Anda di halaman 1dari 65

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

masyarakat yang gemar belajar. Proses belajar yang efektuf antara lain dilakukan

melalui membaca. Masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan

dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga

mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang.

Mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum pada Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 telah diatur pada pasal 31 ayat 2 menyebutkan

bahwa ” Pemerintah mengusahkan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran

nasional, yang diatur dengan Undang-Undang ”. Pernyataan tersebut sesuai

dengan isi yang dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Ayat 3 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS).

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan Negara.

Sejalan dengan itu, isi kurikulum yang merupakan susunan bahan kajian

dan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional memuat sekurang-

kurangnya pelajaran tentang bahasa Indonesia termasuk membaca dan menulis


2

yang mempunyai program mengembangkan pengetahuan, keterampilan

berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Bahasa berfungsi sebagai

salah satu alat komunikasi. Tarigan (2008) mengungkapkan bahwa keterampilan

berbahasa (language art, language skills) dalam kurikulum di sekolah biasanya

mencakup empat segi yaitu keterampilan menyimak/mendengar (listening skills),

keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills),

keterampilan menulis (writting skils).

Pengajaran bahasa Indonesia pada hakekatnya adalah pengajaran

berbahasa, bukan pengajaran tentang berbahasa. Keterampilan-keterampilan

berbahasa yang perlu ditekankan dalam pengajaran bahasa Indonesia adalah

keterampilan reseptif (mendengarkan dan membaca) dan keterampilan produktif

(menulis dan berbicara). Pengajaran berbahasa diawali dengan pengajaran

keterampilan reseptif, sedangkan keterampilan produktif dapat turut tertingkatkan

pada tahapan selanjutnya.Kemudian peningkatan kedua keterampilan tersebut

menyatu sebagai kegiatan bahasa yang terpadu.

Membaca merupakan kegiatan terpadu dari kemampuan berbahasa.

Pendekatan pengalaman berbahasa dapat digunakan dalam pengajaran membaca

karena kekuatan konseptual dan longistik yang di bawah anak ke sekolah harus

digunakan secara penuh. Nurhadi (2016, h. 2) mengungkapkan bahwa “membaca

adalah proses pengolahan bacaan secara kritis-kreatif yang dilakukan pembaca

untuk memperoleh pemahaman menyeluruh tentang bacaan itu, yang diikuti oleh

penilaian terhadap keadaan, nilai, funfi, dan dampak bacaan itu”. Selaras yang

diungkapkan Widyastuti (2017) membaca merupakan kegiatan yang melibatkan


3

unsur auditif (pendengaran) dan visual (pengamatan). Kemampuan membaca

dimulai ketika anak senang mengeksplorasi buku dengan cara memegang atau

membolak-balik buku bahasa sebagai alat komunikasi utama anak

mengungkapkan keinginan maupun kebutuhannya. Meskipun membaca begitu

penting, tapi hal tersebut masih dianggap biasa oleh sebagian orang hal ini juga

dijelaskan oleh Khaerunnisa (2018) menjelaskan bahwa pada kegiatan membaca

di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan mempersiapkan

tujuan khusus yang sesuai atau membantu siswa untuk mempersiapkan tujuan

membaca siswa itu sendiri. Seseorang yang memiliki tujuan membaca cenderung

akan lebih memahami isi bacaan dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki

tujuan.

Pada kurikulum 2013 (K13) siswa diarahkan agar mampu membaca teks

percakapan dengan lafal dan intonasi yang tepat.Kompotensi yang dikembangkan

dalam pembelajaran membaca pemahaman tertulis dalam indikator pembelajaran.

Indikator pembelajaran tersebut adalah membaca teks percakapan dengan

menggunakan lafal dan intonasi yang tepat, mencatat pokok-pokok isi percakapan

dan menulis isi rangkuman percakapan.

Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca

dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang

yang tidak mempunyai tujuan. Kegiatan membaca di kelas, guru seharusnya

menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai

dengan tujuan membaca itu sendiri.


4

Berdasarkan hasil observasi pada pra penelitian yang dilakukan oleh

peneliti pada saat melakukan proses kegiatan Kuliah Karya Nyata (KKN) di SD

Inpres 12/79 Pattuku Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone sebagian siswa di

jenjang kelas IV mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang

membutuhkan pemahaman dengan kata-kata sendiri atau pertanyaan yang

membutuhkan penalaran. Sebagian siswa kurang mampu memahami teks dengan

membacakan teks percakapan menggunakan lafal dan intonasi yang

tepat.Menentukan pokok pikiran dan menyimpulkan isi cerita anak dalam

beberapa kalimat, sehingga hasil belajar yang diharapkan kurang memuaskan.

Data rata-rata siswa Kelas IV SD Inpres 12/79 Pattuku Kecamatan

Bontocani Kabupaten Bone diperoleh hasil 55,9 yang artinya dibawah Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70% siswa memperoleh nilai 7,00. Penyebab

dari masalah-masalah yang terjadi dilaporkan sebagian siswa tidak mampu

memahami teks dengan lafal dan intonasi yang tepat dikarenakan kurangnya

media pembelajaran. Metode pembelajaran membaca pemahaman kurang

bervariasi dan siswa belum mengetahui tujuan dan manfaat membaca

pemahaman. Selain itu, guru juga tidak menggunakan strategi membaca yang

menarik bagi siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman tersebut.

Membaca pemahaman memerlukan strategi dalam membacanya.Strategi

adalah ilmu dan kiat di dalam memanfaatkan segala sumber yang dapat

dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Pengupayaan pencapaian

tujuan akhir digunakan sebagai acuan di dalam menata kekuatan serta menutup
5

kelemahan yang kemudian diterjemahkan menjadi program kegiatan merupakan

pemikiran strategi.

Menurut Dalman (2014) membaca pemahaman merupakan keterampilan

membaca yang secara kognitif (membaca untuk memahami). Kegiatan membaca

pemahaman, pembaca dituntut mampu memahami isi bacaan. Usaha memperoleh

pemahaman terhadap teks, pembaca menggunakan strategi tertentu. Pemilihan

strategi berkaitan erat dengan faktor-faktor yang terlibat dalam pemahaman, yaitu

pembaca teks dan konteks. Dalam teori membaca dikenal beberapa strategi

membaca.Pada dasarnya strategi membaca menggambarkan bagaimana pembaca

memproses bacaan sehingga dia memperoleh pemahaman terhadap bacaan

tersebut. Salah satu strategi yang relevan digunakan yaitu Survey Question Read

Recite Review (SQ3R). Strategi ini merupakan suatu rencana membaca yang

terdiri dari mensurvey isi, membuat pertanyaan, membaca isi, menceritakan isi

bacaan dan meninjau kembali bacaan.

Penelitian terdahulu yang telah dilaksanakan oleh Apriliyani pada tahun

2017 yang dirangkum dalam kumpulan Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia

dengan judul penelitian “Penerapan Metode SQ3R Untuk Meningkatkan

Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”, dari hasil

penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan membaca

pemahaman siswa kelas IV SD dengan menerapkan metode SQ3R ini. Hal ini di

buktikan dengan peningkata pada setiap indikator, rata-rata siswa, dan ketuntasan

belajar pada setiap siklusnya. Peningkatan ini terjadidi karnakan adanya


6

perencanaan, proses pelaksanaan, pelaksanaan dari tahapan SQ3R untik kelas IV,

serta refleksi yang digunakan setiap proses pembelajaran. Keberhasilan penelitian

ini dapat di lihat dari pencapaian siklus I memperoleh nilai rata-rata sebesar 68,08

dengan persentase 52,12%. Pencapaian pada siklus II memperoleh rata-rata

sebesar 88,43 dengan persentase 93,75%. Jadi hal ini Menunjukkan bahwa

kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV dapat meningkat dengan

menerapkan metode SQ3R pada proses pembelajaran.

Berdasarkan dari uraian, peneliti mengambil strategi SQ3R dengan

pertimbangan bahwa strategi SQ3R adalah metode yang efektif dan mengandung

unsur pembelajaran fungsional. Unsur-unsur tersebut dapat merangsang

kemampuan siswa dalam berfikir.Metode SQ3R dapat digunakan sebagai metode

untuk mengabungkan keefektifan membaca pemahaman pada tingkat sekolah

dasar. Alasan yang lain sehingga peneliti mengambil strategi SQ3R ini karena

dengan menggunakan strategi SQ3R memungkinkan guru dapat meningkatkan

hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman, sebab dengan

memanfaatkan langkah-langkah yang terdapat dalam strategi SQ3R, maka akan

menimbulkan suasana belajar yang memungkinkan siswa untuk lebih memahami

isi bacaan, sehingga menimbulkan kesan yang baru kepada siswa dalam

pembelajaran membaca. Dengan demikian, siswa tersebut merasa tertarik dan

termotivasi dalam pembelajaran membaca, dan pada akhirnya sedikit demi sedikit

minat siswa dalam pembelajaran membaca akan meningkat yang diikuti dengan

peningkatan hasil belajar siswa. Alasan kedua secara teori suatu pembelajaran

yang berkualitas adalah pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan yang


7

seluas-luasnya kepada siswa untuk mengaktualisasikan dirinya dalam

pembelajaran sehingga keaktifan dalam pembelajaran meningkat karena siswa

diberlakukan sebagai subyek bukan obyek pembelajaran, hal ini sesuai dengan

harapan yang diinginkan dalam pembelajaran strategi SQ3R sehingga peneliti

yakin dan percaya bahwa strategi SQ3R mampu menjawab masalah yang dihadapi

siswa Kelas IV SD Inpres 12/79 Pattuku Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone.

Pola strategi SQ3R telah terdapat dua unsur dari proses belajar bermakna

(meaning learning) yaitu discovery learning dan rule learning. Oleh karena itu

peneliti bersama guru bermaksud untuk mengatasi masalah yang timbul dengan

melakukan penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas (PTK) yang berjudul

“Peningkatan Kemampuan membaca pemahaman siswa melalui penerapan

strategi Survey Question Reading Recite Review Kelas IV SD Inpres 12/79

Pattuku Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan

penelitian yaitu : Bagaimanakah peningkatan kemampuan membaca pemahaman

melalui penerapan strategi SQ3R pada siswa Kelas IV SD Inpres 12/79 Pattuku

Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas adapun tujuan Secara umum

penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatkan kemampuan membaca

pemahaman melalui penerapan strategi SQ3R padasiswa Kelas IV SD Inpres

12/79 Pattuku Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone.


8

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian tindakan kelas

dengan penerapan strategi SQ3R ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat praktis

a. Siswa, akan dapat memberikan pengalaman baru dalam kegiatan

pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran membaca

sehingga diharapkan hal ini akan berdampak terhadap minat mereka dalam

belajar sekaligus akan dapat meningkatkan hasil belajarnya.

b. Guru, sebagai referensi dalam pengembangan kegiatan pembelajaran yang

pada akhirnya secara sinergis akan menumbuhkembangkan semangat

persaingan positif di dalam lingkungan sekolah menuju upaya peningkatan

kualitas hasil pembelajaran.

c. Sekolah, diharapkan penelitian ini bermanfaat dalam upaya pengembangan

mutu dan hasil pembelajaran yang berindikasi pada besarnya motivasi

serta meningkatkkan hasil belajar siswa.

d. Peneliti, diharapkan dapat dijadikan acuan model pembelajaran membaca

pemahaman dengan menggunakan strategi SQ3R.

