Anda di halaman 1dari 65

UJIAN AKHIR SEMESTER

METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN

NAMA: SITI LIYANAWATI

NIM: 21090887135

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA 2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses pembelajaran dimana peserta didik (siswa)


menerima dan memahami pengetahuan sebagai bagaikan dari dririnya, dan kemudian
mengolahnya sedemikian rupa untuk kebaikan dan kenajuan bersama. Pendidikan yang
di maksud diatas bukanlah berupa materi pelajaran yang didengar ketika yang
diucapkan, dilupakan ketika guru selesai mengajar dan baru didingat kembali ketika
masa ulangan atau ujian datang, akan tetapi sebuah pendidikan yang memerlukan
proses, yang bukan saja baik, tetapi juga asik dan menarik, baik bagi guru maupun
siswa.

Kualitas pendidikan saat ini menjadi perhatian. Pendidikan yang berkualitas


adalah upaya untuk dapat berkiprah di era globalisasi dan berhadapan dengan tantangan
masa depan. Pendidikan dituntut relevan dengan kebutuhanmasyarakat yang selalu
berkembang akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (pendidikan berorientasi
masa depan). Pendidikan yang berkualitas diharapkan membentuk manusia Indonesia
seutuhnya sehingga masalah saat ini dan mendatang mampu diatasi. Kualitas
pendidikan dapat ditingkatkan dengan inovasi/pembaharuan dalam pendidikan (Ayu &
Pudjawan, 2015).

Berdasarkan amanat Undang – Undang Dasar 1945, maka pengertian pendidikan


di sekolah dasar merupakan upaya untuk mencerdaskan dan mencetak kehidupan
bangsa yang bertaqwa, cinta dan bangga terhadap bangsa dan negara, terampil, kreatif,
berbudi pekerti yang santun serta mampu menyelesaikan permasalahan
dilingkungannya. Atau dasar itu maka pendidikan hendaknya menjadi prioritas utama
dalam suatu bangsa. Pendidikan yang baik akan menumbuhkan manusia yang memiliki
kepribadian yang baik secara pemikiran dan moralitas (Anam, 2016).
Peningkatan mutu dalam pendidikan sangat dibutuhkan suatu bangsa yang ingin
maju, karena dengan pendidikan yang bermutu dapat menunjang pembangunan dalam
segala bidang. Pendidikan merupakan upaya sadar atau disengaja yang diberikan oleh
pendidikan kepada anak didik agar mencapai kedewasaan. Oleh karena itu, selain harus
mempunyai dasar dan tujuan yang jelas, pendidikan juga harus dapat menentukan ke
arah mana peserta didik akan dibawa, serta pendidik pun harus memiliki isi pendidikan
bagi peserta didiknya. Pendidikan yang profesional dibidangnya, memiliki nilai moral
yang tinggi, memiliki motivasi kerja yang tinggi, dan memilki semangat dan keinginan
yang kuat untuk meningkatkan dan menciptakan kualitas peserta didik yang lebih maju
merupakan salah satu indikator sistem pendidikan yang baik. Pendidik dikatakan
berhasil jika amampu, mendorong, mengatur, dan mengarahkan seluruh peserta
didiknya unruk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidik memegang peranan
yang sangat penting dalam upaya membentuk watak anak bangsa melalui
pengembangan karakter dan kepribadian serta nilai – nilai moral dan agama. Peranan
pendidik dalam pendidikan tidak dapat digantikan meskipun perkembangan teknologi
dewasa ini begitu pesat. Pendidik memilikidorongan untuk berbuat sesuatu serta
memiliki kemauan dan keinginan sendiri.

Belajar menyangkut segala sesuatu yang harus dikerjakan sehingga inisiatif


harus datang dari diri sendiri, dalam hal ini guru hanya berperan sebagai pembimbing
dan pengarah. Menurut teori konstruktivis prinsip yang paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kpada
siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya. Guru dapat
memberikan kemudahan dalam proses ini , dengan memberi kesempatan bagi siswa
untuk menemukan atau menerapkan ide – ide mereka sendiri, dan mengajarkan siswa
menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
Senada dengan teori konstruktivis, Jerome Bruner menyarankan agar siswa – siswa
hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep – konsep dan prinsip –
prinsip, agar mereka dianjurkna untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan
eksperimen – eksperimen yang mengijinkan mereka untuk menemukan prinsip –
prinsip, agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan
eksperimen – eksperimen yang mengijinkan mereka untuk menemukan prinsip – prinsip
itu sendiri. Pendidikan yang baik di bangun berdasarkan aktivitas siswa didalam proses
pembelajaran (Asmani,2016). Dengan demikian pendidikan berfokus pada apa yang
akan siswa kerjakan untuk mencari informasi dalam menjawab rasa ingin tahu siswa
terhadap masalah yang diberikan, bukan mengacu pada apa yang dibuat guru. Artinya
guru hanya sebagai fasilitator dan motivator pada apa yang dibuat guru. Artinya guru
hanya sebagai fasilitator dan motivator dan sebagai pengembangan kurikulum. Tugas
guru adalah untuk menngetahui minat siswa dan mengoptimalkan minat itu menjadi
pengalaman belajar bagi siswa.

Kenyataanya pendidikan di indonesia khususnya pada taraf pendidikan Sekolah


Dasar (SD) masih menggunakan model pembelajaran konvensional dengan metode
ceramah, sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru. Aktivitas siswa dapat
dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal – hal yang dianggap
penting. Siswa kurang diarahkan dalam kegiatan belajar aktif. Siswa hanya hanya
dianggap senagai objek yang hanya menerima belajar yang aktif. Siswa hanya dianggap
sebagai objek yang hanya menerima materi yang pendidik sampaikan. Guru
menjelaskan hanya sebatas produk dan sdikit proses . salah satu penyebab adalah
padatnya materi yang harus dibahas dan diselesaikan berdasarkan kurikulum yang
berlaku. Padahal, dalam membahas materi pelajaran tidak cukup hanya menekankan
produk, tetapi yang lebih penting adalah proses untuk membuktikan atau mendapatkan
suatu teori atau hukum. Keadaann seperti ini dalam pendidikan kita tentu sangat
berpengaruh besar pada kualitas lulusa (Output) yang merupakan produk dari
pendidikan kita. Pengetahuan siswa akan terbatas pada apa yang pendidik jelaskan,
sedangkan penjelasan pendidikan sesuai dengan penguasaannya terhadap materi,
sehingga pengetahuan siswa akan bergantung pada penguasaan pendidik pada materi
pelajaran. Hal itu memilki pengaruh yang dominan terhadap ketidak tercapaian tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan. Siswa tidak memiliki keinginan yang kuatn untuk
ikut serta dalam proses pembelajaran. Pengetahuan siswa akan sangat minim dan tidak
berkembang dengan optimal.

Asmani (2016), mengungkapkan bahwa ada enam hal yang menjadi kelemahan
dalam pendidikan nasional saat ini, yaitu: 1) sistem pendidikan yang kaku dan
sentralistis 2) sistem pendidikan nasional tidak mempertimbangkan kenyataan yang ada
dalam masyarakat 3) sistem pendidikan ditunjang oleh sistem kenyataaan yang kaku
sering dijadikan alat kekuasaan atau kepentingan politik penguasa 4) guru terbelunggu
dan dijadikan sebagai bagian dari alat birokrasi 5) pendidikan tidak berorientasi
membentuk kepribadian, tetapi lebih menekankan.

Proses pengisian otak (kognitif ) pada anak didik dan 6) peserta didik tidak
pernah diajarkan atau dibiasakan untuk bersikap kreatif dan inovatif serta berorientasi
pada rasa ingin tahu (Curiosity atau harsh)

Selain itu, pada tahun 1994, Johnson & Johnson juga mengemukakan bahwa
belajar berdasarkan pengalaman didasarkan pada tiga asumsi. Pertama, seseorang akan
belajar paling baik jika secara pribadi terlibat dalam pengalamanbelajar. Kedua,
pengetahuan harus ditemukan sendiri. Ketiga, seseorang harus menetapkan tujuan
pembelajaran sendiri. Siswa di pandang sebagai pribadi yang dapat berdiri sendiri dalam
upaya mengembangkan diri dan potensinya, karena pada dasarnya tujuan pembelajaran
yang baik adalah membelajarkan siiswanya. Pembelajaran dianggap berhasil diukur dari
sejauh mana keikut sertaan siswa dalam proses belajar. Proses pembelajaran tidak hanya
berpaku pada sejauh mana siswa menguasai materi tetapi seberapa besar proses
pembelajaran itu mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan. pada
tahun 1954 dan 1969 Herbert Thelan mengungkapkan bahwa kelas harus merupakan
laboratorium yang bertujuan mengkaji masalah – masalah sosial dan antar pribadi.
Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan
latihan.

Hilgard mengungkapkan :”Learnung is the process by wich an activity


originates or change through training procedurs (Wather in the laboratory or in the
natural environment) as distinguished from changes by factor not attributableto
training” Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau
prosedur latihan baik latihan dalam laboratorium maupun didalam lingkungan alamiah.
Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental
yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga munculnya perubahan perilaku. Aktivitas
mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari
(Sanjaya, 2006).

Atas dasar itu peneliti melakuakn observasi SDN Limbangan Tengah III.
Berdasarkan hasil observasi awal di SDN Limabangan Tengah III ditemukan
permasalahan yang berkaitan dengan model pembelajaran, dimana pembelajaran masih
menggunakan model pembelajaran konvensional, yang mana proses pembelajaran
berpusat pada guru dan siswa hanya dituntut untuk mendengarkan, penjelasan yang
disampaikan oleh guru. Kegiatan pembelajaran terkesan tidak menarik dan
membosankan. Hal senada disampaikan oleh siswa berdasarkan awwancara bahwa
kegiatan pembelajaran terutama dalam mata pelajaran IPA dinilai sangat membosankan,
kegiatan siswa hanya mendengarkan dan mencatat dinilai sangat membosankan dan
hasilnya sangat kurang produktif. Senada dengan pendapat guru kelas V di SDN
Limabngan Tengah III melakukan wawancara, bahwa hasil belajar khususnya pada
mata pelajaran IPA mengalami penurunan.

Pada penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data hasil pembelajaran


IPA kelas V dengan materi memahami perubahan yang terjadi di alam hubunganyannya
dengan penggunaan sumber daya alam pada tiga tahun terakhir di SDM Limnagan
Tengah III. Melalui data tersebut dapat diperoleh gambaran hasil belajar siswa yang
proses pembelajarannya menggunakan model konvensional. Data tersebut dapat peneliti
digunakan untuk melihat sejauh mana keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan
model konvensional. Data tersebut dapat peneliti gunakjan untuk melihat sejauh mana
keberhasilan pemb elajaran dengan menggunakan medel pembelajaran yang hanya
menjadi peserta didik sebagai objek bukan sebagai objek bukan sebagai pribadi yang
aktif.

Tabel 1.1 Hasil pembelajaran IPA pada materi memahami perubahan yang
terjadi di alam hubungannya dengan penggunaan sember daya alam kelas V SDN
Lembangan Tengah III

No 2013/ 2014 2014/2015 2015/2016


1 40 71 60
2 40 77 60
3 63 75 65
4 55 83 65
5 75 86 62
6 80 72 65
7 65 73 70
8 50 70 65
9 53 76 70
10 60 87 65
11 75 73 65
12 60 72 70
13 63 87 72
14 80 86 80
15 60 76 65
16 40 68 75
17 80 80 70
18 55 70 60
19 60 83 70
20 60 85 75
21 60 67 70
22 78 70 60
23 75 70 70
24 60 74 70
25 60 74 62

Berdasarkan data diatas maka dapat dilihat hasil dari pembelajaran IPA yang
menggunakan model pembelajaran yang tidak tepat dan berdampak terhadap hasil
belajar siswa. Pada tabel diatas terjadi peningkatan hasil belajar IPA pada tahun
2014/2015 namun pada tahun 2015/2016 terjadi penurunan hasil belajar siswa.
Keberhasilan implementasi pembelajaran sangat bergantung pada model yang
digunakan pendidik. Penerapan model pembelajaran yang tidak tepat dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa karena strategi pembelajaran hanya dapat di
implementasikan melalui model pembelajaran. Oleh karena itu, para pendidik harus
memahami dan menguasai dengan baik berbagai pendekatan yang akan dipergunakan
dalam penerapan model pembelajaran akan mengakibatkan proses belajar menjadi tidak
produktif dan jauh dari sasaran yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan dalam rancangan pembelajaran.
Sehubungan dengan permasalahan diatas, maka dengan pemilihan model
pembelajaran yang tepat tentu saja dapat membantu dalam rangka meningkatkan hasil
belajar siswa. Guru hendaknya memikirkan model apa yang tepat untuk ditetapkan
dalam pembelajaran IPA guna meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran
yang akan guru pergunakan dalam pembelajaran IPA hendaknya mengacu pada tujuan
utama dari pembelajaran IPA itu sendiri, yaitu membantu siswa dalam memahami IPA
dalam konten – proses – konteks yang lebih luas terutama dalam kehidupan sehari –
hari. Pada jenjang pendidikan dasar upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara
memadukan unsur pada praktik dalam pembelajaran IPA melalui kegiatan IPA , menulis
IPA, dan berbicara tentang IPA. Pembelajaran saat ini khususnya pada mata pelajaran
IPA diharapkan dapat mengarah pada pencapaian semua ranah baik kognitif, afektif dan
psikomotorik melalui inovasi dan pendekatan dan berbagai metode pembelajaran.
Pembelajaran harus dipandangan sebagai suatu usaha untuk mengembangkan segala
potensi yang dimiliki siswa. Pembellajaran tidak berpaku pada pencapaian satu aspek
saja tapiu segala aspek guna mencapai perubahan perilaku siswa kearah tujuan
pendidikan. Dengan demikian model pembelajaran yang digunakan hendaknya dapat
mengembangkan seluruh aspek secara terintegrasi. Melalui usaha tersebut siswa
diharapkan dapat mengembangkan sikap percaya diri, meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah, kemampuan berpikir kritis, dan mampu menyampaikan gagasan
atau ide.

Menurut (Nahar, 2015) selain dipengaruhi model pembelajaran, rendahnya hasil


belajar sejarah siswa dimungkinkan juga karena faktor lain yang ikut mempengaruhi.
Faktor lain yang mungkin mempengaruhi hasil belajar siswa adalah kemampuan
berpikir kritis dan sikap berinovasi siswa. Dinyatakan dalam kurikulum standar isi
bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah melatih daya kritis siswa untuk memahami
secara benar dengan didasarkan pada poendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan.

