu permasalahan
dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, dan bagaimana suatu pengetahuan
dihasilkan.
11. Pengajaran yang eksplisit membekali siswa dengan ”cara-cara disipliner dalam
memandang dunia (dan) dengan menggunakan perspektif-perspektif alternatif” yang
menyadarkan siswa akan keterbatasan perspektif yang inheren dalam pemikiran sehari-
hari.
12. Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar (misalnya ceramah)
dan mengamati (misalnya demonstrasi) dapat membantu siswa yang cocok belajar dengan
cara-cara ini.
13. Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara
langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian
terkini.
14. Model pembelajaran langsung (terutama demonstrasi) dapat memberi siswa tantangan
untuk mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat di antara teori (yang seharusnya
terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka lihat).
15. Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas
dan bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa
tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut.
16. Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model
pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
17. Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru
sehinggagurudapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.

Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung:

1. Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan


informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua
siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya
kepada siswa.

Page
20
2. Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal
kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau
ketertarikan siswa.
3. Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi
siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
4. Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran
ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya
diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan
pembelajaran mereka akan terhambat.
5. Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi
dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran langsung,
dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan
keingintahuan siswa.
6. Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru.
Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan
model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak
perilaku komunikasi positif.
7. Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model pembelajaran
langsung mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan yang cukup untuk memproses
dan memahami informasi yang disampaikan.
8. Model pembelajaran langsung memberi siswa cara pandang guru mengenai bagaimana
materi disusun dan disintesis, yang tidak selalu dapat dipahami atau dikuasai oleh siswa.
Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk mendebat cara pandang ini.
9. Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan
perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang
disampaikan.
10. Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya
bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan
menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri.

Page
21
11. Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru sulit
untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa. Hal ini dapat membuat
siswa tidak paham atau salah paham.
12. Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya, banyak
siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang
dimaksudkan oleh guru.

Page
22
BAB III
METODOLOGI
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini suatu kesatuan, rencana terinci dan spesifik mengenai cara
memperoleh menganalisis, dan menginterprestasi data. Bersisi tentang hal-hal dan kondisi umum
mengenai penelitian yang kami laksanakan.Yang melatarbelakangi dari pelaksanaan penelitian
ini.
Bentuk-bentuk Rancangan Penelitian Kualitatif
1. Grounded Theory (Teoretisasi Data) Rancangan teori grounded merupakan prosedur
penelitian kualitatif yang sistematik, dimana peneliti melakukan generalisasi satu teori yang
menerangkan konsep, proses, tindakan, atau interaksi mengenai suatu topik pada level konseptual
yang luas. Tujuan grounded theory yaitu untuk menentukan kondisi yang memunculkan sejumlah
tindakan/interaksi yang berhubungan dengan suatu fenomena dan akibatnya.[9] Dalam dunia
pendidikan teori ini digunakan untuk meneliti bagaimana proses kegiatan pengajaran, proses
bimbingan, pengelolaan kelas/manajemen kelas, dan bagaimana hubungan antara guru dan siswa
di sekolah.
2. Rancangan Penelitian Etnografik Rancangan penelitian etnografik merupakan prosedur
penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan, menganalisa, dan menginterprestasi pola prilaku,
kepercayaan, dan bahasa bersama dari sekelompok budaya yang berkembang pada seluruh waktu.
Dalam lingkungan pendidikan penelitian ini dirancang untuk meneliti tentang bagaimana
kurikulum yang diterapkan, serta metode apa yang digunakan guru untuk mengajar.
3. Rancangan Penelitian Naratif Dalam rancangan ini, seorang peneliti mendeskripsikan
kehidupan individual, mengumpulkan dan menceritakan informasi tentang kehidupan individu-
individu, serta melaporkannya secara naratif tentang pengalaman-pengalaman mereka.Dalam
bidang pendidikan misalnya, meneliti bagaimana perkembangan psikososial anak didik serta
aktifitas-aktifitasnya baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
4. Rancangan Study Kasus Penelitian dalam rancangan study kasus dilakukan untuk
memperoleh pengertian yang mendalam mengenai situasi dan makna sesuatu/subyek yang diteliti.
Penelitian ini lebih mementingkan proses dari pada hasil, lebih mementingkan konteks dari pada
suatu variabel khusus, lebih ditunjukan untuk menemukan sesuatu dari pada kebutuhan
konfirmasi. Penelitian ini menganalisa bagaimana keadaan individu peserta didik, dalam

