Anda di halaman 1dari 51

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu kebutuhan manusia yang mana kegunaannya sangat

penting dalam kehidupan, sehingga semua manusia sangat membutuhkan

pendidikan dari lahir sampai akhir hayatnya. Pendidikan adalah sarana penunjang

yang sangat penting untuk menjadikan manusia sebagai mahluk yang berkualitas.

Oleh karena itu, supaya bangsa Indonesia memiliki sumber daya yang berkualitas,

tentunya harus meningkatkan mutu para masyarakat Indonesia dan pendidikan

Indonesia.

Seperti yang tertera dalam Al-Qu’an yang mana dalam Islam pendidikan

dan pengajaran dipandang sangat penting dan dianjurkan pelaksanannya oleh

Allah, sebagaimana yang terdapat dalam surat Al- Mujadalah pada ayat 11 yang

berbunyi :
2

Artinya: “ Wahai orang-orang yang beriman apabila disampaikan kepadamu


“berlapang-lapanglah dalam majlis maka lapangkanlah dan niscaya Allah akan
memberikan kelapangan”, dan “apabia dikatakan berdirilah kamu, maka niscaya
Allah meninggikan orang-orang beriman dan berilmu di antaramu beberapa
derajat dan Allah Maha Mengetahi apa yang kamu kerjakan”.
Ayat tersebut merupakan potongan surat dalam Al-Qur’an yang mana Allah

akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu. Sehingga kita dapat

menjadikan ayat tersebut sebagai acan dalam proses belajar. Ilmu yang di

maksudkan dalam ayat tersebut bukan hanya ilmu pelajaran atau ilmu dunia,

tetapi ilmu akhirat yang dapat menolong kita kelak di akhirat nanti. Manusia akan

mendapatkan pendidikan sejak dalam kandungan dan akan berakhir hingga akhir

hayatnya, dan tanpa kita sadari bawha manusia akan mendapatkan pendidikan

secara berkelanjutan dalam hidupnya.

Pendidikan merupakan suatu usaha yang telah direncanakan untuk


mendapatkan suasana ataupun proses belajar mengajar agar siswa secara aktif
dapat meningkatkan potensi yang ada pada diri peserta didik supaya memiliki
kekuatan keagamaan, pengendali diri, kecerdasaan, ahlak, dan keterampilan yang
akan di perlukan oleh dirinya sendiri maupun orang lain.1
Pendidikan terbagi menjadi dua yaitu pendidikan frmal dan non formal.

Seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan formal di dapatkan melalui lembaga

yang resmi seperti sekolah, didalam sekolah siswa akan mendapatkan ilmu yang

beragam dari pelajaran, sikap, kedisiplinan, dan juga keberanian. Pada pendidikan

yang di tempuh melalui cara non formal di dapat diluar lingkungan formal atau

sekolah, seperti di rumah dan lingkungan sosial.

Awal mula pendidikan yang di oleh manusia yaitu pendidikan dirumah

yang diberikan oleh orang tua, pendidikan awal ini dapat berpengaruh paling
1
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasinal, Pasal 1
ayat(1).
3

besar dalam pembentukan sikap dan karakter seoarang anak. Setelah lingkungan

rumah seorang anak akan masuk ke lingkungan sekolah yang dapat menunjang

pendidikan yang telah didapatkan sewaktu dirumah. Anak akan berbarengan

masuk ke lingkungan sosial saat anak sudah masuk ke lingkungan sekolah. Anak

akan berinteraksi dengan orang banyak sehingga akan banyak mendapatkan

pelajaran yang bermakna bagi dirinya.

Pendidikan memiliki tujuan yang mana dalam pendidikan nasional

tujuannya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

seutuhnya, yang mana yang dimaksud manusia utuh yaitu beriman dan bertaqwa,

berbudi pekerti,memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani ataupun

rohani, berkepribadian mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap

masyarakat dan Negara.2

Berkaitan dengan pendapat diatas dapat dikatakan bahwa seseorang belajar

karena berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dalam rangka mengubah

tingkah laku atau sikap dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam proses

belajar mengajar diperlukannya proses internalisasi sehingga padat mencapai

ketiga aspek dalam pembelajaran, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

Dengan demikian, berhasil tidaknya dari tujuan pendidikan bergantung dari

proses pembelajaran yang telah didapatkan oleh peseta didik. Akan tetapi tidak

dapat dipungkiri bahwa dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, seorang guru

memegang peran sangat penting untuk dapat menentukan hasil belajar peserta
2
Eri Purwanti, “Implementasi Penggunaan SSP Tematik Integratif Untuk Menanamkan
Tanggung Jawab, Kerja Keras, dan Kejujuran”. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol.
3 No.2 (Desember 2016), h.2
4

didik. Sehingga seorang pendidik harus pas dan tepat saat menggunakan metode

ataupun strategi dalam proses belajar mengajar supaya materi pembelajaran yag

disampaikan terasa menyenangkan, atif dan mudah diterima oleh peserta didik.

Dalam permendiknas No 57 Tahun 2014 Pasal 11 yang membahas tentang

Kurikulum 2013 Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah menyatakan bahwa

pelaksanaan pembelajaran pada sekolah dasar dan juga madrasah ibtidaiyah

menggunakan pendekatan pembelajaran tematik-terpadu.3

Jika membahas tentang penanaman konsep di sebuah kelas, maka tidak

lepas dari peran sebuah model pembelajaran. Berdasarkan dari karakteristik siswa

kelas rendah, maka model pembelajaran yang tepat adalah tematik. Tematik yaitu

sebuah model pembelajaran yang terinspirasi dari teori psikologi Gestalt, di mana

siswa kelas rendah sekolah dasar masih memandang segala sesuatu sebagai

sebuah kesatuan yang utuh dan saling terkait atau sering disebut dengan holistik.4

Pembelajaran tematik di sekolah dasar yang diterapkan pada kurikulum

2013 merupakan terapan dari pembelajaran terpadu yaitu dengan

mengintegrasikan beberapa aspek mata pelajaran ataupun anatar mata pelajaran.

Sehingga dengan adanya penyatuan tersebut, peserta didik akan mendapatkan

pengetahuan dan keterampilan dengan utuh sehingga pembelajaran akan

terasalebih bermakna bagi peserta didik.

3
Nureva, putrid rachmawati. “Pengaruh Gender Terhadap Gaya Belajar Siswa di SDN 35
Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran” Jurnal Terampil Pendidikan dan Pembelajaran Dasar .
Vol 5 No. 2 ( Desember 2018) h.207
4
Eri Purwanti, Op.Cit . h.3
5

Pembelajaran tematik merupakan suatu konsep konsep yang mana dalam

konsep pembelajarannya menggunakan beberapa mata pelajaran yang di satukan

untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Dengan hal

tersebut, peserta didik harus bisa membentuk keterpaduan pembelajaran

menggunakan satu tema. Dalam pembelajaran tematik pendidik harus memiliki

kekreatifan dalam menggunakan dan mengembangkan tema dalam pembelajaran.5

Pembelajaran tematik seharusnya mengangkat dan menggunakan topik

ataupun tema yang terdapat pada kehidupan. Dengan demikian peserta didik akan

menyerap dan membayangkan secara langsung pembelajaran yang sedang

diberlangsungkan. Pembelajaran tematik integrative merupakan suatu

pembelajaran yang menggabungkan berbagai kompetensi dari beberapa mata

pelajaran yang di satukan menjadi suatu tema pembelajaran.

Pertama, dalam pembelajaran tematik menekankan keterlibatan siswa pada

proses pembelajaran supaya pembelajaran leih aktif dan kreatif sehingga siswa

akan mendaat pengalamannya secara langsung dan lebih bermakna. Kedua, pada

pembelajaran tematik lebih menekankan kepada konsep belajar sambil melakukan

atau yang sering kita dengar learning by doing. Sehingga , seorang pendidik perlu

mengemas dan merancang pembelajaran semenarik mungkin agar peserta didik

mendapatkan pengalaman yang bermakna.6

5
Nurul Hidayah, “ Pembelajaran Tematik Terintegrasi di Sekolah Dasar”. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol. 2 No 1 (Juni 2015), h.
6
Dimas Qondias, Erna Laurensia Anu, Irama Niftalia “Pengembangan Media
Pembelajaran Tematik Berbasis Mind Mapping SD Kabupaten Ngada Flores. ” Jurnal Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 5 No.2 (oktober 2016), h. 176-177
6

Proses belajar mengajar dilaksanakan untuk tujuan tercapainya

pembelajaran, namun tidak semua proses belajar mengajar dapat tercapai seperti

harapan para pendidik. Untuk mencapai tujuan dari sebuah pembelajaran banyak

hal yang harus disiapkan terlebih dahulu. Saat semua yang di butuhkan sudah

disiapkan bukan berarti dapat langsung tercapai tujuan dari sebuah pembelajaran.

Kondisi atau keadaan dapat menjadi penunjang tercapainya tujuan pembelajaran.

