Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PTK

Mata Kuliah
Penelitian Tindakan Kelas

Mela Cahyati
857491906

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Terbuka
2022
1. Judul PTK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE “STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISIONS” UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN
SISWA

2. Latar Belakang Masalah


Bahasa pada dasarnya merupakan proses interaktif dan komunikatif yang ditekankan pada
aspek-aspek kebahasaan, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dari empat
keterampilan tersebut, keterampilan membaca menduduki posisi serta peran yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Kemudian timbul pertanyaan, bagaimana peranan guru dalam
mengembangkan keterampilan membaca? Peranan guru dalam proses membaca antara lain
menciptakan pengalaman yang memperkenalkan, memelihara, atau memperluas kemampuan siswa
untuk memahami teks. Kata “memahami teks” perlu digaris bawahi karena pada umumnya masih
banyak orang yang membaca suatu teks hanya sekedar membaca saja tanpa memahami inti atau
maksud yang terkandung dalam teks itu sendiri. Padahal menurut Abidin (2010) memahami benar
apa yang dibaca merupakan salah satu syarat bagi setiap pembaca yang baik.
Berdasarkan pengamatan hasil pendidikan di Sekolah Dasar dan menengah di Indonesia
adalah ketidakmampuan anak-anak menghubungkan antara apa yang dipelajari dengan bagaimana
pengetahuan itu dimanfaatkan untuk memecahkan persoalan sehari-hari (Direktorat SLTP, 2002).
Dalam hal ini adalah anak-anak khususnya usia Sekolah Dasar kesulitan untuk menuangkan apa
yang dipelajarinya atau apa yang telah dibacanya ke dalam sebuah pertanyaan mengenai teks yang
dibacanya tersebut. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh kurangnya pemahaman mereka terhadap
makna atau isi teks yang telah mereka baca.
Keadaan seperti hal di atas dialami oleh sebagian besar siswa kelas IV SDN 3 Karangnunggal
Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan observasi hasil nilai ulangan harian mata pelajaran Bahasa
Indonesia, ternyata sebagian besar siswa kesulitan untuk mengerjakan soal-soal ulangan mengenai
kompetensi dasar menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan teks, membuat pertanyaan sesuai
teks bacaan, menentukan kalimat utama atau menentukan gagasan pokok dan gagasan pendukung
ternyata sebagian besar siswa kesulitan untuk mengerjakan soal-soal dengan indikator tersebut. Hal
itu tergambar jelas dalam perolehan nilai Bahasa Indonesia pada kompetensi dasar tersebut, dimana
dari 26 siswa hanya 12 orang atau 40% dari jumlah siswa yang berhasil memperoleh yang mencapai
KKM (≥70) sedangkan sisanya sebanyak 14 siswa atau sekitar 60% dari jumlah siswa seluruhnya
memperoleh nilai dibawah KKM.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terlihat adanya masalah dalam pembelajaran,
yaitu kurangnya siswa dalam memahami materi bacaan yang mereka pelajari sehingga mereka
kesulitan dalam menuangkan jawaban dari suatu pertanyaan yang berhubungan dengan teks tersebut.
Dari masalah itu dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya kondisi tersebut adalah metode,
model, atau pendekatan yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan pembelajaran pada
kompetensi dasar tersebut kurang kreatif, aktif, dan menyenangkan sehingga membuat siswa kurang
termotivasi untuk membaca dan memahami isi bacaan. Padahal menurut McLaughlin dan Allen
(2002) salah satu prinsip membaca pemahaman adalah guru membaca yang profesional (unggul)
memengaruhi belajar siswa (Rahim, dalam Herdi, 2019:2). Penggunaan model pembelajaran yang
kurang tepat dapat mempengaruhi suasana pembelajaran serta respon siswa terhadap pembelajaran,
dan jika respon siswa terhadap pembelajaran kurang baik dan antusiasmenya juga kurang atau malah
terkesan malas maka besar kemungkinan akan berpengaruh pada hasil belajar yang kurang
memuaskan.
Kondisi tersebut tentu saja tidak boleh berlangsung terus - menerus tanpa adanya perbaikan
sama sekali. Karena jika kondisi ini tidak segera diantisipasi maka akan berimbas pada kurangnya
pemahaman siswa pada setiap mata pelajaran yang berbentuk teori. Maka dari itu, hendaknya segera
diambil solusi yang efisien dan efektif untuk mengatasinya. Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah dengan lebih mengaktifkan peserta didik secara merata, salah satunya dapat diterapkan
pemberian tugas pembelajaran secara individu atau kelompok belajar (cooperative learning).
Metode pembelajaran kooperatif yaitu belajar secara bersama-sama atau berkelompok. Muslim
Ibrahim mengatakan bahwa,
“Metode pembelajaran kooperatif selain membantu siswa memahami konsep yang sulit,
juga berguna untuk membantu siswa menumbuhkan keterampilan kerja sama, berfikir
kritis, dan kemampuan membantu teman” (Herdi, 2019 : 2).

Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yaitu Student Teams Achievement Divisions (STAD).
Pembelajaran kooperatif ini menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk
saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Dari
pengertiannya tampak bahwa STAD bisa mempengaruhi keaktifan pada siswa karena adanya
aktivitas dan interaksi antara siswa satu dengan siswa lainnya. Dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan (Depdikbud) disebutkan bahwa keaktifan peserta didik dalam menjalankan kegiatan
belajar mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan, peserta
didik akan aktif dalam kegiatan belajarnya apabila ada motivasi, baik motivasi ekstrinsik maupun
intrinsik. Dan di sana tercantum pula bahwa salah satu hal yang dapat merangsang tumbuhnya
motivasi belajar aktif pada peserta didik, antara lain adalah jenis kegiatan pembelajaran yang
menarik, menyenangkan dan menantang.
Dalam hal ini dibutuhkan penanganan ekstra dari guru untuk membuat siswa lebih aktif dan
termotivasi untuk membaca dengan sekaligus memahami isi dan makna dari bacaannya. siswa harus
mengenali konsep dan kosakata. Sehubungan dengan upaya meningkatkan keterampilan membaca
pemahaman perlu mendapat perhatian, membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna
mengetahui bagaimana kemampuan membaca pemahaman siswa di Sekolah Dasar. Sehubungan
dengan hal tersebut penulis akan menuangkannya dalam skripsi PTK dengan judul “Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) Untuk
Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa”

3. Diagnosis
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terlihat adanya masalah dalam
pembelajaran, yaitu kurangnya siswa dalam memahami materi bacaan yang mereka pelajari
sehingga mereka kesulitan dalam menuangkan jawaban dari suatu pertanyaan yang
berhubungan dengan teks tersebut. Dari masalah itu dapat disimpulkan bahwa penyebab
terjadinya kondisi tersebut adalah metode, model, atau pendekatan yang digunakan oleh guru
dalam menyampaikan pembelajaran pada kompetensi dasar tersebut kurang kreatif, aktif, dan
menyenangkan sehingga membuat siswa kurang termotivasi untuk membaca dan memahami isi
bacaan.

4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, secara umum permasalahan yang
akan diteliti adalah “Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Divisions (STAD) untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada
siswa kelas IV SDN 3 Karangnunggal?”
Permasalahan umum di atas dirinci ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?
2. Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran Bahasa
Indonesia?
3. Seberapa besar peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa setelah pembelajaran
kooperatif tipe STAD pembelajaran Bahasa Indonesia di SD kelas IV?
5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui gambaran penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
pembelajaran bahasa Indonesia di SD kelas IV
2. Mengetahui aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran bahasa Indonesia
3. Mengetahui peningkatan pemahaman membaca siswa setelah penggunaan pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada pembelajaran bahasa Indonesia terhadap pemahaman membaca
siswa

6. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis.
1. Manfaat Teoritis.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teori terhadap pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia khususnya yang berkaitan dengan kompetensi dasar mengenai
membaca intensif di kelas IV Sekolah Dasar.
2. Manfaat Praktis.
a. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai salah satu
metode pembelajaran yang aktif dan kreatif, dalam hal ini adalah penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam
pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap teks bacaan.
b. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada siswa agar minat
membacanya meningkat dan minat pemahaman terhadap isi bacaannya pun meningkat.
Dengan demikian, pada akhirnya akan diperoleh hasil belajar siswa yang meningkat serta
tujuan pengajaran membaca intensif/pemahaman yang telah dirumuskan dalam kurikulum
akan tercapai secara maksimal.