2. Manfaat teoritis

Temuan penelitian dapat dijadikan sebagi landasan teori pembelajaran

bahasa Indonesia pada umumnya dan khususnya dalam peningkatan kemampuan

membaca pemahaman di Sekolah Dasar.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran SQ3R

a. Pengertian SQ3R

SQ3R adalah singkatan dari survei, question, read, recite, review. Pada

fase survey, siswa membaca cepat untuk menemukan ide pokok. Pada fase

question, siswa membaca cepat untuk menemukan ide poko. Pada fase question,

siswa membuat pertanyaan-pertanyaan untuk mengantisipasi isi teks. Selanjutanya

pada tahap read, mereka melakukan kagiatan inti yaitu membaca, sekaligus

mencari jawaban-jawaban terhadap pertanyaan yang telah difoumulasikan

sebelumnya. Tahap yang terakhir adalah recite, dimana siswa memproses ulang

bagian-bagian yang penting pada teks dalam bentuk bahasa lisan atau tertulis, dan

pada tahap review, siswa menilai hal-hal penting yang telah dibaca dan kemudian

menaruhnya pada memori jangka panjang (Ni Made Ratminingsi, 2017). Model

pembelajaran SQ3R merupakan strategi pemahaman yang membantu siswa

berpikir tentang teks yang sedang mereka baca (Huda: 2014).

Menurut Meliyawati (2016) strategi SQ3R adalah strategi membaca yang

dapat mengembangkan meta konnitif siswa yaitu dengan menugaskan siswa untuk

membaca bahan belajar secara seksama-cermat, dengan sintaks: Survey dengan

mencermati teks bacaan dan mencatat menandai kata kunci, questition dengan

membuat pertanyaan (mengapa, bagaimana, dariaman), read dengan membaca


10

teks dan cari jawabannya, recite dengan pertimbangan jawaban yang diberikan

(catat, bahas bersama), dan review dengan cara meninjau ulang menyeluruh.

Selaras yang diungkapkan Prastowo (2012) strategi SQ3R adalah survey,

siswa-siswa diminta untuk membaca secara sepintas. question, siswa diminta

untuk membuat beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi. read, siswa

diminta untuk memperhatikan pengorganisasian materi dan membubuhkan tanda

khusus pada ide utama dan menjawabpertanyaan yang sudah dibuat ditahap

selanjutnya. recite, siswa diminta untuk menguji dari pada saat membaca

kemudian meringkas materi dengan menggunakan bahasa siswa sendiri. review,

siswa diminta untuk melihat kembali materi tersebut.

Berdasarkan pendapat diatas menurut penulis strategi SQ3R adalah lima

tahapan yang dilakukan untuk memudahkan siswa dalam memahami

pembelajaran bahasa Indonesia yaitu, Survey (penelaahan pendahuluan), Question

(bertanya), Read (baca), Recite (mengutarakan kembali), Review (mengulang

kembali).

b. Tujuan Pembelajaran SQ3R

Menurut Habibati (2017, h. 142) tujuan dari penggunaan strategi SQ3R ini

adalah sebagai berikut :

1) Membimbing siswa bagaimana membaca dan berfikir layaknya pembaca


efektif.
2) Melatih kemampuan siswa mereview informasi dan membuat catatan dari
teks atau bacaan.
3) Meningkatakan kemandirian siswa
4) Mengambangkan kemampuan menanya siswa.

Adapun tujuan pembelajaran strategi SQ3R lain yang diungkapkan

Zulhaidah (2010) adalah untuk membantu para siswa mengembangkan suatu


11

metode belajar dalam membaca dan mengingat tugas-tugas content area reading

dan Corner mengemukakan bahwa SQ3R menyajikan empat tujuan, yakni untuk

mengelisitasi pengetahuan sebelumnya, menyusun tujuan untuk membaca,

memungkinkan para pemelajar untuk memonitor pemahaman mereka; dan

memungkinkan para pemelajar untuk menilai pemahaman mereka terhadap teks.

Berdasarkan tujuantersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca

dengan menggunakan metode SQ3R akan lebih efektif dan efisien serta

memungkinkan memberi hasil yang maksimal.

c. Langkah – Langkah Pembelajaran SQ3R

Adapun langkah-langkah model pembelajaran SQ3R dalam Huda (2014)

adalah sebagai berikut :

1) Survey: Siswa membaca teks atau bacaan untuk memperoleh pengetahuan

awal tentang materi yang akan diajarkan.

2) Question: Siswa membuat pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan

teks atau bacaan tersebut.

3) Read: Ketika siswa membaca mereka harus mencari jawaban-jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan tersbut.

4) Recite:Siswa membuat catatan mengenai jawaban mereka untuk pembelajaran

selanjutnya.

5) Review: Siswa mereview teks unutk menjawab pertanyaa-pertanyaan

selanjutnya.
12

d. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran SQ3R

Menurut Huda (2014) adapun prosedur pelaksanaan pembelajaran SQ3R

dalam adalah sebagai berikut.

1) Sebelum membaca siswa diharapkan melakukan survey (mengamati) terhadap:

a) Judul, Subjudul dan sub sub judul.

b) Tulisan di bawah gambar, diagram grafik atau peta.

c) Tinjauan kembali pertanyaan-pertanyaan atau panduan-panduan belajar

yang dibuat oleh guru.

d) Paragraf pendahualuan dan paragraph penutup.

e) Rangkuman.

2) Bertanya (question) sambil mencermati:

a) Ubah judul, subjudul, subjudul atau sub judul atau sub subjudul menjadi

pertanyaan.

b) Baca pertanyaan pada setiap akhir bab atau setelah masing-masing

subjudul atau sub subjudul.

c) Tanyakan pada diri anda.

3) Mencaritakan (Recite) setelah membaca satu bagian:

a) Tanya diri anda secara lisan mengenai apa yang baru saja telah anda baca

atau ringkas dengan kata-kata sendiri.

b) Catat dari teks informasi penting dengan kata-kata sendiri.

c) Garis bawahi poin-poin penting yang baru saja anda baca.

d) Menceritakan.
13

e) Semakin banyak indra yang anda gunakann, maka semakin mudah anda

mengingat apa yang telah anda baca. Ada 3 kekuatan dalam membaca

dalam belajar yaitu melihat, mengucapkan dan mendengarkan.

4) Mengulas sebuah proses berkelanjutan (Review):

a) Setelah membaca dan menceritakan selurh bab, tulislah pertanyaan pada

pinggiran halaman untuk poin-poin yang telah anda sorot atau garis

bawahi.

b) Ketika me-review, tulislah pertanyaan untuk catatan yang telah anda buat

disisi kiri pinggiran halaman pada buku catatan anda.

c) Lengkapi formulir untuk tinjauan kembali dalam membaca kritis.

e. Kelebihan dan Kekurangan Strategi SQ3R

Adapun kelebihan dari penggunaan srategi SQ3R yang diungkapkan Huda

(2014, h. 142) adalah sebagai berikut:

1) Dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa.


2) Dapat memingkatkan motivasi dan partisipasi siswa dalam kegiatan
belajar mengajar.
3) Dapat membantu siswa untuk memahamiinformasi dalam teks.
4) Dapat menigkatkan daya berpikir kritis siswa.
5) Dapat melatih siswa untuk menggali informasi dari dalam teks sebanyak
mungkin.
6) Dapat mempermudah siswa untuk memahami isi teks.
7) Dapat menciptakan proses pembelajaran yang aktif karena siswa ada
beberapa tahapan dalam pelaksanaan strategi ini: Survei (Survey),
bertanya (question), membaca (read), menceritakan (recite) dan
mengulas (review).

Aris Shoimin (2014) menyatakan bahwa dengan tahap survei pada awal

pembelajaran akan membangkitkan rasa ingin tahu siswa tentang materi yang

akan dipelajari sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

Selaian itu, dengan tahap mengajukan pertanyaan dan mencoba menemukan


14

jawaban dari pertanyaan nya sendiri dapat mendorong siswa berpikir kritis, aktif

dalam belajar dan pembelajaran menjadi bermakna.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode SQ3R

memiliki kelebihan untuk diterapkan pada saat membaca pemahaman. Kelebihan

metode SQ3R tersebut antara lain adalah (1) Siswa dapat menyelesaikan serta

menelaah tugas dengan baik, (2) Siswa dapat meyelesaikan tugas dalam waktu

yang singkat, (3) Siswa memperoleh pemahaman yang lebih luas, (4) siswa akan

menjadi pembaca yang aktif dan terarah langsung pada intisari atau

kandungankandungan pokok materi yang tersirat dan tersurat dalam teks bacaan,

(5) Siswa menjadi mudah memahami dan menguasai bacaan, dan (6) Siswa dapat

mengingat isi atau hal penting dalam bacaan lebih lama

Menurut Huda (2014) adapun kelemahan yang perlu dipertimbangkan

dalam menggunakan SQ3R adalah sebagai berikut :

1) Ketika siswa tidak memiliki pemahaman cukup tentang cara menerapkan

SQ3R, maka siswa menemukan kesulitan untuk mengetahui perkembangan

kempuan membaca mereka.

2) Siswa merasa kesulitan unutk memahami teks bacaan yang lebih kompleks.

3) Membutuhkan banyak waktu, dan

4) Siswa dapat merasa bosan karena langkah SQ3R yang panjang.

2. Membaca Pemahaman

a. Pengertian Membaca Pemahaman

Mustakim (2008) mengungkapkan bahwa membaca pada hakikatnya

merupakan suatu proses pemberian makna terhadap simbol-simbol bahasa tulis,


15

yang di dalamnya terlibat banyak faktor untuk memperoleh pemahaman terhadap

teks yang dibaca. Sifat reaktif dan kreatif pembaca sangat diharapkan untuk

memunculkan pemahaman terhadap isi, sehingga mampu menganalisis secara

kritis dan menilai bacaan yang dibaca.

Untuk melatih kemampuan membaca dibutuhkan kegiatan membaca yang

bertujuan dan bermanfaat bagi kebutuhan informasi.Berbagai jenis kegiatan

membaca diuraikan di bawah ini sehingga diperoleh jenis kegiatan yang dapat

menunjang kegiatan membaca. Pembelajaran membaca di SD dilaksanakan sesuai

dengan tuntutan kurikulum bahasa Indonesia SD. Untuk mengupayakan ini guru

merencanakan strategi pembelajaran membaca sesuai dengan jenis kegiatan

membaca.

Membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan membaca yang di

lakukan untuk memahami isi bacaan. Tujuan utama kegiatan membaca

pemahaman ialah untuk memahami isi bacaan.Sehubungan dengan tujuan

tersebut, pada hakikatnya kegiatan membaca pemahaman itu terdiri atas dua

bagian, yaitu :

Proses membaca dan hasil membaca. Dengan demikian aspek yang


terpenting dalam kegiatan membaca pemahaman adalah mencakup (a)
memahami pengertian sederhana, (b) memahami signifikasi atau makna
antara lain maksud dan tujuan pengarang, (c) evaluasi atau penilaian,
berupa isi dan bentuk, dan (d) kecepatan membaca yang fleksibel, yaitu
yang mudah disesuaikan dengan keadaan (Tarigan, 2008, h.12).