Menurut Pra Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan

menggunakan cara observasi, peruses pembelajaran di kelas V MIN 6 Bandar

Lampung sudah terlaksana dengan baik, namun masih banyak permasalahan yang

terjadi. Siswa merasa bosan pada proses pembelajaran yang masih cenderung

monoton. Monoton yang di maksut yaitu proses belajar mengajar yang belum

menggunakan metode yang bervariasi, serta pemilihan metode yang tidak tepat

saat proses belajar mengajar.

Proses pembelajaran belum maksimal karena banyak kegiatan siswa yang

masih di luar pembelajaran seperti mengantuk, berbicara dengan teman, tidak

memperhatikan guru yang sedang memberikan penjelasan. Selain itu guru

menjadi pusat pembelajaran atau teacher center, peserta didik banyak yang kurang

berani untuk menyampaikan pertanyaan dan pendapatnya, peserta didik dapat

dikatakan masih kurang dalam keterlibatannya saat proses pembelajaran

berlangsung sehingga membuat siswa merasa bosan. Hal tersebut membuat para

peserta didik dalam memahami materi yang di sampaikan oleh guru masih kurang

baik dan tujuan pembelajaran belum dapat di capai dengan maksimal.


7

Sekolah MIN 6 Bandar Lampung tepatnya kelas V memiliki 4 kelas yaitu

kelas A, kelas B, kelas C, dan kelas D. Dari masing-masing kelas tersebut peneliti

mengambil data ulangan harian sebagai penentu kelas mana yang akan peneliti

gunakan saat melakukan penelitian. Kriteria Ketuntasan Minimal atau KKM yang

di tentukan untuk kelas V adalah 70. Berikut ini adalah daftar nilai ulangan

harian dari masing-masing kelas.

Tabel 1.1
Hasil Ulangan Harian Kelas A, B, C dan D MIN 6 Bandar Lampung
Nilai (x)
Jumlah
No Kelas X 70 X 70 Siswa

1. VA 12 22 34

2. VB 18 15 33

3. VC 9 24 33

4. VD 5 25 30

Jumlah 44 86 130

Presentase 44% 66% 100%

SumberDokumentasi Nilai Kelas V MIN 6 Bandar Lampung

Berdasarkan data yang telah diperoleh bahwa siswa yang belum memenuhi

Kriteria Ketuntasan Minimal atau KKM mencapai 66% yang berasal dari jumlah

siswa belum tuntas yaitu 86 siswa, sedangkan peserta didik yang telah mencapai

kriteria ketuntasa minimal (KKM) yaitu 34% atau 44 siswa yang telah tuntas.

Peseta didik dinyatakan tuntas apabila sudah mencapai dari nilai kriteria minimal

yaitu 70.
8

Dari data yang telah di dapatkan oleh peneliti saat melaksanakan Pra

Penelitian yang memiliki nilai paling rendah di antara kelas tersebut yaitu kelas V

D. Sehingga peneliti menggunakan kelas V D sebagai kelas yang akan digunakan

untuk penelitian. Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas VD MIN 6

Bandar Lampung yang bernama Ibu Nur Asiah,S.Pd.I sehingga diperoleh

informasi bahwa pendidik belum pernah menggunakan metode Learning Start

With A Questions pada proses belajar mengajar yang selama ini telah

berlangsung.7

Setelah dilakukan observai dan wawancara, peneliti menawarkan kepada

guru untuk mencoba menggunakan metode Learning Start With A Questions

(LSQ) pada proses belajar mengajar dikarenakan metode pembelajaran tersebut

memiliki kelebihan. Dengan menggunakan metode tersebut peneliti berharap

dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa, dan juga guru dapat menguasai

metode Pembelajaran Learning Start With a Questions.

Metode pembelajaran Learning Start With a Questions (LSQ) membuat

siswa untuk dapat aktif bertanya, mengemukakan pendapatnya dan menemukakan

jawaban atas pertanyaan yang mereka sampaikan dengan berdiskusi bersama

teman ataupun berkelompok agar lebih paham dan mengerti. Harapan yang

diingiinkan yaitu meningkatnya keaktifan bertanya serta pemahaman siswa saat

proses pembelajaran berlangsung sehingga dapat meningkatkan hasil belajar pada

siswa.

Nur Asiah , wawancara guru kelas, MIN 6 Bandar Lampung, Bandar Lampung
7

September 2019.
9

Metode Learning Start With A Question dipadukaan dengan pembelajaran

tematik peneliti berharap dapat meningkatkan hasil belajar, keaktifan siswa pada

saat proses belajar. Tujuan pembelajaran yang sering sekali belum tercapai

membuat peneliti tertarik untuk menggunakan Metode Learning Start With a

Question agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik dan mendapatkan

hasil maksimal.

Berdasarkan uraian yang telah peneliti jelaskan, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “ Peningkatan Hasil Belajar Pesert Didik

Dengan Menggunkan Metode Menggunakan Metode Learning Start With a

Questions Kelas V MIN 6 Bandar Lampung “.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan masalah yang ada

sebagai berikut:

1. Belum maksimalnya hasil belajar peserta didik.

2. Pemilihan metode yang kurang tepat dan kurang bervariasi, sehingga siswa

bersikap pasif.

3. Interaksi guru dan siswa yang cenderung 1 arah.

C. Batasan Masalah

Dengan keterbatasan pada peneliti baik mengenai kemampuan, waktu, dan

tenaga maka pembatasan masalah dalam skripsi ini terbatas pada Peningkatan
10

Hasil Belajar Peserta Didik Dengan Menggunakan Metode Lerning Start With

a Questions di kelas V MIN 6 Bandar Lampung.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan

permasalahan sebagai berikt “ Apakah metode pembelajaran Learning Start

With a Questions (LSQ) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik di

kelas V MIN 6 Bandar Lampung” ?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pembelajaran Learning

Start With a Questions (LSQ) terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik

di kelas V MIN 6 Bandar Lampung?

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Peserta Didik

Peserta didik kelas V MIN 6 Bandar Lampung diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajarnya. Semoga dengan penggunaan metode

pembelajaran ini, pembelajaran akan lebih aktif dan menyenangkan.

2. Pendidik

Peneliti memberikan masukan dan pertimbangan kepada pendidik dengan

penggunaan metode Learning Start With a Question sebagai salah satu

metode pembelajaran yang dapat di terapkan.


11

3. Sekolah SD/MI

Diharapkan berhasilnya penerapan metode Learning Start With a

Questions dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar para

peserta didik sehingga dapat meningkatkan mutu dari Sekolah SD/MI.

4. Peneliti

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan dan

pengetahuan peneliti dalam proses perencanaan, penerapan dan evaluasi

metode Learning Start With a Questions pada pembelajaran di SD/MI.


12

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Kajian Teori

A. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar penting dalam proses pembelajaran, karena dapat menjadi

tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam kegiatan

belajar mengajar yang telah dilakukan. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai

oleh siswa dalam bentuk angka atau skor setelah siswa melakukan tes yang telah

diberikan. Untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan dari sebuah

pembelajaran, pendidik dapat melihat dari hasil elajar siswa. Sehingga hasil

belajar dapat dijadikan tolak ukur mengembangkan keterampilan proses

pembelajaran.8

Dalam pembelajaran hasil belajar merupakan hal yang sangat penting.

Semua proses belajar dilakukan oleh siswa akan mendapatkan hasil belajar. Hasil

belajar adalah interpretasi suatu proses belajar yang mana telah berlangsung untuk

dapat mengetahui sejauh mana siswa telah memahami dan mengertipembelajaran

yang telah diajarkan. Sudjana berpendapat bahwa semua hasil belajar merupakan

kemampuan yang dimiliki peserta didik sesudah peserta didik mendapatkan

pengalaman belajrnya.9

8
M. Yusuf T dan Mutmainnah Amin. Pengaruh Mind Map Dan Gaya Belajar Terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa, Jurnal Keguruan Dan Ilmu Tarbiyah, Tadris 2016, h. 87
9
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Beajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2014, h. 61
13

Hasil belajar merupakan kemampuan tertentu baik mencakup kognitif,

afektif dan juga psikomotorik yang akan dicapai oleh siswa sesudah mengikuti

proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan pola – pola perbuatan, nilai,

sikap dan kemampuan yang dimiliki siswa. Hasil belajar dimiliki apabila siswa

sudah menerima pengalaman belajrnya.10

Menurut pendapat Jenkins dan Unwin hasil belajar merupakan pernyataan

yang menunjukkan tentang apa mungkin dilakukan sebagai hasil dari sebuah

pembelajaran. Dengan begitu hasil belajar merupakan sesuatu yang sudah di capai

dalam bentk penguasaan, kecakapan dan pengetahuan yang ada pada aspek

kehidupan yang mana akan terlihat perubahan tingkah laku dari individu.11

Berdasarkan tujuannya hasil belajar diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu,

kecakapan atau keterampilan, hasil belajar dari penguasaan materi serta hasil

belajar berupa sikap dan tingkah laku.12

Hasil belajar merupakan suatu bentuk sikap atau kemampuan yang dimiliki

siswa setelah siswa mendapatkan pengalaman belajarnya.13 Hasil belajar

mempunyai arti yaitu perubahan yang telah terjadi pada diri siswa dari aspek

kpgnitif, afektif ataupun psikomotor sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran.

