Anda di halaman 1dari 16

RINGKASAN MATERI

TOPIK 1 PERJALANAN PENDIDIKAN NASIONAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Filosofi Pendidikan Indonesia

Dosen Pengampu :

Drs. Ahmad Junaedi, M. Pd.

Disusun Oleh :

Sri Lestari (2398015229)

Sulistiani (2398015553)

Uswatun Khasanah (2398015473)

Wahyu Andani (23980152297)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

PENDIDIKAN PROFESI GURU PRAJABATAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2023
Topik 1 – Perjalanan Pendidikan Nasional

B.1 Panduan Menulis Tulisan Reflektif


a. Siapa Saya Saat Ini?
Saat ini saya merupakan mahasiswa Pendidikan Profesi Guru
program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Negeri
Semarang. Saya masih belajar keilmuan di lingkup pendidikan
sebagai bekal menjadi seorang guru. Perlu dipahami bahwasanya
pendidikan sekarang tidak seperti masa dahulu akan tetapi
pendidikan terus berkembang mengikuti zamannya. Oleh karena itu,
saya ingin terus berbenah atau berusaha selalu mengupgrade
kemampuan yang nantinya dapat memberikan implikasi positif bagi
peserta didik. Sebagai calon pendidik profesional saya memiliki cita-
cita mewujudkan tujuan pendidikan nasional seperti yang terkutip
dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 yaitu sebagai
wadah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan sekarang ini mengacu pada kurikulum merdeka


artinya memberikan kebebasan kepada guru untuk menciptakan
pembelajaran yang bermakna sesuai kebutuhan dan lingkungan
belajar peserta didik. Sejalan dengan pendapat Ki Hajar Dewantara
bahwa guru itu menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya hidup
dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak bukan dasarnya. Kurikulum
merdeka selaras dengan konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara
yaitu pendidikan yang memerdekakan tujuannya adalah
kemerdekaan. Merdeka berarti setiap orang dapat memilih menjadi
apa saja dengan catatan adanya penghargaan terhadap kemerdekaan
yang dimiliki orang lain juga. Konsep Pendidikan tersebut termaktub
dalam bahasa Jawa yaitu ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun

1
karya, tut wuri handayani. Artinya, di depan memberikan contoh, di
tengah memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan.
Sebagai calon guru di masa mendatang harapan saya mampu
menjadi perantara terwujudnya cita-cita peserta didik dan berperan
aktif terhadap keberhasilan pembelajaran.

b. Mengapa Saya Memilih Menjadi Guru


Era society 5.0, masalah pendidikan di Indonesia terutama
disebabkan oleh kualitas pembelajaran yang sangat rendah jika
dibandingkan dengan negara lain. Hal ini karena kualitas guru atau
pendidik saat ini. Rendahnya mutu guru pada era society 5.0
disebabkan karena faktor-faktor berikut: 1) disiplin ilmu yang tidak
ada kaitannya dengan bidang studi yang diajarkan; 2) kualifikasi
guru yang belum memenuhi standar setara sarjana; 3) perekrutan
guru yang belum efektif. (Utomo, 2019 dikutip oleh Adirilany, dkk,
2023)
Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan
setiap individu terutama di era perkembangan teknologi dan
globalisasi seperti saat ini. Pendidikan dapat mengubah karakter dan
pribadi seseorang, Pendidikan juga yang mengubah suatu negara
menjadi lebih baik, lebih maju, dan berkualitas serta dapat
memperbaiki kualitas sumber daya manusia. (Safitri dkk., 2022).
Kualitas sumber daya manusia di Indonesia dapat dikatakan
masih cukup rendah dibandingkan negara lainnya. Melihat
Pendidikan di Indonesia dewasa ini juga masih sedikit
mengkhawatirkan baik itu dari segi sarana ataupun dari segi
prasarananya. Sebagian warganya belum memenuhi haknya untuk
memperoleh pendidikan yang layak seperti yang termaktub pada
UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yaitu “Setiap warga negara berhak untuk
mendapatkan pendidikan”. Berdasarkan hal tersebut sudah sangat
jelas bahwa setiap rakyat Indonesia berhak mendapatkan pendidikan
yang layak, tentu saja dengan memperoleh pendidikan dapat

