Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL

“MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN


MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAAN PROJECT BASED
LEARNING PADA SISWA KELAS IV DI SDN- 6 MENTENG TAHUN
PELAJARAN 2023/2024”

Disusun Oleh :
Fitri Dara Sukawati ( 213020212094 )
Rombel E

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

TAHUN 2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi Pendidikan mempunyai tujuan dan fungsi tersendiri
sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 tahun 2003. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 bertujuan untuk
mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan
berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang berdemokrasi serta
bertanggung jawab. untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan juga
merupakan salah satu sarana bagi manusia untuk mengembangkan potensi
yang dimilikinya melalui proses pembelajaraan baik secara semi formal
maupun nonformal.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, diperlukan kerja sama antara berbagai
pihak terkait guna mewujudkannya, tidak hanya melibatkan guru, sekolah,
dan siswa, melainkan lebih luas dari pada itu. Pendidikan perlu adanya
campur tangan pemerintah, masyarakat, dinas pendidikan, maupun lembaga
atau pihak yang berperan dalam dunia pendidikan. Menurut Undang-undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Seiring berkembangnya zaman, pendidikan juga mengalami perubahan
pada kurikulum yang didasari pada kesadaran bahwa pekembangan dan
perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
berengara. Perubahan kurikulum ini menuntut adanya perbaikan pada system
pendidikan, begitu pula dengan adanya perubahan Kurikulum Tingkat Satuan
pendidikan menjadi kurikulum 2013. Kurikulum ini bertujuan agar
menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran.
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan
yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi
rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu
periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini
disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan
dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan
tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan
untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang
dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.
Pada kurikulum 2013 ini pembelajaran lebih terpusat pada siswa. Hal
ini siswa yang lebih aktif dalam proses pembelajaran dan guru hanya sebagai
fasilitator yang memfasilitasi pembelajaran, pada kurikulum 2013 ini perlu
adanya model pembelajaran yang tepat agar lebih membantu dan
memudahkan guru dalam proses pembelajaran. Dengan pembelajaran
kurikulum 2013 ini siswa akan mendapatkan pembelajaran yang
menyenangkan dan bermakna. Guru harus bisa memberikan rangsangan atau
dorongan sehingga menumbuhkan motivasi belajar pada siswanya, Adapun
motivasi belajar adalah serangkaian usaha yang menimbulkan semangat dan
keinginan agar mendorong peserta didik untuk belajar.
Siswa yang bermotivasi tinggi dalam belajar memungkinkan akan
memperoleh hasil belajar yang tinggi pula, artinya semakin tinggi
motivasinya, semakin intensitas usaha dan upaya yang dilakukan, maka
semakin tinggi hasil belajar yang diperolehnya. Siswa melakukan berbagai
upaya atau usaha untuk meningkatkan keberhasilan dalam belajar sehingga
mencapai keberhasilan yang cukup memuaskan sebagaimana yang
diharapkan. Motivasi juga menopang upaya-upaya dan menjaga agar proses
belajar siswa tetap berjalan lancar hal ini menjadikan siswa gigih dalam
belajar.
Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antar guru
dansiswa. Guru dituntut untuk menyajikan materi belajar, siswa sebagai
subjek pendidikandituntut supaya aktif dalam belajar dengan mencari
informasi dan mengeksplorasi. Gurusebagai salah satu komponen dalam
proses belajar mengajar merupakan pemegangperanan yang sangat penting.
Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja. Olehkarena itu guru harus
dapat membuat suatu model, metode, pendekatan dan teknikpembelajaran
menjadi efektif dan menarik sehingga suatu pembelajaran yang
dilakukanakan membuat siswa merasa senang dan perlu untuk mengikuti
pembelajaran dari awalsampai akhir.
Proses belajar mengajar guru haruslah memberikan atau berbagi
pengetahuan kepada siswanya sehingga siswa dapat mengetahui segala
sesuatu yang belum siswa ketahui serta dapat memahaminya dengan
menemukan materinya sendiri, dari kegiatan belajar yang menjadikan sebuah
pengalaman yang dilakukan siswanya tersebut dapat memperluas
pengetahuan siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah.
Selain proses belajar mengajar guru juga harus bisa menamamkan sikap
seperti: sikap percaya diri, sikap peduli dan sikap tanggung jawab dalam
proses belajar mengajar kepada siswa. Namun pada kenyataanya situasi
pembelajaran di lapangan sering terjadi kurang sesuai dari apa yang
diharapkan. Pembelajaran yang seharusnya berpusat pada siswa, tetapi
pelaksanaan pembelajaran masih berpusat pada guru (Teacher Center).
Metode pembelajaran hanya menerapkan metode ceramah saja sehingga
siswa tidak aktif dan tidak diberi kesempatan untuk melibatkan siswa secara
langsung dalam pembelajaran, dan kurangnya media pembelajaran yang
digunakan sehingga siswa hanya terpaku mendengarkan materi dari guru saja
tanpa siswanya terlibat mempraktikan atau mencoba hal-hal yang baru.
Kondisi tersebut membuat siswa kurang aktif berpatisipasi dalam
pembelajaran, sehingga hasil belajarnya tidak sesuai dengan yang diharapkan
guru.
Seharusnya proses belajar mengajar berpusat pada siswa bukan berpusat
pada guru, guru hanya fasilitator dalam pembelajaran dengan metode-metode
untuk mendidik siswanya dengan sumber belajar yang bebas tetapi masih
dengan pengawasan gurunya. Sehingga siswa hanya hafal teori tidak
dipahami secara rinci, siswa tidak melakukan percobaan secara langsung dan
membangun konsep pengetahuan mereka, selain itu jika guru meminta siswa
mengerjakan soal di depan kelas siswa tidak percaya diri dan merasa takut
dengan keinampuan yang dimilikinya, sehingga tidak berani mengerjakan
soal di depan kelas, kemudian ketika siswa diminta untuk mengungkapkan
jawaban atau diminta pendapat didalam kelas siswa tidak merasa percaya diri
untuk mengungkapkan kepada siswa yang lainnya, selain ketika siswa
mengerjakan tugas secara berkelompok siswa terkadang mengerjakan
individu tidak ada peduli dengan anggotanya dan tidak teliti dalam
mengerjakan soal, sehingga pengetahuan yang sebelumnya telah diketahui
siswa tidak dapat berkembang karena mereka tidak dapat mengungkapkan
potensi yang mereka miliki, bukan hanya menerima saja pengetahuan baru
yang mereka dapat.
Proses pembelajaran yang berpusat pada guru maka siswa tidak aktif
dalam proses pembelajaran, sedangkan untuk menumbuhkan sikap percaya
diri siswa dituntut untuk melakukan pembelajaran tanpa sepenuhnya karena
bantuan guru, sehingga guru hanya sebagai fasilitator dan mengarahkan saja
selebihnya siswa mencari sendiri dengan teliti untuk menggali informasi,
merumuskan masalah, dan menyimpulkan masalah, kualitas pembelajaran
kan meningkat jika guru mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang
aktif, kreatif dan inovatif.
Fenomena yang sering terjadi di pendidikan yaitu salah satu faktor
kualitas pendidikan adalah karena kurang upaya dalam mengali potensi anak,
sehingga para siswa kurang aktif dalam proses belajar dan kurang motivasi.
Selain kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswa tehadap
belajar, maka proses pendidikan harus di perbaiki dalam proses belajar
ataupun dalam menggunakan model pembelajaran. Jika meningkatnya
kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin
baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat
dalam segala bidang. Semua itu terkendala pada model pengajaran yang
digunakan oleh guru tersebut, maka kondisi tersebut sulit untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dan sikap percaya diri,sikap perduli dan
tanggung jawab.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada pembelajaran
kelas IV di SDN- 6 Menteng dapat di lihat bahwa pembelajaran pada tema
yang berisi muatan IPA masih menganggap sebagai kumpulan materi
pengetahuan yang harus dihafalkan oleh siswa. Guru masih mengajar dengan
cara ceramah di depan kelas, membacakan materi dari buku pegangan sambil
duduk di kursi guru, lalu menulis di papan tulis, dan memberikan pertanyaan
kepada siswa, sedangkan siswa hanya duduk mendengarkan dan menyimak
dari buku pegangan. Apabila siswa ditanya oleh guru, siswa hanya menjawab
dengan malu - malu dan ketika guru bertanya kepada siswa apakah ada
pertanyaan siswa tersebut tidak berani untuk bertanya. Kegiatan belajar ini
jika dibiarkan terus menerus akan tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
Hasil belajar adalah indikator yang terjadi setelah seseorang
mengalami proses pembelajaran. Hasil belajar bisa merupakan pengetahuan
maupun keterampilan yang diukur oleh instrumen tertentu berupa tes hasil
belajar. Hasil ulangan tengah semester kelas IV di SDN-6 Menteng juga
tergolong masih rendah. KKM yang telah ditetapkan adalah 75, nilai rata-rata
yang diperoleh siswa adalah 70,4 dengan rentang nilai adalah dari 45 dan
82,5. Dari 39 siswa hanya 12 siswa yang berhasil mencapai KKM.
Rendahnya hasil belajar pada tema pembelajaran yang memuat materi IPA ini
disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah penggunaan metode
yang kurang tepat, sehingga siswa hanya menghafal bukan dan memahami
materi.
Pembelajaran pada muatan IPA diarahkan untuk "mencari tahu" dan
"berbuat" sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas, 2004: 3). Oleh karena
itu siswa perlu diberikan kesempatan untuk berlatih keterampilan-
keterampilan proses. Keterampilan proses merupakan keterampilan
intelektual yang dimiliki dan digunakan ilmuwan dalam meneliti fenomena
alam (Samatowa, 2011: 93). Keterampilan proses yang digunakan oleh para
ilmuwan dapat dipelajari dengan cara lebih sederhana sesuai dengan tahap
perkembangan anak usia sekolah dasar. Aspek keterampilan proses yang
dikembangkan untuk siswa SD meliputi keterampilan mengamati,
menafsirkan, meramalkan, menggunakan alat dan bahan, menggolongkan,
menerapkan konsep, mengkomunikasikan, dan mangajukan pertanyaan.
Dalam proses pendidikan, kegiatan pembelajaran adalah hal yang
sangat penting. Kegiatan pembelajaran adalah proses interaksi dua arah
antara siswa dan guru untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan baik di
dalam maupun di luar kelas. Di dalam kegiatan pembelajaran diharapkan
siswa berpartisipasi aktif, sedangkan guru hanya berperan sebagai motivator
dan fasilitator. Guru harus mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang
menyenangkan, dengan menggunakan pendekatan, model pembelajaran serta
metode yang tepat pula, karena pemilihan model pembelajaran sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Guru harus
memiliki pengetahuan yang lebih mengenai model-model pembelajaran yang
sesuai dengan materi yang akan disampaikan, karena tidak ada satu pun
model pembelajaran yang bisa digunakan untuk semua materi pelajaran.
Pemilihan metode dan model pembelajaran yang kurang tepat akan
menjadikan pembelajaran menjadi tidak efektif sehingga tujuan pembelajaran
tidak lancar.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan mendorong sirwa
unhk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran berbasis
proyek merupakan model pembelajaran untuk membuat suasana kelas
menjadi lebih menyenangkan dan siswa akan menjadi bersemangat dalam
belajar. Menurut Sani (2014: 172) pembelajaran berbasis proyek (PJBL)
merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk mengerjakan
sebuah proyek yang bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan
masyarakat atau lingkungan. Model pembelajaran berbasis proyek merupakan
salah satu pembelajaran yang bermakna melibatkan siswa secara aktif,
memfasilitasi kemampuan berpikir kreatif serta akan tercipta pembelajaran
yang menyenangkan. Melalui pembelajaran berbasis proyek siswa dilatih
untuk menyelesaikan masalah, mengambil keputusan, melakukan investigasi,
dan membuat suatu karya untuk membantu mengatasi masalah, sehingga
dengan menerapkan pembelajaran berbasis proyek di kelas, pemahaman
peserta didik akan konsep dan prinsip akan lebih mendalam Model
pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu model pembelajaran
yang dapat direkomendasikan untuk meningkatkan keterampilan proses dan
hasil belajar IPA. Model pembelajaran berbasis proyek merupakan model
pembelajaran yang mengacu pada filosofis konstruktivisme, yaitu
pengetahuan merupakan hasil konstruksi kognitif melalui suatu aktivitas
siswa yang meliputi keterampilan maupun sikap ilmiah siswa sehingga siswa
dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan bermakna melalui
pengalaman yang nyata. Kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks
berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan (problem) yang sangat
menantang dan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah,
membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berkerja secara menyendiri. Melalui
penerapan model pembelajaran berbasis proyek ini diharapkan mampu
menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi rendahnya hasil belajar muatan
IPA siswa kelas IV di SDN-6 Menteng.