10
Kunandar, Penilaian Autentik, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014, h. 62
11
Muhammad Affandi, Isnaini Nurjanah. “ Pengaruh Metode Pembelajaran Learning
Start With A Question (LSQ) Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas IV MIN 2 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2017/2018”, Terampil Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, Vol. 5 No. 1,
2018,h. 47
12
Masdiana, I Made Budiarsa, Hendrik Arung, “Penerapan Pembelajaran Tematik untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 1 SDN 018 Kabupaten Mamuju Utara”, Jurnal
Kreatif Tadulaka Online. Vol.3 No.2 h.6
13
Yuli Yanti, Riska Dwi Handayani, “ Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Paire Share Terhadap Hasil Belajar PKN Siswa Di Kelas IV MI Terpadu Muhammadiyah
Sukarame Bandar Lampung”, Jurnal Terampil Pendidikan Dan Keterampilan Dasar Vol. 4, No. 2,
2017, h. 113
14

Setiap siswa memiliki hasil belajar yang berbeda-beda, karena setiap peserta

didik daya serap atau daya tangkap anak dalam menerima dan mencerna

pelajaran berbeda-beda. Ada yang cepat dalam menyerap atau menerima pelajaran

dan ada juga yang lambat, selain itu ada siswa yang hanya dengan mendengar

penjelasan dari guru sudah paham dan mampu mengingat materi yang telah di

sampaikan, ada juga yang harus mencatat apa yang perlu untuk di ingat, ataupun

harus membaca berulang-ulang kali baru dapat memahami pembelajaran.

Pada penelitian yang dilakukan Wasty Soemanto (2003) mengatakan, pengenalan


seseorang terhadap hasil belajar adalah penting, karena dengan mengetahui hasil
yang telah di dapat maka peserta didik akan lebih berusaha dalam meningkatkan
hasil belajarnya. Sehingga peserta didik lebih termotivasi untuk meningkatkan
hasil belajarnya menjadi lebih optimal.14

Dari pernyataan berikut penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar

dapat di dukung dan di tunjang dari proses belajar mengajar yang di dapatkan

peserta didik, selain itu kemampuan siswa dalam menyerap materi pelajaran yang

berbeda-beda menjadi penunjang hasil prestasi peserta didik. Semakin cepat dan

baik daya serap serta kemampuan menangkap materi pembelajaran, maka semakin

baik pula hasil belajar yang dimiliki siswa.

Siswa sebagai pusat dari pembelajaran maka siswa harus berperan aktif dalam

pembelajaran. Keaktifan yang dimiliki siswa dapat di nilai dari peranannya saat

pembelajaran, seperti bertanya, menjawab pertanyaan, dan memberi tanggapan.

Di samping dari itu, keaktifan siswa merupakan bentuk sebuah pembelajaran yang

mandiri, yaitu siswa berusaha mempelajari segala sesuatu atas kehendak dan

14
Ibid.82
15

kemampuannya atau usahanya sendiri, sehingga dalam hal ini guru hanya

berperan sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator.15

b. Macam- Macam Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan sesuatu hal yang dapat kita lihat dari dua sisi,

yaitu dari pendidik dan dari peserta didik. Saat kita melihat dari sisi pendidik

maka banyak factor penunjangnya seperti metode pembelajaran, strategi

pembelajaran dan masih ada lainnya. Sedangkan saat kita melihat dari sisi peserta

didik, maka hasil belajar merupakan proses pembelajaran yang telah dilalui oleh

peserta didik. Hasil belajar akan terlihat dari tingkah laku pada siswa tersebut, dari

tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Dalam teori

Taksonomi Bloom terdapat tiga katagori hasil belajar yaitu16 :

a. Ranah Kognitif

Berdasarkan dari hasil belajar. Ranah kognitif terdiri dari 6 aspek

diantaranya adalah pengetahan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis

dan penilaian yang sering di sebut kata kerja oprasional dari C1yang paling

rendah sampai C6 yang paling tinggi.17 Didalam ranah kognitif

diklasifikasikan menjadi bagian 3 yaitu, C1-C2 itu di sebut kemampuan

berfikir tingkat rendah (LOST), C3 disebut kemampuanberfikir tingkat

sedang (MOST) dan C4-C6 disebut kemampuan tingkat tinggi (HOTS).

15
Anas Nia Dewi Nur Komaria, “Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Start With A
Questions Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Keaktifan Peserta Didik Mata Pelajaran Akutansi
Keuangan”. Jurnal Tata Arta UNS, Vol.1 No. 2, hlm. 223-236 (Oktober 2015)
16
Syaiful Rochman, Zainal Hartoyo, “Analisis High Order Thinking Skills Taksonomi
Menganalisis Permasalahan Fisika”. Jurnal Science and Physics Education (SPEJ), Vol.1 No. 2,
h.79 (Juni 2018)
17
R Arifin Nugroho, “HOTS Higher Order Thinking Skills”, Jakarta: PT Gramedia, 2018
h.19
16

b.Ranah Afektif

Berdasarkan deengan nilai dan sikap yang dimiliki oleh peserta didik. Ranah

afektif mencakup lima jenjang kemampuan yaitu, menerima, menjawab,

menilai, organisasi serta karakterisasi dengan suatu nilai.

c. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik ini mencakup hal-hal dari keterampilan motorik,

manipulasi benda-benda, koordinasi atau menghubungkan dan mengamati.

Dari hasil ketiga ranah tersebut menunjukkan hasil belajar ranah kognitif lebih

dominan dari pada hasil belajar afektif dan psikomotorik. Akan tetapi hasil belajar

afektif dan psikomotorik juga harus menjadi bagian hasil penilaian proses

pembelajaran didekolah.18

Gagne menyatakan bahwa hasil belajar dibagi menjadi lima kategori yaitu:19

1) informasi verbal, berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki oleh

peserta didik untuk mengungkapkan kembali pengalaman belajar yang

telah didapatkan, dalam bentuk lisan taupun tulisan.

2) Kemampuan intelektual, berkaitan dengan kemampuan siswa dalam

menghubungkan pengetahun yang telah didapatkan dengan masalah

yang ada pada kehidupan sehari-hari.

3) Keterampilan motorik, berkaitan dengan pembelajaran yang telah

dilakukan oleh siswa seperti mengerjakan tugas-tugas gerak yang

terkoordinasi dalam bentuk jasmani ataupun fisik peserta didik.

18
Zainal Aqib, Model-Model, Media Dan Strategi Pembelajaran Konstektual (Inovatif)
Bandung: Yrama Widya, 2015, h. 66-67
19
Agus Suprijono. Ibid. hCooperative Learning Teori & Aplikasi Pikem
Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2017. h.5
17

4) Sikap atau yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang dilakukan

siswa harus bisa menunjukkan sikap seperti menerima atau menolak

suatu objek berdasarkan hasil objek yang diamatinya.

5) Siasat kognitifnya, berkaitan dengan kemampuan siswa pada saat

menggunakan fikirannya secara taja, dengan maksut siswa dapat

menggunakan fikirannya secara kreatif dan inovatif.

c. Faktor Penunjang Hasil Belajar

Factor secara umum yang dapat mempengaruhi hasil belajar dapat

dibedakan menjadi dua bagian, yaitu factor berasal dari dalam diri siswa

(eksternal) dan factor dari luar (eksternal). Factor daridalam diri siswa dibagi lagi

menjadi dua bagian yaitu psikologis dan fisiologis, sedangkan dari luar siswa

meliputi lingkungan sekitar, guru, faktor sosial, metode pembelajaran, dll.20

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dari dalam (Internal) terdapat

tiga yaitu kelelahan jasmani ataupun rohani, factor jasmani yaitu kesehatan atau

cacat tubuh, dan juga factor psikologis yaitu perhatian, minat, bakat, intelegensi,

keterampilan dan kesiapan dalam belajar.21

a. Factor kelelahan jasmani atau rohani sangat mempengaruhi prestasi

belajar siswa, saat kelelahan dialami oleh siswa maka saat proses belajar

mengajar berlangsung siswa akan tidak konsentrasi. Saat siswa tidak

konsentrasi maka akan menghambat siswa dalam menyerap atau

mengingat materi pelajaran yang telah dibahas dan di pelajari, sehingga

20
Prihma Sinta Utami, Abdul Gafur, “Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Gaya Belajar
Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Ips Di SMP Negeri Di Kota
Yogyakarta”. Jurnal Pendidikan Ips, Vol. 2 No 1 (Maret 2015), h.98
21
Dessy Mulyani, “Hubungan Kesiapan Belajar Siswa Dengan Prestasi Belajar”. Jurnal
Ilmiah Konseling, Vol. 2 No 1 (Januari 2013), h.28
18

pestasi yang didapat oleh siswa tidak maksimal jika setiap belajar siswa

mengalami kelelahan.

b. Faktor jasmaniah atau kesehatan dan cacat fisik juga mempengaruhi

prestasi belajar siswa. Saat siswa sakit maka dapat mengganggu saat

proses belajar berlangsung, siswa lebih focus terhadap sakit yang

dirasakan sehingga tidak begitu memperhatikan materi dan pelajaran yang

disampaikan oleh guru. Sedangkan saat cacat fisik maka siswa terbatas

dengan kekurangan yang di miliki.

c. Faktor psikologis salah satunya yaitu motivasi, motivasi akan

mempengaruhi siswa dapat belajar dengan lebih ketas dan tekun serta

lebih dapat berkonsentrasi penuh dalam proses belajar. Dorongan berupa

motivasi adalah salah satu upaya membangkitkan semangat para peserta

didik di sekolah.22

Jadi tinggi rendahnya hasil belajar dari peserta didik ditentukan oleh kesiapan

siswa dalam proses pembelajaran. Saat siswa telah memiliki kesiapan belajar yang

sangat baik maka siswa sudah dapat mengikuti pembelajaran dengan aktif, mudah

mengikuti dan dapat menerima pembelajaran yang di sampaikan oleh pendidik.

