Disusun Oleh :
Fitri Dara Sukawati ( 213020212094 )
Rombel E
TAHUN 2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi Pendidikan mempunyai tujuan dan fungsi tersendiri
sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 tahun 2003. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 bertujuan untuk
mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan
berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang berdemokrasi serta
bertanggung jawab. untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan juga
merupakan salah satu sarana bagi manusia untuk mengembangkan potensi
yang dimilikinya melalui proses pembelajaraan baik secara semi formal
maupun nonformal.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, diperlukan kerja sama antara berbagai
pihak terkait guna mewujudkannya, tidak hanya melibatkan guru, sekolah,
dan siswa, melainkan lebih luas dari pada itu. Pendidikan perlu adanya
campur tangan pemerintah, masyarakat, dinas pendidikan, maupun lembaga
atau pihak yang berperan dalam dunia pendidikan. Menurut Undang-undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Seiring berkembangnya zaman, pendidikan juga mengalami perubahan
pada kurikulum yang didasari pada kesadaran bahwa pekembangan dan
perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
berengara. Perubahan kurikulum ini menuntut adanya perbaikan pada system
pendidikan, begitu pula dengan adanya perubahan Kurikulum Tingkat Satuan
pendidikan menjadi kurikulum 2013. Kurikulum ini bertujuan agar
menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran.
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan
yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi
rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu
periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini
disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan
dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan
tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan
untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang
dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.
Pada kurikulum 2013 ini pembelajaran lebih terpusat pada siswa. Hal
ini siswa yang lebih aktif dalam proses pembelajaran dan guru hanya sebagai
fasilitator yang memfasilitasi pembelajaran, pada kurikulum 2013 ini perlu
adanya model pembelajaran yang tepat agar lebih membantu dan
memudahkan guru dalam proses pembelajaran. Dengan pembelajaran
kurikulum 2013 ini siswa akan mendapatkan pembelajaran yang
menyenangkan dan bermakna. Guru harus bisa memberikan rangsangan atau
dorongan sehingga menumbuhkan motivasi belajar pada siswanya, Adapun
motivasi belajar adalah serangkaian usaha yang menimbulkan semangat dan
keinginan agar mendorong peserta didik untuk belajar.
Siswa yang bermotivasi tinggi dalam belajar memungkinkan akan
memperoleh hasil belajar yang tinggi pula, artinya semakin tinggi
motivasinya, semakin intensitas usaha dan upaya yang dilakukan, maka
semakin tinggi hasil belajar yang diperolehnya. Siswa melakukan berbagai
upaya atau usaha untuk meningkatkan keberhasilan dalam belajar sehingga
mencapai keberhasilan yang cukup memuaskan sebagaimana yang
diharapkan. Motivasi juga menopang upaya-upaya dan menjaga agar proses
belajar siswa tetap berjalan lancar hal ini menjadikan siswa gigih dalam
belajar.
Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antar guru
dansiswa. Guru dituntut untuk menyajikan materi belajar, siswa sebagai
subjek pendidikandituntut supaya aktif dalam belajar dengan mencari
informasi dan mengeksplorasi. Gurusebagai salah satu komponen dalam
proses belajar mengajar merupakan pemegangperanan yang sangat penting.
Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja. Olehkarena itu guru harus
dapat membuat suatu model, metode, pendekatan dan teknikpembelajaran
menjadi efektif dan menarik sehingga suatu pembelajaran yang
dilakukanakan membuat siswa merasa senang dan perlu untuk mengikuti
pembelajaran dari awalsampai akhir.
Proses belajar mengajar guru haruslah memberikan atau berbagi
pengetahuan kepada siswanya sehingga siswa dapat mengetahui segala
sesuatu yang belum siswa ketahui serta dapat memahaminya dengan
menemukan materinya sendiri, dari kegiatan belajar yang menjadikan sebuah
pengalaman yang dilakukan siswanya tersebut dapat memperluas
pengetahuan siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah.