Page
23
persoalan sosialnya maupun pola kehidupannya baik dalam hal pergaulan maupun sikap di dalam
masyarakat.
5. Rancangan Metode Campuran Dalam penelitian metode campuran, peneliti
mengkombinasikan data kuantitatif dengan data kualitatif, yaitu untuk menerangkan dan
mengeksplor problem penelitian dengan cara terbaik. Rancangan metode ini merupakan prosedur
untuk mengumpulkan data kuantitatif dan data kualitatif dalam satu penelitian tunggal, dan untuk
menganalisa dan melaporkan data ini berdasarkan prioritas, sekuensi, dan level integrasi
informasi. Biasanya rancangan ini ditujukan dalam pengisian hasil studi/nilai akhir sekolah,
menganalisis nilai siswa, serta untuk menentukan pengembangan diri masing-masing siswa
selama mengkuti pembelajaran.
6. Rancangan Penelitian Tindakan (Action Research) Penelitian ini memanfaatkan data
kuantitatif dengan data kualitatif seperti metode campuran, akan tetapi fokusnya lebih merupakan
terapan. Tujuan penelitian ini dalam dunia pendidikan adalah untuk meningkatkan praktek
pendidikan dan pengajaran dimana guru melaksanakannya berkaitan dengan problem yang
mereka hadapi dalam setting sekolah.Dalam bidang pendidikan dan pengajaran rancangan
penelitian tindakan merupakan prosedur sistematik yang dipakai oleh guru (atau peneliti) untuk
mengumpulkan data kuantitatif dan atau data kualitatif tentang cara-cara mereka bekerja,
bagaimana mereka mengajar, dan bagaimana baiknya siswa belajar.
Format Rancangan Penelitian Kualitatif Dalam konteks pendekatan kualitatif, elemen dan
unsur-unsur utama sebagai isi (content) dari rancangan penelitian dalam pendidikan pada
umumnya adalah: konteks penelitian (latar belakang masalah); fokus kajian atau pokok persoalan
yang hendak diteliti; tujuan penelitian; ruang lingkup dan setting penelitian (latar alamiah
penelitian itu dilakukan); perspektif teoritik (fenomena sosial) dan kajian pustaka; serta metode
yang digunakan. Adapun format rancangan penelitian kualitatif ada beberapa versi, akan tetapi
format di sini sebagai modifikasi, sehingga mudah diaplikasikan. Sistematikannya adalah sebagai
berikut:
a) Judul b) Konteks Penelitian c) Fokus Kajian d) Tujuan Penelitian e) Ruang Lingkup dan
Setting Penelitian f) Perspektif Teoritik dan Kajian Pustaka g) Metode Penelitian h) Pendekatan i)
Unit Analisis j) Pengumpulan dan Analisis Data k) Keabsahan data l) Jadwal kegiatan penelitian
m) Anggaran Penelitian n) Daftar Kepustakaan

Page
24
Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan Penelitian kualitatif mempunyai tempat tersendiri
dalam bidang pendidikan, mengingat sifat dan hakikat pendidikan sebagai proses sadar tujuan,
dalam meningkatkan kualitas manusia dan kualitas hidupnya sebagai manusia yang berbudaya.
Ada beberapa alasan kuat pentingnya penelitian kualitatif dalam pendidikan;
1. Pendiddikan sebagai proses sosialisasi pada hakikatnya adalah interaksi manusia dengan
lingkungan yang membentuknya melalui proses belajar dalam konteks lingkungan yang berubah-
ubah.
2. Pendidikan senantiasa melibatkan komponen manusia, yakni tenaga kependidikan dan
siswa dengan komponen, kurikulum dan sistem pendidikan, lingkungan pendidikan, tempat/ruang
dan waktu serta sarana dan prasarana pendidikan. Setiap komponen berinteraksi satu sama lain
dalam satu proses pendidikan dan pengajaran untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan.
3. Pendidikan sebagai suatu sistem tidak hanya berorientasi kepada hasil tetapi juga
berorientasi kepada proses agar memperoleh hasil yang optimal.
4. Pendidikan dalam pengertian luas, terjadi pada manusia dan berlaangsung sepanjang hayat,
dalam lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat, secara alami.
5. Tekanan utama pendidikan adalah pembinaan dan pengembangan kepribadian manusia
mencakup aspek intelektual, moral, sosial dalam satu kesatuan utuh, serasi, selaras, dan seimbang.
Pembinaan dan pengembangan tersebut melalui proses belajar agar diperoleh perubahan-
perubahan perilaku menyangkut pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
Penggunaan penelitian kualitatif dalam pendidikan bertujuan untuk; a. Mendeskripsikan suatu
proses kegiatan pendidikan berdasarkan apa yang terjadi di lapangan sebagai bahan kajian lebih
lanjut untuk menemukan kekurangan dan kelemahan pendidikan, sehingga dapat ditentukan
upaya penyempurnaannya. b. Menganalisis dan menafsirkan suatu fakta, gejala dan peristiwa
pendidikan yang terjadi di lapangan sebagaimana adanya dalam konteks ruang dan waktu serta
situasi lingkungan pendidikan secara alami. c. Menyusun hipotesis berkenaan dengan konsep dan
prinsip pendidikan berdasarkan data dan informasi yang terjadi di lapangan (induktif) untuk
dilakukan pengujian lebih lanjut melalui pendekatan kuantitatif.
2. Lokasi
Lokasi penelitian akan diadakan di SMA Muhammaiyah 4 Kota Bengkulu merupakan sebuah
sekolah yang memiliki harapan bagaimana mewadahi generasi muda agar dapat mencerminkan