Berdasarkan uraian singkat di atas mengisyaratkan bahwa membaca

pemahaman mengandung pengertian sebagai proses pengolahan bacaan berupa

paparan bahasa tulis yang tersusun dari material bahasa, dan tertata dalam tata

aturan tertentu yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman


16

yang komprehensif tentang bacaan itu, serta penilaian terhadap keadaan, nilai,

fungsi, dan dampak bacaan itu.

Khusus pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar, Tarigan (2008, h.38)

mengungkapkan bahwa:

Kegiatan membaca pemahaman adalah mencakup antara lain (a) membaca


dengan pemahaman yang baik, (b) membaca tanpa gerakan-gerakan bibir
atau kepala atau menunjuk-nunjuk dengan jari tangan, (c) menikmati
bahan bacaan dalam hati.

Pemahaman yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah pemahaman teks

bacaan secara literal dan sebagian dibantu dengan pemahaman interpretatif.

b. Proses Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman adalah suatu proses yang bersifat kompleks,

meliputi kegiatan yang bersifat fisik dan mental. Membaca pemahaman pada

tingkat Sekolah Dasar, khususnya pada murid kelas IV menjadi bagian yang

terpisahkan dari prinsip-prinsip membaca secara umum. Adapun prinsip membaca

sebagai berikut:

a. Membaca bukanlah hanya mengenal dan membunyikan huruf, tetapi


kegiatan membaca melampaui pengenalan huruf dan bunyi.
b. Membaca dan menguasai bahasa terjadi serempak. Seseorang tidak
dapat dikatakan mempunyai keterampilan membaca jika ia tidak
menguasai bahasa.
c. Membaca dan berfikir terjadi serempak. Orang tidak dapat membaca
tanpa mempergunakan pikiran dan perasaannya.
d. Membaca berarti memahami. Ini berarti kegiatan membaca bermuara
pada pemahaman. (Rahim, 1999, h. 27-28)

c. Tujuan Membaca Pemahaman

Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca

dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang

yang tidak mempunyai tujuan.`Kegiatan Membaca di kelas, guru seharusnya


17

menyusun tujuan membaca dengan menetapkan tujuan khusus yang sesuai atau

dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca itu sendiri. Adapun tujuan

membaca pemahaman menurut Rahim (2007, h.11), yaitu:

a. Kesenangan;
b. Menyempurnakan membaca nyaring;
c. Menggunakan strategi tertentu;
d. Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik;
e. Mengaitkan informasi dengan informasi yang telah
diketahuinya;
f. Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis;
g. Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi;
h. Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi
yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan
mempelajari tentang struktur teks;
i. Menjawab pertanyaan -pertanyaan yang spesifik.

d. Faktor – faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca

Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, baik membaca

permasalahan maupun membaca lanjut (membaca pemahaman). Faktor-faktor

yang mempengaruhi membaca menurut Lamb dan Arnol (Rahim, 2007) ialah

faktor fisiologis, faktor intelektual dan faktor lingkungan:

a. Faktor Fisiologis

Mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin.

Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbelakangan neurologis (misalnya

berbagai cacat otak) dan kekurangan matang secara fisik merupakan salah satu

faktor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan

membaca pemahaman mereka.

b. Faktor Intelektual

Istilah intelegensi didefinisikan sebagai suatu kegiatan berfikir yang terdiri

dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponnya
18

secara tepat. Secara umum ada hubungan antara kecerdasan yang diindikasikan

oleh IQ dengan rata-rata peningkatan remedial membaca. Tingkatan intelegensi

membaca itu sendiri pada hakikatnya proses berfikir dan memecahkan masalah.

Dua orang yang berbeda IQnya sudah pasti akan berbeda hasil dan kemampuan

membacanya.

c. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan ikut mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca

siswa. Faktor lingkungan tersebut ialah:

1) Latar belakang dan pengalaman anak dirumah

2) Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai dan kemampuan bahasa

anak.Kondisi dirumah mempengaruhi pribadi dan penyesuain diri anak dalam

masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membentuk anak, dan dapat

juga menghalangi anak belajar membaca. Anak yang tinggal didalam rumah

tangga yang harmonis, rumah yang penuh cinta kasih, tidak akan menemukan

kendala yang berarti dalam membaca. Kualitas dan luasnya pengalaman anak

dirumah juga penting bagi kemajuan belajar membaca. Membaca seharusnya

merupakan suatu kegiatan yang bermakna, pengalaman masa lalu anak-anak

memungkinkan anak-anak untuk lebih memahami apa yang mereka baca.

3) Faktor sosial ekonomi

Faktor sosial ekonomi, orang tua, dan lingkungan tetangga merupakan

faktor yang membentuk lingkungan rumah siswa. Beberapa penelitian

memperlihatkan bahwa status sosial ekonomi siswa mempengaruhi kemampuan

verbal siswa. Semakin tinggi status sosial ekonomi siswa semakin tinggi
19

kemampuan verbal siswa. Anak-anak yang mendapat contoh bahasa yang baik

dari orang dewasa serta orang tua yang berbicara dan mendorong anak-anak

mereka berbicaraakan mendukung perkembangan bahasa dan intelegensi anak.

4) Faktor Psikologis

Faktor lain yang juga mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca

anak adalah faktor psikologis. Faktor ini mencakup:

a) Motivasi

Motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca.Eanes

mengemukakan bahwa kunci motivasi itu sederhana, tetapi tidak mudah untuk

mencapainya. Kuncinya adalah guru harus mendemonstrasikan kepada siswa

praktik pengajaran yang relevan dengan minat dan pengalaman anak sehingga

anak memahami belajar itu sebagai suatu kebutuhan.

Motivasi berasal dari kata latin, yaitu ”movere” yang artinya dorongan

atau daya penggerak. Menurut Fillmore H. Standford dalam buku Mangkunegara

(2017) mengatakan bahwa “motivation as an energizing condition of the organism

that services to direct that organism toward the goal of a certain class” (motivasi

sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu)

(Suhartini, 2018, h. 159). Pendapat lain dijelaskan Sardiman (2018) motif dapat

dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.

Siswa akan menguasai hasil belajar dengan optimal, jika dalam belajar

dimungkinkan untuk sebanyak mungkin berinteraksi dengan isi teks pelajaran.


20

Untuk pelajaran membaca indra yang paling dominan digunakan ialah indra

penglihatan dan pendengaran, membaca dan menyimak cerita yang dibacakan.

b) Minat

Minat baca ialah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk

membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akandiwujudkan

dalam kesehariaannya untuk mendapatkan bahan bacaan dan kemudian membaca

atas kesadarannya sendiri.

Frymeir mengidentifikasikan enam faktor yang mempengaruhi

perkembangan minat anak. Faktor-faktor itu adalah:

(1)Pengalaman sebelumnya; siswa tidak akan mengembangkan


minatnya terhadap sesuatu jika mereka belum pernah mengalaminya
(2) Konsepsinya tentang diri; siswa akan menolak informasi yang
dirasa mengancamnya, sebaliknya siswa akan menerima jika
informasi itu dipandang berguna dan membantu meningkatkan dirinya
(3) Nilai-nilai; minat siswa timbul jika sebuah mata pelajaran
disajikan oleh orang yang berwibawa (4) Mata pelajaran yang
bermakna; informasi yang mudah dipahami oleh anak akan menarik
minat mereka (5) Tingkatan keterlibatan tekanan; jika siswa merasa
dirinya mempunyai beberapa tingkatan pilihan dan kurang tekanan,
minat membaca mereka mungkin akan lebih tinggi (6) Kompleksitas
materi pelajaran; siswa yang lebih mampu secara intelektual dan
pleksibel secara psikologis lebih tertarik kepada hal yang lebih
kompleks (Farida Rahim, 2007, h. 28).

Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus berusaha

memotivasi siswanya. Siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap

membaca akan mempunyai minat yang tinggi pula terhadap kegiatan membaca.

c) Kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri


21

Menurut Farida Rahim (2007, h. 29) “ada tiga aspek kematangan emosi

dan sosio, yaitu (1) stabilitas emosi, (2) kepercayaan diri, dan (3) kemampuan

berpatisipasi kelompok”.

Seorang siswa harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat tertentu.

Anak-anak yang mudah marah, menangis dan bereaksi secara berlebihan ketika

mereka tidak mendapatkan sesuatu atau menarik diri, atau mendongkol akan

mendapat kesulitan dalam pelajaran membaca. Sebaliknya anak-anak yang lebih

mudah mengontrol emosinya, akan lebih mudah memusatkan perhatiannya pada

teks yang dibacanya. Pemusatan perhatian pada bahan bacaan memungkinkan

kemajuan kemampuan anak-anak dalam memahami bacaan akan meningkat.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah

dalam sikap dan tingkah lakunya. Kemampuan-kemampuan yang menyebabkan

perubahan tersebut menjadi kemampuan kognitif yang meliputi pengetahuan dan

pemahaman.kemampuan sensori motorik yang meliputi keterampilan melakukan

rangkaian gerak badan dalam urutan tertentu, dan kemampuan dinamik afektif

yang meliputi sikap dan nilai yang meresapi perilaku dan tindakan.

Perubahan yang relatif menetap tersebut memungkinkan pengamatan

terhadap penampilan yang meskipun bervariasi akan dapat diklarifikasikan pada

ciri-ciri tertentu yang dimiliki. Dalam hal ini, Gagne menyebutkan keadaan yang

tetap ini dengan dengan istilah kapabilitas, yang mengandung makna seseorang

mampu melakukan penampilan tertentu.(Bundu,2007/2008)


22

Gagne mengungkapkan bahwa “ada lima kategori hasil belajar dalam

kelompok kapabilitas yaitu: (1) informasi verbal; (2) keterampilan intelektual; (3)

strategi kognitif; (4) sikap; (5) kerterampilan gerak”. (Dimyati, 2006, h. 12)

Hasil belajar siswa dapat juga dilihat dari segi tiga aspek, yakni secara

kuantitatif, instutitusional, dan kualitatif. Bertolak dari definisi dan uraian-uraian

yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan hasil belajar adalah:

a. Tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai

hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif.

b. Tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar

mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.

c. Perubahan tingkah laku yang dapat diamati setelah mengikuti kegiatan belajar

dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan menunjuk pada aksi atau reaksi

yang dilakukan seseorang dalam mencapai suatu tujuan.

d. Memungkinkan dapat diukur dengan angka-angka, tetapi mungkin juga hanya

dapat diamati melalui perubahan tingkah laku. Oleh sebab itu, hasil belajar

perlu dirumuskan dengan jelas sehingga dapat dievaluasi apakah tujuan yang

diharapkan sudah tercapai atau belum.

B. Kerangka Pikir

Permasalahan yang dihadapi oleh siswa Kelas IV SD Inpres 12/79 Pattuku

Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone adalah kesulitan siswa dalam memahami

suatu teks bacaan, tingkat keaktifan siswa dalam kelas masih rendah. Membaca

pemahaman merupakan pokok bahasan yang berupa uraian teks yang


23

panjang.Dengan adanya permasalahan yang dihadapi oleh siswa maka diperlukan

suatu usaha untuk mengatasi masalah tersebut sehingga mereka mampu

memahami teks bacaan dengan baik.