Model pembelajaran lebih bersifat prosedural yaitu berisi tahapan tertentu,


sedangkan teknik pebelajaran adalah alat atau media yang digunakan oleh guru untuk
mengarahkan kegiatan peserta didik kearah tujuan yang akan dicapai. Dengan
memadukan model pembelajaran yang sesuai dapat menghasilkan peningkatan hasil
belajar yang maksimal. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
dengan ,mencipyakan suasana baru dalam ruangan (Nurfaidah,2018)

Dalam uraian diatas, maka salah satu solusi yang dipandang dapat
menyelesaikan masalah pembelajaran saat ini adalah dengan meningkatkan kualitas
pendidikan melalui pendekatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran memegang peranan yang sangat penting.
Keberhasilan strategi pembelajaran sangat bergantung pada kecakapan dan kreativitas
pendidik menggunakan model pembelajaran. Model pembelajaran yang dianggap dapat
mengatasi permasalahan diatas adalah model inkuiri terbimbing dan model grup
investigasi.

Menurut hasil penelitian terdahulu yang berjudul “Peningkatan Motivasi dan


Hasil belajar IPA melalui Pendekatan Inkuisi pada Siswa Kelas IV SDN Wonoyoso,
bahwa model inkuiri yang ditetapkan dapat meningkatkan motivasi belajar, siswa pada
walnya sebelum menggunakan model inkuiri memiliki motivasi yang sangat rendah,
namun setelah melakukan medel inkuiri memiliki motivasi dalam pembelajaran IPA
meningkat, dan meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA kelas IV
(Sarantika,2017).

1.2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pembatasan masalah dalam


penelitian ini dibatasi pada oengaruh model pembelajaran yaitu model group investigasi
dan model inkuiri terbimbing, dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar
siswa kelas V SDN Limbangan Tengah III Garut pada Mata Pelajaran IPA.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah


dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan
model pembelajaran Group Investigastigation (GI) dan Inkuiri Terbimbing ?
2. Apakah terdapay pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan
berpikir kritis siswa terhadap hasil belajar IPA?
3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis tinggi yang belajar dengan menggunakan model
pembelajaran Group Investigation (GI) dan inkuiri terbimbing?
4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang memilki
kemampuan berpikir kritis rendah yang belajar dengan menggunakan model
pembelajaran group investigation (GI) dan inkuiri terbimbing

1. 4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui:

1. Perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan model Group
Investigation (GI) dan inkuiri Terbimbing.
2. Interaksi model pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis tentang hasil
belajar IPA.
3. Perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang memiliki kemmapuan berpikir
kritis tinggi yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran Group
Investigation (GI) dan inkuiri terbimbing.
4. Perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kritis rendah yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran Group
Investigation (GI) dan inkuiri Terbimbing.

Beberapa penelitian terdahulu telah melakukan penelitian sejenis tentang


pengaruh model pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil
belajar IPA siswa sekolah dasar. Hasil penelitian Penelitian tersebut
disajikan pada tabel berikut:

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu di atas tentang pengaruh


model pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar
sekolah dasar pada mata pelajaran IPA maka yang menjadi pembeda atau
kebaruan Dalam penelitian ini dengan penelitian Penelitian sebelumnya
sebagai State of the art yaitu:
1) Penelitian ini akan menganalisis pengaruh model pembelajaran group
investigation dan inkuiri terbimbing untuk mengetahui perbedaan
hasil belajar IPA siswa SD di mana hal ini belum dilakukan pada
penelitian-penelitian terdahulu tersebut.
2) Penelitian ini akan melihat interaksi model pembelajaran group
investigation dan inquiliter bimbing serta kemampuan berpikir kritis
terhadap hasil belajar IPA di mana pada penelitian Penelitian dahulu
hanya meneliti interaksi satu model pembelajaran terhadap
kemampuan
3) Penelitian ini juga akan mengkaji perbedaan hasil belajar IPA antara
siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi yang belajar
dengan menggunakan metode pembelajaran group Investigation dan
inquiry terbimbing serta perbedaan hasil belajar IPA antara siswa
yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah yang belajar
dengan menggunakan model pembelajaran group Investigation dan
inquiry terbimbing.

Tahap penelitian seperti ini Belum sama sekali dilakukan oleh


penelitian-penelitian terdahulu, di mana pada penelitian-penelitian
terdahulu tidak meneliti tentang perbedaan hasil antara siswa yang
memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi atau siswa yang memiliki
kemampuan berpikiran rendah yang belajar dengan menggunakan model
pembelajaran tertentu.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku setelah mengikuti proses belajar


mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Manusia mempunyai potensi perilaku
kejiwaan yang dapat dididik dan diubah perilakunya yang meliputi domain kognitif,
afektif dan psikomotorik. Belajar mengusahakan perubahan perilaku dalam domain –
domain tersebut sehingga hasil belajar merupakan perubahan perilaku dalam domain
kognitif, afektif dan psikomotorik (Purwanto, 2009). Hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkat laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam
penilaian hasil belajar peranan tujuan intruksional yang berisi rumusan kemampuan dan
tingkalh laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar acuan
penilaian (Sudjana, 2016)

Hubungan di dalam kelas antara guru dan siswa salah satunya terlihat dalam
proses pembelajaran di kelas. Terkait dengan hubungan antara guru dan siswa di dalam
kelas, ada beberapa permasalahan yang muncul dalam dunia pendidikan khuusnya
dalam proses pembelajaran di sekolah yaitu belum maksimalnya hasil belajar yang
diperoleh siswa. Adanya program remidial yang diselenggarakan di sekolah dapat
menjadi tolak ukur utama masih kurangnya hasil belajar tersebut. Namun, kita tidak
dapat sepenuhnya menyalahkan siswa karena hasil belajarnya yang kurang baik. Ada
banyak faktor yang mempengaruhi baik buruknya hasil belajar yang diperoleh siswa.
Faktor penyebab tersebut dapat berasal dari dalam diri siswa (Prihma Sinta Utami,
2015)

Penilaian hasil belajar oleh pendidik memiliki fungsi untuk memantau kemajuan
belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan (Putro, 2014) Penilaian hasil belajar siswa pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah didasarkan pada prinsip – prinsip sebagai berikut:

1) Sahih atau Valid

Berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang


diukur. Kegiatan menilai dapat diibaratkan kegiatan memotret. Gambar potret atau foto
dikatakan baik apabila sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Data yang baik adalah
data yang sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya dan data tersebut bersifat tetap,
ajek atau dapat dipercaya. Data yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya disebut
data yang valid. Data yang dapat dipercayadisebut data yang reliabel. Penilaian akan
valid apabila menggunakan alat ukur yang valid

2) Objektif

Penilaian dilakukan secara objektif, bearrti penilaian didasarkan pada prosedur dan
kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi dari subjektivitas dari penilaian. Subjektivitas dari
penilaian akan dapat masuk secara lebih leluasa terutama pada penilaian yang berbentuk
uraian. Faktor – faktor yang mempengaruhi subjektivitas penilaian antara lain: kesan
penilaian terhadap siswa (haloeffect) bentuk tulisan, gaya bahasa yang digunakan
peserta tes, waktu mengadakan penilaian, kelelahan atau sebagainya.

3) Adil

Penilaian dilakukan secara adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan
peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat isitiadat, status sosial ekonomi, dan gender. Dalam menilai hasil belajar
siswa tidak boleh menggunakan standar atau kriteria berbeda untuk anak yang berbeda.
4) Terpadu

Penilaian dilakukan secara terpadu berarti penilaian yang dilakukan oleh pendidik
merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
Penilaian oleh pendidik dapat berupa tes dan nontes yang dilakukan melalui ulangan
dan penugasan. Perencanaan penilaian hasil belajar oleh pendidik dicantumkan dalam
silabus dan dijabarkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

5) Terbuka

Penilaian dilakukan secara terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria, penilaian, dan
dasar pengambilan keputusan dapat diketahui maupun dapat diakses oleh semua pihak
yang mempunyai kepentingan dengan kegiatan penilaian.

6) Menyeluruh dan berkesinambung

Penilaian dilakukan secara menyeluruh (Komperhensif) berarti penilaian oleh pendidik


mencakup semua aspek kompetensi, yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan
kemampuan siswa. Penilaian dilakukan secara berkesinambungan atau kontiu sehingga
akan diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan siswa. Penilaian yang
dilakukan hanya satu kali (one shot) atau dua kali dalam satu semester, tidak akan
memberikan hasil yang onjektif tentang keadaan siswa.

7) Sistematis

Penilaian dilakukan secara sistematis berarti penilaian dilakukan secara berencana dan
bertahap dengan mengikuti langkah – langkah baku.

8) Ekonomis

Penilaian dilakukan secara ekonomis berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam
perencanaan, pelaksanaan , danb pelaporannya. Yang dimaksud dengan ekonomis disini
adalah bahwa pelaksanaan penilaian tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal,
tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
9) Akuntabel

Penilaian dilakukan secara akuntabel berarti penilaian dapat dipertanggung jawab kan
kepada pihak internal sekolah maupun eksternal, baik dari segi teknik, prosedur,
maupun hasilnya.

10) Edukatif

Penilaian yang dilakukan bersifat edukatif, berarti penilaian untuk kepentingan dan
kemajuan peserta didik dalam belajar. Penilaian bersifat mendidik memotivasi siswa
untuk belajar lebih giat lagi.

Pengubahan perilaku dan hasil perubahan perilaku dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Pengubahan Perilaku dan Hasil Perubahan Perilaku

Input Proses Hasil


Siswa: Proses belajar mengajar Siswa
Kognitif Kognitif
Adfektif Afektif
Psikomotorik Pskomotorik
Potensi Perilaku yang Usaha mengubah perilaku Perilaku yang telah
dapat diubah berubah:
Efek pengajian
Efek pengiring

Pendidikan sebagai proses memproduksi sistem nilai dan budaya kearah yang
lebih baik, antara lain dalam pembentukan kepribadian, keterampilan dan
perkembangan inmtelektual siswa. Dalam lembaga formal proses repeoduksi sistem
nilai dan budaya ini dilakukan terutama dengan mediasi proseds belajar mengajar
sejumlah mata pelajaran di kelas. Materi pembelajaran IPA mencakup konsep – konsep
dasar, pendekatan, metode, dan teknik analisis ilmiah dalam pengajian berbagai
fenomena dan permasalahan yang ditemui dalam kehidupan nyata di masyarakat. Mata
pelajaran IPA dianggap sebagai suatu mata pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa
sehingga mengurangi minat mereka dalam mempelajarinya (Prihatini, 2017)
Hasil belajar merupakan tujuan akhir dari pembelajaran di sekolah hasil belajar
dapat dilihat dari perubahan perilaku yang positif, baik dalam ranah afektif
psikomotorik dan kognitif. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang
dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan hingga mencapai hasil yang positif yang
disebut sebagai proses belajar titik proses belajar yang dilakukan dengan benar dan
produktif akan menghasilkan output yang baik dan berkualitas, Seseorang dikatakan
telah berhasil dalam belajar apabila dia memiliki perubahan-perubahan yang positif baik
dalam perilaku ataupun dari keterampilan dan sikapnya. Hasil belajar atau perubahan
perilaku yang menimbulkan kemampuan dapat berupa hasil utama pengajian
introduction effect maupun hasil samping pengiriman noctural effect hasil utama
pengajaran adalah kemampuan hasil belajar yang memang direncanakan untuk
diwujudkan dalam kurikulum dan tujuan pembelajaran titik sedang hasil pengiring
adalah hasil belajar yang dicapai namun tidak rencana untuk dicapai. Misalnya setelah
mengikuti pelajaran siswa menyukai pelajaran matematika yang semula tidak disukai
karena siswa senang dengan cara mengajarkan guru (Purwanto, 2009). Hasil belajar
terbagi kedalam 3 domain yaitu:

1. Hasil belajar kognitif

Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan
kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan
stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi
informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk
menyelesaikan masalah. Hasil belajar kognitif tidak merupakan kemampuan tunggal.
Kemampuan yang menimbulkan perubahan perilaku dalam domain kognitif meliputi
beberapa tingkat. Bloom membagi dan menyusun secara hirarki.

2. Hasil belajar afektif

Hasil belajar afeltif dibagi kedalam lima tingkat yaitu, penerimaan, partisipasi,
penilaian, organisasi dan internalisasi. Hasil belajar disusun secara hierarkis mulai dari
tingkat yang paling rendah dan sederhana hingga yang paling tinggi dan kompleks.
Penerimaan (Receiving) atau menaruh perhatian (attending) adalah kesediaan menerima
rangsangan dengan memberikan perhatian kepada rangsangan yang datang kepadanya.
Partisipasi atau merespon (responding) adalah kesediaan memberikan respons dengan
berpartisipasi.

3. Hasil belajar Psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik dapat diklasifikan menjadi enam yakni prsepsi


(preseption) adalah kemampuan hasil belajar yang paling rendah. Presepsi adalah
kemampuan membedakan suatu gejala dengan gejala yang lain. Kesiapan (sef) adalah
kemampuan menempatkan diri sebelum lari, menari, mengetik, memperagakan solat,
mendemostrasikan penggunakan thermometer dan sebagainya. Gerakan terbimbing
(guided response) adalah kemampuan melakukan gerakan menirukan gerakan meniru
model yang di contohkan. Anak anak biasanya sangat gemar meniru kan yang
disukainya. Gerakan terbias (mechainissm) adalah kemampuan melakukan gerakan
tanpa ada model contoh. Kemampuan dicapai karena latihan berulang – ulang dan
dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi kebiuasaan. Gerakan kompleks
(adaptation) kemampuan melakukan serangkaian gerajan dengan cara, urutan dan irama
yang tepat. Kreativitas (Origination) adalah kemampuan menciptakan gerakan –
gerakan baru yang tidak ada sebelumnya atau mengkobinasikan gerakan – gerakan yang
ada menjadi kombinasi gerakan baru yang orisional (Putro,2014).

