Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dari masa ke masa, perkembangan zaman terus meningkat. Saat ini dunia tengah

memasuki era revolusi industry 4.0 atau revolusi industri ke empat dimana teknologi telah

menjadi basis dalam kehidupan manusia. Revolusi Industri 4.0 membawa perubahan besar

dalam dunia kerja dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan

(Alimuddin dkk., 2023). Segala hal menjadi tanpa batas akibat perkembangan internet dan

teknologi digital.

Peningkatan kualitas SDM melalui jalur pendidikan mulai dari pendidikan dasar dan

menengah hingga ke perguruan tinggi adalah kunci untuk mampu mengikuti perkembangan

Revolusi Industri 4.0. Hal ini terkait dengan tuntutan zaman yang membutuhkan sumber daya

manusia yang multitalenta sebagai upaya mencegah ketertinggalan kualitas SDM bangsa.

Pembelajaran berkualitas di era revolusi industry 4.0 ditunjukkan oleh produk siswa yang

memiliki keterampilan yang dibutuhkan masyarakat saat ini (Suriansyah dkk., 2021).

Menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar yang

berlangsung dalam suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran dipandang secara nasional

sebagai suatu proses interaksi yang melibatkan komponen-komponen utama, yaitu peserta

didik, pendidik, dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar.

Dengan demikian, proses pembelajaran merupakan suatu sistem, yaitu satu kesatuan

komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu

hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Pembelajaran pada pokoknya merupakan tahapan-tahapan kegiatan guru dan siswa dalam

1
menyelenggarakan program pembelajaran, yaitu rencana kegiatan yang menjabarkan

kemampuan dasar dan teori pokok yang

secara rinci memuat alokasi waktu, indikator pencapaian hasil belajar, dan langkah-langkah

kegiatan pembelajaran untuk setiap materi pokok mata pelajaran. Aktivitas proses

pembelajaran ditandai dengan terjadinya interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan

tujuan, berakar secara metodologis dari pihak pendi- dik (guru) dan kegiatan belajar secara

pedagogis pada diri peserta didik, berproses secara sistematis melalui tahap rancangan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

Pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan berproses melalui tahapan-tahapan yang

dicirikan dengan karakteristik tertentu. Pertama, melibatkan proses mental siswa secara mak-

simal dalam proses pembelajaran. Kedua, membangun suasana dialogis dan proses tanya

jawab secara terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan

kemampuan berpikir siswa dalam pemecahan masalah yang dapat membantu siswa untuk

memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. Pembelajaran merupakan usaha

pendidik untuk mewujudkan terjadinya proses pemerolehan pengetahuan, penguasaan

kemahiran, dan pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,

pembelajaran adalah proses yang menfasilitasi peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Sehingga dengan demikian untuk dapat menghasilkan proses pembelajaran yang efektif

sebagaimana yang diharapkan, Dengan demikian, pembelajaran merupakan suatu interaksi

yang terjadi antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga terwujudnya

pengetahuan, pembentukan sikap dan kepercayaan siswa.

Aktivitas membaca merupakan awal dari setiap pembelajaran bahasa. Kegiatan membaca

dapat menguatkan kemampuan siswa untuk memahami setiap maksud yang disampaikan

baik dalam bentuk lisan dan tulisan. Siswa dilatih mengingat, meneliti kata-kata istilah dan

memaknainya. Keterampilan membaca merupakan modal dasar siswa untuk memiliki

2
kemampuan berbahasa yang baik dan optimal (Agustina, 2021). Di sisi lain, dengan

pemahaman yang baik pula, siswa dapat mengaktualisasikan setiap realitas yang terlihat

dalam bentuk komunikasi dengan orang lain.

Membaca adalah tindakan memahami baik makna tersurat maupun tersirat serta bentuk

gramatikal yang terkandung dalam gagasan. Ini juga tentang mengenali bentuk huruf dan

sintaks tertulis. Membaca diperlukan untuk memperoleh berbagai informasi dan pengetahuan;

namun, banyak orang tidak menyadari hal ini. Karena itu, membaca tidak dianggap sebagai

kebutuhan. Bahkan peserta didik di sekolah dasar harus belajar membaca; namun, mereka

sering tidak diajarkan karena dianggap kurang penting dibandingkan mata pelajaran lainnya

(Rovita & Umam, 2023).

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap kegiatan belajar mengajar serta

wawancara dengan guru wali kelas IV SDN Juran Kabupaten Tabalong ada beberapa hal

yang terkait dengan aktivitas belajar siswa, yaitu: (1) Siswa kurang terlibat dalam proses

pembelajaran dikelas. (2) Pembelajaran masih berpusat pada guru sebagai pemberi

pengetahuan, sehingga hanya akan menjadikan siswa sebagai penerima pengetahuan.