Selain proses belajar mengajar guru juga harus bisa menamamkan sikap
seperti: sikap percaya diri, sikap peduli dan sikap tanggung jawab dalam
proses belajar mengajar kepada siswa. Namun pada kenyataanya situasi
pembelajaran di lapangan sering terjadi kurang sesuai dari apa yang
diharapkan. Pembelajaran yang seharusnya berpusat pada siswa, tetapi
pelaksanaan pembelajaran masih berpusat pada guru (Teacher Center).
Metode pembelajaran hanya menerapkan metode ceramah saja sehingga
siswa tidak aktif dan tidak diberi kesempatan untuk melibatkan siswa secara
langsung dalam pembelajaran, dan kurangnya media pembelajaran yang
digunakan sehingga siswa hanya terpaku mendengarkan materi dari guru saja
tanpa siswanya terlibat mempraktikan atau mencoba hal-hal yang baru.
Kondisi tersebut membuat siswa kurang aktif berpatisipasi dalam
pembelajaran, sehingga hasil belajarnya tidak sesuai dengan yang diharapkan
guru.
Seharusnya proses belajar mengajar berpusat pada siswa bukan berpusat
pada guru, guru hanya fasilitator dalam pembelajaran dengan metode-metode
untuk mendidik siswanya dengan sumber belajar yang bebas tetapi masih
dengan pengawasan gurunya. Sehingga siswa hanya hafal teori tidak
dipahami secara rinci, siswa tidak melakukan percobaan secara langsung dan
membangun konsep pengetahuan mereka, selain itu jika guru meminta siswa
mengerjakan soal di depan kelas siswa tidak percaya diri dan merasa takut
dengan keinampuan yang dimilikinya, sehingga tidak berani mengerjakan
soal di depan kelas, kemudian ketika siswa diminta untuk mengungkapkan
jawaban atau diminta pendapat didalam kelas siswa tidak merasa percaya diri
untuk mengungkapkan kepada siswa yang lainnya, selain ketika siswa
mengerjakan tugas secara berkelompok siswa terkadang mengerjakan
individu tidak ada peduli dengan anggotanya dan tidak teliti dalam
mengerjakan soal, sehingga pengetahuan yang sebelumnya telah diketahui
siswa tidak dapat berkembang karena mereka tidak dapat mengungkapkan
potensi yang mereka miliki, bukan hanya menerima saja pengetahuan baru
yang mereka dapat.
Proses pembelajaran yang berpusat pada guru maka siswa tidak aktif
dalam proses pembelajaran, sedangkan untuk menumbuhkan sikap percaya
diri siswa dituntut untuk melakukan pembelajaran tanpa sepenuhnya karena
bantuan guru, sehingga guru hanya sebagai fasilitator dan mengarahkan saja
selebihnya siswa mencari sendiri dengan teliti untuk menggali informasi,
merumuskan masalah, dan menyimpulkan masalah, kualitas pembelajaran
kan meningkat jika guru mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang
aktif, kreatif dan inovatif.
Fenomena yang sering terjadi di pendidikan yaitu salah satu faktor
kualitas pendidikan adalah karena kurang upaya dalam mengali potensi anak,
sehingga para siswa kurang aktif dalam proses belajar dan kurang motivasi.
