Anda di halaman 1dari 12

BAB I.

PENDAHULUAN
1. Latar belakang kegiatan yang telah dilakukan
Penulis menyadari banyak kekurangan dan kelemahan sebagai seorang
guru, sehingga tertarik mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak
(PPGP). Dalam kegiatan terdapat berbagai kegiatan dari Eksplor Konsep,
Pembelajaran oleh Fasilitator, diskusi kelompok dan Pendampingan Individu
sehingga lahir seorang guru penggerak.
Melalui PPGP didapat berbagai pengalaman yang bermakna, Guru
dibekali modul Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional-Ki Hajar Dewantara,
nilai-nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak dan budaya positif.
Proses memaknai dan memahami pembelajaran mengenai kompetensi yang
dimiliki seorang guru penggerak, bermanfaat bagi penulis terutama tentang
pembelajran yang berpihak kepada murid.
Berpihak kepada murid merupakan bagian Filosofi Ki Hajar Dewantara,
kodrat murid adalah sukses dan selamat. Maka seorang guru harus mampu
memahami bahwa seorang guru adalah penuntun. Untuk menuntun murid agar
tetap pada jalurnya maka guru penggerak memahami Nilai-nilai guru penggerak
yaitu berpihak pada murid sehingga murid merasa dicintai dan disayangi, guru
harus sering merefleksikan dirinya sehingga mengetahu kekurangan dan
kelebihannya, guru harus mandiri dalam menggali dan meningkatkan
pengetahuannya agar bisa menjadi pemimpin pembelajaran sesungguhnya,
memiliki nilai kolaboratif serta inovatif denggan bersama-sama menciptakan
hal baru untuk kebaikan bersama.
Kebaikan bersama bisa dimaksimalkan dengan bersama-sama membuat
suatu visi sesuai tahapan BAGJA, sehingga suatu visi bisa sesuai dengan
keinginan bersama atau mimpi bersama. Agar bisa menghasilkan suatu budaya
yang positif.
Budaya positif adalah suatu kebiasaan baik oleh karena itu seorang guru
penggerak harus memahami dengan baik apa yang dimaksud dengan motivasi,
hukuman, konsekuensi dan restitusi. Dari berbagai rangkaian kegiatan
Pendidikan Guru Penggerak ini, di terapkan pada Sekolah sebagai kegiatan aksi
nyata penulis, untuk penyelesaian masalah yang dihadapi di SMKN 4 Seluma .
2. Tujuan kegiatan
Dalam Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) pada tahap pertama
guru dibekali Paradigma dan Visi Guru Penggerak yang memiliki tujuan
sebagai berikut :
1. Guru Penggerak memahami Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional-Ki
Hajar Dewantara dan penerapan di SMKN 4 Seluma.

1
2. Guru Penggerak memahami Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak serta
penerapan di SMKN 4 Seluma.
3. Guru Penggerak memahami Visi Guru Penggerak dan penerapan di
SMKN 4 Seluma.
4. Guru Penggerak memahami Budaya Positif dan penerapan di SMKN 4
Seluma.
3. Manfaat Kegiatan
Manfaat bagi penulis :
1. Menambah pemahaman bagaimana sesungguhnya tugas seorang guru.
2. Memiliki pemahaman bagaimana menjadi pemimpin pembelajaran yang
bertugas sebagai penuntun.
3. Memiliki pengetahuan yang lebih mendalam tentang nilai-nila dan peran
sebagai seorang guru.
4. Mengingkatkan kompetensi melalui penerapan visi guru penggerak.
5. Memiliki pemahaman dan pemaknaan tentang budaya positif dalam
komunitas Sekolah.
Manfaat bagi peserta didik :
1. Memiliki semangat belajar setelah mengetahui tentang filosofi KHD
bahwa kodrat setiap anak itu adalah sukses dan bahagia.
2. Memiliki kepercayaan diri setelah mengenal istilah merdeka belajar.
3. Semakin dekat dengan guru setelah diberi penjelasan bahwa guru
memiliki nilai berpihak kepada murid.
4. Lebih percaya diri setelah melalui tahapan pembelajaran tentang
kepemimpinan murid.
5. Menaati peraturan yang dibuat bersama berdasarkan keyakinan kelas.
Manfaat bagi Sekolah :
1. Setelah merefleksikan pemikiran KHD, Sekolah mewujudkan
pembelajaran yang menuntun.
2. Komunitas Sekolah memahami tentang berpihak pada murid, reflektif,
mandiri, kolaboratif, serta inovatif.
3. Sekolah semakin terstruktur segala perencanaan pembelajaran dengan
penerapan konsep BAGJA.
4. Dengan budaya positif, tercipta suasana semakin bermakna karena
memahami konsep restitusi.