Misalnya kesiapan menempatkan diri sebelum lari, menari, mengetik,


memperagakan solat, mendemonstrasikan penggunaan thermometer dan sebagainya.
Gerakan terbimbingan(Guided response) adalah kemampuan melakukan Gerakan
meniru model yan di contohkan. Gerakan terbiasa (Mechanism) adalah kemampuan
melakukan Gerakan tanpa ada model contoh. Kemampuan dicapai karena Latihan
berulang – ulang sehingga menjadi kebiasaan. Gerakan kompleks (adaptation)
kemampuan melakukan dengan cara, urutan dan irama yang tepat. Kreativitas
(Origination) adalaha kemampuan menciptakan Gerakan – Gerakan yang tidak ada
menjadi kombinasi Gerakan baru yang orisinal, setiap proses belajar menghasilkan
perubahan tingkah laku, namun tidak setiap perubahan perilaku melakukan hasi belajar.
Perubhaan perilaku yang bukan hasil belajar seperti berikut ini:
a) Perubahan perilaku karena pengaruh obat bukan hasil belajar. Misalkan
pada awalnya anda adalah seseorang pemalu dan penakut. Setiap anda
bertemu dengan seseorang bosa tau pimpinan anda atau anda bertemu
dengan seseorang yang anda cintai, Anda selalu memilki perasaan malu,
nah untuk menghilangkan rasa takut dan malu ini Anda meminum pil
tertentu, dan hasilnya anda menjadi pemberani, perasaan malu dan takut
hilang gara – gara meminum obat tertentu. Perubahan perilaku semacam
ini jelas bukan hasil belajar,akan tetapi karena pengaruh obat, manakala
mengaruh obat hilang, maka anda akan menjadi penakut dan pemalu
seperti sebelumnya. Anda meminum pil tadi, jadi jelas perubahan
perilaku karena pengaruh obat bukan perilaku hasil belajar.
b) Perubahan perilaku karena kematangan. Apakah kemampuan anda
berjalan, kemampuan berbicara, kemampuan makan dan minum adalah
hasil belajar? Ya tentu ukan. Kemampuan – kemmapuan semacam itu
adalah pengaruh kematangan, manakala anda sudah saatnya dapat
melalkuakn hal semacam itu, biarpun anda akan dapat melakukannya.
Misalkan seorang bayi, biarpun dia dilatih untuk bisa berjalan, maka
tentu ia tidak akan bisa karena ia belum matang untuk melakukannya,
namun manakala ia sudah matang walaupun tanpa diajar dan dilatih tentu
ia akan dapat melakukannya Tapi, bagaimana kemampuan seseorang
berjalan indah, berbicara halus, kemampuan sebagai hasil belajar.
c) Perubahan perilaku karena suatu penyakit. Misalnya seorang teman anda
adalah orang yang brilian, ia orang yang aktif dan lain sebagainya. Pada
suatu saat teman anda ini mendapatkan kabar bahwa ibunya meninggal
dunia, atau ayahnya sakit keras hinggga dirawat dirumah sakit. Apa yang
akan terjadi? Apakah teman and akan menampilkan perilaku aktifnya?
Tentu tidak, ia tidak akan seaktif dan seriang selama ini. Teman anda
mungkin untuk beberapa saat akan menampilkan perilaku yang
berbeda.ia akan menjadi murung. Tidak bergairah dan lain sebagainya.
Perubahan perilaku seperti ini tentu bukan hasilbelajar akan tetapi karena
penyakit psikologis.
d) Perubahan perilaku karena pertumbuhan jasmani. Coba anda perhatikan
perilaku seseorang yang menginjak masa remaja, akan menampakan
perilaku – perilaku yang berbeda dengan masa sebelumnya. Misalkan
seorang lelaki yang menginjak masa remaja tiba – tiba suaranya berubah
seiring tumbuhnya jakun yang semakin membesar.

Dari penjelasan diatas, maka yakin bagi kita tidak semua perubahan
dalam diri seseorang merupakan hasil belajar. Menurut Gagne sebagai
suatu proses ada delapan tipe perbuatan belajar dari mulai perbuatan
belajar yang sederhana sampai perbuatan belajar yang sederhana saampai
perbuatan belajar yang kompleks, yakni:
1) Belajar signal, bentuk belajar ini paling sederhana yakni memberikan
reaksi terhadap perangsang, misalnya reaksi jantung kita
berdebarketika mendengar suatu gemuruh Guntur. Contoh lainadalah
ketika muncul perilaku guru matematikayang galak dan tidak
menyenangkan sebagai perangsang yang dapat menimbulkan reaksi
siswa yang tidak menyenangi mata pelajaran tersebut.
2) Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan, yang membaerikan
reaksiyang berulang – ulang manakala terjadi reinforcement atau
penguatan. Misalnya ketika guru memberikan penguatan kepada
setiap siswa yang berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan, maka
perilaku tersebut akan terus diulangi oleh siswa.
3) Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar menghubung –
hubungkan kesatuan (rangkaian) yang berarti. Misalnya belajar
mengoperasikan computer. Pertama siswa menekan tombol power,
menunggu sampai tampilan dilayar monitor, kemudian menggerakan
kursor dengan mouse untuk memilih menu, membuka fie, mengetik
atau memasukan data, menyimpan dan keluar dri menu utama.
4) Belajar sosial verba, yaitu memberikan reaksi dalam bentuk kata –
kata, Bahasa, terhadap perangsang, yang diterimanya. Misalnya guru
bertanya “coba sebutkan struktur kalimat dalam bentuk present
continunous tense? “siswa menjawab “Subjek di tambah be tambah
verb ditambah ing ditambah objek’ berikan contoh! “Kata Guru, “I
am going to the market”.
5) Belajarmembedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi
yang berbeda terhadap perangsang ayng diterimanya. Misalnya,
kemampuan untuk dapat menyebutkan jenis dari sesuatu klasifikasi
atau rumpun berdasarkan karakteristik tertentu.
6) Belajar konsep, yaitu menempatkan objek menjadi satu klkasifikasi
tertentu. Kemampuan jonsep berhubungan dengan kemampuan
menjelaskan sesuatu berdasarkan atribut yang dimilikinya. Misalnya
konsep manusia, anjing, kera merupakan binatang menyusui,. Motor,
mobil, helicak, kereta apimerupakan alat transfortasi darat.
7) Belajar kaidah atau belajar prinsip, yaitu menghubung – hubungkan
beberapa konsep. Misalnya setiap makhluk hidup membutuhkan
makanan. Pencampuran akan dapat dipercepat dengan cara
pengadukan.
8) Belajar memecahkan masalah yaitu, menggambungkan beberapa
kaidah atau prinsip untuk memecahkan persoalan. Misalkan
kemampuan untuk melakukan fermentasi.

Menurut (Sanjaya, 2007) kedelapan tipe belajar diatas tersusun secara hiararki
yang memberikan petunjuk bagaiaman perbuatan belajar itu dilakukan, atau bagaimana
terjadinya perbuatan belajar, bukan petunjuk mengenal hasil belajar yang harus dicapai.

Hasil belajar siswa merupakan salah satu tujuan dari proses pembelajaran di
sekolah, untuk itu seseorang guru perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode
mengajar, serta dipraktekan pada saat mengajar. Untuk menghasilkan prestasi hasil
belajar sisswa yang tinggi, guru dituntut untuk mendidik dan menjar isswa dengan
menggunakan metode pembelajaran yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran
dikelas (Nasution,2014)
Dari berbagai uraian diatas tentang hasilbelajar maka dapat diantesiskan bahwa
hasil belajar adalah perubahan – perubahan yang terjadi pada siswa yang menyangkut
perubahan nilai sikap, perubahan keterampilan, dan perubahan dalam pengetahu.
Perubahanyang terjadi sebagai hasil belajar haruslah merupakan perubahan yang
bersifat positif dalam membangun. Adapun faktor dari dalam dirinya sendiri, seperti
motivasi belajar dan kemampuan yang siswa miliki. Faktor dari dalam dirinya ini
memiliki andil yang sangat besar terhadap hasil belajar yang dicapai, karena pada
hakikatnya hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku individu yang disadari dan
upayakan keberhasilannya.

b. Penilaian Hasil Belajar

Dalam dunia pendidikan, khusunya dunia persekolahan penilaian hasil belajar


memiliki makna yang penting baik bagi siswa, guru, maupun sekolah. Adapun makna
penilaian hasil belajar bagi ketiga pihak tersebut adalah:

1) Makna bagi siswa, siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil
mengikuti pelajaran yang disajikan oleh guru. Hasil yang diperbolehkan oleh
siswa dari penilaian hasil belajar ini ada dua kemungkinan yaitu a)
memuaskan, jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan dan hasil itu
menyenangkan, tentukepuasan itu ingin diperolehnya lagi pada kesempatan
lain waktu. Akibatnya siswa akan memilki motivasi yang cukup besar untuk
belajar lebih giat. b) tidak memuaskan, jika siswa tidak puas dengan hasil yang
diperoleh, ia akan berubahan agar keadaan itu tidak terjadi lagi. Namun bagi
siswa yang lemah kemauannya ia akan putus asa dengan hasil kurang
memuaskan yang telah diterimanya.
2) Makna bagi guru, guru akan dapat mengetahui siswa – siswa mana yang
berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) kompetensi yang diharapkan maupun mengetahui
siswa – siswa yang belum berhasil mencapai KKM kompetensi yang
diharapkan. Dengan petunjuk ini guru dapat lebih memusatkan perhatiaanya
kepada siswa – siswa yang belum berhasil mencapai KKM kompetensi yang di
harapkan. Guru juga dapat mengetahui apakah pengalaman belajar (materi
pelajaran) yang disajikan sudah tepat bagi siswa sehingga untuk kegiatan
pembelajaran di waktu yang akan datang tidak perlu diadakan perubahan.
Selain itu berdasarkan hasil penilaian yang diperoleh, guru akan dapat
mengetahui apakah strategi pembelajaranyang diperoleh, guru akan dapat
mengetahui apakah strastegi pembelajaran yang digunakan sudah tepat atau
belum. Jika apakah strategi pembelajaran yang tepat atau belum. Jika Sebagian
besar siswa memperoleh hasil penilaian yang kurang baik maupun jelek pada
penilaian yang didakan, mungkin hal itu disebabkan oleh strategi atau metode
pelajarn yang kurang tepat. Apabila demikian halnya, guru harus intropeksi diri
dan mencoba mencari strategi lain dalam kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan.
3) Makanan bagi sekolah, hasil belajar siswa merupakan cermin kualitas suatu
sekolah, informasihasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat
digunakan sebagai pedomaan bagi sekolah untuk mengetahui apakah yang
dilakukan sekolah sudah memenuhi standar pendidikan sebagai mana dituntut
Standar Nasional Pendidikan (SNP) atau belum. Pemernuhan berbagai standar
akan terlihat dari bagus hasil penilaian belajar siswa. Informasi hasil belajar
yang diperoleh dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi sekolah untuk
Menyusun berbagai program pendidikan di sekolah untuk masa – masa yang
akan datang (Putro, 2016)

C. Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

IPA merupakan ilmu yang terkontruksi secara personal dan sosial berlandaskan
pendekatan kontruktivisme. Pembelajaran IPA memerlukan ketempatan yang luas bagi
peserta didik untuk melakukan dan mengkontruksi sains seoptimal mungkin sesuai
dengan kapasitas mereka masing – masing dengan memanfaatkan iklim kolaboratif
didalam kelas. Disinilah peran guru sangat viral untuk mendapat mengelola proses
pembelajaran IPA dengan baik. Dalam perspektif kontruktivisme belajar itu sebagai
proses perubahan konsepsi. Karena belajar dipandang sebagai perubahan konsepsi,
maka dapat dikatakan belajar merupakan suatu kegiatan yang rasional. Belajar hanya
akan terjadiapabila seseorang mengubah atau keinginan mengubah pikirannya (West&
Pines, 1985 211-214). Dalan perubahan konsepsi siswadipandang sebagai pemroses
pengalaman daninformasi, bukan hanya sebagai tempat penampung pengalaman dan
informasi. Jadi belajar sebagaikegiatan yang rasional, maksudnya adalah belajar itu apa
yang dilakukan oleh seseorang terhadap ide atau gagasan yang telah dimilikinya
(Suliatyowati, 2014). IPA (sains) merupakan upaya yang dilakukan manusia secara
sistematik, terorganisasi, dan terstruktur sebagai proses kratif yang didiorong oleh rasa
ingin tahu, keteguhan hati dan ketekunan yang dapat diulang kembali oleh orang lain
secara berulang – ulang dan hasilnya adalah penjelasan tentang rahasian alam yang
diunggapkan dalam bentuk fakta – fakta, definisi, konsep – konsep, prinsip – prinsip
dan teori ilmiah.

Pada hakikatnya belajar IPA meliputi tiga unsur utama yaitu:

1) Sikap; rasa ingin tau tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, hubungan
sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui
prosedur yang benar: IPA (sains) bersifat open ended.
2) Proses; prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, metode ilmiah
meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan,
evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpilan.
3) Produk: berupa fakta, konsep, prinsip, teori, dan hukum aplikasinya adalah
berupa penerapan metode ilmiah dalam kehidupan segari – hari.

Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut KTSP, yaitu: (1) memperoleh


keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan,
keindahan, keteraturan alam ciptaan – Nya (2) mengembangkan pengetahuan
dan pemahaman konsep – konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari – hari (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif
dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi dan masyarakat (4) mengembangkan keterampilan proses
untuk menyelidikialam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
(5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu
ciptaan Tuhan, dan (6) memperoleh bekal pengetahun, konsep dan keterampilan
IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTS (Depdiknas
2006).

Dari uraian diatas maka dapat disistensikan bahwa dalam usaha


mengembangkan kualitas pembelajaran IPA maka para pendidikan (guru) dapat
mengembangkan berbagai model pembelajaran, dalam penelitian ini model
pembelajaran yang diterapkan adalah group investigasi dan model kontekstual
tipe inkuiri terbimbing, Terdapat beberapa hal yang perlu ditingkatkan dalam
upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPA diantaranya, peranan aktif
siswaa dapat baik dalam proses belajar didalam kelas maupu informasi yang
siswa dapat secara mandiri (buku, internet, permasalahan nyata dll), siswa diberi
ruang yangluas untuk dapat mendiskusikan ide – ide dan gagasannya baik
dengan cara berdialog dengan guru maupun berdiskusikan ide – ide dan
gagasannya baik dengan cara berdialog dengan guru maupun berdiskusi dengan
teman dikelasnya. Hal ini diharapkan akan dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kritis dan pengembangan konsep IPA para siswa.