Pembelajaran dengan menggunakan strategi SQ3R dalam pembelajaran

membaca pemahaman merupakan suatu strategi untuk memahami teks secara aktif

yang meliputi tahap survey (membaca sekilas), question (bertanya), read

(membaca), recite (menjawab) dan review (mengulangi), di mana strategi ini

dilakukan dalam pembelajaran membaca pemahaman yang melibatkan kerjasama

kelompok untuk menyelesaikan tugas belajar. Penggunaan strategi SQ3R dalam

pembelajaran membaca pemahaman dapat memberikan keuntungan yang positif

karena siswa dapat bekerjasama dalam kelompok untuk memahami

materi.Strategi ini diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar pada siswa, di

mana hasil belajar dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam menguasai materi

yang telah diajarkan melalui hasil tes.


24

Berikut adalah bagan yang menggambarkan kerangka pikir penelitian:

Hasil Belajar Bahasa Indonesia Rendah

Aspek Guru : Aspek siswa :


Kurang maksimal dalam menggunakan model/strategi pembelajaran.
Kurang aktif dalam proses pembelajaran.
Lebih banyak menggunakan metode ceramah. Tidak terlatih memperoleh pengetahuan sendiri.
Kurang melibatkan siswa secara aktif. Kurang mendapatkan perhatian.

Strategi SQ3R :
Survey
Question
Read
Recite
Review

Kemampuan Membaca Pemahaman Meningkat

Gambar 2.1: Kerangka pikir penerapan strategi SQ3R dalam Meningkatkan


Kemampuan Membaca Pemahaman siswa Kelas IV SD Inpres
12/79 Pattuku Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone
25

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis Tindakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Jika

strategi SQ3R diterapkan dalam pembelajaran maka hasil belajar kemampuan

membaca pemahaman siswa Kelas IV SD Inpres 12/79 Pattuku Kecamatan

Bontocani Kabupaten Bone akanmeningkat.


26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunkan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

PTK digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis meliputi aspek perencanaan,

tindakan, observasi dan refleksi yang berhubungan dengan siklus berikutnya.

PTK mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakan dengan

penelitian yang lain, diantaranya, yaitu: masalah yang diangkat adalah masalah

yang dihadapi oleh guru di kelas dan adanya tindakan (aksi) tertentu untuk

memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu dilaksanakan penelitian pada bulan oktober sampai bulan November

2021.

2. Tempat Penelitian

Adapun tempat penelitian dilaksanakan di SD INPRES 12/79 Pattuku

Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone. Adapun alasan memilih lokasi atau

tempat penelitian karena peneliti berasal dari daerah tersebut dan memiliki jarak

yang dekat dari tempat tinggal serta cukup mengetahui kondisi perkembangan

pendidikan di wilayah tersebut.


27

C. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rencana Penelitian Tindakan Kelas (Action

Research), yaitu rancangan penelitian berdaur ulang (siklus). Hal ini mengacu

pada pendapat Kemmis dan Mc Taggart bahwa Penelitian Tindakan Kelas

mengikuti proses siklus atau daur ulang mulai dari perencanaan tindakan,

pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi (perenungan,pemikiran,dan

evaluasi).(Wardani, 2005: h. 134)Penelitian dilakukan dua siklus yang

digambarkan sebagai berikut:

Observasi awal

berhasil

Gambar 3.1 Alur PTK Yang Diadaptasi Dari Kemmis Dan Mc Taggart
(Wardani, 2005: h. 134).

a. Observasi Awal

1) Mengadakan konsultasi dengan kepala sekolah dalam hal pelaksanaan

tindakan.
28

2) Melakukan diskusi dengan pihak guru kelas IV untuk mendapatkan gambaran

bagaimana pelaksanaan strategi SQ3R dalam pembelajaran bahasa

Indonesia.

3) Mengadakan observasi awal terhadap pelaksanaan strategi SQ3R Dalam

pembelajaran di kelas agar dapat memahami kharateristik.

b. Siklus pertama

Siklus pertama dilaksanakan dalam dua kali pertemuan atau empat jam

pelajaran denganalokasi waktu 4x35 menit.

1) Perencanaan

a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kali pertemuan.

b) Mengembangkan bahan yang akan digunakan dalam pembelajaran sesuai

materi yang akan diajarkan.

c) Membuat lembar kerja siswa (LKS) untuk masing-masing siswa.

d) Membuat lembar obsevasi untuk siswa dan guru (peneliti) selama kegiatan

proses pembelajaran berlangsung.

e) Membuat dan menyusun butir-butir soal atau alat evaluasi untuk tes tindakan

pada siklus pertama.

2) Pelaksanaan Tindakan

Tahap ini merupakan implementasi pelaksanaan rancangan yang telah

disusun secara kolaborasi antara guru (peneliti) dengan teman sejawat sebagai

pengamat.

a) Mengidentifikasi keadaan awal siswa sebelum penelitian.

b) Menyampaikan tujuan membaca pemahaman dengan metode SQ3R.


29

c) Membagikan teks bacaan, kemudian mengajak siswa untuk membaca teks

dalam beberapa menit secara sekilas untuk mengenal secara mendetail

informasi penting dan garis besar isi teks sebelum membaca bacaan secara

lengkap ( survey).

d) Mengarahkan siswa untuk membuat membuat pertanyaan sesuai dengan isi

bacaan (Question).

e) Mengajak siswa untuk membaca kembali bacaan,sambil mencari jawaban

atas soal – soal yang telah dibuat (Reading).

f) Mengarahkan siswa untuk mengingat kembali isi bacaan yang telah dibaca

kemudian menjelaskan dengan kata sendiri tentang apa yang telah dibaca

(Recite).

g) Mengajak kembali siswa untuk membaca ulang keseluruhan teks bacaan dan

memeriksa kembali jawaban soal – soal yang telah dibuat (Review).

h) Memantau keaktifan dan kesungguhan siswa dalam proses pembelajaran

berdasarkan pedoman observasi.

3) Observasi

Pada tahap observasi, adapun yang di observasi pada penelitian ini adalah

.aktivitas siswa dan aktivitas guru. Adapun aktivitas siswa yang di observasi

yaitu:

a) Siswa yang aktif dalam melakukan survey dan siswa yang tidak aktif

(bermain-main) dalam melakukan survey dalam membaca sekilas.

b) Siswa yang membuat dan tidak membuat pertanyaan yang diperoleh dari

membaca sekilas (Question).


30

c) Siswa yang aktif dan tidak aktif dalam membaca kembali bacaan dan

menentukan ide pokok bacaan dalam setiap paragraf (Reading).

d) Siswa yang mengingat dan sama sekali tidak mengingat kembali bacaan yang

telah dibaca (Recite).

e) Siswa yang membaca dan siswa yang tidak membaca ulang kembali

keseluruhan teks bacaan (Revie).

Adapun aktivitas guru adalah

a) Memberikan penjelasan tentang langkah-langkah membaca sekilas

b) Memberikan arahan kepada siswa dalam membuat pertanyaan yang sesuai

dengan isi bacaan yang diperoleh dari membaca sekilas.

c) Mengajak siswa untuk membaca kembali bacaan dan menentukan ide pokok

bacaan dalm setiap paragraf.

d) Mengarahkan siswa untuk mengingat kembali bacaan yang telah dibaca

e) Mengajak siswa untuk membaca kembali keseluruhan dari teks bacaan.

4) Refleksi

Langkah terakhir yang dilakukan adalah mengadakan refleksi (renungan)

terhadap hasil yang telah dicapai pada setiap siklus. Jika hasil yang dicapai pada

siklus I (pertama) belum sesuai indikator dan target (80%) sesuai rencana, maka

akan dimusyawarahkan bersama guru dengan alternatif pemecahannya dan

selanjutnya direncanakan tindakan berikutnya.

c. Siklus Kedua

Adapun kegiatan yang dilakukan pada kegiatan siklus II ini adalah

mengulang kegiatan-kegiatan yang relah dilakukan pada siklus I


31

1) Perencanaan

Pada tahap ini, dirumuskan perencanaan siklus II sesuai pelaksanaan siklus

I dengan menambahkan atau mengurangi bagian-bagian yang dianggap perlu

berdasarkan hasil refleksi siklus I.

2) Pelaksanaan tindakan

Tahap ini merupakan implementasi pelaksanaan rancangan yang telah

disusun secara kolaborasi antara guru (peneliti) dengan teman sejawat sebagai

pengamat.

a) Mengidentifikasi keadaan awal siswa sebelum penelitian.

b) Membagikan teks bacaan, kemudian mengajak siswa untuk membaca teks

dalam beberapa menit secara sekilas untuk mengenal secara mendetail

informasi penting dan garis besar isi teks sebelum membaca bacaan secara

lengkap (survey).

c) Mengarahkan siswa untuk membuat membuat pertanyaan sesuai dengan isi

bacaan (Question).

d) Mengajak siswa untuk membaca kembali bacaan,sambil mencari jawaban

atas soal – soal yang telah dibuat (Reading).

e) Mengarahkan siswa untuk mengingat kembali isi bacaan yang telah dibaca

kemudian menjelaskan dengan kata sendiri tentang apa yang telah dibaca

(Recite).

f) Mengajak kembali siswa untuk membaca ulang keseluruhan teks bacaan dan

memeriksa kembali jawaban soal – soal yang telah dibuat (Review).

5) Observasi
32

Pada tahap observasi, adapun yang di observasi pada penelitian ini adalah

aktivitas siswa dan aktivitas guru. Adapun aktivitas siswa yang di observasi yaitu:

a) Siswa yang aktif dalam melakukan survey dan siswa yang tidak aktif

(bermain-main) dalam melakukan survey dalam membaca sekilas.

b) Siswa yang membuat dan tidak membuat pertanyaan yang diperoleh dari

membaca sekilas (Question).

c) Siswa yang aktif dan tidak aktif dalam membaca kembali bacaan dan

menentukan ide pokok bacaan dalam setiap paragraf (Reading).

d) Siswa yang mengingat dan sama sekali tidak mengingat kembali bacaan

yang telah dibaca (Recite).

e) Siswa yang membaca dan siswa yang tidak membaca ulang kembali

keseluruhan teks bacaan (Revie).

Adapun aktivitas guru adalah

a) Memberikan penjelasan tentang langkah-langkah membaca sekilas

b) Memberikan arahan kepada siswa dalam membuat pertanyaan yang sesuai

dengan isi bacaan yang diperoleh dari membaca sekilas.

c) Mengajak siswa untuk membaca kembali bacaan dan menentukan ide

pokok bacaan dalm setiap paragraf.

d) Mengarahkan siswa untuk mengingat kembali bacaan yang telah dibaca.

e) Mengajak siswa untuk membaca kembali keseluruhan dari teks bacaan.

6) Refleksi

Refleksi yaitu dilakukan untuk mengkaji dan merenungkan kembali

informasi-informasi awal berkenaan dengan adanya tindakan sesuai dengan


33

praktek pembelajaran. Tujuan untuk merumuskan formulasi awal yang kemudian

akan dituangkan ke dalam rencana awal tindakan. Refleksi berikutnya dilakukan

pada setiap akhir pelaksanaan tindakan. Refleksi lanjutan ini dilakukan secara

bersama (kolaboratif) antara peneliti dan guru, untuk menemukan bahan

perbaikan untuk rencana tindakan selanjutnya.

D. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah terkait dengan faktor-faktor yang diteliti, yaitu:

1. Faktor Siswa

Mendiskripsikan apakah kemampuan siswa pada pokok bahasan membaca

pemahaman dapat meningkat dengan menggunakan metode SQ3R.