B. Fokus Penelitian
Menurut Moleong (2014:97) fokus penelitian merupakan inti yang didapatkan dari
pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperoleh dari studi kepustakaan
ilmiah.
Fokus penelitian dinyatakan dalam bentuk pernyataan yang menyatakan solusi
pemecahan masalah.Berdasarkan pendapat di atas, maka fokus dalam penelitian ini
adalah pelaksanan tindakan menggunakan pembelajaran model PJBL untuk
meningkatkan hasil belajar materi pembelajaran Tema 8 (Lingkungan Sahabatku) Sub
Tema 3 (Usaha pelesatarian Lingkungan), Pembelajaran ke 1 yaitu: Air Untuk
Kebutuhan Sehari-hari.
Sebagai salah satu pemecahan masalah yang dipilih dalam memperbaiki motivasi
belajar dan aktivitas belajar siswa, sehingga hasil belajar yang dicapai siswa dapat
melebihi batas KKM dan siswa akan menjadi aktif dalam pembelajaran.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:
"apakah penggunaan model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) dapat
meningkatkan hasil belajar Tema 8 Sub Tema 3 Pembelajaran ke 1 sampai 6 siswa
kelas IV di SDN- 6 Menteng tahun pelajaran 2023/2024". Penelitian ini difokuskan
pada pelaksanaan tindakan pada pembelajaran ke 1 yaitu: Air Untuk Kebutuhan
Sehari-hari pada siswa kelas IV di SDN- 6 Menteng"
Dari uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS tentang tokoh
pahlawan di kelas IV SDN- 6 Menteng?
2. Apakah model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas
IV SDN- 6 Menteng?
3. Apakal kelemahan dan kelebihan dari model pembelajatan Project Based
Learning (PJBL)?

D. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN- 6 Menteng
Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalalah sebagai berikut :
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan
model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dalam meningkatkan
hasil belajar Pembelajaran ke 1 sampai 6, maka dalam penelitian ini
difokuskan pada pelaksanaan tindakan pada pembelajaran ke 1 yaitu: Air
Untuk Kebutuhan Sehari-hari pada siswa kelas IV di SDN-6 Menteng Tahun
pelajaran 2023/2024
E. Kegunaan Hasil Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis kegunaan hasil penelitian ini adalah sebagai
sumbangan untuk menambah referensi tentang alternatif penggunaan
model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan keterampilan
proses pada siswa dan hasil belajar.
2. Kegunaan Praktisa.
a. Bagi Guru
1) Membantu meningkatkan keterampilan guru dalam menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas IV pada Tema 8
Sub Tema 3 pembelajaran ke 1 menggunakan pembelajaran model
Project Based Learning.
2) Membantu mengembangkan kemampuan peneliti dan guru
dalam upaya menerapkan model pembelajaran Project Based
Learning di kelas IV
3) Meningkatkan profesionalisme guru sehingga pembelajaran
lebih menarik dan bermakna.
b. Bagi Siswa
1) Meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami materi pada
Tema 8 Sub Tema 3 Pembelajaran ke 1 (Air Untuk Kebutuhan Sehari-
hari)
2) Meningkatkan sikap percaya diri pada siswa
3) Meningkatkan sikap tanggung jawab pada siswa kelas V dalam
menghasilkan projek dari pembelajaran yang dilakukan
c. Bagi Sekolah
1) Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah sehingga mutu
lulusansekolah tersebut meningkat.
2) Dapat memotivasi guru lain agar pembelajaran lebih kreatif.
d. Bagi Penulis
1) Manfaat bagi peneti menambah wawasan, menambah pengetahuan,
pengalaman dan keterampilan dalam menerpkan model pembelajaran
Project Based Learning.
2) Manfaat bagi orang lain menjadi referensi untuk membuat skripsi
dengan model pembelajaran Project Based Learning.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Penelitian Tindakan
a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Wijaya Kusuma (2009:9) penelitian tindakan kelas adalah
penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Menurut O’Brien
sebagaimana dikutip oleh Endang Mulyatiningsih (2011:60) penelitian
tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan ketika sekelompok orang
(siswa) diidentifikasi permasalahannya, kemudian peneliti (guru) menetapkan
suatu tindakan untuk mengatasinya. Cohen dan Manion sebagaimana dikutip
oleh Padmono (2010) menyatakan penelitian tindakan adalah intervensi kecil
terhadap terhadap tindakan di dunia nyata dan pemeriksaan cermat terhadap
pengaruh intervensi tersebut. Pandangan ini menunjukkan bahwa penelitian
tindakan dapat dilakukan secara kolaboratif dengan pakar. Pakar memberikan
alternatif pemecahan dan alternatif tersebut perlu diuji sejauh mana
efektifitasnya.
Dengan demikian peneleitian tindakan menurut Cohen dan Manion
bukan mutlak harus dilakukan oleh pekerja sendiri (guru sendiri) akan tetapi
guru dapat meminta atau bekerja sama dengan pihak lain. Selanjutnya
Kemmis dan Taggart sebagaimana dikutip oleh Padmono (2010) menyatakan
penelitian tindakan adalah suatu penelitian refleksif diri kolektif yang
dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan
penalaran dan keadilan praktek pendidikan dan praktek sosial mereka, serta
pemahaman mereka terhadap praktek-praktek itu dan terhadap situasi tempat
dilakukan praktek-praktek tersebut.Kemmis dan Taggart memandang, bahwa
penelitian ini dilakukan secara kolektif untuk memperbaiki praktek yang
mereka lakukan dimana perbaikan dilakukan berdasar refleksi diri. Dalam
bukunya Becoming Critical : Education, Knowledge, an Action Research
1986. Kemmis dan Carr lebih jelas menyatakan penelitian tindakan adalah
bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh partisipan (guru, siswa,
atau kepala sekolah, misalnya) dalam situasi-situasi sosial (termasuk
pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktek-
praktek sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, (b) pengertian
mengenai praktek-praktek ini, dan (c) situasi-situasi (dan lembaga-lembaga)
dimana praktek-praktek tersebut dilaksanakan.Berdasarkan beberapa pendapat
di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan
bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan
tertentu agar dapat dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek
pembelajaran di kelas secara professional.
Menurut Endang Mulyatiningsih (2011:60-63) karakteristik penelitian
tindakan kelas antara lain:
1) Tema penelitian bersifat situasional
2) Tindakan diambil berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi diri
3) Dilakukan dalam beberapa putaran
4) Penelitian dilakukan untuk memperbaiki kinerja
5) Dilaksanakan secara kolaboratif atau parisipatorif
6) Sampel terbatas
b. Model Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Endang Mulyatiningsih (2011:68-72) model PTK ada empat,
yaitu : Model Lewin, Model riel, Model Kemmis dan Taggart, Model
DDAER. Sedangkan menurut Wijaya Kusuma (2011:19-24) adalah : Model
Kurt Lewin, Kemmis dan Taggart, John Elliott, McKernan.
Berdasarkan dalam penelitian ini penelitian hanya menggunakan
model Kemmis dan Taggart.