Apabila siswa memiliki kesiapan belajar yang matang maka siswa lebih

berkonsentrasi saat pembelajaran berlangsung sehingga prestasi belajar yang di

dapat siswa akan maksimal.

Faktor dari luar (eksternal) yang mencakup keluarga, lingkungan

sekolah, ,masyarakat, guru serta metode pembelajaran sebagai berikut:

22
Ibid,h.83
19

a. Faktor Lingkungan

1) Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama yang didapatkan oleh

semua manusia sejak lahir, yang mana lingkngan keluarga sangat

menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Lingkungan rumah yang

tenang, serta perhatian dari orang tua akan mempengaruhi keberhasilan

belajar pada siswa.

2) Lingkungan Sekolah

Lingkungan ini sangat diperlukan oleh semua manusia, karena dapat

menentukan hasil dari sebuah keberhasilan siswa. Hal yang

mempengaruhi keberhasilan siswa di sekolah yaitu metode mengajar,

kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa, tata terti

yang ditegakkan secra konsisten disekolah.

3) Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat juga berpengaruh terhadap keberhasilan siswa

dalam belajar, siswa tumbh dan berkembang dalam masyarakat sehingga

banyak pelajaran yang dapat di ambil, maka siswa di sarankan berada

pada lingkungan masyarakat yang baik supaya siswa juga memiliki hasil

yang baik.

b. Faktor Guru

Guru adalah salah satu fakor yang sangat penting dalam pendidikan,

karena guru mendapat peran dalam proses pembelajaran di sekolah, yang

mana inti dari pendidikan adalah proses belajar mengajar. Pendidik


20

memegang peran sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, motivator,

serta sebagai evaluator.23

c. Faktor Sosial

Faktor sosial ini bersangkutan dengan orang-orang yang ada di sekitar,

semakin sering seorang anak berada di lingkungan yang baik, maka anak

tersebut akan tercipta sebagai anak baik, begitupun sebaliknya saat seorang

anak berada pada lingkungan yang tidak baik maka anak tersebut akan

menjadi anak yang tidak baik pula.

d. Faktor metode pembelajaran

Metode pembelajaan memiliki peran yang sangat penting juga, karena saat

metode pembelajaran digunakan secara tepat dan sesuai dengan kondisi atau

keadaan maka tujuan pembelajaran akan tercapai dan pembelajaran akan di

katakana berhasil. Karena tidak semua metode dapat di gunakan dalam

setiap kondisi.

2. Metode Pembelajaran

a. Pengertian Metode

Metode pembelajaran merupakan jalan yang dipakai oleh guru yang dapat

melaksanakan fungsinya sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan

pembelajaran yang lebih bersifat procedural yaitu berisi tahapan tertentu.24

Dalam jurnal Riske Nuralita Lingga Dewi yang mengutip dari Sutikno

“metode pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan oleh pendidik

23
Rusaman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru
(Jakarta:Pt Grafindo Persada,2014), h.58.
24
Nurfaidah, Suprapta, Muh. Said L, “Peningkatan Hasil Belajar Dengan Menggunakan
Metode Pembelajaran Student Team Leaning Modification”. Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 6 No.
1 (Maret 2018), h.27
21

untuk menyajikan materi pembelajaran pada saat proses pembelajaran supaya

tercapai tujuan pembelajaran”. Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan

bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara pendidik supaya proses

pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif dan dapat mencapai tujuan

pembelajaran dengan baik.25

b. Macam-macam Metode

Ada banyak sekali metode-metode dalam proses belajar mengajar. Berikit

ini beberapa metode pembelajaran yang paling sering di terapkan dan di gunakan

oleh para pendidik.

a. Metode Ceramah

Metode ceramah yaitu guru menyampaikan pembelajaran terhadap

peserta didik secara langsung. Dengan metode ceramah ini siswa

mendengarkan apa yang dijelaskan oleh pendidik dengan seksama.

b. Metode Diskusi Panel

Metode diskusi panel yaitu diskusi yang melibatkan sekelompok peserta

didik untuk mencari informasi tentang topic khsus, kemudian peserta

didik menyampaikan informasi tersebut secara interaktif dalam diskusi.

Panel dan debat dirancang untuk membantu memahami sejumlah titik

pandang yang berhubungan dengan topic atau isu isu.

25
Riske Nuralita Lingga Dewi, “Pengaruh Metode Make A Mach Dengan Media Gambar
Terhadap Kemampuan Mengenal Kekhasan Bangsa Indonesia Seperti Kebhinekaan Siswa Kelas
III SDN Purwodadi Kec.Kras Kab.Kediri Tahun Ajaran 2015”. Jurnal Pendidikan Pembelajaran
Dasar, Vol.2 NO.2 (Desember 2015), h.172
22

c. Metode Bermain Peran

Metode ini sering disebut juga dengan metode role playing dilakukan

dengan cara mengarahkan peserta didik untuk menirukan suatu aktivitas

atau mendramatisikan situasi, ide, atau kharakter khusus. Guru

memfasilitasi permainan peran kemudian ditindak lanjuti dengan diskusi.

d. Metode Simulasi

Metode simulasi merupakan metode menggunkan situasi tiruan agar

peserta didik lebih memahami suatu konsep. Simulasi dilaksanakan untuk

menirukan situasi atau peristiwa yang tidak dapat dihadirkan secara nyata

dalam situasi sebenarnya.26

e. Metode Jigsaw

Pembelajaran dengan metode jigsaw dimulai dengan member informasi

tentang topic yang akan dibahas oleh pendidik. Pendidik bisa menulis di

papan tulis atau menyampaikan topic secara lisan kepada peserta didik.

Pendidik bisa bertanya kepada siswa apa yang mereka ketahui tentang

topic dari pebelajaran yang telah diberi tahukan. Kegiatan tersebut

dilakukan untuk mengaktifkan struktur kognitif peserta didik supaya

lebih siap dalam menerima proses pembelajaran.27

Metode pembelajaran memiliki banyak sekali macamnya, penulis hanya

mencantumkan bebrapa contoh metode dalam pembelajaran. Metode digunakan

sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pada saat proses belajar mengajar agar

tercapai tujuan dari sebuah pembelajaran.

26
Ridwan Abdulah Sani, Inovasi Pembelajaran (Jakarta : Bumi Angkasa, 2014), h,168
27
Agus Suprijono. Op. Cit. h.89
23

c. Metode Learning Start With a Questions (SLQ)

1. Pengertian Metode Learning Start With a Questions (LSQ)

Metode pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan

peserta didik dalam proses belajar mengajar didalam kelas. Keaktifan peserta

didik didalam kelas saat proses belajar mengajar akan membuat pembelajaran

menjadi aktif. Belajar aktif dapat menciptakan suaana belajar lebih

menyenangkan. Belajar aktif sangat diperlukan siswa untuk memperoleh hasil

belajar yang maksimal.28

Saat peserta didik belajar dengan sesuatu yang baru maka akan lebih efektif

jika siswa ikut aktif dan terus bertanya. Untuk membuat peserta didik aktif

dalam pembelajaran yaitu dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa

untuk bertanya. Metode tersebut dapat membuatpeserta didik semangat dan

mencapai kunci dari belajar yaitu bertanya.29

Menurut Melvin L Siberman dalam jurnal Komang Nia Purnamasari

“Metode Learning Start With a Questions ini merupakan salah satu metode yang

dapat membuat peserta didik aktif dalam bertanya saat proses pembelajaran.