7. Kajian Pustaka
1. Hakikat Membaca
a. Pengertian Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis
(Tarigan, 2008:7). Klein, dkk. (1996) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup (1)
membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategi, dan (3) membaca merupakan
interaktif.
Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan
yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna.
Membaca juga merupakan suatu strategi. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi
membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengkonstruk makna ketika
membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca. Membaca adalah
interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang
membaca suatu teks yang bermanfaat akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks
yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara
pembaca teks.
b. Tujuan Membaca
Tarigan (2008:9) mengungkapkan tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari
serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat
sekali bethubungan dengan maksud tujuan atau intensif kita dalam membaca.
c. Manfaat Membaca
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut tercipta masyarakat yang gemar
membaca. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan melalui membaca. Masyarakat yang
gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan
kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa yang
akan datang.
Burns, dkk. (dalam Rahim, 2007 : 1) mengemukakan bahwa kemampuan membaca
merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar. Namun anak-anak yang tidak
memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar. Belajar membaca
merupakan usaha yang terus menerus dan anak-anak yang melihat tingginya nilai (value)
membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak
yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca. Anak-anak yang telah memahami
penting dan manfaat membaca tentu saja dalam dirinya akan timbul sugesti bahwa membaca
merupakan kebutuhan dalam hidupnya.
d. Jenis-jenis Membaca
Dalam kajian membaca dikenal banyak jenis membaca. Dasar pijakan dalam melakukan
pembagian atau penggolongan jenis jenis membaca bermacam-macam.
Jenis-jenis membaca menurut Resmini (dalam Herda:21) :

1) Membaca pemahaman (Reading For Understanding,), membaca yang bertujuan memahami


isi pesan dalam bacaan.
2) Membaca memindai disebut juga membaca tatap (scanning), kegiatan membaca yang sangat
cepat untuk memperoleh info tertentu dari bahan bacaannya.
3) Membaca layap/membaca sekilas (skimming), adalah membaca yang membuat kita bergerak
cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mengetahui isi umum/bagian dalam suatu
bacaan.
4) Membaca intensif (intensive reading), proses membaca yang dilakukan secara seksama,
cermat dan teliti dalam penanganan terperinci yang dilakukan pada saat membaca.
5) Membaca nyaring/suara keras, kegiatan membaca yang dilakukan untuk meningkatkan
membaca dan menyimak.
6) Membaca dalam hati, tujuan membaca dalam hati adalah melatih siswa menangkap arti
bacaan dalam waktu singkat dan melatih kesanggupan siswa untuk memusatkan perhatian
dan pikiran pada satu soal, serta melatih siswa untuk dapat mengambil kesimpulan dari apa
yang dibacanya

2. Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman merupakan istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi
keterampilan-keterampilan yang perlu dipahami dan menetapkan informasi yang ada dalam
bahn-bahan tertulis (Abidin, 2010:126). Menurut Tarigan (dalam Abidin, 2002:126) membaca
pemahaman (reading for understanding) adalah jenis membaca untuk memahami standar-
standar atau norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis dan pola-pola fiksi dalam usaha
memperoleh pemahaman terhadap teks.
Hal senada juga diungkapkan oleh Nuttal (Fifin, dalam Tn, 2009:11) bahwa membaca
pemahaman merupakan proses interaksi antara pembaca dengan teks dalam suatu peristiwa
membaca. Dimana kegiatan tersebut ditekankan pada keterampilan menguasai isi bacaan.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman
merupakan suatu proses untuk memahami isi bacaan, menyimpulkan isi bacaan, mengenal dan
menemukan ide baik yang tersurat maupun yang tersirat dari teks bacaan, serta merefleksikan
hal-hal yang telah dibaca.

B. Hakikat Pembelajaran Kooperatif


1. Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning berasal dari kata “cooperative” yang
artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya
sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin dalam Isjoni (2010:15) mengemukakan “in
cooperative learning method, students work together in four members teams to master material
initiality preseted by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa dimana
sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara
kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan
untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented),
terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa yang
tidak dapat bekerja sama dengan orang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat
dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia.
Dalam melakukan proses belajar mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti
lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa lainnya
dan saling belajar mengajar sesama mereka.
Ada banyak alasan mengapa cooperative learning mampu memasuki mainstream
(kelaziman) praktek pendidikan. Selain bukti-bukti nyata tentang keberhasilan pendekatan ini,
pada masa sekarang masyarakat pendidikan semakin menyadari pentingnya para siswa berlatih
berpikir, memecahkan masalah, serta menggabungkan kemampuan dan keahlian. Walaupun
memang kemampuannya merata, namun sebenarnya kelas dengan kemampuan siswa yang
bervariasi lebih membutuhkan pendekatan ini, karena dengan mencampurkan para siswa
dengan kemampuan yang beragam tersebut, maka siswa yang kurang akan sangat terbantu dan
termotivasi siswa yang lebih. Demikian juga siswa yang lebih akan semakin terasah
pemahamannya.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif


Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif membutuhkan partisipasi dan kerja sama
dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara belajar siswa
menuju belajar yang lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial.
Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik
dapat belajar secara berkelompok bersama-sama temannya dengan cara saling menghargai
pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya
dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.
Cooperative learning menyediakan banyak kegiatan yang perlu dilakukan para siswa
untuk mencapai perilaku antara lain : (1) siswa terlibat di dalam tingkah laku mendefinisikan,
menyaring, dan memperkuat sikap-sikap, kemampuan, dan tingkah laku partisipasi sosial; (2)
respek pada orang lain, memperlakukan orang lain dengan penuh pertimbangan kemanusiaan
dan memberikan semangat penggunaan pemikiran rasional ketika mereka bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama; (3) berpartisipasi dalam tindakan-tindakan kompromi, negosiasi,
kerja sama, konsensus dan penataan aturan mayoritas ketika bekerja sama untuk menyelesaikan
tugas-tugas mereka, dan membantu meyakinkan bahwa setiap anggota kelompok belajar. Ketika
mereka berusaha mempelajari isi dan kemampuan yang diharapkan, mereka juga menemukan
diri bagaimana memecahkan konflik, menangani berbagai problem dan membuat pilihan-pilihan
yang merefleksikan situasi-situasi pribadi dan sosial yang mungkin mereka temukan dalam
situasi dunia ini.
Jadi, dengan cara menghargai pendapat orang lain dan saling membetulkan kesalahan
secara bersama, mencari jawaban yang tepat dan baik, dengan cara mencari jawaban yang baik
dan benar serta memperoleh pengetahuan, materi pelajaran yang diajarkan juga dapat semakin
luas dan semakin baik.

C. Pembelajaran kooperatif dengan tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)


Tipe ini dikembangkan oleh Slavin (Isjoni, 2019:51) merupakan salah satu tipe koperatif
yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan
saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Pada
proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yang meliputi:
1. Tahap Penyajian Materi, yang mana guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus
dicapai hari ini dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari, agar
siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang telah
mereka miliki. Lamanya presentasi dan berapa kali harus di presentasikan bergantung pada
kekompleksan materi yang akan dibahas.
2. Tahap kerja kelompok, pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling diberi tugas, saling membantu memberikan
penyelesaian agar semua anggota kemolmpok dapat memahami materi yang dibahas, dan satu
lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai
fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.
3. Tahap tes individu, yaitu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan mereka telah dicapai,
diadakan tes secara individual, mengenai materi yang telah dibahas. Pada penelitian ini tes
individual diadakan diakhir pertemuan kedua dan ketiga, masing-masing selama 10 menit agar
siswa dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individu selama bekerja dalam
kelompok. Skor perolehan individu ini didata dan diarsipkan, yang akan digunakan pada
perhitungan perolehan skor kelompok.
4. Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu, dihitung berdasarkan skor awal. Berdasarkan
skor awal setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk membrikan sumbangan skor
maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Penghitungan
perkembangan skor individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi
terbaik sesuai dengan kemampuannya. Adapun penghitungan skor perkembangan individu
diambil dari penskoran perkembangan individu yang dikemukakan oleh Slavin dalam Isjoni
(2019 : 53) seperti terlihat pada tabel berikut :
Pedoman Pemberian skor Perkembangan Individu

Skor tes Skor perkembangan


individu

a. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5


b. 10 hingga 1 poin di bawah skor awal 10
c. Skor awal sampai 10 poin di atasnya 20
d. Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
e. Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor 30
awal)
Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing
perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Pemberian
penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok
baik, kelompok hebat, dan kelompok super. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan
pemberian penghargaan terhadap kelompok adalah sebagai berikut : (a) kelompok dengan skor
rata-rata 15 sebagai kelompok baik, (b) kelompok dengan skor rata-rata 20 sebagai kelompok
hebat, dan (c) kelompok dengan skor rata-rata 25 sebagai kelompok super.

8. Kerangka Berpikir dan Hipotesis Tindakan

Guru semestinya memperhatikan rencana dengan cermat, menerapkan berbagai model,


metode dan media pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran untuk diberikan kepada
peserta didik sehingga hasil belajar optimal dan memuaskan. Sebaliknya jika pembelajaran itu
disajikan dengan cara yang kurang menarik, membuat kreatifitas siswa rendah. Untuk
menciptakan pembelajaran yang menarik, upaya yang harus dilakukan guru adalah memilih
model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran. Dengan model pembelajaran
yang tepat diharapkan akan meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar. Hasil pengamatan
yang dilakukan peneliti melalui observasi di kelas III SD N 3 Karangnunggal Kabupaten
Tasikmalaya menunjukkan bahwa pencapaian hasil belajar masih kurang maksimal. Melihat
kenyataan dilapangan, maka peneliti merasa diperlukan inovasi model pembelajaran yang dapat
mengatasi masalah tersebut.