2
bermanfaat bagi individu maupun kemajuan suatu negara di masa
mendatang. (Fadia dan Fitri, 2021 dikutip oleh Safitri dkk., 2022).
Berdasarkan rujukan di atas dapat dijelaskan bahwa alasan
saya menjadi guru adalah untuk mencerdaskan para generasi muda
Indonesia. Tidak hanya mentransfer ilmu, lebih daripada itu saya
ingin mendidik mereka agar mendapatkan pendidikan yang
berkualitas dan berkepribadian yang baik. Kondisi di atas
mendorong saya untuk memberikan pemerataan pendidikan di
Indonesia. Walaupun agak susah diimplementasikan, saya rasa tidak
harus dimulai dengan gebrakan yang besar, gebrakan kecil pun kalau
terus dilakukan dapat memberi perubahan yang lebih baik.
Terdapat beberapa tipe guru di sekolah yaitu guru formal,
guru killer, guru humoris, guru invisible, guru peneliti, guru
fleksibel, dan lain sebagainya. Selama mengikuti proses
pembelajaran pasti kita menemukan guru yang beragam
karakteristiknya. Bahkan adakalanya kita tidak menyukai cara
mengajarnya. Berpijak dari pernyataan di atas, saya ingin menjadi
guru yang ideal artinya guru yang tahu cara mengajar yang sesuai
kebutuhan peserta didik, tidak menganggap peserta didik bodoh
karena semua peserta didik mempunyai potensi di bidang tertentu
serta memahami dan mengimplementasikan empat kompetensi guru
yaitu kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, dan kompetensi sosial.
Hal ini selaras dengan pendapat Chotib (2019) bahwa untuk
menjadi guru yang ideal ada lima syarat yaitu bersedia untuk selalu
belajar, membuat perencanaan pembelajaran secara rutin, bersedia
diobservasi, selalu tertantang meningkatkan kreativitas, dan
memiliki karakter yang baik. Selain syarat tersebut juga ada yang
harus dilakukan sebagai cara menjadi guru ideal sebagai berikut:
menganggap peserta didiknya adalah juara, mengajar dengan hati,
memahami kemampuan, dan kecerdasan anak, terus menjelajah

3
kemampuan peserta didik, mengajar dengan cara menyenangkan,
dan memposisikan diri sebagai fasilitator.

c. Bagaimana Saya Bisa Menjadi Guru Yang Berpihak Pada


Peserta Didik
Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang dilakukan
oleh guru dan peserta didik dengan tujuan dapat mengubah keadaan
dari yang belum baik menjadi lebih baik, dari belum tahu menjadi
tahu, dari belum mampu menjadi mampu melalui interaksi aktif
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berhasil tidaknya peserta didik
mengembangkan kompetensi belajarnya tergantung pada mampu
tidaknya seorang guru dalam mendesain, merencanakan, dan
mengelola proses pembelajaran. Idealnya dalam kegiatan
pembelajaran peserta didik bertindak sebagai pelaku, penemu,
peneliti dan semua kegiatan yang dilakukan merupakan pengalaman
baru yang dilatih dan dikembangkan oleh guru. (Ridwan, 2021).
Salah satu menjadi guru yang berpihak pada peserta didik
adalah menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Arti dari
pembelajaran berdiferensiasi adalah suatu bentuk usaha dalam
serangkaian pembelajaran yang memperhatikan kebutuhan peserta
didik dari segi kesiapan belajar, profil belajar peserta didik, minat
dan bakatnya. (Tomlinson, 2001 dikutip oleh Aprima dan Sari,
2022). Ada tiga pendekatan dalam pembelajaran berdiferensiasi
yaitu konten, proses, dan produk. 1) Diferensiasi konten merupakan
apa yang dipelajari peserta didik, berkaitan kurikulum dan materi
pembelajaran. 2) Diferensiasi proses merupakan cara peserta didik
mengolah ide dan informasi, yaitu mencakup bagaimana peserta
didik memilih gaya belajarnya. 3) Diferensiasi produk yaitu peserta
didik menunjukkan apa saja yang telah dipelajari. (Wasih dkk., 2020
dikutip oleh Aprima dan Sari, 2022).