Siswa diharapkan bisa menyelidiki materi pembelajaran yang akan di pelajari,

sehingga strategi ini dapat menstimulasi peserta didik untuk bertanya, yang

merupakan kunci dalam belajar”.30

28
Muhamad Afandi, Isnaini Nurjanah, “Pengaruh Metode Pembelajaran Learning Start
With A Question (LSQ) Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas IV MIN 2 Bandar Lampung”. Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, Vol. 5 No.1 (Juni 2018), h.46
29
Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif
(Yogyakarta, Pustaka Insan Madani,2016), h.44
30
Komang Nia Purnamasari, “Penerapan Strategi Learning Start With A Question (LSQ)
Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di Kelas
X-7 SMA”. Jurnal Pogram Studi Pendidikan Ekonomi. Vol. 7 No. 2 (2016), h.3
24

Metode sederhana ini dapat merangsang siswa untuk bertanya. Agar siswa

aktif dalam bertanya, maka siswa diminta untuk mempelajari materi yang akan

dipelajarinya, yaitu dengan membaca terlebih dahulu. Dengan membaca maka

siswa memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari sehingga apabila

dalam membaca atau membahas mater tersebut terjadi kesalahan konsep akan

terlihat dan dapat dibahas serta dibenarkan secara bersama-sama.31

Berdasarkan pendapat dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran Learning Start With a Questions (LSQ) yaitu pembelajaran untuk

peserta didik yang dirancang supaya peserta didik dapat belajar dengan aktif

dengan cara membuat peserta didik mengajukan pertanyan dalam proses belajar

mengajar.

Metode Learning Start With a Questions (LSQ) membentuk siswa untuk

berani bertanya, siswa juga dituntut untuk mau membaca materi pembelajaran

sebelum guru menjelaskan. Sehingga dengan penggunaan metode ini

diharapkan siswa gemar membaca dan berani untuk mengemukakan

pertanyaan tentang apa yang belum dimengerti.

Metode Learning Start With a Questions (LSQ) membuat siswa berani

untuk memulai pelajaran dengan bertanya. Setiap peserta didik akan aktif terlibat

mengemukakan pertanyaannya mengenai materi pembelajaran sebelum guru

mulai menjelaskan. Strategi ini dapat membantu siswa dalam mencapai kunci dari

sebuah pembelajaran yaitu bertanya.32

31
Komang Nia Purnamasari, Op.Cit, h.4
32
Anas Nia Dewi Nur Komaria, Op.Cit, h.6
25

Dalam sebuah pembelajaran yang baik kemampuan bertanya sangatlah

penting, karena untuk mencapai tujuan, yaitu:

1) Mendapatkan informasi mengenai kemampuan yang dimiliki oleh

peserta didik.

2) Membuat peserta didik termotivasi untuk belajar.

3) Membuat rasa ingin tahu peserta didik terhadap sesuat.

4) Membuat peserta didik focus pada hal yang diinginkan.

5) Meberi bimbingan kepada peserta didik untuk menyimpulkan sesuatu.

2. Langkah-langkah pembelajaran Learning Start With A Questions (LSQ)

a. Pilih bahasa bacaan yang sesuai kemudian bagikan kepada siswa. Dalam

hal ini bacaan tidak harus di fotocopi. Cara lain adalah dengan

menentukan sebuah topik atau bisa juga menentukan tertentu yang terdapat

pada buku. Sebisa mungkin bacaan yang digunakan terdapat informasi

yang memberikan kesempatan siswa untuk ditafsirkan secara berbeda-beda.

b. Meminta peserta didik supaya mempelajari bacaan secara mandiri atau

dengan temannya.

c. Meminta peserta didik untuk memberikan tanda pada bacaan yang belum

di mengerti. Anjuran untuk peserta didik agar member tanda sebanyak

banyaknya.

d. Saat peserta didik belajar dengan kondisi berkelompok atau berpasangan,

berilah tugas untuk menuliskan pertanyaan tentang materi yang telah

dibaca.
26

e. Selanjutnya guru dapat mengumpulkan pertanyaan yang telah ditulis

peserta didik.

f. Pendidik menjelaskan materi pelajaran sekaligus menjawab pertanyaan

tersebut.33

3. Kelebihan dari Metode Learning Start With a Questions (LSQ)

a. Dapat membuat peserta didik lebih aktif dalam brntuk ide, gagasan dalam

memecahkan suatu masalah.

b. Membuat peserta didik terbiasa dalam bertukar fikiran dengan temannya.

c. Memberikan keterampilan peserta didik supaya dapat menyajikan

pendapat, menghargai serta menerima pendapat dari orang lain.

d. Membuat peserta didik berfikir secara luas dalam menghadapi dan

menyelesaikan suatu masalah.

e. Memberikan keputusan dari pemikiran yang dilakukan secara bersama-

sama dan memiliki rasa tanggung jawab.

Ada yang paling penting pada metode pembelajaran ini, metode ini dapat

menstimulasi peserta didik untuk bertanya, yang merupakan kunci dalam belajar.

Sehingga dipandang perlu untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap konsep

ekonomi melalui penerapan suatu strategi yang berpusat pada partisipasi dan

aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar.34

4. Kelemahan Learning Start With A Question (LSQ)

a. Ada beberapa siswa yang malu untuk bertanya, sehingga guru tidak

mengetahui kesulitan yang dialami oleh siswa

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem


33

(Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR,2019), h.131


34
Komang Nia Purnamasari, Op.Cit, h.3
27

b. Tidak semua siswa membaca materi pelajaran di rumah sehingga siswa

sulit untuk memahami konsep materi pelajaran.35

3. Tematik

Pembelajaran tematik merupakan suatu pembelajaran yang berasal dari

suatu topik tertentu yang kemudian di gabungkan dengan beberapa aspek dari

beberapa mata pelajaran yang didapatkan peserta didik di sekolah sehingga

membentuk satu tema pembelajaran. Tema tersebut kemudian diulas dari berbagai

sudut pandang baik dari pandangan ilmu keagamaan, ilmu sosial, ilmu

pengetahuan alam, dan memberikan suatu pengalaman bermakna bagi peseta

didik.36

Tematik merupakan sebuah model pembelajaran yang terinspirasi dari teori

psikologi Gestalt, di mana siswa kelas rendah sekolah dasar masih memandang

segala sesuatu sebagai sebuah kesatuan yang utuh dan saling terkait atau sering

disebut dengan holistik. Pembelajaran tematik di sekolah dasar yang diterapkan

pada kurikulum 2013 merupakan terapan dari pembelajaran terpadu yaitu dengan

mengintegrasikan bebrapa aspek pada mata pelajaran ataupun antar mata pelajaran.

Dari penggabungan tersebut, peserta didik mendapat pengetahuan dan

keterampilan dengan utuh sehingga menjadikan pembelajaran tersebut lebih

bermakna.37

Eko Budi Susatyo, Sri Mantini Rahayu S, Restu Yuliawati. Op.Cit, h. 408
35

Abd Kadir, Hanun Asrohah, Pembelajaran Tematik. Jakarta : PT Raja Grafindo


36

Persada, 2014, h.9


37
Eri Purwanti, “Implementasi Penggunaan SSP Tematik Integratif Untuk Menanamkan
Tanggung Jawab, Kerja Keras, dan Kejujuran”. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol.
3 No.2 (Desember 2016), h.3
28

Pembelajaran tematik merupakan suatu pembelajaran yang terkonsep untuk

melibatkan beberapa mata pelajaran supaya memberikan pengalaman yang

bermakna pada peserta didik. Sehingga pendidik harus mampu membangun

keterkaitan melalui satu tema. Dalam pembelajaran tematik, kekereatifan pendidik

sangatlah penting untuk mengembangkan tema pada pembelajaran. Tema yang

digunakan hendaknya menggunakan tema yang ada pada kehidupan sehari-hari

supaya pembelajaran lebih hidup.38

Dalam jurnal Nurul Hidayah, menurut Depdiknas (Trianto, 2011: 147)

pembelajaran tematik pada dasarnya merupakan suatu model pembelajaran

dengan tema untuk mengaitakan beberapa mata pelajaran menjadi satu tema

dengan tujuan memberikan pengalaman bermakna untk peserta didik.

Pembelajaran tematik merupakan suatu pembelajaan yang utuh dan menyeluruh,

oleh karena itu dapat mengembangkan pengetahan, keterampilan serta sikap

peserta didik.39

Pembelajaran tematik memerlukan perencanaan yang meliputi,

pengorganisasian tema, terdapat silabus, dan terdapat RPP pembelajaran tematik

yang sesuai dengan standar proses NO 41 tahun 2007.40

Dalam pembelajaran tematik, tema yang dikembangkan terkait dengan diri

dan lingkungan sekitar siswa sehingga siswa akan belajar melalui pengalaman

langsung dan konkret yang sesuai dengan prinsip perkembangan belajar anak.

Dengan demikian, siswa akan lebih mudah memahami konsep. Pengalaman

38
Nurul Hidayah, “Pembelajaran Tematik Terintegrasi Di Sekolah Dasar”. Jurnal
TERAMPIL Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol 2 No 1 h.35
39
Ibid, h.36
40
Rokhimah Kusuma Pratiwi, Arif Widagdo, “Implementasi Pembelajaran Tematik Pada
Kelas Awal Di Sekolah Dasar” Jurnal Unnes JLJ (Desember 2017) h.279
29

belajar di sekolah yang relevan dengan kehidupan siswa akan menolong siswa

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan dapat bersosialisasi

dengan masyarakat.41

Arti dari bermakna itu sendiri yaitu peserta didik akan lebih mudah dalam

memahami suatu konsep pembelajaran yang mereka pelajari melalui pengalaman

yang nyata.42 Pembelajaran yang bermakna bagi siswa akan lebih diingat dan di

pahami dengan baik. Dengan pembelajaran tematik diharapkan bahwa semua

siswa dapat lebih baik lagi saat proses pembelajaran berlangsung dan dapat

menjadikan para siswa sebagai generasi bangsa yang cerdas dan mampu bersaing

dengan bekal yang telah di milikinya selama mereka ada di dunia pendidikan.