Metode pembelajaran yang aktif dan kreatif, dalam hal ini adalah penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam pembelajaran
untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap teks bacaan. Berdasarkan permasalahan yang
telah dikemukakan pada perumusan masalah, maka hipotesis penelitian ini adalah : Jika
Penggunaan model pembelajaran model STAD ini telah terbukti dapat dilaksanakan dengan baik
pada pembelajaran Bahasa Indonesia, maka dapat meningkatkan keterampilan membaca
pemahaman pada siswa kelas IV SDN 3 Karangnunggal.
1. Rencana dan Prosedur Penelitian
a. Subyek Penelitian
Subjek yang akan diteliti adalah siswa kelas IV tahun ajaran
2021/2022 yang berjumlah 26 orang siswa, dengan komposisi 8 orang
siswa laki-laki, dan 18 orang siswa perempuan.
Peneliti mengambil subjek tersebut karena selama melaksanakan
kegiatan pembelajaran peneliti menemukan masalah dalam pembelajaran
yaitu siswa kesulitan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada
kompetensi dasar menjawab dan membuat pertanyaan berdasarkan teks,
menentukan kalimat utama atau gagasan pokok dalam suatu paragraf.
Permasalahan tersebut membuat peneliti tergugah untuk melakukan
perbaikan dalam pembelajaran pada kompetensi dasar tersebut.
a. Lokasi dan Waktu Penelitian
1) Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD N 3 Karangnunggal,
Kabupaten Tasikmalaya. Peneliti memilih SD N 3 Karangnunggal
sebagai tempat penelitian berdasarkan beberapa pertimbangan berikut.
SD N 3 Karangnunggal merupakan tempat peneliti mengajar dan selama
mengajar tersebut peneliti menemukan masalah dalam pembelajaran.

2) Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan
November sampai Desember 2022.

b. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Wardani (dalam Herda,
2019:30) mengemukakan:
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru
di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
menjadi meningkat.

12
Berdasarkan pengertian PTK di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
PTK adalah perbaikan kinerja serta meningkatkan hasil belajar siswa, maka
penelitian ini dalam pelaksanaannya mengalami 3 siklus, dimana pada tiap
siklusnya melewati 4 tahapan, yaitu tahap perencanaan (planning), tahap
pelaksanaan tindakan (action), tahap pengamatan (observing) dan tahap
refleksi. Kemudian di akhir siklus diadakan refleksi untuk menganalisis
kekurangan-kekurangan yang terjadi untuk kemudian diperbaiki pada siklus
selanjutnya.

Untuk lebih jelasnya desain penelitian secara visual dapat dilihat pada
gambar 3.1 di bawah ini:
Permasalahan Lapangan

Rumusan Masalah

Perencanaan

SIKLUS I
Observasi Pelaksanaan

Refleksi 1

Perencanaan
SIKLUS II

Observasi Pelaksanaan

Refleksi Siklus 2

Perencanaan
SIKLUS
III

13
Observasi Pelaksanaan

Refleksi Siklus
Gambar 3.1 3

Alur Penelitian Tindakan Kelas Model


Kemmis dan Mc.Taggart (Herda, 2006: 48)

c. Prosedur Penelitian
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, Peneliti merencanakan
penelitian ini sebanyak 3 siklus. Adapun apabila setelah siklus pertama belum
menunjukan peningkatan hasil belajar, maka akan dilakukan siklus berikutnya
untuk memperbaiki kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya.
Model alur penelitian tersebut menggambarkan 4 tahapan penelitian
dalam setiap siklusnya, yaitu: a) Perencanaan tindakan (planning), b)
Pelaksanaan tindakan (action), c) Tahap pengamatan (observing), dan d)
Refleksi. Berikut akan dijelaskan keempat tahapan tersebut.
1) Perencanaan Tindakan (planning)
Tahap ini meliputi pra tindakan pelaksanaan, diantaranya penyusunan
skenario pembelajaran yaitu silabus dan RPP, penyesuaian pelaksanaan
pembelajaran dengan model pembelajaran yang akan digunakan, serta
penyusunan instrumen yang akan digunakan selama pelaksanaan siklus.
Instrumen-instrumen tersebut yaitu lembar observasi siswa, catatan lapangan,
LKPD kelompok dan tes tertulis.
Dengan berdasar pada studi pendahuluan, maka disusun program
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dengan menerapkan sintaks
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan langkah-langkah
kegiatannya dalam upaya melakukan perbaikan pada pembelajaran Bahasa
Indonesia. Rancangan tindakan ini disusun dengan memperhatikan (1) Tujuan
pembelajaran, (2) Prosedur pelaksanaan, (3) Kriteria pencapaian, dan (4)
Format evaluasi yang digunakan.
2) Pelaksanaan tindakan (action)

14
Pelaksanaan tindakan (action) merupakan implementasi rencana
tindakan di kelas terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun akan
diterapkan pada pelaksanaan tindakan setiap siklusnya.