4
Ada beragam cara yang bisa saya lakukan untuk menjadi
guru yang berpihak pada peserta didik diantaranya:

a) Menganalisis kemampuan awal peserta didik untuk mengetahui


seberapa jauh pengetahuan yang telah dimilikinya
b) Mengidentifikasi gaya belajar peserta didik
c) Memilih model pembelajaran yang tepat
d) Memilih metode pembelajaran yang efektif dan menyenangkan
e) Memilih pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik
f) Menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
g) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari
h) Melatih peserta didik dalam menyampaikan gagasan, ide, atau
pendapat
i) Menciptakan pembelajaran yang aktif, inovati, kreatif, efektif,
dan menyenangkan (PAIKEM)
j) Mendedikasikan diri sebagai fasilitator, motivator, inovator,
administrator, dan evaluator

B.2 Panduan Menulis Komitmen Diri dalam Mata Kuliah Filosofi


Pendidikan Nasional1
Komitmen diri dalam mempelajari Mata Kuliah Filosofi Pendidikan
Nasional juga menjadi bagian dari proses Anda mengawali perjalanan Anda
memaknai dan menghayati proses mengenal diri dan peran sebagai seorang
pendidik. Komitmen Diri akan direfleksikan kembali pada pertemuan akhir
kuliah ini. Pertanyaan panduan untuk membuat Komitmen Diri adalah:

1
Simon P. Rafael, Filosofi Pendidikan Nasional Mata Kuliah Inti Pendidikan Profesi Guru
Prajabatan Tahun, 2022.

5
a. MENGAPA
Komitmen diri dalam mata kuliah Filosofi Pendidikan Nasional
dapat menggunakan pemantik seperti:
1) Mengapa saya mengikuti Mata Kuliah Filosofi Pendidikan
Nasional?
2) Apa yang Saya yakini?
3) Apa yang memotivasi Saya?
Contoh jawaban:
Filosofi Pendidikan menjadi pondasi untuk tanggungjawab kepada
calon-calon pendidik tentang hakikat setiap praktik pembelajaran di
sekolah. Filsafat Pendidikan melatih guru untuk berfikir tentang apa
yang harus dilakukan beserta alasannya. Filosofi dapat membantu kita
memperluas ilmu pengetahuan untuk lebih aktif, lebih kritis, dan lebih
cermat.dalam bidang spesialisasi pengetahuan, ada sebuah fakta yang
pasti sekaligus spesifik, siswa diberi masalah-masalah yang demikian
agar mereka dapat memperoleh keuntungan praktis dalam mencapai
jawaban-jawaban secara cepat dan mudah. Namun, dalam filosofi ada
perbedaan pokok pandangan untuk dipertimbangkan dan ada masalah-
masalah yang tak terpecahkan yang pentingbagi kehidupan. Maka dari
itu, rasa heran atau kagum siswa muncul sehingga memberikan
dorongan agar rasa ingin tahu dan minat spekulatif terjaga.
Suatu hal yang memotivasi saya untuk mempelajari filosofi
pendidikan adalah untuk memperluas pengetahuan serta
mengembangkan pola pikir kritis, tajam dan komprehensif sehingga