Page
25
generasi yang memiliki karakter sesuai dengan visi dan misinya selain itu juga bermanfaat dan
berguna khususnya bagi diri peserta didik sendiri umumnya bagi masyarakat, bangsa dan Negara.
3. Subjek Penelitian
Menurut S.nasution (2001: 43) subjek penelitian adaah sumber yang dapat memberikan
informasi, dipilih secara purposif dan pelaksaannya sesuai dengan purpose atau tujuan
tertentu.Berdasarkan uraian tersebut maka yang dijadikan subjek penelitian adalah peserta didik
di dalam sekolah.
4. Data dan Analisis Data
Data hasil peneliyian terhadap bahan ajar Bahasa Indonesia dianalisis secara deskriptif.
Penentuan tingkat kevalidan dan revisi produk seperti pada tabel berikut :
Persentase Kriteria Valid
76-100 Perlu
56-75 Cukup Perlu
40-55 Kurang Perlu
0-39 Tidak Perlu

Rumusan yang digunakan


∑x
p= 100 x 100%
Keterangan :
p = persentase yang di cari
∑ x = jumlah jawaban responden
xi = jumlah nilai ideal

Pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan
utama dalam penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan menggunakan teknik-teknik
pengumpulan data sebagai berikut.
5. Tahapan Penelitian
Tahap penelitian yang dilakukan peneliti yaitu memilih masalah menentukan judul dan
menentukan lokasi penelitian.Pada tahap ini penulis mencoba menyusun rancangan penelitian
terlebih dahulu yang tertuang dalam proposal penelitian dan berisikan tentang latar belakang
masalah, permasalahan, tujuan penelitian kegunaan penelitian, metode penelitian, lokasi serta

Page
26
subjek penelitian.Tujuannya yaitu untuk menyesuaikan antara kebtuhan dan kepentingan fokus
penelitian dalam tahap penelitian ini juga penliti melaksanakan studi pendahuluan. Tujuannya
adalah untuk memperoleh gambaran secara umum tentang masalah yang akan diteliti. Setelah
peneliti memperoleh gambaran secara umum objek dan subjek penelitian, kemudian peneliti
menyusun pedoman wawancara.
Telaah Pustaka
Telaah pustaka merupakan proses menelaah buku-buku untuk memperoleh informasi
mengenai materi serta teori-teori yang sesuai dengan pembelajaran membuat peta pikiran dari
cerita pendek menggunakan metode inquiry. Adapun buku-buku yang penulis telaah adalah
tentang teks cerpen, buku tentang menulis, dan buku tentang motode-metode pembelajaran. 31
Tes
Dalam penelitian ini, penulis melakukan uji coba untuk menguju rancangan pembelajaran
membuat peta pikiran dari buku fiksi dan nonfiksi
Analisis data
Penulis menggunakan teknik analisis data dengan cara membuat peta pikian. Hal ini dilakukan
dengan memperoleh hasil yang akurat dan digunakan untuk membuat peta pikiran yang dihadapi
siswa dalam membuat metode inquiry
6. Instrumen
Instrumen penelitian sangat penting dilakukan karena dapat menunjang pelakasanaan
penelitian menjadi lebih terarah.Instrumen penelitian terdiri dari wawancara, observasi dan studi
dokumentasi.Wawancara, observasi, dan studi dokumentasi itu dijadikan sebagai alat untuk
melaksanakan penelitian sehingga penelitian dapat menghasilkan jawaban dari kata yang
ditanyakan. Menurut Sugiyono (2013: 102), “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.”Selain itu instrumen
penelitian menurut Arikunto (2002: 203) mengungkapkan bahwa “instrumen penelitian adalah
alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya
lebih mudah dan hasil lebih baik, dalam arti cermat, lengkap, sistematis sehingga mudah diolah”.
Menurut Nasution (Sugiyono, 2013: 224) peneliti sebagai instrumen penelitian yang serasi untuk
penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Peneliti sebagai alat peka dan dapat
bereaksi terhadap stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi

Page
27
penelitian. 2) Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan
dapat mengumpulkan aneka data sekaligus. 3) Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada
suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali
manusia. 4) Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan
pengetahuan seamata.

Untut dapat memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan


pengetahuan kita. 5) Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalis data yang diperoleh. Ia
dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis yang timbul seketika. 6) Hanya manusia sebagai
instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat.

Dalam penelitian ini yang akan digali lebih dalam melalui teknik wawancara adalah
berkaitan dengan upaya yang dilakukan sekolah dalam mengembangkan karakter jujur siswa.
Alasan dipilihnya pengumpulan data melalui wawancara yaitu untuk mengetahui hal-hal yang
lebih mendalam tentang pengembangan karakter jujur siswa secara langsung dari responden.
Selain itu wawancara ini dibutuhkan untuk memperoleh data tentang apa saja yang dilakukan
pihak sekolah dalam mnegembangkan karakter jujur siswa. Adapun jenis wawancara yang
dilakukan pleh peneliti adalah wawancara terstruktur. Menurut Sugiyono (2013: 138),”dalam
wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data
mencatatnya.

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data hasil
kerja siswa yang diperoleh dari populasi dan sampel yang telah ditentukan melalui metode
penelitian. Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan untuk teknik pengumpulna
data oleh penulis adalah silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar, LKPD,
media pembelajaran, observasi, dan tes. Berikut ini penjelasan mengenai instrumen penelitian
yang penulis gunakan.

Page
28
BAB IV

HASIL PENELITIAN

1. Hasil Analisis Kebutuhan

Tahap analisis kebutuhan perlu dilakukan untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan yang ingin
dipenuhi guru dan siswa dalam pembelajaran membaca cerpen dikelas.Kebutuhan siswa adalah
adanyabahan ajar cerpen yang bisa memudahkan siswa untuk memahami dan menentukan
struktur cerpen penyusunan bahan ajar yang dikembangkan produk dikembangkan berdasarkan
kurikulum 2013. Kegiatan pokok yang dilakukan pada proses penyusunan produk ini adalah (1)
pemilihan fokus nilai sikap yang dikembangkan , (2) penentuan materi bahan ajar memahami dan
menentukan tentangmerencanakan, melaksanakan, menilai pembelajaran mengevaluasi teks
anekdot, (3) Pengembangan bahan ajar memahami dan mampu mengevaluasi teks anekdot, (4)
merancang desain atau tampilan bahan ajar memahami dan menentukan kebahasaan pada teks
anekdot. Berikut deskripsi isi bahan ajar yang tercamtum dalam kompetensi dasar dalam bentuk
kegiatan:

1) Bentuk kegiatan 1 tentang memahami teks anekdot baik melalui lisan maupun tulisan,
yang mencangkup hal-hal sebagai berikut:

a. Tahap bertanya dan mengeksprolasi berisi pembahasan materi pembelajaran secara


teoritis berdasarkan teks, struktur , dan unsur-unsur teks anekdot.

b. Latihan pemahaman yang berisi soal-soal yang mengacu pada indikator. Adapun
bentuk penulisan teks anekdot.

c. Penilaan berisi cara menilai, cara kerja memahami bentuk penulisan, struktur, dan
unsur-unsur teks anekdot serta mengomonikasikan hasil pembelajaran.