2
BAB II. PEMBAHASAN
1. Kebijakan Kementrian, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Untuk terus meningkatkan peran seorang pendidik Pemerintah semakin
mengiatkan berbagai literatur dalam dunia pendidikan. Salah satunya
menyediakan kebijakan yang berpihak kepada pendidik untuk menjadi
pemimpin pembelajaran dengan menyediakan berbagai kegiatan untuk
meningkatkan pengetahuan atau kemampuan memberdayakan diri melalui
Program-program yang tersaji dengan baik dan bisa diakses melalui akun guru
masing-masing. Salah satu kegiatan yang disediakan oleh Kebijakan
Kementrian, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi saat ini adalah Program
Pendidikan Guru Penggerak.
2. Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP)
Dalam Program Guru Penggerak (PPGP) seorang guru dibekali
pengetahuan menjadi seorang pemimpin pembelajaran yang merdeka belajar.
Memiliki kompetensi untuk memberdayakan diri sendiri dan orang lain. Setelah
mendapatkan berbagai pendidikan dalam kegiatan PGP, guru menjalankan aksi
nyata untuk menerapkan hasil pemahaman kepada komunitas sekolah, sebagai
hasil pemahaman untuk menggerakkan komunitas sekolah sehingga bisa
menciptakan lingkungan yang mendukung proses pembelajaran yang merdeka
belajar.
3. Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional-Ki Hajar Dewantara
Penulis menyampaikan kepada Sekolah mengenai Filosofi Ki Hajar
Dewantara (KHD) inti dari pendidikan iyaitu mewujudkan siswa yang
berbudaya sehingga bisa mencapai kesuksesan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya sesuai dengan kodrat anak dengan proses pembelajaran yang
Merdeka Belajar.
Disini juga diketahui tabiat anak yang tidak sesuai dengan jalan kodratnya
bisa dirubah dengan terus-menerus dipupuk oleh pembelajara, sedangkan yang
tidak bisa dirubah bisa disamarkan atau bisa ditutupi dengan kemampuan
mengolah diri dan penguasaan terhadap diri sendiri. Anak juga memiliki aliran
jiwa yang menghasilkan sebuah budi pekerti melalui pembelajaran.
Sehingga seorang pendidik hendaknya memiliki Naluri Pendidikan agar
bisa memahami syarat-syarat dan alat-alat pendidikan. Dimana alat ini berbeda-
beda jenjangnya untuk tiga masa yang berbeda dalam menghadapi anak, usia
satu sampai tujuh tahun disebut masa kanak-kanak, tujuh sampai empat belas
tahun disebut masa pertumbuhan jiwa pikiran dan masa empat belas sampai dua
puluh satu tahun merupakan masa terbentuknya budi pekerti.
Setelah rekan bisa mengerti cara mengahadapi anak SMK yang
memasuki masa terbentuknya budi pekerti. Pada masa terbentuknya budi