6
ketika melakukan suatu hal tidak hanya sembarangan tetapi ada alasan
logis yang mendasarinya.
b. BAGAIMANA
1) Apa saja strategi yang akan Saya terapkan untuk mencapai
tujuan?
2) Apa saja yang Saya butuhkan untuk menjalankan strategi
tersebut?
Contoh jawaban:
Strategi yang saya gunakanuntuk mencapai tujuan dalam
mempelajari filosofi Pendidikan ini adalah memilih kegiatan,
menambah bacaan dan berdiskusi dengan teman satu kelas. Atau
bisa juga saya menemukan sebuah hal yang menjadikan rasa ingin
tahu saya muncul sehingga rasa untk berfikir kritis serta mendalam
itu muncul contohnya ketika menemui buah yang jatuh dari
pohonnya atau mengapa seseorang peserta didik tidak menyukai
matematika. Hal-hal remeh yang sebenarnya jika didalami memiliki
banyak faktor sehingga mencapai daripada hal tersebut.
Maka, mengapa seorang guru harus memiliki pengetahuan
filosofis sehingga dapat menyelesaikan suatu perkara dengan berfikir
yang rasional dan mendalam serta menyeluruh.
c. APA
1) Apa saja langkah-langkah konkrit yang akan saya jalankan?
2) Kapan Saya menjalankan langkah-langkah tersebut?
Contoh jawaban:
Langkah konkrit yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan
dapat mempelajari filosofi pendidikan yang antara lain:
1. Melakukan hal yang bermanfaat agar waktu dilakukan menjadi
bermanfaat
2. Menentukan tujuan penting kemudian merencakan tahapan yang
dilali sehingga tujuan dapat tercapai
3. Melakukan diskusi dan menmabah bacaan dari buku atau jurnal
online

7
4. Menjalani Pendidikan yang berkualitas, maksutnya adlaah
memanfaatkan setiap momen. Mengkosongkan gelas ketika
bertemu dengan orang baru
5. Memiliki mentor yang dapat membangkit semangat belajar dan
memotivasi diri untuk terus melangkah dan menebar
kebermanfaatan.
Hal-hal tersebut pastinya dapat kita lakukan setiap waktu.
Tapi yang pasti sebagai calon pendidik alangkah baiknya dapat
mengatur waktu dan tidka gegabah dalam mengambil keputusan.
Itulah mengapa seorang Pendidikan harus berfikir secara
komprehensif dan melibatkan sebab-akibat dari apa yang dilakukan.

C. Perjalanan pendidikan nasional dari prespektif Ki Hajar Dewantara


Perjalanan pendidikan nasional menurut ki Hajar Dewantara
dibagi menjadi beberapa tahapan atau zaman, dikutip dari pidatonya pada
saat penganugrahan gelar Honoris Causa pada 7 november 1956,
perjalanan pendidikan dimulai pada zaman politik pendidikan colonial
VOC dan Hindia Belanda. Pada zaman ini sudah mulai diberikan
pendidikan namun hanya sebatas untuk pegawai. Pada saat itu mulai
tumbuh colonial modern yang mengakibatkan perubahan pada sikap
colonial belanda. Pada saat itu sudah ada instruksi agar rakyat mendapat
pengajaran membaca, menulis dan berhitung. Akan tetapi hanya
seperunya saja. Jadi hanya untuk memperbesar keuntungan perusahahn-
perusaahannya sendiri.
Tahun 1816 sudah mulai diberlakukan undang-undang yang
mengatur pengajaran. Bangsa eropa tidak boleh tertinggal ketika tumbuh
di hindia belanda. Untuk anak indonesia diberi kebijakan rakyat gubernur
dan jendral diserahi untuk mendirikan sekolah-sekolah. Pada saat itu
didirikan sekolah tetapi hanya untuk pegawai. Walaupun demikian tetap
saja tetap terjadi kebangkitan dalan pendidikan di zaman kolonial
belanda. Sehingga beberapa putra indonesia menjadi lebih terdidik.

