Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN SINGKAT

Permasalahan Literasi Membaca

Lokasi : SDN Katulampa 5

Kelas : 5

Tujuan yang ingin dicapai :

Meningkatkan minat baca peserta didik melalui Model PBL dan Metode Membaca
SQ3R.

Penulis : Tini Agustiani

Metode : STAR

Situasi :

Pelaksanaan Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat


dibutuhkan bagi masyarakat Indonesia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sitem Pendidikan Nasional pasal 4 ayat 5, pendidikan diselenggarakan dengan
mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga
masyarakat. Budaya membaca dan menulis lebih dikenal dengan istilah literasi.
Salah satu dari kegiatan yang menunjukan kegitaan literasi yaitu kegiatan membaca.
Membaca memiliki peran penting dalam keberhasilan dan kemajuan bidang
pendidikan. Karena engan membaca kita apat memperleh berbagai ilmu
pengetahuan. Suatu pendidikan dikatakan berhasil jika banyak peserta didik yang
gemar membaca, bukan dari seberapa tinggi nilai yang didapat oleh peserta didik
dalam proses pembelajaran. (Antoro, 2017:13).

Penguasaan literasi merupakan hal penting yang dibutuhkan untuk berpartisipasi di


abad-21. Hal ini sesuai dengan tiga kecakapan yang harus dikuasai oleh generasi
abad-21 yang meliputi kompetensi, karakter dan literasi (Widiyanto, 2016).

Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment


(PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development
(OECD) pada 2019, Indonesia menempati urutan ke 72 dari 78 negara berkaitan
dengan tingkat literasi atau berada di 10 negara terbawah yang memiliki tingkat
literasi rendah.

Berdasarkan hasil observasi dan nilai rapot Pendidikan menunjukkan, bahwasannya


masih rendah minat baca di SDN Katulampa 5. Hal ini juga terlihat pada
pelaksanaan gerakan literasi dalam tahap pembelajaran belum terlihat kegiatan
peserta didik dalam menanggapi bacaan seperti kegiatan lisan, tulis, seni, kriya, dll,
sesuai dengan kecakapan literasi peserta didik. Dan yang menjadi penyebab
rendahnya minat baca di SDN Katulampa 5 yaitu :

a. Faktor Internal

1) Kurangnya minat baca peserta didik

Minat baca peserta didik masih rendah, sehingga peserta didik sulit untuk memahami
isi bacaan yang peserta didik baca.

2) Waktu yang terlalu singkat

Guru merasa waktu dalam pelaksanaan program literasi selama 15 menit sebelum
belajar masih kurang, dikarenakan pemahaman peserta didik sekolah dasar dalam
membaca masih rendah sehingga dibutuhkan waktu lebih agar pelaksanaan program
literasi lebih optimal.

3) Metode dan model pembelajaran yang kurang tepat

Metode dan model pembelajaran yang kurang tepat menyebabkan peserta didik
kurang bersemangat dan tertarik dalam literasi. Peserta didik juga tidak memahami
dan sulit menyimpulkan hasil bacaan.

b. Faktor Eksternal

1) Kurangnya buku bacaan. Guru merasa kesulitan dalam

melaksanakan gerakan literasi di kelas karena kurangnya buku bacaan yang tersedia
sehingga pelaksanaan literasi di kelas kurang optimal.
2) Pengaruh teknologi

Kemajuan teknologi yang sangat pesat membuat peserta didik ikut terjerumus dalam
keadaan tersebut, khususnya mengenai gadget. Peserta didik lebih sering bermain
dengan gadget dibandingkan membuka buku pelajaran, sehingga membuat motivasi
belajar peserta didik rendah.

3) Faktor keluarga

Faktor keluarga memiliki pengaruh besar bagi peserta didik yaitu kurangnya
perhatian dari orang tua juga membuat peserta didik menjadi tidak bersemangat.

Tantangan :

Dari beberapa permasalahan yang sudah di indetifikasi, guru melakukan refleksi diri,
berdiskusi dengan teman sejawat melakukan analisis dan mengambil salah satu
permasalahan yang dapat di perbaiki yaitu :

1) Model pembelajaran dan metode membaca yang digunakan guru belum tepat.

2) Peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda-beda (Berdiferensiasi) sesuai


dengan bakat dan minat.