3
pekerti seorang anak selalu didampingi agar mereka tidak salah dalam memilih
jalan. Bagaiman cara seorang guru dalam mendapingi yaitu dengan memberi
penguatan tentang nilai-nilai luhur yangs sesuai dengan budaya.
Berdasarkan hal tersebut penulis dan komunitas sekolah mengambil salah
satu kekutan yang sesuai dengan budaya di SMKN 4 Seluma yaitu sekolah
sambil bekerja. Karena murid sudah mulai sibuk dengan pekerjaan dan sering
mengabaikan sekolah, maka kami menerapkan kegiatan merdeka belajar
dengan mengajak murid agar berkomitmen dengan sekolah, memberikan
bimbingan, menanamkan nilai karakter, pendekatan dengan keluarga siswa dan
mencari tahu latar belakang murid. Dari kegiatan ini akhirnya murid sudah
semakin berkomitmen dengan kegiatannya sebagai pelajar.
4. Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak
Setelah melalui kegiatan eksplor konsep, penulis menjelakan kepada
komponen sekolah, tentang nilai-nilai guru penggerak yaitu berpihak kepada
murid, inovatif, kolaboratif, mandiri dan reflektif. Setelah sama-sama
memahami nilai-nilai guru penggerak, kami menyusun suatu kegiatan untuk
menentukan kekuatan masing-masing yang kami miliki untuk menciptakan
lingkungan yang berpihak kepada murid.
Rekan yang memiliki kemampuan lebih mencolok dibidang
keberpihakkan kepada murid difokuskan pada kegiatan latihan kepemimpinan
pada murid dengan melakukan pendampingan khusus terhadap murid. Guru
yang memiliki kemapuan IT mendapatkan tugas sebagai guru inovatif, dengan
memanfaatkan media belajar seperti infokus dan video pembelajaran agar
murid tidak mengalami kejenuhan dalam kegiatan pembelajaran.
Dan kami menjalakan kegiatan reflektif berupa kegiatan supervisi oleh
kepala sekolah, supervisi rekan sejawat, dan mengadakan pertemuan dengan
wali murid atau orang tua murid untuk mengetahui kelemahan yang harus
diperbaiki dan kelebihan apa yang harus ditingkatkan. Nilai yang terakhir, guru
yang memiliki kemampuan mengolah kegiatan kolaboratif ditugaskan untuk
berfokus pada kegiatan kolaborasi dengan seluruh komponen sekolah.
Dengan pembagian tugas yang menggambarkan nilai-nilai guru
penggerak maka peran penulis sebagai guru penggerak dilingkungan sekolah
bisa berjalan dengan lebih baik dan terasa menyenangkan karena peran sebagai
pemimpin pembelajaran, coach, mendorong kolaborasi, mewujudkan
kepemimpinan murid, menggerakkan komunitas praktisi, bisa perlahan dan
bertahap terlaksana dengan baik di SMK Negeri 4 Seluma.
5. Visi Guru Penggerak
Pada tahap ini Guru Penggerak dibekali tentang tahapan BAGJA,
kemudian disosialisasikan dengan komunitas sekolah. Kepala sekolah dan

4
rekan sejawat sepakat untuk bersama-sama menerapkan tahapan BAGJA dalam
membuat visi agar pembelajaran semakin berpihak kepada murid. Pada tahap
Buat pertanyaan utama, kami membuat pertanyaan tentang, Bagaimana cara
memupuk kekuatan sehingga siswa mampu mengungkapkan kisah atau fakta
positif yang telah dilakukan di Sekolah agar bisa mendorong tindakan
perubahan nyata didalam mewujudkan profil pelajar pancasila.
Pada tahap kedua Ambil pelajaran kami menentukan sosok siapa yang
menjadi contoh nyata. Pada Gali mimpi, bersama-sama membuat gambaran
masa depan hasil konkrit anak-anak didik di SMKN 4 Seluma. Dalam
menjabarkan rencana, kami menyusun suatu organisasi saling berbagi antar
siswa dan membuat catatan tentang kesuksesan pencapaian hasil kegiatan. Dan
terakhir atur-eksekusi kami menyusun siapa saja dan peran yang dibutuhkan
sehingga siswa mampu mengungkapkan kisah atau fakta yang positif yang telah
dilakukan di Sekolah agar bisa mendorong tindakan perubahan nyata atau
konkret didalam mewujudkan profil pelajar pancasila.
6. Budaya Positif
Penulis menyampaikan kepada komunitas sekolah bahwa budaya positif
memuat cara menuntun murid sehingga berkarakter, disiplin, santun, jujur,
peduli, dan bertanggung jawab, serta seorang guru yang menjadi pemimpin
pembelajaran harus memberdayakan murid dan mampu menciptakan
lingkungan positif. Untuk itu guru memahami kebutuhan belajar dan
lingkungan yang menjadi fasilitas belajar serta mampu mengembangkan dan
mewujudkan visi yang berpihak pada murid.
Penulis berbagi tentang cara mewujudkan visi yang berpihak kepada
murid dan mensosialisasikan tentang teori motivasi, konsep hukuman,
konsekuensi dan restitusi. Suatu motivasi harus dipahami oleh guru, bahwa
setiap murid bisa menjadi diri mereka seperti yang diinginkan dan tetap
menghargai diri mereka tanpa mempertimbangkan hukuman atau hadia, karena
murid telah tertanam nilai-nilai kebajikkan sedari lahir.
Dan mensosialisasikan hasil pemahaman bahwa hukuman adalah suatu
kegiatan yang membuat murid merasa tersakiti, hal ini akan berdampak tidak
baik terutama saat yang mendapatkan hukuman merasa tidak takut, justru
hukuman akan menimbulkan sikap pasif atau agresif semakin meningkat.
Konsekuensi adalah suatu tindakan yang akan membuat murid merasa tidak
nyaman sebab harus diingatkan dan dipantau terus-menerus, kalau tidak
dipantau maka kesalahan akan kembali terulang sedangkan Restitusi adalah
suatu kegiatan memberi kesempatan kepada murid untuk mencari sendiri solusi
dari masalah yang mereka lakukan, disini murid diberi pilihan tentang apa yang