8
Maksud dan tujuan didiknya juga hanya unutk pembantu-perusahaan
milik belanda.
Perkembangan berikutnya masuk ke zaman etik dan kebangunan
nasional. Menurut Ki Hajar Dewantara pada hal pendidikan dan
pengajaran itu sebenarnya harus bersifat pemeliharaan tumbuhnya benih-
benih kebudayaan. Juga sekolah-sekolah yang didirikan oleh bangsa kita
sendiri (sesudah menginjak ke dalam zaman “kebangunan nasional”)
tidak dapat melepaskan diri dari belanggu intelektualisme,
individualisme, materialisme dan kolonialisme . Melihat dari cita-cita RA
kartini (1900) sudah mengandung jiwa nasionalisme dan memiliki tujuan
yang sama untuk meningkatkan taraf pendidikan bagi pribumi. Dr.
Wahidin juga mengemukakan idenya untuk meningkatkan pendidikan
agar rakyat tidak dibodohi oleh penajajah sehingga dapat merdeka.
Dr.Wahidin juga sudah memasukan nilai budaya dan memeberikan
gagaran membentuk organisasi yang bergerak dibidang pendidikan,
sosial dan budaya (Budi Utimi, 1928).
Sebagai seorang aktivitis dan kecintaannya pada dunia pendidikan,
Ki Hadjar Dewantara menyadari bahwa pendidikan tidak bisa dinikmati
dengan sendiri saja, harus ada ruang yang dapat memfasilitasi rakyat
untuk memperoleh pendidikan yang layak. Cita-cita yang baru untuk
menghendaki perubahan dalam pendidikan dan pengajaran muncul pada
zaman bangkitnya jiwa merdeka. Tahun 1922 didirikan taman siswa di
Yogyakarta (Suastika et al., 2016). Beridirinya taman siswa memberikan
awal dari perkembangan pendidikan di indonesia. Menurut Mudyaharjo
(2006:266) sistem persekolahan pada jaman kolonial Belanda abad ke-20
yang terdiri atas tiga jenjang pendidikan yaitu: Pendidikan Rendah (Large
Onderwijs) > Sekolah Eropa dan Sekolah Bumuputra Pendidikan
Menengah (Middlebaar Onderwijs) Pendidikan Tinggi (Hooger
Onderwijs) Gerakan pendidikan bergerak sejalan dengan politik dan
menimbulkan pendidikan di indonesia. Gerakan pendidiakan bergerak
sejalan denga politik dan menimbulkan banyak pergerakan yang
membuat usaha dalam kemerdekaan meningkat. Rakyat yang telah

9
terdidik mempu ikut serta dalam gerakan revolusi dan pembangunan
bangsa dan negara demi kemerdekaan yang sesungguhnya. Setelah
merdeka Ki Hajar Dewantara memberikan gagasannya tentang
pendidikan nasional yaitu, segala syarat dan usaha pendidikan harus
sesuai dengan kodrat keadaan dari rakyat. Upaya tersebut mewujudkan
kehidupan yang tertib dan damai. Pendidikan nasional berdasarkan
kebudayaan bangsa yang diajukan unutk mengangkat derajat negeri dan
rakyat indonesia. Pendidikan harus memuat nilai budi pekerti yang sesuai
dengan ruh kebangsaan (Istiq’faroh, 2020). Pengajaran tentang
pengetahuan juga penting untuk menunjang anak memiliki pengetahuan
yang luas dan dapat membangun kehidpan mandiri, sejahtera lahir dan
batin. Politik Etis telah melahirkan kaum cerdik pandai. Wawasan
mereka telah terbuka berkat pendidikan model Barat. Kesadaran akan
nasionalisme telah lahir. Pengalaman masa lampau, bahwa perjuangan
dengan mengangkat senjata yang bergantung pada satu pemimpin dan
tidak memiliki sistem organisasi yang teratur dengan mudah dilibas oleh
pemerintah kolonial. Untuk itu mereka sekarang telah mempunyai
konsep bahwa perjuangan harus dirubah dari cara tradisional.