Model Kemmis dan Taggart


Kemiss dan Taggart (1988) membagi prosedur penelitian dalam empat
tahap kegiatan pada satu putaran (siklus). perencanaan-tindakan dan
observasi-refleksi. Model ini sering diacu oleh para peneliti. Kegiatan
tindakan dan observasi digabung dalam satu waktu. Hasil observasi direfleksi
untuk menentukan kegiatan berikutnya. Siklus dilakukan terus menerus
sampai peneliti puas, masalah terselesaikan dan hasil belajar maksimum
(Endang Mulyatiningsih, 2011:70-71)
Model PTK Kemmis dan Taggart adalah sistem spiral refleksi diri
yang terdiri dari empat tahapan. Setiap tahapan pada sistem spiral refleksi diri
dinyatakan dengan urutan angka 1-8. Ilustrasi model PTK yang dikemukakan
oleh Kemmis dan Taggart dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Model Spiral Kemmis dan Taggar ( 1988 ) Sumber :Ningrum, 20114 : 50

c. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas


Menurut Wijaya Kusuma (2011:38-41) langkah penelitian tindakan
kelas, yaitu :
adanya ide awal, praservei, diagnosis, perencanaan,
implementasi tindakan, pengamatan, refleksi, penyusunan laporan
PTK. Sedangkam menurut Endang Mulyatiningsih langkah penelitian
adalah :
diagnosis masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan
observasi, analisis data, evaluasi dan refleksi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat
disimpulkan langkah-langkah penelitian sebagai berikut :
1. Adanya ide awal, Seseorang yang melaksanakan penelitian, pasti
diawali dengan gagasan atau ide dan diharapkan dapat dilakukan atau
dilaksanakan.
2. Praservei, Untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat
dikelas yang akan diteliti. Biasanya dilakukan oleh guru dan dosen.
3. Diagnosis, Dilakukan oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di
kelas yang dijadikan sasaran.
4. Perencanaan, Dibagi menjadi dua, yaitu : perencanaan umum dan
khusus. Perencanaan umu dimaksudkan untuk menyusun rancangan
yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait PTK. Perencanaan
khusus Implementasi tindakan. Merupakan realisasi dari suati
tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang
digunakan, materi yang diajarkan dan sebagainya.
5. PengamatanPengamatan dapat dilakukan sendiri oleh peneliti. Pada
saat monitoring haryslah mencatat semua peristiwa atau hal yang
terjadi di kelas peneliti.
6. Evaluasi dan refleksiKegiatan merenung atau memikirkan sesuatu
guna upaya evaluasi yang dilakukian oleh para kolaborator atau
partisipan yang berperan dalam PTK. Dilakukan dengan kolaborasi,
refleksi dilakukan sesudah implementasi tindakan dan hasil observasi.
7. Penyusunan laporan PTK Dilakukan setelah melakukan penelitian
dilapangan. Penelitian harus sistematis dan dilakukan sesuai acuan
yang telah diberikan dalam penelitian PTK.
Adapun tujuan penelitian tindakan kelas menurut Arifin (2012: 100)
adalah untuk:
1) Memperbaiki dan meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan
hasil. pendidikan dan pembelajaran di sekolah dan LPTK.
2) Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi
masalah pendidikan dan pembelajaran di dalam kelas.
3) Meningkatkan kemampuan dan layanan profesional guru dan
tenaga kependidikan.
4) Mengembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah dan
LPTK, sehingga tercipta sikap proaktif untuk melakukan perbaikan
mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan
(substainable).
5) Meningkatkan dan mengembangkan keterampilan guru dan tenaga
kependidikan khususnya di sekolah dalam melakukan PTK
6) Meningkatkan kerjasama profesional diantara guru dan tenaga
kependidikan di sekolah dan LPTK.

B. Konsep dan Model Tindakan yang Diteliti

1. Pembelajaran Model Project Based Learning (PJBL)

a. Pengertian Project Based Learning (PjBL)

Model pembelajaran yang dianjurkan untuk digunakan pada kurikulum 2013


adalah model pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik (student centered)
yang salah satunya adalah model pembelajaran Project Based Learning. Dalam
modul implementasi kurikulum 2013 dijelaskan bahwa Project Based Learning
adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/ kegiatan sebagai inti
pembelajaran. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintetis,
dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk belajar.

Model pembelajaran Project Based Learning memiliki keunggulan yang sangat


penting dan bermanfaat bagi siswa, namun model pembelajaran Project Based
Learning sangat jarang digunakan oleh guru, karena memang dalam prakteknya
memerlukan persiapan yang cukup dan pengerjaannya lama. Mulyasa (2014: 145)
mengatakan Project Based Learning, atau PJBL adalah model pembelajaran yang
bertujuan untuk memfokuskan pserta didik pada permasalahan kompleks yang
diperlukan dalam melakukan investigasi dan memahami pelajaran melalui
investigasi. Model ini juga bertujuan untuk membimbing peserta didik dalam sebuah
proyek kolaboratif yang mengintegrasikan serbagai subyek (materi) kurikulum,
memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi)
dengan menggunakan berbagai cara bermakna bagi dirinya, dan melakukan
eksperimen secara kolaboratif.

Menurut Daryanto dan Raharjo (2012: 162) Project Based Learning, atau PJBL
adalah model pembelajaran yang yang menggunakan masalah sebagai langkah awal
dalam mengumpulkan dan menintegrasikan pengetahuan beru berdasarkan
pengalamannya dan beraktifitas secara nyata. PJBL dirancang untuk digunakan pada
permasalahan yang kompleks yang diperlukan peserta didik dalam melakukan
investigasi dan memahaminya.

Menurut Daryanto dan Raharjo (2012: 162) Project Based Learning, atau
PJBLadalah model pembelajaran yang yang menggunakan masalah sebagai langkah
awaldalam mengumpulkan dan menintegrasikan pengetahuan beru
berdasarkanpengalamannya dan beraktifitas secara nyata. PJBL. dirancang untuk
digunakan padapermasalahan yang kompleks yang diperlukan peserta didik dalam
melakukaninvestigasi dan memahaminya.

Kemudian Sugihartono dkk, (2015: 84) mengungkapkan metode proyek adalah


metode pembelajaran berupa penyajian kepada peserta didik materi pelajaran yang
bertitik tolak dari suatu masalah yang selanjutnya dibahas dari berbagai sisi yang
relevan sehingga diperolah pemecahan secara menyeluruh dan bermakna.metode ini
memberi kesempatan siswa untuk menganalis suatu masalah dari sudut pandang
peserta didik sesuai dengan minat dan bakatnya. Fathurrohman (2016: 119) juga
mengatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran
yang menggunakan proyek Kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai
kompetensisikap, pengetahuan dan keterampilan.