2. Faktor Guru

Mengkaji bagaimana persiapan, pelaksanaan, refleksi, dan kesesuaian rencana

pembelajaran dengan menggunakan metode SQ3R dalam pembelajaran

dikelas.

3. Faktor Sumber Belajar dan media

Memperhatikan sumber belajardan media ajar yang digunakan dalam latihan-

latihan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan tujuan yang hendak

dicapai. Demikian pula apakah sudah berjengjang sesuai dengan kemampuan

siswa.

E. Deskripsi Fokus

1. Membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan membaca yang di lakukan

untuk memahami isi bacaan.


34

2. Pembelajaran SQ3R adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan

metakognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan

belajar secara cermat dan seksama (pelajaran membaca di SD berdasarkan

penggolongan jenis dan kelas).

F. Setting dan Subyek Penelitian

1. Setting

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Inpres 12/79 pattuku kecamatan

bontocani Kabupaten Bone dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dan waktu

pelaksanannya tindakannya adalah pada semester ganjil tahun pelajaran

2021/2022. Peneliti memilih SD tersebut berdasarkan pertimbangan : 1)

Tempatnya masih bisa di jangkau oleh peneliti, 2) Masih di temukan siswa yang

sulit menemukan sendiri jawaban dari persoalan yang dihadapi, 3) banyaknya

siswa yang kurang dalam membaca pemahaman teks, terbukti dari nilai rapor

yang 50% di bawa kkm, 4) Adanya dukungan dari kepala sekolah dan guru

terhadap pelaksanaan penelitian.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas IV SD Inpres 12/79 Pattuku

Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone,dengan jumlah siswa akhir terdiri dari 25

siswa. Jumlah siswa Laki-Laki 10 orang dan 15 orang jumlah siswa Perempuan

yang terdaftar pada semester genap tahun ajaran 2021/2022 dengan sasaran utama

meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada mata pelajaran bahasa

Indonesia melalui metode SQ3R.


35

G. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data terkait dengan variabel yang dikaji, dilakukan

beberapa alat dan cara sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakancara pengumpulan data dengan mengadakan

pencatatan mengenai kegiatan yang dilakukan oleh muriddan guru selama proses

belajar mengajar, sebagai upaya untuk mengetahui adanya kesesuaian antara

perencanaan dan pelaksanaan tindakan.

2. Tes

Tes yang dilakukan berupa pemberian soal tes formatif dengan tujuan

untuk mengukur kemampuan dan pemahaman murid terhadap materi yang

dipelajari, sehingga dengan adanya tes tersebut hasil belajar murid dapat diketahui

meningkat atau tidak.

3. Dokumentasi

Teknik ini dilakukan pada saat proses kegiatan belajar mengajar berupa

foto-foto kegiatan siswa selama melakukan proses pembelajaran dan dokumen –

dokumen lain yang berkaitan dengan penelitian.

H. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara mengelompokkan data aspek guru dan

aspek siswa. Teknik yang dilakukan adalah teknik analisis data kualitatif yang

dikembangkan oleh Miles dan Huberman (Iskandar, 2008) yang terdiri dari 3
36

tahap kegiatan yaitu: (1) Mereduksi data, (2) Menyajikan data, (3) Menarik

kesimpilan dan verivikasi.

a. Mereduksi data adalah proses kegiatan menyeleksi, memfokuskan dan

menyederhanakan semua data yang diperoleh mulai dari awal pengumpulan

data sampai penyusunan laporan penelitian.

b. Menyajikan data adalah kegiatan mengorganisasikan hasil reduksi dengan cara

menyusun secara naratif sekumpulan informasi yang telah diperoleh dari hasil

reduksi sehingga dapat memeberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan.

c. Menarik kesimpulan dan verifikasi data adalah memberikan kesimpulan

terhadap hasil penafsiran dan evaluasi yang mencakup pencarian makna data

serta memberikan penjelasan selanjutnya dilakukan kegiatan verifikasi yaitu

menguji kebenaran, kekokohan makna-makna yang muncul dari data.

I. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan ini meliputi indikator

proses dan hasil pada pembelajaran strategi SQ3R yang berdasarkan standar

Kriteria Ketuntasan Maksimal (KKM) yang diambil dari sekolah. Adapun kriteria

yang digunakan untuk mengungkapkan proses pembelajaran ditandai dengan

terjadinya peningkatan aktivitas proses belajar murid dan mengajar guru yang

diperoleh melalui lembar observasi. Sedangkan dari segi hasil didasarkan atas

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SD Inpres 12/79 Pattuku Kecamatan

Bontocani Kabupaten Bone. Yang ditetapkan sebesar 70.


37

Tabel 3.1.Indikator keberhasilan proses pembelajaran menurut Ketetapan


Departemen Pendidikan Nasional.
Tarif Keberhasilan Kualifikasi
75%-100% Baik (B)
0%-74% Kurang (K)

Tabel 3.2.Indikator keberhasilan hasil Membaca Pemahaman siswa


menurut Ketetapan Departemen Pendidikan Nasional (SD
Inpres 12/79 Pattuku Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone).
Tarif Keberhasilan Kualifikasi
90%-100% Sangat Baik (SB)
80%-89% Baik (B)
65%-79% Cukup (C)
55%-64% Kurang (K)
0%-54% Sangat Kurang (SK)
Jadi

penerapan strategi SQ3R dikatakan berhasil apabila 70% siswa kelas IV di SD

Inpres 12/79 Pattuku Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone mendapatkan nilai

sesuai KKM yaitu 70 ke atas untuk pelajaran membaca pemahaman.


38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskirpsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Inpres 12/79 Pattuku yang beralamat di

Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone. Dalam penelitian ini peneliti mengambil

penelitian pada kelas IV SD Inpres 12/79 Pattuku Kecamatan Bontocani

Kabupaten Bone dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa.

2. Observasi Awal

Penelitian ini dimulai dengan melakukan pra penelitian di kelas IV SD

Inpres 12/79 Pattuku Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone. Pertama, menggali

informasi secara mendalam dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Kedua,

Observasi proses pembelajaran Bahasa Indonesia didalam kelas. Tindakan ini

bertujuan untuk mengetahui kondisi siswa dan gambaran umum mengenai

pelaksanaan pembelajaran dan masalah-masalah yang dihadapi. Sekolah Dasar

Inpres 12/79 Pattuku Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone menetapkan Kriteria

Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 70 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia

Kelas IV. Kegiatan belaajr mengajar di kelas IV SD Inpres 12/79 Pattuku

Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone dilakukan pukul 07.30 sampai dengan jam

12.30 Wita. Adapun jadwal mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas IV yaitu dua

kali pertemuan selama satu minggu tepatnya pada hari senin jam pelajaran kedua
39

pada pukul 09.30 sampai 10.30 dan hari kamis jam pelajaran pertama pada pukul

08.00 sampai pukul 09.00.

Penelitian ini, kelas yang dijadikan objek adalah kelas IV SD Inpres 12/79

Pattuku Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone yang berjumlah 25 orang.

Adapun Nilai Bahasa Indonesia Pra Tindakan yaitu sebagai berikut (Lihat

Lampiran C.1).

Berdasarkan Lampiran C.1 menunjukkan bahwa jumlah nilai pra tindakan

tes kemampuan membaca pemahaman yang memenuhi kriteria tuntas sebanyak 5

siswa dan yang tidak memenuhi kriteria tidak tuntas sebanyak 20 siswa.

3. Tindakan Pembelajaran Siklus I

Terdapat beberapa tahap dalam melakukan tindakan pembelajaran siklus I

yaitu sebagai berikut.

a) Tahap Perencanaan

Dalam tahap perencanaan, pembelajaran siklus I ini terdiri dari 2 kali

pertemuan dengan durasi 2 x 30 menit untuk dipertemuan pertama dan 2 x 30

menit untuk pertemua kedua. Adapun materi yang diajarkan pada siklus I ini

adalah maksud dari gagasan utama, membaca isi bacaan dengan kecepatan 75 kata

per menit, menentukan gagasan utama, menjawab pertanyaan sesuai dengan isi

teks yang dibaca, menjelaskan amanah yang ada dalam bacaan.

Pada tahap perencanaan Siklus I peneliti membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) berbasis metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite,

Review). Peneliti juga mempersiapkan instrumen-instrumen penelitian, yaitu

lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru, catatan lapangan, lembar soal tes.
40

perangkat lainnya yang disiapkan adalah bahan teks bacaan yang berjudul

diantaranya:”Kisah Ali si Biji Energi”, dan “Pawai Budaya” yang dijadikan

sebagai bahan ajar.

Pada siklus I Ini peneliti memperkenalkan metode SQ3R(Survey, Question,

Read, Recite, Review) kepada subjek. Penelitian ini dilakasanakan di kelas IV SD

Inpres 12/79 Pattuku Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone yang berjumlah 25

siswa.

b) Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan siklus I ini terdiri dari 2 kali pertemuan dengan durasi 2 x 30

menit dipertemuan pertama dan 2 x 30 menit dipertemuan kedua.Adapun uraian

proses pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:

1) Peremuan Pertama (Hari Senin, 20 Desember 2021)

Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 x 30 menit dimulai jam

selama 09.30-10.30 Wita dengan jumlah siswa 25.

Dalam pertemuan pertama ini peneliti mulai menerapkan metode SQ3R

(Survey, Question, Read, Recite, Review). Materi yang dipejari pada pertemuan

pertama adalah menjelaskan maksud gagasan utama, membaca isi bacaan dengan

kecepatan 75 kata per menit, dan menentukkan gagasan utama dari teks bacaan

“Kisah Ali si Biji Energi”.

Pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam dan membaca do’a.

untuk memfokuskan siswa peneliti menanyakan hari, tanggal, bulan dan tahun

saat itu serta menuliskannya di atas papan tulis. Peneliti juga menyampaikan

tujuan pembelajaran. Peneliti memberikan sedikit penjelasan mengenai gagasan


41

utama. Dalam penjelasan materi, peneliti juga memberikan satu soal dan meminta

siswa untuk menjawab bersama-sama. Pada saat peneliti memberikan penjelasan,

siswa terlihat sangat memperhatikan. Kemudian, peneliti menyajikan materi

dengan menggunakan metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review).

Pelaksanaan metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)

dimulai dengan membagikan teks bacaan pada setiap siswa. Untuk

mengkondisikan kelas tetap fokus, secara bersamaan peneliti membagikan teks

bacaan “Mengunjungi pasar malam” dan bertanya jawab mengenai pasar malam

yang ada disekitar lingkungan siswa. Siswa menjawab pertanyaan serta

menceritakan pasar malam yang ada disekitar lingkungan siswa.

Langkah pertama dalam pelaksanaan metode SQ3R, yaitu Survey. Siswa

diminta untuk mengamati bacaan dengan membaca bagian-bagian teks dan isi

bacaan sambil menggarisbawahi bagian-bagian yang penting denganteknik

membaca cepat dengan kecepatan 75 kata per menit. peneliti memberikan waktu

selama 3 menit untuk melakukan survey.

Pada tahap kedua yaitu Question, siswa diminta untuk membuat

pertanyaan dari hasil pengamatan sebanyak 5 pertanyaan, termasuk pertanyaan

menentukkan gagasan utama. Masih ada beberapa siswa yang mengalami

kesulitan membuat pertanyaan, sehingga peneliti menjelaskan terlebih dulu acuan

membuat pertanyaan berdasarkan kata apa, siapa, bagaimana, kapan, dan lain-lain.