B. Kerangka Berfikir

Factor yang mempengaruhi hasil belajar sangatlah banyak, baik dari factor

eksternal ataupun dari factor internal. Dalam meningkatkan kemampuan peserta

didik, penerapan metode pembelajaran sangatlah penting. Pendidik harus memilih

metode pembelajaran yang tepat, efektif, efisien dan mencapai tujuan dari suatu

pembelajaran tersebut.

Pada metode Learning Start With a Questions (LSQ), peserta didik diminta

membaca serta memahami materi yang akan dipelajari, kemudian memberikan

tanda pada bacaan yang tidak dimengerti. Selanjutnya pendidik akan memberikan

kesempatan peserta didik untuk membahas dengan temannya, peserta didik

41
Eri Purwanti, Op.Cit, h.3
42
Nur Leli, Moh Agung Rokhimawan, “Pengaruh Strategi PointCounter Point Terhadap
Keterampilan Berbicara Dalam Pembelajaran Tematik”. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Dasar, Vol 5 No.2 (Desember 2018), h.250
30

diminta untuk menulis pertanyaan mengenai materi yang telah dibaca. Kemudian

sampaikan materi dengan cara menjawab pertanyaan dari peserta didik.

Menurut Melvin L Siberman, dalam jurnal yang dituliskan oleh Komang

Nia Purnamasari yang berjudul Strategi Learning Start With a Questions ini dapat

menggugah siswa untuk mencapai kunci belajar, yaitu bertanya. Learning Start

With a Questions adalah strategi pada pembelajaran yang dapat membuat peserta

didik aktif bertanya, kreatif, percaya diri serta mampu mengasah ketajaman

berfikir. Strategi ini membuat siswa berani bertanya, mampu menjawab

pertanyaan sehingga sudah dibiasakan siswa belajar dengan mengemukakan

pertanyaan-pertanyaan, yang maksudnya melatih siswa berani berbicara dengan

baik dan benar, dengan demikian hasil belajar siswa akan meningkat.43

Proses belajar tematik seharusnya berjalan dengan baik dan optimal di

sekolah, namun kenyataannya yang diharapkan dolapangan tidak sesuai dengan

harapan. Hasil belajar siswa masih relative rendah.strategi dan metode yang

digunakan tidak melibatkan siswa secara aktif didalam kelas, sehingga menjadi

penyebab hasil belajar siswa yang rendah.

Faktor lain yang menyebabkan hasil belajar yang rendah yaitu siswa kurang

merespon materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Siswa lebih banyak

diam dalam merespon informasi dalam merespon informasi tentang materi saat

proses belajar mengajar berlangsung. Siswa sibuk dengan aktifitasnya sendiri.

Sehingga peserta didik tidak dapat memahami materi pembelajaran yang telah

disampaikan oleh pendidik. Peserta didik cenderung malu saat akan mengajukan

43
Komang Nia Purnamasari, Op.Cit, h.4
31

pertanyaan jika pendidik memberikan kesempatan untuk bertanya ataupun

sekedar memberikan tanggapan pun siswa banyak yang merasa malu untuk

menyampaikannya.

Masalah dalam proses belajar mengajar dapat diatasi dengan pemilihan

metode pembelajaran yang tepat . pemilihan metode pembelajaran yang lebih

membuat siswa lebih aktif untuk bertanya maupun menyampaikan tanggapan.

Tidak hanya siswa menerima keseluruhan dari gurunya saja. Strategi yang dapat

digunakan yaitu menggunakan pembelajaran yang aktif untuk memberikan

kesempatan siswa untuk berani bertanya dan mengungkapkan pendapatnya

mengenai materi yang sedang dipelajari.

Tipe pembelajaran aktif ada banyak sekali, yang digunakan oleh penulis

yaitu Learning Start With A Questions (LSQ). Diharapkan dengan menggunakan

metode pembelajaran aktif ini, siswa lebih aktif saat proses belajar mengajar

berlangsung. Diharapkan dengan metode LSQ memberikan pengaruh positif

terhadap hasil belajar siswa, khususnya pada pembelajaran tematik. Alur dari

kerangka berfikir penelitian ini sebagai berikut :


32

Hasil Belajar Siswa Rendah

Siswa Tidak Aktif Bertanya

Pembelajaran Learning Start


With A Questions (LSQ)

Siswa Aktif Bertanya

Peningkatan Hasi Belajar


Siswa

C. Penelitian Relevan.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sudah pernah dilakukan oleh beberapa

peneliti sebelumnya antara lain:

1. Hasil penelitian yang telah dilkukan oleh Seprina Eliza (2014) dengan judul

“Penerapan Strategi Learning Start With a Questions dalam pembelajaran

matematika peserta didik Kelas XI IIS SMAN 16 Padang”. Berdasarkan dalam

analisis tes dengan menggunakan uji t diperoleh thitung = 26,86 lebih besar

dari ttabel=2,08 berarti hipotesis diterima pada taraf nyata α=0,05. Dari hasil

analisis non tes diperoleh rata-rata sikap belajar siswa 3,01 dan keterampilan

belajar siswa 2,94. Dapat disimpulkan terdapat pengaruh penerapan strategi


33

LSQ pada hasil belajar peserta didik kelas XI IIS SMAN 16 Padang, sikap

belajar siswa sudah baik dan keterampilan belajar siswa sudah terampil.44

2. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Siti Anisa dengan judul

“Efektifitas Metode Learning Start With a Questions (LSQ) Pada hasil belajar

peserta didik IV di MIN 9 Bandar Lampung”. Dari hasil penelitian tersebut

dapat mengingkatkan hasil belajar IPS yang ditunjukkan dengan hasil rata-rata

pada kelas eksperimen 78,1 dan kelas control 69,69.

3. Hasil penelitian yang telah dilkukan oleh Dina Kusmita yang berjudul,

“Penerapan Model Learning Start With a Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Pendidikan Agama Islam Pada Materi Beriman Kepada Kitab-Kitab Allah

Murid Kelas V Sekolah Dasar Negeri 015 Tanjung Rambutan Kecamatan

Kampar Kabupaten Kampar”, dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

ada peningkatan hasil belajar dengan nilai 62,7% serta ketuntasan 57% dan

pada siklus satu ketuntasan kelas 71,4%, sedangkan siklus kedua naik menjadi

85,7%.45

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti, terdapat banyak

perbedaan antara satu dengan lainnya. Banyak yang menggunakan metode

Learning Start With a Questions ini pada satu mata pembelajan atau bidang study,

namun peneliti mencoba menggunakan metode Learning Start With a Questions

ini pada pembelajaran tematik. Peneliti menggunakan metode LSQ ini pada kelas

44
Seprina Heliza, “Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Start with a
Questions (LSQ) dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas XI IIS SMAN 16 Padang”, Skripsi
pada STKIP PGRI, Sumatra Barat, 2014, h.1, tidak diterbitkan
45
Dina Kusmita, “Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika Siswa
Melalui Model Pembelajaran Learning Starts With A Question”, ( Skripsi Program Studi
Pendidikan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), h. 61.
34

V, peneliti berharap pembelajaran di lakukan tidak monoton serta menggunakan

metode yang bervariasi agar tercapai tujuan dari pembelajaran dan meningkatkan

hasil belajar peserta didik.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah sebuah jawaban yang sifatnya masih sementara dengan

tujuan penelitian yang diturunkan dari kerangka fikir yang sudah dibuat. Hipotesis

yaitu dugaan yang sifatnya sementara dari jawaban rumusan masalah pada

penelitian.46

Berdasarkan dari hasil uraian latar belakang serta landasan teori, maka

secara umum dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut. “Metode

Learning Start With a Questions (LSQ) dapat meningkatkan hasil belajar peserta

didik kelas V MIN 6 Bandar Lampung”.

46
Wiratna Sujarweni, Metedologi Penelitian . Yogyakarta : Pustaka Baru, 2014. h.44
35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan

data yang bertujuan dan memiliki kegunaan. Dari hal tersebut terdapat empat kata

kunci yang dapat digunakan yaitu, cara ilmiah, data tujuan, serta kegunaan. Cara

ilmiah yang dimakud berdasarkan cara keilmuan yaitu rasional, empiris, dan

sistematis. Arti dari rasional itu sendiri yaitu dilakukan dengan cara yang masuk

akal. Empiris artinya yaitu cara yang dilakukan bisa diamati oleh alat indra

manusia. Dan sistematis berarti secara berurutan ataupun dengan teratur.47

Metode penelitian merupakan penelitian yang dilakukakn dengan cara

ilmiah (rasional, empiris dan sistematis) yang memiliki arti bahwa metode

penelitian memiliki langkah-langkah yang bersifat logis yaitu prosedur, alat,

teknik, dan desain penelitian yang digunakan dan meliputi prosedur yang harus

ditempuh.