Berdasarkan beberapa pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa


model pembelajaran Project Based Learning adalah model pembelajaran berpusat
pada siswa yaitu berangkat dari suatu latar belakang masalah, yang kemudian
dilanjutkan dengan investigasi supaya peserta didik memperoleh pengalaman baru
dari beraktivitas secara nyata dalam proses pembelajaran dan dapat menghasilakan
suatu proyek untuk mencapai kompetensi aspektif, kognitif, dan psikomotorik. Hasil
akhir dari kerja proyek tersebut adalah suatu produk yang antara lain berupa laporan
tertulis atau lisan, presentasi atau rekomendasi.

b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Project Based Learning (PJBL)


Menurut Fathurrohman (2016: 121-122) prinsip yang mendasari
pembelajaranberbasis proyek adalah sebagai berikut:
a) Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan tugas tugas pada
kehidupan nyata untuk memperkaya pelajaran
b) Tugas proyek menakankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema atau
topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran.
c) Penyelidikan atau dilakukan eksperimen secara autentik dengan menghasilkan
produk nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan menghasilkan produk nyata
yang telah dianalisis dan dikembangkan
d) Kurikulum. PJBL tidak seperti pada kurikulum tradisional karena memerlukan
strategi sasaran dimana proyek sebagai pusat
e) Responbility. PJBL menekankan responbility dan answerbility para peserta didik
ke diri panutannya
f) Realisme. Kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan
situasi yang sebenarnya. Aktivitas ini mengintegrasikan tugas autentik dan
menghasilkan sikap profesional
g) Active learning. Menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan
keinginan peserta didik untuk menentukan jawaban yang relevan sehingga terjadi
proses pembelajaran yang mandiri
h) Umpan balik. Diskusi. Presentasi dan evaluasi terhadap peserta didik
menghasilkan umpan balik yang berharga. Hal ini mendorong ke arah pembelajaran
berdasarkan pengalaman.
i) Keterampilan umum. PJBL dilkembangkan tidak hanya pada keterampilan pokok
dan pengerahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar terhadap
keterampilan mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self
menegement
j) Driving question. PJBL difokuskan pada pertanyaan atau permsalahan yang
memicu peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip,
dan ilmu pengetahuan yang sesuai
k) Constructive investigation. PJBL sebagai titk pusat, proyek harus disesuaikan
dengan pengetahuan peserta didik.
l) Autonomy. Proyek menjadikan aktivitas peserta didik yang penting. Blumenfeld
mendeskripsikan model pembelajaran berbasis proyek berpusatpada prose relatif
berjangka waktu, unit pembelajaran bermakna
Selanjutnya Krajcik dalam Abdurrahim (2011) menyarankan lima ciri-ciri
dari pembelajaran berbasis proyek, yakni: driving question, investigation, artifacts,
collaboration dan technological tools.
Thomas (2000), menguraikan lima prinsip pokok dari suatu pembelajaran
berbasis proyek. Kriteria ini bukan merupakan definisi dari pembelajaran berbasis
proyek, tetapi didesain untuk menjawab pertanyaan "apa yang harus dimiliki
proyek agar dapat digolongkan sebagai pembelajaran berbasis proyek". Lima
kriteria itu adalah keberpusatan (centrality), berfokus pada pertanyaan atau masalah
(driving question), investigasi konstruktif (constructive investigation) atau desain,
otonomi siswa (autonomy), dan realisme (realism). Kriteria-kriteria ini dapat
dijadikan sebagai prinsip- prinsip pembelajaran berbasis proyek.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa prinsip model
pembelajaran PJBL (Project Based Learning) adalah pembelajaran ini menekankan
bahwa pembelajaran harus berpuat pada peserta didik karena model pembelajaran
ini menggunakan masalah yang mungkin dialami pada kehidupan nyata yang sudah
ditentukan tema dan topiknya, kemudian dilakuakan eksperimen atau penelitian
supaya dapat menghasilkan produk nyata sesui dengan kemampuan peserta didik
tersebut, supaya peserta didik.

c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Project Based Learning (PJBL)


Setiap model pembelajaran dirancang supaya membuat pembelajaran menjadi
efektif dan efisien, sehingga tujuan dan hasil belajar dapat dicapai dengan
maksimal. Namun setiap model pembelajarn pasti mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Menurut Daryanto dan Raharjo (2012: 162) model pembelajaran
Project Based Learningmempunyai kelebihan sebagai berikut:
a) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk
dihargai.
b) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
c) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan
problem- problem kompleks.
d) Meningkatkan kolaborasi.
e) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi.
f) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
g) Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain
seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
h) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan perserta didik secara
kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dengan dunia nyata.

Berdasarkan keunggulan dari model Project Based Learning maka


dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ini sangat menekankan pada
keterampilan siswa sehingga mampu menciptakan ataupun menghasilkan
suatu proyek, dan membuat siswa seolah-olah bekerja di dunia nyata dan
menghasilkan sesuatu.
Selanjutnya model pembelajaran ini juga memiliki kelemahan yang
dijelaskan Daryanto dan Raharjo (2012: 162), yaitu:a) Memerlukan banyak
waktu untuk menyelesaikan masalah.
b) Membutuhkan biaya yang cukup banyak.c) Banyak instruktur yang merasa
nyaman dengan kelas tradisional, dimana instruktur memegang peran utama
dikelas.
d) Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
e) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulaninformasi akan mengalami kesulitan.
f) Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam bekerja
kelompok.
g) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.

Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Widiasworo (2016: 189)


dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek tentu tidak dapat lepas dari
segala hambatan dan kendala. Hambatan dan kendala tersebut mencerminkan
bahwa masih ditemukannya beberapa kelemahan dari model pembelajaran
ini, antara lain sebagai berikut:
a) Pembelajaran berbasis proyek memerlukan banyak waktu yang
harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks
b) Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan karena
menambah biaya untuk memasuki sistem baru
e) Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana
instruktur memgang peran utama di kelas. Ini merupakan tradisi yang sulit,
terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak menguasai teknologi
d) Banyaknya peralatan yang harus disediakan. Oleh kerana itu,
disarankan untuk menggunakan team teaching dalam pembelajaran
e) Peserta didik memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan
f) Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja
kelompok
g) Apabila topik yang diberikan pada masing masing kelompok
berbeda, dikhatirkan peserta didik tidak memahami topik secara keseluruhan.

Selanjutnya menurut Abidin (2013:171) kelemahan-kelemahan dalam


model PjBL sebagai berikut:

a) Memerlukan banyak waktu dan biaya.


b) Memerlukan banyak media dan sumber belajar.
c) Memerlukan guru dan siswa yang sama-sama siap belajar dan
berkembang
d) Ada kekhawatiran siswa hanya akan menguasai satu topik tertentu
yang dikerjakannya.