2.1.2 Model Pembelajaran Group Investigasi (GI)

a. Pengertian Model Pembelajaran Group Investigasi (GI)

Group Investigasi adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada


pilihan dan control siswa dari pada menerapkan teknik – teknik dan pengajaran diruang
kelas. Pendidik menerapkan dapat mengembangakan model pembelajaran sesuai dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pecampaian seluruh kompetensi dasar
perilaku terpuji dapat dilakukan tidak beraturan. Peran semua unsur sekolah, orang tua
siswa, dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian
tujuan Pendidikan (Maesaroh, 2014)
Dalam group investigasi (Huda, 2011), siswa sejak perencanaan apa yang ingin
dipelajari dan diinvestigasi. Model ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam
menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. (Moniaga,
2013). Model ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group proses skill).

Menurut (Amalia, 2017) proses pembelajaran daam kelas masih banyak


menuntut siswa untuk menghafalkan informasi, otak siswa dipaksa hanya untuk
mengingat atau menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami
informasi yang diperoleh untuk menghubungkannya dengan situasi dalam kehidupan
sehari – hari. Siswa tidak dilibatkan langsung dalam konteks pembelajaran yang
sesungguhnya sehingga terjadi kemonotonan dalam pencapaian materi.

Menurut (Kristanto,2015) proses pembelajaran dalam kelas masih banyak


menuntut siswa untuk menghafalkan berbagai informasi, otaknya di paksa mengingat
dan menimbun informasi tersebut dalam kehidupan sehari – hari. Pembelajaram
seharusnya lebih bermakna yaitu dengan siswa membanguna konsep yang ada dalam
dirinya dengan melakukan proses asosiasi terhadap pengalaman dan fenomena –
fenomena yang mereka jumpai. Keberhasilan dunia pendidikan tidak terlepas dari
penggunaan merode pembelajaran. Metode pembelajaran (Instruction methood)
merupakan akumulasi konsep – konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar
(Learning). Kedunya merupakan perpaduan dalam sistem pembelajaran yang
melibatkan siswa, tujuan, materi, fasilitas, prosedur, alat atau media yang digunakan.
Arti penting dsri metode pembelajaran yang berhasil dalam didalam mewujudkan tujuan
pendidikan adalah pembelajaran yang modern dan konvesional (Dewi,2018).

Menurut (Hasanah,2016) proses diatas berusaha mengintraskan proses berpikir


seseorang hingga saat menerima atau memperoleh informasi dari orang lain maka dia
hanya mwenerima informasi sevara aktif pasif saja melainkam dia mengevaluasi
kebenarannya terlebih dahulu. Hal ini dapat diterapka disekolah adsar asalkan suasana
pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir
kritis siswa. Oleh karenaitu diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat
mengaktifkan siswa dan membuat pembelajaran menjadi aktif. Konkkret dan
menyenangkan

b. Langkah – langkah Metode Group Investigasi (GI)

Dalam group investigasipar murid bekerja dalam enam tahap. Guru tentunya perlu
mengadaptasikan pendoman – pedoman ini dengan latar belakang, umurdan
kemampuan para murid, sama halnya seperti penekanan waktu, tetapi pedoman –
pedoman ini cukup bersifat umum untuk dapat diaplikasikan dalam skala kondisi kelas
yang luas (Slavin, 2005). Enam tahap group investigasi sebagai berikut:

Tahap I: Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid ke dalam kelompok

a) Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan


mengkategorikan saran – saran.
b) Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah
mereka pilih.
c) Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat
heterogeny.
d) Guru membantu dalam menggumpulkan informasi dan memfasilitasi
pengarturan.

Tahap II: Merencanakan tugas yang akan dipelajari. Para siswa merencanakan
bersama mengenai: apa yang kita pelajari, bagaimana kita mempelajarinya, siapa
melakukan apa (pembagian tugas), untuk tujuan atau kepentingan apa kita
menginvestigasi topik ini.

Tahap III: Melakukan Investigasi


a) Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat
kesimpulan
b) Tiap anggotan kelompok berkontribusi untuk usaha – usaha yang dilakukan
kelompoknya
c) Para siswa saling bertukar, derdiskusi, mengklarifikasi, dan mensistesis
semua gagasan.
Tahap IV: Menyiapkan Laporan Akhir
a) Anggota kelompok menentukan pesan – pesan esensial dari proyek
mereka.
b) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan
bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka
c) Wakil – wakil kelompok membentuksebuah panitia acara untuk
mengkoordinasi rencana -rencana presentasi.

Tahap V: mempresentasikan Laporan Akhir

a) peresentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam


bentuk.
b) Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara
aktif.
c) Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan
presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh
seluruh anggota kelas.

Tahap VI: Evaluasi

a) Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut,


mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan
pengalaman – pengalaman mereka.
b) Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasikan pembelajaran siswa.
c) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasikan pemikiran paling tinggi.

Adapun beberapa kendala dalam model pembelajaran kooperatif menurut


(Asmani,2017) sebagai berikut:

a) Guru tidak responsif: sikap mental guru menjadi hal yang paling krusial
dalam melakukan semua perubahan. Perubahan apapun dalam dunia
pendidikan tidak akan berfungssi jika mentalitas dan paradigma berpikir
guru masih tradisional, terpatri pola lama, dan sulit menerima perubahan.
b) Keaktifan: Trondike mengemukakan bahwa keaktifan siswa dalam belajar
memerlukan adanya berbagai Latihan.
c) Keterlibatan langsung/berpengalaman: Edgar Dale mengemukakan bahwa
belajar paling baik adalah melalui pengalaman langsung.
d) Pengulangan menurut teori psikologi daya melatih daya – daya yang dimiliki
manusia, yaitu terdiri atas kemampuan mengamati, menanggapi, mengingat,
mengkhayal, merasakan, berpikir dan sebagainya.
e) Tantangan dalam teori meda (Field theory), Kurt Lewin, mengemukakan
bahwa sistem pada situasi belajar beradadi dalam suatu medan atau lapangan
psikologis. Pada situasu ini siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin
dicapai, tetaoi selalu adahambatan saat mempelajari bahan belajarnya

c. Kelebihan dan Kekurangn Model Group Investigasi (GI)

Pembelajaran yang menggunakan pendekatan kelompok penyelidikan group investigasi


memiliki kelebihan dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan pendekata
struktural (Trianto,2009) Berikut keunggulan pembelajaran group investigasi:

Menurut (Andrini,2016), based on the phemenon that oftem occurs during the process
of learning activies, lack of student learning outcomes arevery concert. To that end, the
sudy on improving student learning outcomes through inquiry learning method be
interesting to do astudy. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan kelompok
penyelidikan group investigasi memiliki kelebihan dibandingkan dengan pembelajaran
yang menggunakan pendekata structural

Keunggulan pembelajaran group investigasi (GI)

Tabel 2.2 Keunggulan pembelajaran group investigasi (GI)

Pendekatam Unsur Group Investigasi (GI) Pendekatan Struktural


Tujuan Kognitif Informasi akademik Informasi akademik
tingkat tinggidan sederhana
keterampilan inkuiri
Tujuan kelompok Kelompok belajar
Bervariasi berdua, bertiga,
homogen dengan 5 – 6 kelompok dengan 4 -5
orang orang anggota
Pemilihan topic Biasanya siswa Biasanya guru
Tugas utama Siswa menyelesaikan tugasSiswa mengajarkan tugas
kelompok – tugas yang diberikan
baim sosial maupun
kognitif
Penilaian Menyelesaikan proyek dan Bervariasi
membuat laporan, dapat
menggunakan tes essay
Pengakuan Lembaran pengakuan dan Bervariasi
publikasi lain

Kelebihan lain dari model group investigasi yaitu:

a) Secara pribadi, dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas, memberikan
semangat untuk berinisiatif kreatif, dan aktif, rasa percaya diri dapat lebih
meningkat, dapat belajar untuk memecahkan dana menangani suatu masalah,
mengembangkan antusiasme dan rasa pada fisik
b) Secara sosial, meningkatkan belajar bekerja sam, belajar berkomunikasi baik
dengan teman sendiri maupun guru, belajar menghargai pendapat orang lain,
meningkatkan secara sistematis, belajar menghargai pendapat orang lain,
meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan.
c) Secara akademis, siswa terlatih untuk mempertanggung jawabkan jawaban yang
diberikan, bekerja secara sistematis, mengembangkan dan melatih keterampilan
fisik dalam berbagai bidang, merencanakan dan mengorginasikan pekerjaanya,
mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat, selalu berpikir tentang cara
atau strategi yang digunakan sehingga didapat suatu keismpulan yang berlaku
umum (Sholmin, 2014)

Adapun beberapa kendala dalam model pembelajaran group investigasi sebagai


berikut:
a) Guru tidak respontif sikap mental guru menjadi hal yang paling krusial daam
melakukan semua perubahan. Perubahan apapun dalam dunia pendidikan
tidak akan berfungsi jika mentalitas dan paradigma berpikir guru masih
tradisional, terpatri pola lama, dan sulit menerima perubahan.
b) Keaktifan: Trondike mengemukakan bahwa keaaktifan siswa dalam belajar
memerlukan adanya berbagai Latihan.
c) Keterlibatan langsung/ berpengalaman: Edgar Dale mengemukakan bahwa
belajaryang paling baik adalah melalui pengalaman langsung.
d) Pengulangan: menurut teori psikologi daya melatih daya – daya yang
dimiliki manusia, yaitu terdiri atas kemampuan mengamati, menanggapi,
mengingatkan pengulangan, maka berbagai daya atau kemampuan tersebut
akan berkembang.
e) Tantangan: dalam teori medan(field theory), Kurt Lewin, mengemukakan
bahwa sistem pada situasi belajar berada didalam suatu medan atau lapangan
psikologis. Pada situasi ini siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin
dicapai, tetapi selalu ada hambatan saat mempelajari bahan belajar

d. Tujuan Model Group Investigasi (GI)

Pembelajaran dengan model group investigasi menjamin siswa lebih memiliki


peran yang sentral dan berperan aktif dalam kegiatan pembeajaran. Siswa menjadi lebih
mandiri dalam mencari fakta dan data melalui kegiatan penyelidikan yang dapat siswa
gunakan untuk membuat sebuah kesimpulan.

Model pembelajaran group investigasi mendorong siswa untuk belajar lebih


aktif, siswa dituntut untuk selalu berfikir tentang permasalahan dan mereka mencari
sendiri jawaban dari permasalahan tersebut. Dengan demikian siswa dilatih untuk
mengembangkan keterampilan berpikirnya dan melatih keterampilan pengetahuannya,
sehingga pengetahuan dan pengalaman belajarnya akan lebih bermakna.

2.1.3 Model Pembelajaran Inkuiri

a. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri


Model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu model yang dapat mendorong
sisww untuk aktif dalam pembelajaran. Kunandar menyatakan bahwa pembelajaran
inkuiiri adalah kegiatan pembelajaran dimana siswa didorong untuk belajar melalui
keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep – konsep dan prinsip – prinsip, dan
guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang
memungkinkan siswa menemukan prinsip – prinsip untuk diri mereka sendiri. Lebih
lanjut Wina menyatakan bahwa strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dana analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan
(Wisudawati, 2014). Pembelajaran inkuiri sangat menonjolkan keaktifan siswa sedang
kan guru hanya memberikan motivasi dan arahan. Model inkuiri adalah metode yang
mampu menggiring peserat didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama
belajar.

Inkuiri menempatkan peserta didik sebagai sumber belajar yang aktif


(Shoimin,2014) Gulo menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkayan kegiatan
belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Adang Heriawan,2012). Suatu
pembelajaran umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model – model
pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan
rumpun – rumpun pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana seseorang
berpikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara – cara mengolah informasi.

Pernyataan diatas menunjukan bahwa inti dari berpikir yang baik adalah
kemampuan untuk belajar dalam situasi berpikir. Dengan demikian, hal ini dapat
diimplementasikan bahwa kepala siswa hendaknya diajarkan bagaimana belajar yang
meliputi apa yang diajarkan, bagaimana hal itu diajarkan, jenis kondisi belajar, dan
memperoleh pandangan baru. Salah yang termaksud dalam model pemrosesan informasi
adalah model pembelajaran inkuiri (Trianto,2009)
Dari berbagai definisi tersebut, dapat disintesiskan bahwa pembelajaran inkuiri
adalah pembelajaran yang menekankan pada bagaimana pendidik (guru) menempatkan
siswa pada lingkungan yang mengharuskan siswa belajar secara aktif, mengemukakan
semua pemikiran dan ide – ide, memunculkan pertanyaan – pertanyaan dan masalah dan
mendorong siswa untuk melakukan penelitian atau eksperimen atau penyelidikan yang
memerikan motivasi pada para siswa, akan tetapi memberikan arahan dan bimbingan
agar siswa dapat menemukan jawaban secara ilmiah melalui kajian dan
penelitianilmiah.

Model pembelajaran inkuiri menurut (Toharudin, 2009) memiliki unsur yang


penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaanpembelajaraan IPA, yaitu:

1) Materi IPA yang dipelajari berhubungan dengan konteks masalah dan


fenomena yang dijumpai oleh peserat didik.
2) Masalah yang akan dipelajari harus sesuai dengan kenyataan dan update.
3) Material yang akan digunakan tersedia, misalnya alat – alat gelas untuk tiga
dimensi, alat – alat praktikum fisika atau KIT praktikum.
4) Pola Pertanyaan yang diajukan oleh guru oleh pengarahan harus fokus.
5) Pola pertanyaan peserta didik untuk merumuskan masalah harus sesuai.
6) Perumusan masalah dan hipotesis yang diajukan peserta didik harus
diperiksa oleh guru.
7) Data harus dikumpulkan dengan baik oleh peserta didik.
8) Mengoptimalkan nilai tanggung jawab dan rasa ingin tau (curiosity) pada
diri peserta didik ketika mengumpulkan data.
9) Dalam pengambilan keputusan harus tetap berpedoman pada konsep IPA
yang benar, jika diperlukan guru selalu membimbing.