Selain kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswa tehadap
belajar, maka proses pendidikan harus di perbaiki dalam proses belajar
ataupun dalam menggunakan model pembelajaran. Jika meningkatnya
kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin
baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat
dalam segala bidang. Semua itu terkendala pada model pengajaran yang
digunakan oleh guru tersebut, maka kondisi tersebut sulit untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dan sikap percaya diri,sikap perduli dan
tanggung jawab.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada pembelajaran
kelas IV di SDN- 6 Menteng dapat di lihat bahwa pembelajaran pada tema
yang berisi muatan IPA masih menganggap sebagai kumpulan materi
pengetahuan yang harus dihafalkan oleh siswa. Guru masih mengajar dengan
cara ceramah di depan kelas, membacakan materi dari buku pegangan sambil
duduk di kursi guru, lalu menulis di papan tulis, dan memberikan pertanyaan
kepada siswa, sedangkan siswa hanya duduk mendengarkan dan menyimak
dari buku pegangan. Apabila siswa ditanya oleh guru, siswa hanya menjawab
dengan malu - malu dan ketika guru bertanya kepada siswa apakah ada
pertanyaan siswa tersebut tidak berani untuk bertanya. Kegiatan belajar ini
jika dibiarkan terus menerus akan tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
Hasil belajar adalah indikator yang terjadi setelah seseorang
mengalami proses pembelajaran. Hasil belajar bisa merupakan pengetahuan
maupun keterampilan yang diukur oleh instrumen tertentu berupa tes hasil
belajar. Hasil ulangan tengah semester kelas IV di SDN-6 Menteng juga
tergolong masih rendah. KKM yang telah ditetapkan adalah 75, nilai rata-rata
yang diperoleh siswa adalah 70,4 dengan rentang nilai adalah dari 45 dan
82,5. Dari 39 siswa hanya 12 siswa yang berhasil mencapai KKM.
Rendahnya hasil belajar pada tema pembelajaran yang memuat materi IPA ini
disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah penggunaan metode
yang kurang tepat, sehingga siswa hanya menghafal bukan dan memahami
materi.
Pembelajaran pada muatan IPA diarahkan untuk "mencari tahu" dan
"berbuat" sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas, 2004: 3). Oleh karena
itu siswa perlu diberikan kesempatan untuk berlatih keterampilan-
keterampilan proses. Keterampilan proses merupakan keterampilan
intelektual yang dimiliki dan digunakan ilmuwan dalam meneliti fenomena
alam (Samatowa, 2011: 93). Keterampilan proses yang digunakan oleh para
ilmuwan dapat dipelajari dengan cara lebih sederhana sesuai dengan tahap
perkembangan anak usia sekolah dasar. Aspek keterampilan proses yang
dikembangkan untuk siswa SD meliputi keterampilan mengamati,
menafsirkan, meramalkan, menggunakan alat dan bahan, menggolongkan,
menerapkan konsep, mengkomunikasikan, dan mangajukan pertanyaan.
Dalam proses pendidikan, kegiatan pembelajaran adalah hal yang
sangat penting. Kegiatan pembelajaran adalah proses interaksi dua arah
antara siswa dan guru untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan baik di
dalam maupun di luar kelas. Di dalam kegiatan pembelajaran diharapkan
siswa berpartisipasi aktif, sedangkan guru hanya berperan sebagai motivator
dan fasilitator. Guru harus mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang
menyenangkan, dengan menggunakan pendekatan, model pembelajaran serta
metode yang tepat pula, karena pemilihan model pembelajaran sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Guru harus
memiliki pengetahuan yang lebih mengenai model-model pembelajaran yang
sesuai dengan materi yang akan disampaikan, karena tidak ada satu pun
model pembelajaran yang bisa digunakan untuk semua materi pelajaran.
Pemilihan metode dan model pembelajaran yang kurang tepat akan
menjadikan pembelajaran menjadi tidak efektif sehingga tujuan pembelajaran
tidak lancar.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan mendorong sirwa
unhk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran berbasis
proyek merupakan model pembelajaran untuk membuat suasana kelas
menjadi lebih menyenangkan dan siswa akan menjadi bersemangat dalam
belajar. Menurut Sani (2014: 172) pembelajaran berbasis proyek (PJBL)
merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk mengerjakan
sebuah proyek yang bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan
masyarakat atau lingkungan. Model pembelajaran berbasis proyek merupakan
salah satu pembelajaran yang bermakna melibatkan siswa secara aktif,
memfasilitasi kemampuan berpikir kreatif serta akan tercipta pembelajaran
yang menyenangkan. Melalui pembelajaran berbasis proyek siswa dilatih
untuk menyelesaikan masalah, mengambil keputusan, melakukan investigasi,
dan membuat suatu karya untuk membantu mengatasi masalah, sehingga
dengan menerapkan pembelajaran berbasis proyek di kelas, pemahaman
peserta didik akan konsep dan prinsip akan lebih mendalam Model
pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu model pembelajaran
yang dapat direkomendasikan untuk meningkatkan keterampilan proses dan
hasil belajar IPA. Model pembelajaran berbasis proyek merupakan model
pembelajaran yang mengacu pada filosofis konstruktivisme, yaitu
pengetahuan merupakan hasil konstruksi kognitif melalui suatu aktivitas
siswa yang meliputi keterampilan maupun sikap ilmiah siswa sehingga siswa
dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan bermakna melalui
pengalaman yang nyata. Kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks
berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan (problem) yang sangat
menantang dan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah,
membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berkerja secara menyendiri. Melalui
penerapan model pembelajaran berbasis proyek ini diharapkan mampu
menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi rendahnya hasil belajar muatan
IPA siswa kelas IV di SDN-6 Menteng.