5
mereka yakini agar bisa fokus pada pemecahan masalah sehingga bisa
diselesaikan dalam jangka yang panjang.
Setelah mendapatkan penjelasan, kepala sekolah dan rekan sejawat
sepakat untuk menerapkan konsep restitusi saat mengatasi masalah pada murid.
Salah satu masalah yang coba kami selesaikan dengan restitusi, ketika
menghadapi murid yang sudah bekerja sebagai kuli angkat sawit dan sering
mengabaikan kegiatan disekolah. Kami bersama-sama menyusun langkah
restitusi yang diambil untuk menyelesaikan masalah ini, dengan memanggil
anak tersebut, untuk mendengarkan alasan kenapa mereka lebih mementingkan
bekerja dari pada bersekolah dan tugas sekolah banyak tidak dikerjakan, murid
menyampaikan alasan karena butuh uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari, salah satunya untuk membeli bensin motor yang biasa mereka gunakan
untuk sekolah.
Kami menanyakan kepada murid tersebut apakah sering izin, sesuai
dengan keyakinan kelas? Orang tua tahukah kegiatan kalian? Apa solusi yang
kalian anggap baik agar bisa bekerja dan tetap bersekolah serta menyelesaikan
tugas sekolah? Murid mengatakan tidak sesuai dengan keyakinan kelas yang
sudah disepakati, dan orang tua mereka tahu namun bukan berarti orang tua
tidak mampu membeli bensin untuk motor anak-anak, mereka membuat
kesepakatan untuk tidak bekerja sampai larut malam lagi, sebab mereka tidak
sekolah karena sudah kelelahan dan tidur terlalu malam. Namun mereka
meminta kelonggaran tugas-tugas tidak terlalu banyak agar mereka bisa tetap
bekerja, dengan tujuan bisa meringankan sedikit beban orang tua mereka yang
kehidupannya pas-pasan.
Mendengar penjelasan dan solusi berasal dari mereka sendiri bukan
sekolah yang menawarkan, maka kami mencoba menyetujui dan menjalankan
kegiatan ini untuk melihat perubahan anak-anak. Sudah cukup lama kegiatan ini
berjalan anak-anak SMKN 4 Seluma yang sering izin karena alasan bekerja
sudah memperlihatkan perubahan.

6
BAB III. PENUTUP

1. Refleksi
Setelah menjalankan kegiatan Guru Penggerak melalui Program
Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) lebih kurang enam bulan, penulis
menyadari begitu banyak kekurangan dan ada banyak hal yang harus dipahami
sebagai penuntun agar bisa membawa murid pada kesuksesan. Melalui Program
Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) penulis terus berupaya mendalami konsep
Filosofi Ki Hajar Dewantara tentang kodrat anak adalah sukses dan selamat,
dengan memberi anak kesempatan untuk menjadi pemimpin, memberi
pembelajaran yang menggiring murid pada merdeka belajar.
Agar anak merdeka belajar maka guru bisa menjalankan kegiatannya
sebagai penuntun dengan memahami dan memaknai nilai-nilai dan perannya
sebagai guru dengan menjadi pemberi motivasi, contoh dan pembiasaan, serta
membuat visi yang disusun sesuai BAGJA agar tercipta suatu budaya positif
maka penulis selalu berkoordinasi dengan Kepala Sekolah sebab untuk melalui
tahap ini dibutuhkan dukungan dari seluruh kalangan disekolah baik rekan
sejawat maupun ekosistem disekolah.
Setelah memulai eksplor konsep, diskusi kelompok dan pembelajaran
yang dituntun oleh Fasilitator, penulis membagikan hasil pemahaman kepada
pihak sekolah agar sama-sama bisa melaksanakan program pembelajaran yang
berpihak kepada murid. Dan memintak umpan balik dari rekan sejawat untuk
mengetahui apa-apa yang masi terus ditingkatkan dan harus diteruskan.
Terus berupaya memahami dan mempelajari karakter anak agar bisa bisa
terus mengerti gaya dan cara belajar murid. Berupaya meningkatan
kepemimpinan murid dengan memberi pelatihan kepada murid. Karena hal-hal
seperti ini hendaknya terus dijadikan suatu kebiasaan agar murid tidak lupa
dengan karakternya sebagai seorang pelajar yang merdeka belajar.
Seiring kegiatan pembelajaran berjalan ada beberapa kegiatan dengan
rekan sejawat hasil bentukkan kegiatan komunitas sering diabaikan, maka hal
ini akan kembali di giatkan, agar kegiatan berbagi pemahaman dan solusi akan
terus bisa dijalankan sebagai budaya positif demi terciptanya suatu perubahan
yang semakin baik dan semakin banyak inovasi, kegiatan kolaborasi dan kretaif
dilingkungan sekolah.
2. Tindak Lanjut
Setelah menjalankan rangkaian Program Pendidikan Guru Penggerak
(PPGP) pada Modul 1 dengan materi pembahasan refleksi filosofi pendidikan
nasional-Ki Hajar Dewantara, nilai-nilai dan peran guru penggerak , visi guru
penggerak, budaya positif, diperlukan suatu kegiatan sebagai tindak lanjut

7
untuk mengetahui apa-apa yang harus diperbaiki dan diteruskan maupun
ditingkatkan. Hal yang penulis rencanakan sebagi tindak lanjut yaitu :
1. Terus mensosialisasikan apa yang dimaksud dengan filosofi pendidikan
nasional-Ki Hajar Dewantara, nilai-nilai dan peran guru penggerak , visi
guru penggerak , budaya positif agar kegiatan ini tidak berhenti pada saat
kegiatan sedang berlangsung saja.
2. Mensosialisasikan hasil diskusi kelompok pembelajaran dalam kegiatan
PPGP sebagai bahan acuan atau gambaran untuk diterapkan di Sekolah.
3. Mensosialsisasikan PPGP kepada rekan sejawat agar tertarik untuk
mengingkuti dengan menceritakan manfaat yang diperoleh setelah
menyeselsaikan PPGP.
4. Mengelolah kegiatan yang berdampak pada murid.
5. Memberi ruang untuk murid, rekan sejawat menberi masukkan tentang
visi, sehingga bisa diketahu hal apa yang masi kurang atau perlu sama-
sama ditingkatkan.
6. Terus menerapkan keyakinan kelas sebagai pondasi bagi murid dalam
bertindak di sekolah.
Rangkaian tindak lanjut ini, disampaikan kepada Kepala Sekolah untuk
disetujui dan disampaikan kepada rekan sejawat agar bisa terus bersama-sama
dijalankan dengan baik sebagai suatu kegiatan positif dilingkungan sekolah
untuk menciptakan sekolah yang merdeka belajar dan sukses menuntun murid
pada kodarnya yang bahagia.

8
DAFTAR PUSTAKA
Rafael, Simon. 2022. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara.
Jakarta: Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.
Dharma, Aditya. 2022. Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak. Jakarta: Direktur
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.
Dharma, Aditya. 2022. Visi Guru Penggerak. Jakarta: Direktur Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan.
Nurcahyani, Andri, dkk. 2022. Budaya Positif.Jakarta: Direktur Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan.
https://sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id/gurupenggerak/faq/
https://www.detik.com/edu/sekolah/d-6501793/tutup-sebentar-lagi-cek-syarat-
pendaftaran-guru-penggerak

9
LAMPIRAN

Konsultasi dengan Kepala Sekolah untuk mengikuti PPGP

Aktivitas pembelajaran Modul 1 secara daring

Sosialisasi kegiatan PGP kepada Berdiskusi kekutan yang sesuai dengan


komunitas Sekolah budaya di SMKN 4 Seluma

10
Diskusi tentang nilai-nilai guru penggerak dan akan dijadikan kekuatan masing-
masing guru

Berdiskusi dengan wali murid

Memberi kesempatan murid menjadi pemimpin pembelajaran

11
Pendampingan Individu 1

Loka Karya 1

12

Anda mungkin juga menyukai