Tantangan itu yang menyebabkan seorang guru harus mampu merancang


pembelajaran yang inovatif seperti pendapat (Yano, 2019 ), dengan menerapkan
pembelajaran inovatif akan melatih peserta didik menyampaikan ide-ide kreatif.
Disamping pembelajaran inovatif metode membaca yang sesuai dengan gaya
belajar peserta didik serta model pembelajaran mampu meningkatkan minat baca
peserta didik.

Aksi :

Dari tantangan tersebut sebagai guru profesional melakukan Langkah-langkah


penyelesaian yaitu :
1) Berkaitan dengan model dan metode pembelajaran yang optimal guru
menerapkan model pembelajaran yang efektif sesuai dengan tujuan
penyampaian materi yaitu dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBL).

Problem Based Learning diartikan sebagai Pembelajaran Berbasis Masalah


yaitu jenis model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kegiatan
(proyek) untuk menghasilkan suatu produk. Keterlibatan siswa dimulai dari
kegiatan merencanakan, membuat rancangan, melaksanakan, dan melaporkan
hasil kegiatan berupa produk dan laporan pelaksanaanya. Model Pembelajaran
ini lebih menekankan pada proses pembelajaran jangka panjang, siswa terlibat
secara langsung dengan berbagai isu dan persoalan kehidupan sehari-hari,
belajar bagaimana memahami dan menyelesaikan persoalan nyata, bersifat
interdisipliner, dan melibatkan siswa sebagai pelaku utama dalam merancang,
melaksanakan dan melaporkan hasil kegiatan (student centered).

Problem based learning merupakan model pembelajaran yang mampu


meningkatkan literasi serta kemampuan berpikir siswa. Pada metode
pembelajaran ini siswa akan disuguhkan suatu permasalahan yang harus
dipahami.

Permasalahan ini berupa bahan bacaan yang relevan dengan materi siswa,
sehingga peserta didik mampu menganalisisnya dengan baik. Kemudian, guru
bisa menerapkan beberapa pertanyaan terkait dengan bacaan yang sedang
diberikan.

Model pembelajaran berbasis masalah ini akan membantu peserta didik untuk
meningkatkan kemampuan literasi dan ketelitiannya. Sebab hasil analisis dari
teks dan kemampuan mencari jawaban atas soal yang diberikan akan menjadi
penilaian tersendiri.

Manfaat lain dari model pembelajaran ini adalah untuk membantu siswa
berkembang dengan baik untuk partisipasi di kelas. Pembelajaran berbasis
masalah juga akan membantu siswa untuk menyampaikan kesimpulan atau
pendapatnya dari suatu teks yang sudah dibaca.

Selanjutnya guru memadukan model pembelajaran PBL dengan memadukan


metode yang tepat untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap bacaan
Salah satunya adalah dengan metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite,
Review).

Metode SQ3R adalah metode yang terdiri dari lima langkah, yaitu dimulai dari
kegiatan survey terhadap bacaan, membuat pertanyaan tentang bacaan,
dilanjutkan dengan membaca secara keseluruhan bacaan, kemudian
menceritakan kembali bacaan, dan yang terakhir adalah meninjau Kembali
bacaan tersebut. Hanafiah,dkk., Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2010), h 59

Metode SQ3R sangat berbeda dengan metode membaca seperti biasanya.


Metode ini memiliki proses yang lebih rinci dan memiliki beberapa tahapan.
Secara umum metode SQ3R dipaparkan sebagai berikut. Survey, pada Langkah
yang pertama ini dilakukan penelaahan sepintas terhadap seluruh struktur teks.
Tujuannya adalah untuk mengetahui panjangnya teks, judul bagian (heading).
Question, langkah kedua adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas,
singkat, relevan dengan bagian-bagian teks yang telah ditandai pada Langkah
pertama. Jumlah pertanyaan bergantung pada panjang pendeknya teks, dan
keterampilan dalam memahami teks yang sedang dipelajari. Read, Langkah
ketiga adalah membaca secara aktif dalam rangka mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun. Dalam hal ini, membaca secara
aktif juga berarti membaca yang difokuskan pada paragraf yang diperkirakan
relevan dengan pertanyaan yang telah disusun pada langkah kedua. Dengan
membaca, siswa mulai mengisi informasi ke dalam kerangka pemikiran bab
yang dibuat pada proses survey. Recite, pada tahap ini siswa diminta untuk
merenungkan kembali informasi yang telah dibaca, dengan menyatakan
butirbutir penting, dan menyatakan serta menjawab beberapa pertanyaan terkait
dengan bacaan tersebut. Review pada tahap ini siswa membaca Kembali
catatan singkat yang telah dibuatnya dan mengulang kembali seluruh isi bacaan
bila perlu dan sekali lagi menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan.