Berdasarkan pendapat para ahli kelemahan model Project Based


Learning maka dapat kita simpulkan kelemahan dari model ini adalah
memerlukan banyak waktu dalam proses pembelajaran, guru harus selalu
memantau setiap aktivitas siswa jadi aktivitas guru harus lebih extra kerja
keras dalam mengawasi pada setiap aktivitas siswa.
d. Langkah-Langkah Pembelajaran Model Project Based Learning
Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran PJBL (Project
BasedLearning) menurut Mulyasa (2014: 145-146) adalah sebagai berikut:
a) Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai
langkahawal agar peserta didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang
muncul dari fenomena yang ada
b) Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan
yang ada disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan
c) Menyusun jadwal sebagai langkah nyatadari sebuah proyek. Penjadwalan
sangat penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia
dan sesuai dengan target
d) Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Peserta didik mengevaluasi
proyek yang sedang dikerjakanLangkah-langkah pelaksanaan model
pembelajaran PjBL (Project BasedLearning) menurut Widiarso (2016: 184)
terdiri dari: penentuan pertanyaan mendasar. mendesain perencanaan proyek,
menyusun jadual, memonitor peserta didik dan kemajuan proyek, menguji hasil
dan mengevaluasi pengalaman.
a) Penentuan pertanyaan mendasar
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial yaitu pertanyaan yang dapat
memberi penugasan kepada peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Topik
penugasan sesuai dengan dunia nyata yang relevan untuk peserta didik. dan
dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
b) Mendesain perencanaan proyek
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peserta didik. Dengan
demikian peserta didik diharapkan akan merasa "memiliki" atas proyek tersebut.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan
berbagai subjekyang mungkin, serta mengetahui alat danbahan yang dapat
diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
c) Menyusun jadwal
Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:
1) Membuat timeline (alokasi waktu) untuk menyelesaikan proyek,
2) Membuat deadline (batas waktu akhir) penyelesaian proyek,
3) Membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru,
4) Membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek, dan
5) Meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan)
tentangpemilihan.
d) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyekGuru bertanggungjawab untuk
melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan
proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap
proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagiaktivitas peserta
didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat
merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
e) Menguji hasilPenilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing
peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah
dicapaipeserta didik, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran
berikutnya.
f) Mengevaluasi pengalamanPada akhir pembelajaran, guru dan peserta didik
melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan.
Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok.
e. Penilaian Dalam Pembelajaran Model Project Based Learning
Menurut Widiasuoro (2016: 187) penilaian suatu proyek dalam pembelajaran
merupakan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode
atau waktu tertentu. Tugas tersebut berupa investigasi sejak dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data. Penilaian
proyek dapat dilakukan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan
pengapliasian, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan
peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Lebih lanjut menurut Widiasworo (2016: 189) pada penilaian proyek
setidaknya ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu kemampuan
pengelolaan, relevansi, dan keaslian.
a) Kemampuan pengelolaanKemampuan peserta didik dalam memilih topik,
mencari informasi, dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan
laporan.
b) RelevansiKesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan
tahap pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam pembelajaran.
c) KeaslianProyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil
karyanya, dengan mempertimnangkan kontribusi guru berupapetunjuk dan
dukungan terhadap proyek peserta didik.
2. Hasil Belajara.
a. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Purwanto (2014: 46) hasil belajar adalah perubahan perilaku
yang terjadi pada siswa akibat belajar, perubahan perilaku disebabkan karena
telah menguasai sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar
mengajar. Perubahan perilaku hasil belajar merupakan perubahan perilaku
yang relevan dengan pembelajaran, oleh karenanya hasil belajar dapat berupa
perubahan dalam kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik, tergantung
dari tujuan pengajarannya. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran
untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah
diajarkan dan juga sebagai realisasi atau pemekaran dari kecakapan-
kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui
kegiatan belajar (Abdurrahman, 2010:37). Sudjana (2016: 22) hasil belajar
adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajaranya. Sedangkan hasil belajar menurut Anitah (2008: 19)
hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan
dalam belajar, kulminasi akan selalu diiringi dengan kegiatan tindak lanjut
Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya,
baikperilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir
maupun keterampilan motorik. Di sekolah, hasil belajar dapat dilihat dari
penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuhnya. Tingkat
penguasaan pelajaran atau hasil belajar dalam mata pelajaran tersebut di
Sekolah Dasar dilambangkan dengan angka-angka atau huruf, seperti 0-1
(Sukmadinata, 2011: 102). hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan
tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat
menetap. fungsional, positif, dan disadari. Hasil belajar merupakan
peprubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada
apa yang dipelajari oleh pebelajar (Anni, 2007: 5).
Merujuk pemikiran Gagne (dalam Suprijono, 2012: 5-6) hasil belajar
dapatberupa:
a) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa lisan maupun tertulis.
b) Kemampuan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan
konsep lambang
c) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
kemampuan kognitifnya sendiri.
d) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme
gerak jasmani.
c) Ranah Psikomotorik
Ranah paikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan don
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranab psikomotorik, yakni gerakan
refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan
atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan
interpretatif.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Slameto (2013: 54-72), membagi faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar menjadi dua golongan, yaitu: 1) faktor intern, dan 2) faktor
ekstern.
1) Faktor Intern
Faktor intern yaitu faktor yang ada dalam individu yang sedang
belajar. Faktor intern dibagi menjadi tiga faktor yaitu: a) faktor
jasmaniah, b) faktor psikologis, dan c) faktor kelelahan,
a) Faktor Jasmaniah
Faktor jasmaniah terdiri dari faktor kesehatan, dan cacat tubuh. Faktor
kesehatan seseorang memberi pengaruh terhadap proses belajarnya,
karena jika kondisi tubuh tidak sehat mengakibatkan cepat lelah,
kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk dan lain-lain. Maka
agar seseorang dapat belajar dengan baik sebaiknya selalu
mengusahakan kesehatan badannya tetap baik dengan melakukan
ketentuan dalam bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga,
rekreasi, dan ibadah. Cacat tubuh adalah adanya kekurangan pada
tubuh. Hal ini memberi pengaruh pada belajar seseorang. Jika hal ini
terjadi maka perlu bagi seseorang itu untuk belajar di lembaga
pendidikan khusus atau dengan menggunakan alat bantu agar dapat
mengurangi pengaruh kecacatannya.
b) Faktor Psikologis
Faktor psikologis terdiri dari: 1) intelegensi, 2) perhatian, 3) minat, 4)
bakat, 5)motif, 6) kematangan, dan 7) kelelahan. Intelegensi
Intelegensi memiliki pengaruhterhadap kemajuan belajar. Dalam
situasi dan keadaan yang sama, siswa yangmempunyai tingkat
intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang
memilikitingkat intelegensi rendah. Meskipun begitu siswa dengan
intelegensi tinggi belumpasti berhasil dalam belajarnya dikarenakan
belajar banyak dipengaruhi oleh hal-hallain. Perhatian Perhatian dapat
dikatakan sebagai keaktifan jiwa yang tertuju padasuatu objek atau
sekumpulan objek. Jika siswa tidak memiliki perhatian
padapembelajaran maka dapat terjadi kebosanan dan dampaknya akan
mengganggu hasilbelajar.
c) Faktor Kelelahan
Terdapat dua macam kelelahan, yaitu: kelelahan jasmani dan
kelelahan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan lemahnya dan
timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Biasanya
kelelahan jasmani terjadi karena adanya kekacauan subtansi sisa
pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah menjadi kurang lancar
pada bagian-bagian tertentu. Kelelahan rohani ditandai dengan
kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk
menghasilkan sesuatu hilang dan mengakibatkansulit berkonsentrasi.