D. Argumentasi Kritis Perjalanan Pendidikan Indonesia


1. Apa praktik Pendidikan saat ini yang ‘membelenggu’ kemerdekaan
peserta didik dalam belajar dengan melihat Perjalanan Pendidikan
Nasional sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaaan?
Menurut pendapat kami Pendidikan saat ini membelenggu
kemerdekaan peserta didik, membelenggu disini berarti dalam
pembelajaran selalu dituntut untuk mencapai nilai yang baik sesuai
dengan KKM. Selain permasalahan tersebut peserta didik tidak dapat
mengikuti pembelajaran sesuai dengan kemampuan masing-masing,
karena tidak semua peserta didik dapat memahami pembelajaran
dengan cara audiotori, visual, ataupun kinestik, akan tetapi
Pendidikan saat ini menuntut peserta didik untuk mengikuti
pembelajaran dengan sistem yang sama.

10
Selain itu, praktik yang membelenggu siswa dalam arti tidak memberikan
kebebasan siswa untuk berfikir lebih kritis. Biasanya guru memotong atau
membatasi siswa untuk berpendapat. Biasanya model pembelajaran yg berfokus
pada guru dan cuma satu arah. Bisa jadi karena memang faktor dr pendidikan
itu sendiri yg sampai sekarang kurikulum itu cepat sekali berganti dan guru
senior sulit untuk menyesuaikan diri.

Berikut beberapa perbedaan Pendidikan sebelum kemerdekaan dan sesudah


kemerdekaan:
a. Sebelum kemerdekaan
1) Pendidikan di bawah pemerintahan kolonial Belanda
2) Bahasa pengantar di sekolah-sekolah umumnya menggunakan bahasa
Belanda,
3) Terdapat ketidaksetaraan akses pendidikan antara penduduk pribumi
dan bangsa Eropa.
4) Kurikulum didesain untuk menciptakan tenaga kerja terampil sesuai
kebutuhan pemerintah colonial
5) Pendidikan untuk pribumi hanya baca, tulis, hitung dan agama
6) Perempuan sering kali memiliki akses terbatas ke pendidikan formal

b. Setelah kemerdekaan
1) Dibentuknya sistem pendidikan nasional yang mencerminkan nilai-nilai
kemerdekaan, keadilan, dan persatuan nasional.
2) Bahasa Indonesia diakui sebagai bahasa nasional dan bahasa pengantar
dalam sistem pendidikan
3) Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menyediakan akses
pendidikan untuk semua lapisan masyarakat
4) Pengembangan kurikulum yang lebih mencakup berbagai disiplin ilmu
dan mencerminkan kebutuhan pembangunan nasional.
5) Terdapat pemetaan jurusan di sekolah menengah yang dapat memetakan
minat bakat
6) Terjadi peningkatan kesetaraan gener dalam Pendidikan

11
2. Adakah model-model Pendidikan saat ini yang Anda lihat dapat
melepaskan ‘belenggu’ yang belum memerdekakan peserta didik?
Menurut kelompok kami, ada bebrapa hal yang dapat melepaskan
belenggu tersebut. Salah satunya yaitu penerapan P5 dan merdeka belajar
yg saat ini digalakkan. Pastinya harus ada kontroling dr pihak pengawas
pendidikan sehingga model pembelajaran yg memerdekakan siswa bisa
berjalan dengan baik.
Selain itu, terdapat berbagai macam pilihan model pembelajaran
yang dapat diterapkan disekolah. Sehingga terdapat beberapa model
Pendidikan saat ini dapat melepaskan belenggu kemerdekaan peserta didik
yaitu model pembelajaran yang mengarah keaktifan peserta didik. Seperti
model pembelajaran problem based learning dan project based learning
yang memberikan kesempatan untuk berperan aktif dalam pembelajaran
dan dapat belajar dalam memecahkan suatu masalah yang disajik dalam
pembelajaran. Dengan menerapkan model pembelajaran tersebut
Langkah pembelajaran dapat disesuaikan dengan kemampuan dan karakter
peserta didik. Meskipun termasuk model pembelajaran paradigma lama
tetapi pembelajaran tersebut menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan.

3. Apa yang Anda tawarkan sebagai model Pendidikan yang dapat


melepaskan belenggu dan memerdekakan peserta didik?

Menerapkan prinsip pendidikan dari Ki Hajar Dewantara,


among : berfokus pada siswa. Kami rasa prinsip tersebut relevan
untuk dilaksanakan saat ini.
Kemudian model pendidikan yang diterapkan pada
kurikulum 2013 sebenarnya sudah cukup baik. Namun masih
memiliki kekurangan, diantarnya yang manjadi perhatian dari
kelompok kami adalah dalam memanfaatkan kemajuan dibidang
teknologi digital dalam proses pembelajaran yang perlu ditingkatkan.
Contohnya yaitu pemanfaatan smartphone sebagai media belajar,
pembuatan video animasi, dan pemanfaatan game flash dalam proses
pembelajaran. Jadi dengan pemenfaatan teknologi tersebut dapat
12
mendukung proses pembelajaran dan memudahkan akses peserta
didik untuk mencari sumber belajar. Selain itu, dapat memudahakan
peserta didik dalam pemahaman materi pembelajaran yang
disampaikan melalui beberapa media pembelajaran menarik berbasis
teknologi digital.

Ringkasan materi perjalanan Pendidikan Nasional


Sebelum kemerdekaan
Gambaran ideal pendidikan dimasa lalu tidak dapat dimiliki oleh
semua kalangan masyarakat. Karena pada waktu itu pendidikan di batasi
dan di peruntukan bagi bangsa eropa yang menguasai nusantara dan para
bangsawan. Rakyat biasa tidak di perkenankan sama sekali untuk
mengenyam Pendidikan. Hal ini terus berlanjut dalam jangka waktu yang
lama hingga muncul tokoh-tokoh pembaharu yang memperjuangkan
kemerdekaan dan kebebasan terutama dalam bidang Pendidikan. Salah satu
tokoh hebat yang berhasil meletakan dasar-dasar pendidikan rakyat yang
nantinya menjadi dasar pendidikan nasional yaitu Bendara Raden

Tumenggung Harya Suwardi Soerjaningrat yang lebih dikenal dengan nama


Ki Hadjar Dewantara (Zuriantin, 2021).

Setelah kemerdekaan
Pendidikan setelah kemerdekaan hingga saat ini orang tua sebagai
pendidik pertama dalam keluarga selalu ikut campur dalam menentukan
nasib masa depan anaknya, karena orang tua selalu merasa bahwa apa yang
dilakukan buah hatinya belum mampu mengambil kebijakan sendiri dan
keinginan anak belum sesuai keinginan orang tuanya. Demikian pula di
lingkungan sekolah yang terlalu banyak menerapkan aturan-aturan yang
belum tentu anak didik itu sendiri menyetujuinya. la hanya terpaksa
mengikutinya karena melihat teman-temannya yang lain bersekolah
(Darmaningtyas 2007). Banyaknya aturan dalam pendidikan yang
menyebabkan hanya masyarakat tertentu saja yang mampu menikmatinya,
mulai dari peraturan lokal dalam jenjang Pendidikan sendiri sampai kepada
peraturan pemerintah yang dianggap kurang jeli melihat keadaan