2) Kegiatan belajar 2 tentang menentukan struktur yang digunakan dalam penulisan teks
anekdot

a. mengeksplorasi apa saja yang menjadi struktur di dalam teks anekdot

b. Latihan pemahaman tentang teks anekdot

c. Penilaian berisi cara menulis teks anekot

Page
29
3) Kegiatan belajar tentang memahami apa saja yang bisa digunakan sebagai bahan membuat
teks anekot

a. Latihan pemahaman yang berisi tentang cara membuat teks anekdot.

b. Mengapresiasikan teks anekdot

2. Prinsip-prinsip Bahan Ajar

Menurut Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2006) menguraikan
beberapa prinsip-prinsip bahan ajar sebagai berikut:

1) Prinsip relevansi (keterkaitan). Materi pembelajaran harus memiliki hubungan atau


keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Misalnya, jika
kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa-siswi berupa membuat tulisan sederhana,
materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa keterampilan menulis.

2) Prinsip konsistensi (keajegan). Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa-siswi ada
dua macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi dua macam.
Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa-siswi adalah mampu untuk menulis
karangan maka bahan ajar yang diajarkan adalah menulis dengan baik dan
pengorganisasian karangan.

3) Prinsip Kecukupan (cukup memadai). Artinya materi yang diajarkan tidak boleh terlalu
sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan
memerlukan waktu pembelajaran yang seharusnya bisa digunakan untuk materi yang lain.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dipahami bahwa prinsip bahan ajar yang baik memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:

1) Menimbulkan minat baca

2) Ditulis dan dirancang untuk siswa

3) Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel

4) Struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi akhir yang akan dicapai

5) Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih

6) Mengkomodasi kesulitan siswa

7) Memberikan rangkuman

Page
30
8) Gaya penulisan komunikatif dan semi formal

9) Kepadatan berdasar kebutuhan siswa

10) Menjelskan cara mempelajari bahan ajar.

3. Produk Awal

Pengembangan produk awal merupakan draft kasar dari produk yang akan dibuat.Meskipun
demikian, draft produk tersebut harus disusun selengkap dan sesempurna mungkin. Draft atau
produk awal dikembangkan oleh peneliti bekerja sama atau meminta bantuan para ahli dan atau
praktisi yang sesuai dengan bidang keahliannya (uji coba di belakang meja/ desk try out atau desk
evaluation).Pada tahap ini sering juga disebut dengan tahap validasi ahli.Uji coba atau evaluasi
oleh ahli bersifat perkiraan atau judgment, berdasarkan analisis dan pertimbangan logika dari para
peneliti dan ahli. Uji coba lapangan akan mendapatkan kelayakan secara mikro, kasus demi kasus
untuk kemudian ditarik kesimpulan secara umum atau digeneralisasi.

Page
31
LAMPIRAN
1. Instrumen
a. Observasi Penilaian
observasi digunakan untuk mengetahui sikap dan perilaku siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Aspek yang ditentukan dalam penelitian ini, penulis hanya mengguakan lima aspek
yaitu aspek religius, kedisiplinan, ketekunan, kerja sama, dan tanggungjawab.
Tabel 3.2
Format Penilaian Sikap
No Aspek yang di Nilai Teknik Waktu Instrument Keterangan
Penilaian Penilaian Penilaian
1 Relegius Pengamatan Proses Lembar
2 Tanggung Jawab Pengamatan
3 Peduli
4 Repondif
5 Santun

b.Tes
Tes merupakan kegiatan inti dari suatu pembelajaran. Dalam penelitian ini, penulis
melakukan tes berupa tes awal dan tes akhir dengan bentuk tes nerupa soal. Tes dilakukan untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam membuat peta pikiran dari cerita pendek.

Tabel 3.3
Kisi-kisi Penilaian PembelajaranMengevaluasi Teks Anekdot
Kompetensi Indikator Skor Jenis Soal
Dasar Tes
3.5 Menentukan struktur 25 Tertulis 1. Tentukanlah struktur
Mengevaluasi anekdot yang dibaca (uraian) yang terdapat pada teks !
Teks Anekdot Menentukan kaidah 25 2. Tentukan kaidah
dari Aspek kebahasaan anekdot kebahasaan dalam teks dan
Makna Tersirat yang dibaca tuliskan 3 kata kerja

Page
32
material yang terdapat pada
teks
Menuliskan makna 25 3. Tuliskanlah makna
tersirat yang terdapat tersirat yang terdapat pada
dalam anekdot teks.
Menilai Kelebihan dan 25 4. Tuliskan kelebihan dan
Kekurangan teks kekurangan dalam teks
anekdot berdasarkan berdasarkan makna tersirat
makna tersirat yang yang telah ditentukan
ditemukan.