2) Faktor Ekstern
Faktor ekstern yaitu faktor yang ada di luar individu. Faktor
ekstern dibagi menjadi 3, yaitu a) faktor keluarga, b) faktor sekolah,
dan c) faktor masyarakat.
Faktor Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dimiliki
siswa. Beberapa hal dalam keluarga yang memberi pengaruh pada
belajar siswa adalah cara mendidik orang tua, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian
orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Faktor ke-dua yaitu
sekolah, di sekolah yang merupakan tempat untuk belajar terdapat
beberapa hal yang memberi pengaruh pada belajar siswa. Beberapa
hal tersebut yaitu: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran,
waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung,
metode mengajar, dan tugas rumah. Faktor masyarakat juga memberi
pengaruh terhadap belajar siswa. Beberapa faktor dalam masyarakat
yang berpengaruh pada belajar siswa yaitu: kegiatan siswa dalam
masyarakat, mass media, tempat bergaul, dan bentuk kehidupan
masyarakat.

3. Karakteristik Materi IPA


a. Karakteristik Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: 1) kemampuan untuk
mengetahui apa yang diamati, 2) kemampuan untuk memprediksi apa
yang belum diamati, 3) dikembangkannya sikap ilmiah.
b. Pembelajaran IPA di SD seperti apa?
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang
dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan
konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar,yang diperoleh dari
pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain
penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.

c. Apa saja tujuan pembelajaran IPA?


Menurut Ahmad (2015:47) tujuan pendidikan IPA di sekolah
dasar berdasarkan kurikulum 2004 yaitu: a. Menanamkan
pengetahuan dan konsep-konsep Sains yang bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari. b. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap
positif terhadap sains dan teknologi.Hidup kita selalu bergantung
dengan air. Benda cair ini sangat penting bagi kehidupan manusia,
bahkan makhluk hidup lainnya di muka bumi. Hewan, tumbuhan,
tanah, dan berbagai mikroba di dalamnya membutuhkan air. Bisa kita
bayangkan bila tempat hidup kita kehabisan air, pasti terjadi krisis
yang sangat parah.Manusia, sebagian besar tubuhnya juga diisi oleh
air. Bahkan, udara, oksigen, mineral, dan sebagainya bersumber dari
air. Betapa air penting sekali untuk kehidupan kita. Maka dari itu, kita
pelru menjaga kelestarian air bersih. Terutama sumber-sumber air
yang terdapat di pegunungan maupun daerah perdesaan.
d. Manfaat Air Bagi Manusia
Kemudians, setelah mengetahui sifat air, maka kita juga bisa
berpikir apa saja kegunaan air bagi kehidupan kita? Tentu saja banyak
hal yang bisa kita lakukan dengan memanfaatkan air. Hal yang paling
pokok, misalnya, minum. Tapi selain itu tentu ada kegunaan lainnya,
yaitu sebagai berikut:
1. Untuk kebutuhan sehari-hari: minum, mandi, mencuci pakaian,
mencuci piring. berwudhu, dan sebagainya.
2. Untuk pengairan, di daerah pertanian air sangat membantu untuk
mencukupi kebutuhan air bagi tanaman di ladang.
3. Untuk pengangkut atau transportasi. Transportasi air yang kita
kenal saat ini adalah perahu, kapal feri, atau kapal pesiar. Namun,
pada masa lalu, air lebih tepatnya sungai pernah menjadi lalu lintas
pengiriman barang dari satu tempat ke tempat lain. Seperti mengirim
kayu, bambu, dengan mengahanyutkannya di sungai.
4. Untuk pembangkit listrik. Di daerah terpencil pembangkit listrik
tenaga air sangat berguna untuk mencukupi kebutuhan listrik kecil.
Setidaknya memberikan penerangan.

C. Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai acuan adalah sebagai
berikut :

No NAMA JUDULPENELITIAN HASIL PENELITIAN


1. IB, Siwa,IW “ Pengaruh Bahwa terdapat
Muderawan, pembelajaran berbasis perbedaan hasil
intikan proyek dalam belajar
( penelitian pembelajaran kimia keterampilan
Eksperimen ) terhadap keterampilan proses sains
proses sains di tinjau antara kelompok
dari gaya kongnitif siswa yang
siswa" mengikuti model
proyek
pembelajaran
dengan kelompok
siswa yang
mengikuti model
pembelajaran
konvensional
dengan nilai FA
38,5313 pada
taraf signifikansi
0,05.Bahwa
terdapat
perbedaan hasil
belajar
keterampilan
proses sains
antara kelompok
siswa yang
mengikuti model
proyek
pembelajaran
dengan kelompok
siswa yang
mengikuti model
pembelajaran
konvensional
dengan nilai FA
38,5313 pada
taraf signifikansi
0,05.
2. Devi Ertanti Upaya Meningkatkan menyimpulkan
(2010 ) meny Sikap Ilmiah bahwa penerapan
( Penelitian melalui pener Project Based
Tindakan Pembelajaran Learning
Kelas ) Berbasis menin Meningkatkan
Proyek (Project Based sikap ilmiah dan
ilmial Learning) pada penguasaan eri
Materi konse Sistem konsep siswa
Pencernaan Siswa kelas XI IPA3
Kelas XI IPA3 Sikap padamateri sistem
Semester II di SMA pencernaan
meng Negeri 2 manusia. Sikap
Yogyakarta Bantul, ilmiah seluruhnya
Tahun Ajaran mengalami
2009/2010" peningkatan dari
siklus I ke siklus
II. Sedangkan
peningkatan
penguasaan
konsep biologi
dari siklus I ke
siklus II adalah
13,09%.

D. Kerangka Fikir
Keberhasilan dari proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain faktor dari dalam diri peserta didik, maupun faktor dari luar peserta didik.
Seorang guru harus pandai memilih pendekatan dan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar siswa pada Tema 5 Sub Tema 3
Komponen Ekosistem. Penggunaan model pembelajaran yang berbasis proyek
(Project Based Learning) dapat melatih berpikir, keterampilan proses dan
memungkinkan siswa mengembangkan kreativitasnya sehingga nantinya dapat
memperdalam penguasaan konsep materi pembelajaran. Melalui kegiatan proyek
yang dilakukan secara berkelompok diharapkan peserta didik dapat lebih leluasa
menggali berbagai informasi yang berkaitan dengan materi, aktif, dan dapat
memusatkan kegiatan pembelajaran pada siswa (student centered learning).
Dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek, maka
keterampilan proses dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi Tema 8 Sub
Tema 3 Pembelajaran ke 1 (Air Untuk Kebutuhan Sehari-hari) pada siswa kelas V di
SDN-11 Palangka dapat meningkat.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian


1. Tempat
Tempat penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN-6 Menteng.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai Maret 2023. Adapun
alasan pemilihan SDN- 6 Menteng sebagai tempat penelitian karena berdasarkan
pengamatan selama melaksanakan PLP I, hasil belajar muatan IPA di kelas IV
cenderung masih rendah dan masih belum pernah menerapkan pembelajaran
menggunakan model Project Based Learning.