B. Fokus Penelitian
Menurut Moleong (2014:97) fokus penelitian merupakan inti yang didapatkan dari
pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperoleh dari studi kepustakaan
ilmiah.
Fokus penelitian dinyatakan dalam bentuk pernyataan yang menyatakan solusi
pemecahan masalah.Berdasarkan pendapat di atas, maka fokus dalam penelitian ini
adalah pelaksanan tindakan menggunakan pembelajaran model PJBL untuk
meningkatkan hasil belajar materi pembelajaran Tema 8 (Lingkungan Sahabatku) Sub
Tema 3 (Usaha pelesatarian Lingkungan), Pembelajaran ke 1 yaitu: Air Untuk
Kebutuhan Sehari-hari.
Sebagai salah satu pemecahan masalah yang dipilih dalam memperbaiki motivasi
belajar dan aktivitas belajar siswa, sehingga hasil belajar yang dicapai siswa dapat
melebihi batas KKM dan siswa akan menjadi aktif dalam pembelajaran.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:
"apakah penggunaan model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) dapat
meningkatkan hasil belajar Tema 8 Sub Tema 3 Pembelajaran ke 1 sampai 6 siswa
kelas IV di SDN- 6 Menteng tahun pelajaran 2023/2024". Penelitian ini difokuskan
pada pelaksanaan tindakan pada pembelajaran ke 1 yaitu: Air Untuk Kebutuhan
Sehari-hari pada siswa kelas IV di SDN- 6 Menteng"
Dari uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS tentang tokoh
pahlawan di kelas IV SDN- 6 Menteng?
2. Apakah model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas
IV SDN- 6 Menteng?
3. Apakal kelemahan dan kelebihan dari model pembelajatan Project Based
Learning (PJBL)?
D. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN- 6 Menteng
Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalalah sebagai berikut :
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan
model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dalam meningkatkan
hasil belajar Pembelajaran ke 1 sampai 6, maka dalam penelitian ini
difokuskan pada pelaksanaan tindakan pada pembelajaran ke 1 yaitu: Air
Untuk Kebutuhan Sehari-hari pada siswa kelas IV di SDN-6 Menteng Tahun
pelajaran 2023/2024
E. Kegunaan Hasil Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis kegunaan hasil penelitian ini adalah sebagai
sumbangan untuk menambah referensi tentang alternatif penggunaan
model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan keterampilan
proses pada siswa dan hasil belajar.
2. Kegunaan Praktisa.
a. Bagi Guru
1) Membantu meningkatkan keterampilan guru dalam menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas IV pada Tema 8
Sub Tema 3 pembelajaran ke 1 menggunakan pembelajaran model
Project Based Learning.
2) Membantu mengembangkan kemampuan peneliti dan guru
dalam upaya menerapkan model pembelajaran Project Based
Learning di kelas IV
3) Meningkatkan profesionalisme guru sehingga pembelajaran
lebih menarik dan bermakna.
b. Bagi Siswa
1) Meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami materi pada
Tema 8 Sub Tema 3 Pembelajaran ke 1 (Air Untuk Kebutuhan Sehari-
hari)
2) Meningkatkan sikap percaya diri pada siswa
3) Meningkatkan sikap tanggung jawab pada siswa kelas V dalam
menghasilkan projek dari pembelajaran yang dilakukan
c. Bagi Sekolah
1) Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah sehingga mutu
lulusansekolah tersebut meningkat.