Berdasarkan format kisi-kisi di atas, penulis membuat instrumen dalam bentuk soal berikut.
A. Bacalah teks berikut ini dengan cermat!
Hukum Peradilan
Pada zaman dahulu di suatu negara (yang pasti bukan negara kita) ada seorang tukang pedati
yang rajin dan tekun. Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke pasar dengan pedatinya.
Suatu pagi dia melewati jembatan yang baru dibangun. Namun sayang, ternyata kayu yang dibuat
untuk jembatan tersebut tidak kuat. Akhirnya, tukang pedati itu jatuh ke sungai. Kuda beserta
dagangannya hanyut.
Si Tukang Pedati dan keluarganya tidak terima karena mendapat kerugian gara-gara jembatan
yang rapuh. Setelah itu, mereka melaporkan kejadian itu kepada hakim untuk mengadukan si
Pembuat Jembatan agar dihukum dan memberi uang ganti rugi. Zaman dahulu orang dapat
melapor langsung ke hakim karena belum ada polisi.
Permohonan keluarga si Tukang Pedati dikabulkan. Hakim memanggil si Pembuat Jembatan
untuk diadili. Namun, si Pembuat Jembatan tentu protes dan tidak terima. Ia menimpakan
kesalahan kepada tukang kayu yang menyediakan kayu untuk bahan jembatan itu. Setelah itu,
hakim memanggil si Tukang Kayu.
Sesampainya di hadapan hakim, si Tukang Kayu bertanya kepada hakim, “Yang Mulia
Hakim, apa kesalahan hamba sehingga hamba dipanggil ke persidangan?” Yang Mulia Hakim
menjawab, “Kesalahan kamu sangat besar. Kayu yang kamu bawa untuk membuat jembatan itu
ternyata jelek dan rapuh sehingga menyebabkan seseorang jatuh dan kehilangan pedati beserta

Page
33
kudanya. Oleh karena itu, kamu harus dihukum dan mengganti segala kerugian si Tukang Pedati.”
Si Tukang Kayu membela diri, “Kalau itu permasalahannya, ya, jangan salahkan saya, salahkan
saja si Penjual Kayu yang menjual kayu yang jelek.” Yang Mulia Hakim berpikir, “Benar juga
apa yang dikatakan si Tukang Kayu ini. Si Penjual Kayu inilah yang menyebabkan tukang kayu
membawa kayu yang jelek untuk si Pembuat Jembatan.” Lalu, Hakim berkata kepada
pengawalnya, “Hai pengawal, bawa si Penjual Kayu kemari untuk mempertanggungjawabkan
perbuatannya!” Pergilah si Pengawal menjemput si Penjual Kayu.
Si Penjual Kayu dibawa oleh pengawal tersebut ke hadapan hakim. “Yang Mulia Hakim, apa
kesalahan hamba sehingga dibawa ke sidang pengadilan ini?” kata si Penjual Kayu. Sang Hakim
menjawab, “Kesalahanmu sangat besar karena kamu tidak menjual kayu yang bagus kepada si
Tukang Kayu sehingga jembatan yang dibuatnya tidak kukuh dan menyebabkan seseorang
kehilangan kuda dan barang dagangannya dalam pedati.” Si Penjual Kayu menjawab, “Kalau itu
permasalahannya, jangan menyalahkan saya. Yang 34 salah pembantu saya. Dialah yang
menyediakan beragam jenis kayu untuk dijual. Dialah yang salah memberi kayu yang jelek
kepada si Tukang Kayu yang dikatakan si Penjual Kayu itu. “Hai pengawalitu.” Benar juga apa
bawa si Pembantu ke hadapanku!” Maka si Pengawal pun menjemput si Pembantu.
Seperti halnya orang yang telah dipanggil terlebih dahulu oleh hakim, si Pembantu pun
bertanya kepada hakim perihal kesalahannya. Sang Hakim memberi penjelasan tentang kesalahan
si Pembantu yang menyebabkan tukang pedati kehilangan kuda dan dagangannya sepedati. Si
Pembantu tidak secerdas tiga orang yang telah dipanggil terlebih dahulu sehingga ia tidak bisa
memberi alasan yang memuaskan sang Hakim. Akhirnya, sang Hakim memutuskan si Pembantu
harus dihukum dan memberi ganti rugi. Berteriaklah sang Hakim kepada pengawal, “Hai,
Pengawal, masukkan si Pembantu ini ke penjara dan sita semua uangnya sekarang juga!”
Beberapa menit kemudian, sang Hakim bertanya kepada si Pengawal, ”Hai, Pengawal apakah
hukuman sudah dilaksanakan?” Si Pengawal menjawab, ”Belum, Yang Mulia, sulit sekali untuk
melaksanakannya.” Sang Hakim bertanya, “Mengapa sulit? Bukankah kamu sudah biasa
memenjarakan dan menyita uang orang?” Si Pengawal menjawab, “Sulit, Yang Mulia. Si
Pembantu badannya terlalu tinggi dan gemuk. Penjara yang kita punya tidak muat karena terlalu
sempit dan si Pembantu itu tidak punya uang untuk disita.” Sang Hakim marah besar, “Kamu
bego amat! Gunakan dong akalmu, cari pembantu si Penjual Kayu yang lebih pendek, kurus, dan