Siklus 1
Pada pelaksanaan siklus ini pembelajaran akan melewati beberapa
tahapan dalam rangka memperkenalkan konsep awal mengenai kalimat
utama kepada peserta didik. Adapun tahap-tahap tersebut antara lain,
a) Membangun pemahaman mereka tentang paragraf
b) Menjelaskan tentang kalimat utama
c) Bagaimana cara menentukan kalimat utama pada sebuah paragraf
Guru sebagai peneliti dengan melakukan observasi selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Setelah pelaksanaan tindakan siklus 1
berlangsung, hasil observasi tersebut akan dianalisis dan dikaji kembali oleh
guru dan observer. Analisis ini dilakukan antara lain dengan melihat lembar
observasi guru, lembar observasi siswa dan catatan lapangan untuk
kemampuan membaca pemahaman, kemudian hasilnya akan direfleksi dan
hasil refleksi tersebut akan menjadi rekomendasi dan revisi untuk siklus
berikutnya.

Siklus 2
Pada siklus ke-2 ini, pelaksanaan tindakan yang dilakukan sesuai
dengan perencanaan perbaikan dari hasil analisis pada siklus ke-1. Dalam
penyusunan RPP masih menerapkan model pembelajaran yang digunakan
tetapi lebih ditekankan pada bagian yang harus mengalami perbaikan.
Selama berlangsungnya siklus 2, guru dan observer melakukan
observasi terhadap aktifitas dalam pembelajaran. Selanjutnya hasil observasi
tersebut akan dianalisis dengan melihat lembar observasi guru, lembar
observasi siswa dan catatan lapangan. Selanjutnya hasil observasi tersebut

15
direfleksi untuk kemudian dijadikan bahan rekomendasi dan revisi untuk
siklus yang akan dilaksanakan berikutnya.

Siklus 3

Pelaksanaan tindakan pada siklus 3 harus jauh lebih baik dari siklus-
siklus sebelumnya. Mulai dari penyusunan RPP harus berdasarkan pada
perbaikan siklus 2.

Pada tahap ini pun guru melakukan pengamatan terhadap aktifitas


pembelajaran. Hasil pengamatan tersebut akan dianalisis dengan melihat
hasil, lembar observasi siswa dan catatan lapangan. Selanjutnya hasil
analisis tersebut akan dikaji ulang dan direfleksi untuk kemudian hasilnya
menjadi bahan rekomendasi dan revisi untuk pelaksanaan tindakan siklus
berikutnya. Pelaksanaan proses analisis ini dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran kualitatif hasil penelitian pada siklus 3.

3) Pengamatan Tindakan (Observing)


Tahap observasi dilaksanakan untuk mengetahui kesesuaian
pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang sudah disusun
sebelumnya dan untuk mengetahui seberapa jauh tindakan yang sedang
berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang
diinginkan. (Kasbollah, 1988 dalam Nurdaniah, 2019:37).
Tahap ini dilakukan dengan melakukan pengamatan menggunakan
instrumen pengumpulan data yang telah disusun, yaitu lembar observasi
aktifitas siswa, dan catatan lapangan. Dari data-data tersebut maka akan
diperoleh seperangkat data tentang pelaksanaan tindakan, kendala yang
dihadapi, serta hasil pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan pada tiap
siklusnya.
4) Refleksi Tindakan (Reflecting)
Pada tahap ini guru merefleksi hasil observasi pelaksanaan tindakan
pada tiap siklus, tentang bagian mana dalam pembelajaran yang dirasakan
sudah berjalan baik dan bagian mana yang masih membutuhkan perbaikan.

