Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Dwimingguan Calon Guru Penggerak

Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara

Dewi Rahayu
CGP Angkatan 10
SDN 1 Cipaku kecamatan Cipaku kabupaten Ciamis

Guru penggerak merupakan program yang diluncurkan oleh Kemdikdud pada tahun
2020. Guru penggerak dipersiapkan untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang
mengdoeong tumbuh kembang peserta didik secara holistik, aktif, dan proaktif dalam
mengembangan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang
berpusat kepada peserta didik serta menjadi contoh dan agen perubahan ekositem pendidika
untuk mewujudkan profil pelajar pancasila (kemdikbud, 2020).
Didalam laman Sekolah Penggerak Kemdikbud (2020) dijelaskan untuk menjadi
Guru Penggerak, guru harus mengikuti pendidikan guru penggerak selama 6 bulan. Selama
mengikuti proses pendidikan, peserta yang lolos seleksi Program Guru Penggerak akan
mendapatkan:

1. Pendidikan Guru Penggerak selama 6 bulan dan pengembangan kompetensi dalam


Lokakarya Bersama
2. Peningkatan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran yang berpusat pada murid
3. Pengalaman belajar mandiri dan kelompok terbimbing, terstruktur, dan menyenangkan
4. Pengalaman belajar bersama dengan rekan guru lain yang sama-sama lolos seleksi
program guru penggerak
5. Pengalaman mendapatkan bimbingan/mentoring dari pengajar praktik (pendamping)
pendidikan guru penggerak
6. Mendapatkan komunitas belajar baru.
Saat ini pendidikan guru penggerak telah memasuki masa pendidikan guru
penggerak Angkatan 10. Pendidikan guru penggerak Angkatan 10 dibuka secara resmi oleh
Direktur Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Prof. Dr. Nunuk
Suryani,M.Pd pada tanggal 15 Maret 2024 secara daring melalui virtual meeting dan
disiarkan secara langsung melalui kanal Youtobe Ditjen Kemdikbud RI.
Selama mengikuti kegiatan pendidikan guru penggerak, calon guru penggerak akan
didampingi fasilitator yang memberikan pendampingan secara daring melalui LMS, dan
pengajar praktik yang mendampingi secara luring dalam pendampingan individu dan
kegiatan lokakarya. Kegiatan pelatihan guru penggerak dilaksanakan secara dari melalui
LMS (Learning Management System), modul pertama yang dipelajarari adalah Refleksi
Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara. Pembelajaran pada mosul ini diawali
dengan pretest merupakan tes kemampuan awal calon guru penggerak dilanjutkan dengan
(1) pendahuluan pengenalan alur belajar pada modul 1.1. (2) forum kokunikasi, Sarana
komunikasi anrata fasilitator dengan peserta selama mempelajari modul 1.1 Refleksi
Filosofi Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara. (3) Memulai dari diri sendiri, Kegiatan
ini merupakan kegiatan pembuka dari seluruh rangkaian materi belajar di Program
Pendidikan Guru Penggerak. Pada kegiatan ini, Anda akan melakukan sebuah refleksi diri
sejauh mana Anda mengenal dan memahami Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
(KHD). (4) Elaborasi konsep, merukapan kegiatan pendalaman konsep pendidikan Ki
Hajar dewantara. Didalam kegitan elaborasi konsep calomn guru penggerak mempelajari
materi secara mandiri serta berdiskusi melalui ruang diskusi virtual dan Ruang Kolaorasi
yang dipandu oleh fasilitator. (5) Demontrasi kontekstual, peserta mendesain strategi dalam
mewujudkan pemikiran KHD - 'Pendidikan yang Berpihak pada Murid' - sesuai dengan
Konteks Diri Murid dan Sosial Budaya di daerah asal (karya demonstrasi kontekstual dalam
video, atau infografis atau puisi atau lagu, dll). (6) Elaborasi pemahaman, CGP meyusun
petanyaan untuk menguatkan pemahaman modil 1.1 dan dilakukan pembehasan secara
virtual bersama instruktur. (7) Koneksi antar materi- kesimpulan dan reflekasi. (8)Aksi
nyata dan (9) penutup modul 1.1.
Hubungan Filosofi pendidikan Kihajar Dewantara
Tujuan pendidikan Ki Hadjar Dewantara, merdeka baik secara fisik, mental, dan
kerohanian. Kemerdekaan pribadi dibatasi oleh tertib damai kehidupan bersama, dan ini
mendukung sikap-sikap seperti keselarasan, kekeluargaan, musyawarah, toleransi,
kebersamaan, demokrasi, tanggungjawab, dan disiplin. Manusia merdeka adalah seseorang
yang mampu berkembang secara utuh dan selaras dari segala aspek kemanusiaanya dan
yang mampu menghargai dan menghormati kemanusiaan setiap orang. Ki Hajar dewantara
mengungkapkan bahwa pendidika merupakan Upaya memajukan tumbuhnya budi pekerti
(kekuatan batin dan karakter) pikiran dan tubuh anak.
Dunia pendidikan harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Namun kondisi ini harus disertai dengan pengembangan karakter. Sekolah tempat
pelaksanaan pendidikan harus menjadi jalan dalam membangun karakter peserta didik
sejak dini supaya memiliki karakter baik hingga kelak ia tumbuh dewasa menjadi manusia
yang berkarakter (Suryana, C., & Muhtar, T. 2022).
Tantangan Pendidikan di Era 4.0
Bapak pendidikan nasional Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa
perjuangan di bidang pendidikan sebenarnya adalah upaya untuk membangun suatu