Metode SQ3R memberikan gambaran umum tentang bahan yang dipelajari,


siswa mampu menumbuhkan pertanyaan dari judul/subjudul bab, siswa
membaca secara aktif untuk mencari jawaban dari pertanyaan, siswa
menceritakan jawaban-jawaban dari pertanyaan yang telah tersusun tanpa
menggunakan buku untuk melatih daya ingatnya dan dilakukan peninjauan
ulang atas seluruh pertanyaan dan jawaban, sehingga diperoleh sebuah
kesimpulan yang singkat, tetapi dapat menggambarkan seluruh jawaban atas
pertanyaan yang telah diajukan.

2) Berkaitan dengan Peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda-beda


(Berdiferensiasi) sesuai dengan bakat dan minat.

Terdapat beberapa pilihan untuk meningkatkan pemahaman membaca siswa,


salah satunya adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan sebuah pendekatan atau strategi
mengelola pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik dan kemampuan
siswa. Menerapkan strategi pembelajaran berdiferensiasi yang tepat akan
mampu meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas termasuk dalam kegiatan
pembiasaan membaca.

Menurut Tomlinson (2014), pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk


menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar
individu setiap murid. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan serangkaian
keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi
kepada kebutuhan murid.

Terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan guru sebelum menerapkan


pembelajaran berdiferensiasi. Tomlinson (2014) menyampaikan bahwa kita dapat
mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek.
Ketiga aspek tersebut adalah kesiapan belajar (readiness) murid, minat murid,
dan profil belajar murid. Salah satu aspek terpenting dalam strategi
pembelajaran berdiferensiasi adalah aspek kesiapan belajar. Kesiapan belajar
(readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang
mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari
zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan

dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.
mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan
menggunakan tombol equalizer pada mixer, stereo atau pemutar CD.

Gambar 1. Adaptasi dari “The Equalizer” (Tomlinson)

Kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih
kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki
murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan
diajarkan. Adapun tujuan melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid
berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan
pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan
belajarnya. Selain aspek kesiapan belajar, pembelajaran berdiferensiasi juga
menekankan pada aspek minat belajar siswa seperti siswa yang berminat pada
seni, olahraga, sains, musik, matematika, dan sebagainya, serta aspek profil
belajar siswa misalnya siswa yang lebih suka belajar dengan cara kinestetik,
audio, visual, dan lainnya.

Refleksi Hasil dan Dampak :

Berdasarkan hasil penelitian dan kajian yang telah dilakukan penerapan


pembelajaran dengan Model PBL, Metode SQ3R dan Strategi pembelajaran
berdiferensiasi dengan mengelompokkan siswa berdasarkan minat belajar, profil,
dan kesiapan belajarnya bisa menjadi sebuah cara yang efektif dalam peningkatan
kemampuan membaca pemahaman, juga dalam pengembangan literasi di SDN
Katulampa 5.

Hal ini terlihat sebelum menggunakan Model PBL, Metode SQ3R dan Strategi
pembelajaran berdiferensiasi hanya sedikit siswa yang mampu memahami isi
bacaan, namun setelah menggunakan Model PBL, Metode SQ3R dan Strategi
pembelajaran berdiferensiasi peserta didik dapat memetakan, memilih dan memilah
bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan membaca siswa,
keterampilan membaca siswa semakin naik dan terasah, siswa menjadi lebih dapat
memahami isi buku yang dibacanya. Tidak hanya itu setelah selesai pembelajaran,
siswa mampu menjawab pertanyaan seputar buku yang dibacanya, dan menuliskan
ulasan atau mereview buku yang telah dibacanya.

Anda mungkin juga menyukai