B. Metode Penelitian
Metode penelitian tindakan yang digunakan dalam penelitian ini sebagaimana
menurut Arikunto (2006: 74) terdiri dari beberapa tahapan:
1) perencanaan,
2) pelaksanaan tindakan,
3) pengamatan, dan
4) refleksi. Tahapan tersebut berdasarkan model PTK dari yang dikemukakan oleh
Kemmis & McTaggart yang bersiklus sebagaimana gambar bagan berikut:
Gambar 2. Siklus PTK model kemmis & McTaggart (Uno, 2011 : 87 )

C. Prosedur Penelitian Tindakan


1. Perencanaan
Perencanaan penelitian merupakan tindakan yang disusun berdasarkan masalah
yang hendak dipecahkan agar terjadi perubahan dan peningkatan dalam
pembelajaran. Tahapan perencanaan dilakukan sebagai berikut:
a. Permintaan izin kepada Kepala SDN-6 Menteng.
b. Mengadakan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang perlu segera
diatasi.
c. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian, mencakup lembar observasi
keterampilan proses, soal tes, serta angket respon siswa terhadap pembelajaran.
d. Menyiapkan alat-alat pembelajaran.
e. Melakukan diskusi dengan guru kelas mengenai model pembelajaran berbasis
proyek (Project Based Learning).
f. Menyelenggarakan tes pra-tindakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan yang diberikan dalam pembelajaran ini dilaksanakan dalam siklus-
siklus untuk melihat peningkatan keterampilan proses dan hasil belajar siswa
melalui pembelajaran berbasis proyek ( project based learning ). Adapun kegiatan
pada Masing – masing siklus sebagai berikut :
a. Siklus 1
Siklus pertama dalam PTK ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi sebagai berikut:
1) Perencanaan Tindakana)
a. Merencanakan pembelajaran yang akan dilakukan dengan membuat
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) menggunakan model
pembelajaran berbasis proyek (project based learning).
b. Menyiapkan sumber belajar.c) Menyiapkan instrumen yang akan
digunakan dalam mengumpulkan data.
2) Pelaksanaan Tindakana
a. Membagi siswa ke dalam kelompok
b. Menyajikan materi pembelajaran
c. Setiap kelompok mendapatkan satu proyek kegiatan
d. Siswa melakukan diskusi kelompok merancang proyek mengenai tema
yang telah diberikan.
e. Siswa melakukan kegiatan proyek sesuai rancangan proyek yang telah
dibuat sebelumnya.
f. Siswa mempresentasikan hasil proyek.
g. Kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi tanggapan atau
menyanggah.
h. Menyimpulkan secara bersama-sama
3) Pengamatan
Melakukan observasi keterampilan proses menggunakan lembar observasi
pada saat pembelajaran berlangsung (lembar observasi terlampir)
4) Refleksia
a. Melakukan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan meliputi
evaluasi terhadap aktivitas dan hasil belajar pada siklus I untuk
mencari penyebab dari masalah yang muncul.
b. Hasil refleksi digunakan untuk mencari alternatif pemecahan masalah
sehingga dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.

b. Siklus II
Siklus II dilakukan jika siklus I belum memenuhi kriteria keberhasilan
penelitian, mengacu pada kekurangan siklus I. Tahapan pelaksanaan
kegiatan pada siklus II tersebut sama dengan kegiatan pada siklus I.
Apabila dievaluasipada siklus II belum memenuhi kriteria
keberhasilan, maka harus dilaksanakan kegiatan siklus III yang tahap-
tahapnya seperti pada siklus I dan II. Siklus berhenti jika kriteria
keberhasilan telah tercapai.

D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa, tingkah laku,
dokumen, arsip, dan benda lain. Sumber data penelitian ini berasal daripeneliti, guru
kelas IV sebagai kolaborator dan siswa kelas IV sebagai objek penelitian dalam
pelaksanaan tindakan. Jenis data yang didapatkan dari penelitian ini adalah data
kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil belajar siswa, data
kualitatif berupa deskripsi hasil observasi dan pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran dan tanggapan siswa pada Penelitian Tindakan Kelas yang
dilaksanakan.

E. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data telah dimulai saat peneliti mengidentifikasi permasalahan di
lapangan, dilanjutkan selama penelitian berlangsung. Data yang kumpulkan
menggunakan beberapa instrumen berupa lembar observasi, soul tes dan angket.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. ObservasiObservasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data di lapangan. Observasi hendaknya dilakukan oleh peneliti
sehingga peneliti dapat terikat langsung di lapangan. Kegiatan ini dilakukan
dengan cara mengamati secara langsung siswa dalam proses pembelajaran. Dalam
melakukan observasi, peneliti menggunakan lembar observasi yang telah disusun,
kemudian mengisi dengan cara memberi nilai sesuai indikator yang muncul
c. TesTes merupakan alat pengukur data yang berharga dalam penelitian. Tes ialah
seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk
mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka (Uno, dkk,
2011: 104). Adapun jenis tes dalam penelitian ini adalah tes kemampuan kognitif
berupa soal objektif pilihan ganda dan uraian.
d. Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya
(Sugiyono, 2008: 142). Angket dalam penelitian ini untuk mengetahui respon siswa
terhadap pembelajaran yang dilakukan.H. Instrumen PenelitianSebelum
melaksanakan penelitian di lapangan, peneliti terlebih dahulu menyiapkan
instrumen-instrumen penelitian. Instrumen penelitian merupakan salah satu
perangkat yang digunakan dalam mencari sebuah jawaban pada suatu penelitian.

F. Validasi Data
Data- data yang diproleh dapat dilihat kebenarannya dengan melakukan validasi
Instrumen. Instrumen dalam penelitian ini harus memenuhi ketepatan atau validitas.
Validitas instrumen berhubungan dengan ketepatan instrumen, yaitu soal tes maupun
lembar observasi terhadap konsep yang akan diukur, sehingga betul-betul bisa
mengukur apa yang seharusnya diukur. Penelitian ini menggunakan validitas konstruk
dan validitas isi untuk lembar observasi keterampilan proses dan soal tes.
Menurut Sudjana (2005: 14), validitas konstruk berkenaan dengan kesanggupar
alat penilaian untuk mengukur pengertian-pengertian yang terkandung dalam mater
yang diukurnya. Artinya validitas ini memastikan semua komponen atau dimensi dari
sesuatu yang akan diukur sudah tercakup di alat ukur. Sedangkan validitas isi
berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalan mengukur isi yang seharusnya
(Sudjana, 2005: 13). Artinya tes ataupun lembar observasi tersebut mampu
mengungkapkan isi suatu konsep yang hendak diukur. Kedua validitas ini
diberlakukan pada kedua instrumen penelitian, yaitu tes dan lembar observasi
keterampilan proses. Untuk memenuhi kedua validitas ini, dengan cara menyusun
kisi-kisi, menyesuaikan tes dengan kurikulum yang berlaku, dan yang terakhir
dikonsultasikan dengan orang yang berkompeten di bidang yang bersangkutan (expert
judgement). Hasil validasi adalah instrumen yang sudah siap digunakan untuk
mengumpulkan data.

Anda mungkin juga menyukai