peradaban. Perjuangan ini bukan hanya tentang kurikulum dan hasil belajar semata-mata,
tetapi juga tentang bagaimana kita mengajar dan memiliki anak-anak. Perjuangan dalam
pendidikan sejatinya adalah untuk menghasilkan para pembaharu yang dapat menghadapi
tantangan zaman saat ini (Suryani, 2024).
Untuk menjawab tantangan zaman ini guru bukan hanya memiliki peran sebagai
pengajar, tetapi juga memiliki peran sebagai pemimpin pembelajaran. Sebagaimana amanat
dalam semboyan pendidika Ki Hajar Dewantara ing ngarso sung tolodho, ing madyo
mangun karso, tut wuri handayani. Semboyan ini mengandung makna bahwa seorang guru
Guru harus menjadi teladan bagi peserta didik dalam perilaku, etika, dan moralitas. Guru
tidak hanya menuntun, tetapi juga memberi perlindungan dan mendukung pertumbuhan
peserta didik. tidak hanya dalam hal akademis tetapi juga dalam hal karakter dan moral. Ki
Hadjar Dewantara memperhatikan keseimbangan cipta, rasa, dan karsa tidak hanya
sekadar proses alih ilmu pengetahuan saja atau transfer of knowledge, tetapi sekaligus
pendidikan juga sebagai proses transformasi nilai (transformation of value) (mudana,
2019).
Konsep kodrat alam (fitrah) dan kodrat zaman (zaman) dapat menjadi landasan
penting dalam merancang pendekatan pembelajaran yang relevan dan efektif. Kodrat alam
merujuk pada fitrah atau karakteristik dasar alam semesta dan manusia sebagai bagian
darinya. Fitrah manusia mencakup kebutuhan dan potensi bawaan yang dimiliki setiap
individu. Pemahaman kodrat alam dapat digunakan sebagai dasar untuk merancang
pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik alami peserta didik
(Marwah, S. S., Syafe’i, M., & Sumarna, E., 2018). Misalnya, pengakuan bahwa manusia
memiliki keingintahuan alamiah dapat menjadi dasar untuk membangkitkan rasa ingin tahu
peserta didik melalui pendekatan pembelajaran yang menarik dan relevan dengan
kehidupan sehari-hari. Kodrat zaman merujuk pada kondisi, tantangan, dan dinamika yang
khas dari suatu periode waktu tertentu. Setiap zaman memiliki ciri-ciri uniknya sendiri
dalam hal teknologi, budaya, dan tuntutan sosial. Dalam pembelajaran, pemahaman kodrat
zaman membantu guru untuk menyesuaikan strategi dan metode pembelajaran agar sesuai
dengan konteks sosial dan teknologi yang ada (Irianti, R.I., 2024). Misalnya, dalam era
digital saat ini, pendidik perlu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
proses pembelajaran untuk memperkaya pengalaman belajar peserta didik.
Perubahan peran guru dalam pembelajaran berdasarkan Pemikiran Filosofi
Kihajar Dewantara.
Setelah mempelajari pemikiran filosofis pendidikan Ki Hajar Dewantara,
pembelajaran tidak lagi berpusat para guru (teacher centre) akan tetapi berpusat pada
peserta didik(student centre). Dalam pembelajaran yang berpusat pada peserta didik Guru
memiliki peran sebagai berikut:
1. Guru sebagai Pemimpin, guru bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai
pemimpin. Guru harus menjadi teladan bagi murid-muridnya dalam perilaku, etika,
dan moralitas.
2. Guru sebagai Pembimbing, guru harus berperan sebagai pembimbing yang membantu
peserta didik dalam mengembangkan potensi diri mereka secara menyeluruh, baik
secara intelektual, emosional, maupun sosial.
3. Guru sebagai Motivator, guru harus mampu memotivasi peserta didik untuk belajar
dan berkembang. Guru harus memiliki kemampuan untuk menginspirasi,
menggerakkan, dan meningkatkan semangat belajar peserta didik.
4. Guru sebagai Fasilitator Pembelajaran, guru sebagai fasilitator pembelajaran yang
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didik untuk bereksplorasi,
bertanya, dan berpikir kritis.
5. Guru sebagai Penyampai Nilai-nilai Budaya, guru memiliki tanggung jawab untuk
menyampaikan dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada peserta didik. Guru harus
menjadi agen perubahan yang membantu membangun karakter dan identitas nasional
melalui pendidin
6. Guru sebagai Pembangun Kemandirian, guru dalam membantu peserta didik untuk
menjadi mandiri dan bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri. Guru harus
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan
belajar mandiri.
Referensi
Irianti, R. I. (2024). Penerapan kurikulum merdeka dalam pengimplementasian
pendidikan yang sesuai dengan kodrat alam dan zaman. Pubmedia Jurnal Penelitian
Tindakan Kelas Indonesia, 1(2), 10-10.

Marwah, S. S., Syafe’i, M., & Sumarna, E. (2018). Relevansi konsep pendidikan
menurut Ki Hadjar Dewantara dengan pendidikan islam. TARBAWY: Indonesian Journal
of Islamic Education, 5(1), 14-26.

Mudana, I. G. A. M. G. (2019). Membangun karakter dalam perspektif filsafat


pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Jurnal Filsafat Indonesia, 2(2), 75-81.

Suryana, C., & Muhtar, T. (2022). Implementasi Konsep Pendidikan Karakter Ki


Hadjar Dewantara di Sekolah Dasar pada Era Digital. Jurnal Basicedu, 6(4), 6117-6131.

Kemdikbud (2020). https://sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id/gurupenggerak/faq/

Youtobe Ditjen GTK Kemdikbud RI. https://www.youtube.com/watch?v=p4jQz8R89dI

Anda mungkin juga menyukai