Guna membatasi fokus masalah pada penelitian ini, maka peneliti memfokuskan
pada model inkuiri terbimbing, pada tahap ini siswa bekerja (bukan hanya duduk,
mendengarkan lalu menulis) untuk menemukan jawaban masalah yang dikemukakan
oleh guru di bawah bimbingan yang intensif dari guru. Tugas guru lebih “memancing”
siswa untuk melakukan sesuatu. Guru datang ke kelas dengan mebawa masalah untuk
dipecahkan oleh siswa, kemudian mereka dibimbing untuk menemukan cara terbaik
dalam memecahkan masalah tersebut, Orlich et,al (1998) menyatakan ada beberapa
karakteristik dari inkuiri terbimbing yang perlu diperhatikan yaitu:

1) Siswa mengembangkan kemampuan berpikir melalui observasi sepsifik


hingga membuat inferensi atau generalisasi.
2) Sasaran adalah mempelajari proses mengamati kejadian atau objek kemudia
Menyusun generalisasi yang sesuai.
3) Guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran misalnya kejadian, data,
materi, dan berperan sebagai pemimpin kelas
4) Tiap – tiap siswa berusaha untuk membangun pola yang bermakna
berdasarkan hasil observasi di dalam kelas
5) Kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran
6) Biasanya sejumlah generalisasi tertentu akan diperoleh dari siswa
7) Guru memotivasi semua siswa untuk mengkomunikasikan hasil
generalisasinya agar dimanfaatkan Oleh seluruh siswa di dalam kelas.

b. Langkah – Langkah Model Inkuiri

Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasikan dari


tahapan pelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak sebagai berikut:

Tabel 2.3 Tahap Pembelajaran Inkuiri

No Fase Perilaku Guru


1. Menyajikan pertanyaan atau Guru membimbing siswa
masalah mengidentifikasikan masalah dan
masalah dituliskan dipapan tulis.
Guru membagikan siswa dalam
kelompok.
2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk curah pendapat
dalam membentuk hipotesis yang
relevan dengan permasalahan dan
memprioritaskan hipotesis mana
yang menjadi prioritas penyelidikan
3. Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada
siswa untuk menentukan langkah –
langkah yang sesuai dengan
hipotesis yang akan dilakukan. Guru
membimbing siswa mengurutkan
langkah – langkah percobaan
4. Melakukan percobaan untuk Guru membimbing siswa
memperoleh informasi mendapatkan informasi melalui
percobaan
5. Mengumpulkan dan menganalisis Guru memberi kesempatan pada tiap
data kelompok untuk menyampaikan
hasil pengolahan data yang
terkumpul
6. Membuat kesimpulan Guru mebimbing siswa dalam
membuat kesimpulan

c. Tujuan Model Inkuiri

Tujuan dari model pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan


berpikir secara sistematis, logis, kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual
sebagai bagian dari proses mental. Dengan siswa tak hanya dituntut untuk menguasai
materi pelajaran, akan tetapi lebih kepada bagaimaan mereka dapat menggunakan
potensi yang dimilikinya untuk lebih mengembangkan pemahamanya terhadap materi
pelajaran tertentu. Strategi merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang
berpusat dan berorientasi pada siswa. Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini
siswa memegang peran yang sangat dominan selam proses belajar mengajar
berlangsung.

Dengan demikian model pembelajaran inkuiri sangat bermanfaat, baik untuk siswa
maupun guru jika dipergunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Berikut adalah
tabel yang menunjukan rangakaian kegiatandan manfaat dari keterlibatkan siswa dan
guru terhadap 4 aspek pokok dalam pembelajaran berbasis inkuiri:
Tabel 2.4 Rangkaian Kegiatan dan Manfaat dari keterlibatan siswa dan Guru dalam
Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Jenis Kegiatan Ketika Siswa terlibat Ketika guru terlibat dalam


dalam tahap inkuiri ini, tahap inkuiri ini, mereka
mereka akan mampu akan mampu untuk
untuk
A. Fokus pembelajaran . Memperhatikan, . Menghargai pendapat
menentukan focus, penasaran, dan siswa
pertanyaan dan topk mengajukan pertanyaan . Memahami pola pikir
untuk inkuiri tentang suatu topik materi siswa
yang belum . Mendengarkan dan
dimengerjakan berdiolog dengan siswa
. Menyampaikan pendapat tentang ketertarikan,
mereka baik kepada teman keinginan kebutuhan
sekelas maupun guru siswa terkait materi
. Berdiskusi tentang cara – pembelajaran.
cara lain yang dapat . Mengandeng siswa untuk
dilakukan untuk berpikir lebih jauh
mengetahui lebih banyak . Mengidentifikasi fokus
tentang suatu materi bahasan
tertentu . Berdiskusi dengan siswa
. Mengulas pertanyaan, tentang cara – cara
B. Pola komunikasi membuat perkiraan mempelajari suatu materi
dialog, tentang jawaban atau hasil . Memberikan waktu lebih
mendiskusikan dari proses pembelajaran banyak kepada siswa
pemikiran, refleksi yang sedang dijalani untuk mengungkapkan
pendapat

. Mempasilitasi diskusi
. Menyusun cara untuk siswa
menyampaikan pendapat . membantu siswa untuk
. Mengenali hubungan mengenali pilihan,
antara terori dan temuan – perbedaan dan tingkat
temuan terbaru pemahaman atas suatu
. Menjawab atau topik terntentu
menjelaskan maksud . Menguji dan
suatu pernyataan memperkaya pengetahuan
. Menyusun pertanyaan siswa atas suatu hal
yang lebih mendalam . Memberi kesempatan
untuk diselidiki kepada siswa untuk
. Menciptakan menunjukan kemajuan
kesempatan untuk secara dalam belajar
bersama – sama . mengevaluasi proses
C. Eksplorasi menikmati proses belajar belajar siswa sesuai
mengumpulkan . Melanjutkan refleksi dengan ekspektasi
informasi dan tentang “apa”, kurikulum
membangun “mengapa”, dan . Bersama siswa,
hipotesis “bagaimana” merencanakan untuk
pembelajaran ini melakukan hal- hal lain
berlangsung yang lebih menyenangkan
untuk mendapat
pengetahuan tambahan
atas materi pembelajaran
tertentu
. Membantu siswa
memahami informasi yang
. Mengumpulkan akan dengan pemahaman
informasi Sebanyak yang lebih mendalam.
D. Analisa merangkum banyaknya untuk
informasi, kemudian ditelaah . Memperluas pemikiran
menentukanpoin – . Menghubungkan siswa dengan pertanyaan
poin penting dan pemikiran – pemikiran yang lebih tajam
membangun terbaru dengan pemikiran . Menguji pengetahuan
pembelajraan baru. terdahulu dan keyakinan siswa atas
. Memperjelas dan suatu hal
memperdalam bobot . Mendorong siswa untuk
pertanyaan menyamoaikan ide – ide
. Melakukan penelitian yang mereka punya
dan observasi yang lebih . Memberikan informasi
mendalam tambahan atas suatu
materi tenrtentu
. Memberi lebih banyak
kesempatan pada siswa
untuk melakukan kerja
kelompok
.Menggunakan informasi . Berdiskusi dengan siswa
yang telah dikumpulkan tentang kemungkinan
untuk menjawab perubahan pendapat
pertanyaan dan menguji . Memperkenalkan
hipotesis mereka konsep, proses dan
. Merangkum hipotesis keahlian dalam PBL
dan jawaban yang mereka . Melakukan observasi dan
temukan dalam diskusi menantang siswa untuk
. Mengumpulkan, mengajukan pertanyaan
membandingkan dan yang lebih berbobot
memilih informasi yang .Memberi lebih banyak
tersedia kesempatan pada siswa
. Mendiskusikan untuk mengembangkan
pemikiran mereka asesmen, baik secara
. Menggunakan informasi individu maupun dalam
yang ada untuk kelompok
membangun pertanyaan
yang lebih lanjut

d. Kelebihan dan Kekurangan Model Inkuiri

Ada banyak yang bisa dilakukan untuk mengetahui efektivitas inkuiri dalam proses
pembelajaran, salah satunya dengan mengamati ciri – cirinya. Berikut adalah ciri – ciri
yang dimaksud:

a) Strategi inkuiri menekankan kepada keaktifan siswa secara maksimal untuk


mencari dan menemukan. Artinya strategi menmpatkan siswa sebagai subjek
belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai
penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka
berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran yang disampaikan.
b) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Dengan demikian, strategi
pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan
tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktifitas pembelajaran
biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Oleh
karena itu kemampuan guru dalam penggunaan teknik dan siswa. Oleh karena
itu kemampuan guru dalam penggunaan teknik bertanya merupakan syarat
utama dalam melakukan inkuiri.
c) Tujuan dari stategi pembelajaran inkuiri adalah mengembankan kemampuan
berpikir seacar sistematis, logis, kritis, atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan kemampuan intelektual
sebagai bagisan mereka dapat menggunakan potensi yang dimiilkinyauntukn
lebih mengembangkan pemahamanya terhadap materi pelajaran tertentu. Startegi
merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berpusat dan beroirentasi
pada siswa. Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegang
peran yang sangat dominan selama peroses belajar mengajar berlangsung.
d) Pembelajaran berbasis inkuiri memberikan ruang sebebas – bebasnya kepada
siswa untuk menemukan cara belajarnya sendiri, berikut kelebihan dari model
pembelajaran inkuiri (Trianso, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif
Progresif, 2009)

1) Real life skill: Siswa belajar tentang hal – hal penting namun mudah
dilakukan, siswa didorong untuk melakukan bukan hanya duduk, diam dan
mendengarkan
2) Open ended topik : tema yang dipelajari tidak terbatas, bisa bersumber
dimana saja ; buku pelajaran, pengalaman siswa/ guru, internet, televisi,
radio, dan seterusny. Siswa akan belajar lebih banyak
3) Intuitif, imajinatif, inovatif: siswa belajar dengan mengerahkan seluruh
potensi yang mereka miliki, mulai dari kreativitas hingga imajinasi. Siswa
akan menjadi pelajar aktif, out of the box, siswa akan belajar karena mereka
membutuhkan, bukan sekedar kewajiban
4) Peluang melakukan penemuan: dengan berbagai obserpasi dan eksperimen,
siswa memiliki peluang besar untuk melakukan
5) Penemuan, siswa akan segera mendapat hasil dari materi atau topik yang
mereka pelajari

e. Perbedaan Antara Model Group Investigasi (GI) dan Modek Inkuiri Terbimbing

Tabel 2.5 Perbandingam sintakn Group Investigasi (GI) dan Inkurir Terbimbing

Fase Inkuiri Terbimbing Group Investigasi (GI)


1 Observasi untuk menemukan masalah (Guru Guru membentuk kelompok
menyajikan kejadian – kejadian atau fenomena Heterogen
yang memungkinkan siswa menemukan masalah)
2 Merumuskan masalah (Guru membimbing siswa Mengidentifikasi Topik (Pengarahan
merumuskan masalah penelitian berdasarkan grur tentang topik pembelajraan)
kejadian dan fenomena yang disajikan)
3 Merumuskan Hipotesis (Guru membimbing siswa Mengidentifikasi Investasi (Guru
untuk mengajukan hipotesis terhadap masalah membimbing dan memfasilitasi)
yang telah dirumuskan)
4 Merencanakan pemecahan masalah melallui Tiap Kelompok Mengidentivikasi
eksperimen atau cara lain (Guru membimbing Proyek Tertentu (Guru Membimbing
siswa untuk merencanakan pemecahan masalah, dan memfasilitasi)
membantu menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan dan Menyusun prosedur kerja yang
tepat)
5 Melaksanakan Eksperimen (Selama siswa bekerja, Pengolahan data, Penyajian Data
guru membimbing dan memfasilitasi) Hasil Investigasi (Guru menbantu
siswa mengorganisasikan Data)
6 Pengamatan dan Pengumpulan data (Guru Tiap kelompok mempresentasikan
membantu siswa melakukan pengamatan tentang Hasil Investigasi mereka (Guru
hal – hal yang penting dan membantu mengamati dengan cermat setiap
mengumpulkan dan mengorganisasi data) presentasi kelompok)

Group Investigasi sesuai untuk proyek – proyek studi yang terintegrasi yang berhubung
dengan hal – hal semacam penguasaan, analisis, dan mesistensikan informasi
sehubungan dengan upaya menyelesaikan masalah yang bersifat muliti – aspek. Inkuiri
memilki fokus utama yang menjadi titik tekan atau perhatian utama bukan terletak pada
solusi atau jawaban yang diberikan, tetapi pada pemetaan masalah dan kedalaman
pemahaman atas masalah yang diberikan, tetapi pada pemetaan masalah dan kedalamn
pemahaman atas masalah yang menghasilkan penyajian solusi atau jawaban yang valid
dan meyakinkan. Siswa bukan hanya mampu menjawab ‘apa’. Tetpai juga mengerti
‘mengapi’ dan ‘bagaimana’(Slavin 2005

1.4 Kemampuan Berpikir Kritis

Pengertian Berpikir Kritis

Berpikikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang
digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, pengambilan
keputusan, membunjuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi.
Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot
pendapat pribadi dan pendapat orang lain. Berpikir kritis adalah sebuah prosessistematis
yang memungkinkan siswa merumuskan dan mengevaluasi keyakina dan pendapat
mereka sendiri. Berpikir kritis adalah sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan
siswa mengevaluasi buku, asumsi, logika, dan Bahasa yang mendasari pernyataan orang
lain (Chanwong,2018)
Menurut (Mayasari, 2019) Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dan
menggunakan pendekatan scientific sebagai proses berpikir, dengan sistem
pembelajaran authentic (authentic instruction), implementasi kekuatan pendidikan
karakter kecakapan literasi, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah
keterampilan berpikir kritis (Critical thingking skills) Ilmu pengetahuan Alam (IPA)
adalah salah satu mata pelajaran yang mempraktikan sikap ilmiah. IPA di tingkat
sekolah dasar menekankan pentingnya siswa mengalami langsung materi yang
dipelajarinya, bukan mendengarkan dari guru saja.

Menurut (Samsudi,2019) “in this regard, Student Creativity Program, a


program developed by the Directorate of Learning and Student Affair under the
Ministry of Research, Technology, and Higher Education can be one of the means to
engance stidents critical thingking. The extracurricular nature of this program
encounrages stidents to think critically and be able to work in team and independenly
without the help of lectures”

Menurut (Restana, 2015) IPA (Sains) merupakan cara mencari tentang alam
secara sistematis untuk menguasasi pengetahuan, fakta – fakta, konsep konsep, prinsip –
prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Sains umumnya memiliki peran
penting dalam peningkata mutu pendidikan. Khusunya di dalam menghasilkan peserta
didik yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berpikir krisis, kreatifitas, logis dan
berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak
perkembangan sains dan teknologi. Hal ini berarti untuk mempelajari sains diperlukan
kemampuan atau kreativitas siswa agar dapat mempelajari sains dengan mudah.