16
Apabila setelah dilakukan refleksi ternyata hasil pengamatan pada siklus
sebelumnya dinilai kurang memuaskan maka pada siklus selanjutnya akan
diadakan perbaikan pada bagian yang dinilai masih kurang. Pelaksanaan
proses analisis dimaksudkan untuk memperoleh gambaran kualitatif hasil
penelitian pada siklus.
Hal ini dilakukan agar pada akhir siklus diperoleh hasil yang
memuaskan
d. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu atau fasilitas yang digunakan
oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan tersistematis
sehingga lebih mudah diolah (Arikunto dalam Herda, 2019:53).
Berikut adalah instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu:
1) Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran yang digunakan yaitu Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang dijadikan acuan selama pelaksanaan tindakan tiap siklus.
Dalam penelitian tindakan kelas ini untuk melihat aktivitas siswa dalam
pembelajaran dan perubahan serta peningkatan pemahaman siswa maka
diberikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang dikerjakan secara
berkelompok. Tujuannya adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya
peningkatan hasil belajar dan prestasi belajar siswa antara sebelum dan
sesudah pemberian tindakan pada pembelajaran.
1) Instrumen Pengambilan Data
a) Format Observasi
Observasi adalah suatu teknik evaluasi non tes yang
menginventarisasikan data tentang sikap dan kepribadian siswa dalam
kegiatan belajarnya dan dilakukan dengan mengamati kegiatan dan
perilaku siswa secara langsung (Suherman dalam Herda, 2010:53).
Tujuan dilakukannya observasi adalah untuk mendapatkan
informasi dan gambaran mengenai aktivitas guru dan siswa selama

17
proses pembelajaran berlangsung. Dalam lembar observasi ada dua aspek
yang diamati yaitu: aktivitas guru dan aktivitas siswa yang berisi
indikator-indikator keterlaksanaan pembelajaran dengan model STAD.
b) Catatan Lapangan
Catatan lapangan menurut Bodgan dan Biklen (Herda, 2019: 56)
adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, diungkap, dialami, dan
dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam
penelitian kualitatif.
Catatan lapangan digunakan untuk mencatat semua informasi yang
didengar, dilihat, dialami, serta dipikirkan perihal apa yang terjadi diluar
rencana dan berpengaruh terhadap model STAD dan kemampuan membaca
pemahaman.
c) Tes Tertulis
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui
atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang
sudah ditentukan (Arikunto, 2007:53). Adapun tes yang digunakan oleh
peneliti dalam penelitiannya adalah tes tertulis sebagai evaluasi terhadap
pembelajaran, untuk memperoleh data keterampilan membaca pemahaman.
Tes ini memuat beberapa indikator pembelajaran yaitu menyusun kalimat
acak menjadi sebuah paragraf, menentukan kalimat utama, menjawab
pertanyaan seputar teks yang telah disusun, membuat pertanyaan
berdasarkan teks yang telah disusun,dan menceritakan isi teks bacaan
dengan kata-kata sendiri. Sebagai indikator keterampilan membaca
pemahaman, dalam penyusunan teks bacaan itu sendiri berdasarkan
taksonomi Blooms dimana dalam pemilihan bahan teks bacaan disesuaikan
dengan tingkat kesulitan wacana, isi wacana, panjang pendek wacana, dan
bentuk-bentuk wacana.
e. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data peneliti menggunakan
beberapa teknik yaitu observasi (pengamatan) dan tes tertulis.

18
Dalam setiap siklusnya, pengamatan dilakukan dari awal kegiatan
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD, yaitu mulai dari tahap penyajian materi, tahap kerja kelompok,
tahap tes individu sampai pada tahap penghargaan kelompok terbaik.
Dengan demikian, perilaku guru dan siswa pada saat kegiatan
pembelajaran dapat terekam dalam catatan observasi.
Catatan lapangan memuat tentang interaksi belajar mengajar baik
interaksi antara guru dan peserta didik atau antara peserta didik dengan
peserta didik. Catatan lapangan mencatat semua perilaku guru dalam
melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran. Data dalam catatan lapangan
dikumpulkan dengan teknik observasi.
Tes tertulis diberikan untuk memperoleh gambaran tingkat
kemampuan siswa dalam membaca pemahaman, dan selanjutnya data
tersebut menjadi data kuantitatif hasil pelaksanaan tindakan setiap
siklusnya

f. Teknik Analisis Data


Data yang terkumpul dari siklus-siklus yang telah dilaksanakan
kemudian dianalisis, data-data tersebut berasal dari beberapa sumber yang
telah dikumpulkan yaitu dari hasil observasi berupa hasil observasi
aktivitas guru, observasi aktivitas siswa, analisis catatan lapangan, dan tes
tertulis.
Analisis data baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif
sebelumnya dianalisis kemudian dideskripsikan dengan menampilkan hasil
data yang kemudian dipersentasikan dan akan ditarik sebuah kesimpulan.
Menganalisis data dari hasil belajar siswa pada setiap siklus.
Untuk mengukur pemahaman siswa, peneliti menggunakan pedoman skala
penilaian menurut Arikunto (2009: 35) yang disesuaikan dengan indikator
pembelajaran yang telah ditentukan oleh penulis.