Page
34
punya uang!” Setelah itu, si Pengawal mencari pembantu si Penjual Kayu yang lain yang
berbadan pendek, kurus, dan punya uang.
Si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang bertanya kepada hakim, “Wahai,
Yang Mulia Hakim. Apa kesalahan hamba sehingga harus dipenjara?” Dengan entengnya sang
Hakim menjawab, “Kesalahanmu adalah pendek, kurus, dan punya uaaaaang!”
Setelah si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang itu dimasukkan ke penjara
dan uangnya disita, sang Hakim bertanya kepada khalayak ramai yang menyaksikan pengadilan
tersebut, ”Saudara-saudara semua, bagaimanakah menurut pandangan kalian, peradilan ini sudah
adil?” Masyarakat yang ada serempak menjawab, “Adil!”

B. Jawablah pertanyaan di bawah ini!


1. Tuliskan struktur teks anekdot yang terdapat pada teks tersebut!
2. Tentukan paragraf berapa yang mengandung kata kerja material dan tuliskan 3 kata kerja
material yang terdapat pada paragraf tersebut !
3. Tentukan dan tuliskan paragraf yang mengandung makna tersirat pada teks tersebut.
4. Evaluasilah kekurangan dan kelebihan dalam teks tersebut berdasarkan makna tersirat
yang telah kalian temukan!

Page
35
2. Data

Page
36
3. Produk Buku
1) Judul
Bahan ajar materi pembelajaran teks anekdot dari aspek makna tersirat
2) Petunjuk Belajar
1. Baca buku-buku bahasa Indonesia kelas x tentang teks anekdot
2. Diskusikan dengan teman sekelompok tentang soal-soal teks anekdot yang ada
pada buku
3. Jawab pertanyaan-pertanyaan dalam buku dengan benar dan tepat
4. Tanyakan pada guru pelajaran Bahas Indonesia jika ada hal-hal yang kurang
jelas
3) Kompetensi dasar
3.5 Mengevaluasi teks anekdot dari aspek makna tersirat
4) Informasi Pendukung
Teks anekdot adalah sebuah cerita singkat dan lucu atau menarik, yang mungkin
menggambarkan kejadian atau orang sebenarnya, dan selalu disajikan berdasarkan pada kejadian
nyata, melibatkan orang-orang yang sebenarnya, apakah terkenal atau tidak, biasanya di suatu
tempat yang dapat diidentifikasi Kemendikbud (2013, hlm. 111) mengatakan, bahwa ada dua
pengertian mengenai teks anekdot.
Pengertian yang pertama, teks anekdot adalah cerita 16 singkat yang menarik karena lucu dan
mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang
sebenarnya.
Pengertian yang ke dua, teks anekdot harus didasarkan pada kenyataan yang terjadi di
masyarakat adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, yang merupakan
cerita rekaan. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa teks anekdot
adalah jenis teks yang berisi peristiwa-peristiwa lucu, konyol, atau menjengkelkan yang terjadi di
dalam kehidupan masyarakat dan melibatkan berbagai partisipan baik yang terkenal maupun
kalangan biasa sebagai akibat dari krisis yang ditanggapi dengan reaksi.
Anekdot tergolong ke dalam teks bergenre cerita. Berdasarkan hal tersebut, secara kebahasaan
(language feature) anekdot memiliki karakteristik sebagai berikut.
1) Banyak menggunakan kalimat langsung ataupun tidak langsung. Kalimatkalimat
itu dinyatakan dalam bentuk dialog para tokoh.