Selain itu, pada tahap ini peneliti juga membimbing siswa.

Tahap ketiga Read, siswa membaca teks bacaan secara keseluruhan

dengan teliti, untuk menemukan jawaban dari pertanyaan yang mereka buat.
42

Tahap keempat Recite, siswa diminta untuk menulis jawabannya pada

buku tulis mereka masing-masing sesuai dengan pemahaman mereka sendiri.

Selanjutnya, peneliti meminta beberapa siswa membacakan jawaban-jawaban

yang telah mereka susun dengan menggunakan kalimat sendiri. Pada tahap ini,

peneliti meminta siswa lain untuk menanggapi jawaban yang dibacakan oleh

temannya.

Tahap terakhir Review, yaitu siswa diminta untuk memeriksa dan

meninjau ulang pertanyaan dan jawaban yang telah mereka susun. Setelah siswa

meninjau ulang, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

mengenai materi pelajaran.

Pada tahap penutup, peneliti membimbing siswa untuk menyimpulkan

materi yang telah dipelajari. Kemudian diakhir kegiatan pembelajaran, dilakukan

evaluasi untuk mengukur pemahaman siswa pada materi yang sudah dipelajari.

Setelah semua tahapan dilakukan, guru menilai pertanyaan dan jawaban

yang telah mereka buat. Dan guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan

membaca hamdalah serta mengucapkan salam.

Pada siklus ini, peneliti melihat siswa sangat antusias mengikuti proses

pembelajaran dan bisa dikatakan semua siswa ikut berperan aktif dalam proses

pembelajaran dengan menggunakan metode SQ3R (Survey, Question, Read,

Recite, Review). Namun, demikian, beberapa siswa ada yang belum memahami isi

teks bacaan dan enggan menjawab.


43

Pada pertemuan pertama ini proses pembelajaran dengan menggunakan

metode SQ3R belum terselesaikan, maka proses pembelajaran dilanjutkan pada

pertemuan kedua.

2) Pertemuan Kedua (Hari Kamis, 23 Desember 2021)

Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 x 30 menit dimulai jam

selama 09.30-10.30 Wita dengan jumlah siswa 25. Adapun Materi pada

pertemuan kedua adalah menjawab pertanyaan sesuai dengan isi teks yang dibaca,

menentukan gagasan utama pada suatu paragraf dan amanat atau pesan yang telah

dibaca.

Pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam, membaca basmallah

dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Sebelum memulai materi baru, dengan

teknik tanya jawab peneliti mencoba mengingatkan kembali materi yang telah

dipelajari (apersepsi). Pada saat tanya jawab, sebagian besar siswa menjawab

walaupun masih ada beberapa siswa diam tidak menjawab tetapi

memperhatikan.Kemudian, peneliti menjelaskan mengenai gagasan utama

paragraf dan gagasan penjelas paragraf serta memberikan contoh. Setelah

menjelaskan, peneliti membagikan teks bacaan yang berjudul “Pawai Budaya”.

Agar siswa lebih paham dan mengerti materi yang telah dijelaskan sebelumnya.

Pelaksanaan metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)

dimulai dengan mensurvey bacaan dan menggaris bawahi bagian-bagian yang

penting dari isi bacaan. Kemudian, tahap kedua siswa membuat 5 pertanyaan.

Tahap ketiga, siswa membaca teks untuk mendapatkan pemahaman. Kegiatan ini

dilakukan secara bersama-sama dengan didampingi peneliti agar terkontrol dan


44

sesuai waktu yang diharapkan. Kemudian, siswa menjawab pertanyaan yang telah

dibuat pada tahap kedua. Menentukkan gagasan utama dan gagasan penjelas tiap

paragraf. Pada tahap keempat, beberapa siswa menguraikan hasil latihan mereka.

Kemudian, satu persatu siswa maju kedepan menentukkan gagasan utama dan

gagasan penjelas. Dalam kegiatan ini, peneliti menggunakan media berupa alat

peraga. Pada tahap terakhir, siswa memeriksa jawaban mereka.

Pada kegiatan penutup, peneliti melakukan tanya jawab kepada siswa

mengenai materi yang telah dipelajari bersama. Kemudian, peneliti mengoreksi

tugas siswa dan mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan alhamdalah

bersama-sama. Dalam waktu 60 menit siswa melakukan tahapan- tahapan metode

SQ3R (survey,question, read, recite, review) sama seperti pertemuan pertama.

c) Tahap Pelaksanaan

Adapun proses pada tahap pengamatan yaitu sebagai berikut.

1) Data Lembar Observasi

Tahap pengamatan pada siklus I ini dilakukan bersamaan dengan tahap

pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan proses pembelajaran Bahasa Indonesia

dengan metode SQ3R berlangsung dua kali pertemuan Penelitian ini dilaksanakan

di kelas IV SD Inpres 12/79 Pattuku Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone yang

berjumlah 25 siswa. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 20 Desember

2021 pada jam 09.30 Wita, sedangkan untuk pertemuan kedua dilaksanakan pada

tanggal 23 Desember 2021 Wita pada jam 08.00-09.00 Wita.

Peneliti mengambil posisi duduk di belakang kelas agar keberadaannya

tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran. Observasi ini difokuskan untuk


45

mengetahui pelaksanaan yang dilaksanakan oleh guru (peneliti), serta aktivitas

siswa di dalam kelas. Pada pelaksanaan proses pembelajaran Bahasa Indonesia,

guru mengkondisikan situasi pembelajaran dan kesiapan siswa untuk mengikuti

proses pembelajaran seperti mengucap salam dan berdo’a bersama, siswapun

menjawab salam dan berdo’a

Selanjutnya, dilakukan pengukuran apersepsi untuk mengetahui

pengetahuan awal siswa terhadap materi yang sudah diberikan dan kaitannya

dengan materi yang akan diberikan. Seluruh siswa menjawab pertanyaan yang

diajukan guru dengan penuh semangat. Kemudian, guru menyampaikan tujuan

dan indikator yang ingin dicapai dengan cara menuliskannya dipapan tulis. Pada

kegiatan tersebut terlihat siswa memperhatikan dan mendengarkan tujuan

pembelajaran yang disampaikan guru dengan penuh rasa ingin tahu.

Proses kegiatan inti pembelajaran Bahasa Indonesia melalui penerapan

metode SQ3R dimulai dengan memberikan penjelasan materi yang berkaitan

dengan gagasan utama, dengan cara memberikan contoh paragraf yang berisikan

kalimat gagasan utama. Siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan

materi yang disampaikan. Guru dan siswa saling bertanya jawab kemudian

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencatat. Langkah berikutnya

adalah memberikan latihan kepada siswa dengan tujuan agar lebih memahami

materi yang disampaikan dengan memberikan teks bacaan yang sudah disiapkan

sebagai acuan dalam latihan.

Selanjutnya, guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran melalui

metode SQ3R. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.


46

Tahap pertama yaitu survey, guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk membaca cepat bacaan selama 3 menit.Selama kegiatan tersebut siswa

menggarisbawahi kalimat-kalimat yang berkaitan dengan gagasan utama dan

kalimat-kalimat untuk membuat pertanyaan.

Pada tahap kedua yaitu Question, siswa membuat pertanyaan dari hasil

survey mereka. Guru memberikan kesempatan dan membimbing siswa dalam

membuat pertanyaan. Guru memberikan acuan dalam membuat pertanyaan untuk

mempermudah siswa.

Pada tahap ketiga yaitu Read, guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk membaca seluruh teks guna menemukan jawaban pertanyaan yang telah

mereka buat.Kemudian siswa diminta untuk mencatat jawaban atas pertanyaan

yang telah dibuat. Pada tahap ini masih terdapat siswa yang enggan menjawab

atau mencatat jawaban yang mereka buat. Hal tersebut terlihat ketika guru

melakukan penilaian pada tugas mereka yang dikumpulkan.

Pada tahap keempat yaitu Recite, Guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk membacakan hasil tugas yang telah dikerjakan dengan kalimat

sendiri.

Pada tahap recite, Masih banyak siswa yang malu untuk membacakan

hasil tugasnya didepan kelas. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi guru

dalam mengupayakan agar murid selalu percaya diri dalam membacakan hasil

tugasnya didepan kelas. Salah satu caranya adalah dengan menunjuk siswa sesuai

absen dan memberikan pujian atau nilai yang bagus. Tindakan tersebut cukup

efektif, siswa mulai membacakan hasil tugasnya di depan kelas. Pada tahap ini
47

guru juga memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi.

Sebagian siswa menanggapi dan memperhatikan temannya.

Kemudian, tahap terakhir dalam penerapan metode SQ3R yaitu Riview,

Guru memberikan kesempatan siswa untuk mengkaji ulang kesesuaian antara hal

yang dipertanyakan dan jawaban dari teks bacaan. Pada tahap ini siswa diberikan

kesempatan untuk memperbaiki hasil latihan.

Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mengamati kesulitan yang

dihadapi siswa dalam penerapan metode SQ3R. Siswa tampak antusias mengikuti

pembelajaran. kemudian guru memberikan penilaian yang dapat digunakan

sebagai ukuran dalam melihat perkembangan siswa.

Sebagai tahap akhir, guru membimbing siswa untuk merumuskan

kesimpulan materi yang telah dipelajari. Hal ini berlaku pula untuk setiap

pelajaran lain. Lebih jauh dapat dilihat dalam lampiran sepuluh dan sebelas yaitu

hasil lembar observasi aktivitas siswa dan guru.

1) Data Hasil Tes

Adapun hasil test Peneliti melaksanakan Siklus I pada hari Senin, tanggal

20 Desember 2021. Adapun jumlah siswa sebanyak 25 siswa, hal ini berarti

semua siswa Kelas IV SD Inpres 12/79 Pattuku Kecamatan Bontocani Kabupaten

Bone untuk mengikuti tes siklus I. Peneliti melakukan tes tersebut mulai pukul

09.30-10.30 Wita.

Berdasarkan hasil analisis tes evaluasi pada siklus I diperoleh hasil tes

sebagai berikut (Lihat Lampiran C.2).


48

Berdasarkan Lampiran C.2 menunjukkan bahwa penilaian hasil belajar

siklus I diatas memperoleh nilai rata-rata sebesar 69,6 dengan jumlah nilai sebesar

1740. Selanjutnya akan dijelaskan pada grafik perolehan nilai siswa berikut ini.

Siklus I

Nilai Siswa

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Gambar 4.1. Grafik Total Nilai Siklus yang dicapai

Berdasarkan grafik 4.1 dapat menunjukkan bahwa dari 25 siswa, terdapat

12 siswa yang memiliki nilai tuntas dalam tes hasil belajar siklus I dan 13 siswa

yang tidak tuntas.

2) Hasil Observasi Siklus 1

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan diamati

langsung guru kelas IV SD Inpres 12/79 Pattuku Kecamatan Bontocani

Kabupaten Bone, dan hasil observasi tersebut belum menunjukkan hasil yang

maksimal. Adapun aspek yang diamati oleh pengamat yaitu aspek guru dan aspek

siswa sebagai berikut: (Lampiran B.2)


49

(a) Aspek Guru

Berdasarkan Lampiran B.2 menunjukkan bahwa penilaian observasi

pelaksanaan pengajaran pada siklus I pertemuan 1 diperoleh nilai rata-rata sebesar

63,33% dengan jumlah rubrik sebesar 19 dan berada pada kategori kurang (K).