Penelitian Tindakan kelas adalah penelitian yang bersifat syistemic inquiry

yaitu penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan oleh pendidik didalam kelas

melalui refleksi diri yaitu yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas proses

pembelajaran, meningkatkan hasil belajar dan menemukan model belajar yang

inofatif untuk memecahkan masalah yang dialami pendidik dan peserta didik.

Menurut Kemmis dan Mc Taggart penelitian tindakan kelas merupakan suatu

47
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R& D, Bandung: Alfabeta, Cet
ke-8, 2018, h.2.
36

bentuk strategi pada saat menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi oleh guru

dengan nyata yang berbentuk siklus secara berulang.48

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas atau PTK.

Penelitian ini merupakan penelitian yang dilaksanakan oleh pendidik didalam

kelas yang bertujuan meningkatkan proses dalam pembelajaran.49 Dalam

penelitian ini tindakan diberikan oleh pendidik sekaligus memberikan arahan yang

kemudian siswa yang melaksanakannya.50

Dalam penelitian ini peneliti hanya sebagai pengamat, serta guru yang

melaksanakan. Guru yang melaksanakan uji coba penggunaan metode

pembelajaran tersebut serta peneliti sebagai pengamat dari hasil pembelajaran

yang telah dilakukan guru.

B. Ruang Lingkup Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan pada penelitian ini adalah kelas V D di MIN

6 Bandar Lampung dengan jumlah 29 peserta didik, 11 peserta didik laki-

laki dan 18 peserta didik perempuan.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Penelitian yang akan dilaksanakan di MIN 6 Bandar Lampung.

48
Saur Tampub, Penelitian Tindakan Kelas Pengembangan Profesi Pendidik dan Keilmuan
Jakarta: Erlangga,2014. h.20
49
Ibid. h.1
50
Nelfi Erlinda, “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Kooperatif
Tipe TGT Pada Pembelajaran Fisika Kelas X”, Jurnal Tadris Keguruan dan Ilmu Tarbiah, (Juni 2017)
h.3
37

b. Penelitian akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran

2020

C. Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti bertepat di MIN 6 Bandar Lampung

yang berkaitan dengan masalah hasil belajar peserta didik di MIN 6 Bandar

Lampung, dalam penelitian ini memiliki prosedur siklus kegiatan yang terdiri atas

bebrapa siklus, adapun alur penelitian yang dimaksud dapat kita lihat pada gambar

berikut:

Siklus 1

Perencanaan Pelaksanaan Observasi Refleksi


Tindakan Tindakan

Siklus 2
Perencanaan
Refleksi Observasi Pelaksanaan
Ulang

Apabila Dilanjut siklus


permasalahan
berikutnya
belum terselesaikan

Gambar 1: Alur Siklus Penelitian

Gambar alur tersebut adalah Penelitian Tindakan Kelas atau PTK dengan

menggunakan 2 siklus Model Adopsi Depdiknas.51 Penelitian terebut dapat

dilakukan lebih dari 2 siklus yang mana dapat kita gunakan indicator keberhasilan

51
Ibid. h,28
38

untuk menentukan siklus akan berhenti atau berlanjut. Dari gambar tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Siklus 1

a. Perencanaan

Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilaksanakan oleh

pendidik di dalam kelas melalui refleksi diri. Tujuannya adalah

memperbaiki kinerja sebagai pendidik, sehingga hasil belajar peserta didik

menjadi meningkat dan secara sistematis, mutu pendidikan pada satuan

pendidikan juga meningkat.52

Rencana PTK merupakan tindakan pembelajaran kelas yang

tersusun. Pada perinsipnya tindakan yang direncanakan dalam PTK

hendaknya membantu guru dalam mengatasi permasalahan yang ada di

kelas, serta meningkatkan keberhasilan di kelas. Dalam proses

perencanaan peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat melalui diskusi

guna mengembangkan tindakan yang akan dipakai guna menganalisis

pemahaman tindakan dalam kelas.53 Perencanaan dalam siklus 1 sebagai

berikut :

1) Diskusi dengan waka kurikulum untuk membicarakan kelas yang


akan diteliti.

2) Observasi pada kelas V MIN 6 Bandar Lampung.

3) Identifikasi masalah yang terdapat di kelas.


52
Ibid. h,18
53
Ibid,h. 38
39

4) Menyusun langkah-langkah pembelajaran.

5) Menentukan pokok bahasan.

6) Memformulasikan metode yang sesuai.

7) Menentukan media atau hal-hal yang ingin digunakan dalam


mendukung proses belajar mengajar.

8) Membuat alat observasi untuk mengetahui keaktifan siswa.

9) Menyusun tes.

b. Pelaksanaan

1) Melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan metode


Learning Start With A Questions.

2) Mengisi lembar observasi untuk peserta didik.

3) Membuat suatu kesimpulan materi yang telah dipelajari.

4) Melaksanakan evaluasi terhadap siswa.

c. Pengamatan/Observasi

Observasi tindakan kelas berfungsi untuk mendokumentasikan


pengaruh tindakan disertai prosesnya. Pada tahap ini yaitu
mendokumentasikan saat jam pembelajaran berlangsumg dan segala
yang dilakukan saat penelitian dilaksanakan. Penelitian yang
digunakan adalah:

1) Kegiatan yang akan berkaitan dengan hasil belajar siswa pada


pembelajaran tematik.
2) Instrument yang akan digunakan oleh peserta didik yaitu
menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan metode
Learning Start With A Questions dan mengerjakan soal postes.
40

d. Refleksi

Tahapan refleksi yaitu untuk mengkaji secara menyeluruh

tindakan yang telah dilakukan berdasakan data yang telah terkumpul

dan kemudian melakukan evaluasi terhadap penelitian berikutnya

untuk menyempurnakan tindakan yang dilaksanakan. Refleksi dalam

PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil

pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika ada masalah dalam

refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang dan tindakan ulang

melalui siklus berikutnya. Refleksi dilakukan setiap akhir

pembelajaran dan setiap akhir siklus dengan tahapan sebagai berikut :

1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi

evaluasi keberhasilan.

2) Memperbaiki tindakan pelaksanaan evaluasi guna memperbaiki

pada siklus berikutnya.

3) Evaluasi yang dilakukan di siklus pertama, yakni terkait proses

pembelajaran dan pencapaian indikator yang telah ditetapkan.

2. Siklus II

a. Perencanaan

1) Mengidentifikasi masalah-masalah yang dialami pada siklus

sebelumnya.

2) Mencari alternatif pemecahan masalah.


41

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan yaitu mengoptimalkan

tindakan rencana II dengan meningkatkan proses pembelajaran pada

siklus sebelumya.

c. Observasi

1) Kegiatan yang berkaitan dengan hasil belajar siswa pada


pembelajaran tematik.

2) Instrument digunakan untuk peserta didik yaitu menjelaskan materi


pembelajaran dengan menggunakan metode Learning Start With A
Questions dan mengerjakan soal postes saat akhir siklus.

d. Refleksi

1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi

evaluasi keberhasilan.

2) Memperbaiki pelaksanaan pada tindakan sesuai dengan evaluasi

guna memperbaiki siklus selanjutnya.

3) Evaluasi tindakan kedua, yakni terkait proses pembelajaran dan

pencapaian indikator yang telah ditetapkan.

D. Teknik pengumpulan Data

1. Tes

Instrument tes dipakai untuk mengukur tingkat kebehasilan peserta

didik tentang hasil. Tes digunakan agar mengetahui kemampuan yang


42

dimiliki peserta didik dari awal dan akhir pada saat belum dan sudah

menggunakan metode Learning Start With A Questions dalam pelajaran

tematik. Soal tes dibuat peneliti dan diberikan kepada guru untuk dibagian

ke peserta didik dan kemudian dikerjakan oleh siswa. Soal yang dipakai

pada penelitian ini adalah tes akhir pada pembelajaran dengan menjawab 20

soal esay pada siklus I dan II. Tes akhir dignakan untuk mengetahui hasil

belajar siswa setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode

Learning Start With A Questions.

2. Observasi

Observasi adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi yang

diperlukan untuk menyajikan gambaran yang nyata suatu peristiwa untuk

menjawab pertanyaan dari suatu penelitian, observasi juga digunakan untuk

pengukuran terhadap aspek tertentu.54

Metode observasi ini menggunakan jenis observasi partisipasi yang

dilakukan oleh peneliti dimana peneliti langsung mengamati proses belajar

mengajar yang dilaksanakan pendidik dan peseta didik dengan

menggunakan metode Learning Start With A Questions (SLQ) kelas V di

MIN 6 Bandar Lampung. Dalam penelitian ini menggunakan gambaran

secara umum tentang proses pelaksanaan belajar mengajar dengan

menggunakan metode Learning Start With A Questions dalam upaya

meningkatkan hasil belajar siswa.