Menurut (Yanti, 2017) model pembelajar Creative Problem Solving adalah suatu
model pembeljaran yang memusatkan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan
masalah, yang diiikuti dengan penguatan kreatifitas Model pembelajaran problem
solving sangat potensial untuk melatih siswa berpikir kreatif dalam menghadapi
berbagai masalah, baik itu masalah pribadi maupun masalah kelompok untuk
dipecahkan secara sendiri atau bersama – sama.
Pembelajaran dengan model pembelajaran creative problem solbing mengajak siswa
untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran yang dapat memacu siswa untuk aktif dalam
pemahamannya dan mengidentifikasi kesalahan dalam berpikirnya, sehingga siswa
mampu mengembangkan daya nalarnya secara kritis untuk memecahkan masalah yang
di hadapi. (Llyod 2010)

Menurut Slavin dalam (Clairin &Ama, 2018) made four steps that can be used
for cooperative learning TGT: (1 presentation of the class, (2 The formation of the
group (3 Games (4 Tournamen (5 a group Choice. This type of cooperative learning
TGT is expected to develop the ability to critically think with students, studnts do not
feel bored because the elemnt of play in them, es tabish cohesiveness among the
students because ther study droups and make students become more active in the
learning process.

Menurut (Ayu & Pudjawan,2015) Kemampuan berpikir kritis ini perlu dilatih
sejka dini pada siswa. Hal ini dikaenakan, berpikir kritis diperlukan dalam setiap
profesi, dan itu memungkinkan seseorang untuk menghadapi kenyataan dengan cara
yang wajar dan mandiri. Namun demikian, dalam proses pembelajaran belum banyak
guru yang menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa untuk berpikir
kritis hal ini terlibat. Hal ini terlihat dalam kegiatan belajarr mengajar guru menjelaskan
materi yang telah disipakna kemudia memberikan Latihan soal yang bersifat gafalam
materi.

Ketrampilan berpikir kiritis bukan merupakan suatu keterampilan yang dapat


berkembang dengan sendirinya seiring dengan perkembangan fisik manusia. Both
learning and thingking are the concepts which support and complete one another. Ehen
considered from this point of view, whereas learning style and critical thingking are the
cocepts jointly (Karakoc, 2016). Keterampilan ini harus dilatih melalui pemberian
stimulus yang menuntut seseorang untuk berpikir kritis. Sekolah sebagai suatu institusi
penyelanggara pendidikan memilki tanggung jawab untuk membantu siswanya
mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Salah satu cara untuk menciptakan
sumber daaya manusia yang kritis, kreatif serta mampu beradaptasi adalah melalui
pembelajaran IPA (Aji &Chamdani,2015)

Menurut (Brian & James, 2006) “Some define critical thingking as the process
of reasonably deciding what to believe and do defined critical thingking as “our active,
purposeful, and organized efforts to make sense of our wordly by carefully examining
our understanding , provided a much simpler definition, noting that critical thingking is
the “reasonable and reflective thingking that is focused on deciding what to believe or
do” adefinition offered by Rudd et al. states that “Critical thingking is ar reasoned,
purposive, and introspective approach to solving problems or addressing quaetions
with incomplete evidence and information, and for which an incontrovertible solution is
unkily”.

Berpikir kritis untuk menganalisis argument dan memunculkan wawasan


terhadap tiap – tiap makna dan interpresentasi, untuk mengembangkan pola penalaran
yang kohesif dan logis memahami asumsi dan bias yang mandasari tiap – tiap posisi.
Akhirnya dapat meberikan model presentasiyang dapat dipercaya (Tanwil,2013)

Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas merupakan salah satu kegiatan
pnting bagis siswa dan guru. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam
melakukan pembelajaran. Guru menjadi pemegang faktor utama penentu keberhasilan
kegiatan belajar mengajar, seperti yang ditegaskan dalam UU RI No. 20/2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir 1 menyatakan bahwa “ Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran”. Untuk itu, pembelajaran dikelas perlu didesain dengan melibatkan siswa
untuk belajar. Berbagai usaha dilakukan guru dengan tujuan bahwa materi pembelajaran
yang disampaikan oleh guru dapat dipahami dan dikuasai oleh anak didiknya (Walfajri
& Harjono, 2019)

Edward De Bono berpendapat bahwa berpikir kritis merupakan suatu


keterampilan dalam memilih mana yang bernilai dari sekian banyak gagasan atau
melakukan pertimbangan dari suatu kepurusan. Beberapa pendapat ahli tentangdefinisi
berpikir kritis diantaranya (Fisher, 2007): John Dewey, pertimbangan yang aktif,
Persistent (Terus – menerus), dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk
pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alas an – alas an yang
mendukungnya dan kesimpulan – kesimpulan lanjutan yang menjadi kecendrungannya.

1. Edward Glaser (1 suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah –
masalah dan hal – hal ysng berada dalam jangkauan pengalaman seseorang (2
pengetahuan tentang metode – metode pemeriksaan dan penalaran yang logis, (3
semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode – metode tersebut. Berpikir
kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan
asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan – kesimpulan kanjutan
yang diakibatkannya.
2. Robert Ennis, pemikiran yang masuk akal dan refleksitif yang berfokus untuk
memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan.
3. Richard Paul, metode berpikir mengenai ha, subtansi atau masalah apa saja dimana si
pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil
struktur- struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar -standar
intelektual padanya.
4. Alec Fisher, intervrentasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap
observasu dan komunikasi, informasi dan argumentasi.

Tabel 2.6 Proses dan Kata – kata Operasional Berpikir Kritis

Indikator Kata – kata Operasional Tahun


Memberikan Menganalisi pernyataan, mengajukan dan Ennis
penjelasan sederhana menjawab pertanyaan klasifikasi (1980)
Membangun Menilai kredibilitas suatu sumber, meneliti,
keterampilan dasar menilai hasil penelitian
Membuat inferensi Mereduksikan dan menilai deduksi, menginduksi
dan menilai hasil penilaian yang berharga.
Membuat penjelasan Mendefinisikan istilah, menilai deduksi,
lebih lanjut menginduksi dan menilai induksi, membuat dan
menilai penilaian yang berharga
Mengatur Strategi Memutuskan sebuah tindakan, berinteraksi
dan teknik dengan orang lain
Interpresentasi Memahami, mengekspresikan, menyampaikan, Fecione
signifikan dan mengklasifikasi makna (1990)
Analisis Mengidentifikassi, menganalisis
Evaluasi Menaksir pernyataan, representasi
menyimpulkan, merumuskan hipotesis,
mempertimbangkan
Inferensi Menyimpulkan merumuskan hipotesis,
mempertimbangkan
Penjelasan Menjustifikasi penalaran, mempresentasikan
penalaran.
Regulasi diri Menganalisis, mengevaluasi
Klasifikasi dasar Meneliti, mempelajari masalah, Hendri
mengidentifikasi, menelitihubungan – hubungan (1991)
Inferensi Mengakui dan mengemukakan sebuah ide
berdasarkan pada proposisi yang benar
Penilaian Membuat keputusan – keputusan evaluasi –
evaluasi dan kritik – kritik
Strategi – Strategi Menerapka solusi setelah pilihan atau keputusan
Identifikasi masalah Mengupayakan tindakan menarik minat dalam Garison
sebuah masalah
Definisi masalah Mendefinisikan Batasan – Batasan akhir dan alat (1992)

Dari uraian diatas dapat disintesiskan bahwa kemampuan berpikir kritis adalah
aktivitas berpikir yang memenuhi standar tertentu, jelas maksud dan tujuannya, relevan
dan logis atau masuk akal untuk mengevaluasi suatu kebenaran tentang suatu gagasan
atau hukum. Kemampuan berpikir kritis merupakan aktifis terampil yang bisa kita
lakukan dengan baik, karena kemampuan berpikir kritis yang baik akan mempengaruhi
standar intelektual dan cara mengevaluasi terhadap suatu informasi dan observasi.
Kemampuan berpikir kritis mengajarkan kit acara berasumsi yang baik, dengan kata lain
kemampuan berpikir kritis membuat kita mampu menarik sebuah kesimpulan tentang
masalah atau isu – isu yang dapat di percaya atau tidak

b. Karakteristik Kemampuan Berpikir Kritis

Elder mengungkapkan lima ciri seseorang yang memiliki keterampilan berpikir


kritis, yaitu: 1) dapat memunculkan pertanyaan dan masalah yang penting dan
merumuskannya dengan jelas dan tepat 2) mengumpulkan dan menilai informasi yang
relevan serta menggunakan ide – ide abstrak untuk menafsirkan secara efektif 3) dapat
menyimpulkan dan memberi solusi yang baik, dan mengujinya berdasarkan kriteria dan
standar yang relevan 4) memiliki keterbukaan pemikiran terhadap pemikiran,
pengakuan, dan nilai lain 5) dapat berkomunikasi secara efektitif dengan orang lain
untuk memecahkan masalah yang kompleks.

Sedangkan Edward mengungkapkan kemmapuan berpikir kritis sebagai berikut:


mengenal masalah – masalah itu, mengumpulkan dan Menyusun informasi yang
diperlukan, mengenal asumsi – asumsi dan nilai- nilai yangtidak dinyatakan,
memahami dan menggunakan Bahasa yang tepat, jelas, dan has, menganalisis data,
menilai fakta dan mengevaluasi pertanyaan – pertanyaan, mengenal adanya hubungan
yang logis anatar masalah – masalah, menarik kesimpulan – kesimpulan dan kesamaan
kesamaan yang diperlukan, menguji kesamaan kesamaan dan kesimpulan yang
seseorang ambil, Menyusun kembali pola -pola keyakinan seseorang berdasarkan
pengalaman yang lebih luas, membuat penilaian yang tepat tentanghal – hal kualitas
tertentu dalam kehidupan sehari hari.

2.1.5 Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Menurut (Juarsih,2014) karakteristik peserta didik adalah sebagai berikut:

a) Belum memiliki pribadi dewasa Susila sehinnnga menjadi tangggung jawab


pendidik (Guru)
b) Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya sehingga masih
menjadi menjaditanggung jawab pendidik.
c) Memiliki sifat sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu,
yaitu kebutuhan biologis, rohani, sosial, inteligensi
d) Emosi, kemampuan berbicara anggota tubuh untuk bekerja latar belakang sosial,
latar belakang biologis, serata perbedaan peserta didik

Perkembangan motoric pada fase atau usia sekolah (7-12 tahun), ditandai
dengan gerak atau aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini
merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berhubungan
dengan motoric, baik halusA maupun kasar, seperti dapat dikemukakan dalam
tabel berikut:
Tabel 2.7 Perkembangan Motorik Anak Usia Sekolah

Motorik Halus Motorik Kasar


Menulis Baris berbaris
Menggambar atau melukis Seni bela diri (Pencak silat dan
karate)
Mengetik atau computer Senam
Merupakan atau seperti membuat Berenang
Kerajinan tanah liat Berenang
Menjahit Atletik
Membuat kerajinan dari kertas Sepak bola

Pada usia SD khususnya dikelas tinggi (4,5,6) peserta didik mulai menyadari
bahwa pengungkapan emosi seacara kasar tidakla diterima, atau tidak disenangi oleh
orang lai. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontorol
ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperolehnya melalui peniruan dan
Latihan. Pekerbangan sosial peserat didik usia SD dapat ditandai dengan adanya
perluasan hubungan, ddisampingdengan para anggota keluarga, juga dengan adanya
perluasan hubungan, disamping dengan para angggota keluarga, juga dengan teman
sebaya, sehingga ruan gerak hubungannya bertambah luas. Pada usia ini peserta didik
mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri dari sikap berpusat kepada diri sendiri
(egosentris) kepada sikap bekerja sama (kooperatif) atau sosisentriis (mau
memperhatikan kepentingan orang lain).
2.2 Penelitian yang Relevan
1. Julimah (2020), dengan penelitian tentang “Penerapan Model Inkuiri Terbimbing
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Sikap Ilmiah Siswa
Daalam Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SDN Bengkulu Tengah” Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan aktivitas, kemampuan berpikir kritis, dan sikap
ilmiah sisiwa pembelajaran IPA penelitian mengindikasikan bahwa penerapan
model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
sikap ilmiah siswa Kelas V SDN 9 Bengkulu Tengah.
2. Dani Ramdani (2018) melalui penelitian tentang “Korelasi Antara Kemampuan
berpikir Kritis dengan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
kemampuan berpikir kritis dengan hasil belajar
3. Hasanah Uswatun (2016), dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model
pembelajaraan dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap hasil Belajar IPA Kelas
V Sekolah Daasar Kelurahan Menteng Jakarta Pusat” Tujuan penelitian iniadalah
untuk mengetahui pengaruhmodel pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
memberikan hasil yang baik untuk diterapkan kepada siswa.
4. Hani Nur’ Azizah (2016) melalui penelitian yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran dan Energi Bunyi bagi siswa Kelas V Sekolah Dasar Keluraha
Menteng Jakarta Pusat” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat memberikan hasil yang baik untuk
diterapkan kepada siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan
kemampuan berpikir kritis rendah
5. Dwi Setyowati (2015), dengan penelitian tentang “Hasil Belajar” Tema
Lingkungan dengan menggunakan model group Investigasi (GI) Siswa Kelas II Di
Sekolah Dasar” Hasil penelitian menunjukanbahwa dengan menunjukan metode
Group Investigasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu hasil
penelitian juga menunjukan adanya meningkatkan aktifitas guru dan siswa dalam
kegiatan pembelajaran.

2.3 Kerangka Berpikir

2.3.1 Perbedaan Hasil Belajar IPA antara Siswa yang belajar dengan Model
Pembelajaran Group Investigasi (GI) dan Inkuiri Terbimbing

Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai akibat
kegiatan pembelajaran bersifat non – fisik seperti perubahan sikap, pengetahuan
maupun kecakapan. Dari perubahan hasil belajar IPA tersebut diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar IPA pada materi memahami perubahan yang terjadi di alam
dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam sesuai dengan tujuan
pembelajaran yangbingin dicapai. Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran
pengetahuan melalui prose s mencari permasalahn dari materi yang guru sampaikan
secara aktif dan berusaha menemukan jawaban dari permasalahan tersebut. Hal ini
memungkinkan siswa dan memfasilitasi prosespembelajaran tersbut. Hal ini
memungkinkan siswa untuk dapat lebih mengembangkan kemampuannya baik kognitif,
afektif, dan psikomotorik secara lebih optimal. Agar hal semikian tercapai maka perlu
metode pembelajaran yang tepat yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran IPA
tersebut.