Selanjutnya pada siklus I pertemuan 2 diperoleh nilai rata-rata sebesar 73,33%

dengan jumlah rubric sebesar 22 dan masih berada pada kategori kurang (K).

(b) Aspek Siswa

Adapun penilaian observasi pelaksanaan pembelajaran pada aspek siswa

siklus I pertemuan 1 diperoleh nilai rata-rata sebesar 59,25% dengan jumlah

rubrik sebesar 16 dan berada pada kategori kurang (K). Selanjutnya pada siklus I

pertemuan 2 diperoleh nilai rata-rata sebesar 66,67% dengan jumlah rubrik

sebesar 18 dan masih berada pada kategori kurang (K).

3) Catatan Lapangan

Adapun catatan lapangan siklus I ini dilaksanakan ketika proses

pembelajaran berlangsung. Tahap pencatatan lapangan ini dilakukan pada setiap

pertemuan oleh observer. Berdasarkan penilaian data lembar catatan lapangan

pada akhir siklus I diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Pertemuan pertama (Senin, 20 Desember 2021)

Pada aspek kegiatan inti, pembelajaran sesuai dengan rencana

pembelajaran. Guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

yang terkait dengan pelajaran yang dibahas. Guru memberikan penjelasan

mengenai acuan dasar membuat pertanyaan. Siswa juga sangat antusias terhadap

pembelajaran melalui metode SQ3R.


50

b. Pertemuan kedua (Kamis, 23 Desember 2021)

Pada perteuan kedua ini guru memberikan motivasi kepada siswa agar

mampu mengerjakan soal-soal yang telah diujiankan dalam pembelajaran

pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran.

4) Tahap Refleksi

Pada tahap ini peneliti dan kolaborator melakukan refleksi terhadap hasil

dari analisis data dan seluruh pelaksanaan pembelajaran siklus I. Pada

pembelajaran dengan metode SQ3R siklus I ini masih terdapat kekurangan yaitu

sebagai berikut.

a) Masih terdapat 13 siswa yang memiliki nilai dibawaah KKM.

b) Masih terdapat siswa yang memiliki kesulitan dalam membuat sebuah

pertanyaan.

c) Guru tidak optimal dalm mengendalikan kondisi kelas agar focus dalam

pembelajaran didalam kelas.

Dari hasil belajar pada siklus I dan refleksi yang telah dilakukan, maka

untuk siklus II perluh diadakan perbaikan dalam pembelajaran yaitu sebagai

berikut.

a) Perlu ditingkatka lagi dalam memotovasi siswa

b) Perlu ditingkatkan lagi bimbingan untuk siswa.

c) Guru harus memanfaatkan alokasi waktu yang telah disediakan secara efisien.
51

4. Tindakan Pembelajaran Siklus II

Terdapat beberapa tahap dalam melakukan tindakan pembelajaran siklus II

yaitu sebagai berikut.

a) Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil tes siklus I, pada siklus II ini proses pembelajaran harus

lebih diarahkan. Guru harus lebih memberikan arahan secara jelas dan penuh

perhatian terhadap siswa. Guru pun harus lebih tegas mengkondisikan kelas.

Pengaturan waktu yang lebih efektif dan efisien seperti alokasi waktu untuk

menjelaskan materi dan mengerjakan latihan digunakan sesuai kebutuhan. guru

memberikan apresiasi terhadap siswa yang lebih aktif agar meningkat keaktifan

maupun prestasinya.

Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dari hasil

diskusi bersama guru Bahasa Indonesia, guna memperbaiki Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) sesuai dengan hasil refleksi. Peneliti juga menyiapkan

instrumen-instrumen penelitian seperti lembar observasi kegiatan guru dan siswa,

soal tes untuk akhir siklus II, dan alat dokumentasi.

Pembelajaran pada siklus II ini terdiri dari 2 kali pertemuan dengan durasi

2 x 30 pada pertemuan pertama dan 2 x 30 pada pertemuan kedua. Pokok bahasan

yang diajarkan adalah menentukan tema, menentukan maksud kalimat atau kata,

menyimpulkan isi bacaan, dan mencatat hal-hal penting dalam teks dengan

metode SQ3R.
52

b) Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan 2 kali pertemuan dengan durasi 2 x

30 pada pertemuan pertama dan 2 x 30 pada pertemuan kedua.

Adapun uraian proses pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan Pertama (Senin, 27 Desember 2021)

Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 x 30 menit dimulai pada

pukul 09.30-10.30 Wita dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa. Pada pertemuan

pertama ini pokok bahasan yang dipelajari adalah menentukan tema, dan

menentukan maksud kalimat atau kata.

Pada tahap kegiatan awal, peneliti melakukan kegiatan-kegiatan yang

sama seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya, mengucapkan salam dan do’a

serta menyampaikan tujuan pembelajaran. Peneliti memberikan dua soal untuk

mengetahui kemampuan awal siswa, dimana soal tersebut merupakan sebuah

contoh menentukan tema dan menentukan maksud kalimat yang merupakan

materi yang akan dibahas pada pertemuan pertama ini. Setelah itu, peneliti

menjelaskan mengenai tema melalui contoh tersebut. Peneliti juga memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi tersebut.

Pelaksanaan metode SQ3R dimulai dengan bertanya jawab mengenai

tanaman, menanam tanaman, dan merawat tanaman serta manfaat tanaman yang

ada dilingkungan rumah siswa. Kemudian, peneliti meminta siswa untuk

menjawab gambar tanaman yang peneliti tunjukkan. Siswa menjawab dengan

tepat. Kemudian, peneliti membagikan teks bacaan “Suku Minang”.


53

Pada tahap survey, siswa membaca cepat dengan durasi waktu 3 menit.

Pada tahap ini siswa juga menggarisbawahi bagian-bagian yang menurut mereka

penting. Penelitipun membimbing dan memperhatikan kegiatan mereka agar tetap

fokus membaca dan sesuai waktu yang ditentukan.

Tahap Question, siswa membuat 5 pertanyaan. Peneliti terus mengarahkan

dan membimbing mereka agar membuat pertanyaan denganbenar dan tepat. Siswa

pun bertanya kepada peneliti mengenai kesulitan mereka.

Pada saat melakukan recite, masih banyak siswa yang belum percaya diri

untuk membacakan hasil latihan yang mereka kerjakan. Namun, hingga akhirnya

ada siswa yang berani untuk membacakan hasil latihannya di depan kelas dengan

memanggil namanya sesuai absen. Kemudian, siswa yang lain memberanikan diri

membacakan dengan penuh percaya diri dan begitu seterusnya hingga waktu pada

tahap ini berakhir. Pembelajaran pun berjalan sesuai harapan.

2) Pertemuan Kedua (Kamis, 30 Desember 2021)

Pada pertemuan kedua ini berlangsung selama 2 x 30 menit, dimulai pada

pukul 08.00-09.0 Witadi kelas IV SD Inpres 12/79 Pattuku Kecamatan Bontocani

Kabupaten Bone dengann jumlah siswa sebanyak 25 siswa. Pokok bahasan pada

pertemuan kedua adalah menyimpulkan dan mencatat hal-hal penting yang ada di

teks bacaan.

Pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam, membaca basmallah

dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Sebelum memulai materi baru, dengan

teknik tanya jawab peneliti mencoba mengingatkan kembali materi yang telah
54

dipelajari. Pada saat tanya jawab, sebagian besar siswa menjawab pertanyaan

dengan tepat. Hal ini berarti siswa memahami materi yang dipelajari sebelumnya.

Pelaksanaan metode SQ3R dimulai dengan memberikan sedikit penjelasan

mengenai “Bunyi”. Pada tahap ini, siswa dan peneliti bertanya jawab mengenai

sensus penduduk. Kemudian, peneliti membagikan teks bacaan “Bunyi”.

Untuk lebih semangat lagi dalam mengikuti pembelajaran, peneliti

memotivasi siswa dengan memberikan iyel-iyel. Siswapun merespon dengan

antusias. Pada saat membuat pertanyaan siswa tidak terlalu banyak

bertanyamengenai kesulitan mereka dalam membuat pertanyaan. Siswa juga

mengerjakan semua tugas yang diperintahkan. Hal ini dapat dikatakan siswa

sudah mulai terbiasa dengan kegiatan ini. Siswa sangat antusias mengikuti

pembelajaran.

Siswa membacakan hasil tugas yang dikerjakan. Setelah selesai, peneliti

meminta siswa untuk menyimpulkan isi bacaan yang telah dibaca dan mencatat

hal-hal penting pada isi bacaan yang telah dibaca. Peneliti bersama siswa

membahas jawaban yang mereka catat. Kemudian peneliti mengakhiri

pembelajaran dengan masing-masing siswa mengumpulkan soal evaluasi yang

diberikan peneliti.

c) Tahap Pengamatan

Adapun tahapan pengamatan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1) Data Hasil Pengamatan

Observasi pada siklus II dilaksanakan saat pembelajaran Bahasa Indonesia

dengan metode SQ3R yang berlangsung selama 2 pertemuan. Siklus II ini


55

dilaksanakan dikelas pada tanggal 27 Desember 2021 pukul 09.30-10.30 Wita,

sedangkan pertemuan kedua pada tanggal 30 Desember 2021 pukul 08.00-09.00

Wita.

Pada siklus ini suasana lebih tenang dan teratur. Siswa mulai terbiasa

dengan pembelajaran yang menggunakan metode SQ3R. Minat, peran aktif dan

rasa percaya diri siswa mulai terbangun, terutama saat membuat pertanyaan siswa

sudah mulai terbiasa dengan latihan-latihan membuat pertanyaan dan mencatat

jawaban.

Hal tersebut juga berpengaruh pada penggunaan media yang dilakukan

pada siklus II ini. Media yang digunakan pada siklus II ini selain teks bacaan guru

juga menggunakan media gambar, agar siswa lebih terfokus dan aktif. Siswa

sangat percaya diri membacakan hasil tugasnya. siswa lain memperhatikan dan

menanggapi.

Hal ini berbeda dengan siklus I, sebagian besar siswa dapat menggunakan

waktu dengan efektif dan efisien. Mereka dapat menyelesaikan kegiatan berupa

membuat pertanyaan, membaca dan mencatat jawaban dengan tepat waktu. Lebih

jauh dapat dilihat dalam lampiran sepuluh dan sebelas yaitu hasil lembar observasi

aktivitas siswa dan guru.

2) Data Hasil Belajar

Peneliti melaksanakan Siklus II pada pertemuan ketiga hari Kamis, tanggal

31 Desember 2021 dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa di kelas IV SD Inpres

12/79 Pattuku Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone hadirmengikuti tes siklus

II. Peneliti melakukan tes tersebut mulai pukul 07.30-09.00 WIB.


56

Berdasarkan hasil analisis tes evaluasi pada siklus II diperoleh hasil tes

sebagai berikut (Lihat Lampiran C.3).

Berdasarkan Lampiran C.3 menunjukkan bahwa penilaian hasil belajar

siklus II diatas memperoleh nilai rat-rata sebesar 79,6 dengan jumlah nilai sebesar

1990. Selanjutnya akan dijelaskan pada grafik perolehan nilai siswa berikut ini.

Siklus II

Nilai Siswa

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Gambar 4.2. Grafik Total Nilai Siklus II yang dicapai

Berdasarkan grafik 4.1 diatas dapat menunjukkan bahwa dari 25 siswa,

terdapat 25 siswa yang memiliki nilai tuntas dalam tes hasil belajar siklus II dan 0

siswa yang tidak tuntas.