Page
37
2) Banyak mengunakan nama tokoh orang ketiga tunggal, baik dengan menyebutkan
langsung nama tokoh faktual atau tokoh yang disamarkan.
3) Banyak menggunakan keterangan waktu. Hal ini terkait dengan bentuk anekdot
yang berupa cerita, disajikan secara kronologis atau mengikuti urutan waktu.
4) Banyak menggunakan kata kerja material, yakni kata yang menunjukan suatu
aktivitas. Hal ini terkait dengan tindakan para tokohnya dan alur yang membentuk
rangkaian peristiwa ataupun kegiatan.
5) Banyak menggunakan kata penghubung (konjungsi) yang bermakna kronologis
(temporal), yakni dengan hadirnya kata-kata akhirnya, kemudian, lalu.
6) Banyak pula menggunakan konjungsi penerang atau penjelas, seperti, bahwa.ini
terkait dengan dialog para tokohnya yang diubah dari bentuk langsung ke kalimat
tak langsung.
Ciri-ciri Teks Anekdot
Setelah kita mengetahui pengertian dari teks anekdot, teks anekdot juga memiliki ciri-ciri
yang dapat berguna sebagai pembeda dari teks-teks lainya. Ciri-ciri tersebut dapat kalian lihat
sebagai berikut:
1. Teks anekdot bersifat humor atau lelucon, artinya teks anekdot berisikan kisah-kisah
lucu atau bualan.
2. Bersifat menggelitik, artinya teks anekdot akan membuat pembacanya merasa terhibur
dengan kelucuan yang ada dalam teks.
3. Bersifat menyindir
4. Bisa jadi mengenai orang penting
5. Memiliki tujuan tertentu
6. Kisah cerita yang disajikan hampir menyerupai dongeng
7. Menceritakan tentang karakter hewan dan manusia sering terhubung secara umum dan
realistis
8. Struktur teks anekdot
Selain itu, sebuah teks dengan bentuk anekdot juga memiliki struktur yang berbeda. Fungsi
dari adanya struktur teks anekdot ialah: untuk membuat teks menjadi lebih rapi dan sesuai, juga
benar-benar berbentuk.

Page
38
Struktur tersebut ada lima macam dan wajib dimasukan dalam sebuah teks dengan bentuk
anekdot. Apa saja lima struktur itu? Ini dia:
1. Abstrak
Abstrak menjadi struktur teks humor paling awal yang ada dalam sebuah teks bernama anekdot.
Abstrak ditaruh di awal paragraf dengan fungsi untuk menggambarkan mengenai teks tersebut
secara umum agar pembaca dapat membayangkan.
2. Orientasi
Orientasi merupakan awal kejadian pada cerita atau juga bagian yang menjelaskan latar belakang
mengapa peristiwa utama dalam cerita dapat terjadi.
3. Krisis
Struktur teks anekdot berikutnya adalah Krisis.Krisis merupakan bagian yang menjelaskan
mengenai pokok masalah utama dengan warna unik juga tidak biasa.Atau bahkan terjadi pasa
penulisnya sendiri.
4. Reaksi
Reaksi berhubungan besar dengan struktur krisis. Reaksi adalah bagian yang akan melengkapi
berupa penyelasaian masalah menggunakna cara-cara yang juga unik dan berbeda.
5. Koda
Seperti penutup, struktur teks anekdot yang terakhir ialah Koda.Koda merupakan bagian yang
menutup cerita dalam teks tersebut.

5) Latihan
Analisisi makna tersirat yang ada dalam teks anekdot!
6) Tugas
Diskusikan hasil analisis paragraf yang mengandung makna tersirat pada teks anekdot!
7) Penilaian
Ada lima pertanyaan yang harus kamu jawab. Masing-masing pertnyaan yang dijawab
dengan benar dan lengkap akan mendapatkan skor maksimal. Masing-masing soal akan di
berikan skor 25. Jumlah skor semua jawaban adalah 100.
Nilai = skor pemerolehan : skor maksimal x 100

Page
39

Anda mungkin juga menyukai