Model group investigasi adalah metode yang menuntut siswa terlibat dalam
perencanaan baik topik yang dipeljarai dan bagaiman jalannya penyelidikan.
Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit dari pada
pendekatan yang berpuat pada guru. Pendekatan ini juga memerlukan mengajar siswa
keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik (Trianto,2009)

Sedangkan model inkuiri terbimbing adalah metode pembelajaran yang


menuntut siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang
dikemukakan oleh guru dibawah bimbingan yang intensif dari guru, tugas guru lebih
seperti meemancing kelas berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran dimana siswa
mengembangkan kemampuan berpikir melalui mencari fakta – fakta dari setiap
permasalhan yang ditemukan. Melalui inkuiri siswa juga terlatih untuk mengembangkan
sikap – sikap ilmiah.

2.3.2 Pengaruh Interaksi Antara Penggunaan Metode pembelajaran Dan


Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Terhadap Hasil Belajar IPA

Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dapat memberikan hasil
belajar yang baik bagi siswa. Dalam pembelajaran IPA, model pembelajaram yang
digunakan adalah metode group investigasi dan model inkuiri terbimbing.

Hasil belajar siswa disekolah mencakup aspek atau ranah kompetensi pengetahuan,
sikap, dan keterampilan (Kogritif, afektif, dan psikomotorik) yang dilakukan secara
berimbang sehingga dapat dipergunakan untuk menentukan posisi rekatif setiap siswa
terhadap standar yang telah ditetapkan (Putro,2016) . pembelajaran IPA diharapkan
dapat menjadi sarana bagi siswa untuk dapat mempelajari dirinya sendiri sebagai
individu dan alam sekitar serta segala aspek kehidupan yang ada didalamnya Karena
pembelajaran IPA menekankan pada pembelajaran secara langsung, serta lebih lanjut
dapat menerapkannya dalam kediupan sehari – hari.

2.3.3 Perbedaan Hasil Hasil Belajar IPA antara Siswa yang Memiliki
Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi Siswa yang Memiliki Kemampuan Berpikir
Kritis Rendahyang Belajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Group
Investigasi (GI)

Model group investigasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa


aktif dalam menemukan fakta, data, dan informasi guru menemukan jawaban dari
sebuah permasalahan. Pada pembelajaran dengan model ini siswa dibagi kedalam
beberapa kelompok yang heterogeny (dari jenis kelamin dan kemampuan siswa),
kemudian siswa memilih topik permasalahan umum yang ditetapkan oleh guru.
Selanjutnya siswa dan gurumerencanakan prosedur pembelajaran dan tujuan yang
konsisten dengan topik yang dipilih. Kemudian siswa mulai mencari informasi dan data
sebagai bahan untuk mencari jawaban untuk memecahkan masalah dari permasalahan
dalam topik yang siswa pilih.

Hasil belajar dapat dijadikan acuan untuk mengukur sejuah mana kemampuan
berpikir kritis siswa. Berpikir kritis adalah sejenis berpikir evaluative yang mencakup
baik itu kritik maupun berpikir kreatif dan secara khusus mendukung suatu keyakinan
atau rentenan tindakan (Alee,2009)

2.3.4 Perbedaan Hasil Belajar IPA antara Siswa yang memiliki Kemampuan
Berpikir Kritis Tinggi dan Siswa yang Memiliki Kemampuan Berpikir Kritis
Rendah yang Belajar dengan menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing

Model pembelajaran terbimbi ng di artikan sebagai model untuk mencari


kebenaran, informasi, data, hukum dengan mencari tahu atau bertanya. Siswa sekolah
dasra memliki keinginan tahuan yang besr terhadapa segala hal, hal hal inilah yang
merangsang siswa untuk bertanya, bertanya merupakan salah satau ciri belajelajar IPA.
model pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa juga dapat
melahirkan sikap menghargai pendapat atau gagasan orang lain, dan mampu
merangsang siswa untuk berpikir kritis, semua namun proses pembelajaran inkuiri
adalah sebagai berikut : 1) orientasi, 2) merumuskan masalah, 3) mengajukan hipotesis,
4) mengumpulkan data, 5) menguji hipotesis, 6) merumuskan kesimpulan. keuntungan
dari pembelajaran inkuiri adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan
siswa yang memliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya siswa yang memilki
kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar
(sanjaya,2007).

Hasil belajara sebagai objek penilaian pada hakikatnya menilai penguasaan


siswa terhadap tujuan-tujuan instruksional. Hal ini kaena isi rumusan tujuan
instruksional menggambrakan hasil belajar yang harus dikuasai siswa berupa
kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima ataua menyelesaikan pengalaman
belajarnya (sudjana,2016). Salah satu faktor penting yang harus di capai oleh siswa
untuk meningkatkan hasil belajar IPA adalah kemampuan berpikir kritis siswa. Model
pembelajaran inkuiri dapat metrangsang krativitas siswa, karena dalam model inkuiri
menekankan kepada aktivitas siswa dalam mencari dan menemukan, artinya metode
inkuiri menempatkan siswa subjek belajar.

Dari uraian diatas diduga siswa yang belajar dengan model inkuiri mengalami
perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis
tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian dan kerangka teoritik yang diuraikan maka penulis


mengajukan hipotesis peneliti sebagai berikut:

1) Hasil belajar IPA dengan model pembelajaran group investigasi lebih tinggi
dari hasil belajar IPA dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing.
2) Terdapat interaksi antaar model pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis
siswa terhadap hasil belajar IPA
3) Terhadap perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis tinggi yang belajar dengan menggunakan model
pembelajaran group investigasi dan inkuiri Terbimbing.
4) Terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis rendah yang belajar dengan menggunakan model
pembelajaran group investigasi dan inkuiri Terbimbing.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian di lakukan dengan menggunakan metode eksperimen dengan
membandingkan dua model pembelajaran group investigasi dan inkuiri terbimbing dengan
variabel moderatornya kemampuan berpikir kritis.

1. Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian SDN Limbangan Tengah III yang berada di Kecamatan Balubur
Limbangan Kabupaten Garur, pada semester genap tahun ajaran 2016-2017. Pemilihan
sekolah di dasarkan pada lokasi sekolah, kondidi lingkungan belajar, profil guru, tingkat
pencapaian rata-rata UASBN IPA yang di laksanakan dua kali pertemuan perminggu,
dan setiap pertemuan tatap muka 2 X 45 menit.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desai penelitian Treatment by level 2x2 yang terikat, dua
variabel bebas dan satu variabel moderator. Variabel bebeas adalah model pembelajaran
yang terdiri dari model group investigasi (GI) (A1) dan model inkuiri termbimbing
(A2). Variabel moderator pada penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis tertinggi
(B1) dan kemampuan berpikir keritis rendah (B2). Variabel terikatnya (Y) adalah hasil
belajar IPA.
Adapun desain penelitian yang digunakan yakni sebagai berikut:

Model pembelajaran Model pembelajaran Model pembelajaran


A Group Investigasi (GI) Inkuiri Terbimbing A2
(A1)

Kemampuan berpikir
kritis

Berpikir keitis tinggi (B1) A1B1 A2B1


Berpikir kritis rendah A1B1 A2B2
(B2)

Keterangan
A : Model Pembelajaran
A1 : Model Pembelajaran Group investigasi
A2 : Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
B1 : Berpikir Kritis Tinggi
B2 : Berpikir Kritis Rendah
A1B1 : Kelompok siswa yang diberikan model pemeblajaran Group Investigasi (GI)
dengan kemampuan berpikir kritis tinggi.
A2B1: Kelompok sisiwa yang diberikan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
kemampuan berpikir kritis tinggi.
A1B2 : Kelompok sisiwa yang diberikan model pembelajaran Group investigasi (GI)
dengan kemampuan berpikir kritis rendah.
A2B2 : Kelompok siswa yang diberikan model pembelajaran inkuiriu terbimbing dengan
kemampuan berpikir kritis rendah.

3. Populasi dan Sampel

Lokasi penelitian di SDN Limbang Tengah III yang berada di kecamatan Balubur
Limbangan Kabupaten Garut. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SDN
Limbangan tengah III. Pemilihan lokasi penelitian di dasrkan guru, tingkat pencapaian
rata-rata UASBN IPAS termasuk kedalam kategori sedang, serta ketersediaan sarana
dan prasarana. Sampel penelitian ini adalah seluruh sisiw akelas V SD rata-rata usia 11
tahun keatas dan di asumsikansudah memiliki dasar terhadap kemampuan berpikir kritis
yang dapat di terapkan dalam masalah yang konkrit.
4. Rancangan Perlakuan

Variabel perlakuan dalam penelitian ini adalah siswa yang di ajar menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe group investigationdan model pemeblajaran kontektual
tipe inkuiri terbimbing. Perlakuan (treatment) yasng diberikan dlam penelkitian ini
adalah teknik penilaian kelas (classroom asessment) yang terdiri dari satu kelas dengan
model pemebalajaran yang berbeda. Yaitu model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation dan kontekstual tipe inkuiri termbimbing, kedua model pembelajran ini
menggunakan tes pilian ganda dengan empat pilihan jawaban. Kondisi dan perlakuan
kedua kelompok eksperimen di usahakan sama meliputi, 1. Standar kompetensi pada
mata pelajaran IPA, 2 Materi pembelajaran IPA 3 tes pilihan ganda 4 guru yang
mengajar (peneliti).

Perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

Komponen Pelaksanaan
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Waktu Semester II Tahun ajaran 2016-2017

Tes Kedua Kelas di berikan tes kemampuan berpikir kritis

Pemebalajaran Materi di samping salam 5 kali pertemuan di tambaha 1


kali pertemuan untuk memberikan tes keseluruhan materi
Materi Perubahan yang terjadi di alam dan hubungan dengan
penggunaan sumber daya alam

Metode Pembelajran Group Investigation (GI) Inkuiri Terbimbing


Kegiatan Awal 1. Guru membuka 1. Guru membuka
prosespemebelajaran proses pembelajran
dengan dengan
mengkondisikan siswa mengkondisikan
di kelas. siswa di kelas.
2. Guru memberikan
informasi kepada siswa 2. Guu memberikan
tetntang tujuan informasi kepada
pemebelajaran dan siswa tentang
materi pembelajaran. tujuan pembelajaran
3. Guru memberikan dan materi
apresiasi yang pelajaran.
berkaitan dengan 3. Guru memberikan
materi yang akan di apersepsi yang
pelajari siswa. berkaitan dengan
4. Guru menjelaskan materi yang akan di
Kegiatan pembelajran pelajari siswa.
4. Guru menjelaskan
kegiatan
pmbelajaran.
Kegiatan inti 1. Guru membagi siswa 1. Guru membagi siswa
kedalam 5 kelompok kedalam 5 kelompok
heterogern. haterogen.
2. Guru memberikan 2. Guru menyajikan
pengarahan tentang kejadian-kejadian
topik pembelajaran. atau fenomena yang
3. Siswa melaksanakan memungkinkan siswa
Investigasi (Guru menemukan masalah.
membimbing dan 3. Guru membimbing
menfasilitasi). siswa merumuskan
4. Tiap kelompok masalah penelitian
menginvestigasi Proyek berdasarkan kejadian
Tertentu (Guru dan fenomena yang
Membimbing dan disajikan.
Memfasilitasi) 4. Guru membimbing
5. Siswa mengolah data, siswa untuk
menyajikan data hasil mengajukan hipotesis
investaigasi (Guru terhadap masalah
membantu siswa yang telah
mengorganisasi data) dirumuskan.
6. Tiap kelompok 5. Guru membimbing
mempresentasikan hasil siswa untuk
investigasi mereka merencanakan
(Guru mengamati pemecahan masalah,
dengan cermat setiap membantu
presentasi kelompok) menyiapkan alat dan
bahan yang di
perlukan dan
menyususn prosedur
kerja yang tepat.
6. Siswa melaksanakan
eksperimen dengan
bimbingan guru
7. Guru membantu
siswa melakukan
pengamatan tentang
hal-hal yang penting
dan membantu
mengumpulkan dan
mengorganisasi data
8. Siswa menganalisis
data supaya
menemukan suatu
konsep
9. Guru mebimbing
siswa mengambil
kesimpulan
berdasarkan data dan
menemukan sendiri
konsep yang ingin di
tanamkan
10.Stelah selesai, siswa
menumpulkan
lembaran tugas guru
Kegiatan Penutup 1. Guru dan siswa 1. Guru dan siswa
bersama-sama melakukan tanya
membuat kesimpulan jawab tentang
2. Guru memberikan matgeri yang
latihan soal telah di berikan
3. Guru dan siswa dan hasil
bersama-sama penelitian siswa
melakukan refleksi guna melihat
dan evaluasi permasalahan
4. Guru menutup proses siswa
pembelajaran 2. Guru memberikan
latihan soal
3. Guru sisw
besama-sama
membuat
kesimpulan
4. Guru menutup
prosess
pemebelajaran
Tes tertulis Kedua kelas diberikan tes tertulis setelah 6
kali pertemuan

1. Prosedur Penelitian
a. Tahap Persiapan
1) Alat ukur hasil belajar IPA
a) Menganlisis mata pelajaran IPA untuk menyusun materi yang akan di
ajarkan
b) Menyusun kisi-kisi tes
c) Penysusn tes
d) Pengujian validitas dan reliabilitas untuk mendapatkan alat ukur tes
yang valid dan reliebel
e) Di peroleh instrument tes yang valid dan reliabel
2. Alat ukur kemapuan berpikir kritis
a) Melakukan studi kepustakaan tentang kemampuan berpikir kritis
b) Menentukan definisi konseptual dan operasionla kemampuan berpikir kritis
sebagai dasar penyusunan kisi-kisi
c) Penyusunan kisi-kisi tes kemampuan berpikir krits
d) Penysusnan instrumen tes kemampuan berpikir kritis
e) Pengujian validitas dan realibilitas untuk mendapatkan alat ukur tes yang valid
dan variabel
f) Di peroleh instrumen tes yang valid dan reliable
b. Tahap Pelaksanaan

Sebelum perlakuan siswa diberikan tes untuk mengungkapkan kemampuan


berpikir kriis tinggi dan kemampuan berpikir kritis rendah.
Setelah di dapat hasilnya siswa dikelompokan kedalam siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis tinggi dan siswa yang memeliki kemampuan
berpikir kritis rendah.
Proses pemebejaran di lakukan dalam 5 kali pertemuan dan 1 kali pertemuan
untuk memberikan tes keseluruhan materi, total keseluruhan pertemuan adalah
6 kali. Setiap pertemuan siswa diberikan soal berupa permasalahan pada
pelajaran IPA. Hasilnya di analisis mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil
belajr IPA. Adapun langkah-langkah eksperimen sebagai berikut.
Tabel kegiatan Eksperimen

Waktu Kegiatan Waktu


Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Perlakuan
Pra Pertemuan Pengisian tes kemampuan berpikir Perlakuan
kritis

Metode Metode Perlakuan


pembelajaran pembelajran
yang digunakan yang digunakan
adalah Group adalah inkuiri
Investigasi (GI) terbimbing
Pertemuan ke 6 Evaluasi formatif tes hasil belajar Perlakuan
IPA mencakup satu standar
kompetensi yaitu tentang memahami
perubahan yang terjadi di alam dan
hubungannya dengan penggunaan
sumber daya alam selama 5 kali
pertemuan.

c. Tahap Akhir
Tahap akhir meliputi pengolahan data hasil penelitian, analisis dan pembahasan
dan penarikan kesimpulan dan pemberian saran.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data berupa pemeberian tes dalam bentuk tes urian. (Essay) untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis dan pilihan ganda untuk mengukur hasil belajar
IPA siswa kelas V sekolah dasar. Tes hasil belajar IPA di lkaukan untuk menganalisis
hasil belajar IPA siswa setelah mengikuti pelajaran IPA. Kedua jenis tes tersebit peneliti
buat dalam bentuk permasalahan sederhana.

6. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis instrument yaitu instrument kemampuan berpikir
kritis dan instrument hasil belajara IPA. Penyususnan tes di awali dengan pembuatan
kisi-kisi soal mencakup sub pokok bahasan, indikator kemampuan yang di ukur, dan
jumlah butir soal. Setelah mebuat kis-kisi soal, di lanjutkan membuat soal beserta kunci
jawabannya dan aturan pemberian ekor untuk masing-masing butir soal. Sebelum soal
tes digunakan, soal terlebih dahulu diuji cobakan untuk mengetahui tingkat validitas
dan reliabilitas soal.

6.1 Hasil Belajar IPA


a. Definisi Konseptual

Hasil belajar adalah perubahan perilaku setelah mengikuti proses belajar


mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan, manusia mempunyai potensi
perilaku kejiwaan yang dapat di didik dan diubah perilakunya yang meliputi
domain kognitif, efektif dan psikomotorik. Belajar mengusahakan perubahan
perilaku dalam domain-domain tersebut dalam domain kognitif, efektif dan
psikomotorik.
b. Definis Operasional

Hasil belajar IPA adalah nilai yang diperoleh setelah menjawab soal uraian
yang mengukur hasil belajar IPA siswa kelas V dalam menguasai IPA yang
terdiridari asprk kognitif, afektif, dan psikomotorik. Mampu menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari, mampu berkomunikasi tentang IPA, dan
menanggapi permasalahan dan isu-isu tentang IPA yang berkembang
dimasyarakat dengan indikator: a) mengenali pertanyaan ilmiah,
b)mengidentifikasi bukti, c) menarik kesimpulan, d)mengkomunikasikan
kesimpualan, e) menunjukan pemahaman konsep ilmiah.
c. Kisi-Kisi Instrumen
Tabel kisi-kisi instrumen hasil belajar IPA

No Indikator No soal Jml


soal
1 Mengenali pertanyaan 1, 10, 11, 12, 13, 14 6
ilmiah

2 Mengidentifikasi bukti 2,22,23,24,25,27 6

3 Menarik kesimpulan 20 1

4 Mengkomunikasikan 28,29,30 3
kesimpulan

5 Menunjukan pemahamn 3,4,5,6,7,8,9,15,16,17,18,19,21,26 14


konsep ilmiah

Jumlah Soal 30

d. Jenis Instrumen
Instrumen pembelajaran IPA yang disajikan berupa tes pilihan ganda dengan
empat pilihan jawaban. Untuk jawaban salah diberi skor 0.

e. Uji Coba Instrumen


Seluruh instrumen pengambilan data sebelumnya telah diujicobakan terlebih
dahulu sebagai pra langkah penelitian dalam menganalisa data ujicoba,
sehingga dapat mengetahui kesahihan dari instrumen tersebut.
Dilakukan ujicobainstrumen penelitian, yakni menguji validitas dan
menghitung reliabilitas.
Uji coba instrument dilakukan pada siswa yang bukan sampel tetapi memliki
karakteristik yang sama dengan objek penelitian. Adapun langkah-langkah
pelaksanaan uji coba instrumen adalah 1). Mementukan sampel siswa yang
akan dijadikan uji coba 2). Membagikan tes hasil belajar kepada siswa 3).
Memeberikan penjelasan tentang tatacara jawab soal yang diberikan 4). Setelah
siswa selesai mengerjakan soal dikumpulakan kemabli, 5) menganalisis data uji
coba instrument, 6) menyusun hasil ujicoba instrumen.

6.2 Kemapuan Berpikir Kritis


a. Definisi konseptual

Kemampuan berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas
yang digunbakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah,
pengambilan keputasan, membujuk, menganalisis asusmsi, dan melakuakan
peneltian ilmiah
b. Definsi Operasional

Skor yang di peroleh dari hasil penilitian, berdasarkan kriteria jawaban


instrument berpikir kritis dari setiap pertanyaan. Skor yang diberikan kepada
setiap kemungkianan jawaban adalah 0-10.

c. Kisi-kisi Instrumen
Tabel kisi-kisi instrumenkemampuan berpikir kritis.

No Indikator No soal Jml Soal

1 Dapat Mengungkapkan 1,5,12,13 4


masalah dan isu

2 Memahami konsep relevan 3,6 2

3 Dapat memprediksi akibat dari 7,10,11 3


suatu kejadian

4 Dapat menentukan hipotesis 8 1


yang sederhana

5 Dapat menggambarkan 2,4,9,19,20 5


kesimpulan dari suatu kejadian

Jumlah soal 15

d. Jenis Instrumen
Instrumen ynag disajikan berupa tes urian (essay)yang terdiri dari 20buitir soal
berbasiss inkuiri. Setiap butirnya di lengkapi beberapa alteratif jawaban.

e. Uji Coba Instrumen


Seluruh instrumen pengambilan data sebelumnya telah diujicobakan terlebih
dahulu kepada sampel yang bukan termasuk sampel penelitian sabgai pra
langakah penelitian dalam menganalisis data ujicoba, sehingga dapat diketahui
kesahihan dari instrumen tersesbut, maka dilakukan ujicoba instrumen
penelitian, yakni menguji validitas dan menghitung reliabilitas.
1) Validitas
Untuk mengetahui tingkat validitas suatu instrumen tes dapat di lakukan
dengan membandingkan antara t hitung dengan tabel dan berpedoman pada
penapsiran jhika thitung > tabel berarti data valid, dan jika thitung tabel berarti data
tidak valid.
2) Reliabilitas
Koefisien reliabilitas instrumen dimaskud untuk melihat konsistensi jawabn
yang diberikan responden dan dianalisis dengan rumus Apha Cronback
Sebagai berikut :

a = n/n-1 ( 1- ∑si2/si2

Keterangan :
a. a = koefisien alfa
b. Si2 = varian niali butir
c. n = banyaknya butir instrumen
d. 1 = bilangan tetap
e. Si2 = jumlah varian nilai dari tiap butir instrumen
Untuk mengetahui tingkat reliabilitas suatu instrument tes dapat
dilakukan dengan membandingkan antara thitung dengan tabel dan
berpedoman pada penafsiran jika berarti data reliable , dan jika berarti data
tidak reliable.
1) Tingkat kesukaran
2) Tujuan pengujian tingkat kesukaran adalah untuk mengetahui butir soal,
soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar, dengan menggunakan rumus P = B/JS
Keterangan : P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab JS = Jumlah seluruh siswa peserta
tes
3) Daya Pembeda
Daya beda soal dimaksudkan untuk melihat sejauh mana butor tes dapat
benar membedakan sisiwa yang mampu menjawab dengan benar pada
setiap butir soal. Karena smapel yang akan ditentukan daya bedanya kecil
(kurang dari 100 siswa), maka di bagi 2 kelompok sama besar. Seluiruh
siswa diurutkan mulai dari skor teratas samapi terendah kemudain dibagi
dau. Klasifikasi daya pembeda yaitu; nilai 0,00-0,20 kurang, nilai 0,21-
0.30 sedang, nilai 0,31-0,70 baik, nilai 0,70-1,00 baik sekali. Dan nilai
negative adalah tidak baik sehingga soalnya tidak terpakai. Dengan
formula indeksa diskriminasi adalah sebagai berikut :
D = BA/JA-BB-JB-PA-PB
Keterangan
D = Indeks diskriminasi
BA = Banyak kelompok atas yang menjawab benar
BB = Banyak kelompok bawah yang menjawab benar
JA = Banyak siswa yang kelompok atas
JB = Banyak siswa yang kelompok bawah
PA = Proposi siswa kelompok atas yang menjawab benar
P = Indeks kesukaran
4) Validitas
Bentuk insdtrumen hasil belajar IPA berupa tes pilihan ganda dengan
empat pilihan jawaban. Jika benar mendapatkan nilai 1 dan jika salah
mendapat nilai 0. Rumus yang digunakan untuk mengetahui validitasbutir
soal adalah rumus koefisien biserial point sebagai berikut :

Rpbi=X1-Xt / St √p/1-p

Keterangan :
Rpbis= kolerasi point iserial
X1 = Rata-rata skor yang menjawab benar
Xt = Rata-rata skor total
P = proposi yang menjawab benar pada butir tingkat kesulitan
q = proposi yang menjawab salah pada butir 1-p
St = simpangan baku skor total
Nilai pbis yang diperoleh dari perhitungan selanjutnya di konsultasikan
dengan r tabel product moment, dimana kriteria penerimaaan butir
instrumen rpbis yang di tentukan uji satu sisi dengan taraf signifikasni(a)
dan derajat kepercayaan (df) =k-2 (dimana k adalah banyaknya responden
uji coba). Kriteria validasi butir soal adah rthitung lebih besar atau sama
dari pada rtabel maka butir soal dianggap valid. Sesengkan jika rthitung
lebih kecil dar Itabel berarti butir soal tidak valid dan tidak digunakan.
Koefisien reliabilitas instrumen dimaksud untuk melihat konsisntensi
jawaban yang diberikan responden berulang-berulang dengan hasil yang
stabil. Untuk mengukur realibilitas dilakukan dengan menggunakan teknik
analisis kuder-Richard 20 (KR-20) dengan rumus:

Rt =k/(k-1) (St2-∑piqi/ St2)

Keterangan :

ri : Realibilitas

k : Jumlah item dalam instrument

Pi : Proposi banyaknya subjek yang menjawab pada item 1

qi : 1-pi

S2i : Vraians total

Angka Reabilitas yang diperoleh dari perhitungan selanjutnya dibandingkan dengan rtabel pada uji satu
sisi dengan taraf signifikan (a) dan derajat kepercayaan (df)=k-2 diaman k=banyaknya soal yang valid.
Kriteria realibilitas adalah jika rthitung lebih besar dari pada rtable makan instrument tersebut reliable.

7. Teknik Analisis data


Teknik analaisis data dalam penelitian in adalah dengan menggunakan ANAVA 2X2. Agar uji
hipotesis dapat dilakukan maka sebelumnya perlu di lakukan uji persyaratan yakni uji normalitas
dan uji homogonitas data.
Teknik analsis data merupakan untuk menjawab masalah dalam penelitianyang digunakan untuk
prosess agar data mempunyai makna untuk menjawab masalah dalam penelitian ini dan menguji
hipotesis. Data-dat tersebut dianalisis secara bertahap sebagai berikut:
1. Statistik Deskriptif
Berfungsi untuk memberikan gambaran terhadap objek yang akan diteliti. Dalam statistik
deskriptif ini dikemukakan cara-cara penyajian data,mencari rata-rata, media, modus,
simpangan baku, nilai maksimun dan nilai minimun yang dijelaskan dalam deskripsi data
berupa tabel atau distribusi frekuensi.
2. Ststistik Inferensial
Terdiri dari dua tahap prosess pengujian diantaranya: persyaratan uji normalitas, uji
normalitas berguna untuk apakah data yang peneliti kumpulkan tersebar secara normal atau
tidak, berdasarkan data sampel yang di peroleh dengan kriteria pengujian adalah Hodi
teriam jika Lhitung<Ltabel di tolak jika Lhitung>Ltabel. Uji homogenitas berfungsi untuk menguji
kesamaan dua varians populasi yang berdistribusi normal pengujianini menggunakan
criteria pengjian yaitu apabila X2hitung<X2tabel dengan taraf signifikan 0.05.
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis menggunakan uji t yaitu perbedaan dua rata-rata. Pengujian dilakukan
pada taraf signifikansi 0,05. Hipotsesis alternatif di tolak jiak thitung<ttabel. Hal berarti
bahwa tidak terdapat pengaruhpositif yang signifikasikan antara perbedaan metode
pembelajaran group investigasi (GI) dan inkuiri terbimbingterhadap hasil belajar IPA siswa
Sekolah Dasar.

Hipotesis Statistika
Hipotesisi statistika yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Hipotesisi pertama :

H0 : µA1≤A2
H1 : µA1>µ

Hipotesis kedua :
H0 : Interaksi AxB = 0
H1 : Interkasi AXB ≠ 0
Hipotesis ketiga
H0 : µ A1B1≤ µ A2 B1
H1 : µ A1B1> µ A2 B1

Hipotesis keempat:
H0 : : µ A1B2≥ µ A2 B2
H1 : µ A1B2 < µ A2 B2
Keterangan :
µ A1 : Skor rata-rata hasil belajar IPA kelompok dengan metode group investigasi (GI)
µ A2 : Skor rata-rata hasil belajar IPA kelompok dengan metode inkuiri terbimbing
µ A1B1 : Skor rata-rata hasil belajar IPA kelompok dengan metode group investiagsi (GI)
µ A2B1 : Skor rata-rata hasil belajar IPA kelompok dengan metode inkuiri terbimbing yang
memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi.
µ A1B2 : Skor rata-rata hasil belajar IPA kelompok dengan metode group investiagsi (GI)
terbimbing yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi.
µ A2B2 : Skor rata-rata hasil belajar IPA kelompok dengan metode inkuiri terbimbing yang
memiliki kemampuan berpikir kritis rendah.

Anda mungkin juga menyukai