3) Hasil Observasi Siklus 2

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan diamati

langsung guru kelas IV SD Inpres 12/79 Pattuku Kecamatan Bontocani

Kabupaten Bone, dan hasil observasi tersebut menunjukkan hasil yang maksimal.
57

Adapun aspek yang diamati oleh pengamat yaitu aspek guru dan aspek siswa

sebagai berikut: (Lampiran B.2)

(a) Aspek Guru

Berdasarkan Lampiran B.2 menunjukkan bahwa penilaian observasi

pelaksanaan pengajaran pada siklus II pertemuan 1 diperoleh nilai rata-rata

sebesar 80% dengan jumlah rubrik sebesar 24 dan berada pada kategori baik (B).

Selanjutnya pada siklus II pertemuan 2 diperoleh nilai rata-rata sebesar 86,67%

dengan jumlah rubrik sebesar 26 dan berada pada kategori baik (B).

(b) Aspek Siswa

Adapun penilaian observasi pelaksanaan pembelajaran pada aspek siswa

siklus II pertemuan 1 diperoleh nilai rata-rata sebesar 74,07% dengan jumlah

rubrik sebesar 20 dan berada pada kategori kurang (K). Selanjutnya pada siklus II

pertemuan 2 diperoleh nilai rata-rata sebesar 81,48% dengan jumlah rubrik

sebesar 22 dan berada pada kategori baik (B).

4) Catatan Lapangan

Adapun catatn lapangan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

a) Pertemuan Pertama (27 Desember 2021)

Sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan, guru bersama siswa membaca

Al-Qur’an Juz 30 selama setengah jam dimulai pukul 09.30-10.00 Wita. Pada

tahap kegiatan awal. Banyak siswa yang gaduh, namun guru segera memusatkan

konsentrasi siswa dengan cukup baik. Siswa mengikuti pembelajaran dengan baik

dan antusias, seperti pada tahap Read, siswa membaca sambil menggarisbawahi

isi atau kalimat bacaan yang menurut mereka penting. Guru memberikan
58

penjelasan mengenai acuan dasar membuat pertanyaan. Kegiatan pembelajaran

pun berjalan sesuai rencana.

b) Pertemuan Kedua (30 Desember 2021)

Pada tahap kegiatan awal, siswa belum siap menerima pelajaran dan guru

menenangkan siswa dengan bernyanyi. Pada tahap inti, guru menunjukkan

gambar berupa tanaman kepada siswa agar siswa lebih fokus, sehingga siswa

dapat mengikuti arahan guru dengan baik dan pembelajaran pun sesuai rencana.

5) Tahap Pengamatan

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran metode yang digunakan guru

pada setiap tindakan pembelajaran telah sesuai yaitu metode pembelajaran SQ3R.

Dalam pembelajaran ini, semua tahapan dan langkah-langkahnya sudah sesuai

dengan baik.

Hal tersebut didasarkan pada pengamatan selama proses pembelajaran

yang tercatat dalam lembar observasi terhadap penerapan metode pembelajaran

SQ3R. Hasil tes belajar keterampilan membaca pemahaman siswa siklus II

menunjukkan hasil yang lebih baik yaitu dalam rentang nilai 70-95.

5. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II terdapat perbedaan yang

signifikan setelah diberikan perlakuan berupa strategi pembelajaran SQ3R.

Statistik nilai hasil belajar siswa dapat dilihat pada table berikut :
59

Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Nilai Hasil Belajar Siswa


Hasil Belajar
Statistik Deskriptif
Siklus I Siklus II
Nilai Tertinggi 90 95
Nilai Terendah 55 70
Nilai Rata-Rata 69,6 79,6
Jumlah siswa yang belum tuntas belajar 13 25
Jumlah siswa yang tuntas belajar 12 0
Persentase Ketuntasan 48% 100%
Sumber: Data Primer yang diolah, 2021

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah diuraikan dari data hasil

Observasi pembelajaran dapat dilihat bahwa hasil pengamatan aktivitas siswa

pada siklus I yaitu bahwa pada pertemuan pertama siswa kurang mengerti tentang

langkah-langkah pembelajaran melalui penerapan metode SQ3R, karena siswa

belum terbiasa menerapkan metode SQ3R. Menurut Lamb dan Arnol (Rahim

2007, h. 6) yang menyatakan bahwa “faktor intelektual meruapakan istilah

intelegensi didefinisikan sebagai suatu kegiatan berfikir yang terdiri dari

pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponnya secara

tepat”. Oleh karena itu, kemampuan berpikir siswa masih belum terbiasa dalam

melakukan pembelajaran yang baru sehingga dengan kebiasaan menggunakan

metode SQ3R akan lebih membiasakan siswa makin berkembang pola pikiran

siswa tersebut. Pada pertemuan kedua, tidak semua siswa yang menjawab

pertanyaan guru (apersepsi), Siswa juga kurang memperhatikan dan

mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Sedangakan

untuk hasil pengamatan aktivitas siswa siklus II yaitu bahwa Pelaksanaan siklus II

sudah berlangsung dengan baik, dalam arti secara umum segala kekurangan yang

terdapat dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia melalui penerapan metode


60

SQ3R telah dapat diatasi. Menurut Farida Rahim (2007) menyatakan bahwa

seorang siswa harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat tertentu. Anak-

anak yang mudah marah, menangis dan bereaksi secara berlebihan ketika mereka

tidak mendapatkan sesuatu atau menarik diri, atau mendongkol akan mendapat

kesulitan dalam pelajaran membaca. Sebaliknya anak-anak yang lebih mudah

mengontrol emosinya, akan lebih mudah memusatkan perhatiannya pada teks

yang dibacanya. Siswa telah melaksanakan langkah-langkah penerapan metode

SQ3R dengan baik karena sudah terbiasa dengan kegiatan tersebut. Siswa dapat

membuat pertanyaan dengan baik. Terbukti ketika proses pembelajaran

berlangsung, siswa menyelesaikan tahapan tersebut sesuai waktu yang disediakan.

Siswa juga memeriksa ulang jawaban dan pertanyaan mereka dengan baik. hal ini

terbukti ketika guru melakukan penilaian tugas, rata-rata siswa mendapatkan nilai

cukup baik.

Untuk data hasil belajar siswa Kelas IV SD Inpres 12/79 Pattuku

Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone dimana nilai tes hasil dan observasi

melalui penerapan metode SQ3R (Survey, Question, Read, Ricite, Review) pada

siklus I dan siklus II terdapat adanya peningkatan. Pada hasil belajar post test

siklus I nilai tertinggi adalah 90 dan nilai terkecil adalah 55. Selanjutnya pada

lembar observasi siklus I pada aspek guru berada pada kategori Kurang adalah

73,33% dan pada aspek siswa berada pada kategori kurang adalah 66,67%.

Pada hasil tes siklus II seluruh siswa cukup memenuhi nilai KKM yaitu

sebanyak 25 siswa. Nilai tertinggi adalah 95 dan nilai terendah adalah 70. Pada

siklus II ada peningkatan observasi pada aspek guru dan aspek siswa, pada aspek
61

guru berada pada kategori baik adalah 86,67% dan pada aspek siswa berada pada

kategori Baik adalah 81,48%. Karena indikator ketercapaian hasil belajar dan

hasil observasi berada pada kategori baik dan terjadi peningkatan yang signifikan

maka dalam penelitian ini adalah dikatakan berhasil.


62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa terdapat

peningkatan kemampuan membaca pemahaman melalui penerapan strategi SQ3R

pada siswa Kelas IV SD Inpres 12/79 Pattuku Kecamatan Bontocani Kabupaten

Bone. Peningkatan kemampuan belajar ini dilakukan dengan cara menggunakan

rencana tindakan kelas yaitu dengan rancangan berdaur ulang (siklus). Hal ini

dibuktikan dari adanya persentase ketuntasan melalui hasil belajar siswa pada

siklus I sebesar 48% dan siklus II sebesar 100%. Pada siklus I ditemukan bahwa

dari 25 siswa yang mengikuti tes siklus I, terdapat 12 siswa mencapai nilai KKM

dan 13 orang siswa belum mencapai nilai KKM. Sedangkan pada siklus II

mengalami peningkatan yang menunjukkan seluruh siswa telah mencapai nilai

KKM yaitu 70 dengan rentang nilai 70-95.

B. Saran

Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi Sekolah

a. Diharapkan penelitian ini Smenjadi sumbangan pemikiran dalam

meningkatkan mutu pembelajaran.

b. Diharapkan pihak sekolah dapat menigkatkan sarana dan prasarana yang

mendukung proses pembelajaran.


63

2. Bagi Guru

a. Guru dapat menggunakan metode SQ3R sebagai metode alternative untuk

menigkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa.

b. Diharapkan guru selalu meningkatkan kreatifitas dan menggunakan metode

yang lebih beragam dalam pembelajaran.

3. Bagi siswa

a. Diharapkan dapat menigkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa

dalam pembelajaran.

b. Diharapkan dapat memperbanyak kegiatan membaca untuk melatih

kemampuan membaca pemahaman siswa.


64

DAFTAR PUSTAKA

Bundu, P & Kasim, R.2007/2008.Konsep Dasar IPA I(teori dan


praktek).Makassar:Universitas Negeri Makassar.

Dalman. 2014. Keterampilan Membaca.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Dimyati, dkk. 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan


Dan Kebudayaan

Harras, Kholid (2009). Membaca 1.Jakarta: Rineka cipta

Iskandar (2008).Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (kuantitatif dan


kualitatif). Jakarta:

Khaerunnisa. 2018. Penerpan Strategi Survei Questiaon reading recite reviw


(SQ3R) Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman siswa.
Indonesian jurnal Of Education Studies (IJES), 21(1), 11-25S

Khalik, Abdul. 2008. Pengembangan pembelajaran bahasa Indonesia. Parepare:


Universitas Negeri Makassar.

Mustakim, Nur. 2008. Pendidikan Bahasa Indonesia di kelas tinggi (Hand


out).Makassar: Universias Negeri Makassar.

Netta. 2018. Peran Motivasi Bagi Siswa dalam Proses Belajar-Mengajar.Jurnal


Pendidikan, 1(2), 23-34

Nurhadi. 2016. Penerapan Permainan Tebak Kata untuk Meningkatkan


Keterampilan Membaca Permulaan pada Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar.
Jurnal Pendidikan, 1-6

Permatasari, A. 2015. Membangun Kualitas Bangsa Dengan Budaya Literasi.


Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015, 146-156.
Universitas Bengkulu: Universitas Bengkulu

Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi


Aksara.

_____________1999. Membaca Cepat dan Efektif. Malang: Sinar Baru.

Suhartini. 2018. Pengaruh Motivasi dan Kemampuan Kerja Terhadap Karyawan


Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Kabupaten
Sukabumi.Jurnal Sains Manajemen,4(1), 157-176
65

Syah, Muhibin. 2006. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya.

Tarigan C. H, 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa Refisi


Pertama. Jakarta: Angkasa Bandung.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


Jakarta: Penerbit Cerlang

Wardani. 2005.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Widyastuti, A. 2017. Kiat Jitu Anak Gemar Baca Tulis. Jakarta: PT Media
Komputindo

Anda mungkin juga menyukai