2) Dapat memotivasi guru lain agar pembelajaran lebih kreatif.
d. Bagi Penulis
1) Manfaat bagi peneti menambah wawasan, menambah pengetahuan,
pengalaman dan keterampilan dalam menerpkan model pembelajaran
Project Based Learning.
2) Manfaat bagi orang lain menjadi referensi untuk membuat skripsi
dengan model pembelajaran Project Based Learning.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Penelitian Tindakan
a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Wijaya Kusuma (2009:9) penelitian tindakan kelas adalah
penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Menurut O’Brien
sebagaimana dikutip oleh Endang Mulyatiningsih (2011:60) penelitian
tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan ketika sekelompok orang
(siswa) diidentifikasi permasalahannya, kemudian peneliti (guru) menetapkan
suatu tindakan untuk mengatasinya. Cohen dan Manion sebagaimana dikutip
oleh Padmono (2010) menyatakan penelitian tindakan adalah intervensi kecil
terhadap terhadap tindakan di dunia nyata dan pemeriksaan cermat terhadap
pengaruh intervensi tersebut. Pandangan ini menunjukkan bahwa penelitian
tindakan dapat dilakukan secara kolaboratif dengan pakar. Pakar memberikan
alternatif pemecahan dan alternatif tersebut perlu diuji sejauh mana
efektifitasnya.
Dengan demikian peneleitian tindakan menurut Cohen dan Manion
bukan mutlak harus dilakukan oleh pekerja sendiri (guru sendiri) akan tetapi
guru dapat meminta atau bekerja sama dengan pihak lain. Selanjutnya
Kemmis dan Taggart sebagaimana dikutip oleh Padmono (2010) menyatakan
penelitian tindakan adalah suatu penelitian refleksif diri kolektif yang
dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan
penalaran dan keadilan praktek pendidikan dan praktek sosial mereka, serta
pemahaman mereka terhadap praktek-praktek itu dan terhadap situasi tempat
dilakukan praktek-praktek tersebut.Kemmis dan Taggart memandang, bahwa
penelitian ini dilakukan secara kolektif untuk memperbaiki praktek yang
mereka lakukan dimana perbaikan dilakukan berdasar refleksi diri. Dalam
bukunya Becoming Critical : Education, Knowledge, an Action Research
1986. Kemmis dan Carr lebih jelas menyatakan penelitian tindakan adalah
bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh partisipan (guru, siswa,
atau kepala sekolah, misalnya) dalam situasi-situasi sosial (termasuk
pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktek-
praktek sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, (b) pengertian
mengenai praktek-praktek ini, dan (c) situasi-situasi (dan lembaga-lembaga)
dimana praktek-praktek tersebut dilaksanakan.Berdasarkan beberapa pendapat
di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan
bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan
tertentu agar dapat dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek
pembelajaran di kelas secara professional.
Menurut Endang Mulyatiningsih (2011:60-63) karakteristik penelitian
tindakan kelas antara lain:
1) Tema penelitian bersifat situasional
2) Tindakan diambil berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi diri
3) Dilakukan dalam beberapa putaran
4) Penelitian dilakukan untuk memperbaiki kinerja
5) Dilaksanakan secara kolaboratif atau parisipatorif
6) Sampel terbatas
b. Model Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Endang Mulyatiningsih (2011:68-72) model PTK ada empat,
yaitu : Model Lewin, Model riel, Model Kemmis dan Taggart, Model
DDAER. Sedangkan menurut Wijaya Kusuma (2011:19-24) adalah : Model
Kurt Lewin, Kemmis dan Taggart, John Elliott, McKernan.
Berdasarkan dalam penelitian ini penelitian hanya menggunakan
model Kemmis dan Taggart.