Pembelajaran demikian ini, akan berujung pada pelajaran hafalan dari apa yang disampaikan.

Hal ini akan berdampak pada siswa karena tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk

membangun pengetahuan sendiri. Karena siswa kurang terbiasa membangun pengetahuannya

sendiri, maka kemampuan kognitifnya hanya sampai pada kemampuan mengerjakan soal-soal

kategori rendah saja. (3) Kegiatan membaca tidak terbiasa secara optimal. Kurang

terbiasanya membaca tentu saja berdampak pada kemampuan siswa dalam membaca belum

terlalu baik yang berdampak pada sulitnya siswa memahami informasi dari isi bacaan. (4)

Pembelajaran masih belum menggunakan strategi dan model pembelajaran yang menarik

sehingga siswa kurang antusias dan tertarik mengikuti pembelajaran menyebabkan

pembelajaran menjadi tidak efektif.

3
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas

IV SDN Juran yaitu Norita Heldayani, S.Pd, SD didapatkan informasi bahwa aktivitas dan

hasil belajar siswa kelas IV pada keterampilan membaca pemahaman tergolong dalam

kategori rendah. Hal ini ditinjau dari 19 peserta didik pada tahun ajaran 2022/2023 di SDN

Juran ini hanya 7 orang siswa dengan presentase 29 % yang Tuntas, sedangkan 12 orang

siswa dengan presentase 71 % yang belum mencapai KKM yaitu 70.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan model pembelajaran yang inovatif dan kreatif

yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Salah satu model yang dapat

dijadikan solusi adalah dengan menggunakan model PELITA. Model ini merupakan metode

pembelajaran yang mengintegrasikan metode storytelling dan talking stick dalam satu

kesatuan yang diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar dan

meningkatkan hasil belajarnya.

Rendahnya kemampuan efektif membaca para siswa di sekolah, dalam pandangan

peneliti merupakan cermin utama kegagalan pembelajaran membaca yang dilakukan di

sekolah. Kegagalan ini dapat dimaklumi sebab berbagai pokok bahasan membaca yang

disajikan di sekolah tidak pernah disertai dengan model membaca yang dapat digunakan

untuk mendekati wacana tersebut. Tidak dikemasnya sistem pembelajaran membaca dengan

tepat ini menyebabkan rata-rata siswa hanya mampu membaca secara monoton, menerapkan

gaya membaca yang sama untuk setiap bahan bacaan, bahkan lebih buruk lagi siswa tidak

pernah tahu bagaimana cara praktis dalam memahami bacaan. Padahal membaca

pemahaman merupakan salah satu kemampuan yang memang harus di berkembang. Sejak

tahun 2000 kemampuan membaca pemahaman merupakan salah satu kompetensi yang sudah

dijadikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh siswa dati tingkat dasar (SD) hingga

menengah pertama (SMP) (Febriyanto & Yanto, 2019).

4
Rendahnya kemampuan membaca pemahaman siswa ini sangat penting untuk diteliti.

Jika masalah rendahnya kemampuan membaca pemahaman terus dibiarkan maka akan

berdampak pada hasil belajar siswa dan akan berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran di

dalam kelas seperti ketidakmampuan siswa dalam menyaring informasi dan memecahkan

permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Lebih jauh lagi, jika dalam proses pembelajaran

siswa tidak terbiasa untuk membaca pemahaman dan mendapatkan informasi, maka dalam

kehidupan nyata siswa tersebut akan sulit untuk berkembang walaupun nilai akademiknya

baik. Kondisi seperti ini tentunya sangat tidak diharapkan dalam proses pembelajaran, karena

dari aktivitas dan disiplin dalam proses pembelajaran akan menentukan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan sebuah cara dengan menggunakan

kombinasi model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa,

dapat terciptanya komunikasi yang baik antar siswa dengan siswa lain maupun siswa dengan

guru, dapat terciptanya pembelajaran yang konkret, serta membudayakan sikap ilmiah kepada

siswa dalam memecahkan masalah. Inovasi pembelajaran yang dapat di gunakan yaitu Model

Pembelajaran yang menawarkan alternatif pemecahan masalah dengan menerapkan

kombinasi model PELITA pada Pembelajaran.

Model Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah adalah model

pembelajaran yang menyajikan masalah sehingga merangsang peserta didik untuk belajar.

Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran ini, peserta didik bekerja dalam tim untuk

memecahkan masalah dunia nyata (real word). Pembelajaran dengan model ini merupakan

pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar” bekerja secara

berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan

ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu terhadap pembelajaran yang

dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari

konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan (Daryanto, 2014).