54
Rukaesih A. Maolani, dan Ucu Cahyana, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta:PT
Raja Grafindo Persada, 2015), h 148
43

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah bukti konkret suatu penelitian untuk

menganalisis isi dari dokumen-dokumen yang dapat mendukung penelitian,

berupa dokumen dan catatan dari sekolah berupa data resmi pada penelitian

yaitu daftar nama siswa, daftar nilai ulangan harian siswa, silabus dan

sejarah tentang MIN 6 Bandar Lampung. Sedangkan data untuk mengetahui

perkembangan pemeblajaran pada siswa selama tindakan berupa RPP, foto,

dan data dari hasil nilai siswa dalam peningkatan hasil belajar dari siswa

sebagai pendukung teknik pengumpulan data yang akan digunakan selama

penelitian.

E. Instrumen Penelitian

a. Observasi

Peneliti penggunakan observasi untuk mengamati proes pembelajaran

yang telah dilakukan oleh pendidik sekaligus menilai proses pembelajaran

dengan bantuan lembar observasi yang telah dibuat oleh peneliti yang

mengacu pada langkah pembelajaran serta RPP untuk melaksanakan

pembelajaran dengan metode Learning Start With a Question(LSQ).

b. Tes

Sebelum membuat soal peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi

untuk mempermudah pembuatan soal tes. Setelah membuat kisi-kisi peneliti

membuat tes esay yang terdiri dari 20 soal, yang mana dari tes soal tersebut

berasal dari indicator pembelajaran dari tema yang dibahas. Dari masing-
44

masing soal tes tersebut menggunakan kata kerja oprasional dari C1 sampai

C3.

Kisi- Kisi Soal Tes

Indikator Soal No Item Jumlah Item

 Benda tunggal dan C1 2, 4, 7, 8, 12, 13, 8

campuran 16, 17

 Benda dalam C2 1, 3, 5, 6, 9, 11, 10

kegiatan ekonomi 15,18, 19, 20

 Manusia dan benda


C3 10, 14 2
di lingkungannya

Total 20

F. Uji Coba Instrumen

1. Uji Validitas

Validitas merupakan suatu cara agar dapat mengukur instrumen

apakah instrumen tersebut valid atau tidak. Instrument akan dikatakan valid

jika instrument tersebut dapat diukur. Dalam penelitian ini validitas di

hitung dengan rumus Product Moment dari Karl Person:

ar 䁤 a r
ar

Keterangan :
45

ar : koefisien korelasi setiap butir soal ke-i

n : Jumlah subjek yang dikenai tes instrumen

a : jumlah skor tiap butir ke-i

r : Jumlah skor total

a : Jumlah Kuadrat skor item

r : Jumlah kuadrat skor total

ar : Jumlah perkalian skor item dan skor total

Nilai tem 쳌 akan dibandingkan dengan koefisien korelasi table

tabel eܽ ܾ , jika tem 쳌 eܽ ܾ , maka instrumen valid.

2. Uji Kesukaran

Menganalisis soal dengan tingkat kesukaran merupakan cara untuk

menguji soal dari tingkat kesulitan sampai di dapatkan soal yang termasuk

dalam katoegori mudah, sedang dan juga sukar. Saat ingin menguji tingkat

kesukaran soal bisa digunakan dengan rumus berikut:

at
t
t

Keterangan:

t : tingkat kesukaran butir i

at : Jumlah skor butir I dijawab oleh responden


46

t : Skor maksimum

: Jumlah dari peserta tes

Menurut Thorndike dan Hagen saat ingin menafsirkan suatu tingkat

kesukaran soal tes dapat menggunakan rumus berikut:

Tabel 3.1
Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal

Besar I Interpretasi
0,30 Sukar
0,30 ≤ I ≤0,70 Sedang
Ͳ ǡͲ Mudah
Anas Sudjono menjelaskan bahwa butir soal akan di masukan dalam

kategori baik jika memiliki derajat interpretasi butir soal cukup (sedang),

sedangkan dalam penelitian ini ingin mengetahui tingkat kesukaran soal yang

dapat digunakan atau tidak dapat digunakan.

3. Uji Daya Pembeda

Dalam menganalisi daya pembeda akan membahas soal tes dari sisi

kesanggupan tes tersebut supaya dapat melihat hasil belajar siswa yang

rendah atau tinggi. Dengan demikian dapat digunakan rumus daya pembeda:

Diminta

dan
47

Keterangan:

: Proporsi siswa kelompok tinggi

: Proporsi siswa kelompok rendah

: Banyaknya tes kelompok bawah yang benar

: Banyaknya tes kelompok bawah yang salah

: Jumlah dari tes yang termasuk kelompok atas

: Jumlah dari tes yang termasuk kelompok bawah

Langkah yang akan dilaksanakan saat menganalisis daya pembeda

pada butir tes sebagai berikut:

a) Mengurutkan jawaban peserta didik dari tinggi ke yang rendah.

b) Mengelompokkan berdasarkan kelompok atas dan bawah

c) Menghitung proporsi kelompok bawah dan kelompok atas dengan

menggunakan rumus berikut: dan

d) Menghitung daya pembeda menggunakan rumus yang telah ditentukan.

Dapat kita perhatikan perincian tentang daya beda pada butir soal

sebagai berikut:

Tabel 3.2
Klasifikasi Daya Beda
48

Daya Pembeda Interpretasi

0 DP 0,20 Jelek

0 Ͳ DP 0,40 Sedang

0,40 < DP 0,70 Baik

0,70 1 Baik sekali

Bertanda negative (-) Jelek sekali

Dari table diatas daya pembeda pada butir soal terlihat baik jika

nilai lebih dari ataupun sama dengan 0,40. Dan daya pembeda dari butir

soal dapat dikatakan jelek jika nilainya kurang dari 0,20 dan akan

dikatakan jelek sekali jika nilai negatifnya (-).

4. Uji Reliabilitas

Uji rebiabilitas digunakan supaya dapat mengetahui konsisten dari

instrument yang dijadikan alat ukur, sehigga hasil pengukuran dapat

dipercaya, jika dalam beberapa kali pengkuran pada kelompok subjek

yang sama, maka rumus yang digunakan dalam menguji instrument

menggunakan koefisiesn Cronbach’s Alpha sebagai berikut:

t

䁤 e

Dengan:

: Koefisien reliabilitas tes

: Jumlah butir soal yang digunakan


49

: Bilangan konstan

t : Jumlah dari varian butir soal

e : Varian skor total55

Nilai koefisien alpha (r) akan dibandingkan dengan koefisien

korelasi eܽ ܾ ܽ 䁤 . Jika eܽ ܾ maka instrument reliabilitas.

Jika pemberian interpretasi pada koefisien reliabilitas tes pada

umumnya akan menggunakan criteria berikut ini:

1) Jika sama atau lebih besar dari 0,7 maka tes dikatakan reliabilitasnya

tinggi (reliable).

2) Jika lebih kecil dari 0.7 maka tes tersebut dikatakan belum memiliki

reliabilitas tinggi (Un-reliabel).56

G. Analisis Data

Analisis data merupakan sebuah kegiatan yang dapat mengukur,

mengurutkan dan mengelompokan, dan mengkategorikan sehingga

ditemukan suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin

dijawab.57 Setelah peneliti menggunakan analisis data maka peneliti

menyimpulkan menghitung hasil belajar pada peserta didik dalam

pemecahan masalah diambil dari kemampuan kognitif pada siswa

dianalisis dengan menggunakan rumus kriteria ketuntasan belajar individu

55
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2012).
56
Anas Sudijono, Op.Cit, h.209
57
Ibid,h. 39
50

dan kelompok. Dalam peningkatan hasil belajar peserta didik pada

pembelajaran tematik melalui metode pembelajaran Learning Start With a

Question akan mengalami peningkatan jika peserta didik memenuhi KKM

70. Rumus penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut:

P = x 100 %

Krterangan :
F : Frekuensi yang sedang dicari presentasinya
N : Jumlah dari banyaknya individu
P : Angka untuk presentasi

H. Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dengan penerapan metode Learning Start With A

Qestions pada penelitian ini akan dikatakan berhasil jika terdapat

peningkatan hasil belajar peserta didik minimal 80% dari jumlah peserta

didik yang mencapai KKM. Dengan 80 % dari jumlah peserta didik maka

akan meningkatkan hasil kelas V di MIN 6 Bandar Lampung.

Berdasarkan skor yang telah didapat oleh peserta didik, maka


dibuat criteria ketuntasan sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kriteria ketuntasan peserta didik
Tingkat Nilai huruf Bobot Predikat
penguasaan
86 – 100 % A 4 Sangat baik
76 – 85 % B 3 Baik
51

60 – 75 % C 2 Cukup
55 – 59 % D 1 Kurang
< 54 % E 0 Kurang sekali

Indicator sebagai alat ukur dalam menentukan keberhasilan pada suatu

penelitian. Indictor keberhasilan dapat ditandai pada perubahan dalam suatu

proses pembelajaran yang lebih baik lagi. Dalam penelitian ini akan dikatakan

berhasil jika perhitungan presentase hasil belajar ≥ 66% dari peserta didik kelas V

D MIN 6 Bandar Lampung.

Anda mungkin juga menyukai