Gambar 1. Model Spiral Kemmis dan Taggar ( 1988 ) Sumber :Ningrum, 20114 : 50
Menurut Daryanto dan Raharjo (2012: 162) Project Based Learning, atau PJBL
adalah model pembelajaran yang yang menggunakan masalah sebagai langkah awal
dalam mengumpulkan dan menintegrasikan pengetahuan beru berdasarkan
pengalamannya dan beraktifitas secara nyata. PJBL dirancang untuk digunakan pada
permasalahan yang kompleks yang diperlukan peserta didik dalam melakukan
investigasi dan memahaminya.
Menurut Daryanto dan Raharjo (2012: 162) Project Based Learning, atau
PJBLadalah model pembelajaran yang yang menggunakan masalah sebagai langkah
awaldalam mengumpulkan dan menintegrasikan pengetahuan beru
berdasarkanpengalamannya dan beraktifitas secara nyata. PJBL. dirancang untuk
digunakan padapermasalahan yang kompleks yang diperlukan peserta didik dalam
melakukaninvestigasi dan memahaminya.
2) Faktor Ekstern
Faktor ekstern yaitu faktor yang ada di luar individu. Faktor
ekstern dibagi menjadi 3, yaitu a) faktor keluarga, b) faktor sekolah,
dan c) faktor masyarakat.
Faktor Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dimiliki
siswa. Beberapa hal dalam keluarga yang memberi pengaruh pada
belajar siswa adalah cara mendidik orang tua, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian
orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Faktor ke-dua yaitu
sekolah, di sekolah yang merupakan tempat untuk belajar terdapat
beberapa hal yang memberi pengaruh pada belajar siswa. Beberapa
hal tersebut yaitu: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran,
waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung,
metode mengajar, dan tugas rumah. Faktor masyarakat juga memberi
pengaruh terhadap belajar siswa. Beberapa faktor dalam masyarakat
yang berpengaruh pada belajar siswa yaitu: kegiatan siswa dalam
masyarakat, mass media, tempat bergaul, dan bentuk kehidupan
masyarakat.
Beberapa hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai acuan adalah sebagai
berikut :
D. Kerangka Fikir
Keberhasilan dari proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain faktor dari dalam diri peserta didik, maupun faktor dari luar peserta didik.
Seorang guru harus pandai memilih pendekatan dan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar siswa pada Tema 5 Sub Tema 3
Komponen Ekosistem. Penggunaan model pembelajaran yang berbasis proyek
(Project Based Learning) dapat melatih berpikir, keterampilan proses dan
memungkinkan siswa mengembangkan kreativitasnya sehingga nantinya dapat
memperdalam penguasaan konsep materi pembelajaran. Melalui kegiatan proyek
yang dilakukan secara berkelompok diharapkan peserta didik dapat lebih leluasa
menggali berbagai informasi yang berkaitan dengan materi, aktif, dan dapat
memusatkan kegiatan pembelajaran pada siswa (student centered learning).
Dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek, maka
keterampilan proses dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi Tema 8 Sub
Tema 3 Pembelajaran ke 1 (Air Untuk Kebutuhan Sehari-hari) pada siswa kelas V di
SDN-11 Palangka dapat meningkat.
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Metode penelitian tindakan yang digunakan dalam penelitian ini sebagaimana
menurut Arikunto (2006: 74) terdiri dari beberapa tahapan:
1) perencanaan,
2) pelaksanaan tindakan,
3) pengamatan, dan
4) refleksi. Tahapan tersebut berdasarkan model PTK dari yang dikemukakan oleh
Kemmis & McTaggart yang bersiklus sebagaimana gambar bagan berikut:
Gambar 2. Siklus PTK model kemmis & McTaggart (Uno, 2011 : 87 )
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan yang diberikan dalam pembelajaran ini dilaksanakan dalam siklus-
siklus untuk melihat peningkatan keterampilan proses dan hasil belajar siswa
melalui pembelajaran berbasis proyek ( project based learning ). Adapun kegiatan
pada Masing – masing siklus sebagai berikut :
a. Siklus 1
Siklus pertama dalam PTK ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi sebagai berikut:
1) Perencanaan Tindakana)
a. Merencanakan pembelajaran yang akan dilakukan dengan membuat
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) menggunakan model
pembelajaran berbasis proyek (project based learning).
b. Menyiapkan sumber belajar.c) Menyiapkan instrumen yang akan
digunakan dalam mengumpulkan data.