19
1) Penilaian Membaca Pemahaman

Pedoman Nilai Membaca Pemahaman

Rentang Nilai Kategori Keterangan

81 – 100 BS Baik Sekali

61 – 80 B Baik

41 – 60 C Cukup

21 – 40 K Kurang

< 21 SK Sangat kurang

2) Penilaian Perkembangan Individu

Penghitungan skor perkembangan individu menurut


pembelajaran kooperatif tipe STAD pada penelitian ini diambil dari
penskoran perkembangan individu yang dikemukakan Slavin (1995)
seperti yang terlihat pada tabel berikut ini:

Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu

Skor Tes Skor Perkembangan Individu


a. Lebih dari 10 poin di bawah skor 5
awal
b. 10 – 1 poin dibawah skor awal 10
20
c. Skor awal sampai 10 poin di atasnya
30
d. Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
e. Nilai sempurna (tidak berdasarkan
skor awal)

20
3) Penilaian Hasil Kerja Kelompok

Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan


masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai
jumlah anggota kelompok. Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan
perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik.
Kelompok hebat dan kelompok kelompok super.
Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan pemberian
penghargaan terhadap kelompok adalah sebagai berikut: (a) kelompok
dengan skor rata-rata 15, kelompok baik, (b) kelompok dengan skor rata-
rata 20, kelompok sangat hebat, (c) kelompok dengan skor rata-rata 25
sebagai kelompok super.
Data hasil observasi merupakan pendukung dalam penelitian ini.
Observasi yang dilakukan dengan menggunakan evalusai non tes berupa
lembar observasi. Lembar observasi tersebut berguna untuk data tentang
sikap siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Data nilai yang diperoleh dihitung dengan :

skor perolehan x 100


Skor = skor maksimum

Data dikonversikan pada skala nilai dengan rentang 100 untuk


menilai keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru. Konversi nilai
tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:
Data observasi pada siswa dapat menggunakan skala nilai dengan
rentang nilai dalam bentuk angka (1, 2, 3, 4) kategori untuk perolehan 1 =
kurang baik, 2 = cukup baik, 3 = baik, 4 = baik sekali.
Skala nilai dapat dihitung dengan rumus:
Konversi Nilai Kegiatan Siswa

Nilai Keterangan
10 – 29 E = Sangat kurang

21
30 – 49 D = Kurang
50 – 69 C = Cukup baik
70 – 89 B = Baik
90 – 100 A = Baik Sekali
Untuk catatan lapangan dilihat dari perubahan dan keberhasilan mengatasi
kekurangan yang terjadi di setiap siklusnya.
Adapun kriteria keberhasilan penelitian tindakan kelas ini ditandai dengan
adanya perbaikan dan keaktifan serta motivasi siswa dalam kompetensi dasar
mengenai membaca pemahaman. Sedangkan dalam aspek kognitif siswa
keberhasilan tersebut dapat tergambar dari peningkatan persentase jumlah siswa
yang mencapai nilai >75. Keberhasilan minimal yang ditargetkan peneliti adalah
85% dari jumlah siswa mendapatkan nilai diatas KKM. artinya kondisi tersebut
telah memenuhi target penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan.

10. Jadwal Penelitian

November Desember
Minggu Minggu
No Kegiatan
Ke- Ke- Ke- Ke- Ke- Ke- Ke- Ke-
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal
Penyusunan Instrumen
2
Penelitian
3 Melakukan siklus I
4 Melakukan siklus 2
5 Melakukan siklus 3

11. Personalia Penelitian

1. Kepala Sekolah SDN 3 Karangnunggal


2. Bapak/Ibu Guru SDN 3 Karangnunggal yang telah mendukung penulis
dalam penyusunan karya tulis ini.

22
12. Daftar Pustka

Abidin, Yunus. (2010). Strategi Membaca. Bandung: Rizqy Press.


Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006. Jakarta: Media Makmur Majumandiri.
Isjoni. (2010). Coperative Learning. Bandung: ALFABETA
Nursaban. (2007). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas I. Jakarta:
Pusat Perbukuan Depdiknas
Rahim, Farida. (2007). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Padang:
Bumi Aksara
Resmini, dkk. (2008). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI PRESS.
Suherman & Winataputra. (1992). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Depdikbud.
Sunendar, dkk. (2008). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA.

23

Anda mungkin juga menyukai