13
masyarakatnya. Padahal sudah ditetapkan dalam Undang-Undang dan
Peraturan Pemerintah tentang pendidikan tahun 2003 pasal 13 bahwa ""Jalur
pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang
dapat saling melengkapi dan memperkaya". Tetapi dalam penerapannya
belum sempurna. Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat diharapkan
ikut berpartisipasi atas tanggung jawab negara dalam penyelenggaraan
pendidikan formal dan diharapkan mampu menjawab berbagai
permasalahan-permasalahan membelenggu. Sehingga Pendidikan yang
masih pengelolaan pendidikan ke depan, diharapkan makin tertata dengan
baik, professional dan mampu membuat suat cictom nentetete ta iald. cngan
doalk, makin mampu membuat suatu sistem pengelolaan pendidikan yang
efektif dan efisien untuk meningkatkan mutu, kualitas dan daya saing.
Adapun diantaranya contoh pendidikan yang membelenggu, yaitu: UN
(Ujian Nasional) Dana BOS Peraturan yang diterapkan di sekolah. Adanya
sederet aturan dalam pendidikan formal yang tidak jelas kepentingannya
bagi anak didik seperti baju seragam, sepatu seragam dan masuk harus jam
07.00 atau 07.30.
Selain itu, pada saat ini masih banyak ketimpangan Pendidikan di
daerah pedalaman dan perkotaan. Ketimpangan pendidikan merupakan
suatu kondisi dimana tidak meratanya akses pendidikan yang diperoleh di
setiap daerah. Shao dkk. (2019) mengatakan bahwa daerah yang memiliki
perekonomian lebih baik maka memiliki tingkat pencapaian pendidikan
lebih baik dibandingkan daerah yang kurang berkembang. Mulai dari sarana
dan prasarana yang jauh berbeda, kemudian akses menuju sekolah di daerah
pedalaman cukup jauh hingga medan yang harus dilalui terbilang kurang
layak, hingga kualitas tenaga pendidik dan sistem pembelajaran menjadi
faktor utama ketidakmerataan Pendidikan di Indonesia. Hal ini harus
menjadi perhatian bagi pemerintahan dan dinas terkait agar seluruh anak
Indonesia mampu merasakan Pendidikan yang sama.

14
DAFTAR PUSTAKA

Adirilany, S. F., Sari, S. Y., Ferdiansyah, S., Nisa, K., & Doutel, J. D.
S. (2023). Pengawasan Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa di Era
Society 5.0. Proceedings Series of Educational Studies.
Aprima, D., & Sari, S. (2022). Analisis penerapan pembelajaran
berdiferensiasi dalam implementasi kurikulum merdeka pada pelajaran
matematika SD. Cendikia: Media Jurnal Ilmiah Pendidikan, 13(1), 95-101.
Chotib, Munif. (2019). Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis
Multiple Intelligence di Indonesia. Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka
Depdiknas. (2003). Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Di Unduh dari
tanggal 15 Desember 2023.

Ridwan, S. L. (2021). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan


Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Model Pembelajaran Discovery
Learning. Jurnal Didaktika Pendidikan Dasar, 5(3), 637-656.
Safitri, A. O., Yunianti, V. D., & Rostika, D. (2022). Upaya
peningkatan pendidikan berkualitas di Indonesia: Analisis pencapaian
sustainable development goals (SDGs). Jurnal Basicedu, 6(4), 7096-7106.
Simon P. Rafael, Filosofi Pendidikan Nasional Mata Kuliah Inti
Pendidikan Profesi Guru Prajabatan Tahun, 2022.
Istiq’faroh, N. (2020). Relevansi Filosofi Ki Hajar Dewantara Sebagai
Dasar Kebijakan Pendidikan Nasional Merdeka Belajar Di Indonesia.
Jurnal Pendidikan, 3(2), 1–10.
Suastika, M., Ratna, K., & Ardhana, K. (2016). Ki Hadjar Dewantara
Pelopor Pendidikan Nasional. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 3(3),
377–394.

15

Anda mungkin juga menyukai