2) Pelaksanaan Tindakana
a. Membagi siswa ke dalam kelompok
b. Menyajikan materi pembelajaran
c. Setiap kelompok mendapatkan satu proyek kegiatan
d. Siswa melakukan diskusi kelompok merancang proyek mengenai tema
yang telah diberikan.
e. Siswa melakukan kegiatan proyek sesuai rancangan proyek yang telah
dibuat sebelumnya.
f. Siswa mempresentasikan hasil proyek.
g. Kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi tanggapan atau
menyanggah.
h. Menyimpulkan secara bersama-sama
3) Pengamatan
Melakukan observasi keterampilan proses menggunakan lembar observasi
pada saat pembelajaran berlangsung (lembar observasi terlampir)
4) Refleksia
a. Melakukan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan meliputi
evaluasi terhadap aktivitas dan hasil belajar pada siklus I untuk
mencari penyebab dari masalah yang muncul.
b. Hasil refleksi digunakan untuk mencari alternatif pemecahan masalah
sehingga dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.
b. Siklus II
Siklus II dilakukan jika siklus I belum memenuhi kriteria keberhasilan
penelitian, mengacu pada kekurangan siklus I. Tahapan pelaksanaan
kegiatan pada siklus II tersebut sama dengan kegiatan pada siklus I.
Apabila dievaluasipada siklus II belum memenuhi kriteria
keberhasilan, maka harus dilaksanakan kegiatan siklus III yang tahap-
tahapnya seperti pada siklus I dan II. Siklus berhenti jika kriteria
keberhasilan telah tercapai.
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa, tingkah laku,
dokumen, arsip, dan benda lain. Sumber data penelitian ini berasal daripeneliti, guru
kelas IV sebagai kolaborator dan siswa kelas IV sebagai objek penelitian dalam
pelaksanaan tindakan. Jenis data yang didapatkan dari penelitian ini adalah data
kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil belajar siswa, data
kualitatif berupa deskripsi hasil observasi dan pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran dan tanggapan siswa pada Penelitian Tindakan Kelas yang
dilaksanakan.
F. Validasi Data
Data- data yang diproleh dapat dilihat kebenarannya dengan melakukan validasi
Instrumen. Instrumen dalam penelitian ini harus memenuhi ketepatan atau validitas.
Validitas instrumen berhubungan dengan ketepatan instrumen, yaitu soal tes maupun
lembar observasi terhadap konsep yang akan diukur, sehingga betul-betul bisa
mengukur apa yang seharusnya diukur. Penelitian ini menggunakan validitas konstruk
dan validitas isi untuk lembar observasi keterampilan proses dan soal tes.
Menurut Sudjana (2005: 14), validitas konstruk berkenaan dengan kesanggupar
alat penilaian untuk mengukur pengertian-pengertian yang terkandung dalam mater
yang diukurnya. Artinya validitas ini memastikan semua komponen atau dimensi dari
sesuatu yang akan diukur sudah tercakup di alat ukur. Sedangkan validitas isi
berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalan mengukur isi yang seharusnya
(Sudjana, 2005: 13). Artinya tes ataupun lembar observasi tersebut mampu
mengungkapkan isi suatu konsep yang hendak diukur. Kedua validitas ini
diberlakukan pada kedua instrumen penelitian, yaitu tes dan lembar observasi
keterampilan proses. Untuk memenuhi kedua validitas ini, dengan cara menyusun
kisi-kisi, menyesuaikan tes dengan kurikulum yang berlaku, dan yang terakhir
dikonsultasikan dengan orang yang berkompeten di bidang yang bersangkutan (expert
judgement). Hasil validasi adalah instrumen yang sudah siap digunakan untuk
mengumpulkan data.