5
Model Directed Reading Thinking Activity (DRTA) merupakan suatu model yang

memfokuskan keterlibatan siswa dalam mempredeksi dan membuktikan predeksinya ketika

membaca teks. Model ini didedikasikan guna mengatasi permasalahan aktivitas siswa yang

rendah sepeti siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran dikelas, pembelajaran masih

berpusat pada guru sebagai pemberi pengetahuan, sehingga hanya akan menjadikan siswa

sebagai penerima pengetahuan. Model ini sangat cocok digunakan karena mampu membantu

siswa dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka (Fathurrohman,

2015).

Model Talking Stick dirancang untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran oleh

siswa dengan menggunakan media tongkat, juga merupakan model pembelajaran yang

bertujuan untuk melatih anak berani untuk berbicara, sehingga kelas lebih terlihat hidup dan

tidak menoton serta anak tidak menjadi kaku ketika kegiatan dilaksanakan (Kurniasih & Sani,

2016). Model ini didedikasikan guna mengatasi permasalahan siswa pada kreatifitas siswa

dalam membaca, kurangnya minat siswa dalam kegiatan belajar.

Metode pembelajaran yang inovatif dan kreatif sehingga dapat meningkatkan minat siswa

dalam belajar dan membantu siswa untuk lebih aktif dan fokus dalam proses belajar. Selain

itu, model ini juga dapat membantu siswa untuk merenungkan dan mengevaluasi pemahaman

mereka tentang materi yang diajarkan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti

empiris tentang manfaat penggunaan model ini dalam “Meningkatkan keterampilan membaca

pemahaman menggunakan model PELITA pada siswa kelas IV SDN Juran “

6
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diteliti adalah:

1. Bagaimana aktivitas guru dalam pembelajaran keterampilan membaca menggunakan

model PELITA pada siswa kelas IV SDN Juran?

2. Apakah aktivitas siswa pada pembelajaran keterampilan membaca pemahaman

menggunakan model PELITA pada siswa kelas IV SDN Juran?

3. Apakah terdapat peningkatan keterampilan membaca pemahaman menggunakan

PELITA pada siswa kelas IV SDN Juran?

4. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar menggunakan PELITA pada siswa kelas IV

SDN Juran?

C. Rencana Pemecahan Masalah

Tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas

IV Sekolah Dasar Negeri Juran pada keterampilan membaca menggunakan kombinasi model

PELITA. Penerapan kombinasi model ini takan meningkatkan aktivitas, dan hasil belajar

dengan mengembangkan budaya berpikir ilmiah serta membuat pembelajaran yang beragam

dan menyenangkan. Dalam hal ini tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan

aktivitas, motivasi, dan hasil belajar siswa dalam materi Tema 8 “Daerah Tempat Tinggalku”

di kelas IV SDN Juran adalah dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan

menggunakan kombinasi model PELITA maka disusunlah langkah gabungan sebagai berikut:

1. Guru mengorientasikan pokok pembelajaran yang akan di tanggapi siswa (PBL)

2. Guru memberikan wacana berupa teks dan menampilkan materi melalui power point

sesuai dengan topik pembelajaran (PBL, DRTA)

3. Guru mengarahkan siswa untuk memperhatikan materi pada power point dan teks

yang sudah disediakan (DRTA)

7
4. Guru memonitor siswa selama memperhatikan materi pada power point yang di

tampilkan (PBL, DRTA)

5. Guru mendemonstrasikan contoh pemecahan masalah dari materi yang sebelumnya

sudah di sampaikan (PBL, DRTA)

6. Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada siswa, setelah itu guru

memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus

menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian siswa mendapatkan bagian

untuk menjawab setiap pertanyaan dari

guru ( Talking Stick )

7. Guru bersama siswa menarik kesimpulan ( PBL,DRTA)

D. Tujuan Penelitian

Merujuk pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian tindakan ini untuk

1. Mendeskripsikan aktivitas guru dalam pembelajaran menggunakan model PELITA pada

siswa kelas IV SDN Juran?

2. Menganalisis aktivitas siswa menggunakan model PELITA pada siswa kelas IV SDN

Juran?

3. Menganalisis keterampilan membaca pemahaman menggunakan PELITA pada siswa

kelas IV SDN Juran?

4. Menganalisis hasil belajar menggunakan PELITA pada siswa kelas IV SDN Juran?

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Bagi Guru

8
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif atau pertimbangan dalam

memilih model pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas, keterampilan membaca

pemahaman, dan hasil belajar siswa.

2. Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan atau informasi dalam rangka

pembinaan guru-guru terutama dalam memilih model-model pembelajaran.

3. Bagi Penelitian lainnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi dalam melakukan penelitian

berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai