Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan

Modul 1.1 Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara


Dibuat oleh Basri B. Lahiya, S.Pd
Asal Sekolah : SMP Negeri 1 Paleleh Barat
Calon Guru penggerak Angkatan 9 Kabupaten Buol Sulawesi Tengah

Pada kesempatan ini saya akan menuliskan Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.1 tentang Filosofi
Pendidikan Ki Hajar Dewantara. Jurnal refleksi Dwi Mingguan adalah sebuah tulisan tentang
Refleksi diri setelah saya mengikuti kegiatan Pendidikan di guru penggerak secara daring yang
telah saya laksanakan dua minggu ini dan merupakan salah satu tugas yang harus dibuat oleh
setiap calon guru penggerak. Jurnal Refleksi dipandang sebagai salah satu elemen kunci
pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru dalam menerapkan teori dan praktik,
serta menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis (Bain, dkk.:
1999).

Facts ( Peristiwa )

Lokakarya Orientasi dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023 secara daring. Dalam
kegiatan tersebut selain Calon Guru penggerak (CGP) juga mengundang para pengawas dan
kepala Sekolah masing-masing.

Para peserta CGP Bersama Pengajar Praktik dan Fasilitator membersamai kami dalam kegiatan
yang sangat kooperatif dan menyenangkan selama pembelajaran baik Ketika lokakarya orientasi
maupun secara daring sehingga peserta memiliki semangat yang tinggi dalam mengikuti
kegiatan. Banyak kegiatan positif yang dilakukan seperti membuat kesepakatan kelas,
menuliskan simbol diri dan mempresentasikan harapan dan kekhawatiran menjadi CGP.

Selama dua minggu yang telah dilewati kami melakukan kegiatan individu seperti belajar
mandiri di LMS dan belajar Bersama CGP lain yang di damping oleh Pengajar Praktik
juga Fasilitator dengan mempelajari modul 1.1, yaitu mulai dari diri, eksplorasi konsep,
eksplorasi konsep di forum diskusi dengan fasilitator, kolaborasi di ruang kolaborasi dan setiap
CGP berkolaborasi bersama kelompok masing-masing untuk mempresentasikan hasil
menemukenali nilai-nilai luhur kearifan budaya dan memberi umpan balik, dengan didampingi
fasilitator yang terus memberi arahan dan motivasi kepada kami.

Selain itu ada pula kegiatan membuat karya demonstrasi kontekstual yang tugasnya harus di
unggah dalam LMS. Dan kegiatan berikutnya adalah mengikuti elaborasi pemahaman yang
dilakukan secara virtual bersama instruktur, selanjutnya dari pemahaman tersebut kita pun
melakukan kegiatan koneksi antar materi. Dan akhir dari alur merdeka modul 1.1 ini adalah aksi
nyata dan menuliskan jurnal refleksi dwi mingguan.

1
Feeling ( Perasaan )

Dua minggu setelah mengikuti kegiatan Pendidikan Guru penggerak, yang saya rasakan di awal
mengikuti kegiatan ini adalah perasaan bangga karena bisa mengikuti kegiatan ini untuk belajar
dan mengembangkan kompetensi diri serta mendapat kesempatan ikut berperan dalam perubahan
Pendidikan. Selain ada rasa bangga juga terselip kekhawatiran serta keraguan tidak dapat
mengikuti kegiatan ini dengan baik karena benturan dengan kegiatan sekolah misalnya tidak
dapat membagi waktu antara mendidik dan kegiatan sebagai calon guru penggerak.

Selain itu timbul perasaan tidak percaya diri melihat kemampuan teman-teman yang lain yang
hampir semua hebat-hebat dan masih muda serta bersemangat tinggi. Saya takut tidak dapat
menyelesaikan tanggung jawab saya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan terutama
terkait dengan kekurangpahaman saya tentang IT yang tidak begitu mahir. Namun berkat
dukungan dari rekan sejawat dan teman-teman kelompok di CGP kekhawatiran dan ketakutan itu
bisa teratasi. Dengan keinginan yang kuat saya yakin mampu mengikuti dan menyelesaikan
Program Guru Penggerak ini dengan baik dan berharap bisa menjadi pemimpin Pendidikan yang
sesuai dengan zaman dan berlandaskan jati diri bangsa. Menjadi seorang pendidik yang tergerak,
bergerak dan menggerakkan.

Dalam kegiatan ini banyak sekali ilmu yang saya dapatkan selama menjalani dua pekan
Pendidikan. Bagaimana seorang pendidik yang harus menghamba pada siswa, harus dapat
menuntun siswa, dan bagaimana pula seorang pendidik mampu mendesain strategi dan metode
pembelajaran dalam mewujudkan pemikiran KHD bagaimana mendidik anak sesuai dengan
kodrat alam dan kodrat zaman. Dengan tetap menjaga sosio kultural budaya yang ada

Semua rangkaian kegiatan yang ada di LMS menyadarkan saya bahwa apa yang saya miliki
tentang Pendidikan dan pengajaran jauh dari konsep dan pemikiran Filosofis Ki Hajar
Dewantara. Dan apa yang saya terapkan pada peserta didik saya selama ini salah. Karena pada
dasarnya sebagai seorang pendidik kita harus memiliki ketulusan dalam menuntun peserta didik
kita agar mereka menjadi pribadi-pribadi yang mandiri, kuat, merdeka tetapi tetap dalam arahan
dan bimbingan kita sebagai seorang pamong di kelasnya.

Perlahan saya berupaya menerapkan konsep dasar pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara dalam
pembelajaran di kelas. Jika ada anak yang bermain-main dalam kelas tidak serta merta saya
marahi namun saya mengarahkan untuk hal-hal yang positif, menyenangkan dan menunjang
pembelajaran. Karena saya menyadari bahwa kodrat anak adalah bermain. Maka muncullah ide
saya untuk mengemas pembelajaran yang menarik agar murid dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan menyenangkan dan tidak membosankan salah satunya menggunakan peta
suntuk mempermudah peserta didik dalam menunjukan wilayah yang Indonesia yang selanjutnya
mereka gambarkan dengan kemampuan analisis mereka.

Sehingga mereka bisa praktik secara langsung dan mereka senang dengan kegiatan tersebut juga
pembelajaran tidak membosankan buat mereka . Keinginan saya sebagai guru untuk menuntun
kodrat alam dan kodrat zaman yang melekat pada murid semakin besar. Saya ingin

2
melakukannya dengan ketulusan dan kesabaran sehingga mereka bisa mewujudkan
kebahagiaannya.

Findings ( Pembelajaran )

Dalam pembelajaran Modul 1. Tentang refleksi Filosofis Pendidikan Ki Hajar Dewantara saya
akan berusaha untuk memahami dan mengimplementasikan secara maksimal pemikiran-
pemikiran KHD sehingga saya bisa menerapkan secara sadar akan pentingnya peran seorang
pendidik juga akan berupaya untuk menjadi pendidik yang berkualitas dengan selalu terbuka
terhadap perubahan dan mengikuti perkembangan teknologi dan mengadaptasikannya sesuai
dengan sosio kultural budaya

Sebagai seorang pendidik saya harus menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada mereka
agar dapat mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota
masyarakat dengan mengacu pada trilogi Pendidikan yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo
Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Selain itu seorang pendidik bukan hanya seorang yang
mentransfer ilmu saja akan tetapi harus menuntun sebagai among yang mendidik peserta didik
sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman, karena peserta didik bukan kertas putih yang diisi
oleh guru akan tetapi sudah memiliki garis-garis samar yang harus ditebalkan oleh guru.

Dari pembelajaran ini saya mengetahui bahwa pengajaran yang bermakna bukanlah sekedar teori
semata melainkan bukti kongkret. Sebagai contoh pembentukan karakter anak tidak bisa melalui
pemberian teori melainkan contoh nyata. Seperti melakukan pembiasaan- pembiasan yang baik
yang dapat di terapkan di kelas, di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

Guru Sejatinya adalah yang mampu menjadikan dirinya sebagai teladan, motivator,
dan pendorong/pendukung hingga anak mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-
tingginya dalam proses pengajaran, memahami anak bukan hanya sekedar tahu latar belakangnya
melainkan juga perlu memahami setiap keunikannya. Guru harus mampu membuka diri terhadap
perubahan sebab guru harus mampu menuntun anak menurut kodrat alam dan kodrat zamannya.

Future ( Penerapan )

Di modul 1.1 ini sangat memberikan makna yang mendalam tentang panggilan menjadi seorang
pendidik. Mendidik bukanlah hal yang bersifat sementara melainkan seorang guru harus mampu
memaknai pengajaran sebagai aset masa depan. Mendidik untuk masa depan sebab anak-anak
didik sekarang yang akan menjadi pemilik masa depan kelak.

Banyak hal yang akan saya benahi dalam pembelajaran yang telah saya lakukan, karena saya
sadar selama ini yang saya lakukan jauh dari kata sempurna jika dikaitkan dengan pemikiran
filosofis Ki Hajar Dewantara. Pembelajaran yang berpusat pada guru harus segera diganti dengan
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Agar tercipta interaktif yang menyenangkan di dalam
kelas ataupun di luar kelas. Memberi keleluasaan kepada siswa untuk menggali potensi yang
dimiliknya agar dalam proses pembelajaran mereka menemukan jati dirinya sehingga menjadi
manusia seutuhnya.

3
Dalam proses pengajaran saya akan menekankan keterbukaan untuk menumbuhkan pembiasaan
dan budaya positif, yang dapat menuntun peserta didik sehingga tumbuh sebagai individu yang
merdeka, menjadi motivator yang baik bagi peserta didik di samping itu saya pun akan
melakukan kolaborasi dengan rekan sejawat serta orang tua wali murid agar terjalin suasana
yang harmonis. Saya akan mencoba mengidentifikasi bakat/minat anak serta berkolaborasi
dengan orang tua dan rekan sejawat untuk mencari solusi terbaik menciptakan suasana yang
nyaman dan menyenangkan di kelas dengan membuat kesepakatan kelas agar menumbuhkan
karakter-karakter baik anak.

Demikian pemaparan Jurnal Dwi Mingguan yang bisa saya tuliskan semoga menjadi motivasi
agar saya dapat mengembangkan pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran di kelas
secara terus menerus serta dapat mengikuti kegiatan Pendidikan Calon Guru penggerak ini
sampai tahap akhir dengan tetap bersemangat.

Anda mungkin juga menyukai